1. Pengertian Imunoterapi
Imunoterapi adalah upaya untuk meningkatkan sistem imunitas tubuh, untuk
mengalahkan sel-sel kanker dengan cara meningkatkan reaksi kekebalan tubuh terhadap
sel kanker.
Imunoterapi hampir selalu menggunakan bahan alami yang berasal dari makhluk
hidup, terutama manusia. Digunakannya bahan alami karena dapat berfungsi merangsang
respon anti tumor dengan tubuh dengan meningkatkan jumlah sel pembunuh tumor,
secara langsung berfungsi sebagai agen pembunuh tumor, mengurangi mekanisme tubuh
yang normal dalam menekan respon imun atau berfungsi memperbaiki toleransi tubuh
terhadap radioterapi atau kemoterapi.
2. Imunomodulator
Imunomodulator adalah agen yang memengaruhi (melemahkan atau menguatkan)
respon imunitas. Imunomodulator yang menekan respon imunitas (imunosupresan)
biasanya digunakan dalam transplantasi organ untuk mengurangi penolakan terhadap
organ baru. Herbal tertentu seperti ginseng, madu dll dapat menjadi imunomodulator
alami yang menguatkan respon imunitas (imunoterapi, imunostimulan).
7. Pengenalan Imunomodulator
Imunomodulator adalah obat yang dapat mengembalikan dan memperbaiki sistem imun
yang fungsinya terganggu atau untuk menekan yang fungsinya berlebihan.Obat golongan
imunomodulator bekerja menurut 3 cara, yaitu melalui:Imunorestorasi, Imunostimulasi,
Imunosupresi. Imunorestorasi dan imunostimulasi disebut imunopotensiasi atau up
regulation, sedangkan imunosupresi disebut down regulation.
a. Imunostimulasi dan Imunorestorasi
Imunostimulasi dan Imunorestorasi yang disebut juga imunopotensiasi adalah
cara memperbaiki fungsi sistem imun dengan menggunakan bahan yang merangsang
sistem tersebut. Imunostimulan ditunjukan untuk perbaikan fungsi imun pada kondisi-
kondisi imunosupresi. Kelompok obat ini dapat memperngaruhi respon imun seluler
maupun humoral. Kelemahan obat ini adalah efeknya menyeluruh dan tidak bersifat
spesifik untuk jenis sel atau antibodi tertentu. Selain itu efek umumnya lemah.
Indikasi imunostimulan antara lain AIDS, infeksi kronik, dan keganasan terutama
yang melibatkan sistem lifatik. (Widianto B Matildha. 1987).
Imunostimulan adalah senyawa tertentu yang dapat meningkatkan mekanisme
pertahanan tubuh baik secara spesifik maupun non spesifik, dan terjadi induksi non
spesifik baik mekanisme pertahanan seluler maupun humoral. Pertahanan non spesifik
terhadap antigen ini disebut paramunitas, dan zat berhubungan dengan penginduksi
disebut paraimunitas. Induktor semacam ini biasanya tidak atau sedikit sekali kerja
antigennya, akan tetapi sebagian besar bekerja sebagai mitogen yaitu meningkatkan
proliferasi sel yang berperan pada imunitas. Sel tujuan adalah makrofag, granulosit,
limfosit T dan B, karena induktor paramunitas ini bekerja menstimulasi mekanisme
pertahanan seluler. Mitogen ini dapat bekerja langsung maupun tak langsung
(misalnya melalui sistem komplemen atau limfosit, melalui produksi interferon atau
enzim lisosomal) untuk meningkatkan fagositosis mikro dan makro. Mekanisme
pertahanan spesifik maupun non spesifik umumnya saling berpengaruh. Dalam hal ini
pengaruh pada beberapa sistem pertahanan mungkin terjadi, hingga mempersulit
penggunaan imunomodulator, dalam praktek. Biological Response Modifier (BRM)
adalah bahan-bahan yang dapat merubah respons imun, biasanya meningkatkan.
Bahan yang disebut imunostimulator itu dapat dibagi sebagai berikut:
a. Biologika
Hormon timus
Sel epitel timus memproduksi beberapa jenis homon yang berfungsi dalam
pematangan sel T dan modulasi fungsi sel T yang sudah matang. Ada 4 jenis
hormon timus, yaitu timosin alfa, timolin, timopoietin dan faktor humoral timus.
