Anda di halaman 1dari 62

PERATURAN INTERNAL (HOSPITAL BY LAWS)

RUMAH SAKIT UMUM (RSU) CUT MEUTIA


PT CUT MEUTIA MEDIKA NUSANTARA

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Rumah Sakit Cut Meutia awal mula didirikan oleh PT Perkebunan Nusantara I
(PTPN I) sebagai salah satu unit kerja yang bergerak dalam bidang pelayanan
kesehatan karyawan berlokasi di Jln. Garuda No. 1 Kebun Baru, Langsa, Provinsi Aceh
Indonesia dengan nomor telepon 0641– 4811339 dan alamat e-mail
rscm.cmn@gmail.com dan diresmikan oleh Riyad Suhadi selaku Direktur Utama pada
tanggal 04 Agustus 1984.
Pada tahun 2012 Rumah Sakit Cut Meutia sudah terakreditasi 5 (lima) pelayanan
dasar yakni Pelayanan Administrasi, Pelayanan Administrasi Medis, Pelayanan Instalasi
Gawat Darurat, Pelayanan Medis dan Keperawatan, memenuhi syarat rumah sakit tipe
C Rumah Sakit Cut Meutia berubah nama menjadi Rumah Sakit Umum (RSU) Cut
Meutia.
Terhitung 01 Juli 2013 PTPN I melakukan spin off dengan membentuk anak
perusahaan yang diberi nama PT Cut Meutia Medika Nusantara (PT CMN) dan RSU Cut
Meutia merupakan salah satu unit kerja PT CMN selain Klinik Pratama Cut Meutia I
Kebun Baru, Klinik Pratama Cut Meutia II Cot Girek dan Klinik Utama Cot Girek.
RSU Cut Meutia dipimpin oleh seorang Karyawan Pimpinan berlatar belakang
pendidikan minimal Strata 1 Kedokteran yang dinilai memiliki kemampuan, kompetensi
dan wawasan untuk diangkat dan ditempatkan pada tugas/jabatan sebagai Kepala
Rumah Sakit melalui Surat Keputusan Direktur PT CMN dan mendapat persetujuan
Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) PT CMN.
RSU Cut Meutia memiliki VISI yakni Menjadi Rumah Sakit dengan pelayanan
terbaik dan profesional yang bernuansa islami dan sebagai rumah sakit rujukan di
Propinsi Aceh, dan MISI:

1. Mengoptimalkan pelayanan sesuai standar norma, etika dan peraturan yang


berlaku.
2. Melaksanakan pelayanan kesehatan yang terjangkau, bermutu, efisien, efektif,
komunikatif dan informatif.
3. Membangun sumber daya manusia Rumah Sakit yang profesional sesuai standar
yang islami dengan diiringi integritas yang tinggi dalam pelayanan.

1
4. Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat di Propinsi Aceh.
5. Menurunkan angka kematian ibu dan bayi.
Dengan motto MELATI yang bermakna Mudah, Efisien, Lembut, Aman, Terampil, dan
Islami serta Semboyan “4S” yang berarti “Senyum” dengan tulus, “Sapa” dengan ramah,
“Salam” dengan hormat dan “Sentuh” dengan kasih sayang.
Rumah Sakit Umum Cut Meutia menyelenggarakan pelayanan kesehatan mulai
dari yang bersifat umum sampai dengan yang bersifat spesialistik dan dilengkapi
dengan pelayanan penunjang medis 24 (dua puluh empat) jam dan memberikan
beragam jenis pelayanan medis, antara lain klinik umum, klinik gigi dan mulut, dan klinik
spesialis, Instalasi Gawat Darurat, Rawat Intensif, serta rawat inap yang terdiri dari
ruangan Seulanga, Teratai, Jeumpa, Melati, Mawar, Kasuari, Apel, Mangga, Jeruk,
Jambu dan dilengkapi pelayanan Laboratorium, Radiologi, Instalasi Farmasi, Fisioterapi,
Anestesi. Kapasitas tempat tidur pasien yang disediakan di RSU Cut Meutia sebanyak
112 tempat tidur.
Kebijakan umum RSU Cut Meutia adalah setiap pasien yang datang dilayani
kebutuhannya secara tuntas dengan menyediakan keperluan perawatan dan
pengobatan pasien, baik obat maupun alat yang diperlukan. Bagi Pasien Umum/Non
BPJS Kesehatan tidak akan diminta uang muka dan atau diberikan tagihan biaya
perobatan sebelum pasien dinyatakan sehat dan diizinkan pulang oleh dokter yang
menangani, sedangkan untuk Pasien terdaftar sebagai Peserta BPJS Kesehatan atau
Jaminan Kesehatan Aceh (JKA) diutamakan penanganan terhadap pasien dan proses
administrasi tidak akan dipersulit cukup dengan menunjukan salah satu identitas diri
baik berupa Kartu Peserta BPJS Kesehatan, Kartu Tanda Penduduk (KTP) atau Kartu
Keluarga milik Pasien dan tidak ada pungutan biaya apapun terhadap pasien dan
keluarganya. Hal ini merupakan kebijakan yang telah ada sejak RSU Cut Meutia berdiri
dan merupakan nilai dasar bagi RSU. Cut Meutia.

B. MAKSUD DAN TUJUAN HBL (Hospital By Laws)


Penyusunan peraturan internal (Hospital By Laws) ini dilandasi adanya kesadaran
bahwa kesehatan adalah hak individu setiap manusia sebagai anugerah dan karunia
Allah SWT, untuk itu diwajibkan kepada setiap rumah sakit untuk memberikan
pelayanan kesehatan yang optimal bagi siapapun yang mempercayakan pelayanan
kesehatannya kepada rumah sakit tersebut, maka begitu juga RSU Cut Meutia yang
akan selalu berupaya memberikan pelayanan kesehatan yang terbaik, dengan mutu
layanan yang terus ditingkatkan mengikuti kemajuan jaman, serta sikap profesionalisme
dari seluruh Tenaga Medis dan Non Medis yang selalu mengutamakan keselamatan
pasien.

2
Perubahan paradigma rumah sakit dari lembaga sosial menjadi lembaga sosio-
ekonomi yang dapat dijadikan subyek hukum, hal ini perlu diantisipasi dengan adanya
kejelasan tentang hak dan tanggung jawab masing-masing pihak yang berkepentingan
dalam pengelolaan rumah sakit, yang akan diatur dalam Hospital Bylaws (Statuta).
Rumah Sakit sebagai institusi pelayanan kesehatan yang multi disiplin ilmu, sarat
dengan dana dan teknologi yang canggih serta resiko yang tinggi. Tidak menutup
kemungkinan adanya konflik antar pihak yang berkepentingan, baik antara customer
dengan pemberi pelayanan, maupun antara pemilik dengan pengelola atau pengelola
dengan pemberi pelayanan yaitu semua Staf Rumah Sakit.
Hospital Bylaws (Statuta) salah satu bentuk aturan tertulis yang merupakan hasil
dari kesepakatan dan evaluasi antara pihak Direktur PT Cut Meutia Medika Nusantara
selaku Representasi Pemilik dari PTPN I, dengan pihak Penggelola dalam hal ini adalah
Kepala Rumah Sakit, pejabat struktural dan seluruh Staf Medis Fungsional RSU Cut
Meutia.
Hospital Bylaws (Statuta) diberlakukan dengan tujuan untuk melindungi semua
pihak yang terkait secara baik dan benar, berdasarkan rasa keadilan dan perundang-
undangan serta ketentuan dan peraturan yang berlaku di Indonesia. Pengelola rumah
sakit pada dasarnya ditentukan oleh ketiga komponen, pihak yang berperan besar yaitu
Pemilik termasuk Direktur PT Cut Meutia Medika Nusantara, Kepala Rumah Sakit,
Pejabat Struktural dan Staf Medis Fungsional serta peran dari Komite Medik dan Komite
Keperawatan.
Oleh karena itu dalam Hospital Bylaws (Statuta) ini akan diatur hubungan, hak dan
kewajiban, tanggung jawab peran dari Direktur PT Cut Meutia Medika Nusantara,
Kepala Rumah Sakit dan Staf Medis Fungsional serta Peran Komite Medik dan Komite
Keperawatan diRumah Sakit.
Seluruh tatanan hukum, peraturan, ketentuan, dan kebijakan yang diberlakukan di
internal Rumah Sakit harus tunduk dan mengacu kepada peraturan internal (Hospital
Bylaws), sebagai landasan hukum dan merupakan peraturan tertinggi di Rumah Sakit
begitu juga RSU Cut Meutia. Peraturan internal (Hospital Bylaws) harus ditaati oleh
seluruh pihak yang terkait dengan penyelenggaraan, pengelolaan dan pelaksanaan
segala bentuk kegiatan dan layanan di RSU Cut Meutia.
Hal-hal yang belum diatur dalam peraturan internal (Hospital Bylaws) ini diatur
secara lebih teknis sebagai bentuk kebijakan teknis operasional dan mengacu pada
Hospital Bylaws dan peraturan lain yang telah ditetapkan terlebih dulu sesuai dengan
peraturan, perundangan yang berlaku.
Perlu diingat kembali dengan meningkatnya kesadaran serta kepekaan hukum di
masyarakat akhir-akhir ini, mendorong timbulnya tuntutan hukum terhadap rumah sakit,

3
adanya Hospital Bylaws (Statuta) sebagai aturan tertulis di rumah sakit akan menjadi
acuan hukum dan perlindungan hukum yang sangat penting. Walaupun begitu kita
semua mengharapkan, apapun masalah yang terjadi RSU Cut Meutia tetap
mengedepankan azas kekeluargaan dan kultur dari masyarakat yang ada dalam
penyelesaiannya.

C. MANFAAT HBL (Hospital Bylaws)

PERTAMA
Sebagai "landasan hukum yang tertulis, jelas dan dapat mengatur hubungan segi tiga
yang seimbang antara Pemilik, Representasi Pemilik dengan Kepala Rumah Sakit
sebagai pengelola manajemen dan pelanggan dalam/pelanggan luar, baik hak-hak
maupun kewajibannya" untuk mengantisipasi kejadian internal dan eksternal yang tidak
diinginkan.

KEDUA
Melindungi hak dan kewajiban semua pihak (Pemilik, Representasi Pemilik dengan
Kepala Rumah Sakit sebagai pengelola manajemen dan pelanggan luar dan dalam)
secara seimbang dilandasi keadilan, dalam rangka menuju pelayanan Rumah Sakit
yang baik. (Good Corporate and Clinical Governance/GCCG).

KETIGA
Merupakan pedoman baku bagi semua pihak, dapat sebagai perpanjangan
tangan/acuan hukum bagi pihak-pihak yang berselisih, dapat merupakan sarana
peningkatan mutu pelayanan, serta merupakan salah satu syarat memperoleh sertifikat
akreditasi Rumah Sakit tingkat lanjut.

KEEMPAT
Mengatur hak dan kewajiban Pemilik, hak dan kewajiban Representasi Pemilik, hak dan
kewajiban serta kewenangan Kepala Rumah Sakit, hak dan kewajiban petugas Rumah
Sakit dan pasien serta kewajiban Rumah Sakit terhadap pemerintah dan aparat
penegak hukum.

4
BUKU KESATU
PERATURAN INTERNAL (HOSPITAL BY LAWS)
RUMAH SAKIT UMUM CUT MEUTIA MEDIKA NUSANTARA
PT CUT MEUTIA MEDIKA NUSANTARA

BAB I
KETENTUAN UMUM

Pasal 1
Definisi
Hospital By Laws atau Statuta Rumah Sakit Umum (RSU) Cut Meutia adalah aturan
dasar dalam hal pengelolaan rumah sakit yang ditetapkan oleh Representasi pemilik
rumah sakit dalam hal ini PT Cut Meutia Medika Nusantara.

Pasal 2
Batasan
Dalam peraturan internal ini yang dimaksud dengan :
1. Statuta atau peraturan internal adalah aturan dasar rumah sakit (Hospital Bylaws)
yang ditandatangani oleh Direktur PT Cut Meutia Medika Nusantara.
2. Peraturan perundangan adalah segala ketentuan yang berkaitan dengan
pelayanan kesehatan yang berlaku di Indonesia.
3. PT Cut Meutia Medika Nusantara adalah Perusahaan yang bergerak di bidang
kesehatan, yang didirikan berdasarkan Akta Pendirian Perusahaan Nomor 02
tanggal 27 Mei 2013, dibuat oleh Notaris Zuhdi Madjid, S.H., Notaris di Langsa,
sebagaimana telah disahkan berdasarkan Surat Keputusan Menteri Hukum dan Hak
Azasi Manusia Republik Indonesia Nomor AHU-30380.AH.01.01 tanggal 05 Juni
2013 yang telah dirubah dengan Akta Nomor 4 tanggal 12 Juli 2018 dibuat oleh
Notaris Anisa Rahmah Karim, S.H., Notaris di Langsa yang telah mendapat
persetujuan dari Menteri Hukum dan Hak Azasi Manusia Republik Indonesia Nomor
AHU-AH.01.03.0221453 Tahun 2018 dan terakhir dirubah dengan Akta Pergantian
Direktur Nomor 13 tanggal 30 Januari 2023 yang dibuat oleh Notaris Nyak Raja,
S.H., M.Kn Notaris di Langsa yang telah mendapat persetujuan dari Menteri Hukum
dan Hak Azasi Manusia Republik Indonesia Nomor AHU-AH.01.09.0094025 Tahun
2023
4. Rumah Sakit adalah Rumah Sakit Umum (RSU) Cut Meutia yang merupakan
Badan Usaha Milik Negara Anak Perusahaan dari PT. Perkebunan Nusantara I dan

5
berkedudukan di jalan Garuda No. 1. Kebun Baru Kota Langsa dan dipimpin oleh
Kepala Rumah Sakit yang menyediakan sarana dan fasilitasnya untuk dimanfaatkan
oleh dokter atau profesi lain dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan
kepada masyarakat Kota Langsa dan sekitarnya.
5. Pemilik dan Pendiri adalah PT Perkebunan Nusantara I (PTPN I) yang
berkedudukan di Langsa dengan kepemilikan saham di PT CMN sebesar 99%
(sembilan puluh sembilan persen) dan 1% (satu persen) lainnya dimiliki oleh
Koperasi Karyawan (Kopkar) Mon Madu PTPN I.
6. Direktur PT Cut Meutia Medika Nusantara (PT CMN) adalah Pengawas yang
diangkat berdasarkan hasil Keputusan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) PT
CMN yang bertugas untuk membina, mengawasi dan memberikan masukan kepada
Pejabat satu tingkat di bawahnya yakni Kepala Urusan, Kepala Rumah Sakit dan
Kepala Klinik, baik teknis maupun keuangan dalam rangka penyelenggaraan Unit
Kerja PT CMN.
7. Kepala Urusan adalah Pejabat Puncak dibidang Non Medis berkedudukan di
Kantor Pusat PT CMN yang ditunjuk dan diangkat serta bertanggung jawab
langsung kepada Direktur PT CMN atas tugas pengelolaan administrasi dan
keuangan PT CMN yang dibantu oleh Staf Non Medis pada masing-masing bidang
tugas.
8. Kepala RSU Cut Meutia adalah Pejabat Puncak dibidang Medis berkedudukan di
RSU Cut Meutia yang ditunjuk dan diangkat oleh Direktur PT CMN untuk menduduki
jabatan sebagai pimpinan tertinggi RSU Cut Meutia yang bertanggung jawab atas
pengelolaan dan operasional RSU Cut Meutia serta mewakili RSU Cut Meutia baik
di dalam maupun di luar pengadilan. Dalam hal yang bersangkutan tidak ada, maka
pengertian ini juga meliputi orang-orang yang akan ditunjuk oleh Direktur PT. CMN
untuk bertindak dalam jabatan tersebut untuk sementara waktu.

