Jawa TimuR
PERATURAN
INTERNAL
(HOSPITAL BYLAWS)
RUMAH SAKIT
MUHAMMADIYAH / ‘Aisyiyah
JAWA TIMUR
PERATURAN INTERNAL
(HOSPITAL BYLAWS)
RUMAH SAKIT MUHAMMADIYAH / ‘Aisyiyah
JAWA TIMUR
BAB I
MUKADIMAH
BAB II
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Batasan
Dalam peraturan internal ini yang dimaksud dengan:
1. Peraturan internal rumah sakit (Hospital
Bylaws) adalah aturan dasar yang mengatur
tata penyelenggaraan rumah sakit yang meliputi
peraturan internal korporasi dan peraturan
internal staf medis;
BAB III
IDENTITAS DAN TANDA PENGENAL
Pasal 2
Identitas
Pasal 3
Lambang
Pasal 4
Stempel
Pasal 5
Hal lain sebagai tanda pengenal rumah sakit
dapat ditambahkan dalam tata aturan dan
ketetapan operasional rumah sakit, dengan tetap
memperhatikan nuansa atau ciri khas RSM/RSA.
BAB IV
MAKSUD, TUJUAN DAN PENYEBARLUASAN
PERATURAN INTERNAL
Pasal 6
Maksud
Peraturan internal ini bermaksud mengatur tata
hubungan antara:
1. Unsur pemilik, unsur pendiri, unsur penye
lenggara, dan unsur pengelola rumah sakit
(corporate bylaws);
2. Unsur staf medis sebagai tenaga fungsional
rumah sakit (medical staff bylaws); dan
3. Unsur tenaga rumah sakit lainnya sebagai karyawan
pelaksana kegiatan dan layanan rumah sakit.
Pasal 7
Tujuan
1. Menjadi pedoman dasar dan pernyataan ter
tulis tentang tugas, kewenangan, hubungan
struktur/fungsional, dan tanggung jawab bagi
pemilik, pendiri, penyelenggara, dan pengelola
rumah sakit;
2. Sebagai norma dasar perlindungan hukum bagi
pemilik, pendiri, penyelenggara, pengelola dan
tenaga medis fungsional dalam menjalankan tu
gasnya sesuai dengan ketentuan hukum dan ko
de etik profesi serta berupaya untuk senantiasa
meningkatkan mutu layanan kesehatan kepada
pasien, pelanggan dan atau pengguna jasa
rumah sakit;
3. Memberi kepastian dan perlindungan hukum
dan penghormatan terhadap hak-hak pasien,
pelanggan dan atau pengguna jasa rumah sakit
untuk mendapat layanan kesehatan dan layanan
rumah sakit lainnya yang profesional;
4. Sebagai perangkat hukum internal yang sam
pai batas-batas tertentu mengakui kemandirian
profesi medis untuk mengatur, menilai dan
mendisiplinkan anggotanya;
5. Sebagai perangkat hukum internal untuk
mencegah dan atau menyelesaikan sengketa
antar para profesional atau staf profesi yang
bekerja di rumah sakit; dan
Pasal 8
Penyebarluasan
Pengelola rumah sakit dalam hal ini direktur/di
reksi rumah sakit beserta pejabat struktural wajib
mengupayakan agar setiap aturan yang ditetapkan
harus diketahui, dipahami dan dilaksanakan oleh
semua pelaksana rumah sakit atau pihak lain yang
berkepentingan.
BAB V
LANDASAN HUKUM
PENYUSUNAN PERATURAN INTERNAL
Pasal 9
Landasan hukum yang dipakai sebagai acuan penyu
sunan peraturan internal (hospital bylaws) RSM/RSA
BAB VI
LANDASAN DAN SUMBER SERTA TUJUAN RUMAH
SAKIT
Pasal 10
Landasan dan Sumber
Landasan dan sumber penyelenggaraan RSM/RSA Jawa
Timur mengacu pada landasan dan sumber pedoman
hidup islami warga muhammadiyah yaitu al-quran
dan sunah Nabi yang merupakan pengembangan dan
pengayaan dari pemikiran-pemikiran formal (baku)
dalam Muhammadiyah seperti matan keyakinan dan
cita-cita hidup muhammadiyah (MKCH), muqodimah
anggaran dasar muhammadiyah, matan kepribadian
muhammadiyah, Khittah perjuangan muhammadiyah
serta hasil-hasil keputusan majelis tarjih.
Pasal 11
Tujuan
1. Tujuan umum RSM/RSA Jawa Timur adalah
mewujudkan derajat kesehatan masyarakat
yang optimal bagi semua lapisan masyarakat
BAB VII
VISI, MISI, DAN MOTTO RUMAH SAKIT
Pasal 12
Visi
Visi dirumuskan dan ditetapkan oleh pendiri rumah
sakit setempat dan tidak boleh bertentangan dengan
visi Persyarikatan Muhammadiyah.
Pasal 13
Misi
Misi dirumuskan dan ditetapkan oleh pendiri Rumah
Sakit setempat dan tidak boleh bertentangan dengan
misi Persyarikatan Muhammadiyah.
Pasal 14
Motto
Motto dirumuskan dan ditetapkan oleh pendiri ru
mah sakit setempat dan tidak boleh bertentangan
dengan visi dan misi Persyarikatan Muhammadiyah.
BAB VIII
TUGAS DAN FUNGSI RUMAH SAKIT
Pasal 15
Tugas
Tugas rumah sakit sesuai dengan undang-undang
rumah sakit adalah memberikan pelayanan kesehatan
peorangan secara paripurna.
Pasal 16
Fungsi
Untuk menjalankan tugas sebagaimana dimaksud
dalam pasal 15, rumah sakit mempunyai fungsi:
1. Penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan
pemulihan kesehatan sesuai dengan standar
pelayanan rumah sakit;
BAB IX
PENGORGANISASIAN
Pasal 17
Pemilik
Pemilik rumah sakit adalah Pimpinan Pusat (PP)
Muhammadiyah yang berkedudukan di Jl. Menteng
Raya nomor 62 Jakarta dan di Jl. Cik Ditiro No.23
Yogyakarta.
