Anda di halaman 1dari 6

GIZI SEBAGAI INPUT DAN OUTPUT DALAM PEMBANGUNAN

SUMBER DAYA MANUSIA

Pembangunan suatu bangsa bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan


setiap warga Negara. Peningkatan kemajuan dan kesejahteraan bangsa sangat
tergantung pada kemampuan dan kualitas sumberdaya manusianya. Ukuran
kualitas sumber daya manusia dapat dilihat pada Indeks Pembangunan Manusia
(IPM), sedangkan ukuran kesejahteraan masyarakat antara lain dapat dilihat pada
tingkat kemiskinan dan status gizi masyarakat. Indeks Pembangunan Manusia
(IPM)/Human Development Index (HDI) digunakan untuk mengklasifikasikan
apakah sebuah negara adalah Negara maju, negara berkembang atau negara
terbelakang dan juga untuk mengukur pengaruh dari kebijaksanaan ekonomi
terhadap kualitas hidup.
IPM adalah pengukuran perbandingan dari harapan hidup, melek huruf,
pendidikan, dan standar hidup untuk semua negara. IPM mengukur pencapaian
rata-rata sebuah negara dalam 3 dimensi dasar pembangunan manusia yaitu Hidup
yang sehat dan panjang umur yang diukur dengan harapan hidup saat kelahiran,
Pengetahuan yang diukur dengan angka tingkat baca tulis pada orang dewasa dan
Standar kehidupan yang layak diukur dengan logaritma natural dari produk
domestik bruto per kapita dalam paritas daya beli.
Pembangunan adalah usaha untuk meningkatkan kualitas dan
perkehidupan masyarakat Indonesia, yang dilakukan secara terus menerus
berlandaskan kemampuan wilayah dengan memanfaatkan kemajuan ilmu
pengetahuan teknologi (IPTEK) serta memperhatikan tantangan perkembangan
global. Keberhasilan pembangunan wilayah ditentukan oleh ketersediaan sumber
daya alam dan sumber daya manusia yang berkualitas dengan fisik tangguh,
mental kuat dan kesehatan prima. Sumber daya manusia yang berkualitas
merupakan faktor penting dalam upaya meningkatkan produktivitas dan daya
saing wilayah. Dalam hal ini, pangan dan gizi merupakan pilar pembangun
kualitas sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas yaitu SDM yang sehat,
cerdas dan memiliki fisik yang tangguh serta produktif merupakan faktor utama
yang diperlukan untuk melaksanakan pembangunan nasional
Pembangunan nasional yang sedang digalakkan pemerintah bertujuan
untuk membangun manusia seutuhnya dan membangun masyarakat Indonesia
seluruhnya sehingga bangsa Indonesia menjadi subjek dan objek pembangunan.
Membangun manusia seutuhnya berarti menjamin adanya peningkatan taraf hidup
rakyat dari seluruh lapisan masyarakat dan golongan. Peningkatan taraf hidup
tersebut tercermin dari pemenuhan kebutuhan pokok, yaitu pangan, sandang,
pemukiman, kesehatan dan pendidikan. Kemajuan usaha pemenuhan kebutuhan
pokok merupakan tolok ukur pencapaian pembangunan. Keadaan gizi masyarakat
menjadi pencermin kualitatif dan pemenuhan kebutuhan pokok akan pangan.
Pangan sebagai basic need merupakan media bagi manusia untuk
mempertahankan hidup mendapatkan energi pertumbuhan dan penggantian
jaringan tubuh yang rusak. Pangan dapat juga dikatakan sebagai sumber gizi. Zat
gizi tersebut sangat berguna bagi tubuh untuk mengatur segala proses dalam
tubuh.