9. Satuan Pengawas Internal (SPI) adalah Karyawan RSU Cut Meutia yang ditunjuk
dan ditetapkan oleh Direktur PT CMN untuk melakukan kegiatan pengawasan
secara internal terhadap program– program yang dijalankan maupun dalam tahap
perencanaan dan bertanggung jawab langsung kepada Direktur PT CMN.
10. Staf Medis adalah dokter umum, dokter gigi dan dokter spesialis yang telah terikat
perjanjian kerja dengan RSU Cut Meutia maupun yang ditetapkan berdasarkan
surat keputusan pengangkatan dan penempatan di RSU Cut Meutia dari Direktur PT
CMN dan memiliki kewenangan untuk melakukan tindakan medis di rumah sakit,
termasuk tindakan medis diagnostik maupun terapeutik.

6
11. Staf Medis Pengganti adalah dokter umum, dokter gigi, dan dokter spesialis yang
telah terikat perjanjian kerja dengan RSU Cut Meutia dan Kepala RSU Cut Meutia
dan hanya memiliki kewenangan untuk melakukan tindakan medis dalam rangka
menggantikan tugas profesi seorang staf medis yang berhalangan.
12. Staf Medis Konsultan Tamu adalah seorang dokter umum, dokter gigi dan dokter
spesialis yang telah diketahui memiliki reputasi tinggi dibidang keahliannya yang
diminta oleh rumah sakit untuk melakukan tindakan medis tertentu untuk jangka
waktu tertentu.
13. Komite Medik adalah perangkat rumah sakit untuk menerapkan tata kelola klinis
(Clinical Governance) agar staf medis di RSU Cut Meutia terjaga
profesionalismenya melalui mekanisme kredensial, penjagaan mutu profesi medis
dan pemeliharaan etika dan disiplin profesi medis. Merupakan organisasi non
struktural yang dibentuk di Rumah Sakit oleh Kepala RSU Cut Meutia.
14. Sub Komite adalah kelompok kerja di bawah Komite Medik yang dibentuk untuk
menanggulangi masalah keprofesian medis tertentu.
15. Kelompok Staf Medis (KSM) adalah sekumpulan Staf Medis dengan spesialisasi
dan/atau keahlian yang sejenis, atau hampir sejenis.
16. Komite Keperawatan, merupakan perangkat rumah sakit yang berfungsi sebagai
wahana bagi tenaga keperawatan untuk berpartisipasi dalam memberikan masukan
tentang hal-hal yang terkait masalah profesi dan teknis keperawatan.
17. Peraturan Internal Rumah Sakit (Hospital Bylaws) adalah aturan dasar yang
mengatur kewajiban, kewenangan, hak dan tanggung jawab Pemilik Perusahaan,
Direktur, Kepala Rumah Sakit, Staf Medis dan Non Medis dalam mengelola rumah
sakit sehingga dapat berjalan secara efektif, efisien, dan berkualitas yang ditetapkan
oleh Direktur PT CMN.
18. Peraturan Internal Staf Medis (Medical Staf By Laws) adalah aturan internal yang
mengatur tata kelola klinis (clinical governance) peran dan fungsi Pemilik, Direktur,
Manajemen, Staf Medis dan Non Medis untuk menjaga profesionalisme Staf Medis
dan Non Medis di Rumah Sakit yang ditetapkan oleh Kepala RSU Cut Meutia dan
diketahui oleh Direktur PT CMN.
19. Kewenangan Klinis (clinical privilege) adalah hak khusus seorang Staf Medis untuk
melakukan sekelompok pelayanan medis tertentu dalam lingkungan rumah sakit
untuk suatu periode tertentu yang dilaksanakan berdasarkan penugasan klinis
(clinical appointment).
20. Penugasan Klinis (clinical appointment) adalah penugasan Kepala rumah sakit
kepada seorang Staf Medis untuk melakukan sekelompok pelayanan medis tertentu
berdasarkan daftar kewenangan klinis yang telah ditetapkan.

7
21. Kredensial adalah proses evaluasi terhadap Staf Medis untuk menentukan
kelayakan diberikan kewenangan klinis (clinical privilege).
22. Rekredensial adalah proses reevaluasi terhadap Staf Medis yang memiliki
kewenangan klinis (clinical privilege) untuk menentukan kelayakan pemberian
kewenangan klinis tersebut.
23. Audit Medis adalah upaya evaluasi secara profesional terhadap mutu pelayanan
medis yang diberikan kepada pasien dengan menggunakan rekam medisnya yang
dilaksanakan oleh profesi medis.
24. Mitra Bestari (peer group) adalah sekelompok Staf Medis dengan reputasi dan
kompetensi profesi yang baik untuk menelaah segala hal yang terkait dengan
profesi medis.
25. Rapat Rutin adalah setiap rapat terjadwal yang diselenggarakan oleh Kepala
Rumah Sakit yang bukan termasuk rapat tahunan dan rapat khusus.
26. Rapat Tahunan adalah rapat yang diselenggarakan oleh Direktur PT CMN setiap
tahun.
27. Rapat Khusus adalah rapat yang diselenggarakan oleh Kepala Rumah Sakit,
Direktur PT CMN, Direktur PTPN I diluar jadwal rapat rutin untuk mengambil
putusan hal-hal yang dianggap khusus.
28. Pelaksana Rumah Sakit adalah seluruh Karyawan Tetap dan Karyawan Tidak
Tetap RSU Cut Meutia.

BAB II
IDENTITAS
Pasal 3
Nama dan Kedudukan Rumah Sakit

1. Nama : Rumah Sakit Umum Cut Meutia disingkat RSU Cut


Meutia
2. Alamat : Jalan Garuda No. 1 Kebun Baru. Kota Langsa
3. Tipe :C
4. Pembiayaan : Swasta
5. Pemilik : PTPN I
6. Dasar Pendirian : SIUP No : 011/01-20/PB/VI/2013
7. Tanggal Berdirinya : 4 Agustus 1984
8. Tanggal Diresmikan : 4 Agustus 1984
9. Izin penyelenggaraan : Nomor. 001/ 503 / RS / IV / 2019

8
Stempel
1. Di RSU Cut Meutia ditentukan satu bentuk stempel induk dengan spesifikasi bergambar
1 bulatan besar di bagian luar dan 1 bulatan kecil di bagian tengah. Dua garis berada
ditengah pada bulatan kedua. Tulisan PT CUT MEUTIA MEDIKA NUSANTARA logo dan
tulisan RSCM pada bagian garis tengah. Bentuk bulat (lingkaran) dan garis tengah
dengan menggunakan satu warna Violet sebagaimana berikut :
1) Ukuran stempel ditetapkan dengan diameter 4 (empat) sentimeter yang
penempatannya di ruang Kepala Bidang Administrasi dan Keuangan RSU. Cut
Meutia.
2) Stempel induk digunakan untuk legalisasi surat yang ditandatangani oleh Kepala
Rumah Sakit dan pejabat struktural lainnya ditempatkan di ruang Administrasi &
Keuangan RSU Cut Meutia.
3) Bentuk stempel unit pelayanan akan diatur lebih lanjut dalam surat keputusan
Kepala RSU Cut Meutia.
4) Penggunaan stempel rumah sakit diatur lebih lanjut oleh pejabat struktural yang
berwenang untuk itu.

Pasal 4
Visi, Misi, Falsafah, danTujuan
A. VISI
Rumah Sakit Umum Cut Meutia memiliki Visi :
“Menjadi Rumah Sakit dengan pelayanan terbaik dan profesional yang bernuansa
islami dan sebagai rumah sakit rujukan di Provinsi Aceh”.

B. MISI
Rumah Sakit Umum Cut Meutia memiliki Misi:
1. Mengoptimalkan pelayanan sesuai standar norma, etika, dan peraturan yang
berlaku
2. Melaksanakan pelayanan kesehatan yang terjangkau, bermutu, efisien, efektif,
komunikatif dan informatif.
3. Membangun sumber daya manusia Rumah Sakit yang profesional sesuai standar
yang islami dengan diiringi integritas yang tinggi dalam pelayanan.
4. Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat di propinsi Aceh.
5. Menurunkan angka kematian ibu dan bayi.

9
C. FALSAFAH
Rumah Sakit Umum Cut Meutia memiliki falsafah:
1. Menjadikan Rumah Sakit Umum Cut Meutia pilihan utama masyarakat Aceh.
2. Hak pasien untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang bermutu.
3. Sebagai tempat tenaga kesehatan mengabdi dan mengembangkan
profesionalisme.
4. Secara berkesinambungan meningkatkan kemampuan dan keterampilan dalam
berkarya.
5. Bekerja secara tim berdasarkan kebersamaan dan saling menghargai antar
profesi.
6. Memiliki komitmen untuk mencapai tujuan rumah sakit.
7. Keselarasan dalam melaksanakan tugas.

D. TUJUAN
Mewujudkan derajat kesehatan setinggi-tinggi bagi semua lapisan masyarakat secara
menyeluruh sesuai dengan peraturan perundang-undangan serta tidak memandang
suku, agama dan kedudukan. Serta berpartisipasi dalam membangun kesehatan
masyarakat demi peningkatan kualitas sumber daya manusia indonesia secara rohani
dan jasmani.

Pasal 5
Motto, Logo
A. MOTTO
Rumah Sakit Umum Cut Meutia memiliki nilai-nilai :
M = Mudah
E = Efisien
L = Lembut
A = Aman
T = Terampil
I = Islami

10
B. LOGO
1. RSU Cut Meutia memakai lambang atau logo Perusahaan PT CMN yang berbentuk
sebagai berikut :

2. Lambang atau logo tersebut mempunyai makna sebagai berikut berikut:


 Bentuk Logo Oval : dengan pengertian mengikuti logo Perusahaan
Induknya (PTPN I)
 Simbol C ( ) singkatan dari Cut Meutia

 Simbol M ( ) singkatan dari Medika

 Simbol N ( ) singkatan dari Nusantara

 Tanda Tambah Merah dengan pulau Indonesia ( ) : Mencerminkan simbol


kesehatan (core bussiness bidang kesehatan bertaraf Nasional).
 Bola Dunia ( ): mencerminkan pelayanan berskala nasional untuk tujuan
bertaraf Internasional dan siap menghadapi persaingan global.
 Warna dasar logo: Hijau dan Orange, mencerminkan bahwa PT CMN lahir dari
perusahaan Perkebunan yaitu PTPN I.

BAB III
Pasal 6
PEMILIK RUMAH SAKIT

Pemilik RSU Cut Meutia adalah PT Perkebunan Nusantara I (PTPN I) dan Koperasi
Karyawan (Kopkar) Mon Madu berkedudukan di Kota Langsa. PTPN I merupakan salah
satu subsidiary/Holding BUMN Perkebunan yang mengelola komoditas Kelapa Sawit
dan Karet, dengan wilayah usaha tersebar di Provinsi Aceh, sedangkan Kopkar Mon
Madu merupakan Koperasi Karyawan PTPN I yang dapat menyokong perekonomian
karyawan.

11
Anak Perusahaan dan kerjasama operasional Pemilik:
1. PT Agro Sinergi Nusantara (ASN) mengelola komoditas Kelapa Sawit di daerah
Aceh Barat.
2. PT Cut Meutia Medika Nusantara (PT CMN) bergerak dalam bidang pelayanan
kesehatan dengan mengelola RSU Cut Meutia dan Klinik Cut Pratama dan Klinik
Utama Cut Meutia.
3. KSO PTPN-I – PTPN III (Persero) kerja sama operasional (KSO) yang mengelola
komoditas Kelapa Sawit dan Karet di wilayah Aceh Timur.

BAB IV
REPRESENTASI PEMILIK
Kedudukan

Pasal 7
Syarat Representasi Pemilik
1. Representasi Pemilik adalah Direktur PT Cut Meutia Medika Nusantara.
2. Representasi Pemilik (Direktur) diangkat dan dapat diberhentikan oleh para
pemegang saham melalui RUPS.
3. Yang dapat diangkat sebagai Representasi Pemilik (Direktur) adalah sebagai berikut:
a. Memiliki integritas, dedikasi, dan memahami masalah yang berkaitan dengan
perumasakitan, serta dapat menyediakan waktu yang cukup untuk
melaksanakan tugasnya.
b. Memiliki pengetahuan dibidang hukum dan tidak pernah menjadi anggota
Direksi, Komisaris, atau Dewan Penasehat yang dinyatakan bersalah sehingga
menyebabkan suatu perusahaan yang dipimpinnya failed;
c. Tidak pernah dihukum karena melakukan tindakan pidanan
d. Sehat Jasmani dan Rohani.
4. Direktur dapat terdiri dari unsur-unsur :
a. Karyawan PTPN I yang ditunjuk oleh Pemilik.
b. Kalangan professional kesehatan.
5. Direktur bertanggung jawab kepada Pemilik.

12
Pasal 8
Prosedur Pemilihan, Pengangkatan, dan Masa Bakti Direktur
1. Representasi Pemilik (Direktur) diangkat dan ditetapkan oleh pemilik berdasarkan
RUPS (Rapat Umum Pemegang Saham) .

2. Jabatan Direktur untuk jangka waktu 5 tahun dengan tidak mengurangi hak Rapat
Umum Pemegang Saham untuk memberhentikannya sewaktu-waktu.
Pasal 9
Aturan Merangkap Jabatan
Direktur tidak dibenarkan untuk memangku jabatan rangkap sebagai:
1. Pemilik dan Pengurus PTPN I
2. Kepala RSU Cut Meutia Langsa.
3. Jabatan Struktural lainnya dalam RSU Cut Meutia.

Pasal 10
Pemberhentian Representasi Pemilik (Direktur)
1. Direktur dapat diberhentikan oleh Pemilik melalui RUPS.
2. Pemberhentian Direktur oleh karena:
a. Telah habis masa jabatannya.
b. Melakukan tindakan yang melanggar Peraturan Internal Rumah Sakit atau
terkena kasus pidana.

Pasal 11
Pemberhentian Sebelum Habis Masa Jabatannya
1. Pemberhentian Direktur sebelum masa jabatannya apabila:
a. Direktur berhak mengundurkan diri dari jabatan nya dengan memberitahukan
secara tertulis kepada perseroan paling kurang 30 hari sebelum tanggal
pengunduran diri.
b. Tidak lagi memenuhi persyaratan perundang-undangan.
c. Meninggal dunia.
d. Diberhentikan berdasarkan keputusan RUPS.
e. Dipidana penjara karena melakukan perbuatan pidana kejahatan dan atau
kesalahan yangberkaitan dengan tugasnya.
2. Ada pemberitahuan secara tertulis dari Pemilik kepada Direktur yang bersangkutan
tentang rencana pemberhentian dan jenis kesalahan yang dilakukannya.

13
3. Yang bersangkutan diberi kesempatan membela diri sebelum diterbitkannya Surat
Keputusan Pemberhentiannya.
4. Pembelaan diri dimaksud ayat (3) dilakukan secara tertulis, disampaikan kepada
Pemilik dalam jangka waktu 1 (satu) bulan sejak Direktur yang bersangkutan
diberitahukan secara tertulis.
5. Bila dalam jangka waktu 1 (satu) bulan yang bersangkutan tidak memberikan
pembelaan sebagaimana yang dimaksud ayat (3), maka pemilik dapat langsung
membuat Surat Keputusan pemberhentiannya.
6. Selama pemberhentiannya dalam proses, maka Direktur yang bersangkutan dapat
melanjutkan tugasnya.
7. Bila dalam jangka waktu 2 (dua) bulan terhitung sejak tanggal penyampaian
pembelaan diri sebagaimana dimaksud ayat (2) Pemilik tidak memberikan keputusan
tentang pemberhentian Direktur tersebut maka rencana pemberhentian tersebut
menjadi batal.

