Anda di halaman 1dari 147

FAKTOR RISIKO ASFIKSIA NEONATORUM DI RUMAH

SAKIT UMUM (RSU) ANUTAPURA PALU


TAHUN 2016

SKRIPSI
Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
gelar sarjana kesehatan masyarakat (S.KM)

NI LUH FIDRIANA
N 201 13 023

PEMINATAN EPIDEMIOLOGI
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2017

1
FAKTOR RISIKO ASFIKSIA NEONATORUM DI RUMAH
SAKIT UMUM (RSU) ANUTAPURA PALU
TAHUN 2016

SKRIPSI

NI LUH FIDRIANA
N 201 13 023

PEMINATAN EPIDEMIOLOGI
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2017

2
PERNYATAAN PERSETUJUAN UJIAN SKRIPSI

Judul : Faktor Risiko Asfiksia Neonatorum di Rumah Sakit Umum

(RSU) Anutapura Palu Tahun 2016.

Nama : Ni Luh Fidriana

Stambuk : N 201 13 023

Skripsi ini telah dipertahankan pada ujian skripsi pada tanggal 25 Oktober 2017

dan disetujui untuk diperbanyak sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan

gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (S.KM) pada Fakultas Kesehatan

Masyarakat.

Palu, 14 November 2017

Mengetahui,
Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

(Adhar Arifuddin, S.KM., M.Kes) (Muh. Jusman Rau, S.KM., M.Kes)


NIP. 198211092009121006 NIP. 198212032009121004

Mengetahui,
Program Studi Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Tadulako
Ketua,

(Muh. Ryman Napirah, S.KM., M.Kes)


NIP. 198712092012121002

3
PENGESAHAN TIM PENGUJI

Judul : Faktor Risiko Asfiksia Neonatorum di Rumah Sakit Umum

(RSU) Anutapura Palu Tahun 2016.

Nama : Ni Luh Fidriana

Stambuk : N 201 13 023

Skripsi ini telah dipertahankan di depan Tim Penguji Skripsi Fakultas Kesehatan

Masyarakat pada tanggal 25 Oktober 2017.

Ketua : Adhar Arifuddin, S.KM., M.Kes (....................................)

Sekretaris : Muh. Jusman Rau, S.KM., M.Kes (.....................................)

Anggota : Herman Kurniawan, S.KM., M.Med.Ed (......................................)

Herawanto, S.KM., M.Kes (.....................................)

Pitriani, S.KM., M.Kes (.....................................)

Mengetahui,
Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat

(Dr. Nurdin Rahman, M.Si., M.Kes)


NIP. 1967030419930311002

4
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tugas akhir ini tidak terdapat karya
yang penuh diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan
Tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat
yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis
diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Palu, 14 November 2017


Penulis,

NI LUH FIDRIANA
N 201 13 023

5
ABSTRAK

NI LUH FIDRIANA. Faktor Risiko Asfiksia Neonatorum di RSU Anutapura


Palu Tahun 2016 (dibawah bimbingan Adhar Arifuddin dan Muh. Jusman Rau).

Peminatan Epidemiologi
Program Studi Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Tadulako

Asfiksia neonatorum merupakan keadaan dimana bayi yang baru


dilahirkan tidak segera bernafas secara spontan dan teratur setelah dilahirkan.
Asfiksia menyebabkan kematian neonatus 8-35% di negara maju, sedangkan di
negara berkembang 31-56,5%. Data Dinkes Kota Palu tahun 2015 bahwa
penyebab kematian neonatal dikarenakan asfiksia sebanyak 15,38%. Data rekam
medik RSU Anutapura Palu, menunjukkan bahwa angka asfiksia neonatorum
pada tahun 2014-2016 mengalami penurunan tetapi masih menjadi penyebab
kematian neonatal. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor risiko asfiksia
neonatorum di RSU Anutapura Palu Tahun 2016. Penelitian ini bersifat
observasional analitik dengan pendekatan case control. Subjek kasus adalah bayi
lahir dengan asfiksia dan kelompok kontrol adalah bayi yang tidak mengalami
asfiksia. Sampel kasus sebanyak 125 dan kontrol 125 dengan matching
gravidarium. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik Systematic Random
Sampling. Sumber data menggunakan data sekunder yaitu rekam medik 2016.
Analisis data menggunakan uji odd ratio, hasil penelitian menunjukkan bahwa
anemia (OR=4.676 dan CI=2.510-8.714), partus lama (OR=3.703 dan CI=2.510-
6.379) dan ketuban pecah dini (OR=3.409 dan CI=2.025-5.738) merupakan faktor
risiko asfiksia neonatorum di RSU Anutapura Palu Tahun 2016. Untuk
menanggulangi kejadian asfiksia sebaiknya pihak puskesmas memaksimalkan
sosialisasi kepada ibu hamil dan keluarga untuk memberikan dukungan, terutama
pada 1000 Hari Pertama Kehidupan.

Kata Kunci : Asfiksia, Anemia, Partus Lama, KPD

6
ABSTRACT

NI LUH FIDRIANA. The risk factors of asphyxia neonatorum in Anutapura


Hospital in Palu in year of 2016 (it was under supervision of Adhar Arifuddin and
Muh. Jusman Rau)

Epidemiology Specialization
Public Health Study Program
Public Health Faculty
Tadulako University

Asphyxia neonatorum is the condition when the babies just were born is
not breathing spontaneously and regularly after they were born. Asphyxia causes
neonates mortality in 8-35% in developed countries. While in developing
countries there is 31-56.5% of mortality. Data of Health department of Palu in
2015, it shows that neonatal mortality caused by asphyxia is 38%. Medical data
recording of Anutapura Hospital in Palu shows the amount of asphyxia
neonatorum in period 2014-2016 is decreasing, but it still shows that asphyxia
caused neonatal mortality. This research has objective to know the risk factors of
asphyxia neonatorum in Anutapura Hospital in Palu in 2016. This research is an
observational analytic research that using case control approach. The subjects of
the research are babies that just birth with asphyxia and the control group is the
babies who do not get asphyxia. The samples cases are 125 and control one are
125 with matching gravidarium. The technique of sampling is systematic random
sampling. Data sources are secondary data. It was medical recording in 2016.
The data analysis is odd ratio test. The result of the research shows that anemia
(OR=4.676 and CI=2.510-8.714) old parturition (OR=3.703 and CI=2.510-
6.379) Early break of Amniotic (OR=3.409 and CI=2.025-5.738) are the risk
factors of asphyxia neonatorum in Anutapura Hospital in period of 2016. To
prevent the case of asphyxia, hospital or clinic should push the socialization to
pregnant women and advice the family to give support, especially in 1000 days of
life.

Key words: asphyxia, anemia, old parturition, KPD

7
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.

Segala puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas nikmat yang

telah diberikan kepada penulis, baik kesempatan maupun kesehatan, sehingga

penulis dapat menyelesaikan penyusunan hasil penelitian ini dengan judul

“Faktor Risiko Asfiksia Neonatorum di Rumah Sakit Umum (RSU)

Anutapura Palu Tahun 2016” dapat diselesaikan sebagai salah satu syarat dalam

penyelesaian studi pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Tadulako.

Dalam penyusunan hasil penelitian ini, penulis telah menghadapi dan

melalui kesulitan serta hambatan yang menyita waktu, biaya, tenaga dan pikiran.

Namun berkat usaha, doa, semangat, bantuan serta bimbingan dari berbagai pihak

yang memberikan dorongan serta motivasi yang besar kepada penulis sehingga

kendala dalam proses penyelesaian penelitian ini dapat teratasi.

Ucapan terima kasih yang tak terhingga dengan tulus dan ikhlas teristimewa

penulis tujukan kepada kedua orang tua tercinta, Ayahanda I Wayan Suarta dan

ibunda Ni Komang Budi Suryawati atas segala yang telah dilakukan demi penulis

dan terima kasih atas dukungan baik moral, spiritual, material serta doa dan restu

yang selalu mengiringi tiap langkah penulis dan senantiasa memberikan kasih

sayang sepanjang masa sehingga penulis bisa sampai ke titik ini. Teruntuk adik-

adik tersayang, penulis haturkan banyak doa dan terima kasih atas segala doa,

8
dukungan, canda, tawa dan bantuan dalam menyelesaikan skripsi ini. Terima

kasih untuk Ni Kadek Yoni Enjels, Ni Komang Novi Triani, Hendi Pranata Dan

The Nhelfy semoga semua usaha penulis dapat menjadi semangat tak terhingga

agar adik-adik tercinta dapat menggapai hal yang sama bahkan lebih demi

kebahagiaan dan kebanggaan kedua orang tua tercinta.

Keberhasilan penulisan skripsi ini tidak terlepas dari partisipasi berbagai

pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini perkenankanlah penulis

menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya

kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Ir Muhammad Basir, SE., MS., Rektor Universitas Tadulako

Palu yang telah memberikan kesempatan bagi penulis untuk menempuh

pendidikan di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Tadulako.

2. Bapak Dr. Nurdin Rahman, M.Si., M.Kes., Dekan Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Tadulako.

3. Ibu Lusia Salmawati, S.KM., M.Sc., Wakil Dekan Bidang Akademik Fakultas

Kesehatan Masyarakat Universitas Tadulako.

4. Ibu Dr. Rosmala Nur, M.Si., Wakil Dekan Bidang Umum dan Keuangan

Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Tadulako.

5. Bapak Muh. Jusman Rau, S.KM., M.Kes., Wakil Dekan Bidang

Kemahasiswaan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Tadulako.

6. Bapak Muhammad Ryman Napirah, S.KM., M.Kes., Koordinator Program

Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas

Tadulako

9
7. Bapak Adhar Arifuddin, S.KM., M.Kes., Dosen pembimbing I yang telah

banyak memberikan masukan dan bimbingan bagi kesempurnaan penulisan

hasil penelitian ini.

8. Bapak Muh. Jusman Rau, S.KM., M.Kes., Dosen pembimbing II yang telah

banyak memberikan masukan dan bimbingan bagi kesempurnaan penulisan

hasil penelitian ini.

9. Bapak Herman Kurniawan, S.KM., M.Med.Ed., Dosen penguji I atas segala

kritik dan saran yang sangat bermanfaat bagi penulis.

10. Bapak Herawanto, S.KM., M.Kes., Dosen penguji II atas segala kritik dan

saran yang sangat bermanfaat bagi penulis.

11. Ibu Pitriani, S.KM., M.Kes., Dosen penguji III atas segala kritik dan saran

yang sangat bermanfaat bagi penulis.

12. Bapak Firdaus Koto, S.KM., M.Kes yang telah banyak membantu

memberikan banyak masukan.

13. Seluruh staf dosen dan staf Bagian Tata Usaha dan Akademik FKM UNTAD

atas bantuannya selama penulis menempuh pendidikan di FKM UNTAD.

14. Ibu dr. Hj. Farida, H. Ingolo, M.Kes selaku Direktur RSU Anutapura Palu

yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian serta kepada Bapak

Ibu staf Bagian Rekam Medik yang telah membantuan penulis dalam

pelaksanaan penelitian di RSU Anutapura Palu.

15. Keluarga besar ayahanda dan ibunda terima kasih atas doa dan motivasi

sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan hasil penelitian ini.

10
16. Sahabat penulis di KESMAS angkatan 2013, Suciani Prialo, Amaliya S.KM,

Istia Muh.Ali S.KM, Mutiardianti Kusumaningrum dan Nur Emiliah, terima

kasih untuk persahabatan yang tulus sepanjang masa pendidikan di Program

Studi Kesehatan Masyarakat sejak awal hingga terselesainya pendidikan.

Terima kasih atas rasa kekeluargaan yang begitu besar meski tanpa ikatan

darah.

17. Sahabat penulis Ni Kadek Swastini Amd.Kep., Ni Made Sri Devi Septiani

Amd.Keb., Kurnia Amd.Keb., I Gede Mustika Jaya S.Pd, I Ketut Sugiartama,

Rahmatia A.Awad, Ni Nyoman Suriani SM., I Dewa Putu Ardiana SM dan Ni

Made Mariani, terima kasih telah memberikan motivasi dan dukungan serta

selalu menjadi pengingat di kala salah.

18. Teman-teman penulis di peminatan epidemiologi khususnya Suciani Prialo, Ni

Made Ayu Herlina, Siti Hardianti, Ismiati dan Pira Desiyansa yang telah

banyak menemani dalam melewati proses perjuangan penulis selama

menempuh pendidikan di Program Studi Kesehatan Masyarakat FKM

UNTAD.

19. Teman-teman seperjuangan KESMAS angkatan 2013 yang telah sama-sama

menjalani setiap proses dalam menempuh pendidikan di Program Studi

Kesehatan Masyarakat FKM UNTAD, yang tidak dapat penulis sebutkan satu

persatu terima kasih atas segala bantuan, motivasi dan kebersamaannya

selama ini.

11
Teriring doa yang tulus dari penulis, semoga Tuhan Yang Maha Esa

berkenan membalas dengan pahala yang setimpal serta bernilai ibadah disisi-

Nya atas segala budi baik dan amal bantuan semua pihak yang tidak dapat

penulis sebutkan satu persatu. Akhirnya penulis berharap semoga laporan hasil

penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.

Wassalamualaikum, Wr. Wb.

Palu, 22 Agustus 2017

Penulis

Ni Luh Fidriana

12
DAFTAR ISI

SAMPUL Halaman
HALAMAN JUDUL ..................................................................................... ii
PERSETUJUAN UJIAN SKRIPSI ............................................................. iii
ABSTRAK ..................................................................................................... iv
ABSTRACT ................................................................................................... v
KATA PENGANTAR ................................................................................... vi
DAFTAR ISI .................................................................................................. xi
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xiii
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xiv
DAFTAR ARTI SIMBOL DAN SINGKATAN ......................................... xv
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xvii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ........................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................... 6
1.3 Tujuan ..................................................................................................... 7
1.4 Manfaat ................................................................................................... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Asfiksia Neonatorum .............................................................................. 9
2.2 Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Asfiksia Neonatorum ......... 18
2.3 Tabel Sintesa ........................................................................................... 28
2.4 Kerangka Teori ........................................................................................ 34
BAB III KERANGKA KONSEP
3.1 Dasar Pemikiran Variabel Yang Diteliti ................................................. 35
3.2 Alur Kerangka Konsep ........................................................................... 36
3.3 Definisi Operasional dan Kriteria Objektif ............................................. 36
3.4 Hipotesis Penelitian ................................................................................ 39
BAB IV METODE PENELITIAN
4.1 Jenis Penelitian ...................................................................................... 40
4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................................. 41
4.3 Populasi dan Sampel .............................................................................. 41
4.4 Pengumpulan Data ................................................................................. 43
4.5 Analisis Data .......................................................................................... 43
4.6 Penyajian Data ...................................................................................... 45

13
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Hasil Penelitian ....................................................................................... 46
5.2 Pembahasan ............................................................................................ 61
5.3 Keterbatasan Penelitian .......................................................................... 77
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan ............................................................................................. 78
6.2 Saran ....................................................................................................... 78
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BIOGRAFI PENULIS

14
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman
Tabel 2.1 Komponen Penilaian APGAR ................................................. 15
Tabel 2.3 Sintesa Penelitian .................................................................... 28
Tabel 4.1 Kontigensi 2x2 ......................................................................... 44
Tabel 5.1 Kelompok Umur ...................................................................... 49
Tabel 5.2 Tingkat Pendidikan ................................................................. 49
Tabel 5.3 Pekerjaan Ibu ............................................................................ 50
Tabel 5.4 Jenis Kelamin Bayi .................................................................. 51
Tabel 5.5 Gravidarium .............................................................................. 52
Tabel 5.6 Risiko Anemia terhadap Asfiksia Neonatorum ........................ 53
Tabel 5.7 Analisis Resiko Anemia yang mengalami Partus
Lama dan KPD ......................................................................... 55
Tabel 5.8 Risiko Partus Lama terhadap Asfiksia ..................................... 56
Tabel 5.9 Analisis Risiko Partus Lama yang mengalami
Anemia dan Ketuban Pecah Dini ............................................. 57
Tabel 5.10 Risiko KPD Terhadap Asfiksia Neonatorum ......................... 58
Tabel 5.11 Analisis Risiko KPD yang mengalami
Anemia dan Partus Lama ........................................................ 60

15
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman
Gambar 2.1 Kerangka Teori ............................................................................ 34
Gambar 3.1 Kerangka Konsep ........................................................................ 36
Gambar 4.1 Rancangan Desain Case Control ................................................. 40

16
DAFTAR ARTI SIMBOL DAN SINGKATAN

Simbol/Singkatan Arti Simbol/Singkat

AKN Angka Kematian Neonatal


ANC Antenatal Care
APGAR Apprearance, Pulse, Grimace,
Activity, Respiration
ASI Air Susu Ibu
BBLR Berat Badan Lahir Rendah
BLUD Badan Layanan Umum Daerah
CFR Case Fatality Rate
CI Confidence Interval
CO2 Karbon Oksida
EMAS Expanding Maternal and Neonatal
Survival
Fe Ferrum atau besi
Gr Gram
Hb Hemoglobin
IUFD Intra Uterine Fetal Death
KH Kelahiran Hidup
KIE Komunikasi Informasi Edekasi
KPD Ketuban Pecah Dini
M2 Meter Persegi
No Nomor
O2 Oksigen
OR Odds Ratio
PPROM Prematur atau Preterm Rupture of
Membrane
PNS Pegawai Negeri Sipil
RDS Respiration Dystress Syndrome
RI Republik Indonesia
RT Resiko Tinggi
RR Resiko Rendah

17
RSU Rumah Sakit Umum
SDKI Survei Demografi dan Kesehatan
Indonesia
URT Urusan Rumah Tangga
WAPRES Wakil Presiden
WHO World Health Organization

18
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Kuesioner Penelitian


Lampiran 2 : Jadwal Penelitian
Lampiran 3 : Surat Izin Penelitian
Lampiran 4 : Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian
Lampiran 5 : Master Tabel
Lampiran 6 : Hasil Uji Statistik
Lampiran 7 : Dokumentasi Penelitian
Lampiran 8 : Riwayat Hidup

19
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Asfiksia pada bayi baru lahir atau asfiksia neonatorum adalah keadaan

dimana bayi yang baru dilahirkan tidak segera bernafas secara spontan dan

teratur setelah dilahirkan. Hal ini disebabkan oleh hipoksia janin dalam rahim

yang berhubungan dengan faktor-faktor yang timbul dalam kehamilan,

persalinan dan setelah kelahiran. Adanya hipoksia dan iskemia jaringan yang

dapat menyebabkan perubahan fungsional dan biokimia pada janin. Faktor ini

yang berperan pada kejadian asfiksia. Setelah bayi lahir diagnosis asfiksia

dapat dilakukan dengan menetapkan nilai Apprearance, Pulse, Grimace,

Activity, Respiration (APGAR), penilaian menggunakan skor APGAR karena

dengan cara ini derajat asfiksia dapat ditentukan sehingga penatalaksanaan

pada bayi dapat disesuaikan dengan keadaan bayi (Katiandagho & Kusmiyati,

2015).

Asfiksia merupakan masalah neonatal secara umum yang memberikan

kontribusi secara signifikan untuk morbiditas dan mortalitas (Sahib, 2015).

Menurut World Health Organization (WHO) setiap tahunnya diperkirakan

sekitar 3% (3,6 juta) dari 120 juta bayi baru lahir mengalami asfiksia, hampir

1 juta bayi meninggal (Rahmawati & Ningsih, 2016). Menurut Lawn JE et all

bahwa WHO memperkirakan secara global antara 4-9 juta bayi yang baru lahir

menderita asfiksia neonatorum setiap tahun. Kelahiran asfiksia diperkirakan

20
1,2 juta penyebab kematian. WHO memperkirakan kematian neonatal

disebabkan oleh asfiksia neonatorum adalah 29% (Pitsawong & Panichkul,

2011).

Asfiksia menyebabkan kematian neonatus antara 8-35% di negara

maju, sedangkan di negara berkembang antara 31-56,5% (Gilang et al., 2010).

Salah satu negara berkembang adalah Indonesia, dari seluruh kematian bayi di

Indonesia sebanyak 57% meninggal. Penyebab kematian bayi baru lahir di

Indonesia adalah bayi berat lahir rendah (29%), asfiksia (27%), traumalahir,

tetanus neonatorum, infeksi lain dan kelainan congenital (Rahmawati &

Ningsih, 2016).

Menurut data Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI)

tahun 2012, angka kematian bayi sebesar 34 kematian per 1.000 kelahiran

hidup. Angka kematian bayi ini sebanyak 47% meninggal pada masa neonatal,

setiap lima menit terdapat satu neonatus yang meninggal. Penyebab kematian

bayi baru lahir di Indonesia, salah satunya asfiksia yaitu sebesar 27% yang

merupakan penyebab kedua kematian bayi baru lahir setelah Berat Badan

Lahir Rendah (BBLR) (Rahmawati & Ningsih, 2016).

Angka Kematian Neonatal (AKN) berdasarkan kabupaten/kota di

Sulawesi Tengah tahun 2015 bahwa kabupaten yang tinggi angka kematian

neonatal yaitu Kabupaten Banggai Kepulauan yaitu 26,88 per 1.000 kelahiran

hidup, dari jumlah lahir hidup 1.823 dan jumlah kematian 49. Sedangkan

untuk kabupaten yang terendah yaitu Kota Palu 2,37 per 1.000 kelahiran hidup

dari jumlah lahir hidup 6.739 dan jumlah kematian 16. Kematian neonatal

21
disebabkan oleh BBLR (29,30%), asfiksia (27,42%) dan penyebab lainnya

(43,29%) (Dinas Kesehatan Sulteng, 2015).

Di Kota Palu untuk Angka Kematian Neonatal (AKN) pada tahun

2015 sebesar 2,37 per 1.000 KH (Kelahiran Hidup) dengan jumlah kematian

16 kasus (laki-laki 13 dan perempuan 3) dari bayi yang lahir hidup sebesar

6.739 kelahiran hidup. Kematian neonatal menyumbang lebih dari

setengahnya kematian bayi (72,37%), sedangkan jika dibandingkan dengan

angka kematian balita, kematian neonatal menyumbangkan kematian sebesar

66,67%. Adapun penyebab kematiannya adalah BBLR sebanyak 30,77%,

asfiksia sebanyak 15,38% dan penyebab lainnya sebanyak 53,85% (Dinas

Kesehatan Kota Palu, 2015).

Kasus kejadian asfiksia di Rumah Sakit Umum (RSU) Anutapura Palu,

pada tahun 2014 sebanyak 356 bayi asfiksia dan yang meninggal sebanyak 14

bayi. Pada tahun 2015 sebanyak 283 bayi asfiksia dan yang meninggal

sebanyak 25 bayi sedangkan untuk tahun 2016 tercatat 235 bayi asfiksia dan

10 bayi meninggal (Laporan Triwulan RSU Anutapura Palu, 2014, 2015,

2016). Dengan data diatas maka dapat dihitung nilai CFR (Case Fatality Rate)

bertujuan untuk menentukan kegawatan atau keganasan dari penyakit tersebut.

Nilai CFR untuk tahun 2014 sebesar 3,93%, tahun 2015 nilai CFR sebesar

8,83% dan pada tahun 2016 nilai CFR sebesar 4,25% yang artinya dari 1.000

kelahiran hidup bayi yang mengalami asfiksia terdapat 3-8 kematian.

Dampak yang ditimbulkan dari asfiksia neonatorum sangat banyak

selain terjadinya kematian neonatal, asfiksia neonatorum juga

22
memberikan dampak berupa kelainan neorologis dalam bentuk serebral

palsi atau retardasi mental. Selain itu asfiksia neonatorum merupakan salah

satu penyebab kegagalan sirkulasi dan gagal jantung pada neonatus cukup

bulan, kejang pada neonatal dan juga dapat menyebabkan terjadinya gagal

ginjal (Tahir et all., 2012). Risiko dari bayi yang mengalami asfiksia adalah

dapat mengakibatkan gangguan bicara dan epilepsi. Asfiksia berat dan fatal

akan mengakibatkan kerusakan otak permanen dan mengganggu tumbuh

kembang anak seperti tidak bisa duduk, tidak bisa merangkak, tidak bisa

bicara. Banyak faktor yang berpengaruh terhadap kejadian asfiksia

neonatorum yaitu faktor ibu dan janin yang akan dilahirkan (Maharani, 2014).

Salah satu penyebab asfiksia pada bayi baru lahir adalah anemia pada

ibu, anemia dalam kehamilan menyebabkan pengangkutan oksigen ke jaringan

dan janin terganggu. Gangguan ini dapat menyebabkan hipoksia pada janin

yang berada di dalam kandungan sehingga pada waktu kelahiran bisa

menyebabkan asfiksia neonatorum (Wanti, 2015). Riwayat anemia ibu

diketahui bahwa ibu yang menderita anemia sebesar 18,3% dan anemia

dengan kejadian asfiksia neonatorum sebesarnya 5,16%. Anemia yang dialami

ibu pada saat hamil akan berpengaruh pada janin yang dikandungnya. Pada

anemia yang terjadi secara akut, penderita sering mengalami perburukan yang

tiba-tiba seperti pada krisis aplastik ataupun perdarahan. Sedangkan pada

anemia kronis, perburukan dijumpai bila telah terjadi disfungsi sistem organ

tubuh, salah satunya disfungsi jantung (Herianto et all., 2012).

