Anda di halaman 1dari 11

Makalah Imunologi (Esai Take Home)

TUMOR DAN KANKER

DISUSUN OLEH:

ISTY ALFIANY

(1206249605)

DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS INDONESIA

Kata Pengantar
Puji dan syukur saya panjatkan kepada Allah SWT atas selesainya makalah yang
berjudul Tumor dan Kanker ini. Tujuan disusunnya makalah ini adalah untuk melengkapi
nilai esai take home yang merupakan salah satu bagian dari ujian akhir semester mata kuliah
Imunologi. Makalah ini membahas tentang dua hal yang saling bertentangan, yaitu tubuh
memiliki respon imun terhadap tumor namun kanker masih dapat berkembang.
Saya ingin mengucapkan terima kasih kepada Ibu Setiorini selaku dosen mata kuliah
Imunologi, yang memberikan bimbingan, saran, ide dan kesempatan untuk mengerjakan
makalah ini.Saya menyadari bahwa makalah ini belum sempurna.Oleh karena itu, saran dan
kritik yang membangun dari rekan-rekan sangat dibutuhkan untuk penyempurnaan makalah
ini. Semoga makalah ini dapat berguna.

Jakarta, 23 Mei 2015

Penulis

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL... i
KATA PENGANTAR. ii
DAFTAR ISI iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG. 1
1.2 RUMUSAN MASALAH.1
1.3 TUJUAN.. 1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 PENGERTIAN TUMOR DAN KANKER.. 2
2.2 RESPON IMUN TUBUH TERHADAP TUMOR.. 2
2.3 ALASAN TETAP BERKEMBANGNYA KANKER.... 4
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN7
3.2 SARAN 7
DAFTAR PUSTAKA.. 8

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Banyak penelitian yang membuktikan bahwa terdapat respon imun terhadap tumor.
Namun, pada kenyataannya, banyak berkembang penyakit kanker yang bahkan dapat
mematikan penderitanya.

Kedua hal tersebut saling bertentangan dan membutuhkan

penjelasan dari segi teori untuk membuktikan hubungan antara keduanya. Makalah ini
bertujuan untuk memberikan pengetahuan tentang tumor dan kanker, terutama mengenai
kontradiktifnya.
1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Apakah yang dimaksud dengan tumor dan kanker?
2. Bagaimana respon imun tubuh terhadap tumor?
3. Apa saja faktor yang menyebabkan kanker tetap berkembang dalam tubuh?
1.3 TUJUAN
1. Mengetahui pengertian tumor dan kanker.
2. Memahami mekanisme respon imun tubuh terhadap tumor.
3. Mengetahui faktor penyebab tetap berkembangnya kanker dalam tubuh.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 PENGERTIAN TUMOR DAN KANKER
Tumor adalah jaringan baru (neoplasma) yang timbul dalam tubuh akibat pengaruh
berbagai faktor penyebab dan menyebabkan jaringan setempat pada tingkat gen kehilangan
kendali normal atas pertumbuhannya. Istilah neoplasma pada dasarnya memiliki makna sama
dengan tumor. Keganasan merujuk kepada segala penyakit yang ditandai hiperplasia sel
ganas, termasuk berbagai tumor ganas dan leukemia. Istilah kanker juga merujuk pada tumor
ganas.
Kanker merupakan suatu penyakit sel yang ditandai dengan hilangnya fungsi kontrol
sel terhadap regulasi daur sel maupun fungsi homeostatis sel pada organisme multiseluler.
Dengan kegagalan tersebut, sel tidak dapat berproliferasi secara normal. Akibatnya, sel akan
berproliferasi terus-menerus sehingga menimbulkan pertumbuhan jaringan yang abnormal.
2.2 RESPON IMUN TUBUH TERHADAP TUMOR
Efektor imun humoral dan selular dapat menghancurkan sel tumor in vitro. Pada
umumnya, destruksi sel tumor melalui mekanisme tersebut lebih efisien bila sel tumor ada
dalam suspensi. Destruksi tumor sulit dibuktikan pada tumor yang padat.
2.2.1 Respon Imun Alamiah Pada Tumor
Imunitas alamiah terhadap sel tumor terjadi dengan kemampuan sel untuk melisiskan
sel tumor secara spontan, tanpa melalui proses sensitisasi sebelumnya. Sel efektor pada
respon alamiah terhadap sel kanker atau sel tumor adalah sel fagosit mononuclear, sel PMN
dan sel NK. Sel-sel tersebut berbeda dengan sel Tc yang memiliki memori dan memerlukan
presentasi MHC sebagai mediator. Proses sitolisis terjadi terhadap bermacam-macam sel
sasaran. Mekanisme yang terjadi adalah dengan mengaktivasi makrofag, sel PMN, dan sel
NK yang akan menyebabkan sitostasis, sel menjadi lisis, dan menghambat pertumbuhan sel.
Pada respon imun alamiah terhadap sel tumor tidak terbentuk antibodi terhadap antigen tumor
spesifik.
2.2.2 Peranan Antibodi Pada Imunitas Tumor