Pasal 12
Tugas dan Wewenang

A. Tugas Pokok, Kewajiban, Tanggung jawab dan Wewenang Direktur


1. Tugas Pokok Representasi Pemilik/Direktur adalah:
a. Menetapkan dan penyetujui visi dan misi RSU Cut Meutia secara periodik dan
memastikan bahwa masyarakat mengetahui visi, misi RSU Cut Meutia.
b. Menyetujui berbagai strategi dan rencana operasional RSU Cut Meutia yang
diperlukan untuk berjalannya rumah sakit sehari-hari.
c. Menyetujui partisipasi RSU Cut Meutia dalam pendidikan professional
kesehatan dan dalam penelitian serta mengawasi mutu dari program –
program tersebut.
d. Menyetujui dan menyediakan modal serta dana operasional dan sumber daya
lain yang diperlukan untuk menjalankan RSU Cut Meutia dan memenuhi misi
serta dan rencana strategis (renstra) RSU Cut Meutia.
e. Melakukan evaluasi tahunan kinerja Representasi Pemilik dengan
menggunakan proses dan kriteria yang telah di tetapkan.
f. Mendukung PMKP (Peningkatan Mutu Keselamtan Pasien) dan menyetujui
program PMKP

14
g. Melakukan pengkajian laporan hasil pelaksanaan program setiap 3 bulan
sekali serta memberikan umpan balik perbaikan yang harus dilaksanakan dan
hasilnya dievaluasi kembali pada pertemuan berikutnya secara tertulis.
h. Melakukan pengkajian laporan manajemen resiko setiap 6 bulan sekali dan
memberikan umpan balik yang harus dilaksanakan dan hasilnya di evaluasi
kembali pada pertemuan berikutnya secara tertulis.
2. Kewajiban Direktur dalam melaksanakan tugasnya yakni:
a. Mengikuti perkembangan kegiatan di RSU Cut Meutia.
b. Memberikan pendapat dan saran kepada Pemilik tentang pelaksanaan fungsi-
fungsi RSU Cut Meutia.
c. Melaporkan dengan segera kepada Pemilik, bila terjadi penurunan kinerja
RSU Cut Meutia.
d. Menghormati otonomi profesi yang ada di RSU Cut Meutia.
3. Direktur wajib melaporkan pelaksanaan tugasnya sebagaimana dimaksud ayat
(1) dan (2) kepada Pemilik secara berkala (minimal 1 tahun sekali) dan sewaktu-
waktu apabila diperlukan.
4. Wewenang Direktur:
a. Direktur berhak mewakili perseroaan di dalam dan di luar pengadilan tentang
segala hal dan dalam segala kejadian, mengikat perseroan dengan pihak lain
dan pihak lain dengan perseroan, serta menjalankan segala tindakan, baik
yang mengenai kepengurusan maupun kepemilikan dengan pembatasan
bahwa untuk :
o Meminjam atau meminjamkan uang/dana atas nama perseroan (tidak
termasuk mengambil uang perseroan di bank) .
o Mendirikan suatu usaha atau turut serta dalam perusahaan lain baik di
dalam maupun di luar negeri, haruslah dengan persetujuan dari atau
surat-surat yang bersangkutan turut ditandatangani oleh Pemilik.
b. Direktur berhak dan berwenang bertindak untuk dan atas nama Direktur serta
mewakili perseroan.
c. Dalam hal Direktur tidak hadir atau berhalangan karena sebab apapun juga
yang tidak perlu dibuktikan kepada Pihak Ketiga, maka salah seorang
anggota Direksi lainnya berhak dan berwenang bertindak untuk dan atas
nama Direktur serta mewakili perseroan.
d. Dalam hal hanya ada seorang Direktur maka segala tugas dan wewenang
yang diberikan kepada Pemilik atau anggota Direksi yang lain dalam
anggaran dasar ini berlaku pula bagi nya.

15
e. Perbuatan hukum mengalihkan, melepaskan hak atau menjadikan jaminan
hutang yang merupakan lebih dari 50% jumlah kekayaan bersih perseroan
dalam 1 tahun buku baik dalam suatu transaksi atau beberapa transaksi yang
berdiri sendiri ataupun yang berkaitan satu sama lain harus mendapat
persejutauan RUPS.
f. Direktur berwenang melakukan penerimaan, pengangkatan, mutasi (rotasi,
promosi dan demosi) terhadap karyawan berdasarkan anggaran dasar
perusahaan, Undang-Undang Nomor 40 tahun 2007, tentang Perseroan
Terbatas dan Undang-Undang Nomor 19 tahun 2003, tentang Badan Usaha
Milik Negara (BUMN) dengan menganut prinsip Good Corporate Governance
(GCG).
g. Direktur berwenang memberikan sanksi/menjatuhkan hukuman disiplin.
o bagi Karyawan Pimpinan dan Karyawan Pelaksana (Stara 1 s.d VI) berupa
sanksi teguran lisan dapar dilakukan oleh atasan langsung.
o Hukuman disiplin berupa teguran tertulis dan peringatan tertulis Karyawan
Pimpinan ditandatangani oleh Direktur sedangkan untuk Karyawan
Pelaksana dapat didelegasikan kepada Pejabat Puncak.
h. Direktur berwenang mengeluarkan Surat Pemutusan Hubungan Kerja (PHK)
Karyawan Pimpinan dan Karyawan Pelaksana PT CMN.

Pasal 13
Rapat Rutin
1. Rapat Rutin Direktur
a. Rapat rutin intern Direktur dilaksanakan paling sedikit 1 (satu) bulan sekali dengan
interval yang tetap, pada waktu dan tempat yang telah ditetapkan oleh Direktur.
b. Direktur menyampaikan undangan kepada Peserta rapat paling lambat 3 (tiga) hari
sebelum rapat tersebut dilaksanakan.
c. Setiap undangan rapat yang disampaikan oleh Direktur sebagaimana diatur dalam
butir di atas harus melampirkan:
1) Satu salinan agenda dan atau,
2) Satu salinan risalah rapat rutin yang lalu.
2. Rapat koordinasi Direktur
Rapat koordinasi dengan Direktur paling sedikit dilaksanakan 1 (satu) bulan sekali
dengan interval yang tetap dan dilaksanakan di PT CMN dan setiap waktu apabila
diperlukan serta apabila ada keperluan yang sangat mendesak.

16
Pasal 14
Rapat Khusus
1. Direktur mengundang rapat khusus dalam hal:
a. Membahas masalah yang perlu penanganan segera.
b. Permintaan yang diajukan oleh Direktur dalam waktu 24 (dua puluh empat) jam
sebelumnya.
2. Undangan rapat khusus harus disampaikan kepada Peserta rapat paling lambat 24 (dua
puluh empat) jam sebelum rapat tersebut diselenggarakan.
3. Undangan rapat khusus harus mencantumkan tujuan pertemuan secara spesifik.

Pasal 15
Rapat Tahunan
1. Rapat Tahunan diselenggarakan sekali dalam satu tahun kalender.
2. Rapat Tahunan Direktur membahas materi utama yaitu laporan Kepala Rumah Sakit
tentang hasil kegiatan operasional RSU Cut Meutia selama 1 (satu) tahun termasuk
laporan keuangan sebagai pertanggungjawaban dan bahan pembuatan Rencana Kerja
dan Anggaran Perusahaan (RKAP) tahun berikutnya yang dipimpin oleh Representasi
Pemilik/Direktur.
3. Direktur menyampaikan undangan tertulis kepada para Peserta dan undangan lain paling
sedikit 7 (tujuh) hari sebelum rapat diselenggarakan.

Pasal 16
Undangan Rapat
Setiap rapat Direktur PT CMN dinyatakan sah hanya bila undangan telah disampaikan
secara pantas, kecuali seluruh anggota Direktur PT CMN yang berhak memberikan suara
menolak undangan tersebut.

Pasal 17
Peserta Rapat
1. Setiap rapat koordinasi Direktur dihadiri oleh Pejabat Puncak termasuk Kepala RSU Cut
Meutia serta Pejabat Struktural lainnya, bila dianggap perlu juga dihadiri oleh Staf
Manajemen RSU Cut Meutia yang telah ditentukan oleh Kepala RSU. Cut Meutia.
2. Pada rapat tahunan Direktur dihadiri oleh Pemilik, Direktur dan Pejabat Puncak
termasuk Kepala RSU Cut Meutia serta Pejabat Struktural lainnya, juga Staf
Manajemen rumah sakit yang telah ditentukan oleh Kepala RSU. Cut Meutia.

17
Pasal 18
Kuorum
1. Rapat Direktur hanya dapat dilaksanakan bila kuorum tercapai.
2. Kuorum dianggap tercapai bila dihadiri oleh paling sedikit setengah dari seluruh anggota
yang mempunyai hak suara.
3. Dalam hal kuorum tidak tercapai dalam waktu setengah jam dari waktu rapat yang telah
ditentukan, maka rapat dapat dilanjutkan sesuai dengan agenda yang telah ditentukan
dan segala keputusan yang terdapat dalam risalah rapat disahkan dalam rapat Direktur
berikutnya.

Pasal 19
Risalah Rapat
1. Penyelenggaraan setiap risalah rapat Direktur menjadi tanggung jawab Sekretaris
Direktur.
2. Risalah rapat Direktur harus disahkan dalam rapat berikutnya dan segala putusan
dalam risalah rapat tersebut tidak boleh disahkan sebelum disahkan dalam rapat
berikutnya.

Pasal 20
Pengambilan Putusan Rapat
Kecuali diatur dalam Coorporate Bylaws ini, maka:
1. Pengambilan keputusan rapat diupayakan melalui musyawarah dan mufakat.
2. Dalam hal tidak tercapai mufakat, maka putusan diambil melalui pemungutan suara
dengan tata cara sebagai berikut :
a. Setiap risalah yang diputuskan melalui pemungutan suara dalam rapat Representasi
Pemilik ditentukan dengan cara mengangkat tangan atau dengan amplop tertutup.
b. Putusan rapat diambil berdasarkan pada suara terbanyak.
c. Dalam hal jumlah suara yang diperoleh adalah sama maka Pimpinan Rapat
berwenang untuk menyelenggarakan pemungutan suara yang kedua kalinya.

Pasal 21
Pembatalan Putusan Rapat
1. Direktur dapat merubah atau membatalkan setiap keputusan yang diambil pada rapat
rutin atau rapat khusus sebelumnya, dengan syarat bahwa usul perubahan atau
pembatalan tersebut dicantumkan dalam pemberitahuan atau undangan rapat
sebagaimana yang telah ditentukan dalam Coorporate Bylaws ini.

18
2. Dalam hal usul perubahan atau pembatalan putusan Direktur tidak diterima dalam rapat
tersebut, maka usulan tersebut tidak dapat diajukan lagi dalam kurun waktu 1 (satu)
tahun terhitung sejak saat ditolaknya usulan tersebut.

BAB V
KEPALA RUMAH SAKIT

Pasal 22
Pengangkatan, Persyaratan, Prosedur Perekrutan Kepala Rumah Sakit
A. Pengangkatan
1. Pengelola RSU Cut Meutia adalah Kepala RSU Cut Meutia yang diangkat oleh
Direktur PT CMN sebagai pimpinan tertinggi dalam pengelolaan RSU Cut Meutia
yang dalam pelaksanaannya dengan dibantu oleh jajaran pejabat struktural.
2. Kepala RSU Cut Meutia bertugas melaksanakan kebijakan pengelolaan Rumah
Sakit yang disetujui oleh Direktur PT CMN.
3. Kepala RSU Cut Meutia diangkat dan diberhentikan oleh Direktur PT CMN sebagai
Representasi Pemilik.

B. Persyaratan Kepala RSU Cut Meutia


Persyaratan menjadi Kepala Rumah Sakit Umum Cut Meutia yakni Karyawan Pimpinan
strata IV-VI setingkat Kepala Urusan dan berpendidikan dokter umum serta memiliki
kompetensi, wawasan dan kemampuan manajerial yang baik serta bertanggung jawab
langsung kepada Direktur PT CMN.

C. Prosedur Perekrutan Calon Kepala RSU Cut Meutia


1. Prosedur perekrutan:
a. Tenaga yang diusulkan sebagai calon Kepala Rumah RSU Cut Meutia berasal
dari Karyawan Pimpinan PT CMN.
b. Direktur PT CMN mengusulkan calon Kepala RSU Cut Meutia maksimal 5
(lima) orang melalui rapat koordinasi dengan Pemilik PT CMN.
c. Surat Keputusan pengangkatan Kepala RSU Cut Meutia dibuat dan
ditandatangani oleh Direktur PT CMN.

19
D. Tes Kepatutan dan Kelayakan Calon Kepala RSU Cut Meutia.
1. Semua calon Kepala RSU Cut Meutia yang diusulkan akan diuji Kepatutan dan
kelayakannya oleh Tim Assesment PT CMN.
2. Berdasarkan hasil Test Kepatutan dan Kelayakan serta pertimbangan khusus,
maka Tim Assesment PT CMN merekomendasikan salah satu calon untuk menjadi
Kepala di RSU Cut Meutia.

Pasal 23
Masa Bakti, Pengangkatan dan Pemberhentian Kepala Rumah Sakit
A. Masa Bakti Kepala RSU Cut Meutia
1. Lama masa jabatan atau masa bakti Kepala RSU Cut Meutia adalah 5 (lima) tahun
dan periode jabatan maksimal 3 (tiga) kali masa jabatan berturut-turut.
2. Bila karena kebutuhan, Kepala RSU. Cut Meutia dapat diangkat kembali untuk 1
(satu) kali masa bakti setelah mendapat persetujuan RUPS.

B. Pengangkatan dan Pemberhentian Kepala


1. Kepala RSU. Cut Meutia diangkat dan diberhentikan oleh Direktur PT Cut CMN.
2. Pemberhentian bisa dilaksanakan pada akhir masa bakti atau sebelum masa
berakhir.
3. Kepala RSU Cut Meutia dapat diberhentikan dari jabatannya sebelum masa
baktinya selesai apabila :
a. Melakukan pelanggaran berat atau tindakan asusila.
b. Tidak cakap dalam memimpin rumah sakit.
c. Mengundurkan diri.
d. Cacat badan secara tetap yang tidak mungkin dapat melaksanakan kegiatan
sehari-hari.
e. Meninggal dunia.
4. Sebelum pemberhentian dilaksanakan sebagaimana yang dimaksud dalam ayat (3)
harus dilakukan pemeriksaan dan klarifikasi secara obyektif oleh Direktur PT CMN.
5. Ada pemberitahuan secara tertulis dari Direktur kepada Kepala RSU Cut Meutia
tentang rencana pemberhentian yang disertai dengan alasan pemberhentian dan
jenis kesalahan yang dilakukan.
6. Yang besangkutan diberi kesempatan membela diri sebelum Direktur PT CMN
mengeluarkan Surat Keputusan pemberhentian.