23
Partus lama juga merupakan faktor yang berhubungan dengan kejadian

asfiksia neonatorum. Partus lama menimbulkan efek berbahaya bagi ibu dan

janin. Angka kelahiran dengan tindakan yang tinggi semakin memperburuk

bahaya bagi ibu sedangkan bahaya bagi janin semakin lama persalinan

semakin tinggi morbilitas janin dan sering terjadi asfiksia akibat partus lama

(Katiandagho & Kusmiyati, 2015). Partus lama yaitu persalinan yang

berlangsung lebih dari 24 jam pada primi dan lebih dari 18 jam pada multi.

Partus lama masih merupakan masalah di Indonesia (Maharani 2014).

Prevalensi partus lama sebesar 58.7% dan ibu yang mengalami partus lama

akan melahirkan bayi asfiksia neonatorum sebesar 41,35% (Tahir et all.,

2012).

Ketuban Pecah Dini (KPD) merupakan salah satu faktor penyebab

asfiksia, suatu hal penting untuk diperhatikan terutama oleh tenaga kesehatan

sehubungan dengan komplikasi yang dapat di timbulkan akibat dari ketuban

pecah dini seperti infeksi pada ibu dan janin yang akan di lahirkannya,

terjadinya prematuritas dan RDS (Respiration Dystress Syndrome), hal

tersebut akan meningkatkan mortalitas dan morbiditas perinatal. Jumlah

persalinan dengan KPD sebanyak 55.9% dan jumlah bayi baru lahir dengan

kejadian KPD yang mengalami asfiksia neonatorum sebanyak 53.0% (Sagita,

2010).

Asfiksia termasuk dalam bayi baru lahir dengan risiko tinggi karena

memiliki kemungkinan lebih besar mengalami kematian bayi atau menjadi

sakit berat dalam masa neonatal. Oleh karena itu asfiksia memerlukan

24
intervensi dan tindakan yang tepat untuk meminimalkan terjadinya kematian

bayi, yaitu dengan pelaksanaan manajemen asfiksia neonatorum pada bayi

baru lahir yang bertujuan untuk mempertahankan kelangsungan hidup bayi

dan membatasi gejala sisa berupa kelainan neurologi yang mungkin muncul,

dengan kegiatan yang difokuskan pada persiapan resusitasi, keputusan

resusitasi bayi baru lahir, tindakan resusitasi, asuhan pasca resusitasi, asuhan

tindak lanjut pasca resusitasi dan pencegahan infeksi (Mulastin, 2014).

Beberapa upaya yang ditempuh guna percepatan penurunan jumlah kematian

bayi yaitu melalui peningkatan kualitas pelayanan kesehatan pada ibu hamil,

imunisasi bayi, peningkatan cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan di

fasilitas kesehatan dan penempatan bidan di desa yang merata (Dinas

Kesehatan Sulteng, 2015).

Berdasarkan uraian latar belakang tersebut maka peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian tentang “Faktor Risiko Asfiksia Neonatorum di Rumah

Sakit Umum (RSU) Anutapura Palu Pada Tahun 2016”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, maka yang menjadi

rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah faktor anemia, partus

lama dan ketuban pecah dini adalah faktor risiko asfiksia neonatorum di

Rumah Sakit Umum (RSU) Anutapura Palu tahun 2016?”

25
1.3 Batasan Masalah

Variabel bebas dari penelitian ini adalah anemia, partus lama dan

ketuban pecah dini. Variabel terikat dari penelitian ini adalah asfiksia

neonatorum di Rumah Sakit Umum (RSU) Anutapura Palu tahun 2016.

1.4 Tujuan

1.4.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui faktor risiko asfiksia neonatorum di Rumah Sakit

Umum (RSU) Anutapura Palu.

1.4.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui anemia sebagai faktor risiko asfiksia

neonatorum di RSU Anutapura Palu.

2. Untuk mengetahui partus lama sebagai faktor risiko asfiksia

neonatorum di RSU Anutapura Palu.

3. Untuk mengetahui ketuban pecah dini faktor risiko kejadian

asfiksia neonatorum di RSU Anutapura Palu.

1.5 Manfaat Penelitian

1.5.1 Manfaat Teoritis

Sebagai bahan masukan bagi pemerintah Kota Palu dalam rangka

penentuan arah kebijakan program pengendalian asfiksia neonatorum

di Kota Palu dan sebagai bahan bacaan serta informasi yang dapat

memperkaya ilmu pengetahuan tentang kejadian asfiksia neonatorum.

26
1.5.2 Manfaat Praktis

Sebagai bahan pembelajaran bagi peneliti dalam mencoba menemukan

dan memecahkan masalah melalui penelitian yang dilakukan.

27
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Asfiksia Neonatorum

2.1.1 Pengertian Asfiksia Neonatorum

Kematian bayi dibagi menjadi dua, kematian neonatal

(kematian di 27 hari pertama hidup) dan post-neonatal (setelah 27

hari). Kematian bayi masa neonatal terletak pada periode transisi

pada bayi baru lahir yakni terjadi perubahan sistem pernafasan

dimana periode ini rentan terhadap kematian pada bayi (Septiana,

2015).

Asfiksia neonatorum adalah keadaan dimana bayi tidak dapat

segera bernafas secara spontan dan teratur setelah lahir. Asfiksia

neonatorum adalah keadaan bayi yang tidak dapat bernafas spontan

dan teratur sehingga dapat menurunkan O2 dan makin meningkat

CO2 yang menimbulkan akibat buruk dalam kehidupan lebih lanjut

(Rukiyah & Yulianti, 2012).

Asfiksia neonatorum merupakan keadaan di mana bayi tidak

dapat bernapas secara spontan dan teratur segera setelah lahir

keadaan tersebut dapat disertai dengan adanya hipoksia, hiperkapnae

dan sampai ke asidosis. Keadaan asfiksia ini dapat terjadi karena

kurangya kemampuan fungsi organ bayi seperti perkembangan paru-

paru (Hidayat, 2012).

28
Denyut jantung janin, frekuensi normal ialah antara 120 dan

160 denyut semenit. Apabila frekuensi denyutan turun sampai

dibawah 100 permenit di luar his dan lebih-lebih jika tidak teratur,

hal itu merupakan tanda bahaya (Rukiyah & Yulianti, 2012).

2.1.2 Penyebab Asfiksia Neonatorum

Menurut Desfauza E dalam (Fajarwati et all., 2016) bahwa

faktor-faktor yang menyebabkan asfiksia diantaranya adalah faktor

ibu, faktor plasenta, faktor persalinan dan faktor neonatus. Faktor

risiko ibu terdiri dari usia <20 tahun atau >35 tahun, paritas, riwayat

obstetri jelek, penyakit ibu seperti hipertensi, preeklamsi, anemia,

panggul sempit dan infeksi intrauterin. Faktor risiko plasenta yaitu

plasenta previa dan solusio plasenta. Faktor risiko persalinan yaitu

persalinan buatan/anjuran dan partus lama. Faktor risiko neonatus

yaitu masa gestasi, berat badan lahir, kehamilan ganda, malpresentasi

serta gawat janin.

Fahrudin dalam (Rahma & Armah, 2014) bahwa faktor risiko

kejadian asfiksia sangatlah beragam dan banyak hal yang

mempengaruhi dan berhubungan dengan kejadian asfiksia. Hasil dari

beberapa penelitian menyebutkan bahwa terbukti terdapat hubungan

bermakna antara persalinan lama, berat bayi lahir rendah, ketuban

pecah dini, persalinan dengan tindakan, umur ibu <20 tahun atau >35

tahun, riwayat obstetri jelek, kelainan letak janin dan status ANC

buruk dengan kejadian asfiksia bayi baru lahir.

29
Menurut Towel dalam (Dewi, 2013) bahwa faktor yang

berhubungan dengan kejadian asfiksia neonatorum ada empat yaitu

faktor ibu, faktor bayi, faktor persalinan dan faktor plasenta. faktor

ibu dan faktor persalinan karena kedua faktor tersebut memberikan

kontribusi yang besar terhadap kejadian asfiksia neonatorum. Faktor

ibu terdiri dari umur ibu, masa gestasi, paritas dan penyakit ibu.

Sedangkan dari faktor persalinan yaitu ketuban pecah dini, partus

lama dan jenis persalinan.

2.1.3 Patofisiologi Asfiksia Neonatorum

Kondisi patofisiologi yang menyebabkan asfiksia meliputi

kurangnya oksigenasi sel, retensi karbon dioksida berlebihan dan

asidosis metabolik. Kombinasi ketiga peristiwa tersebut

menyebabkan kerusakan sel dan lingkungan biokimia yang tidak

cocok dengan kehidupan. Bayi-bayi yang mengalami proses asfiksia

lebih jauh berada dalam tahap apnea sekunder. Apnea sekunder

dapat dengan cepat menyebabkan kematian jika bayi tidak benar-

benar didukung oleh pernapasan buatan dan bila diperlukan lakukan

kompresi jantung (Sondakh, 2013).

Dalam periode singkat, kurangnya oksigen menyebabkan

metabolisme pada bayi baru lahir berubah menjadi metabolisme

anaerob, terutama karena kurangnya glukosa yang dibutuhkan untuk

sumber energi pada saat kedaduratan. Hal ini mengakibatkan

akumulasi asam laktat dan asidosis metabolik. Asidosis metabolik

30
hanya akan hilang setelah periode waktu yang signifikan dan

merupakan masalah sisa bahkan setelah frekuensi pernapasan dan

frekuensi jantung adekuat (Sondakh, 2013).

Asfiksia terjadi jika oksigen terlalu sedikit dan terlalu banyak

karbon dioksida dan asam laktat di dalam darah. Konsekuensi dari

kondisi ini adalah gagal napas yang akhirnya menyebabkan

metabolisme pernapasan bayi berubah dari aerob menjadi anaerob.

Terjadi asidosis metabolik. Bayi yang mengalami anoksik dapat

berada pada empat fase, tergantung apada tingkat hipoksia intrauterin

yang terjadi antara lain hiperventilasi, apnea primer, napas terengah-

engah dan apnea sekunder atau terminal. Mengkaji pada saat lahir di

fase mana bayi berada merupakan hal yang sulit untuk dilakukan.

Merespon dan kemudian mengkaji perkembangan merupakn hal

yang penting untuk dilakukan. Skor APGAR membantu bidan dalam

membuat keputusan tentang resusitasi tetapi harus selalu diingat

ketika mengahadapi bayi apnea, resusitasi harus dilakukan sebelum

menit pertama berlalu (Johnson & Taylor, 2004)

2.1.4 Klasifikasi Serta Tanda Dan Gejala Asfiksia Neonatorum

Menurut Sudarti (2013) dalam (Ekasari, 2015) bahwa tanda

dan gejala terjadinya asfiksia pada bayi baru lahir adalah tidak

bernafas atau nafas megap-megap atau pernafasan lambat (kurang

dari 30 kali per menit), pernafasan tidak teratur, dengkuran atau

retraksi (perlekukan dada), tangisan lemah atau merintih, warna kulit

31
pucat atau biru, tonus otot lemas atau ekstremitas terkulai dan denyut

jantung tidak ada atau lambat (brakikardia) kurang dari 100 kali per

menit.

Menurut (Dewi, 2013) bahwa pembagian serta tanda dan

gejala adalah sebagai berikut :

a) Asfiksia berat (nilai APGAR 0-3)

Pada kasus asfiksia berat, bayi akan mengalami asidosis,

sehingga memerlukan perbaikan dan resusitasi aktif dengan

segera. Tanda dan gejala yang muncul pada asfiksia berat adalah

sebagai berikut :

1. Frekuensi jantung kecil yaitu <40 kali permenit

2. Tidak ada usaha napas

3. Tonus otot lemah bahkan hampir tidak ada

4. Bayi tidak dapat memberikan reaksi jika diberikan

rangsangan

5. Bayi tampak pucat bahkan sampai berwarna kelabu

6. Terjadi kekurangan oksigen yang berlanjut sebelum atau

sesudah persalinan

b) Asfiksia sedang (nilai APGAR 4-6)

Pada asfiksia sedang, tanda dan gejala yang muncul adalah

sebagai berikut :

1. Frekuensi jantung menurun menjadi 60-80 kali permenit

2. Usaha napas lambat

32
3. Tonus otot biasanya dalam keadaan baik

4. Bayi masih bisa bereaksi terhadap ragsangan yang diberikan

5. Bayi tampak sianosis

6. Tidak terjadi kekurangan oksigen yang bermakna selama

proses persalinan

c) Asfiksia ringan (nilai APGAR 7-10)

Pada asfiksia ringan tanda dan gejala yang sering munculadalah

sebagai berikut:

1. Takipnea dengan napas lebih dari 60 kali permenit

2. Bayi tampak sianosis

3. Adanya retraksi sela iga

4. Bayi merintih (Grunting)

5. Adanya pernapasan cuping hidung

6. Bayi kurang aktivitas

7. Dari pemeriksaan auskultasi diperoleh hasil ronchi,rales dan

wheezing positif.

2.1.5 Diagnosis

Menurut Mochtar R dalam (Katiandagho & Kusmiyati, 2015)

bahwa kasus asfiksia pada bayi baru lahir merupakan kelanjutan dari

asfiksia intrauterin, karena itu diagnosa dini pada penderita asfiksia

mempunyai arti penting dalam merencanakan resusitasi yang akan

dilakukan. Setelah bayi lahir diagnosis asfiksia dapat dilakukan

dengan menetapkan nilai Apprearance, Pulse, Grimace, Activity,

33
Respiration (APGAR) penilaian menggunakan skor APGAR karena

dengan cara ini derajat asfiksia dapat ditentukan sehingga

penatalaksanaan pada bayi dapat disesuaikan dengan keadaan bayi.

Menurut Kristiyanasari W (2010) dalam (Ekasari, 2015)

bahwa Untuk menentukan tingkat asfiksia, apakah bayi mengalami

asfiksia berat, sedang atau ringan/normal dapat dipakai penilaian

APGAR. Di bawah ini tabel untuk menentukan tingkat asfiksia yang

dialami oleh bayi.

Komponen Skor
0 1 2
Frekuensi jantung Tidak ada <100 x /menit >100menit

Kemampuan Tidak ada Lambat/ tidak Menangis


bernafas teratur kuat
Tonus otot Lumpuh Ekstremitas Gerakan aktif
agak fleksi
Reflek Tidak ada Gerakan Gerakan
sedikit kuat/
melawan
Warna kulit Biru/pucat Tubuh Seluruh
kemerahan/eks tubuh
tremitas biru kemerahan
Tabel 2.1 Komponen penilaian APGAR

Keterangan :

a. 7 – 10 = bayi mengalami asfiksia ringan atau dikatakan bayi

dalam keadaan normal

b. 4 – 6 = bayi mengalami asfiksia sedang

c. 0 – 3 = bayi mengalami asfiksia berat

34
2.1.6 Penanganan

Menurut (Dewi, 2013) tindakan yang dapat dilakukan pada bayi

asfiksia neonatorum adalah sebagai berikut:

1) Bersihkan jalan napas dengan pengisap lendir dan kassa steril.

2) Potong tali pusat dengan teknik aseptik dan antiseptik.

3) Segera keringkan tubuh bayi dengan handuk atau kain kering

yang bersih dan hangat.

4) Nilai status pernapasan. Lakukan hal-hal berikut bila ditemukan

tanda-tanda asfiksia.

a. Segera baringkan dengan kepala bayi sedikit ekstensi dan

penolong berdiri disisi kepala bayi dari sisa air ketuban.

b. Miringkan kepala bayi.

c. Bersihkan mulut dengan kassa yang dibalut pada jari

telunjuk.

d. Isap cairan dari mulut dan hidung.

5) Lanjutkan menilai status pernapasan

Nilai status pernapasan apabila masih ada tanda asfiksia, caranya

dengan menggosok punggung bayi (melakukan rangsangan

taktil), bila tidak ada perubahan segera berikan nafas buatan.

2.1.7 Pencengahan

Menurut Direktorat Bina Kesehatan Anak (2012) dalam

(Novidawasti, 2014) bahwa upaya yang dilakukan pemerintah dalam

rangka pecepatan penurunan kematian bayi baru lahir adalah dengan

35
meluncurkan program Expanding Maternal and Neonatal Survival

(EMAS). Upaya yang dilaksanakan adalah dengan peningkatan

kualitas pelayanan emergensi obstetri dan neonatal dengan cara

memastikan intervensi medis terhadap semua faktor risiko yang

mempunyai dampak besar pada kematian bayi baru lahir. Salah satu

kasus gawat darurat obstetri yang menjadi penyebab utama kematian

bayi baru lahir yang harus memperoleh prioritas intervensi medis

adalah asfiksia.

Menurut Depkes RI tahun 2008 dalam (Mulastin, 2014)

bahwa asfiksia termasuk dalam bayi baru lahir dengan risiko tinggi

karena memiliki kemungkinan lebih besar mengalami kematian bayi

atau menjadi sakit berat dalam masa neonatal. Oleh karena itu

asfiksia memerlukan intervensi dan tindakan yang tepat untuk

meminimalkan terjadinya kematian bayi, yaitu dengan pelaksanaan

manajemen asfiksia neonatorum pada bayi baru lahir yang bertujuan

untuk mempertahankan kelangsungan hidup bayi dan membatasi

gejala sisa berupa kelainan neurologi yang mungkin muncul, dengan

kegiatan yang difokuskan pada persiapan resusitasi, keputusan

resusitasi bayi baru lahir, tindakan resusitasi, asuhan pasca resusitasi,

asuhan tindak lanjut pasca resusitasi dan pencegahan infeksi.

Hal yang dapat dilakukan untuk mencegah adanya dampak

yang begitu buruk dari terjadinya asfiksia pada bayi baru lahir adalah

dengan pemeriksaan secara teratur selama masa kehamilan.

36
Pemeriksaan kehamilan dapat mendeteksi berbagai kelainan

kehamilan yang berisiko terhadap terjadinya komplikasi. Persalinan

hendaknya juga dilakukan oleh tenaga kesehatan yang profesional

sehingga penanganan terhadap kesulitan persalinan dapat dilakukan

secara baik sehingga dapat mencegah asfiksia atau paling tidak

penanganan terhadap asfiksia bayi baru lahir mampu mencegah

komplikasi lebih lanjut. Tenaga medis juga harus memiliki

kompetensi yang unggul dalam penanganan bayi baru lahir

(Novidawasti, 2014).

2.2 Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Asfiksia Neonatorum

2.2.1 Anemia Terhadap Asfiksia Neonatorum

Anemia selama kehamilan merupakan tantangan kesehatan

masyarakat secara global yang dihadapi dunia saat ini, terutama di

negara-negara berkembang. Anemia pada kehamilan merupakan

kontributor penting untuk kematian ibu atau morbiditas (Noronha et

all., 2012).

Anemia adalah gangguan kesehatan yang paling umum pada

kehamilan dan anemia berat berhubungan dengan kondisi ibu yang

buruk dan hasil perinatal. Ini adalah salah satu masalah kesehatan

yang paling penting di antara perempuan 18-45 tahun di dunia. Lebih

umum, anemia dalam kehamilan adalah karena kekurangan zat besi,

hal itu disebabkan oleh kekurangan asam folat. Suplemen zat besi

dan asam folat diindikasikan selama kehamilan untuk mencegah

37
komplikasi. Pada kehamilan normal, konsentrasi hemoglobin

menjadi diencerkan sesuai dengan peningkatan volume darah yang

beredar. Anemia didiagnosis dengan memperkirakan konsentrasi

hemoglobin dan memeriksa Pap darah perifer untuk perubahan sel

darah merah (Prakash & Yadav, 2015).

Anemia adalah gangguan hematologi yang paling umum

yang terjadi pada kehamilan. Menurut standar baru-baru ini

ditetapkan oleh WHO bahwa mengalami anemia ketika konsentrasi

Hemoglobin (Hb) dalam darah perifer adalah kurang 11 gr%.

Penyebab paling umum dari anemia pada kehamilan adalah

kekurangan zat besi. Hal itu disebabkan oleh kekurangan asam folat.

Dalam beberapa populasi 80% dari wanita hamil mengalami anemia.

Seorang wanita dewasa memiliki sekitar 2 gr zat besi dalam

tubuhnya. Ketika seorang wanita menjadi hamil, permintaan besi

meningkat, sehingga diperlukan tambahan 1 gr (Sabina et all., 2015).

Adanya hubungan yang cukup signifikan antara anemia

dengan asfiksia neonatorum, anemia dalam kehamilan menyebabkan

hambatan dalam pembentukan hemoglobin, sehingga jumlah

hemoglobin tidak bisa mengimbangi kenaikan volume plasma.

Anemia dalam kehamilan menyebabkan pengangkutan oksigen ke

janin terganggu. Gangguan dapat menyebabkan hipoksia pada janin

yang berada di dalam kandungan sehingga pada waktu kelahiran bisa

menyebabkan asfiksia neonatorum (Wanti, 2015).

38
Anemia merupakan salah satu masalah kekurangan gizi yang

paling umum diderita oleh wanita hamil. Anemia akan mempersulit

kehamilan serta dapat mengancam kehidupan ibu dan janin. Diantara

wanita hamil prevalensi anemia adalah empat kali lipat lebih tinggi

di negara berkembang dibandingkan dengan negara-negara maju.

Kadar hemoglobin ibu yang rendah berhubungan dengan

peningkatan risiko asfiksia neonatorum dengan skor APGAR <5

pada 1 menit dan 5 menit (Sangeeta & Pushpalatha, 2014).

Anemia pada ibu merupakan salah satu faktor yang

menyebabkan terjadinya asfiksia neonatorum, karena anemia pada

ibu dapat menimbulkan gangguan kehamilan maupun komplikasi

pada persalinan. Komplikasi pada persalinan dapat berakibat

timbulnya gangguan pertukaran darah dari ibu ke janin, sehingga

penyerapan O2 dan pengeluaran CO2 terganggu. Keadaan hipoksia

pada janin berlanjut menjadi asfiksia neonatorum pada bayi baru

lahir (Wahyuni & Zulfa, 2011).

Anemia pada ibu adalah masalah umum pada kehamilan yang

menyebabkan transportasi oksigen ibu dan janin terganggu.

Gangguan tersebut dapat menyebabkan hipoksia janin dalam rahim

mengakibatkan asfiksia neonatal yang merupakan penyebab utama

kematian neonatal pada kehamilan jangka. Ibu (gravidarum) anemia

didefinisikan sebagai kondisi di mana tingkat Hemoglobin (Hb)

<11gr%. Wanita hamil dengan anemia memiliki risiko lebih tinggi

39
untuk melahirkan bayi dengan asfiksia neonatal daripada tidak

anemia (Nurjannah et all., 2013).

Kejadian anemia pada ibu hamil disebabkan karena keperluan

zat-zat makanan bertambah dan juga disebabkan oleh adanya

perubahan-perubahan dalam darah dan sumsung tulang. Darah

bertambah banyak atau hidremia tetapi bertambahnya sel-sel darah

berkurang dibanding dengan bertambahnya plasma, sehingga terjadi

pengenceran darah (Wahyuni & Zulfa, 2011).

Menurut Hassan & Alatas (2005), keadaan jumlah hemoglobin

yang kurang dalam darah pada kehamilan terjadi pada keadaan

kekurangan nutrisi besi, asam folat dan perdarahan akibat

hemorrhoid atau perdarahan saluran pencernaan. Kekurangan nutrisi

dalam kehamilan menyebabkan hambatan dalam sintesis

hemoglobin, sehingga jumlah hemoglobin tidak bisa mengimbangi

kenaikan volume plasma. Anemia dalam kehamilan menyebabkan

pengangkutan oksigen ke jaringan dan janin terganggu. Gangguan ini

dapat menyebabkan hipoksia pada janin yang berada di dalam

kandungan sehingga pada waktu kelahiran bisa menyebabkan

asfiksia neonatorum (Mahmudah & Sulastri, 2012).

Ada hubungan antara kadar hemoglobin dengan nilai APGAR

bayi baru lahir. Kadar hemoglobin yang rendah beresiko terjadi

perdarahan. Hipoksia yang mendadak pada ibu karena perdarahan

dan mengakibatkan terjadi gangguan aliran darah ke fetus. Hal

40
tersebut dapat menyebabkan nilai APGAR bayi menjadi rendah

(Wahyuni & Zulfa, 2011)

Ibu hamil yang menderita anemia mempunyai risiko

mengalami kejadian asfiksia 3,556 kali lebih tinggi daripada ibu

yang tidak menderita anemia. Anemia maternal umumnya dianggap

sebagai faktor resiko untuk hasil luaran kehamilan yang buruk

(Wahyuni & Zulfa, 2011).

2.2.2 Partus Lama Terhadap Asfiksia Neonatorum

Menurut Mochtar dalam (Rahma & Armah, 2014) bahwa

partus lama adalah persalinan yang berlangsung lebih 24 jam pada

primigravida atau lebih dari 18 jam pada multigravida yang dimulai

dari tanda-tanda persalinan. Sebagian besar partus lama

menunjukkan pemanjangan kala satu. Salah satu penyebab

persalinan lama yaitu karena kontraksi uterus yang abnormal seperti

kontraksi uterus yang hipotonik, hipertonik dan kontraksi uterus

yang tidak terkoordinasi. Sifat kontraksi yang berubah-ubah

menyebabkan pasokan oksigen ke janin tidak adekuat, disamping itu

juga meningkatkan kejadian perdarahan intracranial yang dapat

menyebabkan asfiksia.