Pasal 18
Hak Pemilik
1. Menguasai dan memiliki semua aset rumah
sakit;
2. Memperoleh laporan pertanggungjawaban dari
Penyelenggara/Majelis;
3. Memperoleh dana pengembangan dakwah dari
rumah sakit.
Pasal 19
Kewajiban Pemilik
1. Memberikan kewenangan penuh kepada pen
diri untuk menetapkan visi, misi dan tujuan
dalam pengelolaan rumah sakit yang didirikan;
2. Mengkoordinasikan pembinaan semua rumah sakit
untuk tercapainya visi dan misi Persyarikatan;
3. Menyelesaikan ketidakserasian penyelengga
raan yang terjadi di rumah sakit;
4. Mengusahakan dana untuk investasi dan pe
ngembangan rumah sakit.
Pasal 20
Pendiri
Pendiri rumah sakit adalah Persyarikatan Muham
madiyah/‘Aisyiyah dan berkedudukan di semua
tingkatan.
Pasal 21
Hak Pendiri
1. Mendirikan rumah sakit atas nama Persya
rikatan Muhammadiyah;
Pasal 22
Kewajiban Pendiri
1. Memberikan kewenangan kepada penyeleng
gara untuk menjabarkan visi, misi, tujuan, dan
kebijakan rumah sakit yang didirikan;
2. Mengkoordinasikan pembinaan semua amal
usaha sesuai dengan tingkatannya untuk terca
pai visi, misi, tujuan dan kebijakan rumah sakit;
3. Mengkoordinasikan dan menyelesaikan keti
Pasal 23
Penyelenggara
Penyelenggaraan RSM/RSA Jawa Timur menjadi ke
wenangan MPKU atau Majelis Kesehatan setingkat.
Pasal 24
Dewan Pengawas
1. Fungsi dewan pengawas sesuai dengan pasal
56 Undang undang no 44 tahun 2009 tentang
rumah sakit;
2. Apabila di RS Muhammadiyah/‘Aisyiyah tidak
ada dewan pengawas, maka tugas pokok,
wewenang tanggung jawab dan fungsi dewan
pengawas melekat pada tugas pokok, wewenang
tanggung jawab dan fungsi Penyelenggara.
Pasal 25
Pengelola atau Direksi
Direksi RSM/RSA Jawa Timur adalah pengelola ter
tinggi yang bertugas, berwenang dan bertanggung ja
wab melaksanakan tata kelola rumah sakit (corporate
governance) di RSM/RSA Jawa Timur.
Pasal 26
Staf Medis
Staf medis RSM/RSA Jawa Timur adalah para pro
fesional yang bertugas, berwenang dan bertanggung
jawab menjalankan tata kelola klinis (clinical go
vernance) dan asuhan klinis di RSM/RSA Jawa Timur.
Pasal 27
Tiga Tungku Sejerangan
Penyelenggara (termasuk di dalamnya Pendiri), di
reksi dan staf medis secara bersama-sama ber
tanggung jawab atas pelaksanaan tata kelola rumah
sakit (corporate governance) dan Tata kelola klinis
(clinical governance) secara terpadu, efisien dan
efektif untuk menghasilkan layanan dan asuhan
BAB X
MANAJEMEN
Pasal 28
Susunan Organisasi RSM/RSA Jawa Timur
1. Struktur organisasi RSM/RSMA Jawa Timur
selain mengacu pada perundang-undangan
yang berlaku (UU No. 44 tahun 2009 tentang
RS), juga harus mengandung unsur dakwah.
Sehingga struktur organisasi RSM/RSA minimal
mengandung unsur-unsur sebagai berikut :
a. Direktur;
b. Unsur pelayanan medis;
c. Unsur keperawatan;
d. Unsur penunjang medis;
e. Komite medis;
f. Satuan pemeriksaan internal;
g. Administrasi umum dan keuangan;
h. Unsur pelayanan kerohanian
Pasal 29
Rangkap Jabatan
Agar penyelenggaraan dan pengelolaan rumah sakit
optimal dan berjalan lancar dan tidak ada benturan
kepentingan antara pendiri, penyelenggara, pengelola
dan pelaksana diatur ketentuan mengenai rangkap
jabatan sebagai berikut:
1. Pengelola rumah sakit dalam hal ini direksi tidak
boleh merangkap menjadi pengurus harian di jajaran
Persyarikatan maupun di Majelis setingkat;
2. Pelaksana rumah sakit tidak boleh merangkap
menjadi pengurus harian di jajaran Persyarikatan
maupun di Majelis setingkat;
BAB XI
KEUANGAN DAN KEKAYAAN
Pasal 30
Sumber Dana
Sumber pembiayaan atas penyelenggaraan ru
mah sakit diperoleh dari operasional rumah sakit,
Persyarikatan, masyarakat, pemerintah, dan sumber
lain yang halal dan tidak mengikat.
Pasal 31
Pengelolaan Keuangan dan Kekayaan
1. Direktur RS setiap tahun anggaran wajib me
nyusun program kerja dan rencana anggaran
pendapatan dan belanja;
2. Program kerja dan rencana anggaran pen
dapatan dan belanja sebagaimana dalam ayat
Pasal 32
Pengawasan
1. Pengawasan keuangan dan kekayaan rumah
sakit menjadi tugas dan tanggung jawab
Pimpinan Persyarikatan setingkat;
2. Pemeriksaan keuangan dan kekayaan RSM/RSA
Jawa Timur wajib dilaksanakan setiap tahun
anggaran;
3. Pemeriksaan sebagaimana ayat 2 (dua)
dilaksanakan oleh auditor independen atas
penugasan MPKU PWM Jawa Timur.
