PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Klinik Utama Sukma Wijaya adalah salah satu Klinik yang didirikan di
Kabupaten Sampang, dari pengembangan praktek spesialis dr. Zakky
Sukmajaya, Sp.OG. yang dirintis sejak tahun 2012. Praktek pribadinya dari hari
ke hari menunjukkan perkembangan yang pesat, animo masyarakat sekitar
Sampang begitu besar terhadap pelayanan dari dokter Obsetri-Ginecology nya.
Hal inilah yang menyebabkan keinginan dr. Zakky Sukmajaya, Sp.OG, untuk
mengembangkan praktek pribadinya menjadi Klinik Utama Sukma Wijaya pada
tahun 2014, dan resmi berdirinya Klinik Utama Sukma Wijaya pada tahun 2015.
Maksud dan tujuannya adalah dalam rangka mempermudah pemberian
pelayanan serta fasilitas kesehatan pada masyarakat Sampang pada umumnya
yang sebelumnya belum mengenal pelayanan dokter Spesialis Obsetri -
Ginecology.
Makin besarnya minat masyarakat terhadap kebutuhan pelayanan
Kesehatan secara umum, Klinik Utama Sukma Wijaya bermaksud
meningkatkan pelayanan Kesehatan secara umum, maka dibentuklah suatu PT
yang bernama PT Sukma Jaya Utama Grup dalam rangka menunjang dan
meningkatkankan sarana dan prasarana Klinik Utama Sukma Wijaya menjadi
Klinik Utama Sukma Wijaya pada Tahun 2018. Tepatnya pada tanggal 7
Desember 2017 Direktur Klinik Utama Sukma Wijaya mengajukan permohonan
Ijin Penyelenggaraan Klinik Utama Sukma Wijaya dari pengembangan Klinik
Utama Sukma Wijaya, dan mendapatkan ijin tetap penyelenggaraan Klinik
Utama Sukma Wijaya pada tanggal 7 Desember 2017.
B. Maksud dan Tujuan HBL
Penyusunan peraturan internal (Hospital Bylaws) ini dilandasi adanya
kesadaran bahwa kesehatan adalah hak individu setiap manusia sebagai
anugerah dan karunia Allah SWT, sehingga Klinik berupaya untuk memberikan
layanan kesehatan yang optimal di bidang kesehatan bagi setiap individu yang
mempercayakan layanan kesehatannya kepada Klinik Utama Sukma Wijaya.
Klinik akan selalu memberikan layanan kesehatan yang optimal, dengan mutu
layanan yang terus ditingkatkan mengikuti kemajuan jaman, serta sikap
profesionalisme dari staf medis yang selalu mengutamakan keselamatan pasien.
Perubahan paradigma Klinik dari lembaga sosial menjadi lembaga sosio-
ekonomi yang dapat dijadikan subyek hukum, hal ini perlu diantisipasi dengan
adanya kejelasan tentang hak dan tangung jawab masing-masing pihak yang
berkepentingan dalam pengelolaan Klinik , yang akan diatur dalam Hospital by
laws ( Statuta).
Klinik sebagai institusi pelayanan kesehatan yang multi disiplin ilmu,
syarat dengan dana dan teknologi yang canggih serta resiko yang tinggi. Tidak
menutup kemungkinan adanya konflik antar pihak yang berkepentingan, baik
antara customer dengan pemberi pelayanan, maupun antara pemilik dengan
pengelola atau pengelola dengan pemberi pelayanan yaitu semua Staf Klinik.
Hospital Bylaws ( Statuta ) salah satu bentuk aturan tertulis yang
merupakan hasil dari kesepakatan dan evaluasi antara pihak PT Sukma Wijaya
selaku pemilik dan pendiri Klinik Umum Sukma Wijaya, dengan pihak
Penggelola dalam hal ini adalah Direktur Klinik, pejabat struktural dan seluruh
Staf Medis Fungsional Klinik Umum Sukma Wijaya.
Hospital Bylaws ( Statuta ) berlaku di suatu Klinik , dengan tujuan untuk
melindungi semua pihak yang terkait secara baik dan benar, berdasarkan rasa
keadilan dan Undang-undang, Peraturan yang berlaku di Indonesia. Pengelola
Klinik pada dasarnya ditentukan oleh ketiga komponen, pihak yang berperan
besar yaitu Pemilik termasuk Dewan Pengawas, Direktur, pejabat struktural dan
Staf Medis Fungsional serta peran dari Komite Medik dan Komite Keperawatan.
Oleh karena itu dalam Hospital Bylaws (Statuta) ini akan diatur hubungan, hak
dan kewajiban , tanggung jawab peran dari Dewan Pengawas, Direktur dan Staf
Medis Fungsional serta Peran Komite Medik dan Komite Keperawatan di Klinik
.
Seluruh tatanan hukum, peraturan, ketentuan, dan kebijakan yang
diberlakukan di internal Klinik Utama Sukma Wijaya harus tunduk dan
mengacu kepada peraturan internal (Hospital Bylaws), sebagai landasan hukum
dan merupakan peraturan tertinggi di Klinik Utama Sukma Wijaya. Peraturan
internal (Hospital Bylaws) harus ditaati oleh seluruh pihak yang terkait dengan
penyelenggaraan, pengelolaan dan pelaksanaan segala bentuk kegiatan dan
layanan di Klinik .
Hal-hal yang belum diatur dalam peraturan internal (Hospital Bylaws) ini
diatur secara lebih teknis sebagai bentuk kebijakan teknis operasional dan
mengacu pada Hospital Bylaws dan peraturan lain yang telah ditetapkan terlebih
dulu sesuai dengan peraturan, perundangan yang berlaku.
Perlu diingat kembali dengan meningkatnya kesadaran serta kepekaan
hukum di masyarakat akhir-akhir ini, mendorong timbulnya tuntutan hukum
terhadap Klinik , adanya Hospital Bylaws (Statuta) sebagai aturan tertulis di
Klinik akan menjadi acuan hukum dan perlindungan hukum yang sangat
penting.
Walaupun begitu kita semua mengharapkan, apapun masalah yang
terjadi Klinik Utama Sukma Wijaya tetap mengedepankan azas kekeluargaan
dan kultur dari masyarakat yang ada dalam penyelesaiannya.
C. Manfaat HBL
Pertama, sebagai "landasan hukum yang tertulis, jelas dan dapat mengatur
hubungan segi tiga yang seimbang antara Pemilik dengan Direktur sebagai
pengelola manajemen dan pelanggan dalam - pelanggan luar, baik hak-hak maupun
kewajibannya" untuk mengatisipasi kejadian internal dan eksternal yang tidak
diinginkan.
Kedua, melindungi hak dan kewajiban semua pihak ( Pemilik dengan Direktur
sebagai pengelola manajemen dan pelanggan luar dan dalam) secara seimbang
dilandasi keadilan, dalam rangka menuju pelayanan Klinik yang baik. (good
corporate and clinical governance).
Ketiga, merupakan pedoman baku bagi semua pihak, dapat sebagai perpanjangan
tangan/ acuan hukum bagi pihak-pihak yang beKlinikelisih, dapat merupakan
sarana peningkatan mutu pelayanan, serta merupakan salah satu syarat memperoleh
sertifikat akreditasi Klinik tingkat lanjut.
Keempat, mengatur hak dan kewajiban Pemilik, hak dan kewajiban dan
kewenangan Direktur Klinik , hak dan kewajiban petugas Klinik dan pasien serta
kewajiban KLINIK terhadap pemerintah dan aparat penegak hukum.
BUKU KESATU
PERATURAN INTERNAL KORPORASI
(CORPORATE BY LAWS)
BAB I
KETENTUAN UMUM
A. Definisi
Peraturan internal (Hospital Bylaws) atau Statuta Klinik Utama Sukma
Wijaya adalah aturan dasar dalam hal pengelolaan Klinik yang ditetapkan oleh
pemilik Klinik dalam hal ini PT Sukma Jaya Utama Grup.
B. Batasan
Dalam peraturan internal ini yang dimaksud dengan :
1. Statuta atau peraturan internal adalah aturan dasar Klinik (Hospital By
laws)…………...
2. Peraturan perundangan adalah segala ketentuan yang berkaitan dengan
pelayanan kesehatan yang berlaku di
Indonesia........................................................................................................
3. PT Sukma Jaya Utama Grup adalah suatu badan usaha yang bergerak
dibidang jasa layanan kesehatan yang beKliniktatus Badan Hukum dengan
Surat Akta pendirian PT Sukma Jaya Utama Grup oleh Ibnu Ubaidillah,
SH selaku pejabat pemuat akta tanah (notaris) di Jl. Agus Salim No. 19
tanggal ……… dan telah didaftarkan dalam daftar yang telah disediakan
untuk keperluan itu oleh kepaniteraan Pengadilan Negeri
Sampang Nomor : AHU-0057884.AH.0101.TAHUN 2016
IDENTITAS
BagianPertama
Nama dan Kedudukan RumahSakit
A. Stempel
1. Di Klinik Utama Sukma Wijaya ditentukan satu bentuk stempel induk dengan
spesifikasi
BagianKedua
Visi, Misi, Falsafah, danTujuan
A. VISI
Memberikan pelayanan kesehatan yang terbaik, berkualitas, professional dan
penuh kasih sayang terhadap pasien dan keluarga pasien
B. MISI
1. Memberikan pelayanan yang mengedepankan keamanan, kenyamanan, dan penuh
kasih saying.
2. Memberikan pelayanan kesehatan terpadu sesuai kebutuhan pasien dan keluarga
pasien.
3. Melaksanakan pekerjaan tim secara profesional, inovatif, terpercaya dan
berdedikasi tinggi.
4. Meningkatkan sumber daya manusia sesuai dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi.
5. Meningkatkan kualitas dan kuantitas sarana, prasarana, dan peralatan pelayanan
secara terus menerus dan berkesinambungan.
6. Menciptakan lingkungan kerja yang sehat, harmonis dan kekeluargaan.
C. FALSAFAH
Mengutamakan kemitraan dan kekeluargaan guna meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat dengan memberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh
dan paripurna.
D. TUJUAN
1. Tujuan Umum KLINIK Sukma Wijaya adalah mewujudkan derajat kesehatan
masyarakat yang optimal bagi semua lapisan masyarakat dalam rangka
terwujudnya masyarakat adil dan makmur melalui pendekatan promotif,
preventif, kuratif dan rehabilitatif yang dilaksanakan secara menyeluruh dan
dengan tindakan yang dapat dipertanggung jawabkan.
