Pembimbing:
dr. Elitha Martharina Utari., MARS
Oleh :
Telah diterima dan disetujui sebagai salah satu syarat dalam mengikuti Kepaniteraan Klinik di
Bagian/Departemen Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati
RS Pertamina Bintang Amin Husada Periode 01 November 2021 – 09 Januari 2022.
Puji dan syukur kehadirat Allah S.W.T. atas karunia-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan salah satu tugas IKM yang berjudul ” Regulasi Permenkes 14 Tahun 2021
Tentang Standar Kegiatan Usaha dan Produk pada Penyelenggaraan Perizinan Berusaha
Berbasis Risiko Sektor Kesehatan”.
Tugas ini merupakan salah satu syarat Kepaniteraan Klinik di Bagian Departemen Ilmu
Kesehatan Masyarakat RS Pertamina Bintang Amin Fakultas Kedokteran Universitas
Malahayati.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada dr.Elitha Martharina Utari., MARS. selaku
pembimbing yang telah memberikan bimbingan selama penulisan dan penyusunan ujian ini.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan referat ini. Oleh
karena itu, kritik dan saran dari berbagai pihak sangat penulis harapkan. Semoga laporan ini
dapat memberi manfaat bagi pembaca.
Penulis
Daftar Isi
Halaman
HALAMAN JUDUL.................................................................................................
HALAMAN PENGESAHAN...................................................................................
KATA PENGANTAR..............................................................................................iii
DAFTAR ISI............................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................
BAB I TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................... 5
BAB III KESIMPULAN.......................................................................................
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
Rumah sakit adalah salah satu dari sarana kesehatan tempat menyelenggarakan upaya
kesehatan. Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan
kesehatan, bertujuan untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat
Rumah sakit harus memenuhi persyaratan teknis sarana dan prasarana rumah sakit yang
direncanakan sesuai dengan standar dan kaidah-kaidah yang berlaku. Adapun secara umum yang
dimaksud dengan sarana adalah segala sesuatu hal yang menyangkut fisik gedung/bangunan
serta ruangan. Sedangkan prasarana adalah segala sesuatu yang membuat sarana tersebut dapat
berfungsi seperti pengadaan air bersih, listrik, instalasi air limbah dan lain-lain (Depkes, 2007).
Bangunan fisik rumah sakit yang sesuai dengan standar yang ada dapat mendukung peningkatan
kinerja sumber daya manusia rumah sakit. Hal ini karena kondisi fisik lingkungan kerja berpengaruh
terhadap kesehatan penggunanya serta berpengaruh pula terhadap waktu penyelesaian pekerjaan (Yusuf
M, 2013). Penilaian kualitas suatu bangunan dari segi keamanan, keselamatan, kesehatan, kenyamanan,
dan kemudahan dapat dilakukan dengan mengadakan evaluasi pasca huni (EPH). Kegiatan evaluasi pasca
huni dilakukan untuk menilai tingkat kesesuaian antara bangunan dan lingkungan binaan dengan nilai-
Pada penelitian ini peneliti menggunakan standar pedoman teknis rumah sakit kelas C
Departemen Kesehatan Republik Indonesia tahun 2007, pedoman ini berisi tentang persyaratan
teknis umum, persyaratan teknis sarana, persyaratan teknis prasarana, dan uraian bangunan
rumah sakit. Peneliti hanya mengambil sebagian parameter dari persyaratan teknis umum serta
sebagian dari parameter persyaratan teknis prasarana khusus instalasi kebidanan dan penyakit
kandungan yaitu berupa lokasi, pencahayaan, kebisingan, dan pengaturan penghawaan. Beberapa
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
inap, rawat jalan, dan gawat darurat. Dalam perkembangan rumah sakit, dapat dilihat
dan dirasakan seiring dengan penambahan jenis dan jumlah fasilitas sarana dan
prasarana yang digunakan, ini sangat menunjang dalam memberikan pelayanan yang
Sarana dan prasarana rumah sakit merupakan salah satu aspek pendukung
memiliki perbedaan, namun keduanya memiliki keterkaitan yang sangat penting sebagai
alat penunjang keberhasilan suatu proses yang dilakukan. Dengan demikian, suatu
proses kegiatan yang akan dilakukan tidak akan dapat mencapai hasil yang diharapkan
Sarana adalah segala sesuatu yang dipakai sebagai alat untuk mencapai makna
dan tujuan.