Pasal 33
Sarana dan Prasarana
1. Pengelolaan sarana dan prasarana diatur sesuai
dengan peraturan yang berlaku di rumah sakit;
2. Penggunaan barang inventaris tidak bergerak
sebagai agunan peminjaman dana, harus men
dapat persetujuan pemilik;
3. Pengadaan barang inventaris dilaksanakan oleh
suatu tim yang ditunjuk dan ditetapkan oleh di
rektur rumah sakit;
Pasal 34
Kerjasama dengan Pihak Luar
1. Kerjasama dengan pihak luar organisasi rumah
sakit dan atau pihak ketiga dilaksanakan dengan
tujuan menjamin kelangsungan dan peningkatan
mutu pelaksanaan , pendidikan, pelatihan dan
pembangunan bidang kesehatan;
2. Bentuk dan tata cara kerjasama diatur sesuai
peraturan yang berlaku di rumah sakit.
BAB XII
PERATURAN PENYELENGGARA RUMAH SAKIT
Pasal 35
Ketentuan Penyelenggara
Ketentuan Pimpinan MPKU/MK sebagai penye
lenggara rumah sakit adalah sebagai berikut:
1. Penyelenggara (MPKU/MK) bertanggungjawab
kepada Persyarikatan setingkat;
2. Pemilihan ketua, wakil ketua, sekretaris dan anggota
MPKU/MK diselenggarakan oleh Persyarikatan
setingkat sesuai dengan tatacara yang ditetapkan
dalam Musyawarah Daerah (Musyda)/Musyawarah
Cabang Persyarikatan (PDM/PDA/PCM/PCA);
3. Dalam hal terjadi kekosongan jabatan ketua
ditengah suatu masa kepengurusan, maka
diambil alih oleh wakil ketua untuk sisa masa
jabatan hingga periode berakhir.
Pasal 36
Hak Penyelenggara
1. Atas nama Pimpinan Pusat Muhammadiyah,
menguasai semua aset amal usaha Muham
madiyah/‘Aisyiyah di bidang Kesehatan bergerak
dan tidak bergerak;
2. Mengusulkan calon pengelola (direksi) lebih
dari satu orang kepada Persyarikatan setingkat;
3. Bersama dengan pendiri melaksanakan uji ke
patutan dan kelayakan calon wakil direktur;
4. Mengesahkan struktur organisasi dan tata kerja
serta peraturan kekaryawanan yang diusulkan
oleh pengelola;
5. Meminta laporan pertanggung jawaban pe
ngelola rumah sakit secara periodik (minimal
tiga kali dalam setahun sekali) dan pada akhir
masa jabatan;
6. Memperoleh dana pengembangan dakwah
sesuai ketentuan yang berlaku.
Pasal 37
Kewajiban Penyelenggara
1. Menjabarkan pelaksanaan kebijakan mana
jemen dan tata kerja yang digariskan oleh
pendiri rumah sakit;
2. Menjabarkan visi, misi dan tujuan rumah sakit
secara spesifik dengan mengacu pada visi, misi,
dan tujuan Persyarikatan Muhammadiyah;
3. Membina dan mengawasi pengelola rumah sakit;
4. Membantu pendiri dalam usaha pencarian dana
untuk investasi dan pengembangan rumah sakit;
5. Membantu pengelola dalam pengadaan tenaga
profesional;
6. Memberikan laporan kepada pendiri dan
pemilik dari wilayah sampai pusat.
Pasal 38
Wewenang dan Tanggungjawab Penyelenggara
1. Melaksanakan pembinaan dan pengawasan
atas pengelolaan RSM/RSA Jawa Timur yang
dilaksanakan oleh direksi;
2. Mengevaluasi dan mengendalikan rencana
Pasal 39
Tugas dan Wewenang Ketua Penyelenggara
1. Memimpin, membina, mengkoordinasikan,
Pasal 40
Tugas dan Wewenang Wakil Ketua Penyelenggara
1. Tugas wakil ketua adalah :
a. Membantu Ketua dalam hal melaksanakan
tugas-tugasnya;
b. Mewakili ketua dalam hal ketua tidak hadir
atau berhalangan;
c. Melaksanakan tugas lain yang ditetapkan
oleh ketua MPKU/MK;
Pasal 41
Rapat Rutin
1. Rapat Rutin intern penyelenggara:
a. Rapat rutin intern MPKU/MK dilaksana
kan paling sedikit 1 (satu) minggu sekali
dengan interval yang tetap, pada waktu dan
tempat yang telah ditetapkan oleh ketua
penyelenggara;
b. MPKU/MK menyampaikan undangan ke
pada peserta rapat paling lambat 3 (tiga)
hari sebelum rapat tersebut dilaksanakan;
c. Setiap undangan rapat yang disampaikan
oleh ketua sebagaimana diatur dalam butir
di atas harus melampirkan:
a). Satu salinan agenda dan atau;
b). Satu salinan risalah rapat rutin yang lalu.
2. Rapat koordinasi dengan direksi dilaksanakan
sekurang-kurangnya 1 (satu) bulan sekali de
Pasal 42
Rapat Khusus
1. MPKU/MK mengundang rapat khusus dalam hal:
a. Diperintahkan oleh ketua atau;
b. Permintaan yang diajukan oleh paling se
dikit tiga anggota MPKU/MK dalam waktu
dua puluh empat jam sebelumnya;
2. Undangan rapat khusus harus disampaikan ke
pada peserta rapat paling lambat dua puluh
empat jam sebelum rapat tersebut diseleng
garakan;
3. Undangan rapat khusus harus mencantumkan
tujuan pertemuan secara spesifik.
Pasal 43
Rapat Tahunan
1. Rapat tahunan diselenggarakan sekali dalam
satu tahun kalender;
2. Rapat tahunan MPKU/MK membahas mate
Pasal 44
Undangan Rapat
Setiap rapat MPKU/MK dinyatakan sah hanya bila
undangan telah disampaikan secara pantas, kecuali
seluruh anggota MPKU/MK yang berhak memberikan
suara menolak undangan tersebut.
Pasal 45
Peserta Rapat
1. Setiap rapat intern MPKU/MK diharapkan
dihadiri oleh seluruh anggota MPKU/MK;
Pasal 46
Pejabat Ketua
Dalam hal ketua dan wakil ketua berhalangan hadir
dalam suatu rapat, maka dalam hal kuorum telah
tercapai, anggota penyelenggara memilih pejabat
ketua untuk memimpin rapat.