Meskipun pada tumor imunitas selular lebih banyak berperan daripada imunitas
humoral, tetapi tubuh membentuk juga antibodi terhadap antigen tumor. Antibodi tersebut
ternyata dapat menghancurkan sel tumor secara langsung atau dengan bantuan komplemen,
atau melalui sel efektor ADCC yang memilki reseptor Fc misalnya sel K dan makrofag
(opsonisasi) atau dengan jalan mencegah adhesi sel tumor. Pada penderita kanker sering
ditemukan kompleks imun, tetapi pada kebanyakan kanker sifatnya masih belum jelas.
Dengan bantuan antibodi monoklonal terhadap leukosit dan subpopulasinya, sifat selular dari
infiltrat inflamasi dapat dianalisa lebih baik. Antibodi dapat ditemukan dalam serum
penderita kanker atau pada binatang yang distimulasi dengan sel tumor atau sel kanker.
Antibodi diduga lebih berperan terhadap sel yang bebas (leukemia,metastase tumor).
Terhadap tumor yang padat, mungkin dapat melalui pembentukan komplek imun dan dengan
demikian mencegah sitotoksisitas sel T.
2.2.3 Peranan Selular Pada Imunitas Tumor
Perkembangan sel limfoid yang tidak terkendalikan dapat mengakibatkan kelainan
limfoproliferatif, yang ada pada umumnya tergolong ganas, misalnya leukemia, limfoma, dan
diskrasia sel plasma. Perkembangan mutakhir dalam imunologi telah meningkatkan
pengetahuan dan memperluas wawasan kita tentang diferensiasi leukosit dan asal-usul sel
leukemik. Pada saat ini telah terdapat kemungkinan untuk menentukan stadium diferensiasi
limfosit dan granulosit dengan menggunakan antibodi monoklonal spesifik yang dapat
mengidentitifikasi imunofenotip atau penanda permukaan sel leukosit yang dikelompokkan
dalam berbagai Clusters of Differentiation (CD).
Selain itu perkembangan bioteknologi dan penggunaan probe molekuler
memungkinkan identifikasi rearrangement DNA immunoglobulin maupun reseptor sel T
(TcR) yang juga dapat digunakan sebagai penanda diferensiasi serta mendeteksi adanya
transformasi sel ditingkat molekuler.
Pada pemeriksaan patologi anatomik tumor, sering ditemukan infiltrat sel-sel yang
terdiri atas sel fagosit mononuklear, limfosit, sedikit sel plasma dan sel mastosit. Meskipun
pada beberapa neoplasma, infiltrat sel mononuklear merupakan indikator untuk prognosis
yang baik, tetapi pada umumnya tidak ada hubungan antara infiltrasi sel dengan prognosis.

Sistem imun yang non-spesifik dapat langsung menghancurkan sel tumor tanpa sensitisasi
sebelumnya. Efektor sistem imun tersebut adalah sel Tc, fagosit mononuklear, polimorf, dan
sel NK.
Sel T yang diaktifkan dapat diketahui dengan pemeriksaan laboratorium seperti:
1.

Proliferasi sel T yang diukur dengan H thymidin

2.

Produksi limfokin yang diuji dengan leucocyte migration inhibidin(LMI)

3.