Semuanya berfungsi untuk memperbaiki gangguan fungsi imun (imunostimulasi
non-spesifik) pada usia lanjut, kanker, autoimunitas dan pada defek sistem
imun(imunostimulasi non-spesifik) pada usia lanjut, kanker, autoimunitas dan
pada defek sistem imun (imunosupresi) akibat pengobatan. Pemberian bahan-
bahan tersebut jelas menunjukkan peningkatan jumlah, fungsi dan reseptor sel T
dan beberapa aspek imunitas seluler. Efek sampingnya berupa reaksi alergi lokal
atau sistemik.
Limfokin
Disebut juga interleukin atau sitokin yang diproduksi oleh limfosit yang
diaktifkan. Contohnya ialah Macrophage Activating Factor (MAF), Macrophage
Growth Factor (MGF), T-cell Growth Factor atau Interleukin-2 (IL-2), Colony
Stimulating Factor (CSF) dan interferon gama (IFN-.). Gangguan sintetis IL-2
ditemukan pada kanker, penderita AIDS, usia lanjut dan autoimunitas.
Interferon
Ada tiga jenis interferon yaitu alfa, beta dan gama. INF-a dibentuk oleh leukosit,
INF- dibentuk oleh sel fibroblas yang bukan limfosit dan IFN-. dibentuk oleh sel
T yang diaktifkan. Semua interferon dapat menghambat replikasi virus DNA dan
RNA, sel normal dan sel ganas serta memodulasi sistem imun. Interferon dalam
dosis tinggi menghambat penggandaan sel B dan sel T sehingga menurunkan
respons imun selular dan humoral, dan dalam dosis rendah mengatur produksi
antibodi serta merangsang sistem imun yaitu meningkatkan aktivitas membunuh
sel NK, makrofag dan sel T. Dalam klinik, IFN digunakan pada berbagai kanker
seperti melanoma, karsinoma sel ginjal, leukimia mielositik kronik, hairy cell
leukimia, dan kapossis sarkoma.Efek sampingnya adalah demam, malaise,
mialgia, mual, muntah, mencret, leukopenia, trombositopenia, dan aritmia.
Antibodi monoclonal
Diperoleh dari fusi dua sel yaitu sel yang dapat membentuk antibodi dan sel yang
dapat hidup terus menerus dalam biakan sehingga antibodi tersebut dapat
dihasilkan dalam jumlah yang besar. Antibodi tersebut dapat mengikat
komplemen, membunuh sel tumor manusia dan tikus in vivo.
Transfer factor / ekstrak leukosit
Ekstrak leukosit seperti Dialysed Leucocyte Extract dan Transfer Factor (TF)
telah digunakan dalam imunoterapi. Imunostimulasi yang diperlihatkan oleh TF
yang spesifik asal leukosit terlihat pada penyakit seperti candidiasis mukokutan
kronik, koksidiomikosis, lepra lepromatosa, tuberkulosis, dan vaksinia
gangrenosa.
Nukleotida
Nukleotida terdapat pada air susu ibu. Akhir-akhir ini banyak susu formula yang
diberi suplementasi nukleotida. Pada penelitian uji banding kasus yang dilakukan
pada bayi, satu kelompok diberikan susu ibu atau susu formula yang
disuplementasi nukleotida, dibandingkan dengan kelompok yang diberikan susu
formula tanpa nukleotida, ternyata terdapat peningkatan aktifitas sel NK pada
bayi-bayi yang diberi susu ibu dan formula dengan nukleotida dibandingkan bayi-
bayi yang diberi susu formula tanpa nukleotida. Peneliti yang sama mendapatkan
peningkatan produksi IL-2 oleh sel monosit pada kelompok yang diberi susu
formula dengan nukleotida. Nukleotida juga mengaktifkan sel T dan sel B.
Lymphokin-Activated Killer (LAK) cells
Adalah sel T sitotoksik singeneik yang ditimbulkan in vitro dengan menambahkan
sitokin seperti IL-2 ke sel-sel seseorang yag kemudian diinfuskan kembali.
Prosedur ini merupakan imunoterapi terhadap keganasan.
Bahan asal bakteri
BCG (Bacillus Calmette Guerin), memperbaiki produksi limfokin dan
mengaktifkan sel NK dan telah dicoba pada penanggulangan keganasan
(imunostimulan non-spesifik).