2. Tujuan khusus KLINIK Sukma Wijaya adalah :
a. Meningkatkan loyalitas SDM terhadap KLINIK Sukma WIjaya.
b. Meningkatkan profesionalisme SDM sesuai standar kompetensi.
c. Memberikan pelayanan kesehatan yang paripurna (promotif, preventif,
kuratif dan rehabilitatif) sesuai dengan standar baku pelayanan kesehatan.
d. Memenuhi kebutuhan pelanggan .
e. Meningkatkan kualitas mutu pelayananan kesehatan.
f. Meningkatkan kepuasan dan loyalitas pelanggan
g. Meningkatkan pertumbuhan Klinik
h. Memberikan pelayanan yang terjangkau oleh semua lapisan masyarakat.
i. Mewujudkan pengembangan fisik Klinik sesuai dengan harapan masyarakat
sehingga mampu beKlinikaing di era globalisasi.
Bagian Ketiga
Nilai-nilai, Motto, Logo
A. Nilai Dasar
Pembelajar, Inovatif, Profesional, Kasih-Sayang, Iklas, Semangat Kerjasama,
Integritas dan Spiritual
1. PEMBELAJAR
Sikap dan perilaku yang selalu belajar dari fakta-fakta kegagalan
ataukesuksesan, berani menerima kritikan dan kekurangan diri sendiri
danselalu berusaha untuk memperbaikinya.
2. INOVATIF
Sikap dan perilaku yang kreatif dan berani mengambil risiko untuk
mencoba hal-hal baru.
3. PROFESIONAL
Sikap dan perilaku kerja yang menjunjung tinggi etika dan standar-
standar profesi.
4. KASIH SAYANG
Sikap dan perilaku yang senantiasa beKlinikedia memberi bantuan
danbeKlinikedia melayani dengan ramah, hangat dan beKlinikahabat.
5. IKHLAS
Sikap dan perilaku yang tulus, tanpa pamrih, dapat menerima kelebihan
dan kekurangan.
6. SEMANGAT
Sikap dan perilaku kerja/pelayanan yang dilaksanakan dengan sungguh-
sungguh, disiplin disertai dengan perasaansenang dan gembira.
7. KERJA SAMA
Sikap dan perilaku yang sanggup bekerja sama dalam sebuah tim,
menghargai perbedaandan keragaman, serta menghargai kelebihan dan hak
orang lain;
8. INTEGRITAS
Sikap dan perilaku yang jujur dan terbuka, utuh dansatu antara pikiran,
ucapan danperbuatan
9. SPIRITUAL
Sikap dan perilaku yang menjunjung tinggi kebenarandankeadilan
univeKlinikal hukum alam dan kebesaranTuhan Yang Maha Esa.
B. MOTTO
Melayani dengan cepat tepat dengan pelayanan penuh kasih sayang.
C. LOGO
1. KLINIK Sukma Wijaya mempunyai lambang atau logo yang berbentuk seperti
2. Lambang atau logo KLINIK Sukma Wijaya mempunyai makna sebagai berikut
a. Gambar ibu hamil dg tangan memeluk perutnya berarti: kita menghormati
dan menyayangi manusia sejak dalam kandungan laksana seorang ibu yg
menyayangi anaknya.
b. Warna biru berarti: memberikan pelayanan dg penuh kasih saying
c. Tulisan klinik utama yg berdiri tegak lurus dg tulisan sukma wijaya yg
mendatar dibawah berarti: kita senantiasa bergerak utk berkembang dg
kekuatan dari pondasi internal yg kokoh.
d. Background warna putih berarti kesucian dan kebersihan hati kita dalam
melayani pasien
BAB III
DEWAN PENGAWAS
Bagian Pertama
Kedudukan dan Keanggotaan
A. Syarat Keanggotaan dan Unsur Pengurus Dewan Pengawas
1. Dewan Pengawas diangkat dan dapat diberhentikan oleh Pemilik.
2. Yang dapat diangkat sebagai Anggota DewanPengawas adalah sebagai berikut :
a. Memiliki dedikasi, memahami masalah-masalah manajemen Klinik , dan dapat
menyediakan yang cukup untuk melaksanakan tugas;
b. Memiliki pengetahuan dibidang hukum kesehatan dan tidak pernah menjadi
anggota Direksi, Komisaris, atau Dewan Penasihat yang dinyatakan beKlinikalah
sehingga menyebabkan suatu perusahaan yang dipimpinnya pailit;
c. Sehat Jasmani dan Rohani.
3. Dewan Pengawas dapat terdiri dari unsur-unsur :
a. Kalangan masyarakat yang ditunjuk oleh Pemilik;
b. Kalangan professional kesehatan, diutamakan perumasakitan.
4. Jumlah Anggota Dewan Pengawas maksimal 5 (lima) orang, dengan ketua merangkap
anggota.
5. Kepengurusan Dewan Pengawas Klinik terdiri dari ;
a. Pengurus sekurang-kurangnya terdiri atas : Ketua, Sekertaris (bukan anggota
Dewan Pengawas), dan Anggota;
b. Ketua Dewan pengawas dipilih dari dan oleh Dewan Pengawas.
6. Dalam hal Ketua Dewan Pengawas berhalangan tetap, maka Dewan Pengawas
mengangkat satu orang diantara anggota Dewan Pengawas lainnya menjadi Ketua
Dewan Pengawas untuk masa jabatan hingga berakhirnya masa kepengurusan Dewan
Pengawas.
7. Dewan Pengawas bertanggung jawab kepada Pemilik.
Bagian Kedua
Tugas dan Wewenang
B. Rapat Khusus
1. Dewan Pengawas mengundang rapat khusus dalam hal :
a. Diperintahkan oleh PT Sukma Jaya Utama Grup
b. Membahas masalah yang perlu penanganan segera.
c. Permintaan yang diajukan oleh paling sedikit tiga anggota Dewan Pengawas
dalam waktu dua puluh empat jam sebelumnya.
2. Undangan rapat khusus harus disampaikan kepada peserta rapat paling lambat dua
puluh empat jam sebelum rapat tersebut diselenggarakan.
3. Undangan rapat khusus harus mencantumkan tujuan pertemuan secara spesifik.
C. Rapat Tahunan
1. Rapat tahunan diselenggarakan sekali dalam satu tahun kalender.
2. Rapat tahunan Dewan Pengawas membahas materi utama yaitu laporan Direktur
tentang hasil kegiatan KLINIK Sukma Wijaya selama 1 (satu) tahun termasuk laporan
keuangan, sebagai pertanggung jawaban dan sebagai bahan pembuatan Rencana
Anggaran Pendapatan dan Belanja (RAPB) tahun berikutnya. yang dipimpin Oleh
Dewan Pengawas.
3. Dewan Pengawas menyampaikan undangan tertulis kepada para peserta dan undangan
lain paling sedikit 7 (tujuh) hari sebelum rapat diselenggarakan.
D. Undangan Rapat
Setiap rapat PT Sukma Jaya Utama Grup dinyatakan sah hanya bila undangan
telah disampaikan secara pantas, kecuali PT Sukma Jaya Utama Grup yang berhak
memberikan suara menolak undangan tersebut.
E. Peserta Rapat
1. Setiap rapat intern Dewan Pengawas dihadiri oleh seluruh anggota Dewan Pengawas
2. Setiap rapat koordinasi Dewan pengawas dengan Direktur dihadiri oleh anggota
Dewan pengawas dan Direktur Klinik dengan pejabat struktural lainnya, bila
dianggap perlu juga dihadiri oleh staf Manajemen Klinik yang telah ditentukan oleh
Direktur KLINIK Sukma Wijaya.
3. Pada rapat tahunan Dewan Pengawas dihadiri oleh Pemilik, Dewan pengawas dan
Direktur Klinik dengan pejabat struktural lainnya juga serta staf Manajemen Klinik
yang telah ditentukan oleh Direktur KLINIK Sukma Wijaya.
F. Pejabat Ketua
Dalam hal Ketua dan Wakil Ketua Dewan Pengawas berhalangan hadir dalam suatu
rapat, maka dalam hal kuorum telah tercapai, PT Sukma Wijaya Utama Grup memilih
pejabat Ketua untuk memimpin rapat.
G. Kuorum
1. Rapat Dewan Pengawas hanya dapat dilaksanakan bila kuorum tercapai.
2. Kuorum dianggap tercapai bila dihadiri oleh paling sedikit setengah dari seluruh
anggota yang mempunyai hak suara.
3. Dalam hal kuorum tidak tercapai dalam waktu setengah jam dari waktu rapat yang
telah ditentukan, maka rapat dapat dilanjutkan sesuai dengan agenda yang telah
ditentukan dan segala keputusan yang terdapat dalam risalah rapat disahkan dalam
rapat Dewan Pengawas berikutnya.
H. Risalah Rapat
1. Penyelenggaraan setiap risalah rapat Dewan Pengawas menjadi tanggung jawab
Sekretaris Dewan Pengawas.
2. Risalah rapat Dewan Pengawas harus disahkan dalam rapat berikutnya dan segala
putusan dalam risalah rapat tersebut tidak boleh disahkan sebelum disahkan dalam
rapat berikutnya.
DIREKTUR KLINIK
Bagian Pertama
Pengangkatan, PeKlinikyaratan, Prosedur Perekrutan Direktur.
A. Pengangkatan
1. Pengelola Klinik adalah Direktur Klinik yang diangkat oleh pemilik PT.
Sukma Jaya Utama Grup sebagai pimpinan tertinggi dalam pengelolaan Klinik
yang dalam pelaksanaannya dengan dibantu oleh jajaran pejabat struktural.
2. Direktur bertugas melaksanakan kebijakan pengelolaan Klinik yang disetujui
oleh Dewas Pengawas dan diketahui oleh pemilik PT. Sukma Jaya Utama
Grup.
3. Direktur diangkat dan diberhentikan oleh PT. Sukma Jaya Utama Grup
sebagai Pemilik
B. Persyaratan Direktur
1. Persyaratan Direktur :
a. Warga Negara Indonesia yang tidak tersangkut masalah hukum
b. Berakhlaq baik
c. Sehat jasmani dan rohani
d. Dokter Umum / Dokter Gigi / Dokter Spesialis
e. Berstatus karyawan tetap / kontrak
f. Memiliki pengalaman berorganisasi
g. Mampu mengoperasikan komputer, minimal microsoft office
h. Tidak memiliki ikatan Dinas.