Pasal 47
Kuorum
1. Rapat MPKU/MK hanya dapat dilaksanakan bila
kuorum tercapai;
Pasal 48
Risalah Rapat
1. Penyelenggaraan setiap risalah rapat MPKU/MK
menjadi tanggung jawab sekretaris MPKU/MK;
2. Risalah rapat MPKU/MK harus disahkan dalam
rapat berikutnya dan segala putusan dalam risalah
rapat tersebut tidak boleh disahkan sebelum
disahkan dalam rapat berikutnya.
Pasal 49
Pengambilan Putusan Rapat
Kecuali diatur dalam corporate bylaws ini, maka:
Pasal 50
Pembatalan Putusan Rapat
1. MPKU/MK dapat merubah atau membatal
kan setiap keputusan yang diambil pada rapat
rutin atau rapat khusus sebelumnya, dengan
syarat bahwa usul perubahan atau pembatalan
BAB XIII
DIREKSI RUMAH SAKIT
Pasal 51
Komposisi
1. Pengelola RSM/RSA Jawa Timur adalah direksi
atau direktur rumah sakit sebagai pimpinan
tertinggi dalam pengelolaan rumah sakit yang
dalam pelaksanaannya dengan dibantu oleh
jajaran pejabat struktural dan fungsional;
2. Direksi RSM/RSA Jawa Timur terdiri direktur di
bantu oleh satu atau lebih wakil direktur sesuai
dengan kebutuhan.
Pasal 52
Persyaratan
1. Persyaratan Direktur :
a. Warga Negara Indonesia yang beragama
Islam;
b. Usia maksimal 60 tahun pada waktu peng
angkatan pertama;
c. Berakhlaq baik;
d. Sehat jasmani dan rohani;
e. Anggota muhammadiyah aktif;
f. Mempunyai komitmen pada misi Muham
madiyah;
g. Mempunyai sifat kepemimpinan yang Islami;
h. Apabila calon dari luar RS, telah berpe
ngalaman memimpin RS atau institusi
kesehatan lain;
i. Apabila calon dari RS, telah berpengalaman
menjadi pejabat struktural satu tingkat di
bawah direksi minimal 4 (empat) tahun;
j. Tidak rangkap jabatan di luar amal usaha
Muhammadiyah/’Aisyiyah;
k. Mampu mengoperasikan komputer, mini
Pasal 53
Kompetensi Direksi
1. Kompetensi (kemampuan) direksi RSM/
RSA Jawa Timur meliputi kompetensi da
sar, kompetensi bidang, kompetensi khu
sus (kualitas personal dan latar belakang
pendidikan);
2. Rincian dari kompetensi direksi diatur dalam
Peraturan Direksi RS Muhamamdiyah/‘Aisyiyah
Jawa Timur.
Pasal 54
Prosedur Perekrutan dan Test Kepatutan Kelayakan
Calon Direksi
1. Prosedur perekrutan calon direktur dan wakil
direktur mekanismenya dibedakan antara rumah
sakit yang didirikan di tingkat cabang dengan RS
yang didirikan di tingkat daerah;
2. Test kepatutan dan kelayakan calon direktur dan
wakil direktur mekanismenya dibedakan antara
rumah sakit yang didirikan di tingkat cabang
dengan RS yang didirikan di tingkat daerah;
Pasal 55
Kewajiban Direksi
1. Memimpin pelaksanaan seluruh kegiatan penye
lenggaraan dan pengelolaan rumah sakit serta
pembinaan keislaman dan kemuhammadiyahan
kepada seluruh karyawan;
2. Menjabarkan pelaksanaan visi dan misi rumah
sakit dan nilai kemuhammadiyahan secara ope
rasional dalam bentuk program dan kegiatan
penyelenggaraan dan pengelolaan rumah sakit;
3. Mendayagunakan seluruh aset rumah sakit
secara efektif dan efisien;
4. Bersama penyelenggara menyusun rencana
induk (master plan) dan rencana strategis rumah
sakit;
5. Mengusulkan struktur organisasi rumah sakit
beserta uraian tugasnya kepada penyelenggara;
6. Mengusulkan program kerja dan rencana ang
Pasal 56
Hak Direksi
1. Mendapatkan imbalan jasa, fasilitas kerja dan hak
lainnya sesuai dengan ketentuan yang berlaku;
2. Memperoleh perlindungan dan bantuan hukum.
Pasal 57
Wewenang Direksi
1. Mengangkat dan memberhentikan pejabat
struktural dibawah direksi sesuai dengan
struktur organisasi rumah sakit yang berlaku dan
atas persetujuan penyelenggara;
2. Mengusulkan nama calon-calon wakil direktur
yang jumlahnya sesuai dengan kebutuhan atau
struktur organisasi rumah sakit yang berlaku;
3. Mengusulkan peraturan kekaryawanan rumah
sakit kepada penyelenggara;
4. Mengangkat dan memberhentikan karyawan
atas persetujuan penyelenggara;
5. Memberi sanksi kepada karyawan yang me
langgar disiplin sesuai dengan peraturan yang
berlaku;
6. Mejalin kerjasama/kemitraan strategis dengan
pihak lain atas dasar saling menguntungkan dengan
persetujuan penyelenggara.
Pasal 58
Masa Jabatan Direksi
1. Masa jabatan atau masa bakti direksi RSM/A
Jawa Timur adalah 4 (empat) tahun.
2. Periode jabatan Direksi maksimal untuk 2 (dua)
kali masa jabatan berturut-turut,
3. Bila karena kebutuhan, direksi RSM/A Jawa
Timur dapat diangkat kembali untuk 1 (satu)
kali masa bakti setelah mendapat persetujuan
Pimpinan Pusat Muhammadiyah atau Pimpinan
Pusat ‘Aisyiyah.
