Anda di halaman 1dari 42

REGULASI KELAS RUMAH SAKIT MENURUT PERMENKES

2014 DAN PERMENKES 2020


Ilmu Kesehatan Masyarakat

Disusun Oleh Kelompok 4 :

Adinda Putri 20360137


Aida Ezza Prastika 20360020
Airin Shabrina Elta Kusmana 20360057

Pembimbing:
dr. Elitha Martharina Utari., MARS

BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


RUMAH SAKIT BINTANG AMIN HUSADA
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MALAHAYATI
TAHUN 2021
Regulasi Kelas Rumah Sakit Menurut Permenkes 2014 dan Permenkes 2020

Oleh :

Adinda Putri., S.Ked


Aida Ezza Prastika., S,Ked
Airin Shabrina Elta Kusmana ., S.Ked

Telah diterima dan disetujui sebagai salah satu syarat dalam mengikuti
Kepaniteraan Klinik di Bagian/Departemen Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas
Kedokteran Universitas Malahayati RS Pertamina Bintang Amin Husada Periode
01 November 2021 – 09 Januari 2022

Bandar Lampung, 25 November 2021

ii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah S.W.T. atas karunia-Nya sehingga


penulis dapatmenyelesaikan salah satu tugas IKM yang berjudul ”Regulasi Kelas
Rumah Sakit Menurut Permenkes 2014 dan Permenkes 2020 ”.
Tugas ini merupakan salah satu syarat Kepaniteraan Klinik di Bagian
Departemen Ilmu Kesehatan Masyarakat RS Pertamina Bintang Amin Fakultas
Kedokteran Universitas Malahayati.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada dr.Elitha Martharina Utari.,
MARS. selaku pembimbing yang telah memberikan bimbingan selama penulisan
dan penyusunan ujian ini.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan referat
ini.Oleh karena itu, kritik dan saran dari berbagai pihak sangat penulis harapkan.
Semoga laporan ini dapat memberi manfaat bagi pembaca.

Bandar Lampung, 25 November 2021

Penulis

iii
DAFTAR ISI
Halaman Judul..................................................................................................... i
Lembar Pengesahan............................................................................................. ii
Kata Pengantar .................................................................................................... iii
Daftar Isi .............................................................................................................. iv
BAB 1 PENDAHULUAN..................................................................................... 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................... 3
BAB III DISKUSI ................................................................................................ 19
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................. 33
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

iv
BAB I

PENDAHULUAN

Rumah sakit sebagai penedia pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan


pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan
rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. Dalam pelayanannya, pasien adalah
setiap orang yang melakukan konsultasi masalah kesehatannya untuk memperoleh
pelayanan kesehatan yang diperlukan, baik secara langsung maupun tidak langsung
di Rumah Sakit. Dalam melayani pasien rumah sakit terhadap pelayanan yang
diberikan jaminan itulah yang menjadi tolak ukur kualitas pelayanan rumah sakit
terhadap rumah sakit terhadap pasien, keluarga pasien, dan masyarakat.

Dirumah sakit pelayanan tidak hanya diberikan kepada pasien saja bisa
barasal dari pihak dalam Rumah Sakit sendiri dan pihak luar Rumah Sakit.
Pelayanan yang diberikan pun beragam bedasarkan masalah yang sedang dihadapi
dan berdasarkan riwayat medis pasien sebelumnya. Rumah Sakit dalam melayani
pasiennya harus sesuai dengan ketentuan yang diberlakukan oleh pemerintah mulai
dari pembangunan Rumah Sakit itu sampai dengan pelayanan apa yang ada dirumah
sakit itu. Maka dari itu perlunya dilakukan pemahaman secara menyeluruh terkait
dengan perizinan dan klasifikasi Rumah Sakit.

Dalam reformasi kesehatan, public-private mix menjadi komponen penting


dalam setiap kebijakan kesehatan pemerintah di berbagai tingkatan dan dalam
melakukan fungsi-fungsi manajemen. Hal ini tidaklah mudah dilakukan, terutama
di Negara-negara sedang berkembang yang bukti-bukti terkininya masih terbatas.
Beragamnya jenis dan kepemilikan fasilitas kesehatan mempunyai dua implikasi
utama. Pertama, peran pemerintah sebagai regulator membutuhkan pengembangan
model, strategi implementasi serta instrumen berbagai kegiatan regulasi pelayanan
kesehatan. Kedua, pemerintah sebagai pelaksana penyedia pelayanan kesehatan
juga perlu mengembangkan model, strategi dan instrumen untuk membangun
kemitraan antara lembaga pelayanan pemerintah (umumnya melalui puskesmas)
dengan lembaga pelayanan selain puskesmas (misal rumah sakit pemerintah) dan
pelayanan swasta khususnya dalam menjalankan program-program pemerintah.

1
Perizinan merupakan salah satu mekanisme regulasi mutu pelayanan untuk
menjamin bahwa lembaga pelayanan atau individu tenaga kesehatan tersebut dapat
memenuhi standar kompetensi minimal untuk melindungi keselamatan publik.
Dengan desentralisasi kesehatan, maka fungsi dinas kesehatan sebagai penetap
kebijakan dan regulator bidang kesehatan harus semakin dikembangkan. Sebagai
regulator, antara lain dinas kesehatan berperan melakukan pengawasan dan regulasi
berbagai jenis fasilitas pelayanan kesehatan termasuk rumah sakit, baik milik
pemerintah ataupun milik swasta.

Kenyataannya, pelaksanaan kebijakan regulasi pemerintah saat ini tentang


perizinan pelayanan kesehatan, termasuk perizinan rumah sakit, belum
mencerminkan mutu pelayanan yang diberikan ataupun keamanan bagi masyarakat.
Aspek regulasi belum berjalan secara optimal, regulasi perizinan belum terfokus
pada aspek profesionalisme melainkan administratif, kerja sama lintas program,
lintas sektor dan organisasi profesi, lembaga masyarakat masih sangat terbatas,
serta belum ada pembagian peran yang jelas antara dinas kesehatan kabupaten-kota
dan provinsi.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Rumah Sakit


Rumah sakit juga merupakan tempat menyelenggarakan upaya kesehatan
yaitu setiap kegiatan untuk memlihara dan meningkatkan kesehatan serta bertujuan
untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat. Upaya
kesehatan dilakukan dengan pendekatan pemeliharaan, peningkatan kesehatan
(promotif), pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan penyakit (kuratif) dan
pemulihan (rehabilitatif) yang dilaksanakan secara serasi dan terpadu serta
berkesinambungan.

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 3 tahun


2020 tentang rumah sakit, rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang
menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. Rumah sakit
dapat didirikan oleh pemerintah pusat, pemerintah daerah, atau swasta. Dalam
mendirikan rumah sakit harus memiliki izin medirikan dan izin operasional. Izin
mendirikan adalah izin usaha yang diterbitkan Lembaga OSS untuk dan atas nama
menteri, gubernur, atau bupati/ walikota setelah pemilik Rumah Sakit melakukan
pendaftaran samoai sebelum pelaksanaan pelayanan kesehatan dengan memenuhu
persyaratan dan/ atau komitmen. Izin operasional adalah izin komersil atau
operasional yang diterbitkan oleh Lembaga OSS untuk dan atas nama menteri,
gubernur, atau bupati/ walikota setelah pemilik Rumah Sakit mendapatkan izin
mendirikan.

Rumah sakit yang didirikan oleh pemerintah pusat dan pemerintah harus
berbentuk Unit Pelaksama Teknis dari instansi yang bertugas dibidang kesehatan
atau instansi tertentu dengan pengelolaan Badan Layanan Umum atau Badan
Layanan Umum Daerah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang undangan.
Rumah Sakit yang didirikan oleh swasta harus berbentuk badan hukum yang
kegiatan usahanya hanya bergerak dibidang perumahsakitan. Badan hukum berupa
:

3
a. Badan hukum yang bersifat nirlaba
b. Badan hukum dengan tujuan profit yang berbentuk perseroan terbatas atau
persero sesuai dengan ketentuan peraturan perundang undangan. Ketentuan
dikecualikan bagi rumah sakit yang diselenggaralan oleh badan hukum yang
bersifat nirlaba.