dan prasarana sehingga setiap rumah sakit berlomba-lomba untuk memenuhi standar
Pemerintah maupun Rumah Sakit Swasta termasuk Rumah Sakit Penanaman Modal Dalam Negeri
2.3.1 Penggolongan usaha Rumah Sakit berdasarkan jenis pelayanan dan klasifikasi
g) Rumah Sakit Khusus telinga hidung tenggorok dan bedah kepala leher;
o) Rumah Sakit Khusus lainnya yang ditetapkan oleh Menteri berdasarkan hasil kajian kebutuhan
Rumah sakit yang didirikan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten, Pemerintah Daerah Kota,
Pemerintah Daerah Provinsi, Kementerian atau Lembaga Pemerintah yang berbentuk Unit
Pelaksana Teknis dari Instansi yang bertugas di bidang kesehatan, atau Instansi tertentu dengan
pengelolaan Badan Layanan Umum atau Badan Layanan Umum Daerah sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
adalah rumah sakit yang didirikan oleh masyarakat/swasta. Rumah Sakit Swasta terdiri atas:
Rumah Sakit dengan Penanaman Modal Dalam Negeri yang selanjutnya disebut Rumah Sakit
PMDN adalah rumah sakit dengan penanam modal dalam negeri, meliputi perseorangan warga
negara Indonesia, badan usaha Indonesia, Negara Republik Indonesia, atau daerah yang
Rumah Sakit dengan Penanaman Modal Asing yang selanjutnya disebut Rumah Sakit PMA
adalah rumah sakit dengan penanam modal asing, meliputi perseorangan warga negara asing,
badan usaha asing, dan/atau pemerintah asing yang melakukan penanaman modal di wilayah
1) Rumah Sakit Publik adalah Rumah Sakit yang dikelola oleh Badan Hukum publik dan Badan
2) Rumah Sakit Privat adalah Rumah Sakit yang dikelola oleh Badan Hukum berbentuk
2.4 Sarana
1) Secara geografis tidak berada di lokasi area berbahaya (di tepi lereng, dekat kaki gunung yang
rawan terhadap longsor, dekat anak sungai atau badan air yang dapat mengikis fondasi, dekat
dengan jalur patahan aktif/gempa, rawan tsunami, rawan banjir, berada dalam zona
2) Tidak berada di lokasi yang mengganggu kegiatan pelayanan kesehatan Rumah Sakit antara
lain: berada dalam jalur take off dan landing pesawat, TPA sampah, stasiun pemancar,
3) Lokasi harus mudah dijangkau oleh masyarakat atau dekat ke jalan raya dan tersedia
infrastruktur dan fasilitas transportasi umum, jalur komunikasi, pedestrian, jalur-jalur difabel.
4) Tersedia lahan untuk parkir, dengan asumsi perhitungan kebutuhan lahan parkir minimal 20%
dari luas total bangunan (sudah termasuk jalur sirkulasi kendaraan). Penyediaan lahan parkir
5) Tersedia utilitas publik antara lain, air bersih, listrik, drainase kota, jalur telepon.
6) Lokasi harus berada pada lahan yang sesuai dengan rencana tata ruang wilayah dan/atau
rencana tata bangunan lingkungan kabupaten/kota setempat, dan peruntukan lahan untuk
fungsi Rumah Sakit (zona hijau sesuai Peraturan Daerah setempat).
7) Lahan harus memiliki batas yang jelas dan dilengkapi akses/pintu yang terpisah dengan
2.4.2 Bangunan
1) Bangunan harus memenuhi prinsip keselamatan, kesehatan, kenyamanan, dan keamanan serta
kemudahan.