Pasal 59
Pemberhentian Direksi
1. Pemberhentian dapat dilakukan sendiri-sendiri
(masing-masing direksi) atau bersamaan;
2. Pemberhentian direksi bisa dilaksanakan pada akhir
masa bakti atau sebelum masa baktinya berakhir;
3. Direksi dapat diberhentikan dari jabatannya
sebelum masa baktinya selesai apabila :
a. Melakukan pelanggaran berat atau tindakan
asusila;
BAB XIV
PELAKSANA RUMAH SAKIT
Pasal 60
Pelaksana
1. Pelaksana rumah sakit adalah seluruh karyawan
yang bekerja di rumah sakit termasuk staf medis
fungsional dan para profesional yang bekerja di
rumah sakit baik yang bekerja secara purna waktu
maupun paruh waktu;
2. Pelaksana diangkat dan diberhentikan se
suai ketetapan direktur rumah sakit untuk
melaksanakan kegiatan operasional dan layanan
di rumah sakit dengan tugas, wewenang dan
tanggung jawab sesuai dengan peraturan rumah
sakit yang berlaku;
3. Hak, kewajiban dan hal lain yang terkait dengan
pelaksana (karyawan) diatur dalam peraturan
kekaryawanan RS.
BAB XV
TUJUAN
Pasal 61
Mengatur tata kelola klinis (good clinical governance)
yang baik agar mutu pelayanan medis dan keselamatan
pasien di rumah sakit lebih terjamin dan terlindungi serta
mengatur penyelenggaraan komite medis di setiap rumah
sakit dalam rangka peningkatan profesional staf medis.
BAB XVI
KEWENANGAN KLINIS (CLINICAL PRIVILEGE)
Pasal 62
Pemberian Kewenangan Klinis
1. Staf medis dapat melakukan pelayanan medis
dan prosedur klinis lainnya di RSM/RSA setelah
mendapat penetapan kewenangan klinis (clinical
privilege);
Pasal 63
Berakhirnya Kewenangan Klinis
1. Surat penugasan (clinical appoinment) staf
medis habis sesuai masa berlakunya;
2. Kewenangan klinis (clinical privilege) staf medis
dicabut oleh direktur rumah sakit apabila :
a. Dinyatakan tidak kompeten oleh komite
medis untuk melakukan pelayanan dan
prosedur medis tertentu;
b. Melakukan kecelakaan medis karena inkom
petensi dan malpraktek;
c. Kondisi fisik dan atau mental staf medis
yang bersangkutan tidak mampu lagi mela
kukan tindakan medis secara menetap;
d. Diberhentikan oleh direktur karena melang
gar peraturan rumah sakit yang berlaku;
e. Mengundurkan diri sebagai staf medis
rumah sakit ;
f. Meninggal dunia.
BAB XVII
PENUGASAN KLINIS (CLINICAL APPOINTMENT)
Pasal 64
1. Surat penugasan (clinical appointment) hanya
dapat diterbitkan direktur berdasar rekomendasi
komite medis;
2. Dalam kondisi tertentu direktur RS dapat me
nerbitkan surat penugasan sementara (Tem
porary Clinical Appointment) untuk staf medis
yang diperlukan sementara oleh rumah sakit;
3. Direktur rumah sakit dapat mengubah, mem
bekukan atau mengakhir penugasan klinis seorang
staf medis berdasarkan pertimbangan komite
medis atau alasan tertentu;
4. Mekanisme penugasan klinis ini merupakan
salah satu instrumen utama tata kelola klinis
(clinical governance) yang baik.
BAB XVIII
KOMITE MEDIS
Pasal 65
Umum
1. Komite medis dibentuk dengan tujuan untuk
menyelenggarakan tata kelola klinis (clinical
governance) yang baik agar mutu pelayanan
medis dan keselamatan pasien lebih terjamin
dan terlindungi;
2. Komite medis merupakan suatu wadah non struk
tural yang dibentuk di rumah sakit oleh direktur;
3. Komite medik sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) bukan merupakan wadah perwakilan dari
staf medis.
Pasal 66
Susunan Organisasi dan Kepengurusan
1. Komite medis dibentuk oleh direktur rumah
sakit dengan susunan organisasi sekurang-
kurangnya terdiri dari :
a. Ketua;
b. Sekretaris ; dan
c. Subkomite
Pasal 67
Keanggotaan
1. Anggota komite medis terbagi ke dalam sub
komite;
2. Subkomite sebagaimana dimaksd pada ayat (1)
terdiri dari :
a. Subkomite kredensial yang bertugas
menapis profesionalisme staf medis
b. Subkomite mutu profesi yag bertugas
mempertahankan kompetensi dan
profesionalisme staf medis; dan
c. Subkomite etika dan disiplin profesi
yang bertugas menjaga disiplin, etika
dan perilaku profesi staf medis.
Pasal 68
Tugas dan Fungsi
1. Komite medis mempunyai tugas meningkatkan
profesionalisme staf medis yang bekerja di
rumah sakit dengan cara :
a. Melakukan kredesial bagi seluruh staf medis
yang akan melakukan pelayanan medis di
rumah sakit;
b. Memelihara mutu profesi staf medis;
c. Menjaga disiplin, etika, dan perilaku profesi
staf medis;
d. Melakukan koordinasi dengan unit terkait dalam
melaksanakan pemantauan dan pembinaan
pelaksanaan tugas kelompok staf medis;
e. Memberikan laporan kegiatan kepada
direktur;
2. Dalam melaksanakan tugas kredensial, komite
medis memiliki fungsi sebagai berikut :
a. Penyusunan dan pengkompilasian daftar
kewenangan klinis sesuai dengan masukan
dari kelompok staf medis berdasarkan
norma keprofesian yang berlaku;
Pasal 69
Wewenang
Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, komite
medis berwenang:
1. Memberikan rekomendasi rincian kewenangan
klinis (delination of clinical privilege);
2. Memberikan rekomendasi surat penugasan
klinis (clinical appointment);
3. Memberikan rekomendasi penolakan kewenangn
klinis (clinical privilege) tertentu;
4. Memberikan rekomendasi perubahan/modifi
kasi kewenangan klinis (delination of clinical pri
vilege);
5. Memberikan rekomendasi tindak lanjut audit
medis;
6. Memberikan rekomendasi pendidikan kedokte
ran berkelanjutan;
7. Memberikan rekomendasi pedampingan (proc
toring); dan
Pasal 70
Hubungan Komite Medis dengan Direktur RS
1. Direktur rumah sakit menetapkan kebijakan, pro
sedur dan sumber daya yang diperlukan untuk
menjalankan tugas dan fungsi komite medis;
2. Komite medis bertanggung jawab kepada direk
tur rumah sakit.