Bagian Kedua
Masa Bakti, Pengankatan dan Pemberhentian Direktur
Bagian Keempat
Rapat - Rapat
BAB VI
A. Komposisi
Satuan Pengawas Internal terdiri dari :
1. Kepala SatuanPengawas Internal merangkap Anggota
2. Anggota Satuan Pengawas internal.
3. Jumlah Minimal Satuan Pengawas Internal 3 (tiga) orang.
B. Syarat
Yang diangkat menjadi Satuan Pengawas Internal adalah :
1. Memenuhi kriteria, integritas, danpengalaman dibidang Auditor Perumahsakitan.
2. Berkelakuan baik, mampu beKlinikikap obyektif dan independen.
3. Memiliki dedikasi tinggi untuk mengawasi dan menilai kegiatan Klinik .
B. Tanggung Jawab
1. Satuan Pengawas Internal bertanggung jawab terhadap pengawasan dan
penilaian pelaksanaan pelayanan medik, administrasi keuangan, dan
kerumahtanggaan Klinik .
2. Satuan Pengawas Internal bertanggung jawab kepada Direktur.
C. Tata Cara pemberhentian Kepala Satuan Pengawas Internal Sebelum Habis Masa
Jabatannya
1. Pemberhentian kepala satuan pengawas internal sebelum habis masa jabatannya bila
yang bersangkutan
a. Tidak melaksanakan tugas dengan baik;
b. Tidak melaksanakan ketentuan peraturanperundangan yang berlaku;
c. Terlibat dalam tindakan yang merugikan Klinik ;
d. Dipidana penjara karena melakukan perbuatanpidana kejahatandan atau
kesalahan yang berkaitan dengan pengurusan Klinik ;
2. Ada pemberitahuan secara tertulis dari Direktur kepada Kepala Satuanpengawas
Internal yang bersangkutan tentang rencana pemberhentian yang disertai dengan
alasan pemberhentian danjenis kesalahannya.
3. Yang bersangkutan diberi kesempatan membela diri sebelum direktur mengeluarkan
Surat Keputusan Pemberhentian.
4. Pembelaan diri dimaksud ayat (4) dilakukan secara tertulis dandisampaikan kepada
direktur dalam jangka waktu 1 (satu) bulan sejak Kepala SatuanPengawas Internal
yang bersangkutan diberitahukan secara tertulis.
5. Bila dalam jangka waktu 1 (satu) bulan yang bersangkutan tidak memberikan
pembelaan sebagaimana dimaksud ayat (4), maka Direktur dapat langsung membuat
Surat keputusan Pemberhentiannya.
6. Selama rencana pemberhentian masih dalam proses, maka Kepala SatuanPengawas
Internal yang besangkutan dapat melanjutkan tugasnya.
7. Bila dalam jangka waktu 2 (dua) bulan terhitung sejak tanggal penyampaian
pembelaan diri sebagaimana dimaksud ayat (4) Direktur tidak memberikan
keputusan pemberhentian Kepala Satuan Pengawas Internal tersebut maka rencana
pemberhentian menjadi batal.
BUKU KEDUA
PEDOMAN PERATURAN INTERNAL STAF MEDIS
(MEDICAL STAFF BY LAWS)
KLINIK UTAMA SUKMA WIJAYA
BAB VII
PENGORGANISASIAN STAF MEDIS FUNGSIONAL
Bagian Kesatu
Kedudukan dan Keanggotaan Staf Medis Fungsional
Bagian Ketiga
STAF MEDIS
Bagian Kesatu
Bagian Kelima
Kewajiban dan Hak Staf Medis
A. Kewajiban staf medik Klinik Utama Sukma Wijaya adalah sebagai berikut :
1. Mentaati semua peraturan perundang-undangan yang berlaku;
2. Mentaati semua peraturan internal Klinik (Hospital Bylaws).
3. Menyusun standar prosedur operasional pelayanan medik yang terdiri dari :
a. Standar Prosedur Operasional bidang administrasi / manajerial antara lain
meliputi pengaturan tugas rawat jalan, pengaturan tugas rawat inap, pengaturan
tugas jaga, pengaturan tugas rawat intensif, pengaturan tugas kamar operasi,
kamar beKlinikalin,pengaturan visite ronde, pertemuan klinik, presentasi kasus
(kasus kematian, kasus sulit, kasus langka, kasus penyakit tertentu), prosedur
konsultasi danlain-lain.
b. Standar Prosedur Operasional pelayanan medik bidang keilmuan / keprofesian.
c. Standar Prosedur Operasional pelayanan medik bidang administrasi.
4. SMF yang bekerja sebagai Dokter Mitra, bertanggung jawab sepenuhnya atas segala
bentuk kerugian yang dialami pasien sebagai akibat dari kesalahan medik yang
dilakukan
B. Staf Medik yang bekerja di Klinik dengan status sebagai dokter KLINIK Sukma Wijaya
berhak memperoleh hak sesuai peraturan yang berlaku, meliputi :
1. Penghasilan yang layak berupa gaji, tunjangan dan penghasilan lain yang sah serta
jasa pelayanan sesuai dengan Sistem Remunisasi yang ditetapkan oleh Klinik ;
2. Kenaikan pangkat, pengembangan karir, cuti tahunan, cuti sakit, cuti hamil, cuti
khusus, cuti alasan penting dan cuti lainnya;
3. lingkungan kerja yang sehat serta perlindungan terhadap kecelakaan kerja;
4. Pemeriksaan kesehatan berkala, rutin dan khusus sesuai ketentuan yang ditetapkan
oleh KLINIK Sukma Wijaya;
5. Uang duka bagi keluarganya apabila meninggal dunia;
6. Penghasilan setelah pensiun;
7. Menggunakan fasilitas yang dimiliki Klinik untuk melakukan layanan kesehatan
berdasarkan standar mutu layanan yang optimal;
8. Meminta konsultasi kepada dokter lain yang tercatat sebagai staf medik Klinik ;
9. Mendampingi dokter tamu (visiting doctor) yang tidak tercatat sebagai staf medik
Klinik , baik untuk kepentingan konsultasi atau untuk membantu melaksanakan
sebagian pekerjaan yang tidak dapat dilaksanakannya setelah memperoleh izin dari
Direktur atau pejabat lain yang ditunjuk.
C. Staf Medik yang bekerja di Klinik dengan status sebagai mitra (attending physician)
konsultan atau dokter tamu (visiting doctor) berhak atas :
1. Penghasilan yang layak sesuai peraturan yang berlaku atau kesepakatan yang
dibuat oleh pihak Klinik dengan staf medik yang bersangkutan;
2. Lingkungan kerja yang sehat mendapatkan perlindungan terhadap kecelakaan
kerja;
3. Penggunaan fasilitas yang dimiliki oleh Klinik melakukan layanan
kesehatanberdasarkan
4. standar mutu layanan yang tinggi;
5. Kesempatan untuk merawat pasien di Klinik ;
6. Kesempatan untuk berkonsultasi dengan dokter lain yang tercatat sebagai staf
medik KLINIK;
7. Kesempatanuntuk mendatangkan dokter tamu (visiting doktor) yang tidak
tercatat sebagai staf medik Klinik , baik untuk kepentingan konsultasi atau
untuk membantu melaksanakan sebagian pekerjaan yang tidak dapat
dilaksanakarmya setelah mendapat izin dari Direktur atau Pejabat yang
ditunjuk; dan
8. Kesempatan tidak bekerja untuk sementara waktu karena sakit atau karena
alasan-alasan lain yang dapat dipertanggung jawabkan.
BAB VIII
KEWENANGAN KLINIS (CLINICAL PRIVILAGE)
1. Pelayanan medis di KLINIK Sukma Wijaya hanya dilaksanakan oleh staf medis
yang telah diberikan kewenangan klinis (clinical privilege) yaitu izin dan hak
khusus untuk melakukan pelayanan medis tertentu atas rekomendasi darikomite
medik setelah dikredensial.
2. Pemberian rekomendasi kewenangan klinis (clinicalprivilege) kepada setiap staf
medis sesuai dengan kompetensinya yang nyata.
3. Pemberian rekomendasi kewenangan klinis (clinical privilege) tersebut harus
melibatkan komite medik yang dibantu oleh mitra bestarinya (peer group) sebagai
pihak yang paling mengetahui masalah keprofesian yang bersangkutan.
4. Kewenangan klinis (clinical privilege) setiap staf medis dapat saling berbeda
walaupun mereka memiliki spesialisasi yang sama dan harus dirinci lebih lanjut
(delineation of clinical privilege).
5. Rincian kewenangan klinis (delineation of clinical privilege) setiap spesialisasi di
Klinik ditetapkan oleh komite medik dengan berpedoman pada norma keprofesian
yang ditetapkan oleh kolegium setiap spesialisasi.
6. Komite medik wajib menetapkan dan mendokumentasi syarat–syarat yang terkait
dengan kompetensi yang dibutuhkan dalam melakukan setiap jenis pelayanan
medis sesuai dengan ketetapan kolegium setiap spesialisasi ilmu kedokteran.
Dokumentasi syarat untuk melakukan pelayanan medis tersebut disebut sebagai
“Buku Putih” (white paper).
7. Dalam keadaan tertentu, suatu pelayanan medis tertentu ternyata dilakukan oleh
para staf medis dari jenis spesialisasi yang berbeda maka komite medik wajib
menyusun “Buku Putih” (white paper) untuk pelayanan medis tertentu tersebut
dengan melibatkan mitra bestari (peer group) dari beberapa spesialisasi terkait.
8. Pemberian rekomendasi kewenangan klinis seorang staf medis tidak hanya
didasarkan pada kredensial terhadap kompetensi keilmuan dan keterampilannya
saja, akan tetapi juga didasarkan pada kesehatan fisik, kesehatan mental, dan
perilaku (behavior) staf medis tersebut.
BAB IX
DOKTER PENANGGUNG JAWAB PELAYANAN (DPJP)
Bagian Kesatu
Umum
Asuhan medis/ Pelayanan pasien dilakukan oleh dokter yang berkompeten sesuai
dengan kasusnya /penyakitnya.
Bagian ketiga
KEBIJAKAN
BAB X
PENUGASAN KLINIS (CLINICAL APPOINTMENT)
Bagian kedua
Tugas Dan Fungsi
Bagian ketiga
Kewenangan Komite Medik
Bagian Keempat
Pola Hubungan Komite Medik Dengan Direktur
1. Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya komite medik dapat dibantu oleh
panitia adhoc.
2. Panitia adhoc sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh direktur
Klinik berdasarkan usulan ketua komite medik.
3. Panitia Adhoc sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berasal dari staf medis yang
tergolong sebagai mitra bestari.