2) Rencana blok bangunan Rumah Sakit harus berada dalam satu area yang terintegrasi dan saling
terhubung.
3) Bangunan dan prasarana harus memenuhi peryaratan teknis bangunan Rumah Sakit sesuai
4) Bangunan untuk masing-masing jenis Rumah Sakit dibutuhkan dalam rangka menjamin
pelayanan kesehatan diberikan secara aman dan bermutu untuk setiap layanan di masing-
4) Larangan menambahkan kata internasional, international, kelas dunia, world class, global,
2.4.4 Prasarana
1) Prasarana harus memenuhi prinsip keselamatan, kesehatan, kenyamanan, dan keamanan serta
kemudahan.
2) Prasarana untuk masing-masing jenis Rumah Sakit dibutuhkan dalam rangka menjamin
pelayanan kesehatan diberikan secara aman dan bermutu untuk setiap layanan di masing-
masing jenis Rumah Sakit. e. Peralatan Peralatan medis dan peralatan nonmedis yang
memenuhi standar pelayanan, persyaratan mutu, keamanan, keselamatan, dan laik pakai.
(1) Rumah Sakit Umum kelas A paling sedikit 250 (dua ratus lima puluh) tempat tidur.
(2) Rumah Sakit Umum kelas B paling sedikit 200 (dua ratus) tempat tidur.
(3) Rumah Sakit Umum kelas C paling sedikit 100 (seratus) tempat tidur.
(4) Rumah Sakit Umum kelas D paling sedikit 50 (lima puluh) tempat tidur.
(5) Rumah Sakit Umum dengan Penanaman Modal Asing paling sedikit 200 (dua ratus)
Jumlah tempat tidur tersebut dihitung meliputi tempat tidur ruang perawatan, tempat tidur
kelas standar, perinatologi, intensif (ICU, NICU, PICU), ruang bersalin, intermediate ward
(IW) yang ada di IGD (apabila lebih dari 6 (enam) jam). Tempat tidur ruang gawat darurat,
ruang rawat jalan dan ruang kamar operasi tidak dihitung dalam total jumlah tempat tidur.
Total jumlah tempat tidur yang dimiliki Rumah Sakit harus ditetapkan oleh pimpinan atau
b) Tempat Tidur Kelas Standar Jumlah tempat tidur kelas standar sebagai berikut:
(1) 60% (enam puluh persen) dari seluruh tempat tidur untuk Rumah Sakit milik Pemerintah
(2) 40% (empat puluh persen) dari seluruh tempat tidur untuk Rumah Sakit milik swasta.
Rumah Sakit wajib menerapkan pelayanan rawat inap kelas standar paling lambat 1 Januari
2023.
c) Tempat tidur intensif Kriteria penilaian jumlah tempat tidur intensif meliputi persentase sesuai
(1) Jumlah tempat tidur perawatan intensif paling sedikit 10% (sepuluh persen) dari seluruh
jumlah total tempat tidur.
(2) Jumlah tempat tidur perawatan intensif terdiri atas 6% (enam persen) untuk tempat
pelayanan unit rawat intensif (ICU), dan 4% (empat persen) untuk perawatan intensif
neonates (Neonatal Intensive Care Unit/NICU) dan perawatan intensif pediatrik (Pediatric
(3) Dikecualikan untuk ketersediaan ruangan ICU/PICU/NICU, dapat dipenuhi paling lambat
1 Januari 2023.
(1) Rumah Sakit harus memiliki ruang yang dapat digunakan sebagai tempat isolasi dengan
kapasitas paling sedikit 10% (sepuluh persen) dari seluruh tempat tidur untuk Rumah
(2) Dalam kondisi wabah atau kedaruratan kesehatan masyarakat, kapasitas ruang yang dapat
(a) 30% (tiga puluh persen) dari seluruh tempat tidur untuk Rumah Sakit milik
pemerintah; dan
(b) 20% (dua puluh persen) dari seluruh tempat tidur untuk Rumah Sakit milik swasta.
a) Ketersediaan tempat tidur rawat inap bagi Rumah Sakit Khusus, selain Rumah Sakit Khusus
gigi dan mulut, Rumah Sakit Khusus mata, dan Rumah Sakit Khusus telinga hidung tenggorok
(1) Rumah Sakit Khusus kelas A yang memiliki jumlah tempat tidur paling sedikit 100
(seratus) buah.