Gizi adalah suatu proses yang terjadi pada makhluk hidup, untuk
mengambil dan menggunakan zat yang ada dalam makanan dan minuman guna
mempertahankan hidup, pertumbuhan, berproduksi dan untuk menghasilkan
energi. Susunan pangan dalam makanan yang seimbang adalah susunan bahan
pangan yang dapat menyediakan zat gizi penting dalam jumlah cukup yang
diperlukan tubuh tenaga, pemeliharaan, pertumbuhan dan perbaikan jaringan.
Gizi seimbang merupakan aneka ragam bahan pangan yang mengandung
unsur-unsur zat gizi yang diperlukan oleh tubuh, baik kualitas (fungsinya),
maupun kuantitas (jumlahnya). Konsumsi makanan yang beragam, bergizi
seimbang dan aman dapat memenuhi kecukupan gizi individu untuk tumbuh dan
berkembang
Gizi memiliki peranan penting dalam pembangunan. Hubungan gizi
dengan pembangunan bersifat timbal balik, yang artinya bahwa gizi akan
menentukan keberhasilan suatu bangsa, begitupula sebaliknya kondisi suatu
bangsa dapat mempengaruhi status gizi masyarakatnya. Gizi dalam kaitannya
dengan pembangunan suatu bangsa berkaitan dengan sumber daya manusia,
karena gizi sebagai sentral untuk pembangunan manusia. Seseorang yang hidup di
dukung dengan gizi yang cukup sesuai kebutuhan akan tubuh dan berkembang
secara optimal dan menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas meliputi
fisik yang sehat, cerdas, kreatif, produktifitas tinggi.
Kembali lagi pada kaitan antara pembangunan dengan gizi, sudut
pandangnya lebih makro, disini gizi sebagai indikator pembangunan, dalam hal ini
karena gizi merupakan outcome dari berbagai bidang pembangunan di suatu
Negara. Tolok ukur pembangunan bangsa adalah status gizi balita, dalam hal ini
berkaitan dengan status gizi balita sebagai aset/faktor penentu kualitas sumber
daya manusia. Kenapa status gizi balita? Hal ini berkaitan dengan kondisi balita
yang rentan terhadap penyakit/masalah gizi, serta balita masih mendapatkan
pengasuhan dari orang tua/pengasuh, dimana keduanya sangat mempengaruhi
tumbuh kembang manusia selanjutnya.
Masalah pangan dan gizi merupakan masalah pokok yang mendasari
seluruh kehidupan dan pembangunan bangsa.Masalah ini adalah masalah yang
harus selalu mendapat perhatian ekstra dari pemerintah dan kita semua tentunya
sebagai warga negara. Akar permasalahan pangan dan gizi sebenarnya adalah
kemiskinan, ketidaktahuan, ketidak pedulian, distribusi bahan pangan yang buruk
Masalah Gizi merupakan akibat dari berbagai faktor yang saling terkait.
Terdapat dua faktor langsung yang mempengaruhi status gizi individu, yaitu
faktor makanan dan penyakit infeksi, keduanya saling mempengaruhi. Faktor
penyebab langsung pertama adalah konsumsi makanan yang tidak memenuhi
prinsip gizi seimbang. Faktor penyebab langsung kedua adalah penyakit infeksi
yang terkait dengan tingginya kejadian penyakit menular dan buruknya kesehatan
lingkungan.
Faktor makanan dan penyakit infeksi, sebagai penyebab langsung masalah
gizi, keduanya saling berkaitan. Anak balita yang tidak mendapat cukup makanan
bergizi seimbang memiliki daya tahan yang rendah terhadap penyakit sehingga
mudah terserang infeksi. Sebaliknya penyakit infeksi seperti diare dan infeksi
saluran pernapasan atas (ISPA) dapat mengakibatkan asupan gizi tidak dapat
diserap tubuh dengan baik sehingga berakibat gizi buruk. Oleh karena itu,
mencegah terjadinya infeksi juga dapat mengurangi kejadian gizi kurang dan gizi
buruk. BBLR akibat kurang energy kronik (KEK) pada ibu hamil, dapat
meningkatkan angka kematian bayi dan anak balita. Anemia kurang zat besi pada
ibu hamil dapat meningkatkan resiko kematian waktu melahirkan dan melahirkan
bayi yang juga menderita anemia. Kurang vitamin A (KVA) pada bayi dan anak
balita dapat menurunkan daya tahan tubuh, meningkatkan resiko kebutaan, dan
meningkatkan resiko kesakitan dan kematian akibat infeksi.