Pasal 71
Panita Adhoc
1. Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya komit
medis dapat dibantu oleh panitia adhoc;
2. Panitia adhoc sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) ditetapkan oleh direktur RS berdasarkan
usulan ketua komite medis;
3. Panitia adhoc sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) berasal dari staf medis yang tergolong
sebagai mitra bestari;
4. Staf medis yang tergolong sebagai mitra bestari
Pasal 72
Pembinaan dan Pengawasan
1. Pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan
komite medis dilakukan oleh Menteri, badan pe
ngawas RS, penyelenggara RSM/RSA Jawa Timur,
kepala dinas kesehatan Jawa Timur, kepala dinas
kesehatan daerah setempat dan perhimpunan/
asosiasi perumahsakitan dengan melibatkan per
himpunan atau kolegium profesi yang terkait sesuai
dengan tugas dan fungsinya masing-masing;
2. Pembinaan dan pengawasan sebagaimana
dimaksud dalam ayat 1 (satu) diarahkan untuk
meningkatkan kinerja komite medis dalam
rangka menjamin mutu pelayanan medis dan
keselamatan pasien di rumah sakit;
3. Pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimak
sud dalam ayat 1 (satu) dilaksanakan melalui:
BAB XIX
Rapat Komite Medis
Pasal 73
1. Rapat komite medis terdiri dari rapat rutin, rapat
khusus dan rapat pleno;
2. Setiap rapat komite medis dinyatakan sah hanya
bila undangan telah disampaikan secara pantas,
kecuali seluruh anggota komite medis yang
berhak memberikan suara menolak undangan
tersebut.
Pasal 74
Rapat Rutin
1. Komite medis menyelenggarakan rapat rutin
satu bulan sekali pada waktu dan tempat yang
ditetapkan oleh ketua komite medis;
2. Rapat rutin untuk membahas permasalahan ru
tin dan berdampak terbatas;
3. Sekretaris komite medis menyampaikan pembe
ritahuan rapat rutin beserta agenda rapat
kepada anggota yang berhak hadir paling lambat
lima hari sebelum rapat tersebut dilaksanakan;
4. Rapat rutin dihadir oleh pengurus komite medis,
bila perlu Ketua dapat mengundang pihak lain;
5. Setiap undangan rapat yang disampaikan oleh
sekretaris komite medis sebagaimana diatur
dalam ayat (2) harus melampirkan :
a. Satu salianan agenda rapat;
b. Satu salinan risalah rapat rutin yang
lalu; dan
c. Satu salinan rapat khusus yang lalu.
Pasal 75
Rapat Khusus
1. Rapat khusus komite medis diadakan setiap saat
kalau ada permasalahan yang dianggap sangat
penting;
2. Sekretaris komite medis menyelenggarakan
rapat khusus dalam waktu dua hari setelah di
terimanya permintaan tertulis rapat yang di
tandatangani seperempat dari jumlah anggota
komite medis yang behak untuk hadir dan mem
berikan suara dalam rapat tersebut;
3. Sekretaris komite medis menyampaikan pem_
beritahuan rapat khusus beserta agenda rapat
kepada anggota yang berhak hadir paling lambat
dua hari sebelum rapat tersebut dilaksanakan;
4. Pemberitahuan rapat khusus akan menyebutkan
secara spesifik hal-hal yang akan dibicarakan
dalam rapat tersebut, dan rapat hanya akan
membicarakan hal-hal yang tercantum dalam
pemberitahuan tersebut.
Pasal 76
Rapat Pleno
1. Rapat Pleno komite medis diselenggarakan tiga
blan sekali untuk membahas permasalahan
yang berdampak luas;
2. Rapar pleno dihadiri oleh seluruh staf medis ru
mah sakit;
3. Agenda rapat pleno paling tidak memuat la
poran kegiatan yang telah dilaksanakan komi
te medis, rencana kegiatan yang akan dilaksa
nakan komite medis, dan agenda lainnya yang
ditetapkan oleh komite medis;
4. Sekretaris komite medis menyampaikan pem
beritahuan rapat pleno beserta agenda rapat
kepada anggota yang berhak hadir paling lam
bat empat belas hari sebelum rapat tersebut
dilaksanakan.
Pasal 77
Kuorum
1. Kuorum tercapai bila rapat dihadiri oleh paling
sedikit setengah dari jumlah pengurus komite
Pasal 78
Pengambilan Putusan Rapat
Kecuali telah diatur dalam peraturan internal/statute
ini, maka:
1. Pengambilan putusan rapat diupayakan melalui
musyawarah dan mufakat;
2. Dalam hal tidak tercapai mufakat, maka putusan
rapat diambil melalui pemungutan suara berda
sarkan suara terbanyak dari anggota yang hadir;
3. Dalam hal jumlah suara yang diperoleh adalah sa
ma maka ketua berwenang membuat keputusan
hasil rapat.
Pasal 79
Tata Tertib Rapat
1. Setiap rapat komite medis berhak dihadiri oleh
seluruh pengurus komite medis;
Pasal 80
Notulen Rapat
1. Setiap rapat harus dbuat notulen rapat;
2. Semua notulen rapat komite medis dicatat oleh
sekretaris komite medis atau penggantinya
yang ditunjuk;
3. Notulen akan diedarkan kepada semua peser
ta rapat yang berhak hadir sebelum rapat be
rikutnya;
BAB XX
STAF MEDIS
Pasal
Umum
1. Staf medis yang boleh memberikan pelayanan medis
dan prosedur klinis di RSM/RSA adalah staf medis
yang dinyatakan lolos dalam proses kredensial atau
rekredensial dan sudah mendapat surat penugasan
(clinical appointment) dari direktur RS sesuai
kewenangan klinis yang telah ditetapkan;
Pasal 82
Kebutuhan Staf Medis Rumah Sakit
1. Permohonan untuk menjadi staf medis RSM/
RSA akan dievaluasi, dan dapat dikabulkan atau
ditolak, sejalan dengan rencana pengembangan,
kebutuhan rumah sakit dan kemampuan rumah
sakit yang melibatkan komite medis;
2. Direktur rumah sakit akan menerbitkan perjan
jian hubungan kerja dengan staf medis setelah
diterbitkan surat penugasan.