(2) Rumah Sakit Khusus kelas B yang memiliki jumlah tempat tidur paling sedikit 75 (tujuh
(3) Rumah Sakit khusus kelas C yang memiliki jumlah tempat tidur paling sedikit 25 (dua
yaitu:
(1) kelas A paling sedikit 14 (empat belas) tempat tidur rawat inap dan 75 (tujuh puluh lima)
dental unit;
(2) kelas B paling sedikit 12 (dua belas) tempat tidur rawat inap dan 50 (lima puluh) dental
unit; dan
(3) kelas C paling sedikit 10 (sepuluh) tempat tidur rawat inap dan 25 (dua puluh lima) dental
unit.
c) Ketersediaan tempat tidur rawat inap bagi Rumah Sakit khusus mata dan Rumah Sakit khusus
(1) kelas A paling sedikit 40 (empat puluh) tempat tidur rawat inap;
(2) kelas B paling sedikit 25 (dua puluh lima) tempat tidur rawat inap; dan
(3) kelas C paling sedikit 15 (lima belas) tempat tidur rawat inap.
d) Total tempat tidur dihitung meliputi tempat tidur ruang perawatan, tempat tidur kelas standar,
perinatologi, intensif, ruang bersalin, intermediate ward (IW) yang ada di IGD (apabila lebih
dari 6 (enam) jam). Tempat tidur ruang gawat darurat, ruang rawat jalan dan ruang kamar
operasi tidak dihitung dalam total tempat tidur. Total tempat tidur yang dimiliki Rumah Sakit
harus ditetapkan oleh pimpinan atau kepala Rumah Sakit yang dilakukan peninjauan ulang
e) Tempat Tidur Kelas Standar Kriteria penilaian jumlah tempat tidur kelas standar sebagai
berikut:
(1) 60% (enam puluh persen) dari seluruh tempat tidur untuk Rumah Sakit milik Pemerintah
(2) 40% (empat puluh persen) dari seluruh tempat tidur untuk Rumah Sakit milik swasta.
Rumah Sakit wajib menerapkan pelayanan rawat inap kelas standar paling lambat 1 Januari
2023.
f) Tempat tidur intensif Jumlah tempat tidur intensif meliputi persentase sesuai ketentuan
(1) Jumlah tempat tidur perawatan intensif paling sedikit 10% (sepuluh persen) dari seluruh
(2) Rumah Sakit yang tidak menyediakan layanan PICU, NICU, ICCU dan RICU maka wajib
(3) Rumah Sakit Khusus mata, Rumah Sakit Khusus gigi dan mulut, Rumah Sakit Khusus
(4) Untuk Rumah Sakit Khusus jiwa, tempat tidur intensif berupa Unit Pelayanan Intensif
Psikiatri sebesar 10% (sepuluh persen) dari seluruh jumlah total tempat tidur.
(5) Untuk Rumah Sakit Khusus jiwa yang menyelenggarakan pelayanan diluar kekhususannya
(a) Unit Pelayanan Intensif Psikiatri sejumlah 10% dari total jumlah tempat tidur yang
(b) intensif sejumlah 6% dari total jumlah tempat tidur yang dipergunakan di luar
(1) Untuk tempat tidur isolasi (tekanan negatif dan tekanan normal/natural air flow), Rumah
Sakit harus memiliki ruang yang dapat digunakan sebagai tempat isolasi dengan kapasitas
(2) Dalam kondisi wabah atau kedaruratan kesehatan masyarakat, kapasitas ruang yang dapat
(a) 30% (tiga puluh persen) dari seluruh tempat tidur untuk Rumah Sakit milik
pemerintah;dan
(b) 20% (dua puluh persen) dari seluruh tempat tidur untuk Rumah Sakit milik swasta.