20
7. Pembelaaan diri pada ayat (6) dilakukan secara tertulis dan disampaikan kepada
Direktur dalam jangka waktu 1 (satu) bulan sejak yang bersangkutan diberitahu
secara tertulis.
8. Bila dalam jangka waktu 1(satu) bulan yang dimaksud tidak memberi penjelasan
dan pembelaan sebagai mana dimaksud ayat (7) maka Direktur dapat langsung
membuat Surat Keputusan Pemberhentian.
9. Selama rencana pemberhentian masih dalam proses, maka yang bersangkutan
dapat melanjutkan tugasnya.
10. Bila dalam jangka waktu 2 (dua) bulan terhitung sejak tanggal penyampaian
pembelaan dirisebagai yang dimaksud ayat (7) Direktur tidak memberikan
keputusan pemberhentian tersebut maka rencana pemberhentian tersebut menjadi
batal.
11. Disebabkan sesuatu hal tidak dapat diangkat kembali sebagai Kepala RSU Cut
Meutia, maka yang bersangkutan dapat didayagunakan sebagai tenaga struktural
atau fungsional di RSU. Cut Meutia.
12. Bila didayagunakan sebagai tenaga fungsional atau struktural sebagaimana
dimaksud dalam ayat (11), maka masa jabatan yang telah diembannya diakui
sebagai masa kerja efektif.

Pasal 24
Kepala Rumah Sakit
1) Kepala RSU Cut Meutia tidak dibenarkan untuk merangkap jabatan sebagai:
1. Direktur perusahaan atau badan hukum di luar PT CMN.
2. Jabatan lain yang berhubungan dengan pengurus perusahaan
2) Fungsi Utama, Uraian Tugas dan Wewenang
1. Fungsi utama :
a) Memimpin pengelolaan RSU Cut Meutia dengan menyusun kebijakan
operasional.
b) Memberikan pembinaan, mengkoordinasikan pengawasan dan pengendalian
pelaksanaan seluruh tugas dirumah sakit sesuai peraturan perundang-
undangan.
2. Uraian Tugas :
a) Memimpin dan menyusun rencana kerja bidang administrasi, keuangan,
pelayanan serta pengembangan dengan menyesuaikan renstra RSU Cut Meutia.
b) Merumuskan kebijakan-kebijakan untuk pelaksanaan operasional di lingkungan
Kepala Bidang Pelayanan Medis, Kepala Bidang Keperawatan, Kepala Bidang
Administrasi dan Keuangan serta Kepala Bidang Penunjang Operasional dengan

21
cara menganalisa rancangan usulan program yang telah disusun oleh masing-
masing Kepala Bidang.
c) Memberikan bimbingan dan pengarahan kepada Kepala Bidang dalam hal
pelaksanaan kegiatan operasional RSU Cut Meutia.
d) Mengkoordinasikan penyusunan kebutuhan ketenagakerjaan RSU Cut Meutia.
e) Merumuskan usulan peningkatan dan pengembangan rumah sakit.
f) Kepala RSU Cut Meutia menunjuk dan mengangkat personel untuk tugas dan
jabatan setingkat Supervisor/Kepala Sub Bidang dan Kepala
Ruangan/Instalasi/Komandan Regu/Mandor Teknik.
g) Mengadakan hubungan kerja sama dengan instansi/lembaga lain untuk
penyelenggaraan kegiatan yang berkaitan dengan tugas pokok RSU Cut Meutia.
h) Mengupayakan anggaran belanja RSU Cut Meutia.
i) Memimpin dan merumuskan rancangan usulan kebutuhan pemeliharaan saran
dan prasarana RSU Cut Meutia.
j) Memimpin penyelenggaraan pengawasan dan pengendalian semua kegiatan
RSU Cut Meutia.
k) Memimpin penyelenggaraan penyusunan rancangan usulan penyesuaian tarif
pelayanan RSU Cut Meutia dengan cara menganalisis rancangan usulan
anggaran yang telah di susun oleh Kepala Bidang Pelayanan Medis, Kepala
Bidang Keperawatan, Kepala Bidang Administrasi dan Keuangan serta Kepala
Bidang Penunjang Operasional.
l) Menandatangani surat-surat untuk kelancaran tugas RSU Cut Meutia dan yang
berhubungan dengan kepegawaian.
m) Memimpin penyusunan laporan akuntabilitas dan kinerja RSU Cut Meutia.
n) Melaksanakan tugas lain yang berhubungan dengan tugas RSU Cut Meutia.

3) Wewenang Kepala RSU Cut Meutia adalah:


a) Memimpin dan mengelola RSU Cut Meutia sesuai dengan Visi, Misi dan Tujuan
serta senantiasa berusaha meningkatkan daya guna dan hasil guna.
b) Melaksanakan fungsi-fungsi manajemen secara terpadu, efektif, efisien dan
amanah sehingga sesuai dengan Visi, Misi dan Tujuan penyelenggaraan RSU.
Cut Meutia.
c) Melaksanakan upaya pelayanan kesehatan secara komprehensip sesuai dengan
Standar Pelayanan Rumah Sakit, Standar Pelayanan Medis, Standar Asuhan
Keperawatan dan Standar Pelayanan Profesi lain yang telah mendapat
pengesahan dari Depkes RI atau pihak yang berwenang dalam hal tersebut.

22
d) Melaksanakan kebijakan pengembangan usaha dalam mengelola RSU Cut
Meutia sebagaimana yang telah digariskan oleh Direktur PT CMN.
e) Mengusulkan Struktur Oganisasi dan tata kerja RSU Cut Meutia lengkap dengan
rincian tugasnya.
f) Mengelola, mengawasi dan mengendalikan seluruh aset RSU Cut Meutia
khususnya keuangan sehingga sesuai dengan RKAP yang telah ditetapkan.
g) Mengajukan dan menyiapkan Rencana Strategis dan Rencana Kerja dan
Anggaran Perusahaan (RKAP) RSU Cut Meutia yang disampaikan ke Direktur
PT CMN untuk persetujuan pelaksanaannya.
h) Mengajukan rekomendasi dan atau persetujuan atau pertimbangan terhadap
pengambilan kebijakan atau keputusan yang memiliki dampak luas di luar
ketetapan yang telah diberlakukan oleh Direktur PT CMN.
i) Memberikan laporan secara tertib dan berkala kepada pihak-pihak yang terkait
sesuai dengan peraturan dan pedoman yang berlaku.
j) Memelihara hubungan baik dengan Instansi yang berwewenang, organisasi
perumahsakitan dan organisasi lainnya atas dasar kemanusiaan.
k) Mewakili segenap kepentingan RSU Cut Meutia untuk mengadakan perjanjian
kerjasama dengan pihak ketiga sepanjang berkaitan dengan pengelolaan RSU
Cut Meutia dengan persetujuan Representasi Pemilik/Direktur.
l) Mengadakan dan memelihara pembukuan serta administrasi RSU Cut Meutia
sesuai dengan prinsip-prinsip tata kelola keuangan rumah sakit.
m) Menyiapkan, membuat dan menetapkan sistem kebijakan operasional dan
prosedur kerja RSU Cut Meutia.
n) Menetapkan hal-hal yang berkaitan dengan hak dan kewajiban pegawai RSU
Cut Meutia, termasuk clinical previllege bagi dokter, sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
o) Mengusulkan pengangkat dan memberhentikan Pekerja RSU Cut Meutia sesuai
dengan peraturan yang berlaku.
p) Mewakili RSU Cut Meutia di dalam dan di luar pengadilan dan dalam hubungan
kerja sama dengan pihak lain.
q) Mendatangkan ahli, konsultasi atau lembaga independen apa bila diperlukan.
r) Menjalin kemitraan dengan pihak lain dengan persetujuan Direktur PT CMN.
s) Melaksanakan tugas-tugas lain yang berkaitan dengan RSU Cut Meutia dari
Direktur PT CMN.
t) Menyampaikan laporan tahunan dan laporan berkala kepada Direktur PT CMN.

23
4) Tanggung Jawab
1. Kepala RS bertanggung jawab kepada Direktur PT RSU Cut Meutia;
2. Kepala RS memberikan laporan pertanggung jawab kepada pemilik dan
representasi pemilik;
3. Kepala RS wajib menyampaikan laporan pertanggung jawabannya setiap saat
diminta oleh pemilik dan representasi pemilik;
4. Kepala RS mematuhi perundang-undangan yang berlaku;
5. Kepala RS menjalankan visi dan misi, rumah sakit yang telah ditetapkan;
6. Kepala kebijakan ruamh sakit;
7. Kepala RS memberikan tanggapan terhadap setiap laporan pemeriksaan yang
dilakukan oleh regulasi
8. Kepala RS mengelola dan mengendalikan sumber daya manuasi, keuangan dan
sumber daya lainnya;
9. Kepala RS merekomendasikan sejumlah kebijakan, rencana strategi dan anggaran
kepala Represntasi pemilik/dewan pengawas untuk mendapatkan persetujuan;
10. Kepala RS menetapkan prioritasi perbaikan tingkat rumah sakit yang akan dilakukan
pengukuran sebagai indikator mutu prioritas ruamh sakit;
11. Kepala RS melaporkan hasil pelaksanaan program mutu dan keselamatan pasien
meliput pengukuran data dan pelaporan semua insiden keselamatan pasien secara
berkala setiap 3 (tiga) bulan kepada Representasi Pemilik;
12. Kepala RS melaporkan hasil pelaksanaan program manajemen resiko kepada
Representasi pemilik.

5) Hak - Hak
1. Mendapat imbalan jasa/upah dan fasilitas RSU Cut Meutia sebagai pengelola.
2. Mendapat imbalan jasa/upah lembur.
3. Hak untuk memperoleh perlindungan atas kesehatan dan keselamatan kerja.
4. Hak atas cuti.
5. Hak atas jaminan sosial tenaga kerja.
6. Hak atas Tunjangan Hari Raya Keagamaan.
7. Hak untuk dipenuhi persyaratan minimal sarana dan prasarana RSU Cut Meutia
baik fisik maupun perijinan sesuai peraturan dan perundang undang yang berlaku
oleh Direktur PT CMN.
8. Memperoleh perlindungan dan bantuan hukum.

24
Pasal 24
Bidang Pelayanan Medis

1) Bidang pelayanan medis mempunyai tugas memimpin dan melaksanakan tugas


pembinaan, koordinasi, pengawasan dan pengendalian terhadap kegiatan dibidang
pelayanan medis, kebutuhana dan pengunaan fasilitas pelayanan medis serta
pembinaan jabatan fungsional penyetaraan.
2) Untuk melaksanaan tugas sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), bidang pelayanan
medis menyelenggarakan fungsi ;
1) Pembinaan kegiatan pelayanan medis dan spesialistis;
2) Pembinaan kegiatan upaya rujukan dan tindakan medis lainnya;
3) Pembinaan kegiatan pelayanan pemeriksaan kesehatan;
4) Pelaksanaan pemantauan, pengawasan, penilaian dan pengendalian pengunaan
fasilitas pelayanan medis, Spesialistis rujukan dan tindakan-tindakan medis
lainnya;
5) Pelaksaaan koordinasi perencanaan kebutuhan alat-alat fasilitas pelayanan
medis, spesialistis, rujukan dan tindakan-tindakan medis lainnya;
6) Pelaksaaan koordinasi pemanfaatan, pemeliharaan dan pengembangan
fasiliatas pelayanan medis, spesialistis, rujukan dan tindakan-tindakan lainnya;
7) Pelaksannan kendali mutu, kendali biaya dan keselamatan pasien dibidang
pelayanan medis lainnya;
8) Pemantauan dan evaluasi pelayanan medis, spesialistis, rujukan dan tindakan-
tindakan medis;
9) Pelaksanaan koordinasi, dengan instansi atau lembaga terkait lainnya di bidang
pelayanan medis;
10) Pelaporan hasil pelaksanaan kegiatan dibidang pelayanan medis kepada atasan
sebagai bahan pertanggung jawaban;
11) Pembinaan jabatan fungsional penyetaraan;
12) Pelaksanaan tugas lain yang diperintahkan oleh atasan untuk kelancaran tugas
kedinasan;
3) Jabatan fungsional kesehatan mempunyai tugas melakukan koordinasi pelakasanaan
pemantauan evaluasi, kedali mutu pelayanan medis rawatan rawat jalan dan rawat
inap serta melaksanakan tugas dan fungsi jabatan fungsional administrator
kesehatan sesuai dengan ketentuan.

25
4) Jabatan fungsional analis jabatan mempunyai tugas melakukan pemantuan, evaluasi,
kendali mutu pelayanan medis perawatan rawat darurat intensif dan bedah sentral
serta melaksanakanan tugas dan fungsi jabatan fungsional analis kebijakan sesuai
dengan ketentuan.

Pasal 25
Bidang keperawatan dan kebidanan
1) Bidang keperawatan dan kebidanan mempunyai tugas melakukan bimbingan
pelaksanaan asuhan dan pelayanan keperawatan dan kebidana, penerapan etika,
pengembangan profesi, pengendalian mutu dengan menerapkan prinsip
professionalisme keperawatan dan kebidanan serta pembinaan jabatan fungsional
penyetaraan.
2) Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) bidang
keperawatan dan kebidanan menyelengarakan fungsi :
1) Mengkoordinir pelaksanaan pelayanan asuhan keperawatan dan kebidanan;
2) Pelaksanaan bimbingan program dan pelayanan asuhan keperawatan dan
kebidanan ;
3) Pelaksanaan penerapan etika profesi dan pengendalian mutu keperawatandan
kebidanan;
4) Mengkoordinir analis kebutuhan pegawai dan pengembangan sumber daya
keperawatan dan kebidanan;
5) Pengendalian penyelenggaraan pelaksanaan pelayanan asuhan keperawatan
dan kebidanan;
6) Pelaksanaan pengawasan mutu dan standar keperawatan dan kebidanan;
7) Pengevaluasian pelaksanaan pelayanan asuhan keperawatan dan kebidanan;
8) Pelaporan penyelenggaran pelaksanaan pelayanan asuhan keperawatan dan
kebidanan
9) Pelaksanaan koordinasi dengan instansi atau lembaga terkait lainnya di bidang
keperawatan dan kebidanan
10) Pembinaan jabatan fungsional penyetaraan;dan
11) Pelaksanaan tugas lain yang diperintakan oleh atasan untuk kelancaran tugas
kedinasan.

26
3) Jabatan fungsional administrator kesehatan mempunyai tugas melakukan koordinasi
pembinaan, pengawasan, penilaian dan pengendalian mutu pelayanan asuahan
keperawatan dan kebidanan serta melaksanakan tugas dan fungsi jabatan fungsional
administrator kesehatan sesuai dengan ketentuan.
4) Jabatan fungsional analis kebijakan mempunyai tugas melakukan pembinaan dan
pengendalian ketenagaan, penerapan etika profesi dan peningkatan profesionalisme
tenaga keperawatan dan kebidanan serta melaksanakan tugas dan fungsi jabatan
fungsional analis kebijakan sesuai dengan ketentuan.