2.2 Klasifikasi Rumah Sakit Berdasarkan Permenkes No. 56 Tahun 2014

1. Rumah Sakit Umum

4
Peralatan

Min. terdiri dari :

- Peralatan medis utk IGD, Rajal, Ranap, ICU, Operasi, Persalinan,


Radiologi, laboratorium klinik, pelayanan darah, rehabilitasi medik,
farmasi, gizi dan kamar jenazah

Jumlah Tempat tidur


RS Umum Pemerintah RS Umum Swasta

Kelas III -----min. 30% dari TT Kelas III ---- min. 20% dari TT

ICU --- 5% dari TT ICU---- 5% dari TT

2. Rumah Sakit Khusus

1. Ibu dan anak

2. Mata;

3. Gigi dan mulut;

4. Ginjal;

5
5. Jiwa;

6. Infeksi;

7. Telinga-hidung tenggorok kepala leher;

8. Paru;

9. Ketergantungan obat

10. Bedah;

11. Otak;

12. Orthopedi;

13. Kanker; dan

14. Jantung dan pembuluh darah

Pelayanan Minimal

1. Pelayanan Medik

a. IGD 24 jam

b. Pelayanan Medik Umum

c. Pelayanan Spesialis Dasar sesuai kekhususan

d. Pelayanan Spesialis/Subspesialis sesuai kekhususan

e. Pelayanan Spesialis Penunjang

2. Pelayanan Kefarmasian

3. Pelayanan Keperawatan

4. Pelayanan Penunjang Klinik

5. Pelayanan Penunjang Nonklinik

Sumber Daya Manusia

1. Tenaga Medis -- memiliki kewenangan menjalankan praktek kedokteran di


RS

6
2. Tenaga Kefarmasian – Kualifikasi dan jumlah sesuai kebutuhan

3. Tenaga Keperawatan – Kualifikasi dan kompetensi sesuai kebutuhan

4. Tenaga Kesehatan Lain dan Tenaga Non Kesehatan – Sesuai Kebutuhan

2.3 Klasifikasi Rumah Sakit Berdasarkan Permenkes No. 3 Tahun 2020

Klasifikasi rumah sakit dibagi menjadi beberapa kelas berdasarkan


peraturan menteri kesehatan republik indonesia no 3 tahun 202 tentang klasifikasi
rumah sakit dan perizinan rumah sakit. Adapun klasifikasi rumah sakit yang terdiri
dari 2 yaitu :

1. Rumah sakit umum terdiri atas :


a. Rumah sakit umum kelas A, adalah rumah sakit umum yang
mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik spesialistik
luas dan subspesialistik luas. Memiliki jumlah tempat tidur paling
sedikit 250 buah.
b. Rumah sakit umum kelas B, adalah rumah sakit umum yang
mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik sekurang
kurangnya sebelas spesialistik dan subspesialistik luas. Memiliki
jumlah tempat tidur paling banyak 200 buah.
c. Rumah sakit umum kelas C, adalah rumah sakit umum yang
mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik spesialistik
dasar. Memiliki jumlah tempat tidur paling sedikit 100 buah.
d. Rumah sakit umum kelas D, adalah rumah sakit umum yang
mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik dasar.
Memiliki jumlah tempat tidur paling sedikit 50 buah.
2. Rumah sakit khusus terdiri atas :
a. Rumah sakit khusus kelas A,adalah rumah sakit khusu yang
mempunyai fasilitas dan kemampuan paling sedikit pelayanan
medik spesialistik dan subspesialistik sesua kekhususan. Memiliki
jumlah tempat tdiru paling sedikit 100 buah.

7
b. Rumah sakit khusus kelas B, adalah rumah sakit khusus yang
mempunyai fasilitas dan kemampuan paling sedikit pelayanan
medik spesialistik dan subspesialistik sesuai kekhususan yang
terbatas. Memiliki jumlah tempat tidur paling sedikit 75 buah.
c. Rumah sakit khusus kelas C, adalah rumah sakit khusus yang
mempunyai fasilitas dan kemampuan paling sedikit pelayanan
medik spesialistik dan subspesialistik sesuai kekhususan minimal.
Memiliki jumlah tempat tidur paling sedikit 25 buah.

Rumah sakit umum :


Pelayanan kesehatan :

- Pelayanan medik dan penunjang medik

- pelayanan keperawatan dan kebidanan

- pelayanan non medik

Pelayanan Medik Dan Penunjang Medik:

- Pelayanan medik umum

- pelayanan medik spesialis

- pelayanan medik subspesialis

Pelayanan Keperawatan Dan Kebidanan:

- Asuhan keperawatan generalis dan/atau spesialis

- Asuhan kebidanan

Pelayanan Non Medis :

- Pelayanan farmasi

- Pelayanan laundry

- pengolaham makanan/gizi

Pemulasaran jenazah

8
Rumah sakit khusus :

a) Ibu dan anak


b) Mata;
c) Gigi dan mulut;
d) Ginjal;
e) Jiwa;
f) Infeksi;
g) Telinga-hidung-tenggorok-kepala leher
h) Paru;
i) Ketergantungan obat
j) Bedah;
k) Otak;
l) Orthopedi;
m) Kanker; dan
n) Jantung dan pembuluh darah

2.4 Lembaga OSS

Perizinan berusaha terintegrasi secara elektronik atau online single


submission atau OSS adalah perizinan berusaha yang diterbitkan oleh lembaga OSS
yang menjadi kewenangan menteri, gubernur, atau bupati/ walikota kepada pemilik
dan pengelola rumah sakit melalui sistem elektronik yang terintegrasi. Lembaga
pengelola dan penyelenggara OSS atau yamg disebut lembaga OSS adalah lembaga
pemerintah non kementrian yang menyelenggarakan urusan pemerintah di bidang
koordinasi penanaman modal.

OSS atau perizinan onlien terpadu merupakan program layanan perizinan


yang diluncurkan oleh pemerintahan joko widodo. Perizinan online berbasis
website ini ditujukkan untuk membantu pengaduan dan perizinan yang selanjutnya
dilakukan proses penindakan oleh pemerintah.

9
2.5 Persyaratan Yang Perlu Dilakukan Dirumah Sakit

Setiap rumah sakit wajib memiliki izin setelah memenuhi prsyaratan. Yaitu
yang terdiri dari :

a. Lokasi, yaitu harus berada pada lahan yang sesuai dengan rencana tata ruang
wilayah dan/ atau rencana tata bangunan lingkungan kabupaten/ kota
setempat, dan peruntukkan lahan untuk fungsi rumah sakit.
b. Bangunan, harus memenuhi prinsip keselamatan, kesehatan, kenyamanan
dan keamanan serta kemudahan. Lahannya harus memiliki batas yang jelas
dan dilengkapi akses pintu yang terpisah dengan bangunan fungsi lain.
Rencana blok bangunan rumah sakit harus berada dalam satu area yang
terintegrasi dan saling terhubung.
c. Prasarana, harus memenuhi prinsip keselamatan, kesehatan, kenyamanan
dan keamanan serta kemudahan
d. Sumber daya manusia merupakan tenaga tetap yang bekerja secara purna
waktu diangkat dan ditetapkan oleh pimpinan rumah sakit juga dapat
mempekerjakan tenaga tidak tetap dan/ atau konsultan berdasarkan
kebutuhan dan kemampuan rumah sakit
e. Kefarmasian, merupakan pelayanan kefarmasian yang menjamin
ketersediaan sedian farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai
yang aman, bermutu, bermanfaat, dan terjangkau. Pelayanan kefarmasian
dilaksanakan di instansi farmasi.
f. Peralatan, yaitu meliputi peralatan medis dan peralatan non medis yang
memenuhu standar pelayanan, persyaratan mutu, keamanan, keselamatan,
dan laik pakai. Serta peralatan medis harus berupa peralatan medis yang
sesuai dengan kebutuhan pelayanan rumah sakit.