(3) Rumah Sakit Khusus mata, Rumah Sakit Khusus gigi dan mulut, Rumah Sakit Khusus
THT-KL tidak wajib memiliki ruang yang dapat digunakan sebagai tempat isolasi.
a) Rumah Sakit dengan PMA harus memiliki jumlah tempat tidur paling sedikit sesuai
kategori Rumah Sakit Umum atau Rumah Sakit Khusus, atau kesepakatan/kerja sama
internasional.
b) Jumlah tempat tidur untuk Rumah Sakit Umum paling sedikit sesuai dengan jumlah
c) Jumlah tempat tidur untuk Rumah Sakit Khusus paling sedikit sesuai dengan jumlah
tempat tidur Rumah Sakit Kelas A pada setiap jenis Rumah Sakit khusus. g. Ketentuan
teknis bangunan, prasarana, dan peralatan kesehatan Rumah Sakit mengacu pada
persyaratan teknis bangunan dan prasarana Rumah Sakit yang ditetapkan oleh Menteri.
2.5 Pelayanan
2.5.1 Pelayanan Kesehatan berupa penyelenggaraan pelayanan yang diberikan sesuai dengan standar
1) Pelayanan kesehatan yang diberikan oleh Rumah Sakit umum paling sedikit terdiri atas:
a) Pelayanan spesialis anak, dan Pelayanan medik dan penunjang medik berupa;
b) pelayanan keperawatan dan kebidanan, meliputi asuhan keperawatan generalis dan asuhan keperawatan
yang dilakukan oleh instalasi farmasi sistem satu pintu, serta pelayanan farmasi klinis, yang
dilaksanakan sesuai dengan Peraturan Menteri mengenai standar pelayanan kefarmasian di Rumah
Sakit.
d) pelayanan penunjang terdiri atas pelayanan penunjang yang diberikan oleh tenaga kesehatan dan
e) Pelayanan kesehatan yang diberikan Rumah Sakit umum tersebut sesuai dengan self assessment
Rumah Sakit.
2) Pelayanan kesehatan yang diberikan oleh Rumah Sakit khusus terdiri atas:
b) pelayanan keperawatan dan/atau kebidanan terdiri atas pelayanan asuhan keperawatan generalis,
c) pelayanan kefarmasian terdiri atas pengelolaan alat kesehatan, sediaan farmasi, dan bahan habis
pakai yang dilakukan oleh instalasi farmasi sistem satu pintu, serta pelayanan farmasi klinik, yang
dilaksanakan sesuai dengan Peraturan Menteri mengenai standar pelayanan kefarmasian di Rumah
Sakit; dan
d) pelayanan penunjang terdiri atas pelayanan penunjang yang diberikan oleh tenaga kesehatan dan
1) Pelayanan lain di luar kekhususannya meliputi pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan
kegawatdaruratan.
2) Pelayanan rawat inap untuk pelayanan lain di luar kekhususannya paling banyak 40% (empat
c. Rumah Sakit Penanaman Modal Asing (RS PMA) harus memiliki 3 (tiga) jenis pelayanan
subspesialistik.
spesialistik dan subspesialistik program kesehatan nasional dilaksanakan sesuai dengan pedoman
masing-masing program kesehatan yang ditetapkan oleh Menteri. 3) Selain melakukan pengembangan
pelayanan medik spesialistik dan subspesialistik program kesehatan nasional, Rumah Sakit dapat
melakukan pengembangan pelayanan medik spesialistik melalui kemitraan dengan penanam modal
asing berupa pembentukan klinik utama penanaman modal asing sesuai dengan ketentuan peraturan
perundangundangan.
e. Rumah Sakit Pemerintah dapat menyelenggarakan unit transfusi darah yang diselenggarakan sesuai
penyelenggaraan Unit Transfusi Darah di Rumah Sakit sesuai dengan Peraturan Menteri ini.
DAFTAR PUSTAKA