Selain itu, akibat kekurangan gizi dapat berdampak pada perubahan
perilaku sosial, berkurangnya perhatian dan kemampuan belajar pada anak
sehingga berakibat pada rendahnya hasil belajar. Data riset kesehatan dasar
Riskesdas yang dilakukan pada tahun 2007 dan 2010 secara konsisten
menunjukkan bahwa rata-rata asupan kalori dan protein anak balita masih di
bawah Angka Kecukupan Gizi (AKG). Akibat dari keadaan tersebut, anak balita
perempuan dan anak balita laki-laki Indonesia mempunyai rata-rata tinggi badan
masing-masing 6,7 cm dan 7,3 cm lebih pendek dari pada standar rujukan WHO
2005, bahkan pada kelompok usia 5-19 tahun kondisi ini lebih buruk karena anak
perempuan pada kelompok ini tingginya 13,6 cm di bawah standar dan anak laki-
laki 10,4 cm di bawah standar WHO. Kelompok ibu pendek juga terbukti
melahirkan 46,7 persen bayi pendek. Karena itu jelas masalah gizi intergenerasi
ini harus mendapat perhatian serius karena telah terbukti akan mempengaruhi
kualitas bangsa.
Pemberian gizi yang kurang baik terutama terhadap anak-anak, akan
menurunkan potensi sumber daya pembangunan masyarakat. Anak-anak yang
hidup dalam masa krisis seperti dalam kondisi perang, resesi ekonomi, di
khawatirkan kemampuan intelektualnya tidak berkembang sehingga 50 tahun
mendatang ketika harus memimpin suatu bangsa, maka akan terjadi kemunduran
suatu generasi atau suatu bangsa.
Kekurangan gizi berakibat meningkatnya angka kesakitan dan
menurunnya produktivitas kerja manusia. Hal ini berarti akan menambah beban
pemerintah untuk meningkatkan fasilitas kesehatan. Kekurangan gizi berakibat
pada menurunnya kecerdasan generasi muda yang cerdas yang sangat dibutuhkan
dalam pembangunan bangsa.
Kondisi gizi kurang dapat menghambat aktivitas kerja yang akan
menurunkan produktivitas kerja. Hal ini disebabkan karena kemampuan kerja
seseorang sangat dipengaruhi oleh jumlah energy yang tersedia, dimana energy
tersebut diperoleh dari makanan sehari-hari dan jika jumlahnya tidak memenuhi
kebutuhan tubuh, maka energi didapat dari cadangan tubuh.
Apabila makanan tidak cukup mengandung zat-zat gizi yang dibutuhkan,
dan keadaan ini berlangsung lama, akan menyebabkan perubahan metabolisme
dalam otak, sehingga otak tidak berfungsi normal. Pada keadaan yang lebih berat
dan kronis, kekurangan gizi menyebabakan pertumbuhan badan terganggu, badan
lebih kecil diikuti dengan ukuran otak yang juga kecil.
Gizi kurang dan gizi buruk yang terus terjadi dapat menjadi faktor
penghambat dalam pembangunan nasional. Investasi gizi berperan penting untuk
memutuskan lingkaran setan kemiskinan dan kurang gizi sebagai upaya
peningkatan kualitas SDM. Beberapa dampak buruk kurang gizi adalah rendahnya
produktivitas kerja dan kehilangan kesempatan sekolah.