2.6 Jenis Izin Yang Harus Diperoleh Rumah Sakit

a. Izin mendirikan
Izin mendirikan merupakan izin yang diajukan oleh pemilik rumah sakit
untuk mendirikan bangunan atau mengubah fungsi bangunan yang telah
ada menjadi rumah sakit. Izin mendirikan berlaku selama rumah sakit
memberikan pelayanan kesehatan. Izin mendirikan diterbitkan oleh

10
menteri, gubernur, atau bupati/ walikota berdasarkan kewenangan
masing masing melalui lembaga OSS sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan. Izin mendirikan untuk rumah sakit kelas A dan
rumah sakit penanaman modal asing diberikan oleh menteri melalui
direktur jenderal, untuk izin mendirikan rumah sakit kelas B diberikan
oleh gubernur setelah mendapatkan notifikasi dari kepala dinas yang
berwenang di bidang kesehatan pada pemerintah daerah provinsi, dan
izin mendirikan rumah sakit kelas C dan Rumah sakit kelas D diberikan
oleh bupati/ wali kota setelah mendapatkan notifikasi dari kepala dinas
yang berwenang dibidang kesehatan pada pemerintah daerah kabupaten/
kota.
Persyaratan untuk memperoleh izin mendirikan rumah sakit meliputi :
1. Dokumen kajian dan perencanaan bangunan yang terdiri atas
Feasibility Study (FS), Detail Engineering Design, dan master plan
2. Pemenuhan pelayanan alat kesehatan
b. Izin operasional
Izin operasional merupakan izin yang diajukan oleh pimpinan rumah
sakit untuk melakukan kegiatan pelayanan kesehatan termasuk
penetapan kelas rumah sakit dengan memnuhi pelayanan kesehatan
termasuk penetapan kelas rumah sakit dengan memenuhi persyaratan
dan/ atau komitmen. Izin operasional berlaku untuk jangka waktu 5
tahun dan dapat diperpanjang selama memenuhi persyaratan dan
klasifikasi rumah sakit. Rumah sakit yang memberikan pelayanan
kesehatan tertentu, rumah sakit harus mendapatkan izin dari menteri.
Pelayanan kesehatan tertentu yang harus mendapatkan izin dari menteri
berupa pelayanan radioterapi, kedokteran nuklir, kehamilan dengan
bantuan atau kehamilan diluar cara alamiah, transplantasi organ, dan sel
punca untuk penelitian berbasis pelayanan terapi. Izin operasional juga
diterbitkan oleh menteri, guibernur, atau bupati/ wali kota berdasarkan
kewenangan masing masing melalui lembaga OSS sesuai dengan
ketentuan peraturan perundangan undangan. Izin operasional rumah
sakit kelas A dan rumah sakit penanaman modal asing diberikan oleh

11
menteri melalui direktur jenderal. Izin operasional rumah sakit kelas B
diberikan oleh gubernur setelah mendapatkan notifikasi dari kepala
dinas yang berwenang di bidang kesehatan pada pemerintah daerah
provinsi. Izin operasional rumah sakit kelas C dan rumah sakit kelas D
diberikan oleh bupati/ wali kota setelah mendapatkan notifikasi dari
kepala dinas yang berwenang dibidang kesehatan pada pemerintah
daerah kabupaten/ kota.

Persyaratan untuk memperoleh izin operasional meliputi :


1. Profil rumah sakit paling sedikit mepiputi visi dan misi, lingkup
kegiatan, rencana strategi, dan struktur organisasi
2. Self assessment meliputi jenis pelayanan, sumber daya manusia,
peralatan dan bangunan dan prasarana rumah sakit dengan
mengacu pada lampiran yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari peraturan menteri ini
3. Surat keterangan atau sertifikat izin kelayakan atau pemanfaatan
dari kalibrasi alat kesehatan
4. Sertifikat akreditasi harus ada untuk perpanjangan izin
operasional
5. Surat pernyataan yang mencantumkan komitmen jumlah tempat
tidur untuk rumah sakit penanaman modal asing berdasarkan
kesepakatan/ kerja sama internasional sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang undangan.

Peneribitan izin yang dilakukan oleh menteri, gubernur, atau bupati/


walikota harus mempertimbangkan sebaran rumah sakit secara merata di
setiap wilayah provinsi dan kabupaten/ kota berdasarkan pemetaan dengan
memperhatikan jumlah dan persebaran penduduk, rasio jumlah tempat tidru,
dan akses masyarakat sesuai dengan ketentuan peraturan oerundang
undangan. Sedangkan penerbitan izin melalui lembaga OSS dilakukan
dalam bentuk dokumen elektronik ssesuai dengan ketentuan peraturan
perundang undangan didalam infirmasi da transaksi elektronik.

12
Untuk rumah sakit milik pemerintah pusat atau pemerintah daerah
dengan pengelolaan keuangan badan layanan umum atau badan layanan
umum daerah, ketentuan perizinan usaha sektor kesehatan yang melalui
lembaga OSS harus melakukan perpanjangan izin operasional.

2.7 Tata Cara Perizinan Yang Harus Dilalui Rumah Sakit

Dalam melakukan perizinan berikut alur perizinan yang harus dilalui


oleh pemilik rumah sakit agar dapat mendapat perizinan untuk mendirikan
rumah sakit :

1. Pemilik rumah sakit harus mengajukan pendaftaran melalui


sistem OSS untuk mendapatkan nomor induk berusaha yang
digunakan oleh pemilik rumah sakit untuk mendapatkan izin
mendirikan dan izin oeprasional
2. Jika pemilik rumah sakit yang telah mendapat nomor induk dapat
diterbitkan izin mendirkan oleh lembaga OSS. Pemilik rumah
sakit harus melakukan pemenuhan komitmen untuk mendapatkan
izin mendirikan yang berlaku efektif. Pemenuhan komitmen
dipenuhi paling lama 2 tahun
 Pemenuhan komitmen dilakukan dengan menyampaikan
persyaratan izin mendirikan kepada kementrian kesehatan
untuk rumah sakit kelas A dan penanaman modal asing,
pemerintah daerah provinsi untuk rumah sakit kelas B, dan
pemerintah daerah kabupaten/ kota untuk rumah sakit kelas
C dan kelas D. Pemenuhan komitmen kepada kementrian
kesehatan dapat dilakukan melalui sistem perizinan online
kementrian kesehatan
 Pemenuhan komitmen kepada pemerintah daerah provinsi
atau pemerintah daerah kabupaten/ kota dapat dilakukan
melalui sistem perizinan onlien instansi pemberian izin
masing masing pemerintah daerah. Sistem perizinan online
kementrian kesehatan dan isntansi pemberi izin masing

13
masing. Pemerintah daerah dapat diintegrasikan dengan
sistem OSS dengan cara melakukan interoperabilitas.
3. Kementrian kesehatan, pemerintah daerah provinsi, atau
pemerintah daerah kabupaten/ kota melakukan evaluasi terhadap
pemenuhan komitmen paling lama 14 hari sejak pemilik rumah
sakit menyampaikan pemenuhan komitmen
4. Berdasarkan hasil evaluasi kementrian kesehatan, pemerintah
daerah provinsi, atau pemerintah daerah kabupaten/ kota
memberikan notifikasi persetujuan atau perbaikan kepada
pemilik rumah sakit melalui sistem OSS
5. Pemilik rumah sakit wajib melakukan perbaikan melalui sistem
OSS sejak diterimanya hasil evaluasi dari kementrian kesehatan.
Dalam rangka melakukan perbaikan pemilik rumah sakit dapat
melakukan perpanjangan pemenuhan komitmen paling lama 1
tahun sejak diterimanya notifikasi perbaikan melalui sistem OSS.
Setelah itu melakukan verifikasi kembali terhadap pemenuhan
komitmen paling lama 10 hari sejak pemilik rumah sakit
menyampaikan kembali pemenuhn komitmen
6. Berdasarkan hasil verifikasi, kementrian kesehatan memberikan
notifikasi persetujuan atau penolakan izin mendirikan kepada
pemilik rumah sakit melalui seistem OSS. Notifikasi persetujuan
sendiri merupakan pemenuhan komitmen izin mendirikan
7. Untuk mendapatkan izin operasional yang diterbitkan oleh
lembaga OSS, pimpinan rumah sakit harus memiliki izin
mendirikan dan pemenuhan komitmen izin operasional
 Pemenuhan komitmen izin harus dilakukan paling lama 3
bulan untuk mendapatkan izin operasional yang berlaku
efektif. Pemenuhan komitmen izin operasional dilakukan
dengan menyampaikan persyaratan izin kepada kementrian
kesehatan untuk rumah sakit kelas A dan penanaman modal
asing, pemerintah daerah provinsi untuk rumah sakit kelas B,
dan pemerintah daerah kabpaten/ kota untuk rumah sakit