Staf medis yang tergolong sebagai mitra bestari sebagaimana dimaksud pada ayat
(3) dapat berasal dari Klinik lain, perhimpunan dokter spesialis/ dokter gigi
spesialis, kolegium dokter/ dokter gigi, kolegium dokter spesialis/ dokter gigi
spesialis, dan/ atau institusi pendidikan kedokteran/ kedokteran gigi.
1. Rapat komite medik terdiri atas rapat rutin, rapat khusus, dan rapat pleno.
2. Setiap rapat komite medik dinyatakan sah hanya bila undangan telah disampaikan
secara pantas kecuali seluruh anggota komite medik yang berhak memberikan suara
menolak undangan tersebut.
Bagian Ketiga
Pengambilan Putusan Rapat
Kecuali telah diatur dalam Peraturan Internal Staf Medis (Medical Staff By Laws)
ini, maka:
1. Pengambilan putusan rapat diupayakan melalui musyawarah dan mufakat;
2. Dalam hal tidak tercapai mufakat, maka putusan diambil melalui pemungutan
suara berdasarkan suara terbanyak dari anggota yang hadir; dan
3. Dalam hal jumlah suara yang diperoleh adalah sama maka ketua berwenang
membuat keputusan hasil rapat.
Bagian Keempat
Tata Tertib Rapat
1. Setiap rapat komite medik berhak dihadiri oleh seluruh pengurus komite medik.
2. Rapat dipimpin oleh ketua komite medik atau yang ditunjuk oleh ketua komite
medik.
3. Sebelum rapat dimulai agenda rapat dan notulen dibacakan atas perintah ketua.
4. Setiap peserta rapat wajib mengikuti rapat sampai selesai.
5. Setiap peserta rapat hanya dapat meninggalkan rapat dengan seijin pimpinan
rapat.
6. Setiap peserta wajib menjaga ketertiban selama rapat berlangsung.
7. Hal-hal lain yang menyangkut teknis tata tertib rapat akan ditetapkan oleh ketua
sebelum rapat dimulai.
Bagian Kelima
Notulen Rapat
1. Setiap rapat harus dibuat notulennya.
2. Semua notulen rapat komite medis dicatat oleh sekretaris komite medis atau
penggantinya yang ditunjuk.
3. Notulen akan diedarkan kepada semua peserta rapat yang berhak hadir sebelum
rapat berikutnya.
4. Notulen rapat tidak boleh dirubah kecuali untuk hal-hal yang berkaitan dengan
keakuratan notulen tersebut
5. Notulen rapat ditandatangani oleh ketua komite medik dan sekretaris komite
medik pada rapat berikutnya, dan notulen tersebut diberlakukan sebagai dokumen
yang sah.
6. Sekretaris memberikan salinan notulen direktur paling lambat satu minggu setelah
ditandatangani oleh ketua dan sekretaris komite Medis.
BAB XII
SUBKOMITE KREDENSIAL
Bagian Kesatu
Tujuan
Bagian Kedua
Konsep Kredensial
1. Setiap pelayanan medis yang dilakukan terhadap pasien hanya dilakukan oleh staf
medis yang benar-benar kompeten, yang meliputi dua aspek, kompetensi profesi
medis yang terdiri dari pengetahuan, keterampilan, dan perilaku profesional, serta
kompetensi fisik dan mental.
2. Komite medik wajib melakukan verifikasi kembali keabsahan bukti kompetensi
seseorang dan menetapkan kewenangan klinis untuk melakukan pelayanan medis
dalam lingkup spesialisasi tersebut (credentialing).
3. Setelah dilakukan kredensial medis dinyatakan kompeten maka komite medik akan
menerbitkan rekomendasi kewenangan klinis.
4. Dalam hal pelayanan medis seorang staf medis membahayakan pasien maka
kewenangan klinis (clinical privilege) seorang staf medis dapat saja dicabut sehingga
tidak diperkenankan untuk melakukan pelayanan medis tertentu di lingkungan Klinik
tersebut.
5. Pencabutan kewenangan klinis (clinical privilege) tersebut dilakukan melalui
prosedur tertentu yang melibatkan komite medik.
Bagian Ketiga
Keanggotaan
1. Direktur Klinik menetapkan berbagai kebijakan dan prosedur bagi staf medis
untuk memperoleh kewenangan klinis.
2. Tahapan pemberian kewenangan klinis meliputi:
a. Staf medis mengajukan permohonan kewenangan klinis kepada direktur
dengan mengisi formulir daftar rincian kewenangan klinis yang telah
disediakan Klinik dengan dilengkapi bahan-bahan pendukung.
b. Berkas permohonan staf medis yang telah lengkap disampaikan oleh
direktur Klinik kepada komite medik.
c. Kajian terhadap formulir daftar rincian kewenangan klinis yang telah diisi
oleh pemohon.
d. Dalam melakukan kajian subkomite kredensial dapat membentuk panel atau
panitia ad-hoc dengan melibatkan mitra bestari dari disiplin yang sesuai
dengan kewenangan klinis yang diminta berdasarkan buku putih (white
paper).
e. Subkomite kredensial melakukan seleksi terhadap anggota panel atau panitia
ad-hoc dengan mempertimbangkan reputasi, adanya konflik kepentingan,
bidang disiplin, dan kompetensi yang bersangkutan.
f. Pengkajian oleh subkomite kredensial meliputi elemen:
1) Kompetensi:
a) Berbagai area kompetensi sesuai standar kompetensi yang
disahkan oleh lembaga pemerintah yang berwenang untuk itu;
b) Kognitif;
c) Afektif;
d) Psikomotor.
2) Kompetensi fisik;
3) Kompetensi mental/perilaku;
4) Perilaku etis (ethical standing).
g. Kewenangan klinis yang diberikan mencakup derajat kompetensi dan
cakupan praktik.
h. Daftar rincian kewenangan klinis (delineation of clinical privilege) diperoleh
dengan cara:
1) Menyusun daftar kewenangan klinis dilakukan dengan meminta
masukan dari setiap Kelompok Staf Medis;
2) Mengkaji kewenangan klinis bagi Pemohon denganmenggunakan
daftar rincian kewenangan klinis (delineation of clinical privilege);
3) Mengkaji ulang daftar rincian kewenangan klinis bagi staf medis; dan
dilakukan secara periodik.
i. Rekomendasi pemberian kewenangan klinis dilakukan oleh komite medik
berdasarkan masukan dari subkomite kredensial.
j. Subkomite kredensial melakukan rekredensial bagi setiap staf medis yang
mengajukan permohonan pada saat berakhirnya masa berlaku surat
penugasan klinis (clinical appointment), dengan rekomendasi berupa:
1) Kewenangan klinis yang bersangkutan dilanjutkan.
2) Kewenangan klinis yang bersangkutan ditambah.
3) Kewenangan klinis yang bersangkutan dikurangi.
4) Kewenangan klinis yang bersangkutan dibekukan untuk waktu
tertentu.
5) Kewenangan klinis yang bersangkutan diubah/dimodifikasi.
6) Kewenangan klinis yang bersangkutan diakhiri
k. Bagi staf medis yang ingin memulihkan kewenangan klinis yang dikurangi
atau menambah kewenangan klinis yang dimiliki dapat mengajukan
permohonan kepada komite medik melalui kepala/direktur Klinik .
Selanjutnya, komite medik menyelenggarakan pembinaan profesi antara lain
melalui mekanisme pendampingan (proctoring).
l. Kriteria yang harus dipertimbangkan dalam memberikan rekomendasi
kewenangan klinis:
1) Pendidikan:
a) Lulus dari sekolah kedokteran yang terakreditasi, atau dari sekolah
kedokteran luar negeri dan sudah diregistrasi;
b) Menyelesaikan program pendidikan konsultan.
2) Perizinan (lisensi):
a) Memiliki surat tanda registrasi yang sesuai dengan bidangprofesi;
b) Memiliki izin praktek dari dinas kesehatan setempat yangmasih
berlaku.
3) Kegiatan penjagaan mutu profesi:
a) Menjadi anggota organisasi yang melakukan penilaian
kompetensi bagi anggotanya; dan
b) Berpartisipasi aktif dalam proses evaluasi mutu klinis.
4) Kualifikasi peKlinikonal:
a) Riwayat disiplin dan etik profesi;
b) Keanggotaan dalam perhimpunan profesi yang diakui;
c) Keadaan sehat jasmani dan mental, termasuk tidak
terlibatpenggunaan obat terlarang dan alkohol, yang dapat
mempengaruhi kualitas pelayanan terhadap pasien;
d) Riwayat keterlibatan dalam tindakan kekerasan;
e) Memiliki asuransi proteksi profesi (professional indemnity
insurance).
5) Pengalaman dibidang keprofesian:
a) Riwayat tempat pelaksanaanpraktik profesi;
b) Riwayat tuntutan medis atau klaim oleh pasien selama
menjalankan profesi.
m. Berakhirnya kewenangan klinis .
1) Kewenangan klinis akan berakhir bila surat penugasan klinis (clinical
appointment) habis masa berlakunya atau dicabut oleh direktur Klinik .
2) Surat penugasan klinis untuk setiap staf medis memilikimasa berlaku
untuk periode tertentu.
3) Pada akhir masa berlakunya surat penugasan tersebut Klinik harus
melakukan rekredensial terhadap staf medis yang bersangkutan.
4) Proses rekredensial ini lebih sederhana dibandingkan dengan proses
kredensial awal sebagaimana diuraikan di atas karena sudah memiliki
informasi setiap staf medis yang melakukan pelayanan medis di Klinik
tersebut.
n. Pencabutan, perubahan/modifikasi, dan pemberian kembali kewenangan
klinis.
1) Pertimbangan pencabutan kewenangan klinis tertentu olehdirektur
Klinik didasarkan pada kinerja profesi dilapangan,misalnya staf medis
yang bersangkutan terganggu kesehatannya, baik fisik maupun mental;
2) Pencabutan kewenangan klinis juga dapat dilakukan bila terjadi
kecelakaan medis yang diduga karena inkompetensi atau karena
tindakan disiplin dari komite medik;
3) Kewenangan klinis yang dicabut sebagaimana dimaksud dalam diktum
1) dan 2) diatas dapat diberikan kembali bila staf medis tersebut
dianggap telah pulih kompetensinya.
4) Dalam hal kewenangan klinis tertentu seorang staf medis diakhiri,
komite medik akan meminta subkomite mutu profesi untuk melakukan
berbagai upaya pembinaan agar kompetensi yang bersangkutan pulih
kembali.
5) Komite medik dapat merekomendasikan kepada direktur Klinik
pemberian
6) kembali kewenangan klinis tertentu setelah melalui proses pembinaan.