Corynebacterium parvum (C. parvum), digunakan sebagai imunostimulasi
nonspesifik pada keganasan
Klebsiella dan Brucella, diduga memiliki efek yang sama dengan BCG.
Bordetella pertusis, memproduksi Lymphocytosis Promoting Factor (LPF)
yang merupakan mitogen untuk sel T dan imunostimulan.
Endotoksin, dapat merangsang proliferasi sel B dan sel T serta mengaktifkan
makrofag.
Bahan asal jamur
Berbagai bahan telah dihasilkan dari jamur seperti lentinan, krestin dan
schizophyllan. Bahan-bahan tersebut merupakan polisakarida dalam bentuk beta-
glukan yang dapat meningkatkan fungsi makrofag dan telah banyak digunakan
dalam pengobatan kanker sebagai imunostimulan non-spesifik.5 Penelitian terbaru
menemukan jamur Maitake (Grifola frondosa) yang mengandung beta-glukan
yang lebih poten sebagai imunostimulan pada pasien dengan HIV-AIDS,
keganasan, hipertensi dan kerusakan hati (liver ailments).
b. Sintetik
1. Levamisol
Merupakan derivat tetramizol, Dalam klinik lazim dipakai sebagai obat cacing,
dan sebagai imunostimulan levamisol berkhasiat untuk meningkatkan
penggandaan sel T, menghambat sitotoksisitas sel T, mengembalikan anergi pada
beberapa kanker (bersifat stimulasi nonspesifik), meningkatkan efek antigen,
mitogen, limfokin dan faktor kemotaktik terhadap limfosit, granulosit dan
makrofag. Selain untuk penyakit hodgkin, penggunaan klinisnya untuk mengobati
artritis reumatoid, penyakit virus, lupus eritematosus sistemik, sindrom nefrotik.
Diberikan dengan dosis 2,5 mg/kgBB per oral selama 2 minggu, kemudian dosis
pemeliharaan beberapa hari per minggu. Efek samping yang harus diperhatikan
adalah mual, muntah, urtikaria, dan agranulositosis. Obat i9ni diabsorpsi dnegan
cepat dengan kadar puncak 1-2 jam. Obat ini didistribusikan luas ke berbagai
jaringan dan dimetabolisme di hati. Tersedia dalam bentuk tablet 25,40,50mg.
2. Isoprinosin
Disebut juga isosiplex (ISO), adalah bahan sintetis yang mempunyai sifat
antivirus dan meningkatkan proliferasi dan toksisitas sel T. Sebagai
imunostimulator isoprinosin berkhasiat meningkatkan penggandaan sel T,
meningkatkan toksisitas sel T, membantu produksi IL-2(LIMFOKIN) yang
berperan dalam diferensiasi limfosit dan makrofag, serta meningkatkan fungsi sel
NK. Diberikan dengan dosis 50 mg/kgBB. Perlu pemantauan kadar asam urat
darah karena pemberian isoprinosin dapat meningkatkan kadar asam urat.
Berbagai derivat sintetiknya sedang dalam penyelidikan untuk AIDS dan berbagai
neoplasma. Obat ini dilaporkan mengurangi risiko infeksi terhadap HIV pada
tahap lanjut.
3. Muramil Dipeptida (MDP)
Merupakan komponen aktif terkecil dari dinding sel mycobacterium. Sebagai
imunostimulan berkhasiat meningkatkan sekresi enzim dan monokin, serta
bersama minyak dan antigen dapat meningkatkan respons selular maupun
humoral. Dalam klinik telah banyak digunakan untuk pencegahan tumor dan
infeksi sebagai ajuvan vaksin.
4. Vaksin BCG
BCG dan komponen aktifnya merupakan produk bakteri yang emmeiliki efek
imunostimulan. Penggunaan BCG dalam imunopotensiasi bermula dari
pengamatan bahwa penderita tuberkulosis kelihatan lebih kebal terhadap infeksi
oleh jasad renik lain. Dalam imunomodulasi BCG digunakan untuk mengaktifkan
sel T, memperbaiki produksi limfokin, dan mengaktifkan sel NK. Walaupun
sudah dicoba untuk berbagai neoplasma, efek yang cukup nyata terlihat pada
kanker kandung kemih dengan pemberian intravesika. Efek samping meliputi
reaksi hipersensitivitas, syok, menggigil, lesu, dan penyakit kompleks imun.