14
kelas C dan D. Pemenuhan komitmen kepada kementrian
kesehatan dilakukan melalui sistem perizinan online
kementrian kesehatan.
 Pemenuhan komitmen kepada pemerintah daerah provinsi
atau pemerintah daerah kabupaten/ kota dapat dilakukan
melalui sistem perizinan online instansi pemberi izin masing
masing pemerintah daerah. Sistem perizinan online
kementrian kesehatan dan instansi pemberi izin masing
masing pemerintah daerah dapat diintegrasikan dengan
sistem OSS dengan cara melakukan interoperabilitas.
 Kementrian kesehatan, pemerintah daerah prvinsi, atau
pemerintah daerah kabupaten/ kota melakukan verifikasi dan
visitasi paling lama 14 hari sejak pimpinan rumah sakit
menyampaikan pemenuhan komitmen. Visitasi dilakukan
oleh tim yang bertugas melakukan penilaian kesesuaian
komitmen terhadap pemenuhan klasifikasi rumah sakit,
adapun tim visitasi meliputi :
a. Tim yang dibentuk oleh direktur jenderal, terdiri atas
unsur kementrian kesehatan, dinas kesehatan daerah
provinsi, dinas kesehatan daerah kabupaten/ kota, dan
asosiasi perumahsakitan, untuk rumah sakit kelas A
dan rumah sakit penanaman modal asing
b. Tim yang dibentuk oleh dinas kesehatan daerah
provinsi, terdiri atas unsur kementrian kesehatan, dinas
kesehatan daerah provinsi, dinas kesehatan daerah
kabupaten/ kota dan asosiasi perumahsakitan, untuk
rumah sakit kelas B dan
c. Tim yang dibentuk oleh dinas kesehatan daerah
provinsi, terdiri atas unsur kementrian kesehatan, dinas
kesehatan daerah provinsi, dinas kesehatan daerah
kabupaten/ kota dan asosiasi perumahsakitan, untuk
rumah sakit kelas C

15
 Berdasarkan hasil verifikasi dan visitasi, kementrian
kesehatan, Pemerintah daerah provinsi, atau pemerintah
daerah kabupaten/ kota mengeluarkan notifikasi persetujuan
atau penolakan melalui sistem OSS paling lama 10 hari sejak
dilakukan visitasi. Notifikasi persetujuan merupakan
pemenuhan komitmen izin operasional
 Jika rumah sakit milik pemerintah pusat dan oemerintah
daerah belum melakukan oengelolaan keuangan BLUD, izin
mendirikan diperoleh melalui pengajuan permohonan
pemilik rumah sakit kepada menteri, gubernur, atau bupati/
walikota sebagau pemberi izin sesuai dengan kelas rumah
sakit dengan melampirkan dokumen persyaratan izin
mendirikan.
 Pemberi izin harus menerbitkan surat untuk persetujuan atau
penolakam permohonan izin mendirikan disertai dengan
alasan penolakan paling lama 14 hari kerja sejak surat
permohonan dan dokumen persyaratan izin mendirikan
diterima lengkap. Dan jika permohonan izin mendirikan
ditolak, pemilik rumah sakit daoat mengajukan permohonan
ulang izin mendirikan
8. Rumah sakit pemerintah pusat dan pemerintah daerah yang belum
melakukan pengelolaan keuangan BLUD dan telah memiliki izin
mendirikan, dapat melakukan permohonan izin operasional
kepada direktur jenderak, gubernur, atau bupati/ wali kota sebagai
pemberi izin sesuai dengan kelas rumah sakit dengan
melampirkan dokumen pesyaratan izin operasional
 Kemudian kementrian kesehatan, pemerintah daerah
proviinsi, atau pemerintah daerah kabupaten/ kota
melakukan verifikasi dan visitasi yang dilakukan paling lama
14 hari sejak penugasan

16
 Tim yang terbentuk harus menyampaikan laporan hasil
visitasi paling lama 7 hari kerja setelah visitasi dilakukan.
Berdasarkan hasil verifikasi dan visitasi direktur jenderal,
gubernur, atau bupati/ walikota harus menerbitkan surat
persetujuan atau penolakan permohonan izin oprasional
paling lama 10 hari sejak diterima laporan hasil visitasi
 Izin operasional sendiri memuat penetapan kelas berdasarkan
hasil penilaian pemenuhan jumlah tempat tidur. Jika
penilaian tidak memenuhi ketentuan, penetapan kelas pada
izin operasional ditetapkan berdasarkan hasil visitasi jumlah
tempat tidur.

2.8 Perpanjangan, Peningkatan Kelas, Dan Perubahan Izin Operasional

Perpanjangan, peningkatan kelas, serta perubahan izin operasional dapat


dilakukan dengan ketentuan berikut :

1. Pimpinan rumah sakit harus melakukan perpanjangan izin operasional


paling lambat 6 bulan sebelum izin operasional berakhir. Ketentuan
persyaratan dan tata cara izin operasional sebagaimana berlaku secara
mutatis mutandis maksudnya sesuai dengan prosedur yang terdapat
dalam ketentuan peraturan ini tetapi memiliki kewenangan dalam
melakukan perubahan prosedur pada hal hal yang diperlukan atau
penting sesuai dengan kondisi yang mendesak terhadap persyaratan dan
tata cara perpanjangan izin operasional
2. Sebelum masa berlaku izin operasional berakhir dan pemilik rumah
sakit belum mengajukan perpanjangan izin operasional, rumah sakit
harus menghentikan kegiatan pelayanannya kecuali pelayanan
kegawatdaruratan dan pasien yang sedang dalam perawatan inap.
Rumah sakit yang tidak mematuhi ketentuan dan tetap
menyelenggarakan pelayanan tanpa izin operasional, dikenakan sanksi
pidana sesuai dengan ketentuan perundang undangan
3. Peningkatan kelas rumah sakit dilakukan dengan pemenuhan jumlah
tempat tidur sesuai dengan klasifikasi rumah sakit. Peningkatan kelas

17
rumah sakit hanya dapat dilakukan terhadap rumah sakit yang telah
terakreditasi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang undangan.
Rumah sakit yang menambah jumlah tempat tidur, dan memenuhi
jumlah tempat tidur minimal kelas rumah sakit diatasnya harus
melakukan perubahan izin operasional sesuai dengan klasifikasi rumah
sakit.

Perubahan izin operasional harus dilakukan bila terjadi perubahan pada


hal hal berikut :

a. Badan hukum
b. Nama rumah sakit
c. Kepemilikan modal
d. Jenis rumah sakit
e. Alamat rumah sakit

Perubahan izin operasional dilakukan dengan melampirkan beberapa hal


diantaranya:

a. Izin operasional sebelum perubahan


b. Surat pernyataan penggantian badan hukum dan atau nama rumah
sakit yang ditandatangani pemilik rumah sakit
c. Perubahan akta notaris

4. Ketentuan persyaratan dan tata cara izin berlaku secara mutatis


mutandis sesuai dengan prosedur yang terdapat dalam ketentuan
peraturan ini tetapi memiliki kewenangan dalam melakukan perubahan
prosedur pada hal hak yang du perlukan atau penting sesuai dengan
kondisi yang mendesak terhadap perubahan izin operasional.