BAB XIII
SUBKOMITE MUTU PROFESI
Bagian Kesatu
Tujuan
Subkomite mutu profesi berperan dalam menjaga mutu profesi medis dengan
tujuan:
1. Memberikan perlindungan terhadap pasien agar senantiasa ditangani oleh staf medis
yang bermutu, kompeten, etis, dan profesional;
2. Memberikan asas keadilan bagi staf medis untuk memperoleh kesempatan
memelihara kompetensi (maintaining competence) dan kewenangan klinis (clinical
privilege);
3. Mencegah terjadinya kejadian yang tak diharapkan (medical mishaps);
4. Memastikan kualitas asuhan medis yang diberikan oleh staf medismelalui upaya
pemberdayaan, evaluasi kinerja profesi yang berkesinambungan (on-going
professional practice evaluation), maupun evaluasi kinerja profesi yang terfokus
(focused professional practice evaluation).
Bagian Kedua
Konsep Mutu Profesi
1. Kualitas pelayanan medis yang diberikan oleh staf medis sangat ditentukan oleh
semua aspek kompetensi staf medis dalam melakukan penatalaksanaan asuhan
medis (medical care management).
2. Untuk mempertahankan mutu dilakukan upaya pemantauan dan pengendalian
mutu profesi melalui :
a. Memantau kualitas, misalnya morning report, kasus sulit, ronde ruangan,kasus
kematian (death case), audit medis, journal reading;
b. Tindak lanjut terhadap temuan kualitas, misalnya pelatihan singkat(short
couKlinike), aktivitas pendidikan berkelanjutan, pendidikan kewenangan
tambahan.
Bagian Ketga
Keanggotaan
Bagian Keempat
Mekanisme Kerja
Subkomite etika dan disiplin profesi pada komite medik di Klinik dibentuk dengan
tujuan:
1. Melindungi pasien dari pelayanan staf medis yang tidak memenuhi syarat
(unqualified) dan tidak layak (unfit/unproper) untuk melakukan asuhan klinis
(clinical care); dan
2. Memelihara dan meningkatkan mutu profesionalisme staf medis di Klinik .
Bagian Kedua
Konsep Etika Dan Disiplin Profesi
1. Setiap staf medis dalam melaksanakan asuhan medis di Klinik harus menerapkan
prinsip-prinsip profesionalisme kedokteran sehingga dapat memperlihatkan
kinerja profesi yang baik sehingga pasien akan memperoleh asuhan medis yang
aman dan efektif.
2. Upaya peningkatan profesionalisme staf medis dilakukan dengan melaksanakan
program pembinaan profesionalisme kedokteran dan upaya pendisiplinan
berperilaku profesional staf medis di lingkungan Klinik .
3. Dalam penanganan asuhan medis tidak jarang dijumpai kesulitan dalam
pengambilan keputusan etis sehingga diperlukan adanya suatu unit kerja yang
dapat membantu memberikan pertimbangan dalam pengambilan keputusan etis
tersebut.
4. Pelaksanaan keputusan subkomite etika dan disiplin profesi di Klinik merupakan
upaya pendisiplinan oleh komite medik terhadap staf medis di Klinik yang
bersangkutan.
5. Landasan kerja Subkomite ini antara lain:
a. Peraturan internal Klinik ;
b. Peraturan internal staf medis;
c. Etik Klinik ;norma etika medis dan norma-norma bioetika.
6. Tolak ukur dalam upaya pendisiplinan perilaku profesional staf medis,antara lain
adanya:
a. Pedoman pelayanan kedokteran di Klinik ;
b. Prosedur kerja pelayanan di Klinik ;
c. Daftar kewenangan klinis di Klinik ;
d. Pedoman syarat-syarat kualifikasi untuk melakukan pelayanan medis(white
paper) di Klinik ;
e. Kode etik kedokteran indonesia;
f. Pedoman perilaku profesional kedokteran(bukupenyelenggaraan praktik
kedokteranyang baik);
g. Pedoman pelanggaran disiplin kedokteran;
h. Pedoman pelayanan medik/klinik;
i. Standar prosedur operasional asuhan medis.
Bagian Ketiga
Keanggotaan
BAB XV
KOMITE KEPERAWATAN.
Bagian kesatu
Nama dan Susunan Organisasi
Bagian kedua
Prinsip Kegiatan, Tujuan dan Peran
Bagian Keempat
Tugas dan Peran Komite Keperawatan
BAB XVI
PEMBINAAN PROFESIONALISME DAN ETIKA
2. Pelanggaran atas ketentuan ini, staf medis dapat dikenakan sanksi sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Bagian Kedua
Pengiriman Jaringan Untuk Pemeriksaan Patologi
1. Staf medis wajib mengirimkan jaringan yang dikeluarkan pada waktu operasi
untuk pemeriksaan patologi.
2. Staf medis wajib melakukan pemeriksaan secara cermat dan teliti pada waktu
masuk rawat dan mencatat diagnosa pra-bedah.
Bagian Ketiga
Kesempatan Konsultasi
Staf medis wajib memberikan kesempatan yang cukup bagi pasien yang
hendak melakukan konsultasi mengenai penyakit dan/atau keluhan yang dideritanya
sebelum dilakukan upaya medis.
Bagian Keempat
Persetujuan Tindakan Medis
1. Semua tindakan kedokteran yang akan dilakukan terhadap pasien harus mendapat
persetujuan.
2. Persetujuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat diberikan secara tertulis
maupun lisan.
3. Persetujuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan setelah pasien
mendapat penjelasan yang diperlukan tentang perlunya tindakan kedokteran
dilakukan.
4. Setiap tindakan kedokteran yang mengandung risiko tinggi harus memperoleh
persetujuan tertulis yang dibuat dalam bentuk pernyataan yang tertuang dalam
formulir khusus yang dibuat untuk itu dan ditandatangani oleh yang berhak
memberikan persetujuan.
5. Tindakan kedokteran yang tidak termasuk dalam ketentuan sebagaimana
dimaksud pada ayat (4) dapat diberikan dengan persetujuan lisan dan diberikan
dalam bentuk ucapan setuju atau bentuk gerakan menganggukkan kepala yang
dapat diartikan sebagai ucapan setuju.
6. Dalam hal persetujuan lisan yang diberikan sebagaimana dimaksud pada ayat (5)
dianggap meragukan, maka dapat dimintakan persetujuan tertulis.
7. Dalam keadaan gawat darurat, untuk menyelamatkan jiwa pasien dan/atau
mencegah kecacatan tidak diperlukan persetujuan tindakan kedokteran, tindakan
yang dilakukan dicatat di dalam rekam medik, dan dokter atau dokter gigi wajib
memberikan penjelasan sesegera mungkin kepada pasien setelah pasien sadar atau
kepada keluarga terdekat
8. Dokter dan/atau staf medis yang akan melakukan tindakan medik mempunyai
tanggung jawab utama memberikan informasi dan penjelasan yang diperlukan
kepada pasien dan/atau keluarga pasien
9. Informasi dan penjelasan atas persetujuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
meliputi :
a. Diagnosis dan tata cara tindakan kedokteran;
b. Tujuan tindakan kedokteranyang dilakukan;
c. Altematif tindakan lain, dan risikonya;
d. Risiko dan komplikasi yang mungkin terjadi; dan
e. Prognosis terhadap tindakan yang dilakukan.
f. Perkiraan pembiayaan
BAB XVIII
AMANDEMEN
1. Hospital By Law dan Medical staff bylaws akan ditinjau ulang secara
periodik untuk menilai apakah masih relevan dengan kemajuan jaman dan
perundang undangan yang berlaku.
2. Peninjauan ulang dapat dilakukan atas inisiatif dari PT. Sukma Jaya Utama
Grup maupun dari Direktur atas usulan dari Komite Medis maupun dari
Komite Keperawatan.
3. Hospital By Law dan Medical staff bylaws dapat diamendemen melalui rapat
khusus dari PT. Sukma Jaya Utama Grup dan Direktur Klinik Utama Sukma
Wijaya.
BAB XIX
PEMBIAYAAN
Segala biaya yang timbul akibat pelaksanaan peraturan ini dibebankan pada anggaran
Klinik Utama Sukma Wijaya.
BAB XX
PENGESAHAN
1. Pengesahan Hospital By Law dan Medical staff by laws dan amandemen Hospital By
Law dan Medical staff by laws dilakukan melalui Musyawarah dan mufakat di Rapat
Khusus dari PT. Sukma Jaya Utama Grup dan Direktur Klinik Utama Sukma Wijaya.
2. Bila tidak didapatkan kata sepakat akan dilakukan voting dengan suara terbanyak.
3. Hospital By Law dan Medical staff bylaws ditetapkan dan ditanda tangani oleh
Direktur Klinik Utama Sukma Wijaya dan Diketahui oleh pemilik PT. Sukma Jaya
Utama Grup
BAB XXI
ATURAN PERALIHAN
Hospital By Law dan Medical staff bylaws akan berlaku efektif paling lama setelah
30 hari sejak di tetapkan secara sah oleh PT. Sukma Jaya Utama Grup.
BAB XXII
KETENTUAN PENUTUP
1. Hospital By Laws dan Medical Staff By Laws ini berlaku sejak tanggal ditetapkan.
2. Semua peraturan Klinik yang ditetap sebelum berlakunya Hospital By Laws dan
Medical Staff By Laws ini dinyatakan tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan
dengan Peraturan Internal ini.