8. Mekanisme Kerja
Imunostimulator secara tidak langsung berkhasiat mereaktivasi system imun yang rendah
dengan meningkatkan respon imun tak spesifik antara lain perbanyakan limfo T4, NK-cell
dan magrofag distimulasi olehnya, juga pelepasan interferon dan interleukin. Sebagai efek
akhir dari reaksi kompleks itu, zat asing dapat dikenali dan dimusnahkan. Pada sel sel tumor
ekspresi antigen transplantasi diperkuat olehnya sehingga lebih dikenali oleh TNF dan sel
sel sytotoksis. Zat imunostimulator yang kini digunakan adalah vaksin BCG, limfokin
(interveron , interleukin) dan levamisol
2. Imunosupresi
Pertahanan tubuh merupakan fungsi fisiologis yang amat penting bagi mahluk hidup.
Dengan pertahanan tubuh berjalan optimal, mahluk hidup dapat tumbuh berkembang,
bereproduksi dengan optimal. Bila berbicara mengenai pertahanan tubuh, perlu diketahui pula
ancaman-ancaman penyakit yang dapat menyebabkan gangguan fungsi tubuh sehingga
perkembangan tubuh dan produksi menjadi terganggu.
Imunosupresi adalah suatu kondisi dimana terjadi penurunan reaksi pembentukan zat
kebal tubuh atau antibodi akibat kerusakan organ limfoid. Dengan adanya penurunan jumlah
antibodi dalam tubuh, maka penyakit-penyakit akan lebih leluasa masuk dan menginfeksi
bagian tubuh. Hal tersebut akan menyebabkan adanya gangguan pertumbuhan dan produksi.
Jadi, sangatlah penting untuk mengenali dan mengetahui imunosupresi.
Mekanisme Kerja
Terjadinya imunosupresi akan ditunjukkan dengan adanya hambatan atau gangguan pada satu
atau lebih komponen sistem kekebalan tubuh. Mekanisme terjadinya imunosupresi biasanya
terjadi melalui 3 mekanisme yaitu :
1. Secara langsung mengganggu fungsi sistem kekebalan atau merusak organ dan
kelenjar limfoid primer (bursa Fabricius dan thymus) sekaligus organ/kelenjar limfoid
sekunder (limfa, proventrikulus, seka tonsil dll). Mekanisme ini biasanya disebabkan
serangan Gumboro, Mareks, reovirus, limfoid leukosis dan aspergilosis.
2. Merusak atau mengganggu fungsi dan sistem pertahanan yang bersifat sekunder
(limfa, proventrikulus, seka tonsil, sel harderian) karena serangan penyakit swolen
head syndrome, kolera, ILT dan snot (korisa)
3. Menguras zat kebal (antibodi) tubuh yang telah terbentuk dari hasil vaksinasi, yang
disebabkan serangan koksidiosis
Secara umum adanya imunosupresi ditunjukkan dari adanya :
1. Gangguan sistem kekebalan tubuh, seperti adanya kegagalan vaksinasi (meskipun
vaksin yang digunakan berkualitas dan tata laksana vaksinasi telah dilakukan dengan
tepat), reaksi post vaksinasi, turun atau hilangnya keampuhan pengobatan bahkan
meningkatnya kasus penyakit yang tidak umum, seperti gangrenous dermatitis,
aplastic anemia atau inclusion body hepatitis.
2. Meningkatnya penyakit yang menyerang saluran/sistem pernapasan yang diikuti
infeksi sekunder oleh bakteri.
9. Terapi Imunosupresi
Miastenia gravis adalah penyakit autoimun, di mana kekebalan tubuh balik
menyerang diri sendiri. Dengan dasar tersebut digunakan obat-obatan imunosupresi
(penekan kekebalan tubuh). Penggunaan obat imunosupresi efektif pada hampir seluruh
pasien miastenia gravis. Beberapa obat yang biasa digunakan adalah glukokortikoid,
azathioprine, siklosporin, takrolimus, dan lain-lain. Pemilihan obat yang digunakan
didasarkan pada keuntungan dan kerugian pada masing-masing pasien.