Pasal 27
Bidang Penunjang Medis
1) Bidang penunjang medis mempunyai tugas melakukan pembinaan, koordinasi,
pengawasan dan pengedalian dibidang penunjang medis sesuai sasaran kegiatan
penunjang untuk mendukung kelancaran tugas pokok pelayanan rumah sakit serta
pembinaan jabatan fungsional penyetaraan
2) Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) bidang penunjang
medis menyelenggarakan fungs ;
1) Pelaksanaan pelayanan penunjang medis
2) Pelaksanaan pengembangan sarana/ prasarana pelayanan penunjang medis
untuk penegakan diganosa
3) Pelaksanaan koordinasi perencanaan kebutuhan dan distribusi logistik dan
fasilitas pelayanan penunjang medis/ non medis
4) Pelaksanaan koordinasi perencanaan pemeliharaan fasilitas pelayanan
penunjang medis/ non medis
5) Pelaksanaan inventarisasi saran, prasarana pelayanan penunjang medis dan non
medis;
6) Melaksanakan pengawasan dan pengendalian pengunaan fasilitas pelayanan
penunjang medis ataua non medis
7) Pelaksanaan kendali mutu, kedali biaya dan keselamatan pasien dibidang
penunjang medis
8) Pengelolaan rekam medis
9) Pemantuaan dan evaluasi dan pelayanan penunjang medis
10) Pelaksanaan koordinasi dengan instasi atau lembaga terkait lainnya dibidang
penunjang medis

27
11) Pelaporan hasil pelaksanaan kegiatan penunjang medis kepada atasan sebagai
bahan pertangung jawaban;
12) Pembinaan jabatan fungsional penyetaraan dan pelaksanaan tugas lain yang
diperintahkan oleh atasan untuk lancaran tugas kedinasan.
3) Jabatan fungsional perencana mempunyai tugas melakukan koordinasi,
pelaksanaan, pemantauan, evaluasi, kendali mutu pelayanan penunjang medis serta
melaksanakan tugas dan fungsi jabatan fungsional perencana sesuai dengan
ketentuan.
4) Jabatan fungsional perencana mempunyai tugas melakukan koordinasi,
pelaksanaan, pemantauan, evaluasi, kendali mutu pelayanan penunjang non medis
serta melaksanakan tugas dan fungsi jabatan fungsional perencana sesuai dengan
ketentuan.

Pasal 28
Rapat – rapat
Jenis-jenis atau bentuk-bentuk rapat di RSU. Cut Meutia yaitu :
a. Rapat Pimpinan
b. Rapat Staf
c. Rapat Komite Medik
d. Rapat Staf Medik Fungsional
e. Rapat Komite Keperawatan
f. Rapat Satuan Pengawas Internal
g. Rapat Pleno
Ketentuan rapat dan tata cara rapat diatur oleh Kepala RSU. Cut Meutia.

28
BAB VI
KOMITE MEDIS

UMUM
Pasal 29
Komite medis dibentuk dengan tujuan untuk menyelenggarakan tata kelola klinis (clinical
governance) yang baik agar mutu pelayanan medis dan keselamatan pasien lebih terjamin
dan terlindungi.

Pasal 30
1. Komite Medis merupakan organisasi non struktural yang dibentuk oleh Kepala RSU Cut
Meutia,
2. Komite medis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bukan merupakan wadah
perwakilan dari staf medis.

Pasal 31
1. Susunan organisasi komite medis sekurang-kurangnya terdiri dari:
a. Ketua;
b. Sekretaris; dan
c. Subkomite.
2. Dalam keadaan keterbatasan sumber daya, susunan organisasi komite medis sekurang-
kurangnya dapat terdiri dari:
a. Ketua dan Sekretaris tanpa Subkomite; atau
b. Ketua dan Sekretaris merangkap Ketua dan Anggota Subkomite.

Pasal 32
a. Ketua Komite Medis ditetapkan melalui Surat Keputusan Kepala RSU Cut Meutia
dengan memperhatikan masukan dari Staf Medis tanpa pemilihan oleh Ketua Staf
Medis
b. Sekretaris Komite Medis dan Ketua Subkomite ditetapkan oleh Surat Keputusan Kepala
RSU Cut Meutia berdasarkan rekomendasi dari Ketua Komite Medis dengan
memperhatikan masukan dari para Staf Medis.

29
Pasal 33
Persyaratan untuk menjadi Ketua Komite Medis:
1. Mempunyai kredibilitas yang tinggi dalam profesinya;
2. Menguasai segi ilmu profesinya dalam jangkauan, ruang lingkup, sasaran dan
dampak yang luas;
3. Peka terhadap perkembangan perumahsakitan dan demand masyarakat;
4. Bersifat terbuka, bijaksana dan jujur;
5. Mempunyai kepribadian dan perilaku (attitude) yang dapat diterima oleh norma dan
disegani di lingkungan profesinya;
6. Mempunyai integritas keilmuan dan etika profesi yang tinggi.

Pasal 34
Persyaratan Sekretaris Komite Medis dan Ketua Subkomite adalah :
1. Sekretaris Komite Medis adalah Staf Medis tetap yang memiliki integritas;
2. Memiliki keilmuan, keterampilan dan perilaku yang sesuai dengan norma umum dan
memiliki kredibilitas yang memadai.

Pasal 35
1. Anggota Komite Medis terbagi ke dalam Subkomite.
2. Subkomite sebagaimana dimaksud pada ayat 1) terdiri dari:
a. Subkomite Kredensial yang bertugas menapis profesionalisme Staf Medis;
b. Subkomite mutu profesi yang bertugas mempertahankan kompetensi dan
profesionalisme Staf Medis; dan;
c. Subkomite etika dan disiplin profesi yang bertugas menjaga disiplin, etika, dan
perilaku profesi staf medis.

Pasal 36
Tugas Dan Fungsi
1. Komite Medis mempunyai tugas meningkatkan profesionalisme staf medis yang bekerja
di RSU Cut Meutia dengan cara:
a. melakukan kredensial bagi seluruh staf medis yang akan melaksanakan pelayanan
medis di rumah sakit;
b. memelihara mutu profesi staf medis; dan
c. menjaga disiplin, etika, dan perilaku profesi staf medis.

30
2. Dalam melaksanakan tugas kredensial Komite Medis memiliki fungsi sebagai berikut:
a. penyusunan dan pengkompilasian daftar kewenangan klinis sesuai dengan
masukan dari Kelompok Staf Medis berdasarkan norma keprofesian yang berlaku.
b. penyelenggaraan pemeriksaan dan pengkajian:
1. kompetensi;
2. kesehatan fisik dan mental;
3. perilaku;
4. etika profesi.
c. evaluasi data pendidikan profesional kedokteran/kedokteran gigi berkelanjutan;
d. wawancara terhadap pemohon kewenangan klinis;
e. penilaian dan pemutusan kewenangan klinis yang adekuat.
f. pelaporan hasil penilaian kredensial dan menyampaikan rekomendasi kewenangan
klinis kepada komite medis;
g. melakukan proses rekredensial pada saat berakhirnya masa berlaku surat
penugasan klinis dan adanya permintaan dari komite medis; dan
h. rekomendasi kewenangan klinis dan penerbitan surat penugasan klinis.
3. Dalam melaksanakan tugas memelihara mutu profesi staf medis, Komite Medis memiliki
fungsi sebagai berikut:
a. pelaksanaan audit medis;
b. rekomendasi pertemuan ilmiah internal dalam rangka pendidikan berkelanjutan bagi
staf medis;
c. rekomendasi kegiatan eksternal dalam rangka pendidikan berkelanjutan bagi staf
medis rumah sakit tersebut; dan
d. rekomendasi proses pendampingan (proctoring) bagi staf medis yang
membutuhkan.
4. Dalam melaksanakan tugas menjaga disiplin, etika, dan perilaku profesi staf medis
Komite Medis memiliki fungsi sebagai berikut:
a. pembinaan etika dan disiplin profesi kedokteran;
b. pemeriksaan staf medis yang diduga melakukan pelanggaran disiplin;
c. rekomendasi pendisiplinan pelaku profesional di RSU Cut Meutia; dan
d. pemberian nasehat/pertimbangan dalam pengambilan keputusan etis pada asuhan
medis pasien.

31
Pasal 37
Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya Komite Medis berwenang:
1. memberikan rekomendasi rincian kewenangan klinis (delineation of clinical privilege);
2. memberikan rekomendasi surat penugasan klinis (clinical appointment);
3. memberikan rekomendasi perubahan/modifikasi rincian kewenangan klinis (delineation
of clinical privilege);
4. memberikan rekomendasi tindak lanjut audit medis;
5. memberikan rekomendasi pendidikan kedokteran berkelanjutan;
6. memberikan rekomendasi pendampingan (proctoring); dan
7. memberikan rekomendasi pemberian tindakan disiplin;

Pasal 38
HUBUNGAN KOMITE MEDIS DENGAN KEPALA RUMAH SAKIT
1. Kepala RSU Cut Meutia menetapkan kebijakan, prosedur dan sumber daya yang
diperlukan untuk menjalankan tugas dan fungsi Komite Medis.
2. Komite medis bertanggung jawab kepada Kepala RSU Cut Meutia.

Pasal 39
Pendanaan
1. Ketua dan Sekretaris Komite Medis dapat diberikan honorarium sesuai dengan
kemampuan keuangan Perusahaan;
2. Pelaksanaan kegiatan Komite Medis didanai dengan anggaran RSU Cut Meutia sesuai
dengan ketentuan yang berlaku.
Pasal 40
Rapat - Rapat
1. Rapat Komite Medis terdiri dari :
a. Rapat rutin;
b. Rapat bersama semua kelompok staf medis
c. Rapat bersama Kepala RSU Cut Meutia;
d. Rapat Khusus
e. Rapat Tahunan
2. Rapat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipimpin oleh ketua atau yang mewakili
berdasarkan kesepakatan para anggota;
3. Rapat dinyatakan sah apabila dihadiri oleh 2/3 ( dua per tiga ) anggota hadir.

32
4. Rapat rutin Komite Medis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a. merupakan
rapat seluruh anggota Komite Medis dilakukan minimal 1 (satu) kali dalam 1 (satu)
bulan;
5. Rapat bersama dengan semua kelompok staf medis sebagaimana dimaksud pada ayat
1 huruf b, merupakan rapat dengan semua tenaga dokter dilakukan minimal 1 (satu) kali
dalam 1 (satu) bulan;
6. Rapat Komite Medis dengan Kepala RSU Cut Meutia sebagaimana dimaksud pada ayat
1) huruf c. dilakukan minimal 1 (satu) kali dalam 1 (satu) bulan.
7. Setiap undangan rapat rutin yang disampaikan ketua harus dilampiri dengan salah satu
salinan risalah rapat yang lalu.

Pasal 41
1. Rapat khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d.diadakan dalam hal:
a. adanya permintaan yang ditanda tangani oleh paling sedikit 3 (tiga) anggota staf
medis dalam waktu 48 (empat puluh delapan) jam sebelumnya.
b. adanya keadaan / situasi tertentu yang mendesak untuk segera dilaksanakan rapat
Komite Medis.
2. Undangan rapat khusus harus disampaikan oleh Ketua kepada peserta rapat paling
lambat 24 (dua puluh empat) jam sebelum dilaksanakan.
3. Undangan rapat khusus harus mencantumkan tujuan pertemuan spesifik.
4. Rapat khusus yang diminta untuk anggota staf medis sebagaimana diatur dalam ayat
(1) dilakukan paling lambat 7 (tujuh) hari setelah diterimanya surat permintaan tersebut.

Pasal 42
1. Rapat tahunan Komite Medis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) poin e.
diselenggarakan sekali dalam setahun;
2. Ketua menyampaikan undangan tertulis kepada anggota dan laporan lain paling
lambat 7 (tujuh) hari sebelum rapat diselenggarakan.

Pasal 43
Undangan Rapat
Setiap anggota yang mendapat undangan rapat wajib memenuhi undangan tersebut kecuali
ada hal khusus yang tidak memungkinkan yang bersangkutan untuk hadir.

33
Pasal 44
Peserta Rapat
Setiap rapat khusus, rapat tahunan wajib mengundang Kepala RSU Cut Meutia, dan atau
Wakil Kepala Rumah Sakit dan pihak lain yang ditentukan oleh komite medis.

Pasal 45
Pejabat Ketua
Dalam hal Ketua berhalangan hadir dalam suatu rapat dan kuorum telah tercapai maka
anggota Staf Medis dan atau Komite Medis dapat memilih Pejabat Ketua untuk memimpin
rapat.

SUB KOMITE KREDENSIAL


Pasal 46
Tujuan
1. Tujuan umum untuk melindungi keselamatan pasien dengan memastikan bahwa staf
medis yang akan melakukan pelayanan medis dirumah sakit kredibel.
2. Tujuan khusus, terdiri dari :
a. mendapatkan dan memastikan staf medis yang profesional dan akuntabel bagi
pelayanan di rumah sakit;
b. tersusunnya jenis-jenis kewenangan klinis (clinical privilege) bagi setiap staf medis
yang melakukan pelayanan medis di rumah sakit sesuai dengan cabang ilmu
kedokteran/ kedokteran gigi yang ditetapkan oleh Kolegium Kedokteran/Kedokteran
Gigi Indonesia;
c. dasar bagi kepala/Kepala Rumah Sakit rumah sakit untuk menerbitkan penugasan
klinis (clinical appointment) bagi setiap staf medis untuk melakukan pelayanan
medis di rumah sakit;
d. terjaganya reputasi dan kredibilitas para staf medis dan institusi rumah sakit di
hadapan pasien, penyandang dana, dan pemangku kepentingan (stakeholders)
rumah sakit lainnya.

Pasal 47
Mekanisme Kredensial
1. Mekanisme kredensial dan rekredensial dirumah sakit adalah tanggung jawab
komite medis yang dilaksanakan oleh subkomite kredensial.

34
2. Proses kredensial dilaksanakan dengan semangat keterbukaan, adil, obyektif, sesuai
dengan prosedur, dan terdokumentasi.
3. Proses kredensial sebagaimana dimaksud pada ayat (2) subkomite kredensial
melakukan serangkaian kegiatan termasuk menyusun tim mitra bestari, dan melakukan
penilaian kompetensi seorang staf medis yang meminta kewenangan klinis tertentu dan
subkomite kredensial menyiapkan berbagai instrumen kredensial yang disahkan Kepala
RSU Cut Meutia.
4. Instrumen kredensial sebagaimana dimaksud pada ayat (3) paling sedikit meliputi
kebijakan rumah sakit tentang kredensial dan kewenangan klinis, pedoman penilaian
kompetensi klinis, serta formulir yang diperlukan;
5. Pada akhir proses kredensial, komite medis menerbitkan rekomendasi kepada Kepala
RSU Cut Meutia tentang lingkup kewenangan klinis seorang staf medis

Pasal 48
Keanggotaan
(1) Subkomite kredensial di rumah sakit terdiri atas sekurang-kurangnya 3 (tiga) orang staf
medis yang memiliki surat penugasan klinis (clinical appointment) di rumah sakit dan
berasal dari disiplin ilmu yang berbeda;
(2) Pengorganisasian subkomite kredensial sekurang-kurangnya terdiri dari ketua,
sekretaris, dan anggota, yang ditetapkan oleh dan bertanggung jawab kepada ketua
komite medis.