Ditetapkan di : Sampang
Pada tanggal :
Mengetahui Direktur
2. KetersediaanPelayanan 2.
a. Poli Anak
b. Poli Penyakit dalam
c. Poli Kebidanan
d. Poli Bedah
e. Poli Syaraf
3. Kepuasan Pelanggan 3. ≥ 90 %
4. Jam buka pelayanan 4. 06.00 s/d 20.00
(sesuai jam praktik dokter spesialis)
5. Waktu tunggu di rawat jalan 5. ≤ 60 menit
NO. JENIS PELAYANAN INDIKATOR STANDAR
3. KetersediaanPelayanan 3. a. Anak
Rawat Inap b. PenyakitDalam
c. Kebidan
d. Bedah
e. Syaraf
4. Jam Visite DokterSpesialis
4. 08.00 s/d 14.00
setiap hari
5. Kejadian infeksi pasca
operasi 5. ≤ 1,5%
6. Kejadian Infeksi
Nosokomial 6. ≤ 1,5%
7. Tidak adanyakejadian
pasien jatuh yang 7. 100 %
berakibat kecacatan /
kematian
7. Komplikasi anestesikarena 7. ≤ 6 %
overdosis, reaksi anestesi, dan
salahpenempatan
anestesi endotracheal tube
5. Kemampuanmenangani 5. 100%
BBLR 1500 gr – 2500gr
6. Pertolonganpersalinan 6. ≤ 20 %
melalui seksiocesaria
7. KeluargaBerencana 7. 100 %
a. Presentase KB (vasektomi
& tubektomi) yang
dilakukan oleh tenaga
Kompeten dr.Sp.Og,
dr.Sp.B, dr.Sp.U,
dr.umum terlatih
b. Presentse peserta KB
mantap yangmendapat
konseling KB mantap
bidanterlatih
8. Kepuasan Pelanggan 8. ≥ 80 %
NO. JENIS PELAYANAN INDIKATOR STANDAR
6. Intensif 1. Rata rata pasien yang kembali 1. ≤ 3 %
ke perawatan intensif dengan
kasusyang sama < 72jam
4. Kepuasan pelanggan 4. ≥ 80 %
4. Kepuasan pelanggan 4. ≥ 80 %
3. Kepuasan Pelanggan 3. ≥ 80 %
3. Kepuasan pelanggan 3. ≥ 80 %
21. Pencegahan dan 1. Ada anggota Tim PPIyang Anggota Tim PPI yangterlatih
pengendalian infeksi (PPI) terlatih 75%
I. PELAYANAN GAWATDARURAT.
Definisi Life Saving adalah upaya penyelamatan jiwa manusia dengan urutan Airway, Breath,
Operasional Circulation
Frekuensi Setiap bulan
Pengumpulan Data
Definisi Kepuasan adalah pernyataan tentang persepsi pelanggan terhadap pelayanan yang di berikan
Operasional
Frekuensi Setiap bulan
Pengumpulan Data
Definisi Kematian ≤ 24 jam adalah kematian yang terjadi dalam periode 24 jam sejak pasien
Operasional datang
Frekuensi Tiga bulan
Pengumpulan Data
Denominator Jumlah seluruh hari pelayanan rawat jalan spesialistik dalamsatu bulan
Sumber Data Register rawat jalan
Standar 100 %
Penanggung jawab Kepala Instalasi rawat jalan
Pengumpulan data
Definisi Kepuasan adalah pernyataan tentang persepsi pelanggan terhadap pelayanan yang diberikan
Operasional
Frekuensi Setiap bulan
Pengumpulan Data
Frekuensi 3 bulan
Pengumpulan Data
Definisi Visite dokter spesialis adalah kunjungan dokter spesialis setiaphari kerja sesuai
Operasional dengan ketentuan waktu kepada setiap pasien yang menjadi tanggungjawabnya, yang
dilakukan antara jam 08.00 sampai dengan 14.00
Frekuensi tiap bulan
Pengumpulan Data
Definisi Infeksi pasca operasi adalah adanya infeksi nosokomial pada semua kategori luka sayatan
Operasional operasi bersih yang dilaksanakan di rumah sakit yang ditandai oleh rasa
panas (kalor), kemerahan (color), pengerasan (tumor) dan keluarnya nanah (pus) dalam waktu
lebih dari 3 x 24 jam
Frekuensi tiap bulan
Pengumpulan Data
9. Kejadian pulangpaksa
Judul Kejadian pulang paksa
Dimensi Mutu Efektifitas, kesinambungan pelayanan
Tujuan Tergambarnya penilain pasien terhadap efektifitas pelayanan rumah sakit
Definisi Pulang paksa adalah pulang atas permintaan pasien atau keluarga pasien sebelum diputuskan
Operasional boleh pulang oleh dokter
Frekuensi 1 bulan
Pengumpulan Data
IV. BEDAHSENTRAL
Definisi Kejadian operasi salah sisi adalah kejadian dimana pasien dioperasi pada sisi yang salah,
Operasional misalnya yang semestinya dioperasi pada sisi kanan, ternyata yang dilakukan operasi adalah
pada sisi kiri atau sebaliknya
Frekuensi 1 bulan dan sentinel event
Pengumpulan Data
Definisi Kejadian operasi salah orang adalah kejadian dimana pasien dioperasi pada orang yang salah
Operasional
Frekuensi 1 bulan dan sentinel event
Pengumpulan Data
6. Tidak adanya kejadian tertinggalnya benda asing pada tubuh pasien setelahoperasi
Judul Tidak adanya kejadian tertinggalnya benda asing pada tubuh pasien setelah
operasi
Dimensi Mutu Keselamatan pasien
Tujuan Kejadian tertinggalnya benda asing adalah kejadian dimana benda asing sepertikapas,
gunting, peralatan operasi dalam tubuh pasien akibat tundakan suatu
pembedahan
Definisi Kejadian salah satu tindakan pada operasi adalah kejadian pasien mengalami tindakan
Operasional operasi yang tidak sesuai dengan yang direncanakan
Frekuensi 1 bulan dan sentinel event
Pengumpulan Data
Definisi operasional Pemberi pelayanan persalinan dengan tindakan operasi adalah dokter Sp,OG, dokter
spesialis anak, dokter spesialis anastesi
Frekuensi 1 bulan
pengumpulan data
Periode analisis 3 bulan
Numerator Jumlah tenaga dokter Sp.OG, dokter spesialis anak, dokter spesialis anastesi yang
memberikan pertolongan persalinan dengan tindakanoperasi.
Denominator Jumlah seluruh tenaga yang melayani persalinan dengan tindakan operasi
Sumber data Kepegawaian
Standar 100%
Penanggung jawab Komite mutu
Definisi operasional Seksio cesaria adalah tindakan persalinan melalui pembedahan abdominal baik elektif
maupun emergensi.
Frekuensi 1 bulan
pengumpulan data
Periode analisis 3 bulan
Numerator Jumlah persalinan dengan seksio cesaria dalam 1 bulan
Denominator Jumlah seluruh persalinan dalam 1 bulan
Sumber data Rekam medis
Standar < 100%
Penanggung jawab Komite mutu
1.a. KeluargaBerencana
Judul Keluarga Berencana Mantap
Dimensi mutu Ketersediaan pelayanan kontrasepsi mantap
Tujuan Mutu dan kesinambungan pelayanan
Definisi operasional Keluarga berencana yang menggunakan metode operasi yang aman dan sederhana pada
alat reproduksi manusia dengan tujuan menghentikan fertilitas oleh tenaga yang kompeten
Frekuensi 1 bulan
pengumpulan data
Periode analisis 3 bulan
Numerator Jenis pelayanan KB mantap
Denominator Jumlah peserta KB
Sumber data Rekam medik dan laporan KB rumah sakit
Standar 100%
Penanggung jawab Direktur Pelayanan Medik
pengumpulan data
1.b. Konseling KBMantap
Judul Keluarga Berencana Mantap
Dimensi mutu Ketersediaan kontrasepsi mantap
Tujuan Mutu dan kesinambungan pelayanan
Definisi operasional Proses konsultasi antara pasien dengan bidan terlatih untuk mendapatkan pilihan pelayanan
KB mantap yang sesuai dengan pilihan status kesehatan pasien.
Frekuensi 1 bulan
pengumpulan data
Periode analisis 3 bulan
Numerator Jumlah konseling layanan KB mantap
Denominator Jumlah peserta KB mantap
Sumber data Laporan unit layanan KB
Standar 100%
Penanggung jawab Direktur Pelayanan Medik
pengumpulan data
8. Kepuasan Pelanggan
Judul Kepuasan Pelanggan
Dimensi mutu Kenyamanan
Tujuan Tergambarnya persepsi pasien terhadap mutu pelayanan persalinan
Definisi operasional Kepuasan pelanggan adalah pernyataan puas oleh pelanggan terhadap
pelayananpersalinan.
Frekuensi 1 bulan
pengumpulan data
Periode analisis 3 bulan
Numerator Jumlah kumulatif hasil penilaian kepuasan dari pasien yang disurvei (dalam prosen)
1. Rata-rata pasien yang kembali ke perawatan intensif dengan kasus yang sama < 72jam
Judul Rata-rata pasien yang kembali ke perawatan intensif dengan kasus yang sama < 72
jam
Dimensi mutu Efektifitas
Tujuan Tergambarnya keberhasilan perawatan intensif
Definisi operasional Pasien kembali keperawatan intensif dari ruang rawat inap dengan kasus yang sama dalam
waktu < 72 jam
Frekuensi 1 bulan
pengumpulan data
Periode analisis 3 bulan
Numerator Jumlah pasien yang kembali ke perawatan intensif dengan kasus yang sama < 72 jam dalam
1 bulan.
Denominator Jumlah seluruh pasien yang dirawat di ruang intensif dalam 1 bulan.
Sumber data Rekam medis
Standar < 3%
Penanggung jawab Komite mudik/mutu
Frekuensi 1 bulan
pengumpulan data
Periode analisis 3 bulan
Numerator Jumlah tenaga dokter Sp.An dan spesialis yang sesuai dengan kasus yang ditangani,
perawat D3 dengan sertifikat perawat mahir ICU/setara yang melayani pelayanan
perawatan intensif
Denominator Jumlah seluruh tenaga dokter dan perawat yang melayani perawatan intensif
Sumber data Kepegawaian
Standar 100%
Penanggung jawab Komite medik/mutu
VII. RADIOLOGI
1. Waktu tunggu hasil pelayanan thoraxfoto
Judul Waktu tunggu hasil pelayanan thorax foto
Dimensi mutu Efektifitas, kesinambungan pelayanan, efisiensi
Tujuan Tergambarnya kecepatan pelayanan radiologi
Definisi operasional Waktu tunggu hasil pelayanan thorax foto adalah tenggang waktu mulai pasien di foto
sampai dengan menerima hasil yang sudah diekspertisi
Frekuensi 1 bulan
pengumpulan data
Periode analisis 3 bulan
Numerator Jumlah kumulatif waktu tunggu hasil pelayanan thorax foto dalam satu bulan.
Denominator Jumlah pasien yang difoto thorax dalam bulan tersebut.