18
BAB III
DISKUSI
Perbandingan Permenkes 2014 dan Permenkes 2020
Permenkes 2014 Permenkes 2020
1. Ketentuan Umum 1. Ketentuan Umum
2. Pendirian dan Penyelenggaraan 2. Bentuk dan Jenis Pelayanan
3. Bentuk Rumah Sakit 3. Klasifikasi
4. Klasifikasi Rumah Sakit 4. Perizinan
5. Perizinan Rumah Sakit 5. Penyelenggaraan
6. Registrasi dan Akreditasi Rumah 6. Pembinaan dan Pengawasan
Sakit
7. Penamaan Rumah Sakit 7. Ketentuan Peralihan
8. Pembinaan dan Pengawasan 8. Ketentuan Penutup
9. Ketentuan Peralihan
10. Ketentuan Penutup

A. Bentuk Rumah Sakit


Permenkes 2014 Permenkes 2020
Rumah Sakit Bergerak Rumah Sakit Statis
Didirikan secara permanen dalam Lokasinya permanen, untuk jangka
jangka waktu yang lama untuk waktu yang lama untuk
menyelenggarakan pelayanan menyelenggarakan pelayanan
kesehatan secara paripurna (rawat kesehatan perorangan secara paripurna
inap, rawat jalan, IGD) yang menyediakan pelayanan rawat
inap, rawat jalan, dan
kegawatdaruratan
Rumah Sakit Bergerak Rumah Sakit Bergerak
RS bersifat sementara dalam jangka Rumah Sakit yang siap guna dan
waktu tertentu dan dapat di pindahkan bersifat sementara dalam jangka waktu
ke lokasi lain berbentuk bus, kapal tertentu dan dapat dipindahkan dari
laut, karavan, gerbong kereta atau satu lokasi ke lokasi lain, dapat
kontainer berbentuk bus, pesawat, kapal laut,
karavan, gerbong kereta api atau
kontainer
Sebagaimana dimaksudkan
difungsikan pada daerah tertinggal,
perbatasan, kepulauan, daerah yang
tidak mempunyai Rumah Sakit,
dan/atau kondisi bencana dan situasi
darurat lainnya
Dalam memberikan pelayanan
kesehatan harus melapor kepada
kepala dinas kesehatan daerah

19
kabupaten /kota tempat pelayanan
diberikan
Rumah Sakit Lapangan Rumah Sakit Lapangan
Rumah Sakit yang didirikan di lokasi Rumah Sakit yang didirikan di lokasi
tertentu selama kondisi darurat dalam tertentu dan bersifat sementara selama
pelaksanaan kegiatan tertentu yang kondisi darurat dan masa tanggap
berpotensi bencana atau selama masa darurat bencana, atau sela ma
tanggap darurat bencana. pelaksanaan kegiatan tertentu
Dapat berbentuk tenda di ruang Dapat berbentuk tenda, kontainer, atau
terbuka, kontainer, atau bangunan bangunan permanen yang
permanen yang difungsikan sementara difungsikan sementara sebagai Rumah
sebagai Rumah Sakit. Sakit

 Persamaan
Rumah Sakit Bergerak/Statis
Sama-sama didirikan secara permanen dalam jangka waktu yang lama untuk
menyelenggarakan pelayanan kesehatan (rawat inap, rawat jalan, IGD)
Rumah Sakit Bergerak
- RS bersifat sementara dalam jangka waktu tertentu dan dapat di pindahkan ke
lokasi lain
- RS bergerak ini dapat berbentuk bus, kapal laut, karavan, gerbong kereta atau
kontainer
Rumah Sakit Lapangan
- Rumah Sakit yang didirikan di lokasi tertentu selama kondisi darurat dalam
pelaksanaan kegiatan tertentu yang berpotensi bencana atau selama masa
tanggap darurat bencana
- RS bentuk lapangan ini dapat berbentuk tenda di ruang terbuka, kontainer,
atau bangunan permanen yang difungsikan sementara sebagai Rumah Sakit

 Perbedaan
Permenkes 2014 Permenkes 2020
Rumah Sakit Bergerak Rumah Sakit Bergerak
Pada permenkes 2014 bagian rumah Pada permenkes 2020 bagian rumah
sakit bergerak ini terdapat pada pasal sakit bergerak ini terdapat pada pasal 3
5, dengan paparan hanya pada point 1 dengan paparan pada point 1 dan
saja paparan lanjutannya pada point 2-6
Rumah Sakit Lapangan Rumah Sakit Lapangan
Secara garis besar sama Secara garis besar sama isi
pemaparannya, hanya saja terdapat
kata penambahan “bersifat sementara”
pada permenkes 2020 ini

20
B. Jenis Rumah Sakit
Permenkes 2014 Permenkes 2020
Rumah Sakit Khusus Rumah Sakit Khusus
1. Ibu dan anak 1. Ibu dan anak
2. Mata; 2. Mata;
3. Gigi dan mulut; 3. Gigi dan mulut;
4. Ginjal; 4. Ginjal;
5. Jiwa; 5. Jiwa;
6. Infeksi; 6. Infeksi;
7. Telinga-hidung-tenggorok- 7. Telinga-hidung-tenggorok-
kepala leher kepala leher
8. Paru; 8. Paru;
9. Ketergantungan obat 9. Ketergantungan obat
10. Bedah; 10. Bedah;
11. Otak; 11. Otak;
12. Orthopedi; 12. Orthopedi;
13. Kanker; dan 13. Kanker; dan
14. Jantung dan pembuluh darah 14. Jantung dan pembuluh darah
Rumah Sakit Umum Rumah Sakit Umum
Pelayanan kesehatan : Pelayanan kesehatan :
- Pelayanan medik - Pelayanan medik dan
- Pelayanan penunjang klinik penunjang medik
- Pelayanan penunjang non - pelayanan keperawatan dan
klinik kebidanan
- pelayanan keperawatan dan - pelayanan non medik
kebidanan Pelayanan Medik Dan Penunjang
- Pelayanan rawat inap Medik:
- pelayanan kefarmasian - Pelayanan medik umum
Pelayanan Medik Dan Penunjang - pelayanan medik spesialis
Medik: - pelayanan medik subspesialis
- Pelayanan gawat darurat Pelayanan Keperawatan Dan
- pelayanan medik spesialis Kebidanan:
dasar - Asuhan keperawatan generalis
- pelayanan medik spesialis dan/atau spesialis
penunjang - Asuhan kebidanan
- Pelayanan medik spesialis gigi Pelayanan Non Medis :
dan mulut - Pelayanan farmasi
- Pelayanan medik spesialis lain - Pelayanan laundry
- Pelayanan medik subspesialis - pengolaham makanan/gizi
Pelayanan Keperawatan Dan - Pemulasaran jenazah
Kebidanan:
- Pelayanan bank darah
- Pelayanan intensif untuk
semua golongan umur dan
jenis penyakit
- Gizi

21
-
Sterilisasi instrumen dan rekam
medik
Pelayanan Non Medis :
- Pelayanan laundry
- Dapur/ jasa boga
- Teknik dan pemeliharaan
fasilitas
- Pengelolaan limbah
- Gudang
- Ambulan
- Sistem informasi dan
komunikasi
- Sistem penanggulangan
kebakaran
- Pengelolaan gas medik dan air
bersih
- Pemulasaran jenazah

 Persamaan
Rumah Sakit Khusus
Baik permenkes 2014 maupun permenkes 2020, sama-sama memaparkan
adanya 14 jenis rumah sakit khusus
Rumah Sakit Umum
Adanya jenis pelayanan yang di paparkan pada permenkes 2014 dan juga pada
permenkes 2020

 Perbedaan
Rumah Sakit Umum
Dapat terlihat adanya perbedaan pada kedua permenkes, yatitu pada permenkes
2020 jenis pelayanan kesehatan disebutkan lebih ringkas sedangkan pada
permenkes 2014 lebih dijabarkan lagi pada tiap-tiap pelayanannya