Bagian Keempat
MEKANISME KREDENSIAL DAN PEMBERIAN KEWENANGAN KLINIS
BAGI STAF MEDIS
Pasal 49
(1) Kepala Rumah Sakit rumah sakit menetapkan kebijakan dan prosedur bagi staf
medis untuk memperoleh kewenangan klinis dengan berpedoman pada peraturan
internal staf medis (medical staff bylaws);
(2) Dalam menetapkan kebijakan dan prosedur bagi staf medis sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) Kepala Rumah Sakit menggunakan instrumen, antara lain daftar rincian
kewenangan klinis untuk tiap spesialisasi medis, daftar mitra bestari yang
merepresentasikan tiap spesialisasi medis, dan buku putih (white paper) untuk setiap
pelayanan medis;

35
(3) Tahapan pemberian kewenangan klinis sebagai mana dimaksud pada ayat (1)
adalah sebagai berikut:
a. Staf medis mengajukan permohonan kewenangan klinis kepada Kepala Rumah
Sakit dengan mengisi formulir daftar rincian kewenangan klinis yang telah
disediakan rumah sakit dilengkapi bahan-bahan pendukung
b. Berkas permohonan staf medis yang telah lengkap disampaikan oleh Kepala
Rumah Sakit rumah sakit kepada komite medis.
c. kajian terhadap formulir daftar rincian kewenangan klinis yang telah diisi oleh
pemohon;Dalam melakukan kajian subkomite kredensial dapat membentuk panel
atau panitia ad-hoc dengan melibatkan mitra bestari dari disiplin yang sesuai
dengan kewenangan klinis yang diminta berdasarkan buku putih (white paper);
(4) Subkomite kredensial melakukan seleksi terhadap anggota panel atau panitia ad-hoc
dengan mempertimbangkan reputasi, adanya konflik kepentingan, bidang disiplin,
dan kompetensi yang bersangkutan.
(5) Pengkajian oleh subkomite kredensial meliputi elemen:
a. Kompetisi
1. berbagai area kompetensi sesuai standar kompetensi yang disahkan oleh
lembaga pemerintah yang berwenang;
2. kognitif;
3. afektif
4. psikomotor
b. kompetensi fisik;
c. kompetensi mental/perilaku;
d. perilaku etis (ethical standing).
(6) Kewenangan klinis yang diberikan mencakup derajat kompetensi dan cakupan
praktik.
(7) Daftar rincian kewenangan klinis (delineation of clinical privilege) diperoleh dengan
cara:
a. menyusun daftar kewenangan klinis dilakukan dengan meminta masukan dari
setiap Kelompok Staf Medis
b. mengkaji kewenangan klinis bagi Pemohon dengan menggunakan daftar rincian
kewenangan klinis (delineation of clinical privilege).
c. mengkaji ulang daftar rincian kewenangan klinis bagi staf medis dilakukan secara
periodik.

36
(8) Rekomendasi pemberian kewenangan klinis dilakukan oleh komite medis
berdasarkan masukan dari subkomite kredensial
(9) Subkomite kredensial melakukan rekredensial bagi setiap staf medis yang
mengajukan permohonan pada saat berakhirnya masa berlaku surat penugasan
klinis (clinical appointment), dengan rekomendasi berupa:
a. kewenangan klinis yang bersangkutan dilanjutkan;
b. kewenangan klinis yang bersangkutan ditambah;
c. kewenangan klinis yang bersangkutan dikurangi;
d. kewenangan klinis yang bersangkutan dibekukan untuk waktu tertentu;
e. kewenangan klinis yang bersangkutan diubah/dimodifikasi;
f. kewenangan klinis yang bersangkutan diakhiri.
(10) Bagi staf medis yang ingin memulihkan kewenangan klinis yang dikurangi
atau menambah kewenangan klinis yang dimiliki dapat mengajukan permohonan
kepada komite medis melalui Kepala Rumah Sakit rumah sakit. Selanjutnya, komite
medis menyelenggarakan pembinaan profesi antara lain melalui mekanisme
pendampingan.

(11) Kriteria yang harus dipertimbangkan dalam memberikan rekomendasi kewenangan


klinis:
a. pendidikan:
1) lulus dari sekolah kedokteran yang terakreditasi, atau dari sekolah kedokteran
luar negeri dan sudah diregistrasi;
2) menyelesaikan program pendidikan konsultan.
b. perizinan (lisensi):
1) memiliki surat tanda registrasi yang sesuai dengan bidang profesi;
2) memiliki izin praktek dari dinas kesehatan setempat yang masih berlaku.
c. kegiatan penjagaan mutu profesi:
1) menjadi anggota organisasi yang melakukan penilaian kompetensi bagi
anggotanya;
2) berpartisipasi aktif dalam proses evaluasi mutu klinis.
d. kualifikasi personal:
1) riwayat disiplin dan etik profesi;
2) keanggotaan dalam perhimpunan profesi yang diakui;
3) keadaan sehat jasmani dan mental, termasuk tidak terlibat penggunaan obat
terlarang dan alkohol, yang dapat mempengaruhi kualitas pelayanan terhadap
pasien;

37
4) riwayat keterlibatan dalam tindakan kekerasan;
5) memiliki asuransi proteksi profesi (professional indemnity Insurance).
e. pengalaman dibidang keprofesian:
1) riwayat tempat pelaksanaan praktik profesi;
2) riwayat tuntutan medis atau klaim oleh pasien selama menjalankan profesi.
(12) Kewenangan klinis akan berakhir bila surat penugasan klinis (clinical appointment)
habis masa berlakunya atau dicabut oleh Kepala Rumah Sakit.
(13) Masa berlaku surat penugasan klinis sebagaimana dimaksud pada ayat (13) adalah 3
(tiga) tahun
(14) Pencabutan, perubahan/modifikasi, dan pemberian kembali kewenangan klinis,
didasarkan pada kinerja profesi dilapangan, dalam hal staf medis yang bersangkutan
terganggu kesehatannya, baik fisik maupun mental, dan atau bila terjadi kecelakaan
medis yang diduga karena inkompetensi atau karena tindakan disiplin dari komite
medis
(15) kewenangan klinis yang dicabut sebagaimana dimaksud pada ayat (15) dapat
diberikan kembali bila staf medis tersebut dianggap telah pulih kompetensinya setelah
dilakukan pembinaan oleh Komite medis melalui sub komite mutu profesi.

SUB KOMITE MUTU PROFESI

Bagian Pertama
TUJUAN
pasal 50
(1) Tujuan dibentuk sub komite mutu profesi:
a. memberikan perlindungan terhadap pasien agar senantiasa ditangani oleh staf
medis yang bermutu, kompeten, etis, dan profesional;
b. memberikan asas keadilan bagi staf medis untuk memperoleh kesempatan
memelihara kompetensi (maintaining competence) dan kewenangan klinis
(clinical privilege);
c. mencegah terjadinya kejadian yang tak diharapkan (medical mishaps);

38
d. memastikan kualitas asuhan medis yang diberikan oleh staf medis melalui upaya
pemberdayaan, evaluasi kinerja profesi yang berkesinambungan (on-going
professional practice evaluation), maupun evaluasi kinerja profesi yang terfokus
(focused professional practice evaluation).

Bagian Kedua
KEANGGOTAAN
pasal 51
(1) Keanggotaan subkomite mutu profesi di rumah sakit terdiri atas sekurang-kurangnya
3 (tiga) orang staf medis yang memiliki surat penugasan klinis (clinical appointment)
di rumah sakit tersebut dan berasal dari disiplin ilmu yang berbeda.
(2) Pengorganisasian subkomite mutu profesi sekurang-kurangnya terdiri dari ketua,
sekretaris, dan anggota, yang ditetapkan oleh dan bertanggung jawab kepada ketua
komite medis.

Bagian Kedua
MEKANISME KERJA
pasal 52
(1) Audit medis yang dilakukan oleh rumah sakit adalah kegiatan evaluasi profesi secara
sistemik yang melibatkan mitra bestari (peer group) yang terdiri dari kegiatan peer-
review, surveillance dan assessment terhadap pelayanan medis di rumah sakit.
(2) Evaluasi kinerja profesi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan oleh
rumah sakit, komite medis atau masing-masing kelompok staf medis yang terfokus
(focused professional practice evaluation);
(3) pelaksanaan audit medis harus dapat memenuhi 4 (empat) peran penting,yaitu :
a. sebagai sarana untuk melakukan penilaian terhadap kompetensi masing-masing
staf medis pemberi pelayanan di rumah sakit;
b. sebagai dasar untuk pemberian kewenangan klinis (clinical privilege) sesuai
kompetensi yang dimiliki;
c. sebagai dasar bagi komite medis dalam merekomendasikan pencabutan atau
penangguhan kewenangan klinis (clinical privilege); dan
d. sebagai dasar bagi komite medis dalam merekomendasikan perubahan/modifikasi
rincian kewenangan klinis seorang staf medis.

39
4) Audit medis dapat diselenggarakan dengan melakukan evaluasi berkesinambungan
(on-going professional practice evaluation), baik secara perorangan maupun kelompok
sesuai dengan peraturan yang berlaku
5) Evaluasi berkesinambungan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dilaksanakan
melalui tahapan, pemilihan topik, penetapan standar dan kriteria, penetapan jumlah
kasus/sample, membandingkan standar kriteria dengan pelaksanaan pelayanan,
analisis kasus, menerapkan perbaikan dan rencana reaudit.
6) Komite mutu profesi memberikan rekomendasi kepada Kepala Rumah Sakit melalui
komite medis dalam hal pendidikan berelanjutan staf medis.

SUB KOMITE ETIKA DAN DISIPLIN PROFESI

Bagian Pertama
TUJUAN
pasal 53
Subkomite etika dan disiplin profesi pada komite medis di rumah sakit dibentuk dengan
tujuan:
a. melindungi pasien dari pelayanan staf medis yang tidak memenuhi syarat
(unqualified) dan tidak layak (unfit/unproper) untuk melakukan asuhan klinis
(clinical care).
b. memelihara dan meningkatkan mutu profesionalisme staf medis di rumah sakit.

Pasal 54
(1) Subkomite etika dan disiplin profesi di rumah sakit terdiri atas sekurang-kurangnya 3
(tiga) orang staf medis yang memiliki surat penugasan klinis (clinical appointment) di
rumah sakit dan berasal dari disiplin ilmu yang berbeda;
(2) Pengorganisasian subkomite etika dan disiplin profesi sekurang-kurangnya terdiri dari
ketua, sekretaris, dan anggota, yang ditetapkan oleh dan bertanggung jawab kepada
ketua komite medis.

40
Bagian Kedua
MEKANISME KERJA
pasal 55
(1) Kepala Rumah Sakit rumah sakit menetapkan kebijakan dan prosedur seluruh
mekanisme kerja subkomite disiplin dan etika profesi berdasarkan masukan komite
medis dan bertanggung jawab atas tersedianya berbagai sumber daya yang dibutuhkan;
(2) Penegakan disiplin profesi dilakukan oleh sebuah panel yang dibentuk oleh ketua
subkomite etika dan disiplin profesi. Panel terdiri 3 (tiga) orang staf medis atau lebih
dalam jumlah ganjil dengan susunan sebagai berikut:
a. 1 (satu) orang dari subkomite etik dan disiplin profesi yang memiliki disiplin ilmu
yang berbeda dari yang diperiksa
b. 2 (dua) orang atau lebih staf medis dari disiplin ilmu yang sama dengan yang
diperiksa dapat berasal dari dalam rumah sakit atau luar rumah sakit, baik atas
permintaan komite medis dengan persetujuan Kepala Rumah Sakit atau Kepala
Rumah Sakit rumah sakit terlapor.
(3) Pengikutsertaan mitra bestari yang berasal dari luar rumah sakit sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) mengikuti ketentuan yang ditetapkan oleh rumah sakit berdasarkan
rekomendasi komite medis.
4) Mekanisme pemeriksaan pada upaya pendisiplinan perilaku profesional atas dasar:
a. Sumber Laporan antara laian :
(1) Notifikasi (laporan) yang berasal dari perorangan,
(2) Notifikasi (laporan) yang berasal dari non perorangan.
b. Dugaan pelanggaran disiplin profesi
c. Hasil pemeriksaan oleh panel pendisiplinan profesi
d. Rekomendasi pemberian tindakan pendisiplinan profesi pada staf medis oleh
subkomite etika dan disiplin profesi di rumah sakit berupa:
(1) peringatan tertulis;
(2) limitasi (reduksi) kewenangan klinis (clinical privilege);
(3)bekerja dibawah supervisi dalam waktu tertentu oleh orang yang mempunyai
kewenangan untuk pelayanan medis tersebut;
f. pencabutan kewenangan klinis (clinical privilege) sementara atau selamanya.
g. Keputusan subkomite etika dan disiplin profesi tentang pemberian tindakan disiplin
profesi diserahkan kepada Kepala Rumah Sakit rumah sakit oleh ketua komite
medis sebagai rekomendasi, selanjutnya Kepala Rumah Sakit melakukan
eksekusi.

41
(5) Staf medis dapat meminta pertimbangan pengambilan keputusan etis pada suatu kasus
pengobatan di rumah sakit melalui kelompok profesinya kepada komite medis.
(6) Atas permintaan pertimbangan pengambilan keputusan etis, sebagaimana dimaksud
pada ayat (6) Subkomite etika dan disiplin profesi mengadakan pertemuan
pembahasan kasus dengan mengikutsertakan pihak-pihak terkait yang kompeten
untuk memberikan pertimbangan pengambilan keputusan etis tersebut.

BAB VII
KOMITE KEPERAWATAN

Pasal 56
(1) Komite Keperawatan dibentuk oleh Kepala RSU. Cut Meutia.
(2) Komite Keperawatan memegang jabatan selama 3 (tiga) tahun.
(3) Susunan organisasi Komite Keperawatan terdiri dari :
a.Ketua
b. Sekretaris
c. Sub Komite
(4) Sub komite sebagaimana dimaksud pada pasal 11 ayat 3 poin c, terdiri dari :
a. Sub Komite Kredensial
b. Sub Komite Mutu
c. Sub Komite Etik dan Disiplin
(5) Ketua Komite Keperawatan ditetapkan oleh Kepala RSU. Cut Meutia dengan
memperhatikan masukan dari tenaga keperawatan yang bekerja di RSU. Cut Meutia.
(6) Sekretaris dan Sub Komite diusulkan oleh Ketua Komite Keperawatan dan ditetapkan
oleh Kepala RSU. Cut Meutia dengan memperhatikan masukan dari tenaga
keperawatan yang bekerja di RSU. Cut Meutia.
(7) Bagan struktur organisasi komite keperawatan adalah sebagai berikut :

KEPALA RS

KABID
KETUA
KEPERAWATAN

SEKRETARIS

SUB KOMITE SUB KOMITE MUTU SUB KOMITE ETIK


KREDENSIAL DAN DISIPLIN

42
Pasal 57
Personil Komite Keperawatan harus memiliki kompetensi yang tinggi sesuai jenis pelayanan
atau area praktek, mempunyai semangat profesionalisme serta reputasi baik.
Pasal 58
Komite Keperawatan mempunyai fungsi meningkatkan profesionalisme tenaga keperawatan
yang bekerja di RSU. Cut Meutia dengan cara :
(1) Melakukan kredensial bagi seluruh tenaga keperawatan yang akan melakukan pelayanan
keperawatan di RSU. Cut Meutia.
(2) Memelihara mutu profesi tenaga keperawatan.
(3) Menjaga disiplin, etika dan perilaku profesi perawat.

Pasal 59
(1) Dalam melaksanakan fungsi kredensial, Komite Keperawatan memiliki tugas:
a. Menyusun daftar klinis Rincian Kewenangan Klinis.
b. Menyusun Buku Putih (White Book).
c. Menerima hasil verifikasi pernyataan kredensial.
d. Merekomendasikan tahapan proses kredensial.
e. Merekomendasikan pemulihan wewenang klinis bagi setiap tenaga keperawatan.
f. Melakukan kredensial ulang secara berkala setiap 3 (tiga) tahun.
g. Membuat laporan seluruh proses kredensial kepada Ketua Komite Keperawatan
untuk diteruskan kepada Kepala RSU. Cut Meutia.
(2) Dalam melaksanakan fungsi memelihara mutu profesi, Komite Keperawatan memiliki
tugas :
a. Menyusun data dasar profil tenaga keperawatan sesuai area praktiknya.
b. Merekomendasikan perencanaan pengembangan profesional berkelanjutan
tenaga keperawatan.
c. Melakukan audit asuhan keperawatan.
d. Memfasilitasi proses pendampingan tenaga keperawatan sesuai kebutuhan.
(3) Dalam melaksanakan fungsi menjaga disiplin dan etika profesi tenaga keperawatan,
Komite Keperawatan memiliki tugas :
a. Melakukan sosilalisasi kode etik profesi tenaga keperawatan.
b. Melakukan pembinaan etik dan disiplin profesi tenaga keperawatan.
c. Melakukan penegakan disiplin profesi keperawatan.