Sumber data rekam medis
Standar < 3%
Penanggung jawab Kepala instalasi radiologI
4. Kepuasanpelanggan
Judul Kepuasan pelanggan
Dimensi mutu Kenyamanan
Tujuan Tergambarnya persepsi pelanggan terhadap pelayanan radiologi
Definisi operasional Kepuasan pelanggan adalah pernyataan puas oleh pelanggan terhadap pelayananradiology
Frekuensi 1 bulan
pengumpulan data
Periode analisis 3 bulan
Numerator Jumlah pasien yang disurvei yang menyatakan puas
Denominator Jumlah total pasien yang disurvei (n minial 50)
Sumber data Survei
Standar > 80 %
Penanggung jawab Ketua komite mutu/tim mutu
VIII. LABORATORIUM KLINIK
Frekuensi 1 bulan
pengumpulan data
Periode analisis 3 bulan
Numerator Jumlah kumulatif hasil penilaian kepuasan dari pasien yang disurvei (dalam prosen)
Denominator Jumlah seluruh resep yang diambil sebagai sampel dalam satu bulan (n minimal 50)
Frekuensi 1 bulan
pengumpulan data
Periode analisis 3 bulan
Numerator Jumlah pemberian makanan yang disurvey dikurangi jumlah pemberian makanan yang
salah diet.
Denominator Jumlah pasien yang disurvey dalam satu bulan
Sumber data Survey
Standar 100%
Penanggung jawab Kepala Instalasi Gizi/Kepala Instalasi Rawat Inap
XI. TRANSFUSIDARAH
1. Pelayanan terhadap pasien BPJS yang datang ke RS pada setiap unit pelayanan
Judul Pelayanan terhadap pasien BPJS yang datang ke RS pada setiap unit pelayanan
Frekuensi 1 bulan
pengumpulan data
Periode analisis 3 bulan
Numerator Jumlah pasien yang mendapat tindakan medik yang disurvey yang mendapat
informasi lengkap sebelum memberikan persetujuan tindakan medik dalam 1 bulan.
Denominator Jumlah pasien yang mendapat tindakan medik yang disurvey dalam 1 bulan
Sumber data Survey
Standar 100%
Penanggung jawab Kepala instalasi rekam medik
Definisi operasional Baku mutu adalah standar minimal pada limbah cair yang dianggap aman bagi kesehatan,
yang merupakan ambang batas yang ditolerir dan diukur dengan indikator :
BOD (Biological Oxygen Demand) : 30mg/liter
COD (Chemical Oxygen Demand) : 80 mg/liter
TSS (Total Suspended Solid) 30mg/liter
PH : 6-9
Frekuensi 3 bulan
pengumpulan data
Periode analisis 3 bulan
Numerator Hasillaboratorium pemeriksaan limbah cair rumah sakit yang sesuai dengan
bakumutu.
Denominator Jumlah seluruh pemeriksaan limbah cair.
Sumber data Hasil pemeriksaan
Standar 100%
Penanggung jawab Kepala IPRS
Definisi operasional Tindak lanjut penyelesaian hasil pertemuan tingkat direksi adalah pelaksanaan tindak
lanjut yang harus dilakukan oleh peserta pertemuan terhadap kesepakatan atau keputusan
yang telah diambil dalam pertemuan tersebut sesuai dengan permasalahan pada bidang
masing-masing
Frekuensi 1 bulan
pengumpulan data
Periode analisis 3 bulan
Numerator Hasil keputusan pertemuan direksi yang ditindaklanjuti dalam satu bulan
Denominator Total hasil keputusan yang harus ditindaklanjuti dalam satu bulan
Sumber data Notulen rapat
Standar 100%
Penanggung jawab Direktur rumah sakit
Frekuensi 1 tahun
pengumpulan data
Periode analisis 3 tahun
Numerator Laporan akuntabilitas kinerja yang lengkap dan dilakukan minimal 3 bulan dalam satu
tahun
Denominator Jumlah laporan akuntabilitas yang seharusnya disusun dalam satu tahun
Sumber data Bagian Tata Usaha
Standar 100%
Penanggung jawab Direktur
6. CostRecovery
Judul Cost recovery
Dimensi mutu Efisiensi, efektivitas
Tujuan Tergambarnya tingkat kesehatan keuangan di rumah sakit
Definisi operasional Cost recovery adalah jumlah pendapatan fungsional dalam periode waktu tertentu dibagi
dengan jumlah pembelanjaan operasional dalam periode waktu tertentu.
Frekuensi 1 bulan
pengumpulan data
Periode analisis 3 bulan
Numerator Jumlah pendapatan fungsional dalam satu bulan
Denominator Jumlah pembelanjaan operasional dalam satu bulan
Sumber data Sub bagian kepegawaian
Standar >40%
Penanggung jawab Kepala Bagian Tata Usaha/Keuangan
Frekuensi 1 bulan
pengumpulan data
Periode analisis 3 bulan
Numerator Jumlah penyediaan ambulance/kereta jenazah yang tepat waktu dalam 1 bulan
Denominator Jumlah seluruh permintaan ambulance dalam satu bulan
Sumber data Catatan penggunaan ambulance
Standar 100%
Penanggung jawab Penanggungjawab ambulance
Frekuensi 1 bulan
pengumpulan data
Periode analisis 3 bulan
Numerator Total kumulatif waktu pelayanan pemulasaraan jenazah pasien yang diamati dalam satu
bulan
Denominator Total pasien yang diamati dalam satu bulan
Sumber data Hasil pengamatan
Standar < 2 jam
Penanggung jawab Kepala instalasi pemulasaraan jenazah
XVIII. PELAYANAN PEMELIHARAAN SARANA RUMAHSAKIT
3. Peralatan Laboratorium (dan alat ukur yang lain) yang terkalibrasi tepat waktu sesuai dengan
ketentuankalibrasi.
Judul Peralatan Laboratorium (dan alat ukur yang lain) yang terkalibrasi tepat
waktu sesuai dengan ketentuan kalibrasi.
Dimensi mutu Keselamatan dan efektivitas
Tujuan Tergambarnya akurasi pelayanan laboratorium
Definisi operasional Kalibrasi adalah pengujian kembali terhadap kelayakan peralatan laboratorium oleh Balai
Pengamanan Fasilitas Kesehatan (BPFK)
Frekuensi 1 tahun
pengumpulan data
Periode analisis 1 tahun
Numerator Jumlah seluruh alat laboratorium yang dikalibrasi tepat waktu dalam satu tahun
Denominator Jumlah alat laboratorium yang perlu dikalibrasi dalam 1 tahun
Sumber data Buku register
Standar 100%
Penanggung jawab Kepala Instalasi Laboratorium
XIX. PELAYANANLAUNDRY
1. TimPPI
Judul Tersedianya anggota Tim PPI yang terlatih
Dimensi mutu Kompetensi teknis
Tujuan Tersedianya anggota Tim PPI yang kompeten untuk melaksanakan tugas-
tugas Tim PPI
Definisi operasional Adalah anggota Tim PPI yang telah mengikuti pendidikan dan pelatihan
dasar dan lanjut PPI
Frekuensi Tiap 3 bulan
pengumpulan data
Periode analisis Tiap 1 bulan
Numerator Jumlah anggota tim PPI yang sudah terlatih
Denominator Jumlah anggota Tim PPI
Sumber data Kepegawaian
Standar 75%
Penanggung jawab Ketua Komite PPI
2. KoordinasiAPD
Judul Tersedianya APD (Alat Pelindung Diri)
Dimensi mutu Mutu pelayanan, keamanan pasien, petugas dan pengunjung
Tujuan Tersedianya APD di setiap instalasi RS
Definisi operasional Alat terstandar yang berguna untuk melindungi tubuh, tenaga kesehatan,
pasien atau pengunjung dari penularan penyakit di RS seperti masker, sarung
tangan karet, penutup kepala, sepatu boots
dan gaun
Frekuensi Setiap hari
pengumpulan data
Periode analisis 1 bulan
Numerator Jumlah instalasi yang menyediakan APD
Denominator Jumlah instalasi di rumah sakit
Sumber data Survey
Standar 75%
Penanggung jawab Tim PPI
Keterangan :
ILO : Infeksi Luka Operasi
ILI : Infeksi LukaInfus
VAP : Ventilator Associated Pneumonie
ISK : Infeksi SaluranKemih
KLINIK UTAMA SUKMA WIJAYA
Jl. KH.Agus Salim No.19 Telp. 0823 3319 5446
E-mail : klinikutamasukmawijaya@gmail.com
Kabupaten Sampang
Nama Pasien : Umur Berat Badan Tinggi Badan Nomor Rekam Medis :
…............ ........... ......... .......... ..........
Diagnosis Awal : Kode ICD 10 : Rencana Rawat : 5 hari Biaya (Rp).
Ruang Rawat Kelas Tarif/hr (Rp) ……. Tgl/Jam masuk Tgl/Jam keluar Lama rwt
…….. ……. …….. …….
Aktifitas Hari Rawat 1 2 3 4 5
Hari Sakit .. .. .. .. ..
Diagnosis Utama ………………… ………… …………… …………… ……………… ……………
Penyerta ………………… ………… …………… …………… ……………… ……………
Komplikasi ………………… ………… …………… …………… ……………… ……………
Asessmen Klinis Visite
Konsultasi
Jantung
Anestesi
P. Dalam
Pemeriksaan Penunjang :
Darah besar, urin lengkap, tes hamil
Masa pembekuan/perdarahan, HST
Gol. Darah, LFT, Albumin
GD, RFT, Elektrolit, Lipid Profile
USG, Foto Thoraks, EKG
PA
Tindakan Oksigen ….l/m
IVFD…..cc/hr
Pasang kateter
Transfusi
Dilatasi dan Kuretase
Dressing Besar
Dressing Kecil
Obat- - Cefotaxime 1gr/8jam
obatan - Metronidazole 500mg/8jam
- Asmef 3x 500 mg
- Amoxicillin 3x500mg
- Hematinik 2 x 1
Nutrisi Puasa ML MB MB MB
Mobilisasi Bedrest Bedrest Duduk Jalan Jalan
Hasil Kesadaran
(outcome) Perdarahan
Syok
Pendidikan/ Rencana pemulangan Penjelasan Perjalanan Penyakit & informed Kontrol Poliklinik
consent
Varians ………… …………… …………… ……………… ……………
………… …………… …………… ……………… ……………
Jumlah Biaya ……………
Nama Perawat Diagnosis Kode ICD Jenis Tindakan Kode ICD 9-CM
……. - Utama Abortus - Visite & Konsultasi
Inkomplit/Komplit/ - IVFD dan Injeksi
Missed Abortion
Verifikasi Keuangan - Komplikasi ……………….. ……………….. - Pasang kateter ………………..
.................... ……………….. ……………….. - Transfusi ………………..
……………….. ……………….. - Dilatasi dan Kuretase ………………..
……………….. ……………….. - Dressing ………………..
CLINICAL PATHWAYS
PERDARAHAN POST PARTUM (PPP)
KLINIK UTAMA SUKMA WIJAYA
Nama Pasien : Umur Berat Badan Tinggi Badan Nomor Rekam Medis :
…............ ........... ......... .......... ..........