C. Klasifikasi Rumah Sakit


Permenkes 2014 Permenkes 2020
Rumah Sakit Khusus Rumah Sakit Khusus
A B C A B C
- Rumah Rumah Rumah
sakit sakit sakit
khusus khusus khusus
yang yang yang
memiliki memiliki memiliki
jumlah jumlah jumlah
tempat tempat tempat
tidur tidur tidur

22
paling paling paling
sedikit sedikit sedikit
100 buah 75 buah 25 buah
Rumah Sakit Umum Rumah Sakit Umum
A B C D A B C D
- Rumah Rumah Rumah Rumah
sakit sakit sakit sakit
umum umum umum umum
yang yang yang yang
memiliki memiliki memiliki memiliki
jumlah jumlah jumlah jumlah
tempat tempat tempat tempat
tidur tidur tidur tidur
paling paling paling paling
sedikit sedikit sedikit sedikit
250 buah 200 buah 100 buah 50 buah

 Perbedaan
Rumah Sakit Khusus
Terlihat jelas perbedaannya dari paparan pada klasifikasi rumah sakit khusus,
yaitu pada permenkes 2020 menyebutkan tiap kelas dilihat dari jumlah tempat
tidur. Sedangkan pada permenkes 2014 tidak disebutkan atau dipaparkan
mengenai jumlah tempat tidur pada tiap kelasnya
Rumah Sakit Umum
Sama halnya pada klasifikasi kelas rumah sakit khusus, untuk rumah sakit umum
tiap kelasnya pada permenkes 2020 dilihat dari jumlah tempat tidurnya.
Sedangkan pada permenkes 2014 tidak dilihat atau tidak di sebutkan untuk kelas
rumah sakit dari tempat tidur

 Persamaan
Rumah Sakit Khusus
klasifikasi rumah sakit khusus pada permenkes 2014 dan permenkes 2020
menyebutkan adanya kelas A,B,C
Rumah Sakit Umum
klasifikasi rumah sakit khusus pada permenkes 2014 dan permenkes 2020
menyebutkan adanya kelas A,B,C

D. Perizinan
Permenkes 2014 Permenkes 2020
Izin Mendirikan Izin Mendirikan
Izin mendirikan diberikan untuk Izin mendirikan merupakan izin yang
mendirikan bangunan baru atau diajukan oleh pemilik rumah sakit
untuk medirikan bangunan atau

23
mengubah fungsi bangunan lama untuk mengubah fungsi bangunan yang telah
difungsikan sebagai rumah sakit ada menjadi rumah sakit
Izin mendirikan berlaku 1 tahun dan Berlaku selama rumah sakit
hanya dapat diperpanjang untuk 1 memberikan pelayanan kesehatan
tahun. Perpanjangan izin Mendirikan
diperoleh dengan mengajukan
permohonan selambat-lambatnya 2
bulan sebelum jangka waktu berakhir
dengan melampirkan Izin Mendirikan
Izin Operasional Izin Operasional
Izin operasional merupakan izin yang Izin operasional merupakan izin yang
diberikan kepada pengelola rumah diajukan oleh pimpinan rumah sakit
sakit untuk menyelenggarakan untuk melakukan kegiatan pelayanan
pelayanan kesehatan kesehatan termasuk penetapan kelas
rumah sakit dengan memenuhi
persyaratan dan atau komitmen
Berlaku untuk jangka waktu 5 tahun Berlaku selama 5 tahun dan dapat
dan dapat diperpanjang selama diperpanjang selama mememenuhi
memenuhi persyaratan, perpanjangan persyaratan dan klasifikasi rumah
izin operasional dilakukan dengan sakit
mengajukan permohonan perpanjangan
selambat lambatnya 6 bulan sebelum
habis masa berlakunya izin
operasional.

 Persamaan
Izin Mendirikan
Baik permenkes 2014 maupun permenkes 2020 untuk izin mendirikan ini
diberikan untuk mendirikan bangunan baru yang difungsikan sebagai rumah sakit
Izin Operasional
Baik permenkes 2014 maupun permenkes 2020, izin operasional ini merupakan
izin yang diberikan kepada pengelola rumah sakit untuk menyelenggarakan
pelayanan kesehatan

 Perbedaan
Izin Mendirikan Izin Mendirikan
- berlaku 1 tahun Berlaku selama rumah sakit
- Perpanjangan izin Mendirikan memberikan pelayanan kesehatan
diperoleh dengan mengajukan
permohonan selambat-lambatnya 2
bulan sebelum jangka waktu berakhir
Izin Operasional Izin Operasional
- Berlaku untuk jangka waktu 5 tahun - Berlaku selama 5 tahun
- perpanjangan izin operasional - diperpanjang selama mememenuhi
dilakukan dengan mengajukan persyaratan dan klasifikasi rumah sakit

24
permohonan perpanjangan selambat
lambatnya 6 bulan

E. PENYELENGGARAAN
Permenkes 2014 Permenkes 2020
Rumah Sakit yang didirikan dan Tempat Tidur Perawatan Kelas Iii
diselenggarakan oleh Pemerintah - paling sedikit 30% dari seluruh
merupakan unit pelaksana teknis dari
tempat tidur untuk Rumah Sakit milik
instansi Pemerintah yang tugas pokok
Pemerintah Pusat dan Peme rintah
dan fungsinya di bidang kesehatan Daerah
ataupun instansi Pemerintah lainnya.
- paling sedikit 20% dari seluruh
tempat tidur untuk Rumah Sakit milik
swasta
Rumah Sakit yang didirikan oleh Tempat Tidur Perawatan Di Atas
swasta harus berbentuk badan hukum Kelas I
yang kegiatan usahanya hanya paling banyak 30% (tiga puluh persen)
bergerak di bidang perumahsakitan. dari seluruh tempat tidur untuk Rumah
Sakit mi lik Pemerintah Pusat,
Pemerintah Daerah, dan swasta

Tempat Tidur Perawatan Intensif


- paling sedikit 8% (delapan persen)
- dari seluruh tempat tidur untuk
Rumah Sakit baik milik Pemerintah
Pusat, Pemerintah Daerah, dan swasta.
a. Perawatan intensif untuk RS
umum 5 % untuk ICU, dan 3%
untuk pelayanan intensif
lainnya
b. Ketentuan paling sedikit 8%
dikecualikan untuk RS khusus
mata dan RS Khusu s Gigi dan
mulut

 Persamaan
Pada kedua permenkes ini perihal penyelenggaraan baik permenkes 2014 maupun
permenkes 2020, sama-sama mengacu pada penyelenggaraan rumah sakit
pemerintah dan rumah sakit swasta.

25
 Perbedaan
Permenkes 2014 Permenkes 2020
Hanya menyebutkan penyelenggaraan Selain menyebutkan untuk rumah sakit
untuk rumah sakit pemerintah dan pemerintah dan rumah sakit swasta,
rumah sakit swasta saja permenkes 2020 ini menambahkan
perihal tempat tidur pada setiap
kategori rumah sakitnya

F. Penamaan Rumah Sakit


Permenkes 2014 Permenkes 2020
1. Pemberian nama Rumah Sakit 1. Pemberian nama Rumah Sakit
harus memperhatikan nilai dan harus memperhatikan nilai dan
norma agama, sosial budaya, norma agama, sosial budaya,
dan etika dan etika
2. Dilarang menambahkan kata 2. Dilarang menambahkan kata
internasional, international, internasional, international,
kelas dunia, world class, global, kelas dunia, world class, global,
dan/atau yang disebut nama dan/atau yang disebut nama
lainnya yang bermakna sama lainnya yang bermakna sama
3. Dilarang menggunakan nama 3. Dilarang menggunakan nama
orang yang masih hidup orang yang masih hidup