Partus lama adalah fase laten lebih dari 8 jam. Persalinan

telah berlangsung 12 jam atau lebih, bayi belum lahir. Dilatasi

serviks dikanan garis waspada persalinan fase aktif. Persalinan macet

dapat menyebabkan kejadian asfiksia pada bayi baru lahir, karena

41
semakin lama janin berada di pintu panggul, maka janin akan

mengalami hipoksia sehingga terjadilah asfiksia (Nin & Nurlaila,

2012).

Menurut Oxorn dalam (Rahma & Armah, 2014) bahwa partus

lama meningkatkan efek berbahaya baik terhadap ibu maupun anak.

Beratnya cedera terus meningkat dengan semakin lamanya proses

persalinan. Semakin lama persalinan, semakin tinggi morbiditas serta

mortalitas janin. Persalinan yang lama berpengaruh lebih berat untuk

janin, mengakibatkan insidensi anoxia, kerusakan otak, asfiksia dan

kematian intrauterin yang lebih tinggi.

Ibu yang mengalami partus lama berisiko 3,41 kali

melahirkan bayi dengan asfiksia neonatorum dibandingkan dengan

ibu yang tidak mengalami partus lama (Tahir et all., 2012). Semakin

lama proses persalinan ibu maka semakin banyak tenaga yang

dikeluarkan oleh ibu. Bila hal ini tidak diseimbangi dengan asupan

nutrisi yang adekuat maka ibu bisa berpotensi mengalami kelelahan

dan kontaksi uterus yang menurun akibat kurangnya energi.

Kelelahan pada ibu dapat berefek pada ketidak mampuan ibu

mengedan dengan benar sehingga dapat memperpanjang persalinan

apalagi bila uterus sudah tidak berkontraksi dengan baik. Hal ini

akan memperbesar kemungkinan bayi lahir dengan asfiksia (Rahma

& Armah, 2014)

42
Ada hubungan antara partus lama atau macet dengan kejadian

asfiksia neonatorum. Partus lama yaitu persalinan yang berlangsung

lebih dari 24 jam pada primi dan lebih dari 18 jam pada multi. Partus

lama masih merupakan masalah di Indonesia. Persalinan pada primi

biasanya lebih lama 5-6 jam pada multi. Bila persalinan berlangsung

lama, dapat menimbulkan komplikasi baik terhadap ibu maupun

pada bayi dan dapat meningkatkan angka kematian ibu dan bayi

(Gilang et all., 2010).

Jenis persalinan berpengaruh besar terhadap angka kejadian

asfiksia neonatorum karena pada persalinan spontan memungkinkan

adanya prolapsus tali pusat, kompresi tali pusat juga adanya partus

lama yang menyebabkan terjadinya hipoksia pada janin yang

menyebabkan tidak ada saluran udara yang akhirnya menyebabkan

asfiksia neonatorum (Mulastin, 2014).

Menurut Widodo dalam (Maharani, 2014) bahwa beberapa

keadaan yang terjadi pada ibu yang mengalami partus macet atau

partus lama bisa menyebabkan kehabisan tenaga dan ibu bisa

dehidrasi serta terjadi perdarahan post partum yang dapat

menyebabkan asfiksia pada bayi dikarenakan aliran darah ibu

melalui plasenta berkurang, sehingga aliran oksigen ke janin

berkurang. Asfiksia termasuk faktor utama dalam peningkatan

mortalitas, mordibilitas pada neonatus, bayi dan anak serta

memberikan dampak jangka panjang terhadap kehidupan dimasa

43
depan. Penyebab kematian utama kematian bayi sendiri yaitu asfiksia

dan komplikasi pada bayi.

2.2.3 Ketuban Pecah Dini Terhadap Asfiksia Neonatorum

Ketuban pecah dini (KPD) merupakan keadaan pecahnya

selaput ketuban sebelum persalinan. Bila KPD terjadi sebelum usia

kehamilan 37 minggu disebut sebagai ketuban pecah dini pada

kehamilan prematur atau Preterm Rupture of Membrane (PPROM).

Pecahnya selaput ketuban diduga berkaitan dengan perubahan

proses biokimiawi yang terjadi dalam matriks kolagen ekstrasel

amnion dan korion serta apoptosis membran janin (Lowing et all.,

2015).

Ketuban pecah dini adalah ketuban pecah 1 jam kemudian

tidak di ikuti tanda-tanda persalinan. Ketuban pecah dini terjadi bila

selaput ketuban pecah secara spontan sebelum ada tanda-tanda

persalinan yaitu adanya kontraksi uterus yang teratur disertai

pembukaan atau perdarahan servik (Susila & Wandayanti, 2012).

Menurut Sujiyatini dkk tahun 2009 dalam (Rahmawati &

Mustaghfiroh, 2015) Ketuban pecah dini (KPD) merupakan salah

satu penyebab terjadinya infeksi. Pada sebagian besar kasus ketuban

pecah dini berhubungan dengan infeksi intra partum Ketuban

dinyatakan pecah dini bila terjadi sebelum proses persalinan

berlangsung. Tanda yang terjadi adalah keluarnya cairan ketuban

merembes melalui vagina.

44
Ketuban Pecah Dini (KPD) adalah pecahnya selaput ketuban

yang menyebabkan terbukanya hubungan intra uterin dengan ekstra

uterin, sehingga mikroorganisme dengan mudah masuk dan

menimbulkan infeksi intra partum infeksi puerpuralis, peritonitis,

sepsis sehingga mengakibatkan terjadinya asfiksia pada bayi baru

lahir. Pengurangan ketuban ketika terjadi ketuban pecah dini dapat

menyebabkan kompresi tali pusat yang menimbulkan perlambatan

denyut jantung janin sehingga janin mengalami hipoksia yang dapat

berlanjut menjadi asfiksia ketika bayi dilahirkan. Salah satu faktor

risiko intrapartum terhadap terjadinya asfiksia neonatorum adalah

ketuban pecah dini (Jumirah, 2015).

Ketuban pecah dini (KPD) merupakan salah satu kasus

obstetri yang menjadi penyebab terbesar persalinan prematur dengan

berbagai akibatnya. Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban

sebelum waktunya melahirkan. Hal ini dapat terjadi pada akhir

kehamilan maupun jauh sebelum waktunya melahirkan. KPD

prematur adalah KPD sebelum usia kehamilan 37 minggu. KPD

yang memanjang adalah KPD yang terjadi lebih dari 1 jam sebelum

waktunya melahirkan (Aisyah & Oktarina, 2012).

Ibu yang mengalami ketuban pecah dini berisiko 2,47 kali

melahirkan bayi dengan asfiksia neonatorum dibandingkan dengan

ibu yang tidak mengalami ketuban pecah dini (Tahir et all.,

2012).

45
Dampak ketuban pecah dini bisa terjadi pada ibu dan janin.

Ketuban pecah dini sangat berpengaruh pada janin, walaupun ibu belum

menunjukkan infeksi tetapi janin mungkin sudah terkena infeksi karena

infeksi intrauterin terjadi lebih dulu sebelum gajala pada ibu dirasakan.

Sedangkan pengaruh pada ibu karena jalan lahir telah terbuka maka

akan dijumpai infeksi intrapartal, infeksi puerpuralis, peritonitis dan

septikemi serta dry-labor. Selain itu terjadi kompresi tali pusat dan

lilitan tali pusat pada janin. Hal ini akan meninggikan mortalitas dan

morbiditas perinatal (Aisyah & Oktarina, 2012)

Ada hubungan ketuban pecah dini (KPD) dengan kejadian

asfiksia neonatorum. Ketuban Pecah Dini (KPD) akan menyebabkan

kelahiran bayi asfiksia neonatorum bila disertai dengan penyulit

lainnya. Hal ini disebabkan oleh hipoksia janin dalam uterus dan

hipoksia ini berhubungan dengan faktor-faktor yang timbul dalam

kehamilan, persalinan atau segera setelah bayi lahir. Dengan

pecahnya ketuban terjadi oligohidroamnion yang menekan tali pusat

hingga terjadi asfiksia atau hipoksia.Terdapat hubungan antara

terjadinya gawat janin dan derajat hidroamnnion, semakin sedikit air

ketuban, janin semakin gawat (Gilang et all., 2010).

46
2.3 Tabel Sintesa

1. Anemia Dengan Asfiksia Neonatorum


No Peneliti (Tahun) Karakteristik Temuan
Subjek Instrumen Metode/Desain
1 Sri Wahyuni Seluruh ibu Peneliti dengan Observasional analitik Ibu yang menderita anemia
dan Ainiatuz bersalin di RSUD panduan kuisioner dengan rancangan mempunyai risiko mengalami
Zulfa (2011) Sukoharjo penelitian cross kejadian asfiksia 3,556 kali lebih
sectional. tinggi daripada ibu yang tidak
menderita anemia. karena anemia
pada ibu dapat menimbulkan
gangguan kehamilan maupun
komplikasi pada persalinan.
2 Nurjannah, Semua ibu hamil Data yang studi analitik dengan Ibu yang menderita anemia 4,47
Munawar dan yang melahirkan di dikumpulkan dari desain cross sectional. kali lebih mungkin untuk
Arie Rumah Sakit catatan rekam melahirkan bayi dengan asfiksia
Prasetyowati Zainoel Abidin dan medis ibu dan bayi neonatal. Anemia dapat
(2013) Rumah Sakit Ibu & menyebabkan transportasi
Anak oksigen ibu dan janin terganggu.
Sehingga dapat menyebabkan
hipoksia janin dalam rahim yang
mengakibatkan asfiksia neonatal.
3 Dr. Sangeeta. V. Semua ibu bersalin Data yang case control study. Kadar hemoglobin ibu yang
B dan Dr di rumah sakit Vani dikumpulkan dari rendah akan melahirkan bayi
pushpalatha. S Vilas catatan rekam asfiksia 1,6 kali peningkatan
(2014) medis ibu dan bayi risiko antara kasus. Kadar
hemoglobin ibu yang rendah

47
berhubungan dengan peningkatan
risiko asfiksia neonatorum
dengan skor APGAR <5 pada 1
menit dan 5 menit.
4 Rofi’atun Ibu melahirkan dan catatan rekam studi analitik dengan Terdapat hubungan antara kadar
Mahmudah dan bayi di RSU medis ibu dan bayi desain cross sectional hemoglobin ibu hamil dengan
Sulastri (2012) Daerah Dr. kejadian asfiksia neonatorum
Moewardi dengan -0,127 dan p =0,034.
Arah hubungan adalah negatif
yang memiliki makna semakin
tinggi kadar Hb semakin rendah
nilai apgar, atau semakin tinggi
kadar hemoglobin ibu hamil
maka kejadian asfiksia
neonatorum semakin ringan.
5 Santi Wanti Semua bayi baru Data primer dan Jenis penelitian analitik Adanya hubungan yang cukup
(2015). lahir di RSU dr. data sekunder korelasional dengan signifikan antara anemia dengan
Wahidin Sudiro melalui study pendekatan retrospektif asfiksia neonatorum, anemia
Husodo Mojokerto dokumentasi dari dalam kehamilan menyebabkan
catatan rekam hambatan dalam pembentukan
medik hemoglobin, sehingga jumlah
hemoglobin tidak bisa
mengimbangi kenaikan volume
plasma.

48
2. Partus Lama Dengan Asfiksia Neonatorum
1 Andi Sitti semua ibu yang Data rekam medik Metode penelitian Lama persalinan risiko tinggi
Rahma dan melahirkan bayi pasien adalah observasional (>18 jam untuk multipara dan
Mahdinah dengan asfiksia dengan rancangan >24 jam untuk primipara)
Armah (2014) penelitian case control asfiksia. Sebagian besar partus
study. lama menunjukkan pemanjangan
kala satu.

2 Gilang, Harsoyo Semua kasus Data rekam medis Jenis penelitian ini Ada hubungan antara partus lama
Notoatmodjo persalinan Pasien merupakan penelitian atau macet dengan kejadian
dan Maya Dian analitik dengan asfiksia neonatorum. Bila
Rakhmawatie pendekatan cross persalinan berlangsung lama,
(2010) sectional dapat menimbulkan komplikasi
baik terhadap ibu maupun pada
bayi dan dapat meningkatkan
angka kematian ibu dan bayi.

3 Lingga semua ibu bersalin pengumpulan data Jenis penelitian yang Ada hubungan lama persalinan
Maharani di RSU dr. menggunakan digunakan adalah kala II dengan kejadian asfiksia
(2014) Wahidin Sudiro rekam medik. analitik Cross pada bayi baru lahir. Beberapa
Husodo Kota Sectional. keadaan yang terjadi pada ibu
Mojokerto 2014 yang mengalami partus macet
atau partus lama bisa
menyebabkan kehabisan tenaga
dan ibu bisa dehidrasi serta
terjadi perdarahan post partum
yang dapat menyebabkan asfiksia
pada bayi.

49
4 Nin Aprilia Dan semua ibu yang data yang diperoleh Desain penelitian yang Ada hubungan antara persalinan
Nurlaila melahirkan di dari buku register digunakan dalam macet dengan kejadian asfiksia
Ramadhan S Badan Layanan dan catatan rekam penelitian ini adalah pada bayi baru lahir karena
(2012) Umum Daerah medik Badan analitik dengan semakin lama janin berada di
Rumah Sakit pendekatan cross pintu panggul, maka janin akan
Umum dr. Zainoel sectional mengalami hipoksia sehingga
Abidin Banda Aceh terjadilah asfiksia.
5 Mulastin (2014) Semua ibu bersalin dokumentasi rekam Penelitian ini Ada hubungan yang signifikan
di RSIA Kumala medik merupakan penelitian antara jenis persalinan dengan
Siwi Pecangaan survey analitik dengan kejadian asfiksia neonatorum.
Jepara pendekatan Studi karena pada persalinan spontan
Retrospektif memungkinkan adanya prolapsus
tali pusat, kompresi tali pusat
juga adanya partus lama yang
menyebabkan terjadinya hipoksia
pada janin yang menyebabkan
tidak ada saluran udara yang
akhirnya menyebabkan asfiksia
neonatorum.

3. Ketuban Pecah Dini Dengan Asfiksia Neonatorum


1 Ida Susila dan Ny “P” GII P1001 Peneliti dengan Metode yang dipakai Ketuban pecah dini terjadi bila
Puji Wandayanti persalinan dengan panduan kuisioner dalam studi kasus ini selaput ketuban pecah secara
(2012) ketuban pecah dini adalah observasi spontan sebelum ada tanda-tanda
dengan menggunakan persalinan yaitu adanya kontraksi
metode pendekatan uterus yang teratur disertai
manajemen kebidanan pembukaan atau perdarahan
7 langkah varney servik

50
2 Ita Rahmawati semua ibu bersalin Data penelitian Jenis penelitian ini Ketuban pecah dini (KPD)
dan Lailatul yang mengalami dikumpulkan dari termasuk penelitian merupakan salah satu penyebab
Mustaghfiroh KPD tahun 2014. rekam medik ibu deskriptif dengan terjadinya infeksi. Pada sebagian
(2015) bersalin tahun pendekatan besar kasus ketuban pecah dini
2014. retrospektive. berhubungan dengan infeksi intra
partum serta ada hubungan
dengan kejadian asfiksia
neonatorum pada bayi baru lahir.

3 Jumirah (2015) ibu bersalin dan Instrumen Jenis penelitian Ada hubungan antara ketuban
bayi yang penelitian deskriptif analitik pecah dini dengan kejadian
dilahirkan di menggunakan korelasi, menggunakan asfiksia. Pecahnya selaput
Rumah Sakit lembar observasi. rancangan prospektif. ketuban yang menyebabkan
Panembahan Data terbukanya hubungan intra uterin
Senopati Bantul dengan ekstra uterin, sehingga
pada bulan Maret- mikroorganisme dengan mudah
April 2015 masuk dan menimbulkan infeksi.

4 Siti Aisyah dan Ibu bersalin Peneliti dengan Penelitian analitik Salah satu faktor risiko asfiksia
Aini Oktarina melihat catatan komparatif dengan adalah ketuban pecah dini. Hal
(2012) rekam medik pendekatan case ini dapat terjadi pada akhir
control. kehamilan maupun jauh sebelum
waktunya melahirkan. Selain itu
terjadi kompresi tali pusat dan
lilitan tali pusat pada janin. Hal
ini akan meninggikan mortalitas
dan morbiditas perinatal.

51
5 Gilang, Harsoyo Semua kasus Data rekam medis Jenis penelitian ini Ada hubungan ketuban pecah
Notoatmodjo persalinan Pasien merupakan penelitian dini (KPD) dengan kejadian
dan Maya Dian analitik dengan asfiksia neonatorum. Hal ini
Rakhmawatie pendekatan cross disebabkan oleh hipoksia janin
(2010) sectional dalam uterus dan hipoksia ini
berhubungan dengan faktor-
faktor yang timbul dalam
kehamilan, persalinan atau segera
setelah bayi lahir.

52
2.4 Kerangka Teori Asfiksia Neonatorum

Anemia Komplikasi Persalinan


(Perdarahan)
Kekurangan Nutrisi

Penghambatan Sintesis Gangguan Aliran


Hemoglobin Darah

Kenaikkan Volume Dehidrasi


Plasma

Hipoksia Kehabisan
Tenaga

Asfiksia
Neonatorum
Perlambatan
Denyut Jantung
Janin Infeksi Kontraksi Uterus
Abnormal

Gangguan Mikroorganisme
Tali Pusat
Partus Lama
Terbentuknya
Hubungan Intra
Ketuban
dengan ekstra uterin
Pecah Dini

Sumber : Wahyuni & Zulfa (2011), Mahmudah & Sulastri (2012), Rahma
& Armah (2014), Maharani (2014), Jumirah (2015).

Gambar 2.1 : Kerangka Teori Kejadian Asfiksia Neonatorum

53
BAB III

KERANGKA KONSEP

3.1 Dasar Pemikiran Variabel Yang Diteliti

Berdasarkan laporan triwulan RSU Anutapura Palu bahwa pada

tahun 2014 sebanyak 356 bayi asfiksia dan yang meninggal sebanyak 14

bayi. Pada tahun 2015 sebanyak 283 bayi asfiksia dan yang meninggal

sebanyak 25 bayi. Sedangkan untuk tahun 2016 tercatat 235 bayi asfiksia

dan 10 bayi meninggal (Laporan Triwulan RSU Anutapura Palu, 2015,

2016).

Anemia adalah gangguan hematologi yang paling umum yang terjadi

pada kehamilan. Menurut standar baru-baru ini ditetapkan oleh WHO bahwa

mengalami anemia ketika konsentrasi Hemoglobin (Hb) dalam darah perifer

adalah <11 gr% (Sabina et all., 2015). Anemia pada ibu adalah masalah

umum pada kehamilan yang menyebabkan transportasi oksigen ibu dan

janin terganggu. Gangguan tersebut dapat menyebabkan hipoksia janin

dalam rahim mengakibatkan asfiksia neonatal (Nurjannah et all., 2013).

Partus lama adalah persalinan yang berlangsung >24 jam pada

primigravida atau >18 jam pada multigravida yang dimulai dari tanda-tanda

persalinan (Rahma & Armah, 2014). Persalinan macet atau persalinan lama

dapat menyebabkan kejadian asfiksia pada bayi baru lahir, karena semakin

lama janin berada di pintu panggul, maka janin akan mengalami hipoksia

sehingga terjadilah asfiksia (Nin & Nurlaila, 2012).

54
Ketuban pecah dini (KPD) merupakan keadaan pecahnya selaput

ketuban sebelum persalinan. Bila KPD terjadi sebelum usia kehamilan atau

<37 minggu disebut sebagai ketuban pecah dini pada kehamilan prematur

atau Preterm Rupture of Membrane (PPROM) (Lowing et all., 2015).

Ketuban Pecah Dini (KPD) akan menyebabkan kelahiran bayi asfiksia

neonatorum bila disertai dengan penyulit lainnya. Hal ini disebabkan oleh

hipoksia janin dalam uterus dan hipoksia ini berhubungan dengan faktor-

faktor yang timbul dalam kehamilan, persalinan atau segera setelah bayi

lahir. Dengan pecahnya ketuban terjadi oligohidroamnion yang menekan tali

pusat hingga terjadi asfiksia atau hipoksia (Gilang et all., 2010).

3.2 Alur Kerangka Konsep

Variabel Independen Variabel Dependen

Anemia
Kejadian

Partus Lama Asfiksia


Neonatorum
Ketuban Pecah Dini

Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian

3.3 Definisi Operasional dan Kriteria Objektif

3.3.1 Variabel Terikat (Dependen)

a. Definisi Operasional

Variabel yang dipengaruhi variabel bebas yang dalam hal

ini adalah asfiksia neonatorum dengan menetapkan nilai

Apprearance, Pulse, Grimace, Activity, Respiration (APGAR)

55
oleh tenaga kesehatan. Dengan melihat catatan rekam medik

pasien jika nilai APGAR ≥ 7 (tidak asfiksia) dan nilai APGAR

<7 (asfiksia).

b. Kriteria Objektif

Kasus : Apabila hasil pemeriksaan responden oleh tenaga

kesehatan menunjukkan positif (asfiksia) seperti

yang tercatat dalam rekam medik pasien.

Kontrol : Apabila hasil pemeriksaan responden oleh tenaga

kesehatan menunjukkan negatif (tidak asfiksia)

seperti yang tercatat dalam rekam medik pasien.

3.3.2 Variabel Bebas (Independen)

1. Anemia

a. Definisi Operasional

Anemia pada ibu ketika konsentrasi Hemoglobin (Hb)

dalam darah perifer adalah <11 gr% yang diagnosis oleh

tenaga kesehatan dan dibuktikan dari hasil pemeriksaan

laboratorium dengan catatan.

b. Kriteria Objektif

Risiko Tinggi : Apabila hasil pemeriksaan responden

menunjukkan Hemoglobin (Hb) <11 gr%

seperti yang tercatat dalam rekam medik

pasien.

56
Risiko Rendah : Apabila hasil pemeriksaan responden

menunjukkan Hemoglobin (Hb) ≥11 gr%

seperti yang tercatat dalam rekam medik

pasien.

2. Partus Lama

a. Definisi Operasional

Partus lama adalah persalinan yang berlangsung >24

jam pada primigravida atau >18 jam pada multigravida yang

dimulai dari tanda-tanda persalinan dan disertai bukti catatan

rekam medik pasien dengan cara menjumlahkan lamanya

persalinan kala I dan kala II.

b. Kriteria Objektif

Risiko Tinggi : Apabila persalinan yang berlangsung

>24 jam pada primigravida atau >18 jam

pada multigravida yang dimulai dari

tanda-tanda persalinan seperti yang

tercatat dalam rekam medik pasien.

Risiko Rendah : Apabila persalinan yang berlangsung ≤ 24

jam pada primigravida atau ≤18 jam

pada multigravida yang dimulai dari

tanda-tanda persalinan seperti yang

tercatat dalam rekam medik pasien.

57
3. Ketuban Pecah Dini

a. Definisi Operasional

Bila KPD terjadi sebelum usia kehamilan atau <37

minggu disebut sebagai ketuban pecah dini pada kehamilan

prematur dan disertai bukti catatan rekam medik pasien.

b. Kriteria Objektif

Risiko Tinggi : Apabila ketuban pecah <37 minggu usia

kehamilan seperti yang tercatat dalam

rekam medik pasien

Risiko Rendah : Apabila ketuban pecah ≥37 minggu usia

kehamilan seperti yang tercatat dalam

rekam medik pasien

3.4 Hipotesis Penelitian

1. Anemia pada ibu merupakan faktor risiko asfiksia neonatorum.

2. Partus lama merupakan faktor risiko asfiksia neonatorum.

3. Ketuban pecah dini merupakan faktor risiko asfiksia neonatorum.

58
BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitan

observasional analitik dengan menggunakan pendekatan case control.

Penelitian kasus-kontrol ini untuk mempelajari seberapa jauh faktor risiko

mempengaruhi terjadinya efek. Penelitian ini biasa juga disebut sebagai case

comparison study atau retrospective study (Azwar, 2012).

Pada penelitian kasus-kontrol dilakukan perbandingan antara

sekelompok orang yang menderita penyakit (kasus) dengan sekelompok

lainnya yang tidak menderita penyakit terebut (kontrol), kemudian dicari

faktor-faktor penyebab timbulnya penyakit tersebut (Susila & Suyanto,

2014).

Arah penelitian retrospektif

Faktor risiko (+) Efek (+)/


kasus
Faktor risiko (-) Populasi
Matching/
non matching
Faktor risiko (+)
Sampel
Efek (-)/
Faktor risiko (-) kontrol

Arah waktu

Gambar 4.1 Rancangan Desain Case Control

59
4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada 22 Maret – 9 Juni 2017 di RSU

Anutapura Kota Palu yang merupakan pusat rujukan dan pengobatan.