Fungsi efektor dengan uji sitotoksisitas


Aktivasi sel T melibatkan sel Th,Ts,dan Tc. SeL Th penting pada pengerahan dan

aktivasi makrofag serta sel NK.Limfokin-limfokin yang penting adalah: MIF, MAF, CFM,
LT, TF, IFN, dan TNF yang dapat membunuh sel tumor.
Destruksi sel tumor in vitro oleh sel T speisfik dapat terjadi baik pada tumor yang
padat maupun yang tidak. Banyak bukti-bukti yang menunjukkan bahwa yang berperan disini
dalah sel Tc. Meskipun sel Th berpartisipasi dalam induksi dan regulasi sel Tc, destruksi
tumor terjadi atas pengaruh sel Tc yang memiliki spesifisitas terhadap antigen permukaan sel
tumor. Interleukin, interferon, dan sel T mengaktifkan pula sel NK.
Reaksi makrofag terhadap tumor terjadi 2 cara, yaitu dengan pengenalan antigen sel
target oleh antibodi dan ikatan terjadi melalui Fcg reseptor dari makrofag. Beberapa sel tumor
kehilangan faktor inhibisi yang menyebabkan aktivasi sitotoksik yang nonspesifik dari
makrofag. Makrofag biasanya tidak menunjukkan sitotoksisitas yang jelas, kecuali bila
diaktifkan limfokim, endotoksin, RNA, dan IFN. Aktivasi ditandai dengan adanya perubahan
morfologik, biokimiawi, dan fungsi sel. Makrofag yang diaktifkan biasanya menjadi
sitotoksik nonspesifik terhadap sel tumor in vitro. Makrofag dapat pula berfungsi sebagai
efektor pada ADCC terhadap tumor. Makrofag dapat menimbulkan efek negatif berupa
supresi yang disebut makrofag supresor. Hal ini dapat disebabkan oleh tumor itu sendiri atau
akibat pengobatan. Makrofag menunjukkan pula interaksi terhadap sel NK.
2.3 ALASAN TETAP BERKEMBANGNYA KANKER
Pertumbuhan kanker merupakan sebuah proses mikroevolusioner yang dapat
berlangsung selama beberapa bulan atau beberapa tahun. Proses pertumbuhan ini dinamakan

karsinogenesis. Usaha penyembuhan penyakit kanker sangat sulit karena kompleksnya


mekanisme molekuler yang menyertainya.
Menurut Hanahan dan Weinberg (2000), sel kanker memiliki karakteristik sebagai
berikut:
1. Sel kanker mampu mencukupi kebutuhan sinyal pertumbuhannya sendiri. Sinyal
pertumbuhan diperlukan agar sel dapat terus membelah. Berbeda dari sel normal, sel
kanker dapat tetap dan terus tumbuh.
2. Tidak sensitif terhadap sinyal antipertumbuhan. Sel kanker tidak merespon adanya
sinyal yang dapat menghentikan terjadinya pertumbuhan dan pembelahan sel. Dengan
demikian, sel kanker dapat terus membelah.
3. Sel kanker mampu menghindar dari mekanisme apoptosis. Apoptosis merupakan
program bunuh diri sel ketika sel tersebut mengalami kerusakan, baik struktural
maupun fungsional, yang tidak dapat ditolerir lagi. Namun sel kanker dapat
menghindar dari kematian dengan mengeblok jalur terjadinya apoptosis di dalam sel.
4. Sel kanker memiliki potensi tak terbatas untuk mengadakan replikasi.
5. Sel kanker mampu menginduksi angiogenesis untuk mencukupi kebutuhannya akan
oksigen dan nutrisi. Pada tahap perkembangan tumor yang hiperproliferatif, sel-sel
tumor akan mengekspresikan protein proangiogenik sehingga akan terbentuk cabang
baru pada pembuluh darah yang menuju sel kanker yang kemudian akan mensuplai
kebutuhan nutrisi dan oksigen dari sel kanker.
6. Sel kanker mampu menginvasi jaringan di sekitarnya dan membentuk anak sebar.
Kanker dapat luput dari pengawasan sistem imun tubuh bila faktor-faktor yang
menunjang pertumbuhan tumor lebih berat dibanding dengan faktor-faktor yang menekan
tumor, sehingga terjadi yang dinamakan immunological escape kanker. Faktor-faktor yang
mempengaruhi luputnya tumor dari pengawasan sistem imun tubuh adalah sabagai berikut:
1. Kinetik Tumor
Pada binatang yang diimunisasi, pemberian sel tumor dalam dosis kecil akan
menimbulkan tumor, tetapi yang besar akan ditolak. Sel tumor tersebut dapat menyelinap