 Persamaan
Pada penamaan rumah sakit baik permenkes 2014 maupun permenkes 2020, tidak
ada yang berubah. Isi dan perihal yang disampaikan sama dan tidak ada yang diganti
atau diubah.
G. Pembinaan dan Pengawasan
Permenkes 2014 Permenkes 2020
Pembinaan dan pengawasan dilaksanakan melalui
1. Advokasi, sosialisasi, 1. Advokasi, sosialisasi,
supervisi, konsult asi, dan supervisi, konsult asi, dan
bimbingan teknis bimbingan teknis
2. Pendidikan dan pelatihan 2. Pendidikan dan pelatihan
3. Pemantauan dan evaluasi 3. Pemantauan dan evaluasi
4. Reviu kelas rumah sakit

 Perbedaan
Dapat terlihat perbedaan antara permenkes 2014 dengan permenkes 2020, yang
mana pada permenkes 2020 mencantumkan tentang “reviu”

26
 Persamaan
Pada permenkes 2014 dan 2020 terdapat 3 point yang sama dalam pembinaan dan
pengawasan saat pelaksanaan.
H. Ketentuan Peralihan
Permenkes 2014 Permenkes 2020
RS RS Penyesua RS RS Penyesu Reviu Kelas
telah proses ian telah proses aian
memili pengaj ketentuan memili pengaju ketentua
ki izin uan ki izin an izin n
izin
RS Permo - RS RS RS - RS - Reviu kelas
yang honan yang yang yang yang RS yang telah
memili izin telah telah sedang telah memiliki izin
ki izin yang mempun memili dalam memilik berdasarkan
berdas sedang yai izin ki izin proses i izin PMK No.
arkan dalam berdasark operasi pengaju berdasar 56/2014, PMK
Perme proses an onal an Izin kan No. 26/2018,
nkes tetap Permenk berdas mendiri PMK dilakukan
Nomor menga es No. arkan kan No. dengan
147 cu 147 PMK dan/ata 56/2014 menggunakan
tahun pada Tahun No. u izin , PMK klasifikasi
2010 Permen 2010 56/201 operasi No. yang ada pada
tetap kes No. tetapi 4, onal 26/2018 PMK No.
belaku 147 belum PMK baru, , dan 56/2014 dan
sampai Tahun ditetapka No. atau PMK PMK No.
masa 2010 n 26/201 perpanj No. 340/Menkes/P
berlak kelasnya 8, dan angan 30/2019 er/III/2010
unya harus PMK izin harus - Reviu kelas
izin mengajuk No. operasi menyes RS yang telah
an 30/201 onal uaikan memiliki izin
permoho 9 berdasa dengan berdasarkan
nan izin tetap rkan ketentua PMK No.
operasion berlak PMK n PMK 30/2019,
al u No. ini 1 dilakukan
berdasark sampai 26/201 tahun dengan
an habis 8 dan sejak menggunakan
Permenk masa PMK PMK klasifikasi
es No. 56 berlak No. No. yang ada pada
Tahun unya 30/201 3/2020 PMK No.
2014 izin 9 diundan 30/2019
paling tetap gkan - Reviu kelas
lambat 2 diberik - dengan
tahun an izin Ketentu menggunakan
sejak sesuai an harus klasifikasi
Permenk dengan menyes berdasarkan
es ini PMK uaikan PMK No.

27
diundang No. dengan 56/2014, PMK
kan 26/201 ketentua No.
- RS 8 dan n PMK 340/Menkes/P
Khusus PMK ini 1 er/III/2010 dan
yang No. tahun, PMK No.
menggun 30/201 tidak 30/2019 hanya
akan 9 berlaku untuk 1 tahun
nama bagi RS sejak PMK ini
kekhusus yang diundangkan
an selain sudah
yang memilik
ditentuka i izin
n harus operasio
menyesu al tetapi
aikan banguna
paling n tidak
lambat 1 saling
tahun terhubu
sejak ng
Permenk
es ini
diundang
kan
- RS
yang
diselengg
arakan
pemerint
ah yang
belum
berbentu
k UPT
menyesu
aikan diri
paling
lambat 2
tahun
sejak
Permenk
es ini
diundang
kan
 Perbedaan
Permenkes 2014 Permenkes 2020
 Rs telah memiliki izin, rs  Rs telah memiliki izin, rs proses
proses pengajuan izin, pengajuan izin, penyesuaian
penyesuaian ketentuan ketentuan dan reviu kelas

28
 Rs telah memiliki mengacu  RS yang telah memiliki izin
pada Permenkes Nomor 147 operasional berdasarkan PMK
tahun 2010 No. 56/2014, PMK No. 26/2018,
dan PMK No. 30/2019
 rs proses pengajuan izin  diberikan izin sesuai dengan
mengacu pada Permenkes PMK No. 26/2018 dan PMK No.
No. 147 Tahun 2010 30/2019
 penyesuaian ketentuan : RS  penyesuaian ketentuan :
yang telah mempunyai izin berdasarkan PMK No. 56/2014,
berdasarkan Permenkes No. PMK No. 26/2018, dan PMK No.
147 Tahun 2010 30/2019 harus
  Reviu kelas RS yang telah
memiliki izin mengacu pada PMK
No. 56/2014 dan PMK No.
340/Menkes/Per/III/2010
 Reviu kelas RS yang telah
memiliki izin dilakukan dengan
menggunakan klasifikasi yang
ada pada PMK No. 30/2019

Kelebihan dan Kekurangan Permenkes 2014 dan Permenkes 2020


Permenkes 2014 Permenkes 2020
Kekurangan Kelebihan Kekurangan Kelebihan
- Izin - hilangnya rujukan -Lebih ditekankan
operasional berjenjang dalam pada jumlah
penetapan kelas tatakelola tempat tidur yang
tidak lagi pelayanan rumah ditujukan pada
mensyaratkan sakit. suai Pasal 6, pendekatan sistem
berdasarkan rujukan berjenjang pelayanan medis
hasil penilaian dihapus dan
pemenuhan berlakunya
kriteria
klasifikasi
rumah sakit
berupa bangunan
dan prasarana,
kemampuan
pelayanan,
sumber daya
manusia, dan
peralatan
- disebutkan - Hilangnya - orientasinya pada
secara rinci jenis Pelayanan pendekatan type
– jenis Penunjang Medik kelas rumah sakit
pelayanan apa bertitik tolak pada
saja yang pelayanan medik

29
termasuk dalam
kategori
pelayanan
subspesialis
dasar dan apa –
apa saja
kelompok
pelayanan
subspesials lain
- Dokter - tidak disebutkan - Peningkatan
Spesialis untuk (telah dihilangkan) cenderung pada
pelayanan medik secara rinci jenis – akses layanan.
dasar, dokter jenis pelayanan apa
spesialis untuk saja yang termasuk
pelayanan dalam kategori
penunjang pelayanan
medik, dokter subspesialis dasar
spesialis untuk dan apa – apa saja
pelayanan medik kelompok
selain spesialis pelayanan
dasar dan dokter subspesials lain
subspesialis
disebutkan
secara terperinci
jumlahnya
(SDM)nya
- Klasifikasi - Dokter Spesialis - Para dokter
Rumah Sakit untuk pelayanan spesialis dan
Khusus (RSK) medik dasar, dokter subspesialis yang
Kelas A, B dan spesialis untuk dulu
C dilihat pelayanan “DILARANG”
berdasarkan penunjang medik, berpraktik di RS
memiliki dokter spesialis Tipe C dan D
kemapuan untuk pelayanan sudah
pelayanan medik medik selain diperbolehkan
spesialis dan spesialis dasar dan
subspesialis dokter subspesialis
tidak lagi
disebutkan secara
terperinci
- Klasifikasi - Rumah Sakit yang - Kewajiba Rumah
Rumah Sakit memberikan Sakit terkait
Umum (RSU) pelayanan pemenuhan sarana
Kelas A, B, C kesehatan tertentu prasarana yang
dan D dilihat Tidak lagi ekslusif dahulu
berdasarkan hanya boleh di “DIWAJIBKAN”
memiliki RSU Tipe A dan B Wajib ada, diberi
kemapuan atau yang