4.3 Populasi dan Sampel

4.3.1 Populasi

Populasi pada penelitian ini adalah ibu bersalin di RSU

Anutapura Palu pada tahun 2016 yang tercatat pada rekam medik

berjumlah 2.488 jiwa.

4.3.2 Sampel

Sampel dalam penelitian ini terbagi atas 2 yakni sampel kasus

dan sampel kontrol dalam bentuk berpasangan (matching). Besar

sampel dalam penelitian ditentukan dengan menggunakan Rumus

Standley Lameshow, dengan tingkat kemaknaan 5%, OR=2, derajat

kepercayaan (CI) 95%, sedangkan untuk sampel kontrol akan

ditetapkan berdasarkan banyaknya sampel kasus atau dengan

perbandingan kasus : kontrol = 1 : 1

1. Jumlah Sampel

Untuk menentukan ukuran sampel, peneliti menggunakan rumus

Standley Lameshow sebagai berikut :

Rumus :

(𝑍1−∝/2 √2𝑃𝑄 + 𝑍1−𝛽 √𝑃1 𝑄1 + 𝑃2 𝑄2 )2


𝑛=
(𝑃1 − 𝑃2 )2

60
Keterangan :

n = Perkiraan Besar Sampel Minimal

𝑍1−∝/2 = Nilai Sebaran Normal Baku dengan Besaran

Perkiraan Besar Sampel Minimal = 5% (1,96)

𝑍1−𝛽 = Nilai Sebaran Normal Baku dengan Besaran = 20% (0,84)

P1 = Perkiraan Proporsi pada Populasi Kasus

Q1 = 1 – p1

P2 = Perkiraan Proporsi pada Populasi Kontrol

Q2 = 1 – p2

235
P1 = 2.488 = 0,09

OR. P1 2(0,09)
P2 = = = 0,16
(1 − P1 ) + (OR. P1 ) (1 − 0,09) + (2.0,09)

P1 + P2 0,09 + 0,16
P= = = 0,12
2 2

Q = 1 − P = 1 − 0,12 = 0,88

Q1 = 1 − P1 = 1 − 0,09 = 0,91

Q2 = 1 − P2 = 1 − 0,16 = 0,84

(Z1−∝/2 √2PQ + Z1−β √P1 Q1 + P2 Q2 )2


n=
(P1− P2 )2

(1,96√2(0,12)(0,88) + 0,84√(0,09.0,91) + (0,16.0,84)2


n=
(0,09 − 0,16)2

0,61
n=
0,0049

n = 124,4

n = 125

61
Jadi, total sampel dalam penelitian ini sebanyak 125 sampel kasus dan

125 sampel kontrol dengan total 250 sampel.

2. Metode Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini

menggunakan Systematic Random Sampling, dimana membagi

jumlah atau anggota populasi dengan perkiraan jumlah sampel

yang diinginkan.

4.4 Pengumpulan Data

4.1.1 Data Sekunder

Data yang diperoleh untuk penelitian ini yaitu data dari rekam medik

rumah sakit Anutapura Palu tahun 2016.

4.5 Analisis Data

Setelah data terkumpul selanjutnya diolah melalui proses editing, coding dan

entry data. Tahap-tahap analisis data sebagai berikut :

4.5.1 Analisis Univariat

Analisis univariat yaitu dilakukan untuk mengetahui distribusi,

frekuensi dari masing-masing variabel yang diteliti baik variabel

dependen maupun variabel independen.

4.5.2 Analisis Bivariat

Analisis bivariat digunakan untuk mengetahui faktor risiko terhadap

asfiksia neonatorum. Analisis data dilakukan dengan menggunakan

program analisa data komputer untuk membandingkan faktor risiko

62
asfiksia neonatorum antara kasus dan kontrol, maka digunakan

rumus Odds Ratio (OR).

Prinsip penelitian kasus kontrol dapat dilihat pada tabel

kontingensi 2x2 sebagai berikut :

Diagnosis
FR Jumlah
Kasus Kontrol

+ a b a+b

- c d c+d

Jumlah a+c b+d a+b+c+d

Tabel 4.1 Kontingensi 2x2

Keterangan : a = jumlah kasus dengan faktor risiko positif (+)

b = Jumlah kontrol dengan faktor risiko positif (+)

c = Jumlah kasus dengan faktor risiko negatif (-)

d = Jumlah kontrol dengan faktor risiko negatif (-)


𝑎 𝑐 𝑎𝑑
𝑂𝑅 = x 𝑐+𝑏 = 𝑏𝑐
𝑎+𝑏

Angka Confidence interval (CI) = 95%

Untuk menentukan apakai nilai OR yang telah diperoleh

mempunyai hubungan yang bermakna, maka harus dihitung

besarnya nilai batas atas (upper limit) maupun batas bawah (lower

limit). Nilai batas atas dan batas bawah dapat dihitung berdasarkan

rumus :

Nilai batas bawah (lower limit) : OR (ᵋ-f)

Nilai batas atas (upper limit) : OR (ᵋ+f)

63
1 1 1 1
Dimana : f = √(𝑎 + 𝑏 + 𝑐 + 𝑑) 𝑥1,96

ε = logaritma Natural (2,72)

𝑎/(𝑎+𝑐) 𝑎
Odds untuk kelompok kasus = 𝑐/(𝑎+𝑐) = 𝑐

𝑏/(𝑏+𝑑) 𝑏
Odds untuk kelompok kontrol = 𝑑/(𝑏+𝑑) = 𝑑

Interpretasi :

OR<1 : Variabel yang diteliti merupakan faktor protektif

OR=1 : Variabel yang diteliti tidak mempunyai hubungan

kausal

OR>1 : Variabel yang diteliti merupakan faktor risiko

4.6 Penyajian Data

Setelah dilakukan pengolahan data, selanjutnya data dianalisis dan disajikan

dalam bentuk tabel dan narasi serta dijelaskan.

64
BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Penelitian

5.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Sakit Umum Anutapura

Palu yang bertujuan untuk mengetahui faktor risiko asfiksia

neonatorum di Rumah Sakit Umum Anutapura Palu tahun 2016.

Rumah Sakit Umum Anutapura Palu berlokasi di Jalan Kangkung

nomor 1 Palu Kecamatan Palu Barat, menempati lahan seluas 33.540

m2 dengan luas bangunan hingga saat ini seluas 20.072 m2. Dengan

lokasi yang strategis dan dikelilingi oleh pusat-pusat pertumbuhan

ekonomi, sosial dan budaya sehingga sangat potensial untuk

pengembangan di masa mendatang RSU Anutapura Palu merupakan

rumah sakit rujukan bagi fasilitas dan demografi RSU Anutapura

Palu digambarkan dari keadaan geografis dan demografis Kota Palu.

Rumah Sakit Anutapura Palu adalah milik pemerintah Kota

Palu, dengan status kelas B, mengalam 3 (tiga) kali perubahan

struktur organisasi, dari Rumah Sakit Umum Daerah Anutapura

kemudian menjadi Rumah Sakit Umum Kota Palu dan yang

digunakan sampai sekarang adalah Rumah Sakit Umum Anutapura

Palu.

65
Rumah Sakit Umum Anutapura Palu sebagai Rumah Sakit

Badan Layanan Umum (BLUD) sejak 1 Januari tahun 2009 di

samping itu RSU Anutapura Palu dinilai telah berhasil menciptakan

inovasi perbaikan dalam upaya meningkatkan kinerja

penyelenggaraan pelayanan dan masuk dalam kelompok predikat

baik oleh sebab itu RSU Anutapura diberikan penghargaan berupa

piagam PRATAMA “CITRA PELAYANAN PRIMA” berdasarkan

Surat Keputusan Menteri Pendayagunaan Apatur Negara dan

Reformasi Birokrasi Nomor 354 Tahun 2012 Tanggal 5 November

2012 yang diserahkan langsung oleh WAPRES.

Rumah Sakit (RSU) Anutapura Palu berstatus sebagai Rumah

Sakit Kelas B Pendidikan sejak tanggal 21 Februari 2014

berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan No.

HK.02.03/I/0246/2014. RSU Anutapura Palu juga merupakan

jejaring RS Pendidikan Utama yang digunakan sebagai wahana

pembelajaran klinik peserta didik untuk memenuhi sebagai modul

pendidikan dalam rangka mencapai kompetensi berdasarakan standar

pendidikan profesi kedokteran.

Sumber daya manusia tenaga kesehatan dan tenaga non

kesehatan yang ada pada saat ini berjumlah 969 karyawan terdiri atas

475 karyawan yang berstatus Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan 494

karyawan berstatus volunter. Adapun ketenagaan di unit

66
laboratorium terdiri atas tenaga medis, teknisi medis dan

keperawatan.

Dalam penelitian, pemilihan sampel pada kasus ditetapkan

berdasarkan nilai APGAR pada bayi baru lahir yang didiagnosa

positif asfiksia neonatorum oleh dokter atau bidan yang bertugas dan

terdaftar di Rumah Sakit Umum Anutapura Palu tahun 2016.

Demikian halnya dengan sampel kontrol ditetapkan berdasarkan nilai

APGAR pada bayi baru lahir yang didiagnosa negattif asfiksia

neonatorum oleh dokter atau bidan yang bertugas dan terdaftar di

Rumah Sakit Umum Anutapura Palu tahun 2016. Sampel dimatching

berdasarkan gravidarium dengan tujuan menghindari terjadinya bias

atau kesalahan dalam menganalisa hubungan antar variabel.

5.1.2 Analisis Univariat

Analisis univariat bertujuan untuk memperoleh terhadap tiap

variabel dari hasil penelitian untuk menggambarkan distribusi

responden pada masing-masing variabel. Hasil univariat dalam

penelitian ini adalah :

67
A. Kelompok Umur Ibu

Distribusi responden menurut kelompok umur ibu dalam

penelitian ini bervariasi antara umur 16 tahun sampai dengan

umur ≥ 51 tahun.

Tabel 5.1 : Distribusi Responden Menurut Kelompok Umur


Ibu di Rumah Sakit Umum Anutapura Palu
Tahun 2016
Asfiksia Neonatorum
Kelompok
Kasus Kontrol Total
Umur
n % n %
16-20 6 4,8 14 11,2 20
21-25 22 17,6 24 19,2 46
26-30 32 25,6 31 24,8 63
31-35 32 25,6 33 26,4 66
36-40 26 20,8 8 6,4 35
41-45 5 4 9 7,2 14
46-50 1 0,8 1 0,8 2
≥51 1 0,8 5 4 4

Total 125 100 125 100 250

Sumber : Data Rekam Medik, 2016

Tabel 5.1 menunjukkan bahwa pada responden kasus,

kelompok umur ibu lebih banyak pada umur 26-30 tahun dan

31-35 tahun dengan jumlah masing-masing 32 orang (25,6%).

Sedangkan pada responden kontrol, kelompok umur ibu lebih

banyak pada umur 31-35 tahun dengan jumlah 33 orang

(26.4%).

B. Pendidikan Terakhir Ibu

Distribusi tingkat pendidikan responden dalam penelitian

ini bervariasi mulai dari tidak sekolah sampai dengan perguruan

tinggi.

68
Tabel 5.2 : Distribusi Responden Menurut Tingkat
Pendidikan di Rumah Sakit Umum Anutapura
Palu Tahun 2016
Asfiksia Neonatorum

Pendidikan Terakhir Kasus Kontrol Total

n % n %
Tidak Sekolah/Tidak Tamat
26 20.8 26 20.8 52
Sekolah
SD 22 17.6 13 10.4 35

SMP 23 18.4 23 18.4 46

SMA 22 17.6 26 20.8 48


Diploma 15 12.0 10 8.0 25
Perguruan Tinggi (S1) 17 13.6 27 21.6 44
Total 125 100.0 125 100.0 250

Sumber : Data Rekam Medik, 2016


Tabel 5.2 menunjukkan bahwa tingkat pendidikan ibu

yang tertinggi pada responden kasus adalah ibu yang tidak

sekolah/tidak tamat sekolah dengan jumlah 26 orang (20.8%).

Sedangkan tingkat pendidikan ibu yang tertinggi pada responden

kontrol adalah ibu yang menyelesaikan perguruan tinggi (S1)

dengan jumlah 27 orang (21.6%).

C. Pekerjaan Ibu

Distribusi responden menurut pekerjaan ibu dalam

penelitian ini bervariasi antara Urusan Rumah Tangga (URT)

sampai dengan guru.

69
Tabel 5.3 : Distribusi Responden Menurut Pekerjaan Ibu
di Rumah Sakit Umum Anutapura Palu Tahun
2016
Asfiksia Neonatorum
Pekerjaan Kasus Kontrol Total

n % n %
URT 70 56.0 72 57.6 142

Pedagang 29 23.2 33 26.4 62

Perawat 16 12.8 10 8.0 26

Guru 10 8.0 10 8.0 20

Total 125 100.0 125 100.0 250

Sumber : Data Rekam Medik, 2016

Tabel 5.3 menunjukkan bahwa pada responden kasus,

lebih banyak ibu yang bekerja sebagai URT dengan jumlah

masing-masing sebanyak 70 orang (56.0%). Begitupula pada

responden kontrol, lebih banyak ibu yang bekerja sebagai URT

dengan jumlah 72 responden dan persentase sebanyak 57.6%.

D. Jenis Kelamin Bayi

Berdasarkan penelitian yang dilakukan, distribusi

menurut jenis kelamin bayi dalam penelitian ini antara jumlah

laki-laki dan perempuan pada reponden kasus dan kontrol.

Tabel 5.4 : Distribusi Responden Menurut Jenis Kelamin


Bayi di Rumah Sakit Umum Anutapura Palu
Tahun 2016
Asfiksia Neonatorum
Jenis Kelamin Kasus Kontrol Total

n % n %
Laki-Laki 66 52,8 58 46,4 124
Perempuan 59 47,2 67 53.6 126
Total 125 100.0 125 100.0 250

Sumber : Data Rekam Medik, 2016

70
Tabel 5.4 menunjukkan bahwa pada responden kasus,

lebih banyak jenis kelamin laki-laki dengan jumlah 66 bayi

(52.8%). Sedangkan pada responden kontrol, lebih banyak jenis

kelamin perempuan dengan jumlah 67 bayi (53.6%).

E. Gravidarium

Berdasarkan penelitian yang dilakukan, distribusi

menurut gravidarium dalam penelitian ini jumlah reponden

didominasi oleh multigravida dari pada primigravida.

Tabel 5.5 : Distribusi Responden Menurut Gravidarium di


Rumah Sakit Umum Anutapura Palu Tahun
2016
Asfiksia Neonatorum

Gravidarium Kasus Kontrol Total

n % n %
Primigravida 32 25.6 32 25.6 64
Multigravida 93 74.4 93 74.4 186

Total 125 100.0 125 100.0 250

Sumber : Data Rekam Medik, 2016

Tabel 5.5 menunjukkan bahwa pada responden kasus dan

kontrol, yang tertinggi adalah multigravida dengan jumlah

masing-masing 93orang (74.4%).

5.1.3 Analisis Bivariat

Analisis bivariat dimaksudkan untuk mengetahui seberapa

besar variabel independen berperan sebagai faktor risiko.

71
1. Anemia Terhadap Asfiksia Neonatorum

A. Risiko Anemia Terhadap Asfiksia Neonatorum di

Rumah Sakit Umum Anutapura Palu Tahun 2016

Responden yang melahirkan bayi asfiksia

neonatorum ketika konsentrasi Hemoglobin (Hb) dalam

darah perifer adalah <11 gr% yang diagnosis oleh tenaga

kesehatan. Sedangkan pasien yang melahirkan bayi tidak

mengalami asfiksia neonatorum ketika konsentrasi

Hemoglobin (Hb) dalam darah perifer adalah ≥11 gr% yang

diagnosis oleh tenaga kesehatan.

Tabel 5.6 : Risiko Anemia Terhadap Asfiksia


Neonatorum di Rumah Sakit Umum
Anutapura Palu Tahun 2016
Asfiksia Neonatorum
OR
Anemia Kasus Kontrol Total
(CI 95%)
n % n %
Risiko Tinggi 108 86.4 72 57.6 174
4.676
Risiko Rendah 17 13.6 53 42.4 76
(2.510-8.714)
Total 125 100.0 125 100.0 250

Sumber : Data Rekam Medik, 2016

Tabel 5.6 menunjukkan bahwa responden yang

melahirkan bayi asfiksia neonatorum lebih banyak pada ibu

yang berisiko tinggi anemia sebanyak 108 orang (86.4%),

sedangkan ibu yang berisiko rendah anemia sebanyak 17

orang (13.6%). Begitupula pada responden kontrol. Hasil

analisis Odds Ratio (OR) dengan Confidence Interval (CI)

95% diperoleh nilai OR = 4.676 (2.510-8.714), hal ini

72
berarti ibu yang mengalami anemia berisiko 4.676 kali lebih

besar untuk melahirkan bayi asfiksia neonatorum

dibandingkan ibu yang tidak mengalami anemia. Karena

nilai OR>1 dan angka 1 tidak ada diantara nilai upper dan

lower, maka anemia merupakan faktor risiko secara

signifikan terhadap asfiksia neonatorum.

B. Analisis Resiko Anemia yang mengalami Partus Lama

dan Ketuban Pecah Dini terhadap Asfiksia Neonatorum

di Rumah Sakit Umum Anutapura Palu Tahun 2016

Berdasarkan penelitian yang dilakukan, responden

yang melahirkan bayi asfiksia neonatorum ketika responden

mengalami anemia serta mengalami partus lama dan

ketuban pecah dini. Sedangkan pasien yang melahirkan bayi

tidak mengalami asfiksia neonatorum ketika responden

mengalami anemia tetapi tidak mengalami partus lama dan

tidak ketuban pecah dini.

73
Tabel 5.7 : Analisis Resiko Anemia yang mengalami
Partus Lama dan Ketuban Pecah Dini
terhadap Asfiksia Neonatorum di Rumah
Sakit Umum Anutapura Palu Tahun 2016

Asfiksia Neonatorum
Faktor Risiko OR
Total
Anemia (CI 95%)
Kasus Kontrol

n % n %

Partus RT 80 74,1 25 34,7 105


Lama 5.371
RR 28 25,9 47 65,3 75
(2.808-10.274)
Total 108 100 72 100 180
RT 76 70,4 29 40,3 105
KPD 3.522
RR 32 29,6 43 59,7 75
(1.882-6.588)
Total 108 100,0 72 100,0 180
*Ket: RT (Resiko Tinggi), RR (Resiko Rendah)
Sumber : Data Rekam Medik, 2016

Tabel 5.7 berdasarkan hasil analisis Odds Ratio

(OR) dengan CI (95%), ibu yang secara bersamaan

mengalami anemia dan partus lama berisiko 5.371 kali

melahirkan bayi asfiksia neonatorum. Demikian juga hasil

analisis Odds Ratio (OR) pada ibu yang secara bersamaan

mengalami anemia dan ketuban pecah dini berisiko 3.522

kali melahirkan bayi asfiksia neonatorum.

2. Partus Lama Terhadap Asfiksia Neonatorum

A. Risiko Partus Lama Terhadap Asfiksia Neonatorum di

Rumah Sakit Umum Anutapura Palu Tahun 2016

Responden yang mengalami partus lama jika

persalinan yang berlangsung >24 jam pada primigravida

atau >18 jam pada multigravida yang dimulai dari tanda-

74
tanda. Sedangkan pasien yang tidak mengalami partus

lama jika persalinan yang berlangsung ≤24 jam pada

primigravida atau ≤18 jam pada multigravida yang

dimulai dari tanda-tanda.

Tabel 5.8 : Risiko Partus Lama Terhadap Asfiksia


Neonatorum di Rumah Sakit Umum
Anutapura Palu Tahun 2016

Asfiksia Neonatorum
OR
Partus Lama Kasus Kontrol Total
(CI 95%)
n % n %
Risiko Tinggi 96 76.8 59 47.2 155
3.703
Risiko Rendah 29 23.2 66 52.8 95
(2.510-6.379)
Total 125 100.0 125 100.0 250

Sumber : Data Rekam Medik, 2016

Tabel 5.8 menunjukkan bahwa responden yang

melahirkan bayi asfiksia neonatorum lebih banyak pada

ibu yang berisiko tinggi partus lama sebanyak 96 orang

(76.8%) sedangkan ibu yang berisiko rendah sebanyak 29

orang (23.2%). Sebaliknya pada responden kontrol lebih

banyak yang berisiko rendah daripada yang berisiko tinggi

partus lama. Hasil analisis Odds Ratio (OR) dengan CI

(95%) diperoleh nilai OR = 3.703 (2.510-6.379), hal ini

berarti ibu yang mengalami partus lama berisiko 3.703

kali lebih besar untuk melahirkan bayi asfiksia

neonatorum dibandingkan ibu yang tidak mengalami

partus lama. Karena nilai OR>1 dan angka 1 tidak ada

75
diantara nilai upper dan lower, maka partus lama

merupakan faktor risiko secara signifikan terhadap

asfiksia neonatorum.

B. Analisis Risiko Partus Lama yang mengalami Anemia

dan Ketuban Pecah Dini terhadap Asfiksia

Neonatorum di Rumah Sakit Umum Anutapura Palu

Tahun 2016

Berdasarkan penelitian yang dilakukan, responden

yang melahirkan bayi asfiksia neonatorum ketika

responden mengalami partus lama serta mengalami

anemia dan ketuban pecah dini. Sedangkan pasien yang

melahirkan bayi tidak mengalami asfiksia neonatorum

ketika responden mengalami partus lama tetapi mengalami

tidak anemia dan tidak ketuban pecah dini.

Tabel 5.9 : Analisis Risiko Partus Lama yang


mengalami Anemia dan Ketuban Pecah
Dini terhadap Asfiksia Neonatorum di
Rumah Sakit Umum Anutapura Palu
Tahun 2016

Asfiksia Neonatorum
Faktor Risiko OR
Kasus Kontrol Total
Partus Lama (CI 95%)
n % n %

RT 80 83,3 25 42,4 105


Anemia 6.800
RR 16 16,7 34 57,6 50
(3.229-14.321)
Total 96 100 59 100 155
RT 57 59,4 6 10,2 63
KPD 12.910
RR 39 40,6 53 89,8 92
(5.057-32.962)
Total 96 100,0 59 100,0 155
*Ket: RT (Resiko Tinggi), RR (Resiko Rendah)
Sumber : Data Rekam Medik, 2016

76
Tabel 5.9 berdasarkan hasil analisis Odds Ratio

(OR) dengan CI (95%) bahwa ibu yang secara bersamaan

mengalami partus lama dan anemia berisiko 6.800 kali

melahirkan bayi asfiksia neonatorum. Demikian juga hasil

analisis Odds Ratio (OR) pada responden yang secara

bersamaan mengalami partus lama dan ketuban pecah dini

berisiko 12.910 kali melahirkan bayi asfiksia neonatorum.

3. Ketuban Pecah Dini terhadap Asfiksia Neonatorum

A. Risiko Ketuban Pecah Dini Terhadap Asfiksia

Neonatorum di Rumah Sakit Umum Anutapura Palu

Tahun 2016

Responden yang mengalami ketuban pecah dini

terjadi sebelum usia kehamilan atau <37 minggu.

Sedangkan pasien yang tidak mengalami ketuban pecah dini

terjadi pada usia kehamilan ≥37 minggu.

Tabel 5.10 : Risiko Ketuban Pecah Dini Terhadap


Asfiksia Neonatorum di Rumah Sakit
Umum Anutapura Palu Tahun 2016

Asfiksia Neonatorum
Ketuban Pecah OR
Kasus Kontrol Total
Dini (CI 95%)
n % n %
Risiko Tinggi 85 68.0 48 38.4 133
3.409
Risiko Rendah 40 32.0 77 61.6 177
(2.025-5.738)
Total 125 100.0 125 100.0 250

Sumber : Data Rekam Medik, 2016

Tabel 5.10 menunjukkan bahwa responden yang

melahirkan bayi asfiksia neonatorum lebih banyak pada ibu

77
yang berisiko tinggi ketuban pecah dini sebanyak 85 orang

(68.0%) sedangkan yang berisiko rendah sebanyak 40 orang

(32.0%). Sebaliknya pada responden kontrol lebih banyak

yang berisiko rendah daripada yang berisiko tinggi KPD.

Hasil analisis Odds Ratio (OR) dengan CI (95%) diperoleh

nilai OR = 3.409 (2.025-5.738), hal ini berarti ibu yang

mengalami Ketuban Pecah Dini (KPD) berisiko 3.409 kali

lebih besar untuk melahirkan bayi asfiksia neonatorum

dibandingkan ibu yang tidak mengalami Ketuban Pecah

Dini (KPD). Karena nilai OR>1 dan angka 1 tidak ada

diantara nilai upper dan lower, maka Ketuban Pecah Dini

(KPD) merupakan faktor risiko secara signifikan terhadap

asfiksia neonatorum.

B. Analisis Risiko Ketuban Pecah Dini yang mengalami

Anemia dan Partus Lama terhadap Asfiksia

Neonatorum di Rumah Sakit Umum Anutapura Palu

Tahun 2016

Berdasarkan penelitian yang dilakukan, responden

yang melahirkan bayi asfiksia neonatorum ketika responden

mengalami ketuban pecah dini serta mengalami anemia dan

partus lama. Sedangkan pasien yang melahirkan bayi tidak

mengalami asfiksia neonatorum ketika responden

78
mengalami ketuban pecah dini tetapi tidak anemia dan tidak

partus lama.

Tabel 5.11 : Analisis Risiko Ketuban Pecah Dini yang


mengalami Anemia dan Partus Lama
terhadap Asfiksia Neonatorum di
Rumah Sakit Umum Anutapura Palu
Tahun 2016
Asfiksia Neonatorum
Faktor Risiko
OR
Ketuban Pecah Kasus Kontrol Total
(CI 95%)
Dini
n % n %

RT 76 89,4 29 60,4 105


Anemia 5.533
RR 9 10,6 19 39,6 28
(2.247-13.623)
Total 85 100 48 100 133

Partus RT 57 67,1 6 12,5 63


Lama 14.250
RR 28 32,9 42 87,5 70
(5.415-37.501)
Total 85 100,0 48 100,0 133
*Ket: RT (Resiko Tinggi), RR (Resiko Rendah)
Sumber : Data Rekam Medik, 2016

Tabel 5.11 berdasarkan hasil analisis Odds Ratio

(OR) dengan CI (95%) bahwa ibu yang secara bersamaan

mengalami ketuban pecah dini dan anemia berisiko 5.533

kali melahirkan bayi asfiksia neonatorum. Demikian juga

hasil analisis Odds Ratio (OR) pada ibu yang secara

bersamaan mengalami ketuban pecah dini dan partus lama

berisiko 14.250 kali melahirkan bayi asfiksia neonatorum.

79
5.2 Pembahasan

5.2.1 Anemia terhadap Asfiksia Neonatorum

Anemia dalam kehamilan memberi pengaruh kurang baik

bagi ibu, baik dalam kehamilan, persalinan, maupun nifas dan masa

selanjutnya. Anemia dalam kehamilan merupakan sebab potensial

morbiditas dan mortalitas pada ibu dan bayinya. Anemia

meningkatkan frekuensi komplikasi pada kehamilan dan persalinan

(Handini, 2014).

Prevalensi anemia yang tinggi dapat membawa akibat negatif

berupa gangguan dan hambatan pada pertumbuhan, baik sel tubuh

maupun sel otak dan kekurangan Hb dalam darah mengakibatkan

kurangnya oksigen yang dibawa/ditransfer ke sel tubuh maupun ke

otak. Pada ibu hamil dapat mengakibatkan efek buruk pada ibu itu

sendiri dan bayi yang dilahirkannya (Handini, 2014).

Seorang wanita hamil yang memiliki kadar (Hb) kurang dari

11g% disebut anemia. Kekurangan zat besi pada wanita hamil

merupakan penyebab penting yang melatarbelakangi kejadian

morbiditas dan mortalitas, yaitu kematian ibu pada waktu hamil dan

pada waktu melahirkan atau nifas sebagai akibat komplikasi

kehamilan (Nurhidayati, 2013). Anemia pada ibu memberikan

dampak pada saat persalinan sebanyak 58% kasus asfiksia

neonatorum. Sehingga anemia merupakan faktor risiko asfiksia

neonatorum bermakna secara signifikan. Penyebab asfiksia

80
neonatorum dikarenakan hipoksia intrapartum dan pengamatan ini

serupa dengan Majeed et all yang dimana 60% ibu ditemukan

mengalami anemia pada saat persalinan (Kiyani et all., 2014).

Hasil penelitian yang dilakukan di Rumah Sakit Umum

Anutapura Palu didapatkan bahwa ibu yang mengalami anemia

berisiko 4.676 kali lebih besar untuk melahirkan bayi asfiksia

neonatorum dibandingkan ibu yang tidak mengalami anemia.

Penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Setiawan et all.,

(2013) menyimpulkan wanita yang mengalami anemia berisiko 5,74

kali untuk kejadian asfiksia neonatorum. Anemia merupakan suatu

keadaan dimana jumlah eritrosit yang beredar atau konsentrasi

hemoglobin menurun. Sebagai akibatya ada penurunan transportasi

oksigen dari paru ke jaringan perifer. Selama kehamilan, anemia

lazim terjadi dan biasanya disebabkan oleh karena defisiensi besi

sekunder terhadap kehilangan darah sebelumnya atau masukan besi

yang tidak adekuat. Batas anemia pada ibu hamil di Indonesia adalah

≤11 gr%.

Hasil penelitian yang didapatkan oleh Mahmudah & Sulastri

(2012) tidak sejalan dengan penelitian ini dikarenakan hasil yang

didapatkan adalah Odd Ratio terdapat value 0,708 atau kurang dari 1

yang artinya bahwa secara statistik kadar hemoglobin ibu hamil

bukan merupakan faktor yang determinan terhadap kejadian asfiksia

neonatorum.

81
Menurut Lone (2013) menyatakan bahwa bayi baru lahir dari

ibu anemia memiliki resiko 1,8 kali lebih tinggi dengan APGAR <5

dan resiko IUFD 3,7 kali lebih tinggi pada wanita anemia. Hasil

penelitian sejalan dengan penelitian yang dilakuka Wahyuni & Zulfa

(2011), dimana ibu hamil yang menderita anemia mempunyai risiko

mengalami kejadian asfiksia 3,556 kali lebih tinggi daripada ibu

yang tidak menderita anemia.

Hasil penelitian yang dilakukan di Rumah Sakit Umum

Anutapura Palu didapatkan ibu yang secara bersamaan mengalami

anemia dan partus lama berisiko 5.371 kali melahirkan bayi asfiksia

neonatorum. Demikian juga pada ibu yang secara bersamaan

mengalami anemia dan ketuban pecah dini berisiko 3.522 kali

melahirkan bayi asfiksia neonatorum.

Menurut Handini (2014) bahwa pengaruh anemia pada saat

kehamilan dapat menyebabkan abortus, partus prematurus, ketuban

pecah dini (KPD). Pada saat persalinan dapat menyebabkan partus

lama karena inersia uteri, syok, infeksi intrapartum, gangguan his

dan kekuatan mengedan serta kala uri memanjang sehingga dapat

terjadi retensio plasenta. Pada saat masa nifas dapat menyebabkan

subinvolusi uteri, perdarahan post partum karena atonia uteri,

infeksi nifas, penyembuhan luka perineum lama dan produksi ASI

rendah.

82
Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa salah satu

penyebab asfiksia neonatorum di RSU Anutapura Palu tahun 2016

adalah anemia pada ibu. Jika Kadar hemoglobin yang rendah

beresiko terjadi perdarahan. Hal tersebut dapat mempenggaruhi nilai

APGAR bayi. Pada penelitian ini juga banyak ditemukan bahwa

seorang ibu mengalami kehamilan multigravida yaitu sebanyak 93

orang atau 74.4% sedangkan kehamilan primigravida sebanyak 32

orang atau 25.6%. Berarti semakin sering seorang wanita mengalami

kehamilan dan melahirkan akan semakin banyak kehilangan zat besi

dan menjadi semakin anemia. Umur ibu juga dapat mempengaruhi

terjadinya anemia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa umur ibu

pada sampel kasus banyak ditemukkan diatas 30 tahun yaitu

sebanyak 65 orang sedangkan umur yang dibawah 20 tahun

sebanyak 6 orang.

Menurut hasil penelitian Wahyuni dan Zulfa (2011) bahwa

anemia pada ibu merupakan salah satu faktor yang menyebabkan

terjadinya asfiksia neonatorum, karena anemia pada ibu dapat

menimbulkan gangguan kehamilan maupun komplikasi pada

persalinan. Kadar hemoglobin yang rendah beresiko terjadi

perdarahan. Hipoksia yang mendadak pada ibu karena perdarahan

dan mengakibatkan terjadi gangguan aliran darah ke fetus. Hal

tersebut dapat menyebabkan nilai APGAR bayi menjadi rendah.

83
Anemia dapat dipengaruhi oleh gravidarium. Menurut

Nurhidayati (2013) bahwa semakin sering seorang wanita

mengalami kehamilan dan melahirkan akan semakin banyak

kehilangan zat besi dan menjadi semakin anemia. Ibu hamil sangat

memerlukan tablet Fe, karena tablet Fe (table besi) adalah tablet

tambah darah untuk menanggulangi anemia gizi besi yang diberikan

kepada ibu hamil. Di samping itu kehamilan memerlukan tambahan

zat besi untuk meningkatkan jumlah sel darah merah dan

membentuk sel darah merah pada janin dan plasenta. Sedangkan

menurut Yanti et all., (2015) menyebutkan bahwa ibu hamil

primigravida lebih besar kemungkinan akan mengalami anemia

daripada ibu multigravida Hal tersebut disebabkan karena ibu

primigravida belum mempunyai pengalaman untuk menjaga

kesehatan kehamilan dari kehamilan sebelumnya karena baru

pertama kali hamil.

Semakin muda dan semakin tua umur seorang ibu yang

sedang hamil, akan berpengaruh terhadap kebutuhan gizi yang

diperlukan. Umur muda (<20 tahun) perlu tambahan gizi yang

banyak karena selain digunakan untuk pertumbuhan dan

perkembangan dirinya sendiri juga harus berbagi dengan janin yang

sedang dikandung. Sedangkan untuk umur yang tua diatas 30 tahun

perlu energi yang besar juga karena fungsi organ yang makin

melemah dan diharuskan untuk bekerja maksimal maka memerlukan

84
tambahan energi yang cukup guna mendukung kehamilan yang

sedang berlangsung. kekurangan gizi tentu saja akan menyebabkan

akibat yang buruk bagi ibu dan janin. Ibu dapat menderita anemia,

sehingga suplai darah yang mengantarkan oksigen dan makanan

pada janin akan terhambat, sehingga janin akan mengalami

gangguan pertumbuhan dan perkembangan. Oleh karena itu

pemantauan gizi ibu hamil sangatlah penting dilakukan

(Nurhidayati, 2013).

Menurut Hassan, R. (2012) menjelaskan bahwa keadaan

jumlah hemoglobin yang kurang dalam darah pada kehamilan terjadi

pada keadaan kekurangan nutrisi besi, asam folat dan perdarahan

akibat hemorrhoid atau perdarahan saluran pencernaan. Kekurangan

nutrisi dalam kehamilan menyebabkan hambatan dalam sintesis

hemoglobin, sehingga jumlah hemoglobin tidak bisa mengimbangi

kenaikan volume plasma. Anemia dalam kehamilan menyebabkan

pengangkutan oksigen ke jaringan dan janin terganggu. Gangguan

ini dapat menyebabkan hipoksia pada janin yang berada di dalam

kandungan sehingga pada waktu kelahiran bisa menyebabkan

asfiksia neonatorum.

Jumlah zat besi yang dibutuhkan oleh ibu hamil jauh lebih

besar dibandingkan dengan wanita tidak hamil. Pada waktu mulai

menginjak trimester II terdapat ekspansi pertambahan massa sel

darah merah sampai pada akhir trimester III. Pertambahan massa sel

85
darah merah ini mencapai 35% yang di ekuivalen dengan

pertambahan kebutuhan zat besi sebanyak 450 mg. kenaikan massa

sel darah berkaitan erat dengan kenaikan kebutuhan konsumsi

oksigen oleh janin (Kesumasari, 2015).

Program pemerintah dalam pencengahan anemia adalah

fortifikasi makanan dan pemberian tablet Fe. Fortifikasi adalah suatu

tindakan menambahkan kandungan mikronutrien, yaitu vitamin dan

mineral (termasuk elemen) dalam makanan, sehingga dapat

meningkatkan kualitas gizi dari pasokan makanan dan memberikan

manfaat kesehatan masyarakat dengan risiko minimal bagi

kesehatan. Strategi ini bisa mengarah pada perkembangan yang

relatif cepat dalam status zat gizi mikro penduduk dan dengan biaya

yang murah, terutama jika keuntungan dapat diperoleh dari

penggunaan teknologi yang ada dan jaringan distribusi lokal. Karena

manfaat yang besar, fortifikasi pangan dapat menjadi intervensi

hemat biaya bagi kesehatan. Adapun jenis makanan yang sudah

difortifikasi di Indonesia adalah garam dengan yodium, tepung

terigu dengan zat besi, seng, asam folat, vitamin B1 dan B2, dan

minyak goreng dengan vitamin A (Kesumasari, 2015).

Masalah efektifitas program pemberian tablet Fe pada ibu

hamil adalah rendahnya cakupan program dan hal itu perlu diatasi

Komunikasi Informasi Adekasi (KIE) yang efektif dan distribusi Fe

tidak disamakan dengan obat lainnya di puskesmas. Agar ibu hamil

86
rajin meminum tablet besarnya di perlukan motivasi yang tinggi,

untuk itu di perlukan pendekatan KIE yang intensif dan terus

menerus. Masalah program pemberian tablet Fe perlu di pecahkan

dengan perbaikan manajemen program (Kesumasari, 2015).

5.2.2 Partus Lama terhadap Asfiksia Neonatorum

Partus lama adalah persalinan yang berlangsung lebih 24 jam

pada primigravida atau lebih dari 18 jam pada multigravida.

Sebagian besar partus lama menunjukkan pemanjangan kala satu dan

kala dua . Partus lama meningkatkan efek berbahaya baik terhadap

ibu maupun bayi. Semakin lama persalinan, semakin tinggi

morbiditas serta mortalitas janin. Persalinan yang lama berpengaruh

lebih berat untuk janin, mengakibatkan insidensi anoxia, kerusakan

otak, asfiksia dan kematian intrauterin yang lebih tinggi (Oxorn et

all., 2012).

Hasil penelitian yang dilakukan di Rumah Sakit Umum

Anutapura bahwa ibu yang mengalami partus lama berisiko 3.703

kali lebih berisiko untuk melahirkan bayi asfiksia neonatorum

dibandingkan ibu yang tidak mengalami partus lama.

Penelitian lain yang dilakukan oleh Zeen Lei (2012) di

Guangdong, China hasilnya menunjukkan bahwa partus lama

merupakan faktor risiko yang signifikan terhadap kejadian asfiksia

neonatorum dan ibu yang mengalami partus lama berisiko 2,94 kali

lipat melahirkan bayi asfiksia dibandingkan ibu yang tidak

87
mengalami partus lama. Begitupula pada hasil penelitian yang

dilakukan oleh Septiana (2015) Di RSUD Kota Salatiga bahwa

partus lama mempunyai resiko sebanyak 3,2 kali terjadi asfiksia

pada bayi baru lahir dibandingkan dengan partus normal. Persalinan

dengan partus lama sebagian besar disebabkan oleh fase laten yang

memanjang, fase aktif yang memanjang dan his yang tidak adekuat

juga tenaga ibu.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Tahir et all (2012)

bahwa ibu yang mengalami partus lama berisiko 3,41 kali

melahirkan bayi dengan asfiksia neonatorum dibandingkan dengan

ibu yang tidak mengalami partus lama. Sejalan dengan penelitian

yang dilakukan oleh Ahmad (2011) menyatakan bahwa dari

keseluruhan sampel, bayi yang lahir yang mengalami partus lama

pada kelompok kasus lebih banyak (43%) dibandingkan dengan

kelompok kontrol (8,5%). Sehingga menemukan bahwa ibu yang

mengalami partus lama memiliki risiko 8,364 kali lebih besar untuk

mengalami asfiksia neonatorum pada bayinya dibandingkan dengan

ibu yang tidak mengalami partus lama.

Hal yang serupa juga didapatkan oleh Nayeri (2012) di Iran

menemukan bahwa ibu yang mengalami partus lama memiliki risiko

4,55 kali untuk melahirkan bayi dengan asfiksia neonatorum

dibandingkan dengan ibu yang tiding mengalami partus lama.

Penyebab persalinan lama yaitu kelaianan tenaga (kelainan his), his

88
yang tidak normal dalam kekuatan atau sifatnya menyebabkan

kerintangan pada jalan lahir yang lazim terdapat pada setiap

persalinan, tidak dapat diatasi sehingga persalinan mengalami

hambatan atau kemacetan. Kelaianan janin, persalinan dapat

mengalami gangguan atau kemacetan karena kelaianan dalam letak

atau dalam bentuk janin. Kelaianan jalan lahir, kelaianan dalam

ukuran atau bentuk jalan lahir biasa menghalangi kemajuan

persalinan atau menyebabkan kemacetan (Yuliasari et all., 2016) .

Persalinan macet atau persalinan lama dapat menyebabkan

kejadian asfiksia pada bayi baru lahir, karena semakin lama janin

berada di pintu panggul, maka janin akan mengalami hipoksia

sehingga terjadilah asfiksia (Nin & Nurlaila, 2012). Semakin lama

proses persalinan ibu maka semakin banyak tenaga yang dikeluarkan

oleh ibu. Bila hal ini tidak diseimbangi dengan asupan nutrisi yang

adekuat maka ibu bisa berpotensi mengalami kelelahan dan kontaksi

uterus yang menurun akibat kurangnya energi. Kelelahan pada ibu

dapat berefek pada ketidak mampuan ibu mengedan dengan benar

sehingga dapat memperpanjang persalinan apalagi bila uterus sudah

tidak berkontraksi dengan baik. Hal ini akan memperbesar

kemungkinan bayi lahir dengan asfiksia (Rahma & Armah, 2014).

Faktor yang pengaruh terjadinya persalinan lama yaitu

hormonal pengaruh prostaglandin, struktur uterus, sirkulasi uterus,

pengaruh saraf, nutrisi, faktor jalan lahir, kekuatan mengejan, posisi

89
janin, psikis ibu dan penolong merupakan faktor yang

mengakibatkan partus lama. Persalinan yang berlangsung lama dapat

menyebabkan bayi asfiksia, kelelahan pada ibu, kecacatan pada

janin, kematian ibu dan bayi. Selain itu persalinan yang lama dapat

menyebabkan komplikasi baik ibu maupun janin. Dalam proses

persalinan pemanjangan kala II merupakan faktor penyebab

kematian pada ibu bersalin (Maharani, 2014).

Berdasarkan hasil penelitian bahwa penyebab partus lama di

RSU Anutapura Palu tahun 2016 adalah kelaianan tenaga (kelainan

his). Kekuatan his sangat berpengaruh terhadap kejadian partus

lama, dalam penelitian ini sebagian besar ibu mengalami partus

lama. Selain kekuatan his, ketuban pecah dini juga berpengaruh

terhadap kejadian partus lama, dari hasil tabulasi data bahwa ibu

yang secara bersamaan mengalami partus lama dan ketuban pecah

dini berisiko 12.910 kali melahirkan bayi asfiksia neonatorum.

Menurut Tahir et all., (2012) menyatakan bahwa hasil

penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar ibu tidak mengalami

partus lama yaitu sebesar 79,7% sedangkan ibu yang mengalami

partus lama sebesar 20,3%. Kekuatan his sangat berpengaruh

terhadap kejadian partus lama, dalam penelitian ini sebagian besar

ibu mempunyai his yang adekuat sehingga, hanya sedikit ibu yang

mengalami partus lama. Selain kekuatan his, ketuban pecah dini juga

berpengaruh terhadap kejadian partus lama, dari hasil tabulasi silang

90
antara ibu yang mengalami ketuban pecah dini dan yang megalami

partus lama maka ditemukan ibu yang mengalami partus lama dan

mengalami ketuban pecah dini sebesar 48,3%.

Menurut Novidawasti (2014) bahwa hal yang dapat dilakukan

untuk mencengah adanya dampak yang begitu buruk dari terjadinya

asfiksia neonatorum adalah dengan pemeriksaan secara teratur

selama masa kehamilan. Pemeriksaan kehamilan dapat mendeteksi

berbagai kelainan kehamilan yang berisiko terhadap terjadinya

komplikasi. Persalinan hendaknya juga dilakukan oleh tenaga

kesehatan yang profesional sehingga penanganan terhadap kesulitan

persalinan dapat dilakukan secara baik sehingga dapat mencengah

asfiksia neonatorum atau mencengah komplikasi lebih lanjut.

Tenaga medis juga harus memiliki kompetensi yang unggul dalam

penanganan bayi baru lahir agar tidak adanya kematian neonatal.

5.2.3 Ketuban Pecah Dini terhadap Asfiksia Neonatorum

Ketuban pecah dini (KPD) merupakan masalah penting

dalam obstetri berkaitan dengan penyulit kelahiran prematur dan

komplikasi infeksi korioamnionitis hingga sepsis, yang

meningkatkan morbiditas dan mortalitas perinatal dan

menyebabkan infeksi ibu. Komplikasi paling sering terjadi pada

ketuban pecah dini sebelum usia kehamilan 37 minggu adalah

sindrom distress pernafasan (Yaze & Dewi, 2016). Pengurangan

ketuban ketika terjadi ketuban pecah dini dapat menyebabkan

91
kompresi tali pusat yang menimbulkan perlambatan denyut jantung

janin sehingga janin mengalami hipoksia yang dapat berlanjut

menjadi asfiksia ketika bayi dilahirkan (Jumirah, 2015).

Hasil penelitian yang dilakukan di RSU Anutapura Palu

bahwa ibu yang mengalami Ketuban Pecah Dini (KPD) berisiko

3.409 kali lebih besar untuk melahirkan bayi asfiksia neonatorum

dibandingkan ibu yang tidak mengalami Ketuban Pecah Dini (KPD).

Berdasarkan hasil analisis Odds Ratio (OR) dengan CI (95%)

bahwa ibu yang secara bersamaan mengalami ketuban pecah dini

dan anemia berisiko 5.533 kali melahirkan bayi asfiksia

neonatorum. Demikian juga hasil analisis Odds Ratio (OR) pada ibu

yang secara bersamaan mengalami ketuban pecah dini dan partus

lama berisiko 14.250 kali melahirkan bayi asfiksia neonatorum

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan

oleh Gilang et all., (2010) yaitu didapatkan nilai OR (Odd Ratio)

9,560 berarti risiko terjadinya asfiksia neonatorum pada ibu yang

mengalami Ketuban Pecah Dini (KPD) sebesar 9,5 kali lebih besar

dibandingkan dengan ibu yang mengalami Ketuban Pecah Dini

(KPD). Ketuban Pecah Dini (KPD) akan menyebabkan kelahiran

bayi asfiksia neonatorum bila disertai dengan penyulit lainnya. Hal

ini disebabkan oleh hipoksia janin dalam uterus dan hipoksia ini

berhubungan dengan faktor-faktor yang timbul dalam kehamilan,

persalinan atau segera setelah bayi lahir. Dengan pecahnya ketuban

92
terjadi oligohidroamnion yang menekan tali pusat hingga terjadi

asfiksia atau hipoksia.Terdapat hubungan antara terjadinya gawat

janin dan derajat hidroamnnion, semakin sedikit air ketuban, janin

semakin gawat.

Begitupula pada hasil penelitian yang dilakukan oleh

Septiana (2015) Di RSUD Kota Salatiga bahwa responden yang

mengalami KPD mempunyai resiko sebanyak 2,6 kali terjadi asfiksia

pada bayi baru lahir dibandingkan dengan yang tidak mengalami

KPD.

Hasil penelitian ini selaras dengan hasil penelitian yang

dilakukan oleh Istiqomah & Astria (2014) yang menemukan bahwa

ada hubungan antara KPD dengan kejadian asfiksia dan ibu yang

mengalami ketuban pecah dini berisiko 8 kali lipat untuk lahir bayi

dengan asfiksia dibandingkan dengan ibu yang tidak mengalami

ketuban pecah dini. Pengurangan ketuban ketika terjadi ketuban

pecah dini dapat menyebabkan kompresi tali pusat yang

menimbulkan perlambatan denyut jantung janin sehingga janin

mengalami hipoksia yang dapat berlanjut menjadi asfiksia ketika

bayi dilahirkan.

Mekanisme ketuban pecah dini yaitu terjadinya pembukaan

prematur serviks dan membran terkait dengan pembukaan terjadi

devaskularisasi dan nekrosis serta dapat diikuti pecah spontan.

Jaringan ikat yang menyangga membran ketuban makin berkurang.

93
Melemahnya daya tahan ketuban dipercepat dengan infeksi yang

mengeluarkan enzim proteolitik dan enzim kolagenase. Dampak

ketuban pecah dini bisa terjadi pada ibu dan janin. Ketuban pecah

dini sangat berpengaruh pada janin, walaupun ibu belum

menunjukkan infeksi tetapi janin mungkin sudah terkena infeksi

karena infeksi intrauterin terjadi lebih dulu sebelum gajala pada ibu

dirasakan (Aisyah & Oktarina, 2012).

Komplikasi yang sering terjadi pada KPD sebelum usia

kehamilan 37 minggu adalah sindrom distress pernafasan yang

terjadi pada bayi baru lahir. Hipoksia janin yang menyebabkan

asfiksia neonatorum terjadi karena gangguan pertukaran gas serta

transport O2 dari ibu ke janin saehingga terdapat gangguan dalam

persediaan O2 dan dalam menghilangkan CO2. Terjadinya asfiksia

seringkali diawali infeksi yang terjadi pada bayi baik pada bayi

aterm terlebih pada bayi prematur, antara KPD dan asfiksia

keduanya saling mempengaruhi (Tahir et all., 2012).

Salah satu fungsi ketuban adalah melindungi atau menjadi

pembatas dunia luar dan ruangan dalam rahim sehingga mengurangi

kemungkinan infeksi. Ketuban Pecah Dini (KPD) adalah pecahnya

ketuban sebelum inpartu yaitu bila pembukaan pada primi kurang

dari 3 cm dan pada multipara kurang dari 5 cm. KPD merupakan

komplikasi persalinan yang berhubungan dengan sepsis (infeksi)

94
sehingga dapat menyebabkan kematian pada ibu dan janin (Maria &

Candra, 2016).

Penyebab ketuban pecah dini di RSU Anutapura Palu belum

diketahui secara jelas. Berdasarkan literatur bahwa penyebab

ketuban pecah dini pada sebagian kasus tidak diketahui. Banyak

penelitian yang telah dilakukan beberapa dokter menunjukkan

infeksi sebagai penyebabnya. Selain itu infeksi yang terjadi secara

langsung pada selaput ketuban, fisiologi selaput amnion/ketuban

yang abnormal, serviks yang inkompetensi, serta trauma oleh

beberapa ahli disepakati sebagai faktor predisposisi atau penyebab

terjadinya ketuban pecah dini. Trauma yang menyebabkan KPD

misalnya hubungan seksual dan pemeriksaan dalam. Semua ibu

hamil dengan ketuban pecah dini prematur sebaiknya dievaluasi

untuk kemungkinan terjadinya korioamnionitis (radang pada korion

dan amnion). Selain itu kejadian prolaps atau keluarnya tali pusat

dapat terjadi pada ketuban pecah dini (Yaze & Dewi, 2016).

Ketuban pecah dini memerlukan adanya penanganan yang

tepat sehingga komplikasi yang membahayakan ibu dan janin dapat

dicegah. Pemeriksaan yang teliti perlu dilakukan sehingga dapat

mendeteksi komplikasi dengan baik. Jika terjadi komplikasi janin

maupun pada ibu maka pilihanya terbaik adalah terminasi

kehamilan. Pencegahan dapat dilakukan untuk mengurangi kejadian

ketuban pecah dini antara lain menghentikan kebiasaan merokok dan

95
menghindari lingkungan perokok agar tidak menjadi perokok pasif,

tidak mengkonsumsi alkohol, mengkonsumsi makanan dengan gizi

yang baik dan sesuai dan memeriksakan kandungan secara rutin,

motivasi untuk menambah berat badan yang cukup selama hamil,

anjurkan pasangan agar menghentikan hubungan suami-istri (koitus)

pada trimester akhir (Yaze dan Dewi, 2016).

5.3 Keterbatasan Penelitian

5.3.1 Penelitian ini menggunakan data sekunder yang diperoleh dari buku

status pasien, sehingga kualitas penelitian sangat tergantung pada

kualitas dan kesempurnaan serta kelengkapan data sekunder tersebut.

Lengkapnya data dibagian rekam medik sangat mempengaruhi

tingkat validitas data yang diperoleh.

5.3.2 Penelitian ini menggunakan data rumah sakit (Hospital Base),

sehingga dalam menentukan kasus asfiksia neonatorum, peneliti

hanya mengambil hasil diagnosa dokter atau bidan yang tercatat

dalam rekam medik, sehingga validitas dalam menentukan apakah

kasus tersebut benar-benar mengalami asfiksia neonatorum masih

terbatas.

5.3.3 Penelitian ini hanya meneliti terkait risiko anemia, partus lama dan

Ketuban Pecah Dini (KPD) terhadap asfiksia neonatorum. Masih

banyak faktor risiko lainnya terhadap asfiksia neonatorum yang tidak

diteliti.

96
BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa :

1. Anemia merupakan faktor risiko asfiksia neonatorum. Ibu yang

mengalami anemia berisiko 4.676 kali lebih besar untuk melahirkan bayi

asfiksia neonatorum dibandingkan ibu yang tidak mengalami anemia

2. Partus lama merupakan faktor risiko asfiksia neonatorum. Ibu yang

mengalami partus lama berisiko 3.703 kali lebih besar untuk melahirkan

bayi asfiksia neonatorum dibandingkan ibu yang tidak mengalami partus

lama.

3. Ketuban Pecah Dini merupakan faktor risiko asfiksia neonatorum. ibu

yang mengalami Ketuban Pecah Dini (KPD) berisiko 3.409 kali lebih

besar untuk melahirkan bayi asfiksia neonatorum dibandingkan ibu yang

tidak mengalami Ketuban Pecah Dini (KPD).

6.2 Saran

1. Bagi Puskesmas, disarankan untuk:

Memaksimalkan sosialisasi kepada ibu hamil dan keluarga yang

bersangkutan agar memberi dukungan selama proses kehamilan terutama

pada 1000 HPK (Hari Pertama Kehidupan) serta lebih memperhatikan

ibu hamil yang memiliki risiko tinggi agar dapat mengurangi terjadinya

angka kematian neonatal yang disebabkan oleh asfiksia neonatorum.

97
2. Bagi peneliti selanjutnya diharapakan:

Bagi peneliti selanjutnya dapat meneliti faktor-faktor lain yang

mempengaruhi asfiksia neonatorum diantaranya faktor plasenta, riwayat

obstetri jelek, panggul sempit dan sebagainya. Serta mampu menggali

data yang lebih akurat melalui wawancara secara mendalam (data

primer).

98
DAFTAR PUSTAKA

Aisyah, S. & Oktarina, A., 2012. Perbedaan Kejadian Ketuban Pecah Dini Antara
Primipara Dan Multipara. Jurnal Midpro, (1), Pp.1–7.
Azwar, A., 2012. Pengantar Epidemiologi, Tangerang Selatan: Binarupa Aksara
Publisher.
Dewi, V.N.L., 2013. Asuhan Neonatus Bayi Dan Anak Balita, Jakarta: Salemba
Medika.
Dinas Kesehatan Kota Palu, 2015. Profil Kesehatan Kota Palu, Sulawesi Tengah.
Dinas Kesehatan Sulteng, 2015. Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah,
Sulawesi Tengah.
Ekasari, W.U., 2015. Pengaruh Umur Ibu, Paritas, Usia Kehamilan, Dan Berat
Lahir Bayi Terhadap Asfiksia Bayi Pada Ibu Pre Eklamsia Berat.
Fajarwati, N. Et Al., 2016. Hubungan Antara Berat Badan Lahir Dan Kejadian
Asfiksia Neonatorum. Berkala Kedokteran, 12(1), Pp.33–39.
Gilang, Notoatmodjo, H. & Rakhmawatie, M.D., 2010. Faktor- Faktor Yang
Berhubungan Dengan Kejadian Asfiksia Neonatorum ( Studi Di Rsud
Tugurejo Semarang ). Jurnal Kedokteran Muhammadiyah, (2), Pp.11–19.
Handini, P.S.N., 2014. Hubungan Anemia Gravidarum Pada Kehamilan Aterm
Dengan Asfiksia Neonatorum Di Rsud Dr Moewardi Surakarta.
Hassan, R., A.H., 2012. Ilmu Kesehatan Ibu, Jakarta: Haspenerbit Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.
Herianto, Sarumpaet, S.M. & Rasmaliah, 2012. Faktor Faktor Yang Memengaruhi
Terjadinya Asphyxia Neonatorum Di Rumah Sakit Umum St Elisabeth
Medan Tahun 2007 – 2012.
Hidayat, A.A.A., 2012. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak 1, Jakarta: Salemba
Medika.
Istiqomah, A. & Astria, Y., 2014. Hubungan Ketuban Pecah Dini (Kpd) Dengan
Kejadian Asfiksia. , Pp.34–40.
Johnson, R. & Taylor, W., 2004. Buku Ajar Praktik Kebidanan, Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran Egc.
Jumirah, 2015. Hubungan Persalinan Ketuban Pecah Dini Dengan Kejadian
Asfiksia Neonatorum Di Rumah Sakit Panembahan Senopati Bantul,
Katiandagho, N. & Kusmiyati, 2015. Faktor Faktor Yang Berhubungan Dengan
Kejadian Asfiksia Neonatorum. Jurnal Ilmiah Bidan, 3(2).
Kesumasari, C., 2015. Anemia Gizi, Masalah Dan Pencegahannya, Yogyakarta:
Kalika.
Kiyani, A.N., Khushdil, A. & Ehsan, A., 2014. Perinatal Factors Leading To Birth
Asphyxia Among Term Newborns In A Tertiary Care Hospital. Iran J
Pediatr, 24(5), Pp.637–642.
Lone, A., 2013. Maternal Anemia And It’s Impact On Perinatal Outcome Tropical
Medicine And International Health.
Lowing, J.G.., Lengkong, R. & Mewengkang, M., 2015. Gambaran Ketuban
Pecah Dini Di Rsup Prof Dr. R. D. Kandou Manado. Jurnal E-Clinic (Ecl),

99
3(3), Pp.1–4.
Maharani, L., 2014. Hubungan Lama Persalinan Kala Ii Dengan Kejadian
Asfiksia Pada Bayi Baru Lahir Di Rsu Dr. Wahidin Sudiro Husodo Kota
Mojokerto. , Pp.1–2.
Mahmudah, R. & Sulastri, 2012. Hubungan Kadar Hemoglobin Ibu Hamil
Dengan Kejadian Asfiksia Neonatorum Di Rsud Dr.Moewardi Surakarta. ,
Pp.35–43.
Maria, A. & Candra, S., 2016. Hubungan Usia Kehamilan Dan Paritas Ibu
Bersalin Dengan Kejadian Ketuban Pecah Dinidini. Vokasi Kesehatan, 11(1),
Pp.214–220.
Mulastin, 2014. Hubungan Jenis Persalinan Dengan Kejadian Asfiksia
Neonatorum Di Rsia Kumala Siwi Pecangaan Jepara. Kesehatan Dan
Budaya Hikmah Akbid Islam Al-Hikmah Jepara, 7(2), Pp.1–46.
Nin, A. & Nurlaila, R., 2012. Hubungan Preeklamsia Dan Persalinan Macet
Dengan Kejadian Asfiksia Pada Bayi Baru Lahir Di Badan Layanan Umum
Daerah Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun
2012. , 78.
Novidawasti, A., 2014. Hubungan Antara Jenis Persalinan Dengan Tingkat
Asfiksia Neonatorum Di Rsud Panembahan Senopati Bantul Tahun 2013,
Nurhidayati, R.D., 2013. Analisis Faktor Penyebab Terjadinya Anemia Pada Ibu
Hamil Diwilayah Kerja Puskesmas Tawangsari Kabupaten Sukoharjo.
Nurjannah, Munawar & Prasetyowati, A., 2013. The Relationship Between
Maternal Anemia Of A Term Pregnancy And Neonatal Asphyxia In Banda
Aceh.
Oxorn, Harry & Forte, W.R., 2012. Patologi Dan Fisiologi Persalinan,
Yogyakarta: Yayasan Essentia Medica.
Pitsawong, C. & Panichkul, P., 2011. Risk Factors Associated With Bir Th
Asphyxia In Phramongkutklao Hospital. Thai Journal Of Obstetrics And
Gynaecology, 19(4), Pp.165–171.
Prakash, S. & Yadav, K., 2015. Maternal Anemia In Pregnancy : An Overview.
International Journal Of Pharmacy & Pharmaceutical Research, 4(3),
Pp.165–179.
Rahma, A.S. & Armah, M., 2014. Analisis Faktor Risiko Kejadian Asfiksia Pada
Bayi Baru Lahir Di Rsud Syekh Yusuf Gowa Dan Rsup Dr Wahidin
Sudirohusodo Makassar Tahun 2013. Kesehatan, Vii(1).
Rahmawati, I. & Mustaghfiroh, L., 2015. Gambaran Paritas Ibu Bersalin Terhadap
Kejadian Kpd Di Rsud Sunan Kalijaga Demak. Jurnal Kesehatan Dan
Budaya Hikmah, 8(1).
Rahmawati, L. & Ningsih, M.P., 2016. Asfiksia Pada Bayi Baru Lahir Di Ruang
Pendahuluan Pembangunan Kesehatan Bertujuan Untuk Meningkatkan
Derajat Kesehatan Masyarakat Dalam Rangka Peningkatan Kualitas Hidup ,
Kecerdasan Dan Kesejahteraan Masyarakat . Hal Ini Kemudian Dituangkan
Dalam Rumusa. Jurnal Ilmiah Kebidanan, 7(1), Pp.29–40.
Rukiyah, A.Y. & Yulianti, L., 2012. Asuhan Neonatus Bayi Dan Anak Balita,
Jakarta: Trans Info Media.
Sabina, S. Et Al., 2015. An Overview Of Anemia In Pregnancy. Journal Of

100
Innovations In Pharmaceuticals And Biological Sciences, 2(2), Pp.144–151.
Sagita, Y.D., 2010. Hubungan Antara Ketuban Pecah Dini Dan Persalinan Sectio
Caesarea Dengan Kejadian Asfiksia Pada Bayi Baru Lahir. , 80.
Sahib, H.S., 2015. Risk Factors Of Perinatal Asphyxia: A Study At Al-Diwaniya
Maternity And Children Teaching Hospital. Journal, Muthanna Medical,
2(2), Pp.50–57.
Sangeeta, V. & Pushpalatha., S., 2014. Severe Maternal Anemia And Neonatal
Outcome. Scholars Journal Of Applied Medical Sciences (Sjams), 2, Pp.303–
309.
Septiana, E.A., 2015. Hubungan Antara Partus Lama Dan Kondisi Air Ketuban
Dengan Kejadian Asfiksia Pada Bayi Baru Lahir (Stady Kasus Di Rsud Kota
Salatiga Tahun 2012). Jurnal Kebidanan Adila Bandar Lampung, 7(2), Pp.1–
7.
Setiawan, A., Lipoeto, N.I. & Izzah, A.Z., 2013. Artikel Penelitian Hubungan
Kadar Hemoglobin Ibu Hamil Trimester Iii Dengan Berat Bayi Lahir Di
Kota Pariaman. Kesehatan Andalas, 2(1), Pp.34–37.
Sondakh, J.J.., 2013. Asuhan Kebidanan Persalinan & Bayi Baru Lahir, Jakarta:
Erlangga.
Susila, I. & Wandayanti, P., 2012. Asuhan Kebidanan Pada Ny “P” Gii P1001
Persalinan Dengan Ketuban Pecah Dini. Jurnal Midpro, (2), Pp.45–49.
Susila & Suyanto, 2014. Metode Penelitian Epidemiologi Bidang Kedokteran Dan
Kesehatan, Yogyakarta: Bursa Ilmu.
Tahir, R., Rismayanti & Ansar, J., 2012. Risiko Faktor Persalinan Dengan
Kejadian Asfiksia Neonatorum Di Rumah Sakit Umum Daerah Sawerigading
Kota Palopo Tahun 2012. , Pp.1–14.
Wahyuni, S. & Zulfa, A., 2011. Hubungan Kadar Hemoglobin Dengan Nilai
Apgar Bayi Baru Lahir Di Rsud Sukoharjo Sri. Jurnal Involusi Kebidanan,
1(2), Pp.20–29.
Wanti, S., 2015. Hubungan Anemia Pada Ibu Hamil Dengan Asfiksia Neonatorum
Di Rsu Dr. Wahidin Sudiro Husodo Mojokerto. , Pp.1–6.
Yanti, D.A.M., Sulistianingsih, A. & Keisnawati, 2015. Faktor-Faktor Terjadinya
Anemia Pada Ibu Primigravida Di Wilayah Kerja Puskesmas Pringsewu
Lampung. Keperawatan, 6(2), Pp.79–87.
Yaze, I.U. & Dewi, R., 2016. Penatalaksanaan Ketuban Pecah Dini Pada
Perempuan Hamil Usia 37 Tahun Treatment Of Premature Rupture Of The
Membranes On Pregnant Woman 37 Years Old. Medula Unila, 4(4), Pp.76–
80.
Yuliasari, D., Anggraini & Sunarsih, 2016. Faktor-Faktor Yang Berhubungan
Dengan Kejadian Partus Lama Di Rsud Abdul Moeloek Provinsi Lampung
Tahun 2013. Kebidanan, 2(1), Pp.7–12.
Zeen Lei, C. Et. All., 2012. Prenatal Risk Factors For Neonatal Asphyxia. , 11(3).

101
L
A
M
P
I
R
A
N

102
NO

Tanggal : / / 2017

KUESIONER PENELITIAN

Faktor Risiko Asfiksia Neonatorum Di Rumah Sakit Umum (RSU)


Anutapura Palu Tahun 2016

A. Identitas Responden
Nama :
Umur :
Pendidikan :
Pekerjaan :
Usia Kehamilan :
Kehamilan Ke (G) :
Kadar Hemoglobin (Hb) :
Nomor Telp. :
Alamat :
B. Identitas Bayi
Nama :
Jenis Kelamin :
Nilai APGAR :
C. Riwayat Persalinan
1. Jenis Persalinan :
2. Tanggal :
3. Jam :
4. Lama Persalinan
a. Kala I :
b. Kala II :
5. Ketuban Pecah Dini
a. Ya
b. Tidak

103
JADWAL PENELITIAN

Judul : Faktor Risiko Asfiksia Neonatorum Di Rumah Sakit Umum (RSU) Anutapura Palu Tahun 2016.

Nama : Ni Luh Fidriana

Stambuk : N 201 13 023

Desember Januari Februari Maret April Mei Juli Agustus September Oktober
No Kegiatan
III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
1 Penyusunan Proposal
2 Penyusunan Instrumen
3 Ujian Proposal
4 Perbaikan Proposal
5 Pelaksanaan Penelitian
6 Pengumpulan Data
7 Pengolahan dan Tabulasi Data
8 Ujian Hasil Penelitian
9 Perbaikan
10 Pengumpulan Hasil Penelitian

104
MASTER TABEL
FAKTOR RISIKO ASFIKSIA NEONATORUM DI RSU ANUTAPURA PALU
TAHUN 2016

Nama Umur Jenis Partus Gravidarium


No. Pendidikan Pekerjaan KPD Anemia Asfiksia
Ibu Ibu Kelamin Lama Ibu
Risiko Risiko
1 NN 32 SMP Pedagang Laki-Laki Multigravida Risiko Tinggi Kasus
Tinggi Tinggi
Risiko Risiko
2 WR 32 SD URT Perempuan Primigravida Risiko Tinggi Kasus
Tinggi Tinggi
Risiko Risiko
3 NZ 27 SMA Perawat Laki-Laki Multigravida Risiko Tinggi Kasus
Tinggi Tinggi
Risiko Risiko
4 MR 37 SMP URT Perempuan Multigravida Risiko Tinggi Kasus
Tinggi Rendah
Tidak
Risiko Risiko
5 NR 26 Sekolah/Tidak URT Perempuan Multigravida Risiko Tinggi Kasus
Tinggi Tinggi
Tamat Sekolah
Tidak
Risiko Risiko
6 RM 32 Sekolah/Tidak URT Perempuan Multigravida Risiko Tinggi Kasus
Rendah Tinggi
Tamat Sekolah
Risiko Risiko
7 IR 31 SMP URT Laki-Laki Multigravida Risiko Tinggi Kasus
Tinggi Tinggi
Risiko Risiko
8 IM 29 SD Pedagang Laki-Laki Multigravida Risiko Tinggi Kasus
Tinggi Tinggi
Risiko Risiko
9 HS 32 SMP Pedagang Laki-Laki Multigravida Risiko Tinggi Kasus
Tinggi Tinggi
Tidak Risiko
10 LI 39 URT Perempuan Multigravida Risiko Tinggi Kasus
Sekolah/Tidak Risiko Tinggi

105
Tamat Sekolah Tinggi

Risiko Risiko
11 FI 34 SMP URT Perempuan Multigravida Risiko Tinggi Kasus
Tinggi Tinggi
Risiko Risiko
12 SU 32 SD URT Perempuan Primigravida Risiko Tinggi Kasus
Tinggi Tinggi
Risiko Risiko Risiko
13 MU 29 Diploma Perawat Laki-Laki Primigravida Kasus
Tinggi Rendah Tinggi
Perguruan Risiko Risiko
14 FT 35 Guru Laki-Laki Multigravida Risiko Tinggi Kasus
Tinggi (S1) Tinggi Tinggi
Tidak
Risiko Risiko Risiko
15 NU 35 Sekolah/Tidak URT Perempuan Primigravida Kasus
Tinggi Rendah Tinggi
Tamat Sekolah
Risiko Risiko
16 SA 36 SMA Pedagang Perempuan Multigravida Risiko Tinggi Kasus
Tinggi Tinggi
Tidak
Risiko Risiko
17 IP 32 Sekolah/Tidak URT Laki-Laki Multigravida Risiko Tinggi Kasus
Tinggi Tinggi
Tamat Sekolah
Risiko Risiko
18 LT 23 Diploma Perawat Laki-Laki Multigravida Risiko Tinggi Kasus
Rendah Tinggi
Tidak
Risiko Risiko
19 AM 50 Sekolah/Tidak URT Laki-Laki Multigravida Risiko Tinggi Kasus
Tinggi Tinggi
Tamat Sekolah
Risiko Risiko
20 HA 23 SMA Pedagang Laki-Laki Multigravida Risiko Tinggi Kasus
Tinggi Rendah
Risiko Risiko
MT 35 SMA URT Perempuan Multigravida Risiko Tinggi Kasus
Tinggi Rendah
Risiko Risiko Risiko
21 NS 42 SD URT Perempuan Multigravida Kasus
Tinggi Rendah Tinggi

106
Risiko Risiko Risiko
22 FR 33 SMA URT Laki-Laki Multigravida Kasus
Tinggi Rendah Tinggi
Risiko
Perguruan Risiko
23 FA 25 Guru Perempuan Tinggi Primigravida Risiko Tinggi Kasus
Tinggi (S1) Tinggi
Tidak
Risiko Risiko
24 SN 35 Sekolah/Tidak URT Laki-Laki Multigravida Risiko Tinggi Kasus
Rendah Tinggi
Tamat Sekolah
Risiko Risiko
25 KA 30 SMP Pedagang Perempuan Primigravida Risiko Tinggi Kasus
Tinggi Tinggi
Risiko Risiko
26 EL 35 SD URT Laki-Laki Multigravida Risiko Tinggi Kasus
Tinggi Tinggi
Risiko Risiko
27 CA 38 SMA URT Perempuan Multigravida Risiko Tinggi Kasus
Tinggi Tinggi
Risiko Risiko
28 MR 23 Diploma Perawat Perempuan Primigravida Risiko Tinggi Kasus
Rendah Tinggi
Risiko Risiko
29 SR 36 SMA URT Perempuan Multigravida Risiko Tinggi Kasus
Tinggi Tinggi
Perguruan Risiko Risiko
30 RA 23 Guru Laki-Laki Primigravida Risiko Tinggi Kasus
Tinggi (S1) Rendah Tinggi
Perguruan Risiko Risiko
31 SA 24 Guru Laki-Laki Multigravida Risiko Tinggi Kasus
Tinggi (S1) Tinggi Tinggi
Risiko Risiko
32 NO 21 SMP URT Perempuan Primigravida Risiko Tinggi Kasus
Tinggi Tinggi
Risiko Risiko
33 DF 28 Diploma Perawat Laki-Laki Primigravida Risiko Tinggi Kasus
Tinggi Tinggi
Tidak
Risiko Risiko
34 AN 37 Sekolah/Tidak URT Laki-Laki Multigravida Risiko Tinggi Kasus
Tinggi Rendah
Tamat Sekolah

107
Risiko Risiko
35 FD 29 SMP URT Laki-Laki Multigravida Risiko Tinggi Kasus
Tinggi Tinggi
Risiko
Risiko
36 MS 38 SMP URT Perempuan Rendah Multigravida Risiko Tinggi Kasus
Tinggi
Risiko
Risiko
37 KS 32 SD URT Laki-Laki Rendah Multigravida Risiko Tinggi Kasus
Tinggi
Tidak
Risiko Risiko
38 RS 36 Sekolah/Tidak URT Laki-Laki Primigravida Risiko Tinggi Kasus
Rendah Tinggi
Tamat Sekolah
Risiko Risiko
39 IM 37 SD URT Perempuan Multigravida Risiko Tinggi Kasus
Rendah Tinggi
Risiko Risiko
40 HS 43 SMP URT Laki-Laki Multigravida Risiko Tinggi Kasus
Rendah Tinggi
Risiko Risiko
41 JA 37 SD URT Laki-Laki Multigravida Risiko Tinggi Kasus
Rendah Tinggi
Risiko Risiko
42 DB 27 SMP Pedagang Perempuan Multigravida Risiko Tinggi Kasus
Tinggi Rendah
Tidak
Risiko Risiko
43 AR 37 Sekolah/Tidak URT Laki-Laki Multigravida Risiko Tinggi Kasus
Tinggi Tinggi
Tamat Sekolah
Risiko Risiko Risiko
44 KA 37 SD URT Laki-Laki Multigravida Kasus
Rendah Rendah Rendah
Risiko Risiko
45 AI 40 SMA URT Perempuan Multigravida Risiko Tinggi Kasus
Rendah Tinggi
Perguruan Risiko Risiko
46 TS 23 Guru Laki-Laki Primigravida Risiko Tinggi Kasus
Tinggi (S1) Tinggi Rendah
47 LD 26 Diploma Perawat Perempuan Risiko Multigravida Risiko Risiko Kasus

108
Tinggi Rendah Tinggi
Tidak
Risiko Risiko Risiko
48 KU 20 Sekolah/Tidak URT Laki-Laki Primigravida Kasus
Tinggi Rendah Tinggi
Tamat Sekolah
Risiko Risiko
49 FR 39 SMP URT Laki-Laki Primigravida Risiko Tinggi Kasus
Tinggi Tinggi
Risiko Risiko
50 SI 23 SMA Pedagang Perempuan Multigravida Risiko Tinggi Kasus
Rendah Tinggi
Risiko
Risiko
51 DN 30 SMA Pedagang Perempuan Rendah Multigravida Risiko Tinggi Kasus
Tinggi
Risiko Risiko
52 OK 27 Diploma Perawat Perempuan Multigravida Risiko Tinggi Kasus
Tinggi Tinggi
Risiko Risiko Risiko
53 NH 31 SD Pedagang Laki-Laki Multigravida Kasus
Tinggi Rendah Rendah
Risiko Risiko
54 LS 24 SD URT Perempuan Multigravida Risiko Tinggi Kasus
Rendah Tinggi
Risiko Risiko Risiko
55 QU 42 SMP URT Laki-Laki Multigravida Kasus
Tinggi Rendah Tinggi
Tidak
Risiko Risiko
56 HE 26 Sekolah/Tidak Pedagang Laki-Laki Primigravida Risiko Tinggi Kasus
Rendah Tinggi
Tamat Sekolah
Tidak
Risiko Risiko
57 AD 42 Sekolah/Tidak URT Laki-Laki Multigravida Risiko Tinggi Kasus
Tinggi Tinggi
Tamat Sekolah
Risiko Risiko Risiko
58 RA 26 SMA Pedagang Laki-Laki Primigravida Kasus
Tinggi Rendah Tinggi
Risiko Risiko Risiko
59 AS 35 SMP Pedagang Perempuan Multigravida Kasus
Tinggi Rendah Tinggi

109
Risiko Risiko
60 FF 30 SD URT Perempuan Multigravida Risiko Tinggi Kasus
Tinggi Tinggi
Tidak
Risiko Risiko Risiko
61 LD 32 Sekolah/Tidak URT Laki-Laki Multigravida Kasus
Tinggi Rendah Tinggi
Tamat Sekolah
Perguruan Risiko Risiko
62 SU 28 Guru Laki-Laki Multigravida Risiko Tinggi Kasus
Tinggi (S1) Tinggi Tinggi
Risiko Risiko Risiko
63 TH 38 SMP URT Laki-Laki Multigravida Kasus
Tinggi Rendah Tinggi
Risiko Risiko Risiko
64 KD 30 SMP URT Laki-Laki Multigravida Kasus
Tinggi Rendah Tinggi
Tidak
Risiko Risiko
65 AN 35 Sekolah/Tidak URT Perempuan Multigravida Risiko Tinggi Kasus
Tinggi Rendah
Tamat Sekolah
Risiko Risiko Risiko
66 NB 24 Diploma Perawat Laki-Laki Primigravida Kasus
Tinggi Rendah Tinggi
Tidak
Risiko Risiko Risiko
67 HA 36 Sekolah/Tidak Pedagang Laki-Laki Multigravida Kasus
Tinggi Rendah Rendah
Tamat Sekolah
Risiko Risiko Risiko
68 HS 25 SMP Pedagang Laki-Laki Primigravida Kasus
Tinggi Rendah Rendah
Tidak
Risiko Risiko
69 SW 25 Sekolah/Tidak URT Perempuan Multigravida Risiko Tinggi Kasus
Rendah Tinggi
Tamat Sekolah
Risiko Risiko
70 MU 39 SD URT Perempuan Multigravida Risiko Tinggi Kasus
Rendah Tinggi
Risiko Risiko Risiko
71 EF 27 SMP Pedagang Laki-Laki Primigravida Kasus
Tinggi Rendah Tinggi
72 EL 27 SMA URT Laki-Laki Risiko Primigravida Risiko Tinggi Risiko Kasus

110
Tinggi Rendah
Risiko Risiko Risiko
73 TN 22 Diploma Perawat Laki-Laki Multigravida Kasus
Tinggi Rendah Rendah
Perguruan Risiko Risiko Risiko
74 ER 32 Perawat Perempuan Multigravida Kasus
Tinggi (S1) Tinggi Rendah Rendah
Perguruan Risiko Risiko Risiko
75 MR 23 Perawat Laki-Laki Primigravida Kasus
Tinggi (S1) Tinggi Rendah Rendah
Risiko Risiko Risiko
76 RA 40 SD URT Perempuan Multigravida Kasus
Tinggi Rendah Rendah
Risiko Risiko
77 NU 21 SMA Pedagang Laki-Laki Multigravida Risiko Tinggi Kasus
Tinggi Rendah
Tidak
Risiko Risiko Risiko
78 EM 25 Sekolah/Tidak URT Laki-Laki Multigravida Kasus
Tinggi Rendah Tinggi
Tamat Sekolah
Risiko
Perguruan Risiko
79 YE 27 Guru Laki-Laki Rendah Primigravida Risiko Tinggi Kasus
Tinggi (S1) Tinggi
Risiko Risiko Risiko
80 HR 33 SD URT Perempuan Multigravida Kasus
Tinggi Rendah Tinggi
Risiko Risiko
81 DF 27 SMP URT Laki-Laki Multigravida Risiko Tinggi Kasus
Tinggi Tinggi
Tidak
Risiko Risiko Risiko
82 FP 27 Sekolah/Tidak Pedagang Perempuan Multigravida Kasus
Tinggi Rendah Tinggi
Tamat Sekolah
Perguruan Risiko Risiko Risiko
83 FA 31 Perawat Perempuan Multigravida Kasus
Tinggi (S1) Tinggi Rendah Tinggi
Risiko Risiko Risiko
84 IR 37 SD Pedagang Perempuan Multigravida Kasus
Tinggi Rendah Tinggi
85 SI 23 Diploma Perawat Perempuan Risiko Primigravida Risiko Tinggi Risiko Kasus

111
Tinggi Tinggi
Risiko Risiko
86 YL 27 Diploma Perawat Laki-Laki Multigravida Risiko Tinggi Kasus
Tinggi Tinggi
Tidak
Risiko Risiko Risiko
87 SF 36 Sekolah/Tidak URT Laki-Laki Multigravida Kasus
Tinggi Rendah Tinggi
Tamat Sekolah
Risiko Risiko
88 LD 32 SMP URT Laki-Laki Multigravida Risiko Tinggi Kasus
Rendah Tinggi
Risiko Risiko
89 SU 32 SMA URT Perempuan Multigravida Risiko Tinggi Kasus
Tinggi Tinggi
Perguruan Risiko Risiko
90 ST 29 Guru Laki-Laki Multigravida Risiko Tinggi Kasus
Tinggi (S1) Tinggi Tinggi
Risiko Risiko
91 ND 39 SD URT Laki-Laki Multigravida Risiko Tinggi Kasus
Rendah Tinggi
Risiko
Risiko
92 ER 36 SMA URT Laki-Laki Rendah Multigravida Risiko Tinggi Kasus
Tinggi
Risiko
Risiko
93 HZ 25 Diploma URT Perempuan Tinggi Multigravida Risiko Tinggi Kasus
Tinggi
Tidak
Risiko Risiko
94 RB 33 Sekolah/Tidak URT Perempuan Primigravida Risiko Tinggi Kasus
Tinggi Tinggi
Tamat Sekolah
Perguruan Risiko Risiko
95 KA 24 Perawat Perempuan Multigravida Risiko Tinggi Kasus
Tinggi (S1) Tinggi Tinggi
Risiko Risiko
96 RI 35 SMP Pedagang Laki-Laki Multigravida Risiko Tinggi Kasus
Rendah Tinggi
Tidak Risiko Risiko
97 AS 52 URT Laki-Laki Multigravida Risiko Tinggi Kasus
Sekolah/Tidak Rendah Tinggi

112
Tamat Sekolah
Risiko Risiko
98 AQ 16 SD URT Perempuan Primigravida Risiko Tinggi Kasus
Tinggi Tinggi
Risiko Risiko Risiko
99 RN 36 SMA URT Laki-Laki Multigravida Kasus
Tinggi Rendah Tinggi
Risiko Risiko
100 YL 32 SMP URT Perempuan Multigravida Risiko Tinggi Kasus
Rendah Tinggi
Risiko Risiko
101 LL 29 Diploma Perawat Perempuan Primigravida Risiko Tinggi Kasus
Tinggi Tinggi
Risiko Risiko
102 SA 31 SD Pedagang Laki-Laki Multigravida Risiko Tinggi Kasus
Rendah Tinggi
Risiko Risiko
103 NN 29 SMA Pedagang Perempuan Multigravida Risiko Tinggi Kasus
Rendah Tinggi
Risiko
Perguruan Risiko
104 NM 19 URT Laki-Laki Tinggi Primigravida Risiko Tinggi Kasus
Tinggi (S1) Tinggi
Perguruan Risiko Risiko Risiko
105 SU 39 URT Laki-Laki Multigravida Kasus
Tinggi (S1) Tinggi Rendah Tinggi
Risiko
Risiko
106 JE 39 SMA URT Perempuan Tinggi Multigravida Risiko Tinggi Kasus
Tinggi
Perguruan Risiko Risiko Risiko
107 SH 28 Guru Laki-Laki Multigravida Kasus
Tinggi (S1) Tinggi Rendah Tinggi
Tidak
Risiko Risiko Risiko
108 NH 31 Sekolah/Tidak URT Perempuan Primigravida Kasus
Tinggi Rendah Tinggi
Tamat Sekolah
Risiko Risiko
109 NT 19 SMA Pedagang Perempuan Primigravida Risiko Tinggi Kasus
Tinggi Tinggi
110 RF 20 SMA URT Perempuan Risiko Primigravida Risiko Risiko Kasus

113
Tinggi Rendah Tinggi
Risiko Risiko
111 HE 29 Diploma URT Laki-Laki Multigravida Risiko Tinggi Kasus
Tinggi Tinggi
Perguruan Risiko Risiko
112 WI 42 URT Perempuan Multigravida Risiko Tinggi Kasus
Tinggi (S1) Tinggi Tinggi
Tidak
Risiko Risiko
113 FU 26 Sekolah/Tidak Pedagang Perempuan Multigravida Risiko Tinggi Kasus
Rendah Tinggi
Tamat Sekolah
Risiko Risiko Risiko
114 EI 21 SMA URT Perempuan Multigravida Kasus
Tinggi Rendah Tinggi
Risiko Risiko
115 NA 34 SMP Pedagang Perempuan Multigravida Risiko Tinggi Kasus
Tinggi Tinggi
Risiko Risiko Risiko
116 SY 16 SD URT Laki-Laki Primigravida Kasus
Tinggi Rendah Tinggi
Tidak
Risiko Risiko Risiko
117 HI 30 Sekolah/Tidak Pedagang Perempuan Multigravida Kasus
Tinggi Rendah Tinggi
Tamat Sekolah
Tidak
Risiko Risiko
118 JU 36 Sekolah/Tidak URT Laki-Laki Multigravida Risiko Tinggi Kasus
Tinggi Tinggi
Tamat Sekolah
Risiko Risiko Risiko
119 IR 26 Diploma URT Perempuan Primigravida Kasus
Tinggi Rendah Tinggi
Risiko Risiko
120 LN 29 SD Pedagang Perempuan Multigravida Risiko Tinggi Kasus
Tinggi Tinggi
Risiko Risiko Risiko
121 PA 30 Diploma URT Laki-Laki Multigravida Kasus
Tinggi Rendah Tinggi
Risiko Risiko
122 KA 32 SD Pedagang Perempuan Multigravida Risiko Tinggi Kasus
Tinggi Tinggi
123 NJ 33 Perguruan Guru Laki-Laki Risiko Multigravida Risiko Risiko Kasus

114
Tinggi (S1) Tinggi Rendah Tinggi
Risiko Risiko Risiko
124 SY 25 SMA Pedagang Perempuan Multigravida Kasus
Tinggi Rendah Tinggi
Perguruan Risiko Risiko
125 MI 27 Guru Perempuan Multigravida Risiko Tinggi Kontrol
Tinggi (S1) Rendah Tinggi
Risiko Risiko
126 AH 22 Diploma URT Perempuan Primigravida Risiko Tinggi Kontrol
Rendah Rendah
Risiko Risiko
127 RA 32 SMP Pedagang Perempuan Multigravida Risiko Tinggi Kontrol
Rendah Rendah
Perguruan Risiko Risiko
128 AA 56 URT Laki-Laki Multigravida Risiko Tinggi Kontrol
Tinggi (S1) Rendah Rendah
Risiko Risiko
129 SA 26 SD URT Perempuan Multigravida Risiko Tinggi Kontrol
Tinggi Rendah
Risiko Risiko Risiko
130 YR 24 SMA Pedagang Perempuan Multigravida Kontrol
Rendah Rendah Rendah
Risiko Risiko Risiko
131 DR 28 SMP Pedagang Perempuan Multigravida Kontrol
Tinggi Rendah Rendah
Risiko Risiko Risiko
132 MI 38 Diploma URT Laki-Laki Multigravida Kontrol
Tinggi Rendah Rendah
Tidak
Risiko Risiko
133 DE 31 Sekolah/Tidak Pedagang Laki-Laki Multigravida Risiko Tinggi Kontrol
Rendah Tinggi
Tamat Sekolah
Risiko Risiko
134 EA 34 SMA URT Laki-Laki Multigravida Risiko Tinggi Kontrol
Rendah Rendah
Risiko Risiko
135 TY 24 SMP URT Laki-Laki Multigravida Risiko Tinggi Kontrol
Rendah Tinggi
Tidak
Risiko Risiko Risiko
136 SH 22 Sekolah/Tidak URT Perempuan Primigravida Kontrol
Rendah Rendah Rendah
Tamat Sekolah

115
Perguruan Risiko Risiko Risiko
137 NA 25 Perawat Perempuan Primigravida Kontrol
Tinggi (S1) Rendah Rendah Tinggi
Perguruan Risiko Risiko Risiko
138 IN 33 Guru Perempuan Multigravida Kontrol
Tinggi (S1) Rendah Rendah Tinggi
Risiko Risiko Risiko
139 SS 24 SMA URT Laki-Laki Primigravida Kontrol
Tinggi Rendah Tinggi
Risiko Risiko Risiko
140 MI 29 SD Pedagang Perempuan Multigravida Kontrol
Tinggi Rendah Rendah
Risiko Risiko Risiko
141 WA 33 SMA URT Perempuan Multigravida Kontrol
Tinggi Rendah Tinggi
Risiko Risiko Risiko
142 RA 28 Diploma Perawat Perempuan Multigravida Kontrol
Tinggi Rendah Tinggi
Risiko Risiko
143 AK 35 SMP URT Laki-Laki Multigravida Risiko Tinggi Kontrol
Rendah Tinggi
Tidak
Risiko Risiko Risiko
144 NV 19 Sekolah/Tidak Pedagang Perempuan Multigravida Kontrol
Tinggi Rendah Tinggi
Tamat Sekolah
Perguruan Risiko Risiko Risiko
145 MJ 37 URT Perempuan Multigravida Kontrol
Tinggi (S1) Tinggi Rendah Rendah
Perguruan Risiko Risiko Risiko
146 NB 42 URT Laki-Laki Multigravida Kontrol
Tinggi (S1) Rendah Rendah Tinggi
Risiko Risiko
147 RR 26 SMA Pedagang Laki-Laki Multigravida Risiko Tinggi Kontrol
Rendah Tinggi
Risiko Risiko Risiko
147 IH 20 SMP URT Laki-Laki Primigravida Kontrol
Rendah Rendah Tinggi
Tidak
Risiko Risiko
149 AG 28 Sekolah/Tidak URT Perempuan Multigravida Risiko Tinggi Kontrol
Rendah Rendah
Tamat Sekolah
150 FH 28 Tidak Pedagang Laki-Laki Risiko Primigravida Risiko Risiko Kontrol

116
Sekolah/Tidak Tinggi Rendah Tinggi
Tamat Sekolah

Risiko Risiko Risiko


151 ME 23 SMA Pedagang Perempuan Multigravida Kontrol
Tinggi Rendah Rendah
Risiko Risiko Risiko
152 KA 23 SMA URT Perempuan Multigravida Kontrol
Tinggi Rendah Tinggi
Perguruan Risiko Risiko Risiko
153 AR 27 Guru Laki-Laki Primigravida Kontrol
Tinggi (S1) Tinggi Rendah Tinggi
Perguruan Risiko Risiko Risiko
154 DW 28 Perawat Perempuan Multigravida Kontrol
Tinggi (S1) Tinggi Rendah Tinggi
Risiko Risiko Risiko
155 JM 31 SD URT Perempuan Primigravida Kontrol
Tinggi Rendah Tinggi
Risiko Risiko Risiko
156 DI 25 SMP Pedagang Laki-Laki Multigravida Kontrol
Tinggi Rendah Rendah
Risiko Risiko
157 RB 33 SMA URT Perempuan Primigravida Risiko Tinggi Kontrol
Rendah Tinggi
Risiko Risiko Risiko
158 PA 25 Diploma Perawat Perempuan Primigravida Kontrol
Tinggi Rendah Rendah
Tidak
Risiko Risiko
159 SA 26 Sekolah/Tidak Pedagang Perempuan Multigravida Risiko Tinggi Kontrol
Rendah Tinggi
Tamat Sekolah
Perguruan Risiko Risiko
160 NU 51 URT Laki-Laki Multigravida Risiko Tinggi Kontrol
Tinggi (S1) Rendah Tinggi
Risiko Risiko
161 ER 27 SMA URT Perempuan Multigravida Risiko Tinggi Kontrol
Rendah Tinggi
Perguruan Risiko Risiko Risiko
162 ND 31 Guru Laki-Laki Multigravida Kontrol
Tinggi (S1) Tinggi Rendah Tinggi
163 RE 31 Perguruan Perawat Laki-Laki Risiko Primigravida Risiko Risiko Kontrol

117
Tinggi (S1) Tinggi Rendah Rendah
Risiko Risiko Risiko
164 ME 34 SMA URT Laki-Laki Multigravida Kontrol
Tinggi Rendah Tinggi
Perguruan
Risiko Risiko
165 YI 32 Tinggi (S1) URT Perempuan Multigravida Risiko Tinggi Kontrol
Rendah Tinggi
Tidak
Risiko Risiko Risiko
166 SF 24 Sekolah/Tidak URT Laki-Laki Multigravida Kontrol
Tinggi Rendah Rendah
Tamat Sekolah
Risiko Risiko Risiko
167 DH 29 SMP Pedagang Perempuan Multigravida Kontrol
Rendah Rendah Tinggi
Perguruan Risiko Risiko
168 IA 29 Guru Perempuan Multigravida Risiko Tinggi Kontrol
Tinggi (S1) Rendah Tinggi
Risiko Risiko
169 AT 52 Diploma URT Perempuan Multigravida Risiko Tinggi Kontrol
Rendah Tinggi
Tidak
Risiko Risiko
170 RN 40 Sekolah/Tidak URT Laki-Laki Multigravida Risiko Tinggi Kontrol
Rendah Tinggi
Tamat Sekolah
Risiko Risiko Risiko
171 IZ 29 SD URT Perempuan Primigravida Kontrol
Tinggi Rendah Rendah
Perguruan Risiko Risiko
172 ID 32 Guru Laki-Laki Multigravida Risiko Tinggi Kontrol
Tinggi (S1) Rendah Rendah
Risiko Risiko
173 MP 18 SD URT Laki-Laki Primigravida Risiko Tinggi Kontrol
Rendah Tinggi
Risiko Risiko
174 MS 24 SMP URT Laki-Laki Primigravida Risiko Tinggi Kontrol
Tinggi Rendah
Risiko Risiko
175 NA 35 SMA URT Perempuan Multigravida Risiko Tinggi Kontrol
Rendah Tinggi
176 RU 25 SMA Pedagang Perempuan Risiko Multigravida Risiko Tinggi Risiko Kontrol

118
Rendah Tinggi
Tidak
Sekolah/Tidak Risiko Risiko Risiko
177 SL 42 URT Laki-Laki Multigravida Kontrol
Tamat Sekolah Tinggi Rendah Rendah

Risiko Risiko Risiko


178 NU 29 Diploma Perawat Laki-Laki Multigravida Kontrol
Rendah Rendah Rendah
Risiko Risiko Risiko
179 NH 23 SMP URT Perempuan Multigravida Kontrol
Tinggi Rendah Rendah
Perguruan Risiko Risiko
180 NK 31 Guru Laki-Laki Multigravida Risiko Tinggi Kontrol
Tinggi (S1) Rendah Rendah
Perguruan Risiko Risiko Risiko
181 ZU 30 Perawat Laki-Laki Primigravida Kontrol
Tinggi (S1) Tinggi Rendah Rendah
Risiko Risiko Risiko
182 HH 66 Diploma URT Perempuan Multigravida Kontrol
Tinggi Rendah Tinggi
Risiko Risiko
183 SA 21 SMP Pedagang Perempuan Primigravida Risiko Tinggi Kontrol
Rendah Rendah
Perguruan Risiko Risiko Risiko
184 RA 43 URT Laki-Laki Multigravida Kontrol
Tinggi (S1) Tinggi Rendah Rendah
Risiko Risiko Risiko
185 DA 25 SMA Pedagang Laki-Laki Multigravida Kontrol
Tinggi Rendah Rendah
Risiko Risiko Risiko
186 JH 31 Diploma Pedagang Perempuan Multigravida Kontrol
Rendah Rendah Tinggi
Perguruan Risiko Risiko Risiko
187 NN 31 Perawat Perempuan Multigravida Kontrol
Tinggi (S1) Rendah Rendah Tinggi
Perguruan Risiko Risiko
188 ER 42 Pedagang Perempuan Multigravida Risiko Tinggi Kontrol
Tinggi (S1) Rendah Rendah
Risiko Risiko Risiko
189 UA 37 SMA URT Laki-Laki Multigravida Kontrol
Tinggi Rendah Rendah

119
Risiko Risiko
190 FN 30 SMP Pedagang Laki-Laki Multigravida Risiko Tinggi Kontrol
Rendah Rendah
Tidak
Risiko Risiko Risiko
191 LR 20 Sekolah/Tidak URT Laki-Laki Primigravida Kontrol
Tinggi Rendah Rendah
Tamat Sekolah
Perguruan Risiko Risiko Risiko
192 NL 26 Pedagang Perempuan Multigravida Kontrol
Tinggi (S1) Tinggi Rendah Rendah
Risiko Risiko Risiko
193 SP 20 SD URT Perempuan Primigravida Kontrol
Tinggi Rendah Rendah
Tidak
Risiko Risiko
194 AT 30 Sekolah/Tidak URT Perempuan Multigravida Risiko Tinggi Kontrol
Rendah Tinggi
Tamat Sekolah
Risiko Risiko Risiko
195 SD 47 SMP URT Perempuan Multigravida Kontrol
Rendah Rendah Tinggi
Risiko Risiko
196 CI 22 SMA URT Laki-Laki Primigravida Risiko Tinggi Kontrol
Rendah Tinggi
Tidak
Risiko Risiko Risiko
197 UN 20 Sekolah/Tidak URT Perempuan Primigravida Kontrol
Tinggi Rendah Rendah
Tamat Sekolah
Perguruan Risiko Risiko Risiko
198 MU 43 Guru Perempuan Multigravida Kontrol
Tinggi (S1) Tinggi Rendah Rendah
Perguruan Risiko Risiko
199 MA 61 URT Laki-Laki Multigravida Risiko Tinggi Kontrol
Tinggi (S1) Tinggi Rendah
Risiko Risiko Risiko
200 YT 21 SD URT Perempuan Primigravida Kontrol
Tinggi Rendah Tinggi
Tidak
Risiko Risiko Risiko
201 NT 35 Sekolah/Tidak Pedagang Laki-Laki Multigravida Kontrol
Tinggi Rendah Rendah
Tamat Sekolah
202 JE 36 SMA Pedagang Perempuan Risiko Multigravida Risiko Tinggi Risiko Kontrol

120
Rendah Tinggi
Risiko Risiko Risiko
203 AW 21 SMP URT Perempuan Multigravida Kontrol
Tinggi Rendah Rendah
Risiko Risiko Risiko
204 CN 26 SMA Pedagang Perempuan Primigravida Kontrol
Tinggi Rendah Rendah
Risiko Risiko Risiko
205 NI 34 Diploma Pedagang Laki-Laki Multigravida Kontrol
Rendah Rendah Tinggi
Tidak
Risiko Risiko
206 YS 30 Sekolah/Tidak URT Laki-Laki Multigravida Risiko Tinggi Kontrol
Rendah Tinggi
Tamat Sekolah
Risiko Risiko Risiko
207 DA 31 SMP Pedagang Perempuan Multigravida Kontrol
Rendah Rendah Rendah
Tidak
Risiko Risiko
208 NW 41 Sekolah/Tidak URT Laki-Laki Multigravida Risiko Tinggi Kontrol
Rendah Tinggi
Tamat Sekolah
Risiko Risiko
209 AT 30 SMA Pedagang Laki-Laki Multigravida Risiko Tinggi Kontrol
Tinggi Tinggi
Risiko Risiko Risiko
210 HM 32 SMP URT Laki-Laki Primigravida Kontrol
Rendah Rendah Tinggi
Perguruan Risiko Risiko Risiko
211 AR 35 Pedagang Laki-Laki Multigravida Kontrol
Tinggi (S1) Rendah Rendah Tinggi
Tidak
Risiko Risiko Risiko
212 SW 38 Sekolah/Tidak URT Perempuan Multigravida Kontrol
Tinggi Rendah Rendah
Tamat Sekolah
Risiko Risiko
213 AN 33 SMP URT Perempuan Multigravida Risiko Tinggi Kontrol
Rendah Tinggi
Risiko Risiko Risiko
214 IW 30 SMA URT Perempuan Multigravida Kontrol
Rendah Rendah Tinggi
215 FD 35 SD Pedagang Laki-Laki Risiko Multigravida Risiko Tinggi Risiko Kontrol

121
Rendah Rendah
Risiko Risiko
216 SF 32 SD URT Laki-Laki Multigravida Risiko Tinggi Kontrol
Rendah Rendah
Risiko Risiko Risiko
217 WY 23 SMP URT Laki-Laki Multigravida Kontrol
Tinggi Rendah Tinggi
Tidak
Risiko Risiko Risiko
218 DS 18 Sekolah/Tidak URT Perempuan Multigravida Kontrol
Tinggi Rendah Tinggi
Tamat Sekolah
Tidak
Risiko Risiko
219 OV 19 Sekolah/Tidak URT Laki-Laki Primigravida Risiko Tinggi Kontrol
Rendah Tinggi
Tamat Sekolah
Risiko Risiko Risiko
220 KR 28 SD URT Perempuan Multigravida Kontrol
Tinggi Rendah Tinggi
Perguruan Risiko Risiko
221 RD 36 Perawat Perempuan Multigravida Risiko Tinggi Kontrol
Tinggi (S1) Rendah Tinggi
Tidak
Risiko Risiko
222 NS 41 Sekolah/Tidak URT Laki-Laki Multigravida Risiko Tinggi Kontrol
Rendah Tinggi
Tamat Sekolah
Risiko Risiko Risiko
223 NL 29 SD URT Perempuan Primigravida Kontrol
Rendah Rendah Tinggi
Risiko Risiko
224 ON 17 SMP URT Laki-Laki Multigravida Risiko Tinggi Kontrol
Rendah Tinggi
Tidak
Risiko Risiko Risiko
225 ES 18 Sekolah/Tidak URT Perempuan Multigravida Kontrol
Tinggi Rendah Tinggi
Tamat Sekolah
Tidak
Risiko Risiko Risiko
226 WL 35 Sekolah/Tidak URT Laki-Laki Primigravida Kontrol
Tinggi Rendah Tinggi
Tamat Sekolah
227 MV 17 SD URT Perempuan Risiko Multigravida Risiko Tinggi Risiko Kontrol

122
Rendah Tinggi
Tidak
Risiko Risiko
228 ST 23 Sekolah/Tidak Pedagang Laki-Laki Multigravida Risiko Tinggi Kontrol
Rendah Tinggi
Tamat Sekolah
Risiko Risiko Risiko
229 EN 32 SMP Pedagang Laki-Laki Primigravida Kontrol
Tinggi Rendah Tinggi
Risiko Risiko Risiko
230 IR 43 SMA Pedagang Perempuan Multigravida Kontrol
Rendah Rendah Tinggi
Risiko Risiko Risiko
231 CH 30 SMA URT Perempuan Multigravida Kontrol
Tinggi Rendah Tinggi
Risiko Risiko Risiko
232 MR 28 SMA Pedagang Perempuan Multigravida Kontrol
Rendah Rendah Rendah
Risiko Risiko Risiko
2324 DK 27 SMA URT Perempuan Primigravida Kontrol
Tinggi Rendah Rendah
Risiko Risiko Risiko
235 RK 18 SMP URT Laki-Laki Primigravida Kontrol
Tinggi Rendah Tinggi
Perguruan Risiko Risiko Risiko
236 KM 39 URT Laki-Laki Primigravida Kontrol
Tinggi (S1) Rendah Rendah Tinggi
Tidak
Risiko Risiko
237 SI 32 Sekolah/Tidak URT Laki-Laki Multigravida Risiko Tinggi Kontrol
Rendah Rendah
Tamat Sekolah
Perguruan Risiko Risiko Risiko
238 SW 34 Guru Laki-Laki Multigravida Kontrol
Tinggi (S1) Rendah Rendah Tinggi
Perguruan Risiko Risiko Risiko
239 NB 24 Guru Laki-Laki Multigravida Kontrol
Tinggi (S1) Rendah Rendah Tinggi
Risiko Risiko Risiko
240 MA 32 SMP URT Laki-Laki Multigravida Kontrol
Tinggi Rendah Tinggi
Risiko Risiko
241 YY 28 SMA Pedagang Perempuan Multigravida Risiko Tinggi Kontrol
Tinggi Rendah

123
Tidak
Risiko Risiko Risiko
242 RW 32 Sekolah/Tidak URT Laki-Laki Primigravida Kontrol
Tinggi Rendah Rendah
Tamat Sekolah
Risiko Risiko Risiko
243 NZ 25 SMA URT Perempuan Multigravida Kontrol
Tinggi Rendah Tinggi
Risiko Risiko
244 SN 35 Diploma Perawat Perempuan Multigravida Risiko Tinggi Kontrol
Rendah Rendah
Tidak
Risiko Risiko
245 TR 44 Sekolah/Tidak URT Perempuan Primigravida Risiko Tinggi Kontrol
Tinggi Rendah
Tamat Sekolah
Risiko Risiko Risiko
246 SS 24 SMP URT Laki-Laki Multigravida Kontrol
Tinggi Rendah Rendah
Risiko Risiko Risiko
247 HD 32 SMA Pedagang Perempuan Multigravida Kontrol
Tinggi Rendah Tinggi
Tidak
Risiko Risiko Risiko
248 ZL 20 Sekolah/Tidak URT Laki-Laki Multigravida Kontrol
Rendah Rendah Tinggi
Tamat Sekolah
Risiko Risiko Risiko
249 MF 20 SD URT Perempuan Multigravida Kontrol
Tinggi Rendah Rendah
Risiko Risiko Risiko
250 WS 27 SMP URT Perempuan Multigravida Kontrol
Rendah Rendah Tinggi

124
HASIL UJI STATISTIK

1. Analisis Univariat

A. Kelompok Umur Ibu * Asfiksia Neonatorum Crosstabulation

Asfiksia Neonatorum

Kasus Kontrol Total

Kelompok Umur 16-20 Count 6 14 20


Ibu
% within Asfiksia 4.8% 11.2% 8.0%
Neonatorum

21-25 Count 22 24 46

% within Asfiksia 17.6% 19.2% 18.4%


Neonatorum

26-30 Count 32 31 63

% within Asfiksia 25.6% 24.8% 25.2%


Neonatorum

31-35 Count 32 33 65

% within Asfiksia 25.6% 26.4% 26.0%


Neonatorum

36-40 Count 26 8 34

% within Asfiksia 20.8% 6.4% 13.6%


Neonatorum

41-45 Count 5 9 14

% within Asfiksia 4.0% 7.2% 5.6%


Neonatorum

46-50 Count 1 1 2

% within Asfiksia 0.8% 0.8% 0.8%


Neonatorum

>-51 Count 1 5 6

% within Asfiksia 0.8% 4.0% 2.4%


Neonatorum

Total Count 125 125 250

% within Asfiksia 100.0% 100.0% 100.0%


Neonatorum

125
B. Pendidikan Terakhir Ibu * Asfiksia Neonatorum Crosstabulation

Asfiksia
Neonatorum

Kasus Kontrol Total

Pendidikan Tidak Sekolah/Tidak Count 26 26 52


Ibu Tamat Sekolah
% within Asfiksia 20.8% 20.8% 20.8%
Neonatorum

SD Count 22 13 35

% within Asfiksia 17.6% 10.4% 14.0%


Neonatorum

SMP Count 23 23 46

% within Asfiksia 18.4% 18.4% 18.4%


Neonatorum

SMA Count 22 26 48

% within Asfiksia 17.6% 20.8% 19.2%


Neonatorum

Diploma Count 15 10 25

% within Asfiksia 12.0% 8.0% 10.0%


Neonatorum

Perguruan Tinggi Count 17 27 44


(S1)
% within Asfiksia 13.6% 21.6% 17.6%
Neonatorum

Total Count 125 125 250

% within Asfiksia 100.0% 100.0% 100.0%


Neonatorum

126
C. Pekerjaan Ibu * Asfiksia Neonatorum Crosstabulation

Asfiksia Neonatorum

Kasus Kontrol Total

Pekerjaan URT Count 70 72 142


Ibu
% within Asfiksia 56.0% 57.6% 56.8%
Neonatorum

Pedagang Count 29 33 62

% within Asfiksia 23.2% 26.4% 24.8%


Neonatorum

Perawat Count 16 10 26

% within Asfiksia 12.8% 8.0% 10.4%


Neonatorum

Guru Count 10 10 20

% within Asfiksia 8.0% 8.0% 8.0%


Neonatorum

Total Count 125 125 250

% within Asfiksia 100.0% 100.0% 100.0%


Neonatorum

D. Jenis Kelamin * Asfiksia Neonatorum Crosstabulation

Asfiksia
Neonatorum

Kasus Kontrol Total

Jenis Kelamin Laki-Laki Count 66 58 124


Bayi
% within Asfiksia 52.8% 46.4% 49.6%
Neonatorum

Perempuan Count 59 67 126

% within Asfiksia 47.2% 53.6% 50.4%


Neonatorum

Total Count 125 125 250

% within Asfiksia 100.0% 100.0% 100.0%


Neonatorum

127
E. Gravidarium Ibu * Asfiksia Neonatorum Crosstabulation

Asfiksia Neonatorum

Kasus Kontrol Total

Gravidarium Primigravida Count 32 32 64


Ibu
% within Asfiksia 25.6% 25.6% 25.6%
Neonatorum

Multigravida Count 93 93 186

% within Asfiksia 74.4% 74.4% 74.4%


Neonatorum

Total Count 125 125 250

% within Asfiksia 100.0% 100.0% 100.0%


Neonatorum

2. Analisis Bivariat
2.1 Anemia Terhadap Asfiksia Neonatorum
C. Risiko Anemia Terhadap Asfiksia Neonatorum di Rumah Sakit
Umum Anutapura Palu Tahun 2016

Risiko Anemia * Asfiksia Neonatorum Crosstabulation

Asfiksia Neonatorum

Kasus Kontrol Total

Anemia Risiko Count 108 72 180


Ibu Tinggi
% within Asfiksia 86.4% 57.6% 72.0%
Neonatorum

Risiko Count 17 53 70
Rendah
% within Asfiksia 13.6% 42.4% 28.0%
Neonatorum

Total Count 125 125 250

% within Asfiksia 100.0% 100.0% 100.0%


Neonatorum

128
Risk Estimate Anemia * Asfiksia Neonatorum

95% Confidence Interval

Value Lower Upper

Odds Ratio for Anemia Ibu (Risiko 4.676 2.510 8.714


Tinggi / Risiko Rendah)

For cohort Asfiksia Neonatorum = 2.471 1.606 3.800


Kasus

For cohort Asfiksia Neonatorum = .528 .423 .660


Kontrol

N of Valid Cases 250

129
D. Analisis Resiko Anemia yang mengalami Partus Lama dan
Ketuban Pecah Dini terhadap Asfiksia Neonatorum di Rumah
Sakit Umum Anutapura Palu Tahun 2016

Crosstab

Asfiksia
Neonatorum

Anemia Ibu Kasus Kontrol Total

Risiko Partus Risiko Tinggi Count 80 25 105


Tinggi Lama
% within Asfiksia 74.1% 34.7% 58.3%
Neonatorum

Risiko Rendah Count 28 47 75

% within Asfiksia 25.9% 65.3% 41.7%


Neonatorum

Total Count 108 72 180

% within Asfiksia 100.0% 100.0% 100.0%


Neonatorum

Risiko Partus Risiko Tinggi Count 16 34 50


Rendah Lama % within Asfiksia 94.1% 64.2% 71.4%
Neonatorum

Risiko Rendah Count 1 19 20

% within Asfiksia 5.9% 35.8% 28.6%


Neonatorum

Total Count 17 53 70

% within Asfiksia 100.0% 100.0% 100.0%


Neonatorum

130
Risk Estimate

95% Confidence Interval

Anemia Ibu Value Lower Upper

Risiko Tinggi Odds Ratio for Partus Lama 5.371 2.808 10.274
(Risiko Tinggi / Risiko
Rendah)

For cohort Asfiksia 2.041 1.494 2.788


Neonatorum = Kasus

For cohort Asfiksia .380 .259 .558


Neonatorum = Kontrol

N of Valid Cases 180

Risiko Rendah Odds Ratio for Partus Lama 8.941 1.098 72.784
(Risiko Tinggi / Risiko
Rendah)

For cohort Asfiksia 6.400 .908 45.101


Neonatorum = Kasus

For cohort Asfiksia .716 .577 .888


Neonatorum = Kontrol

N of Valid Cases 70

131
Crosstab

Asfiksia
Neonatorum

Anemia Ibu Kasus Kontrol Total

Risiko Ketuban Risiko Tinggi Count 76 29 105


Tinggi Pecah
% within Asfiksia 70.4% 40.3% 58.3%
Dini
Neonatorum

Risiko Count 32 43 75
Rendah
% within Asfiksia 29.6% 59.7% 41.7%
Neonatorum

Total Count 108 72 180

% within Asfiksia 100.0% 100.0% 100.0%


Neonatorum

Risiko Ketuban Risiko Tinggi Count 9 19 28


Rendah Pecah % within Asfiksia 52.9% 35.8% 40.0%
Dini Neonatorum

Risiko Count 8 34 42
Rendah % within Asfiksia 47.1% 64.2% 60.0%
Neonatorum

Total Count 17 53 70

% within Asfiksia 100.0% 100.0% 100.0%


Neonatorum

132
Risk Estimate

95% Confidence
Interval

Anemia Ibu Value Lower Upper

Risiko Tinggi Odds Ratio for Ketuban Pecah Dini 3.522 1.882 6.588
(Risiko Tinggi / Risiko Rendah)

For cohort Asfiksia Neonatorum = 1.696 1.272 2.262


Kasus

For cohort Asfiksia Neonatorum = .482 .334 .695


Kontrol

N of Valid Cases 180

Risiko Odds Ratio for Ketuban Pecah Dini 2.013 .666 6.081
Rendah (Risiko Tinggi / Risiko Rendah)

For cohort Asfiksia Neonatorum = 1.688 .741 3.845


Kasus

For cohort Asfiksia Neonatorum = .838 .625 1.125


Kontrol

N of Valid Cases 70

133
2.2 Partus Lama Terhadap Asfiksia Neonatorum
A. Risiko Partus Lama Terhadap Asfiksia Neonatorum di Rumah
Sakit Umum Anutapura Palu Tahun 2016

Risiko Partus Lama * Asfiksia Neonatorum Crosstabulation

Asfiksia Neonatorum

Kasus Kontrol Total

Partus Risiko Count 96 59 155


Lama Tinggi
% within Asfiksia 76.8% 47.2% 62.0%
Neonatorum

Risiko Count 29 66 95
Rendah
% within Asfiksia 23.2% 52.8% 38.0%
Neonatorum

Total Count 125 125 250

% within Asfiksia 100.0% 100.0% 100.0%


Neonatorum

Risk Estimate Partus Lama * Asfiksia Neonatorum

95% Confidence Interval

Value Lower Upper

Odds Ratio for Partus Lama (Risiko Tinggi / 3.703 2.150 6.379
Risiko Rendah)

For cohort Asfiksia Neonatorum = Kasus 2.029 1.462 2.815

For cohort Asfiksia Neonatorum = Kontrol .548 .431 .697

N of Valid Cases 250

134
B. Analisis Risiko Partus Lama yang mengalami Anemia dan
Ketuban Pecah Dini terhadap Asfiksia Neonatorum di Rumah
Sakit Umum Anutapura Palu Tahun 2016

Crosstab

Asfiksia
Neonatorum

Partus Lama Kasus Kontrol Total

Risiko Anemia Risiko Tinggi Count 80 25 105


Tinggi Ibu
% within Asfiksia 83.3% 42.4% 67.7%
Neonatorum

Risiko Count 16 34 50
Rendah
% within Asfiksia 16.7% 57.6% 32.3%
Neonatorum

Total Count 96 59 155

% within Asfiksia 100.0% 100.0% 100.0%


Neonatorum

Risiko Anemia Risiko Tinggi Count 28 47 75


Rendah Ibu % within Asfiksia 96.6% 71.2% 78.9%
Neonatorum

Risiko Count 1 19 20
Rendah % within Asfiksia 3.4% 28.8% 21.1%
Neonatorum

Total Count 29 66 95

% within Asfiksia 100.0% 100.0% 100.0%


Neonatorum

135
Risk Estimate

95% Confidence
Interval

Partus Lama Value Lower Upper

Risiko Tinggi Odds Ratio for Anemia Ibu (Risiko 6.800 3.229 14.321
Tinggi / Risiko Rendah)

For cohort Asfiksia Neonatorum = 2.381 1.568 3.616


Kasus

For cohort Asfiksia Neonatorum = .350 .237 .518


Kontrol

N of Valid Cases 155

Risiko Odds Ratio for Anemia Ibu (Risiko 11.319 1.436 89.219
Rendah Tinggi / Risiko Rendah)

For cohort Asfiksia Neonatorum = 7.467 1.081 51.581


Kasus

For cohort Asfiksia Neonatorum = .660 .539 .807


Kontrol

N of Valid Cases 95

136
Crosstab

Asfiksia
Neonatorum

Partus Lama Kasus Kontrol Total

Risiko Ketuban Risiko Tinggi Count 57 6 63


Tinggi Pecah Dini
% within Asfiksia 59.4% 10.2% 40.6%
Neonatorum

Risiko Rendah Count 39 53 92

% within Asfiksia 40.6% 89.8% 59.4%


Neonatorum

Total Count 96 59 155

% within Asfiksia 100.0% 100.0% 100.0%


Neonatorum

Risiko Ketuban Risiko Tinggi Count 28 42 70


Rendah Pecah Dini % within Asfiksia 96.6% 63.6% 73.7%
Neonatorum

Risiko Rendah Count 1 24 25

% within Asfiksia 3.4% 36.4% 26.3%


Neonatorum

Total Count 29 66 95

% within Asfiksia 100.0% 100.0% 100.0%


Neonatorum

137
Risk Estimate

95% Confidence
Interval

Partus Lama Value Lower Upper

Risik Odds Ratio for Ketuban Pecah Dini (Risiko 12.910 5.057 32.962
o Tinggi / Risiko Rendah)
Tingg
For cohort Asfiksia Neonatorum = Kasus 2.134 1.660 2.744
i
For cohort Asfiksia Neonatorum = Kontrol .165 .076 .361

N of Valid Cases 155

Risik Odds Ratio for Ketuban Pecah Dini (Risiko 16.000 2.046 125.127
o Tinggi / Risiko Rendah)
Rend For cohort Asfiksia Neonatorum = Kasus 10.000 1.435 69.704
ah
For cohort Asfiksia Neonatorum = Kontrol .625 .508 .769

N of Valid Cases 95

2.3 Ketuban Pecah Dini Terhadap Asfiksia Neonatorum


A. Risiko Ketuban Pecah Dini Terhadap Asfiksia Neonatorum di
Rumah Sakit Umum Anutapura Palu Tahun 2016

Risiko Ketuban Pecah Dini * Asfiksia Neonatorum Crosstabulation

Asfiksia Neonatorum

Kasus Kontrol Total

Ketuban Risiko Tinggi Count 85 48 133


Pecah Dini
% within Asfiksia 68.0% 38.4% 53.2%
Neonatorum

Risiko Count 40 77 117


Rendah
% within Asfiksia 32.0% 61.6% 46.8%
Neonatorum

Total Count 125 125 250

% within Asfiksia 100.0% 100.0% 100.0%


Neonatorum

138
Risk Estimate Ketuban Pecah Dini * Asfiksia Neonatorum

95% Confidence Interval

Value Lower Upper

Odds Ratio for Ketuban Pecah Dini (Risiko 3.409 2.025 5.738
Tinggi / Risiko Rendah)

For cohort Asfiksia Neonatorum = Kasus 1.869 1.410 2.478

For cohort Asfiksia Neonatorum = Kontrol .548 .422 .712

N of Valid Cases 250

139
B. Analisis Risiko Ketuban Pecah Dini yang mengalami Anemia
dan Partus Lama terhadap Asfiksia Neonatorum di Rumah
Sakit Umum Anutapura Palu Tahun 2016

Crosstab

Asfiksia
Neonatorum

Ketuban Pecah Dini Kasus Kontrol Total

Risiko Anemia Risiko Tinggi Count 76 29 105


Tinggi Ibu
% within Asfiksia 89.4% 60.4% 78.9%
Neonatorum

Risiko Rendah Count 9 19 28

% within Asfiksia 10.6% 39.6% 21.1%


Neonatorum

Total Count 85 48 133

% within Asfiksia 100.0% 100.0% 100.0%


Neonatorum

Risiko Anemia Risiko Count 32 43 75


Rendah Ibu Tinggi % within Asfiksia 80.0% 55.8% 64.1%
Neonatorum

Risiko Count 8 34 42
Rendah % within Asfiksia 20.0% 44.2% 35.9%
Neonatorum

Total Count 40 77 117

% within Asfiksia 100.0% 100.0% 100.0%


Neonatorum

140
Risk Estimate

95% Confidence
Interval

Ketuban Pecah Dini Value Lower Upper

Risiko Odds Ratio for Anemia Ibu (Risiko Tinggi 5.533 2.247 13.623
Tinggi / Risiko Rendah)

For cohort Asfiksia Neonatorum = Kasus 2.252 1.298 3.907

For cohort Asfiksia Neonatorum = Kontrol .407 .273 .608

N of Valid Cases 133

Risiko Odds Ratio for Anemia Ibu (Risiko Tinggi 3.163 1.291 7.747
Rendah / Risiko Rendah)

For cohort Asfiksia Neonatorum = Kasus 2.240 1.139 4.406

For cohort Asfiksia Neonatorum = Kontrol .708 .555 .904

N of Valid Cases 117

141
Crosstab

Asfiksia
Neonatorum

Ketuban Pecah Dini Kasus Kontrol Total

Risiko Partus Risiko Tinggi Count 57 6 63


Tinggi Lama
% within Asfiksia 67.1% 12.5% 47.4%
Neonatorum

Risiko Rendah Count 28 42 70

% within Asfiksia 32.9% 87.5% 52.6%


Neonatorum

Total Count 85 48 133

% within Asfiksia 100.0% 100.0% 100.0%


Neonatorum

Risiko Partus Risiko Tinggi Count 39 53 92


Rendah Lama % within Asfiksia 97.5% 68.8% 78.6%
Neonatorum

Risiko Rendah Count 1 24 25

% within Asfiksia 2.5% 31.2% 21.4%


Neonatorum

Total Count 40 77 117

% within Asfiksia 100.0% 100.0% 100.0%


Neonatorum

142
Risk Estimate

95% Confidence
Interval

Ketuban Pecah Dini Value Lower Upper

Risiko Odds Ratio for Partus Lama 14.250 5.415 37.501


Tinggi (Risiko Tinggi / Risiko Rendah)

For cohort Asfiksia Neonatorum = 2.262 1.679 3.047


Kasus

For cohort Asfiksia Neonatorum = .159 .072 .348


Kontrol

N of Valid Cases 133

Risiko Odds Ratio for Partus Lama 17.660 2.290 136.182


Rendah (Risiko Tinggi / Risiko Rendah)

For cohort Asfiksia Neonatorum = 10.598 1.530 73.386


Kasus

For cohort Asfiksia Neonatorum = .600 .495 .728


Kontrol

N of Valid Cases 117

143
LAMPIRAN DOKUMENTASI PENELITIAN

1. Mencatat nomor rekam medik (kasus) di setiap kertas yang akan diundi

2. Mengundi nomor rekam medik (kasus) yang telah dicatat tadi

144
3. Mencari nomor rekam medik pasien

145
4. Menyalin data pasien ke lembar kuesioner penelitian

146
RIWAYAT HIDUP PENULIS

Penulis bernama lengkap Ni Luh Fidriana lahir di Sibea pada tanggal 22


Maret 1995. Penulis anak pertama dari pasangan I Wayan Suarta dan Ni Komang
Budi Suryawati, tinggal di Desa Sibea Kecamatan Lampasio Kabupaten Tolitoli.
Memulai pendidikan pada umur 6 tahun masuk SDN Inti Sibea, Lulusan tahun
2007. Setelah itu melanjutkan pendidikan tingkat pertama di SMPN 3 Tolitoli,
lulusan tahun 2010. Setelah menimba ilmu di sekolah menengah pertama selama 3
tahun, penulis kemudian melanjutkan pendidikan di SMAN 1 Tolitoli, lulusan
tahun 2013. Kemudian melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi Universitas
Tadulako dengan mengambil program studi ilmu kesehatan masyarakat di
Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM).

https://www.scribd.com/document/328489315/makalah-makrosomia

147

Anda mungkin juga menyukai