yang tidak diketahui tubuh dan baru diketahui bila tumor sudah berkembang lanjut dan
diluar sistem imun untuk menghancurkannya.
2. Modulasi Antigenetik
Antibodi dapat mengubah atau memodulasi permukaan sel tanpa menghilangkan
determinan permukaan
3. Masking Antigen
Molekul tertentu, seperti sialomucin, yang sering diiikat permukaan sel tumor dapat
menutupi antigen dan mencegah ikatan dengan limfosit. Sialomucin tersebut dapat
dihancurkan dengan neuraminidase V cholerae.
4. Shedding Antigen
Antigen tumor yang dapat dilepas dan larut dalam sirkulasi, dapat mengganggu fungsi
sel T dengan mengambil tempat pada reseptor antigen. Hal itu dapat pula terjadi dengan
kompleks imun antigen antibodi.
5. Toleransi
Virus kanker mammae pada tikus disekresi dalam air susunya, tetapi bayi tikus yang
disusuinya toleran terhadap tumor tersebut. Infeksi kongenital oleh virus yang terjadi
pada tikus-tikus tersebut akan menimbulkan toleransi terhadap virus tersebut dan virus
sejenisnya.
6. Limfosit yang terperangkap
Limfosit spesifik terhadap tumor dapat terperangkap di dalam kelenjar limfe. Antigen
tumor yang terkumpul dalam kelenjar limfe yang letaknya berdekatan dengan lokasi
tumor, dapat menjadi toleran terhadap limfosit setempat, tetapi tidak terhadap limfosit
kelenjar limfe yang letaknya jauh dari tumor.
7. Faktor Genetik
Kegagalan untuk mengaktifkan sel efektor T dapat disebabkan oleh faktor genetik.
8. Faktor penyekat
Antigen tumor yang dilepas oleh sel dapat membentuk kompleks dengan antibodi
spesifik yang dibentuk pejamu. Kompleks tersebut dapat menghambat efek sitotoksisitas
limfosit pejamu melalui 2 cara, yaitu dengan mengikat sel Th sehingga sel tersebut tidak
dapat mengenal sel tumor dan memberikan pertolongan sel Tc.
9. Produk Tumor
Prostaglandin yang dihasilkan tumor sendiri dapat mengganggu fungsi sel NK dan sel
K. Faktor humoral lain dapat mengganggu respon inflamasi, kemotaksis, aktivasi

komplemen secara nonspesifik dan menambah kebutuhan darah yang diperlukan tumor
padat.
10. Faktor pertumbuhan
Respon sel T bergantung pada interleukin. Gangguan pada makrofag untuk
memproduksi IL-1, kurangnya kerjasama diantara subset-subset sel T, dan produksi IL-2
yang menurun akan mengurangi respon imun terhadap tumor.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Tumor merupakan jaringan baru yang muncul karena adanya pemicu berupa
karsinogen dan menyebabkan sel kehilangan fungsi normalnya. Tumor yang tergolong ganas
disebut kanker. Tubuh memiliki kemampuan untuk menghancurkan sel tumor melalui respon
imun alamiah berupa imunitas seluler dan imunitas humoral. Namun, tumor masih dapat
berkembang

menjadi

penyakit

kanker

dalam

tubuh

karena

terdapat

mekanisme

immunological escape oleh sel kanker. Faktor-faktor yang menyebabkan tumor luput dari
sistem imun tubuh, diantaranya adalah: kinetik tumor, modulasi antigenik, masking antigen,
shedding antigen, toleransi, limfosit yang terperangkap, faktor genetik, faktor penyekat,
produk tumor, dan faktor pertumbuhan.
3.2 Saran
Makalah ini disusun dengan tujuan selain memberikan pengetahuan, juga untuk
memberikan manfaat langsung bagi pembaca. Oleh karena itu, agar tersampaikannya tujuan
tersebut maka penulis menyarankan pembaca untuk:

Menjaga pola hidup sehat, seperti makan teratur dan rutin berolahraga.
Menghindari hal-hal yang berpotensi menyebabkan kanker seperti makanan yang

tidak sehat dan paparan zat kimia tertentu.


Waspada terhadap pertumbuhan tumor sekecil apapun pada tubuh karena

kemungkinan tumor tersebut berpotensi menyebabkan kanker.


Segera memeriksakan diri ke dokter apabila ada tumor yang tumbuh untuk
mendapatkan perawatan lebih lanjut.

DAFTAR PUSTAKA
Bast, C.R. 1997. Principles of cancer biology: tumor immunology. Dalam: Devita VT,
Rosenberg SA, Hellman W. eds. Cancer Principles and Practice of Oncology. Ed V.
Lippincott-Reven, Philadelphia: 267 hlm.
Cancer center Guangzhou. 2008. Buku ajar onkologi klinis (terjemahan). Edisi ke-2. Balai
Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta: 634 hlm.
Hanahan D. & Weinberg R.A. 2000. The hallmarks of cancer. Cell 100 (1): 5770.
Herberman, R.B. & Santoni A. 1984. Regulation of natural killer cell activity. In : Mihich E,
eds. Biological Respond in Cancer Progress Toward Potential Application Vol 2.
Plenum Press, New York: 121 hlm.
Kleinsmith, L.J. 2006. Principles of cancer biology. Pearson Benjamin Cummings, Michigan:
312 hlm.
Montenarh M. 2000. Humoral imune response against the growth suppresor P 53. In
Shoenfeld Y. Editors. Human Malignancies In Cancer and Autoimmunity 1 st ed .
Elsevier Science B.V, Amsterdam: 193 hlm.
Sukardja, I.D.G. 1997. Neoplasia. Dalam: Sjamsuhidayat R dan Jong WD. Buku Ajar Ilmu
Bedah. Edisi revisi. Penerbit buku kedokteran EGC, Jakarta: 156 hlm.

Anda mungkin juga menyukai