30
pelayanan medik ditetapkan oleh pilihan (+/-) boleh
spesialis dan Menteri ada boleh tidak
subspesialis
- Rumah Sakit - Izin Operasional - Banyak RS akan
yang penetapan kelas naik kelas karena
memberikan Tidak Lagi kapasitas tempat
pelayanan Mensyaratkan tidurnya memenuhi
kesehatan berdasarkan hasil syarat
tertentu ekslusif penilaian
hanya boleh di pemenuhan kriteria
RSU Tipe A dan klasifikasi Rumah
B atau yang Sakit berupa
ditetapkan oleh bangunan dan
Menteri prasarana,
kemampuan
pelayanan, sumber
daya manusia, dan
peralatan, tetapi
HANYA
BERDASARKAN
hasil penilaian
pemenuhan jumlah
tempat tidur
- Izin - pelayanan farmasi - peluang bagi
Operasional dimasukan dalam dokter spesialis
penetapan kelas kelompok untuk bekerja di
Mensyaratkan “pelayanan non kota besar makin
berdasarkan medik”. terbuka lebar
hasil penilaian dengan banyaknya
pemenuhan RS Kelas C dan
kriteria Kelas D yang bisa
klasifikasi menjadi tempat
Rumah Sakit praktik
berupa bangunan
dan prasarana,
kemampuan
pelayanan,
sumber daya
manusia, dan
peralatan
- Rumah Sakit - Klasifikasi
yang didirikan Rumah Sakit
oleh swasta Umum (RSU)
dengan KELAS A, B, C
penanaman DAN D tidak lagi
modal asing berdasarkan
berdasarkan memiliki
kemampuan

31
Klasifikasi RSU pelayanan medik
Kelas A dan B spesialis dan
subspesialis, tetapi
hanya berdasarkan
jumlah tempat
tidur
- Klasifikasi
Rumah Sakit
Khusus (RSK)
Kelas A, B dan C
tidak lagi
berdasarkan
memiliki
kemapuan
pelayanan medik
spesialis dan
subspesialis, tetapi
HANYA
berdasarkan
Jumlah Tempat
Tidur
- Izin operasional
penetapan kelas
anya berdasarkan
hasil penilaian
pemenuhan jumlah
tempat tidur
- Pelayanan Medik
di Rumah Sakit
tetap dibagi
menjadi 3 Kategori
- Upaya Perbaikan
Pelayanan pada
Masyarakat dan
Tenaga Medis

32
BAB IV

KESIMPULAN

Dalam rangka menyelenggarakan pelayanan rumah sakit yang Profesional


dan bertanggungjawab diperlukan penataan terhadap Klasifikasi dan perizinan
rumah sakit yang memenuhi aspek perlindungan hukum baik bagi penyelenggara
atau pelaku usaha di bidang perumahsakitan maupun bagi masyarakat penerima
pelayanan kesehatan.

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 56 Tahun 2014, Derajat


kesehatan yang setinggi-tingginya dapat terwujud dengan adanya manajemen
sumber daya manusia. Perencanaan merupakan langkah awal yang paling mendasar
untuk mencapai tujuan dalam hal ini yaitu untuk pemenuhan sumber daya manusia.
Di Rumah Sakit terdapat 3 unsur penting yaitu manajerial, dokter spesialis, dan
keperawatan. Kelengkapan dokter spesialis merupakan komponen penting dalam
penentuan kelas dan perizinan Rumah Sakit. Proses perencanaan sumber daya
manusia berawal dari tahap peramalan yaitu estimasi kebutuhan sumber daya
manusia yang diperlukan oleh organisasi dengan cara rekonsiliasi antara labor
demand dan labor supply.

Lahirnya PMK No 3/2020 Tentang Klasifikasi dan perizinan rumah sakit


sebagai turunan Undang Undang No 44/2009 tentang Rumah Sakit, menimbulkan
polemik ditengah tengah masyarakat. Permenkes tentang tentang Klasifikasi dan
Perzinan Rumah sakit lebih ditekan pada pendekatanan struktur bangunan Rumah
sakit SDM, baru dibentuk klasifikasi rumah sakit yang berdasarkan dengan type
Kelas A, Kelas B, Kelas C, Kelas D. Sedangkan dalam Permenkes No 3/2020
tentang klasifikasi dan perizinanan rumah sakit lebih ditekan pada jumlah tempat
tidur yang ditujukan pada pendekatan sistem pelayanan medis, orientasinya pada
pendekatan type klas rumah sakit bertitik tolak pada pelayanan medik. Peningkatan
cenderung pada akses layanan.

33
Dapat dilihat pada table dibawah ini perbedaan permenkes 2014 dan
pemenkes 2021 tentang klasifikasi dan perizinan rumah sakit

34
35
Lahirnya PMK No 3 Tahun 2020 tentang Klasifikasi dan Perizinan Rumah
Sakit pada tanggal 14 Januari 2020 dan telah diundangkan pada tanggal 16 Januari
2020 telah memberikan kepastian terkait ‘polemik’ dalam penyelenggaraan
perizinan dan klasifikasi Rumah Sakit, artinya dengan aturan ini maka Permenkes
No 30 Tahun 2019 tentang Klasifikasi dan Perizinan Rumah Sakit dinyatakan telah
dicabut dan tidak berlaku.

Selain dari segi SDMnya, banyak yang berubah dari permenkes 2020 ini
dibandingkan dengan permenkes sebelumnya, termasuk permenkes 2014 tentang
klasifikasi dan perizinan rumah sakit. Ada banyak hal yang berbeda pada PMK
Nomor 3 Tahun2020 ini dibandingkan dengan dua PMK pendahulunya. Berbagai
perubahan ini akan mempengaruhi implementasi kebijakan JKN, Rujukan
Berjenjang, sampai ke distribusi tenaga dan fasilitas kesehatan.

Timbulnya polemik dan pandangan kritis dari masyarakat tentang


eksistensi PMK No 3/2020 tentang klisifikasi dan perzinanan rumah sakit, secara
positif patut kita sambut gembira, ini merupakan bentuk kepedulian masyarakat
agar pelayanan rumah sakit tetap mampu meningkatkan pelayanan profesional,
bermutu dan manusiawi.

Selain dari pada itu walau bagaimanapun permenkes no.3 tahun 2020 ini
merupakan upaya perbaikan pelayanan pada masyarakat dan tenaga medis

36
SARAN

Berdasarkan dampak yang timbul dan pengaruh pelaksanaan PMK no 3 terhadap


pelayanan kesehatan secara menyeluruh di RS, maka sebaiknya :

1. Pihak terkait dapat meninjau kembali kategori Pelayanan Farmasi dari non
medis menjadi medis
2. Meninjau kembali cakupan pelayanan kefarmasian, dengan mengembalikan
dan mencantumkan pelayanan kefarmasian mencakup pelayanan persediaan
dan pelayanan Farmasi klinis
3. Mengajak Organisasi Profesi, KARS, dan Praktisi juga Akademisi, untuk
mendengar pendapat dan perspektif dari tinjauan berbagai aspek agar PMK
dapat disusun sesuai dan sejalan dengan regulasi lainnya dan Standar yang
ada.

37
DAFTAR PUSTAKA
1. KKI.2020. Regulasi Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 3 Tahun 2020 Tentang
Klasifikasi dan Perizinan Rumah Sakit. Kebijakan Kesehatan Indonesia
2. Mitra Husada. 2020. Permenkes 3 tahun 2020 tentang Klasifikasi dan Perizinan
Rumah Sakit. Jogloabang
3. Pemerintah Republik Indonesia. 2014. Permenkes No. 56 Tahun 2014 tentang
Klasifikasi dan Perizinan Rumah Sakit. Menteri Kesehatan
4. Klasifikasi dan Perizinan Rumah Sakit, Biro Hukum dan Organisasi Kementerian
Kesehatan, Surabaya, 24 Januari 2020
5. KAJIAN PERMENKES NOMOR 3 TAHUN 2020 TENTANG KLASIFIKASI
DAN PERIJINAN RUMAH SAKIT, Galih Endradita, Ganis Irawan, M. Afiful
Jauhani, Januari 2020

Anda mungkin juga menyukai