43
d. Merekomendasikan penyelesaian masalah-masalah pelanggaran disiplin dan
masalah-masalah etik dalam kehidupan profesi, asuhan keperawatan.
e. Merekomendasikan pencabutan Kewenangan Klinis dan atau Surat Penugasan
Klinis.
f. Memberikan pertimbangan dalam mengambil keputusan etis dalam asuhan
keperawatan.

Pasal 60
Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya Komite Keperawatan berwenang :
(1) Memberikan rekomendasi Rincian Kewenangan Klinis.
(2) Memberikan rekomendasi perubahan Rincian Kewenangan Klinis.
(3) Memberikan rekomendasi penolakan Kewenangan Klinis tertentu.
(4) Memberikan rekomendasi Surat Penugasan Klinis.
(5) Memberikan rekomendasi tindak lanjut audit keperawatan.
(6) Memberikan rekomendasi pendidikan keperawatan berkelanjutan.
(7) Memberikan rekomendasi pendampingan dan memberikan rekomendasi pemberian
tindakan disiplin.
Pasal 61
(1) Komite Keperawatan sebagai mitra kerja bidang keperawatan dan tidak bertanggung
jawab kepada Kepala Bidang Keperawatan.
(2) Komite Keperawatan bekerja sama dan melakukan koordinasi dengan Kepala Bidang
Keperawatan serta saling memberikan masukan tentang perkembangan profesi
keperawatan di RSU. Cut Meutia.

RAPAT
Pasal 62
(1) Pengambilan keputusan di bidang profesi keperawatan oleh Komite Keperawatan diambil
melalui rapat.
(2) Pengambilan keputusan rapat dalam Komite Keperawatan dapat berdasarkan :
a.Musyawarah untuk mufakat.
b.Pemungutan suara (voting), voting dianggap sah sebagai keputusan jika separuh
lebih satu peserta yang hadir menyetujuinya.
c.Kriteria tertentu apabila cara pengambilan keputusan sudah mempunyai proses dan
aturan tersendiri yang lebih spesifik.

44
(3) Mekanisme rapat dijadikan sebagai dasar hukum yang dapat dipertanggungjawabkan
bagi pengambilan klinis keputusan di bidang profesi keperawatan dan kebidanan.

Pasal 63
Rapat Komite Keperawatan terdiri dari rapat rutin dan rapat khusus.

Pasal 64
Rapat rutin terdiri dari :
(1) Rapat tri wulan
(2) Rapat tahunan

Pasal 65
(1) Rapat triwulan Komite Keperawatan diadakan setiap 3 (tiga) bulan sekali.
(2) Rapat triwulan Komite Keperawatan diadakan untuk membahas masalah-masalah yang
berhubungan dengan Komite Keperawatan.
(3) Rapat triwulan Komite Keperawatan dipimpin oleh Ketua Komite Keperawatan dan
dihadiri oleh Sekretaris Komite Keperawatan dan Sub Komite Keperawatan.
(4) Jumlah quorum rapat rutin bila dihadiri oleh Ketua Komite Keperawatan, Sekretaris
Komite Keperawatan dan minimal 1 (satu) wakil dari tiap Sub Komite Keperawatan.

Pasal 66
(1) Rapat tahunan Komite Keperawatan diadakan setiap tahun sekali
(2) Rapat tahunan Komite Keperawatan diadakan untuk membahas evaluasi program kerja
tahun berjalan dan program kerja 1 (satu) tahun mendatang.
(3) Rapat tahunan Komite Keperawatan dipimpin oleh Ketua Komite Keperawatan dan
dihadiri oleh Sekretaris Komite Keperawatan dan Sub Komite Keperawatan.
(4) Jumlah quorum rapat rutin bila dihadiri oleh Ketua Komite Keperawatan, Sekretaris
Komite Keperawatan dan semua personil Sub Komite Keperawatan.

Pasal 67
Rapat khusus terdiri dari :
(1) Rapat insidental

45
Pasal 68
(1) Rapat insidental diadakan untuk membahas masalah-masalah yang sangat mendesak.
(2) Rapat insidental dapat bersifat internal dan eksternal.

Pasal 69
(1) Rapat insidental yang bersifat internal merupakan rapat insidental yang hanya
melibatkan komponen didalam Komite Keperawatan.
(2) Rapat insidental yang bersifat internal dapat dipimpin oleh Ketua Komite atau Sub Komite
Keperawatan.
(3) Jumlah quorum rapat insidental yang bersifat internal adalah dua per tiga dari jumlah
undangan peserta rapat.

Pasal 70
(1) Rapat insidental yang bersifat eksternal merupakan rapat insidental yang melibatkan
komponen didalam dan diluar Komite Keperawatan.
(2) Kedudukan Komite Keperawatan dalam rapat insidental dapat sebagai penyelenggara
atau pemimpin rapat tetapi dapat juga sebagai peserta rapat.
(3) Apabila Komite Keperawatan sebagai penyelenggara rapat maka jumlah quorum adalah
dua per tiga dari jumlah undangan peserta rapat.

Pasal 71
(1) Setiap rapat yang diadakan oleh Komite Keperawatan harus dicatat dalam notulen rapat.
(2) Notulen rapat sekurang-kurangya berisi tujuan kegiatan, pikiran-pikiran yang akan
dibahas dalam kegiatan, daran dan keputusan dalam kegiatan, waktu pelaksanaan dan
pihak-pihak yang hadir dalam rapat.
Pasal 72
Prosedur penyelenggaraan rapat dalam Komite Keperawatan :
(1) Persiapan
a. Menyiapkan rencana
b. Menyiapkan agenda rapat
c. Menyiapkan kertas kerja
d. Menyiapkan pembicara/peserta
e. Menyiapkan perlengkapan rapat

46
(2) Pelaksanaan
a. Pembukaan
b. Tata tertib rapat
c. Pengendalian
d. Mengatur waktu
e. Pengambilan keputusan
f. Penutupan rapat
(3) Laporan dan Evaluasi.

SUBKOMITE KREDENSIAL

Pasal 73
Peran Komite Keperawatan dalam melakukan mekanisme kredensial dan rekrendensial bagi
seluruh staf keperawatan di RSU. Cut Meutia dilaksanakan oleh Sub Komite Kredensial.

Pasal 74
Pengorganisasian dan tata kerja Sub Komite Kredensial tertuang dalam Pedoman Komite
Keperawatan RSU. Cut Meutia.

SUBKOMITE MUTU PROFESI

Pasal 75
Peran Komite Keperawatan dalam menjaga mutu profesi tenaga keperawatan di RSU. Cut
Meutia dilaksanakan oleh Sub Komite Mutu Profesi.

Pasal 76
Pengorganisasian dan tata kerja Sub Komite Mutu Profesi tertuang dalam Pedoman Komite
Keperawatan RSU. Cut Meutia.

SUBKOMITE ETIK DAN DISIPLIN PROFESI

Pasal 77
Peran Komite Keperawatan dalam upaya pendisiplinan keperawatan di RSU. Cut Meutia
dilaksanakan oleh Sub Komite Etik dan Disiplin Profesi.

47
Pasal 78
(1) Upaya pendisiplinan tenaga keperawatan dilakukan melalui peringatan tertulis sampai
penangguhan Kewenangan Klinis tenaga keperawatan yang dinilai melanggar disiplin profesi
baik seluruhnya maupun sebagian.
(2)Tenaga keperawatan yang dicabut kewenangan klinisnya maka tidak diperkenankan
melakukan tindakan keperawatan di RSU. Cut Meutia.
(3)Perubahan Kewenangan Klinis akibat tindakan disiplin profesi tersebut ditetapkan dengan
Surat Keputusan Kepala RSU. Cut Meutia atas rekomendasi Komite Keperawatan.

Pasal 79
Pengorganisasian dan tata kerja Sub Komite Etik dan Disiplin Profesi tertuang dalam
Pedoman Komite Keperawatan RSU. Cut Meutia.

PERATURAN PELAKSANAAN TATA KELOLA KLINIS

Pasal 80
(1) Untuk melaksanakan tata kelola klinis diperlukan aturan-aturan profesi bagi tenaga
keperawatan secara tersendiri diluar Peraturan Internal Staf Keperawatan.
(2) Aturan profesi tersebut antara lain :
a. Standar profesi keperawatan.
b. Standar pelayanan keperawatan.
c. Standar prosedur operasional keperawatan.
d. Standar kebutuhan dasar pasien.
(3) Dalam keadaan tidak mampu, setiap tenaga keperawatan berkewajiban melakukan
konsultasi dan atau merujuk pasien kepada tenaga keperawatan lain yang dianggap
lebih mampu.

TATA CARA REVIEW DAN PERBAIKAN PERATURAN INTERNAL


STAF KEPERAWATAN

Pasal 81
(1) Segala sesuatu yang belum diatur dalam aturan ini akan diatur dikemudian hari melalui
rapat-rapat yang ada didalam Komite Keperawatan.
(2) Apabila ada pasal dan atau ayat dalam peraturan internal keperawatan ini yang
dikemudian hari dianggap tidak sesuai, dapat ditinjau ulang melalui sidang tahunan
Komite Keperawatan.

48
KETENTUAN PENUTUP

Pasal 82
Peraturan Internal Staf Keperawatan ditetapkan oleh Kepala RSU. Cut Meutia.

Pasal 83
Peraturan Internal Staf Keperawatan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan.

Pasal 84
Peraturan Internal Staf Keperawatan bisa dilakukan pencabutan jika tidak sesuai dengan
pelaksanaan asuhan keperawatan.

BAB VIII
SATUAN PEMERIKSAAN INTERNAL
Bagian Pertama

Pasal 85
Keanggotaan, syarat dan masa bakti

A. Komposisi
Satuan Pemeriksaan Internal terdiri dari :
a. Kepala Satuan Pengawas Internal merangkap Anggota.
b. Anggota Satuan Pengawas internal.
c. Jumlah Minimal Satuan Pengawas Internal 2 (dua) orang.

B. Syarat
Yang diangkat menjadi Satuan Pemeriksaan Internal adalah :
a. Memenuhi kriteria, integritas, dan pengalaman dibidang Perumahsakitan.
b. Berkelakuan baik, mampu bersikap obyektif dan independen.
c. Memiliki dedikasi tinggi untuk mengawasi dan menilai kegiatan Rumah Sakit.

C. Pengangkatan dan Masa bakti


1. Satuan Pemeriksaan Internal diangkat dan diberhentikan oleh Kepala RS.
2. Pembentukan Satuan Pemeriksaan Internal di Rumah Sakit ditetapkan dengan
Surat keputusan Kepala RSdengan Masa Bakti 3 (tiga) tahun.

49
Bagian Kedua
Pasal 86
Tugas, Tanggung Jawab, Tugas Pokok dan Wewenang

A. Tugas dan Wewenang Satuan Pemeriksaan Internal


Tugas dan Wewenang Satuan Pemeriksaan Internal adalah :
1. Mengawasi Dan Menilai Pelaksanaan Pelayanan Administrasi, Pelayanan Medik,
AdministrasiKeuangan, Dan Administrasi Kerumahtanggaan Rumah Sakit.
2. Memberikan laporan hasil pengawasan dan penilaian kepada Kepala RS.

B. Tanggung Jawab
1. Satuan Pemeriksaan Internal bertanggung jawab terhadap pengawasan dan
penilaian pelaksanaanpelayanan medis, administrasi keuangan, dan
kerumahtanggaan rumah sakit.
2. Satuan Pemeriksaan Internal bertanggung jawab kepada Kepala RS.

C. Tugas Pokok dan Wewenang Kepala Satuan Pemeriksaan Internal


Tugas Pokok Dan Wewenang Satuan Pemeriksaan Internal adalah :
1. Membuat, menyusun dan menetapkan:
a. Standar prosedur kerja dalam kegiatan pengawasan internal Rumah Sakit.
b. Rencana kegiatan pengawasan internal Rumah Sakit.
2. Melaksanakan, mengawasi dan menilai kegiatan:
a. Pengawasan internal rumah sakit.
b. Audit Medik, Audit Keuangan dan Audit Kegiatan Operasional Rumah Sakit
sertamenyampaikan rekomendasi kepada kepala RS berdasar hasil audit.
c. Pemanfaatan kekayaan rumah sakit dan pertanggungjawabannya termasuk
pengendalian darisegala kemungkinan resiko kerugian dalam pemanfaatan
kekayaan.
d. Dampak sosial dan dampak lingkungan atas setiap kegiatan rumah sakit.
3. Menyampaikan laporan pertanggung jawaban pelaksanaan tugas dan memberikan
rekomendasi atashasil dari pengawasan secara periodik dan tertulis kepada Kepala
RS.

50
Bagian ketiga
Pasal 87
Aturan Merangkap jabatan, Pemberhentian SPI

A. Aturan Merangkap Jabatan


Kepala Satuan Pemeriksaan Internal tidak dibenarkan untuk memangku jabatan
rangkap sebagai :
1. KepalaRSU. Cut Meutia
2. Pejabat Struktural RSU. Cut Meutia Langsa lainnya
3. Pejabat Struktural PT. Cut Meutia Medika Nusantara

B. Pemberhentian Kepala Satuan Pemeriksaan Internal


1. Pemberhentian Kepala Satuan Pemeriksaan Internal dilakukan bila yang
bersangkutan:
a. Diberhentikan sebelum habis masa berlakunya.
b. Habis masa jabatannya.
c. Mengundurkan diri.
d. Meninggal dunia.
2. Pemberhentian Kepala Satuan Pemeriksaan Internal ditetapkan dengan Surat
Keputusan Kepala RS.

C. Tata Cara pemberhentian Kepala Satuan Pemeriksaan Internal Sebelum Habis


Masa Jabatannya
1. Pemberhentian kepala satuan pemeriksaan internal sebelum habis masa
jabatannya bila yang bersangkutan:
a. Tidak melaksanakan tugas dengan baik.
b. Tidak melaksanakan ketentuan peraturan perundangan yang berlaku
c. Terlibat dalam tindakan yang merugikan rumah sakit.
d. Dipidana penjara karena melakukan perbuatan pidana kejahatan dan atau
kesalahan yangberkaitan dengan pengurusan rumah sakit;
2. Ada pemberitahuan secara tertulis dari Kepala RS kepada Kepala Satuan
pemeriksaan Internal tentang rencana pemberhentian yang disertai dengan alasan
pemberhentian dan jeniskesalahannya.

51
3. Yang bersangkutan diberi kesempatan membela diri sebelum Kepala RS
mengeluarkan Surat KeputusanPemberhentian.
4. Pembelaan diri dimaksud ayat (3) dilakukan secara tertulis dan disampaikan kepada
Kepala RS dalamjangka waktu 1 (satu) bulan sejak Kepala Satuan Pemeriksaan
Internal yang bersangkutan diberitahukansecara tertulis.
5. Bila dalam jangka waktu 1 (satu) bulan yang bersangkutan tidak memberikan
pembelaan sebagaimanadimaksud ayat (4), maka Kepala RS dapat langsung
membuat Surat keputusan Pemberhentiannya.
6. Selama rencana pemberhentian masih dalam proses, maka Kepala Satuan
Pemeriksaan Internal yangbersangkutan dapat melanjutkan tugasnya.
7. Bila dalam jangka waktu 2 (dua) bulan terhitung sejak tanggal penyampaian
pembelaan dirisebagaimana dimaksud ayat (4) Kepala RS tidak memberikan
keputusan pemberhentian Kepala SatuanPemeriksaan Internal tersebut maka
rencana pemberhentian menjadi batal.

BUKU KEDUA
PEDOMAN PERATURAN INTERNAL STAF MEDIS(MEDICAL STAFF BY LAWS)
RUMAH SAKIT CUT MEUTIA

BAB IX
PENGORGANISASIAN STAF MEDIS FUNGSIONAL

Bagian Kesatu
Pasal 88
Kedudukan dan Keanggotaan Staf Medis Fungsional

A. Secara administratif, SMF berada dibawah Kepala RS namun secara fungsional


sebagai profesi bertanggungjawab kepada Komite Medik.
1. SMF dipimpin oleh seorang Kepala yang dipilih oleh anggotanya.
2. SMF paling sedikit terdiri dari 2 orang dokter.
3. Apabila ada dokter dengan spesialisasi tertentu hanya 1 (satu) orang maka dokter
tersebut dapatbergabung dengan dokter Spesialisasi yang fungsinya hampir sama.
4. SMF ditetapkan berdasarkan Surat Keputusan Kepala dengan masa kerja 3 (tiga)
Tahun.

52
5. Tugas Ketua SMF adalah menyusun uraian tugas, wewenang dan tata kerja SMF
yangdipimpinnya.
6. Pengaturan SMF secara rinci diatur tersendiri oleh surat keputusan Kepala Rumah
Sakit.

B. Staf Medis Fungsional RSU. Cut Meutia


Staf Medis Fungsional adalah kelompok-kelompok yang beranggotakan para tenaga
profesional medisyang memberikan pelayanan langsung secara mandiri dalam jabatan
fungsional, seperti Dokter Umum,Dokter Spesialis, Dokter Gigi, dan Apoteker.
Staf Medis Fungsional RSU. Cut Meutia Langsa terdiri dari:
1. Staf Medis Fungsional Kebidanan dan Penyakit Kandungan.
2. Staf Medis Fungsional Bedah Umum.
3. Staf Medis Fungsional Gigi dan Mulut.
4. Staf Medis Fungsional Penyakit Dalam.
5. Staf Medis Fungsional Neurologi
6. Staf Medis Fungsional Penyakit Anak.
7. Staf Medis Fungsional Dokter Umum;

Bagian Kedua
Pasal 89
Kewajibandan Kewenangan Kelompok Staf Medis Fungsional (SMF)

1. Semua dokter umum, dokter gigi, dokter spesialis dan Apoteker yang memiliki izin
praktek danbekerja di Rumah Sakit Umum Cut Meutia dalam jabatan fungsional, baik
sebagai dokter tetap medis,maupun dokter paruh waktu, wajib menjadi anggota Staf
Medis Fungsional Rumah Sakit.
2. Penempatan dokter ke dalam Staf Medis Fungsional Rumah Sakit Umum Cut Meutia,
termasuk dokter kontrak, ditetapkan dengan Surat Keputusan Kepala Rumah Sakit
Umum Cut Meutia, denganketentuan, untuk dokter kontrak, penempatannya ke dalam
Staf MedisFungsional Rumah Sakit Umum Cut Meutia harus dilengkapi dengan
perjanjian kerja.

53
Bagian Ketiga
Pasal 90
Staf Medis

Penerimaan,Penerimaan Kembali dan Pemberhentian


1. Untuk dapat bergabung dengan Rumah Sakit maka dokter harus memiliki kompetensi
yangdibutuhkan, berlisensi yang asli menurut Peraturan Perundang-undangan yang
berlaku, sehat jasmanidan rohani serta memiliki perilaku dan penampilan baik yang
disaring melalui Komite Medis.
2. Secara administratif harus memenuhi ketentuan Peraturan Perundang-undangan yang
berlaku.
3. Mekanisme pemberhentian Staf Medis sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh
Rumah Sakitdan Peraturan Perundangan yang berlaku.
4. Staf Medis Dokter Kontrak dan Dokter Konsultan berhenti secara otomatis sebagai staf
medisRumah Sakit Cut Meutiatanpa hak pensiun manakala masa kontraknya berakhir
atau berhenti atas persetujuan bersama.

Bagian Keempat
Pasal 91
Tugas, Fungsi, Wewenang dan Tanggung Jawab Staf Medis

Tugas Staf Medis Fungsional RS. Cut Meutia adalah:


1. Melaksanakan diagnosis, pengobatan, pencegahan akibat penyakit, peningkatan dan
pemulihankesehatan, penyuluhan kesehatan, pendidikan dan pelatihan serta penelitian
dan pengembangan.
2. Menyusun Prosedur Tetap (PROTAP) pelayanan medis bidang administrasi /manajerial,
meliputi antara lain pengaturan tugas rawat jalan, pengaturan tugas rawat inap,
pengaturanvisite, pertemuan klinik, presentasi kasus, kasus kematian, prosedur
konsultasi, dan lain-lain.
3. Menyusun Prosedur Tetap (PROTAP) pelayanan medis bidang keilmuan/ keprofesian.

54
Bagian Kelima
Pasal 92
Kewajiban dan Hak Staf Medis

A. Kewajiban staf medisRumah Sakit Cut Meutia adalah sebagai berikut :


1. Mentaati semua peraturan perundang-undangan yang berlaku.
2. Mentaati semua peraturan internal rumah sakit (Hospital Bylaws).
3. Menyusun standar prosedur operasional pelayanan medis yang terdiri dari :
a. Standar Prosedur Operasional bidang administrasi / manajerial antara lain
meliputi pengaturantugas rawat jalan, pengaturan tugas rawat inap, pengaturan
tugas jaga, pengaturan tugas rawatintensif, pengaturan tugas kamar operasi,
kamar bersalin,pengaturan visite ronde, pertemuanklinik, presentasi kasus
(kasus kematian, kasus sulit, kasus langka, kasus penyakit tertentu),prosedur
konsultasi dan lain-lain.
b. Standar Prosedur Operasional pelayanan medis bidang keilmuan/ keprofesian.
c. Standar Prosedur Operasional pelayanan medis bidang administrasi.
4. SMF yang bekerja sebagai Dokter Mitra, bertanggung jawab sepenuhnya atas
segala bentuk kerugianyang dialami pasien sebagai akibat dari kesalahan medik
yang dilakukan
B. Staf Medis yang bekerja di rumah sakit dengan status sebagai dokter RS. Cut Meutia
berhak memperolehhak sesuai peraturan yang berlaku, meliputi :
1. Penghasilan yang layak berupa gaji, tunjangan dan penghasilan lain yang sah serta
jasa pelayanansesuai dengan Sistem Remunisasi yang ditetapkan oleh rumah sakit;
2. Kenaikan pangkat, pengembangan karir, cuti tahunan, cuti sakit, cuti hamil, cuti
khusus, cuti alasanpenting dan cuti lainnya; lingkungan kerja yang sehat serta
perlindungan terhadap kecelakaan kerja;
3. Pemeriksaan kesehatan berkala, rutin dan khusus sesuai ketentuan yang ditetapkan
oleh RS. Cut Meutia;
4. Uang duka bagi keluarganya apabila meninggal dunia;
5. Penghasilan setelah pensiun;
6. Menggunakan fasilitas yang dimiliki rumah sakit untuk melakukan layanan kesehatan
berdasarkanstandar mutu layanan yang optimal;
7. Meminta konsultasi kepada dokter lain yang tercatat sebagai staf medik rumah
sakit;dan
8. Mendampingi dokter tamu (visiting doctor) yang tidak tercatat sebagai staf medis
rumah sakit, baikuntuk kepentingan konsultasi atau untuk membantu melaksanakan

55
sebagian pekerjaan yang tidakdapat dilaksanakannya setelah memperoleh izin dari
Kepala RS atau pejabat lain yang ditunjuk.
C. Staf Medis yang bekerja di rumah sakit dengan status sebagai mitra (attending
physician) konsultanberhak atas :
1. Penghasilan yang layak sesuai peraturan yang berlaku atau kesepakatan yang
dibuat oleh pihakrumah sakit dengan staf medik yang bersangkutan;
2. Lingkungan kerja yang sehat mendapatkan perlindungan terhadap kecelakaan kerja;
3. Kesempatan untuk merawat pasien di rumah sakit;
4. Penggunaan fasilitas yang dimiliki oleh rumah sakit melakukan layanan kesehatan
berdasarkanstandar mutu layanan yang tinggi;
5. Kesempatan untuk berkonsultasi dengan dokter lain yang tercatat sebagai staf
medik RS. Cut Meutia.
6. Kesempatan untuk mendatangkan dokter tamu (visiting doctor) yang tidak tercatat
sebagai staf medikrumah sakit, baik untuk kepentingan konsultasi atau untuk
membantu melaksanakan sebagianpekerjaan yang tidak dapat dilaksanakarmya
setelah mendapat izin dari Kepala RS atau Pejabat yangditunjuk;dan
7. Kesempatan tidak bekerja untuk sementara waktu karena sakit atau karena alasan-
alasan lain yangdapat dipertanggungjawabkan.

BAB X
Pasal 93
KEWENANGAN KLINIS (CLINICAL PRIVILAGE)

1. Pelayanan medis di RS. Cut Meutia hanya dilaksanakan oleh staf medis yang telah
diberikan kewenanganklinis (clinical privilege) yaitu izin dan hak khusus untuk
melakukan pelayanan medis tertentu atasrekomendasi darikomite medik setelah
dikredensial.
2. Pemberian rekomendasi kewenangan klinis (clinicalprivilege) kepada setiap staf medis
sesuai dengankompetensinya yang nyata.
3. Pemberian rekomendasi kewenangan klinis(clinical privilege) tersebut
harusmelibatkankomite medis yang dibantu oleh mitra bestarinya (peer group) sebagai
pihak yangpaling mengetahui masalah keprofesian yangbersangkutan.
4. Kewenangan klinis (clinical privilege) setiap staf medis dapat saling berbeda walaupun
mereka memilikispesialisasi yang sama dan harus dirinci lebih lanjut (delineation of
clinical privilege).

56
5. Rincian kewenangan klinis (delineation of clinical privilege) setiap spesialisasi dirumah
sakit ditetapkan oleh komite medis dengan berpedoman pada normakeprofesian yang
ditetapkan oleh kolegium setiap spesialisasi.
6. Komite medis wajib menetapkan dan mendokumentasi syarat - syarat yang terkait
dengan kompetensiyang dibutuhkan dalam melakukan setiap jenis pelayanan medis
sesuai dengan ketetapan kolegiumsetiap spesialisasi ilmu kedokteran. Dokumentasi
syarat untuk melakukan pelayanan medis tersebutdisebut sebagai “Buku Putih” (white
paper).
7. Dalam keadaan tertentu, suatu pelayanan medis tertentu ternyata dilakukan oleh para
staf medis dari jenisspesialisasi yang berbeda maka komite medis wajib menyusun
“Buku Putih” (white paper) untukpelayanan medis tertentu tersebut dengan melibatkan
mitra bestari (peer group) dari beberapa spesialisasiterkait.
8. Pemberian rekomendasi kewenangan klinis seorang staf medis tidak hanya didasarkan
pada kredensialterhadap kompetensi keilmuan dan keterampilannya saja, akan tetapi
juga didasarkan pada kesehatanfisik, kesehatan mental, dan perilaku (behavior) staf
medis tersebut.

BAB XI
Pasal 94
DOKTER PENANGGUNG JAWAB PELAYANAN (DPJP)

Bagian Kesatu
Umum
Dokter Penanggung Jawab Pelayanan (DPJP) adalah seorang dokter yang bertanggung
jawabterhadap pelayanan dan pengelolaan asuhan medis seorang pasien :
1. DPJP melakukan pelayanan sesuai dengan keahliannya, dalam era saat ini, pelayanan
medis harus sesuai dengan kompetensinya.
2. Berkaitan dengan hal tersebut diatas, maka masing - masing SMF menetapkan dan
mengatur DPJP nya ,
3. Bila melakukan rawat bersama maka ditetapkan salah seorang dokter sebagai Ketua
Tim yangmengkoordinasikan kegiatan, sekaligus menjamin komunikasi dan
kesepakatan antar professionalyang menjamin keselamatan pasien
4. Dokter Spesialis wajib bertanggungjawab pada pelayanan dan pengelolaan asuhan
medis seorang pasien yang dirawatnya.

57
5. DPJP wajib memberikan penjelasan secara jelas dan benar kepada pasien dan keluarga
tentangrencana dan hasil pelayanan, pengobatan atau prosedur untuk pasien termasuk
terjadinya kejadianyang diharapkan dan tidak diharapkan.
6. Diterapkan metoda dan tata laksana agar rumah sakit mampu melakukan evaluasi,
analisis, dantindak lanjut dari Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) pada pasien.

Bagian kedua
Pasal 95
Tujuan
Asuhan medis / Pelayanan pasien dilakukan oleh dokter yang berkompeten sesuai dengan
kasusnya /penyakitnya.

Bagian ketiga
Pasal 96
Kebijakan
1. Ketua kelompok staf medis diberi wewenang untuk menetapkan dan mengatur Jadwal
dokterpenanggung jawab pelayanan (DPJP).
2. Bila rawat bersama maka Ketua tim adalah dokter yg pertama menerima pasien.
3. Dokter umum bisa sebagai DPJP bila mendapat izin dari dokter ygterkait (pasien)
dengan kasus bedah harusnya DPJP dokter bedah tapi rumah sakitmemberi izin dokter
umum sebagai dpjp atas izin dan tanggung jawab dokter bedah tersebut.
4. Ketentuan kebijakan ditetapkan lebih rinci lagi dengan surat keputusan Kepala Rumah
Sakit

BAB XII
Pasal 97
PENUGASAN KLINIS (CLINICAL APPOINTMENT)

1. Kepala RS menerbitkan Penugasan Klinis (Clinical Appointment) yaitu suatu surat


keputusan untukmenugaskan staf medis yang bersangkutan untuk melakukan
pelayanan medis tertentu di rumah sakitsetelah mendapat rekomendasi rincian
kewenangan klinis dari komite medik.
2. Dalam keadaan tertentu Kepala Rumah Sakit dapat menerbitkan surat penugasan klinis
sementara (TemporaryClinical Appointment), misalnya untuk konsultan tamu yang
diperlukan sementara oleh rumah sakit.

58
3. Kepala Rumah Sakit Cut Meutia dapat mengubah, membekukan untuk waktu tertentu,
atau mengakhiri penugasanklinis (Clinical Appointment) seorang staf medis berdasarkan
pertimbangan komite medis atau alasantertentu.

59
BAB XXII
PENGESAHAN

1. Pengesahan Hospital By Law dan Medical staff bylaws dan amandemen Hospital By
Law danMedical staff bylaws dilakukan melalui Musyawarah dan mufakat di Rapat
Khusus dari PT. Cut Meutia Medika Nusantara Langsa dan Kepala Rumah Sakit.

60
BAB XXIII
ATURAN PERALIHAN

Hospital By Law dan Medical staff bylaws akan berlaku efektif paling lama setelah 30
harisejak di tetapkan secara sah oleh PT Cut Meutia Medika Nusantara Langsa.

61
BAB XXIV
KETENTUAN PENUTUP

1. Hospital By Laws dan Medical Staff ByLaws ini berlaku sejak tanggal ditetapkan.
2. Semua peraturan Rumah Sakit yang ditetap sebelum berlakunya Hospital By Laws dan
Medical Staff ByLaws ini dinyatakan tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan
denganPeraturan Internal ini.

Ditetapkan di : Langsa
Pada tanggal :
PT Cut Meutia Medika Nusantara

Ir.Ernawati
Direktur

62

Anda mungkin juga menyukai