Dampak tidak langsung adanya permasalahan pemenuhan gizi atau dalam
hal ini gizi buruk, adalah Lost Generation atau ’generasi yang hilang’. Suatu
masyarakat yang berkembang dalam keadaan kurang gizi akan melahirkan
generasi yang tidak berkualitas. Anak yang lahir dalam kondisi kurang gizi akan
menjadi anak yang lemah, rentan penyakit dan yang paling parah adalah IQ yang
rendah.
kasus gizi buruk dan gizi kurang ditengarai akibat rendahnya pengetahuan
orang tua mengenai gizi keluarga, faktor ekonomi keluarga yang tidak memadai,
faktor sosial budaya serta sanitasi rumah tangga yang buruk sehingga anak tidak
mendapat asupan gizi yang cukup dan mudah terkena penyakit infeksi.
Masalah gizi di Indonesia ini harus ditanggulangi dengan pendekatan
multi dimensional yang komprehensif dan tidak cukup hanya dengan memberikan
makanan bergizi. Namun juga diperlukan usaha untuk meningkatkan pengetahuan
orang tua akan gizi. Seperti bagaimana memberdayakan ayah dan ibunya agar
mengetahui, mendapatkan dan mampu membudidayakan sumber pangan bergizi,
serta mengolahnya dengan memperkecil kerusakan kandungan gizi dan
bagaimana memberi makan pada anak. Hal ini termasuk menanamkan Perilaku
Hidup Bersih Sehat dengan sanitasi rumah tangga. Budidaya sumber pangan
selain ditujukan untuk memenuhi kebutuhan gizi anak juga ditujukan untuk
meningkatkan pendapatan keluarga.Pemerintah dan sektor swasta berperan
penting dalam menciptakan suasana kondusif dan memfasilitasi edukasi serta
pemberdayaan masyarakat namun yang terpenting adalah kesadaran dan
komitmen masyarakat itu sendiri untuk meningkatkan kesejahteraannya dan
mewujudkan generasi muda anak-anak Indonesia yang sehat dan berkualitas.
Masalah gizi yang terjadi pada masa sekarang tentu akan menimbulkan
masalah pembangunan di masa yang akan datang. Oleh karena itu, usaha-usaha
peningkatan gizi terutama harus ditunjukkan pada anak-anak dan ibu hamil.
Karena pada masa yang akan datang anak-anak merupakan generasi penerus nusa
dan bangsa, seperti halnya penundaan pemberian perhatian pemeliharaan gizi
yang tepat pada anak-anak akan menurunkan potensi sebagai SDM pembangunan
masyarakat dan ekonomi nasional. Berbagai alasan mengapa anak-anak
memerlukan penanganan serius terutama jaminan ketersediaan zat gizi, yaitu
kekurangan gizi adalah penyebab utama kematian bayi dan anak-anak, hal ini
berarti berkurangnya kuantitas SDM di masa yang akan datang, kekurangan gizi
berakibat meningkatkan angka kesakitan dan menurunnya produktifitas kerja
manusia, hal ini berarti dapat menambah beban pemerintah untuk meningkatkan
fasilitas kesehatan, kekurangan gizi berakibat menurunnya kecerdasan anak-anak,
hal ini berarti menurunnya kualitas kecerdasan manusia pandai yang dibutuhkan
dalam pembangunan bangsa serta kurangnya gizi berakibat menurunnya daya
tahan manusia untuk bekerja, yang berarti menurunnya prestasi dan produktivitas
kerja manusia
Namun, setiap keluarga mempunyai masalah gizi yang berbeda-beda
tergantung pada tingkat sosial ekonominya. Pada keluarga yang kaya dan tinggal
diperkotaan, masalah gizi yang sering dihadapi adalah masalah kelebihan gizi
yang disebut gizi lebih. Anggota keluarga ini mempunyai risiko tinggi untuk
mudah menjadi gemuk dan rawan terhadap penyakit jantung, darah tinggi,
diabetes, dan kanker.