Pasal 83
Kewajiban Staf Medis Kepada Pasien
Dalam melaksanakan pelayanan, staf medis fung
sional mempunyai kewajiban terhadap pasien yang
BAB XXI
SUBKOMITE KREDENSIAL
Pasal 84
Tujuan
1. Tujuan umum: untuk melindungi keselamatan pa
sien dengan memastikan bahwa staf medis yang
akan melakukan pelayanan di RSM/RSA kredibel;
2. Tujuan khusus :
a. Mendapatkan dan memastikan staf me
dis yang profesional dan akuntabel bagi
pelayanan di RS;
b. Tersusunnya jenis-jenis kewenangan klinis
(clinical privilege) bagi setiap staf medis
yang melakukan pelayanan medis di RS;
c. Dasar bagi direktur RS untuk menerbitkan
penugasan klinis (clinical appointment)
bagi staf medis untuk melakukan pela
Pasal 85
Tugas dan Tanggungjawab
1. Subkomite kredensial bertanggung jawab untuk
melaksanakan kredensial dan rekredensial staf
medis di rumah sakit yang dilaksanakan dengan
semangat keterbukaan, adil, obyektif, sesuai
dengan prosedur dan terdokumentasi;
2. Menyiapkan berbagai instrumen kredesial, an
tara lain: kebijakan RS tentang kredensial, kewe
nangan klinis, pedoman pengisian kompetensi
klinis dan formulir yang diperlukan untuk diaju
kan dan disahkan oleh direktur;
3. Melalui ketua komite medis, menerbitkan reko
mendasi lingkup kewenangan klinis seorang staf
medis kepada direktur;
4. Bila diperlukan memberikan rekomendasi kepa
da komite medis untuk menyusun tim mitra
bestari guna membantu proses kredensial.
Pasal 86
Pedoman Pengorganisasian / Keanggotaan
1. Anggota subkomite kredensial sekurang-kurang
nya 3 (tiga) orang staf medis yang memiliki surat
penugasan klinis dan berasal dari berbagai di
siplin ilmu yang berbeda;
2. Pengorganisasian subkomite kredensial sekurang-
kurangnya terdiri dari ketua, sekretaris dan ang
gota yang ditetapkan oleh dan bertanggung
jawab kepada Ketua komite medis.
Pasal 87
Mekanisme Kredensial dan Pemberian
Kewenangan Klinis
Tahapan pemberian kewenangan klinis adalah seba
gai berikut:
1. Staf medis mengajukan permohonan kewena
ngan klinis kepada direktur RS dengan mengisi
formulir daftar rincian kewenangan klinis yang
telah disediakan oleh RS dengan dilengkapi ba
han-bahan pendukung;
2. Berkas permohonan staf medis yag telah lengkap
BAB XXII
SUBKOMITE MUTU PROFESI
Pasal 88
Tujuan
1. Memberikan perlindungan terhadap pasien agar
senantiasa ditangani oleh staf medis yang ber
mutu, kompeten, etis dan profesional;
2. Memberikan asas keadilan bagi staf medis un
tuk memperoleh kesempatan memelihara kom
petensi (maintening competence) dari kewe
nangan klinis (clinical privilege);
3. Mencegah kejadian yang tidak diharapkan (me
dical mishaps);
4. Memastikan kualitas dari asuhan medis yang
diberikan oleh staf medis melalui upaya pem
berdayaan, ebalasi kinerja profesi yang ber
kesinambungan, maupun evaluasi kinerja medis
yang terfokus.
Pasal 89
Tugas dan Tanggungjawab
1. Subkomite mutu profesi berperan dalam menjaga
mutu profesi medis yang bekerja di rumah sakit;
2. Menyusun penatalaksanaan asuhan medis dan
panduan praktek klinik di rumah sakit
3. Memantau kualitas/mutu pelayanan medis se
cara berkala dengan melaksanakan audit medis
dan kegiatan lainnya seperti laporan berkala,
kasus sulit, ronde ruangan, kasus kematian
(death case);
4. Menentukan kegiatan-kegiatan ilmiah yang
dapat diikuti oleh masing-masing staf medis
setiap tahun dan tidak mengurangi hari cuti
tahunannya;
5. Memberikan persetujuan terhadap permintaan
staf medis kepada direktur;
6. Menfasilitasi proses pendampingan (proctoring)
bagi staf medis yang membutuhkan;
7. Menindaklanjuti temuan terkait dengan kualitas
pelayanan medis, misalnya pelatihan singkat
(short course), aktivitas pendidikan berkelanjutan,
Pasal 90
Pedoman Pengorganisasian /Keanggotaan
1. Anggota subkomite mutu profesi sekurang-
kurangnya 3 (tiga) orang staf medis yang memiliki
surat penugasan klinis dan berasal dari berbagai
disiplin ilmu yang berbeda;
2. Pengorganisasian subkomite mutu profesi se
kurang-kurangnya terdiri dari ketua, sekretaris
dan anggota yang ditetapkan oleh dan bertang
gungjawab kepada Ketua komite medis.
BAB XXIII
SUBKOMITE ETIKA DAN DISIPLIN PROFESI
Pasal 91
Tujuan
Tujuan pembentukan subkomite etika dan disiplin
profesi adalah:
1. Melindungi pasien dari pelayanan staf medis
yang tidak memenuhi syarat (unqualified) dan
tidak layak (unfit/unproper) untuk melakukan
asuhan klinlis (clinical care);
2. Memelihara dan meningkatkan mutu profesiona
lisme staf medis di rumah sakit.
Pasal 92
Tugas dan Tanggungjawab
1. Menyusun program pembinaan profesionalisme
kedokteran staf medis di lingkungan rumah sakit;
2. Mengupayakan pendisiplinan berperilaku pro
fesional staf medis di lingkungan rumah sakit
berdasarkan peraturan internal RS, peraturan in
ternal staf medis, etik RS, norma etika medis dan
Pasal 93
Pedoman Pengorganisasian/Keanggotaan
1. Anggota subkomite etika dan disiplin profesi se
kurang-kurangnya 3 (tiga) orang staf medis yang
memiliki surat penugasan klinis dan berasal dari
berbagai disiplin ilmu yang berbeda;
2. Pengorganisasian subkomite etika dan disiplin
profesi sekurang-kurangnya terdiri dari ketua,
sekretaris dan anggota yang ditetapkan oleh dan
bertanggung jawab kepada ketua komite medis
3. Bila diperlukan sub komite etika dan disiplin
profesi dapat membentuk sebuah panel yang
jumlahnya minimal 3 orang dalam jumlah ganjil
Pasal 94
Tolok Ukur Pendisiplinan Perilaku Profesional Staf
Medis
Tolok ukur dalam upaya pendisiplinan perilaku profe
sional staf medis meliputi:
1. Pedoman pelayanan kedokteran di rumah sakit;
2. Prosedur kerja pelayanan di rumah sakit;
3. Daftar kewenangan klinis di rumah sakit;
4. Pedoman syarat-syarat kualifikasi untuk melakukan
pelayanan medis (white paper) di rumah sakit;
5. Kode etik kedokteran Indonesia;
6. Pedoman perilaku profesional kedokteran (buku
penyelenggaraan praktik kedokteran yang baik);
Pasal 95
Upaya Pendisiplinann Perilaku
Profesional Staf Medis
Mekanisme pemeriksaan pada upaya pendisiplinan
perilaku professional adalah sebagai berikut:
1. Melakukan verifikasi sumber laporan, ada 2
macam yaitu:
a. Notifikasi (laporan) yang berasal dari
perorangan, antara lain:
i. Manajemen rumah sakit ;
ii. Staf medis lain;
iii. Tenaga kesehatan lain atau te
naga non kesehatan;
iv. Pasien atau keluarga pasien.
b. Notifikasi (lapoan) yang berasal dari
non perorangan, antara lain :
i. Hasil konferensi kasus kematian
(dead case)
ii. Hasil konferensi klinis
2. Menentukan dasar dugaan pelanggaran disi
plin profesi. Keadaan dan situasi yang dapat
digunakan sebagai dasar dugaan pelanggaran
disiplin profesi oleh seorang staf media adalah
hal-hal yang menyangkut, antara lain:
a. Kompetensi klinis;
b. Penatalaksanaan disiplin profesi;
c. Pelanggaran disiplin profesi;
d. Penggunaan obat dan alat kesehatan
yang tidak sesuai dengan standar pe
layanan di RS;
e. Ketidakmampuan bekerjasama dengan
staf rumah sakit yang dapat membaha
yakan pasien.
3. Melakukan pemeriksaan yang meliputi:
a. Pemeriksaan oleh panel pendisiplinan
profesi;
b. Melalui proses pembuktian;
c. Dicatat oleh petugas sekretariat komite
medis;
BAB XXIV
PERATURAN PELAKSANAAN TATA KELOLA KLINIS
RUMAH SAKIT
Pasal 96
Untuk melaksanakan tata kelola klinis (clinical go
vernance) diperlukan aturan-aturan profesi bagi staf
medis antara lain adalah:
1. Pemberian pelayanan medis dengan standar
profesi, standar pelayanan, dan standar prosedur
operasional serta kebutuhan medis pasien;
2. Kewajiban melakukan konsultasi dan / atau
merujuk pasien kepada dokter, dokter spesialis,
dokter gigi, atau dokter gigi spesialis lain dengan
disiplin yang sesuai;
3. Kewajiban melakukan pemeriksaan patologi
anatomi terhadap semua jaringan yang dikeluar
kan dari tubuh dengan pengecualiannya;
4. Kewajiban membuat rekam medis dan segera
melengkapi rekam medis dalam setiap mem
berikan pelayanan medis, termasuk memperoleh
persetujan tindakan (inform consent) dari pasien
BAB XXV
TATA CARA REVIEW DAN PERBAIKAN PERATURAN
INTERNAL RUMAH SAKIT
Pasal 97
1. Perubahan peraturan internal (hospital bylaws)
RSM/RSA Jawa Timur dilakukan melalui rapat
khusus oleh pihak-pihak pendiri, penyelenggara,
pengelola yang dalam hal ini adalah direktur/
direksi rumah sakit dan komite medis;
2. Perubahan peraturan internal ini dilakukan semata-
mata untuk memantapkan dan mengkonsolidasikan
hubungan antara pihak pendiri, penyelenggara, pihak
pengelola dan staf medis di RSM/RSA Jawa Timur
sesuai dengan fungsi, wewenang dan tanggungjawab
masing-masing pihak.
BAB XXVI
PENUTUP
Pasal 98
Aturan Peralihan
1. Peraturan internal (hospital bylaws) ini dinyatakan
berlaku terhitung mulai tanggal ………………. 2013;
2. Peraturan internal (hospital bylaws) RSM/RSA
Jawa Timur yang ditetapkan sebelum tanggal
berlakunya peraturan internal ini dinyatakan
tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan
dengan peraturan internal ini.
Pasal 99
Aturan Tambahan
1. Usulan untuk merubah peraturan internal
ini hanya dapat dilaksanakan bila ada pem
beritahuan tertulis untuk maksud tersebut telah
disampaikan kepada pendiri dan penyelenggara
paling lambat 3 (tiga) minggu sebelumnya,
2. Peraturan internal ini diupayakan agar dapat dilihat dan
diketahui oleh pihak-pihak yang berkepentingan.