Diagnosis Awal : Kode ICD 10 : Rencana Rawat : 5 hari Biaya (Rp).
Ruang Rawat Kelas Tarif/hr (Rp) ……. Tgl/Jam masuk Tgl/Jam keluar Lama rwt
…….. ……. …….. …….
Aktifitas Hari Rawat 1 2 3 4 5
Hari Sakit .. .. .. .. ..
Diagnosis Utama ………………… ………… …………… …………… ……………… ……………
Penyerta ………………… ………… …………… …………… ……………… ……………
Komplikasi ………………… ………… …………… …………… ……………… ……………
Asessmen Klinis Visite
Konsultasi
Jantung
Anestesi
P. Dalam
Pemeriksaan Penunjang :
DL
PT/APTT
Asuhan Keperawatan :
Pengkejian fungsional
Monitoring TTV
Pemenuhan ADL (Personal hygiene,
Nutrisi, eliminasi, goorming)
Persiapan pemeriksaan penunjang
Pencegahan jatuh
Nutrisi : TKTP
Mobilisasi Duduk Aktif Aktif
bertahap
Hasil Keluhan subyektif
(outcome)
( ) ( ) ( )
No. RM : BB :
Nama Pasien : TB :
Jenis Kelamin :
Tanggal Lahir :
Diagnosa Masuk RS :
Penyakit Utama :
Penyakit Penyerta :
Komplikasi :
Tindakan :
HARI PENYAKIT
KEGIATAN URAIAN KEGIATAN 1 2 3 4 5 6 7 KETERANGAN
HARI RAWAT
1 2 3 4 5 6 7
1. ASESMEN AWAL
a. ASESMEN AWAL Dokter IGD Pasien masuk via IGD
MEDIS Dokter Spesialis
Tim IPD Pasien masuk via RJ
Tim Anestesi
Tim Rehabilitasi Medik
b. ASESMEN AWAL Perawat Primer : Dilanjutkan dengan Asasmen
KEPERAWATAN Kondisi umum, tingkat Bio-Psiko-Sosial, Spiritual dan
kesadaran, TTV, riwayat Budaya
alergi, skrinning gizi, nyeri,
status fungsional : bartel
index, resiko jatuh, risiko
decubitus, kebutuhan
edukasi dan budaya
2. LABORATORIUM Darah rutin,
BT/CT,GDS,HbsAg
Urin Rutin
Varian
3. RADIOLOGI/ USG
IMAGING CTG
4. KONSULTASI Anestesi
5. ASESMEN LANJUTAN
a. ASESMEN Dokter DPJP Visite harian/follow up
MEDIS Dokter non DPJP/dr. Atas indikasi/Emergency
Ruangan
b. ASESMEN Perawat penanggung jawab
KEPERAWATAN : asesmen bio, psiko, sosial,
spiritual, budaya
c. ASESMEN GIZI Tenaga gizi Lihat resiko malnutrisi melalui
(nutrisionis/dietisien) skrinning gizi dan mengkaji data
atropometri, biokimia,
fisik/klinis, riwayat makan
termasuk alergi makanan serta
riwayat personal dalam 48 ja.
Pasien setelah pembedahan dan
menyusui termasuk dalam
kondisi khusu yang perlu
mendapat pengkajian
d. ASESMEN Telaah Resep Dilanjutkan dengan intervensi
FARMASI farmasi sesuai hasil telaah dan
rekonsiliasi obat
Rekonsiliasi obat
6. DIAGNOSIS
a. DIAGNOSIS Ketuban Pecah Dini
MEDIS a.Kode (00146) : Cemas Masalah keperawatan yang
b.Kode (00148) : Takut Dijumpai setiap hari. Dibuat
c.Kode (00132) : Nyeri Oleh perawat penanggung jawab
akut
b. DIAGNOSIS d.Kode (00027) : Sesuai dengan NANDA. Int
KEPERAWATAN Defisite volume cairan
e.Kode (00248) : Risiko
perlambatan pemulihan
luka
f.Kode (00094) : Resiko
intoleransi aktifitas
Prediksi suboptimal asupan Sesuai dengan data asesmen,
energi berkaitan rencana kemungkinan saja ada diagnosis
tindakan bedah/operasi lain atau diagnosis berubah
seksio sesarea pasien selama perawatan
dipuasakan ditandai dengan
asupan makanan lebih
rendah dari kebutuhan (NI-
1.4)
8. EDUKASI TERINTEGRASI
a. EDUKASI/ Penjelasan Diagnosis Oleh semua pemberi asuhan ber
INFORMASI Rencana terapy dasarkan kebutuhan dan juga
MEDIS
Informed consent berdasarkan Discharge planning
b. EDUKASI DAN Diet pasca bedah seksio Edukasi gizi dapat dilakukan
KONSELING GIZI adalah diet post partum/diet bersamaan dengan kunjungan
ibu menyusui tinggi energi awal, atau dapat juga dilakukan
dan tinggi protein sesuai pada hari ke 2atau hari ke 3 saat
dengan kebutuhan pasien akan kembali pulang
a. Penurunan kecemasan
c. EDUKASI d. Manajemen nyeri Pengisisan formulir informasi
KEPERAWATAN e. Tanda-tanda infeksi dan edukasi terintegrasi oleh
f. Mobilisasi post op SC Pasien dan atau keluarga
Sampang, ……………………..
Dokter Penangung jawab Pelayanan Perawat Penanggung Jawab Pelaksana Verifikasi
Keterangan :
HARI KE KETERANGAN
KEGIATAN URAIAN KEGIATAN
1 2 3 4 5 6 7
Diagnosis Pemeriksaan dokter √
Penunjang diagnosis
1. Laboratorium Darah Lengkap √
Hemorrhagic √
Screening Test
Elektrolit ( Na/K/Cl) √
Fungsi ginjal √
ureum
creatinin
Fungsi Hati √
SGOT
SGPT
LDH √
D-Dimer √
Fibrinogen √
Urinalisa ( √
Proteinuria )
2. Radiologi Thorak Foto √ Atas indikasi
/ curiga
edema paru
USG √
EKG Atas indikasi
√ √ √
7. Metil Ergometrin
3x1
Monitoring
I.Perawat Pemeriksaan tanda- √ √ √ √ √ Post operasi,
tanda vital. selanjutnya tiap 12
T/N/S/RR/kesadaran/wa jam atau sesuai
rna kulit kondisi pasien.
Produksi urin √ √ √ √ √ Setiap jam dalam
12 jam pertama
(urin harus
mencapai ≥ 30
cc/jam).
Memantau penutup √ √ √ Pemantauan/penilai
luka operasi (saat an post operasi,
pemindahan dari OK selanjutnya tiap 6
dan selama di jam.
perawatan)
Memantau/menilai √ √ √ √ √ Berkoordinasi
bila ada keluhan : dengan dokter
sakit ruangan.
mual/muntah
panas, dll
II. Dokter Memeriksa tanda- √ √ √ √ √ Post operasi,
Umum tanda vital. selanjutnya setiap
(Ruanga T/N/S/RR/kesadaran hari
n)
HARI KE KETERANGAN
KEGIATAN URAIAN KEGIATAN
1 2 3 4 5 6 7
Persiapan
pulang
Edukasi 1. Perawatan luka di rumah √ √
2. Pemberian dan cara minum Disesuaikan dengan yang ada
obat √ √ dan keluhan pasien post
perawatan
3. Hari kontrol √ √
Out come Tidak terjadi pemanjangan hari
klinis perawatan
Pasien pulih dari kondisi post
operasi tanpa mengalami
komplikasi
Sampang,…………….…………. 2022
Dokter Penanggung Jawab Pelayanan
(dr…………………….………......,SpOG)
SOP PROGRAM RUJUK BALIK
No. Dokumen No. Revisi Halaman
KUSW/SPO/RJ/162
Ditetapkan
Direktur
STANDAR
Tanggal Terbit
PROSEDUR
OPERASIONAL
dr. Zakky Sukmajaya, Sp.OG
Pengertian Pelayanan Program Rujuk Balik adalah pelayanan kesehatan yang diberikan kepada
penderita penyakit kronis dengan kondisi stabil dan masih memerlukan pengobatan
atau asuhan keperawatan jangka panjang yang dilaksanakan di Faskes Tingkat
Lanjutan atas rekomendasi/ rujukan dari Dokter Spesialis/Sub Spesialis yang
merawat
Referensi 1. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 71 Tahun 2013 tentang Pelayanan
Kesehatan pada Jaminan Kesehatan Nasional.
2. Peraturan BPJS Kesehatan Nomor 1 Tahun 2014 tentang Penyelenggaraan
Jaminan Kesehatan.
3. Surat Edaran Menteri Kesehatan RI Momor HK/ Menkes/ 3211/ 2014
tentang Pelaksanaan Pelayanan Kesehatan bagi Peserta BPJS Kesehatan
pada Fasilitas Kesehatan Pertama dan Fasilitas Kesehatan Tingkat Lanjutan
dalam Penyelenggaraan Jaminan Kesehatan.
Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk melakukan program rujuk balik
bagi petugas kesehatan di Klinik Utama Sukma Wijaya.
Kebijakan 02/SK/DIR/IX/2022
Prosedur persiapan alat :
1. ATK.
2. Komputer.
3. Aplikasi V-Claim
4. Kartu Rekam Medik
5. Surat Rujuk Balik
6. Buku Kontrol Peserta PRB
Langkah- langkah :
1. Pelayanan pada Fasilitas Kesehatan Tingkat Lanjutan
a. Peserta melakukan kontrol ke Fasilitas Kesehatan Tingkat Lanjutan
dengan menunjukan identitas peserta BPJS, SRB dan buku kontrol
peserta PRB.
b. Dokter melakukan pemeriksaan dan menuliskan resep obat rujuk balik
yang tercantum pada buku kontrol peserta PRB.
2. Pelayanan pada Apotek/ Depo Farmasi yang bekerjasama dengan BPJS
Kesehatan untuk pelayanan obat PRB.
a. Peserta menyerahkan resep dari Dokter DPJP
b. Peserta menunjukkan SRB dan Buku Kontrol Peserta.
c. Verifikasi resep obat.
d. Memberikan obat PRB disertai dengan informasi penggunaan obat
3. Peserta dapat dirujuk kembali oleh Faskes Kesehatan Tingkat Pertama ke
Faskes Kesehatan Tingkat Lanjut untuk dilakukan evaluasi oleh dokter
spesialis/sub spesialis.
Unit Terkait 1. Poli Syaraf
2. Poli Penyakit Dalam