Pada keluarga dengan tingkat sosial ekonominya rendah atau sering
disebut keluarga miskin, umumnya sering menghadapi masalah kekurangan gizi
yang disebut gizi kurang. Risiko penyakit yang mengancamnya adalah penyakit
infeksi terutama diare dan infeksi saluran pernafasan atas (SPA), rendahnya
tingkat intelektual dan produktifitas kerja.
Apabila ke dua masalah gizi tersebut dalam jumlah yang besar, akan
menjadi masalah masyarakat dan selanjutnya menjadi masalah bangsa.
Masyarakat yang terdiri dari keluarga yang menyandang masalah gizi, akan
menyandang masalah sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas rendah.
Rendahnya kualitas sumber daya manusia merupakan tantangan berat dalam
menghadapi persaingan bebas di era globalisasi. Untuk mencapai sasaran global
dan perkembangan gizi masyarakat, perlu meningkatkan daya dangkal dan daya
juang pembangunan kesehatan yang merupakan modal utama pembangunan
nasional melalui peningkatan kualitas sumber daya manusia yang dilakukan
secara berkelanjutan.
Keberhasilan pembangunan suatu bangsa sangat tergantung kepada
keberhasilan bangsa itu sendiri dalam menyiapkan sumber daya manusia yang
berkualitas, sehat, cerdas, dan produktif. Betapapun kayanya sumber alam yang
tersedia bagi suatu bangsa tanpa adanya sumber daya manusia yang tangguh maka
sulit diharapkan untuk berhasil membangun bangsa itu sendiri. Kualitas sumber
daya manusia (SDM) yang berkualitas yaitu SDM yang sehat, cerdas
dan memiliki fisik yang tangguh serta produktif merupakan faktor utama yang
diperlukan untuk melaksanakan pembangunan nasional. Membangun SDM
seutuhnya berarti menjamin adanya peningkatan taraf hidup rakyat dari semua
lapisan masyarakat dan golongan. Peningkatan taraf hidup rakyat tercermin pada
kebutuhan pokok yaitu pangan, sandang, pemukiman, kesehatan, dan pendidikan.
Kemajuan usaha pemenuhan kebutuhan pokok akan merupakan tolok ukur
pencapaian pembangunan.
Salah satu cara untuk meningkatkan pembangunan SDM adalah dengan
mencanangkan pembangunan gizi sebagai prioritas pembangunan ekonomi serta
menjadikan pangan dan gizi sebagai output pembangunan. Pangan dan gizi dapat
dijadikan sebagai ukuran keberhasilan pembangunan melalui indikator HDI
(Human Development Index) Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Human
Development Index (HDI) dapat mencerminkan bagaimana posisi sebuah negara
dengan negara lain dalam tingkat kesejahteraan masyarakat yaitu pembangunan
manusianya termasuk di dalamnya pembangunan di bidang pendidikan sehingga
analisis HDI (Human Development Index) dapat digunakan sebagai acuan untuk
melaksanakan pembangunan.
Oleh karena itu startegi yang dapat kita lakukan dalam menyikapi
keseimbangan antara gizi dan pembangunan yaitu memperhatikan Investasi di
sektor sosial (gizi,kesehatan dan pendidikan) yang merupakan salah satu faktor
penentu untuk meningkatkan kualitas SDM. Dengan meningkatnya kualitas SDM,
akan meningkatkan produktivitas kerja yang selanjutnya akan meningkatkan
ekonomi. Dengan terjadinya perbaikan ekonomi akan mengurangi kemiskinan dan
selanjutnya akan meningkatkan keadaan gizi serta meningkatkan kualitas SDM.
DAFTAR PUSTAKA

Arisman. 2004. Gizi Dalam Daur Kehidupan Buku Ajar Ilmu Gizi. Buku
Kedokteran EGC.Fajar. Jakarta
Ibnu, dkk. 2001. Penilaian Status Gizi. Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
Moehji, Sjahmien. 1999. Ilmu Gizi. Bhratara. Jakarta.
Santoso, Soegeng, Ranti, Anne Lies. 2004. Kesehatan dan Gizi. Rineka Cipta.
Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai