Anda di halaman 1dari 4

Imunodiagnosis

Imunodiagnosis kanker dapat dilakukan dengan 2 tujuan yaitu menemukan


antigen spesifik terhadap sel kanker dan mengukur respon imun pejamu terhadap
sel kanker. Sel kanker dapat ditemukan dalam sitoplasma. Ciri-ciri suatu kanker
dapat ditentukan dari sitoplasma, permukaan sel atau produk yang dihasilkan atau
dilepasnya yang berbeda baik dalam sifat maupun dalam jumlah dibanding orang
normal.
Pertanda kanker mempunyai sifat antigen yang lemah. Adanya antibody
monoclonal telah banyak membantu dalam imunodiagnosis sel kanker dan
produknya.
E.

Pengobatan Kanker
Meskipun pengobatan kanker seperti operasi, kemoterapi, radiasi telah
meningkatkan masa hidup penderita, manipulasi respon imun terhadap kanker untuk
meningkatkan destruksi kanker, merupakan hal yang penting. Mengontrol kanker
dengan cara-cara imunologis berperan dalam eradiksi kanker primer, metastasis,
dan residu yang tertinggal setelah regimen terapi konvensional. Hasil imunoterapi
yang ideal adalah eradiksi spesifik kanker dengan kerusakan minimal terhadap sel
normal penjamu.

a) Imunoterapi Pasif
1. Antibodi Monoklonal
Imunoterapi (IT) pasif yang menggunakan antibody monoclonal (mAb) untuk
menghancurkan sel ganas telah dicoba, namun tidaklah spesifik. Anti CD20 adalah
mAb yang banyak digunakan dalam onkologi. mAb membunuh sel kanker melalui
apoptosis atau aktivasi komplemen, ADCC atau fagositosis. Sebagai contoh CD20
diekspresikan pada sel B normal dan sel limfoma. Infus anti CD20 dapat mengurangi
atau menyembuhkan 50% limfoma sel B.
Anti CD20 menghancurkan sel B ganas melalui aktivasi komplemen dan
sitotoksisitas selular, serta menginduksi apoptosis sel B. Anti-CD20 telah pula
dikonjugasikan dengan bahan radioaktif untuk menghantarkan dosis tinggi radioaktif
langsung ke tempat kanker. Anti-CD20 juga merusak sel normal dan bila dilabel
dengan bahan radioaktif dapat juga digunakan untuk mengetahui luas penyebaran
limfoma dalam tubuh.
2. Imunotoksin
Imunoterapi dengan mAb terhadap TAA telah dicoba bersama toksin yang dapat
mencegah proses selular atau bersama radioisotop yang membantu membunuh
DNA dan melepas partikel dengan energy tinggi. Namun dosis yang diperlukan
adalah tinggi dan toksik untuk sumsum tulang. Cara pemberian antibody ini belum
nampak berhasil.
b) Imunoterapi Aktif
Imunoterapi aktif telah digunakan dalam usaha mencegah anergi sel T. Anergi terjadi
bila antigen kanker dipresentasikan ke sel T tanpa bantuan molekul konstimulator.

Jalan mudah untuk melakukan hal itu ialah dengan menginfuskan sitokin. IL-2 akan
mengaktifkan sel T dan sel NK secara langsung. Namun IL-2 dapat menimbulkan
efek samping berat yaitu kebocoran kapiler, edem dan hipotensi. Pemberian IFN
sistemik, baik IFN- dan IFN- meningkatkan ekspresi MHC-1. IFN juga
menunjukkan efek anti-proliferasi terhadap sel kanker, meskipun pemberian sistemik
memberikan efek samping.
c) Lymphokine Activated Killer cells
CTC/Tc dapat diaktifkan di luar tubuh dan kemudian diinfuskan kembali dengan atau
tanpa IL-2. Limfosit perifer dibiakkan dengan IL-2 untuk memperoleh Lymphokine
Activated Killer (LAK) sitotoksik yang diaktifkan. Sel tersebut tidak lain adalaha sel
NK, jadi tidak mempunyai spesifisitas sel T, tetapi hanya bereaksi dan membunuh
sel kanker saja yang tidak atau sedikit mengekspresikan MHC-I. Cara tersebut
menunjukkan toksisitas yang bermakna.
d) Tumor Infiltrating Lymphocyte
Pada pemeriksaan histologi kanker padat ditemukan infiltrasi sel. Tumor Infiltrating
Lymphocyte (TIL) tersebut terutama terdiri atas makrofag dan limfosit yang terdiri
atas sel NK dan CTL. Seperti halnya dengan LAK, TIL diperoleh dari penderita
dengan kanker, diaktifkan dengan IL-2. TIL adalah limfosit CD8+ yang diperoleh dari
kanker penderita yang beberapa diantaranya spesifik untuk kanker. Cara yang juga
menginfuskan kembali ke penderita dengan atau tanpa IL-2 ini menunjukkan
toksisitas yang berarti.
e) Macrophage Activated Killer Cells
Pendekatan lain yaitu menggunakan sitokin dan makrofag yang diaktifkan. Monosit
diisolasi dari darah perifer penderita dengan kanker, dibiakkan in vitro dengan sitokin
(IFN-) yang mengaktifkan sel dan meningkatkan sitotoksisitas sebelum diinfuskan
kembali ke penderita. Meskipun sel yang diperoleh sangat sitotoksik dan fagositik,
namun non-spesifik.
F.

Vaksinasi
Bila ditemukan TSA atau TAA, maka memberikan vaksin kanker dapat
dipertimbangkan. Vaksin diharapkan akan memberikan efek profilaksis dan
menginduksi imunitas terhadap kanker. Sel kanker penderita yang dimatikan
(iradiasi) sedang dicoba digunakan sebagai vaksin yang diharapkan akan
mengaktifkan sel imun yang reaktif terhadap sel kanker.
Beberapa sel dendritik imatur dapat memfagositosis antigen lebih efektif disbanding
sel dendritic matang. Pemberian sel imatur tersebut diharapkan akan dapat
menginduksi respon antikanker CTL yang lebih baik. Ada 2 jenis vaksin untuk
pengobatan kanker, yaitu vaksin propilaktik dan vaksin kanker terapetik.
Vaksin Propilaktik adalah vaksin kanker yang ditujukan untuk mencegah
terjadinya penyakit kanker yang disebabkan oleh mikroorganisme. Upaya
pengembangan vaksin propilaktik untuk mencegah terjadinya penyakit kanker yang

disebabkan oleh mikroorganisme tidak terlepas dari kemampuan peneliti untuk


mengidentifikasi mikroorganisme yang menyebabkan terjadinya kanker.
Cara vaksin kanker propilaktik bekerja meningkatkan respon imun mirip dengan
cara kerja vaksin tradisional, yaitu berdasarkan jenis antigen yang digunakan
sebagai vaksin untuk menimbulkan respon imun sehingga apabila ada invasi
mikroorganisme yang masuk, akan segera dikenali dan dimusnahkan. Contoh vaksin
propilaktik, yaitu Gardasil yang dapat mencegah infeksi HPV tipe 6, tipe 11, tipe 16
dan tipe 18, Cervarix yang dapat mencegah HPV tipe 16 dan tipe 18 saja, dan HBV,
yaitu vaksin virus hepatitis B.
Vaksin kanker terapetik adalah vaksin kanker yang digunakan untuk
memperlambat atau mencegah pertumbuhan sel kanker dan untuk mengeliminasi
sel sel kanker yang tidak dapat dimusnahkan dengan cara terapi konvensional.
Efektivitas vaksin terapetik bergantung pada: 1) Selektivitas vaksin yang dapat
merangsang respon imun spesifik terhadap sel kanker yang tepat. 2) Respon imun
yang dirangsang oleh vaksin kanker harus sangat kuat dan mampu mengatasi
barrier yag dibuat oleh sel kanker sehingga sel kanker tidak dapat lolos dari
serangan antibody dan sel T-sitotoksik. Vaksin kanker terapetik dibuat dengan
menggunakan antigen yang berasal dari sel kanker. Cancer-assosiated antigen yang
digunakan antara lain berupa senyawa karbohidrat, glikoprotein dan gangliosida.
Vaksin kanker terapetik juga dapat dibuat dari sel sel kanker yang telah dilemahkan
atau dimatikan yang mengandung cancer-associated antigens. Sel sel kanker
tersebut dapat berasal dari penderita sendiri (vaksin autologous), atau berasal dari
penderita kanker lainnya (vaksin allogenik). Berbagai jenis cancer-associated
antigens, yaitu molekul yang berasal dari sel sel kanker termasuk sel kanker
payudara, prostat, kolon, pancreas, paru-paru, Rahim, dan sel kanker kulit, telah
digunakan sebagai kandidat vaksin kanker terapeti. Molekul molekul spesifik antara
lain, Carcionembryonic antigen (CEA), cancer testis antigens, Mucin-1 (MUC 1),
gangliosida, dan mutan protein p53, telah diteliti sebagai kandidat vaksin kanker.
G.

Terapi Gen
Terapi gen ditujukan untuk melokasikan sitokin ketempat yang diperlukan. Bila
sitokin hanya ditujukan ke tempat kanker, akan mengurangi efek samping sistemik.
Cara ini dilakukan dengan mengangkat sel kanker, lalu dilakukan transfeksi dengan
gen sitokin. Bila sel tersebut diinfuskan kembali, sel kanker tersebut akan
mensekresi sitokin seperti IL-2 atau IFN- sehinnga dapat mengaktifkan sel T. bila
sel T sudah memberikan respon terhadap transfected cell dan menjadi sel memori,
akan mempunyai kemampuan membunuh sel untuk waktu yang lama.
Sampai sekarang cara itu belum menunjukkan hasil yang efektif, baik yang diberikan
sendiri atau yang diberikan bersama dengan kemoterapi, radioterapi atau operasi.

III. KESIMPULAN
Kanker merupakan suatu kondisi dimana sel telah kehilangan pengendalian dan
mekanisme normalnya sehingga mengalami pertumbuhan yang tidak normal, cepat
dan tidak terkendali.
Tubuh kita mempunyai mekanisme pertahanan sendiri untuk mencegah kanker.
Mekanisme pertahanan tersebut melibatkan system imun yang ada dalam tubuh
kita. Walaupun demikian, terdapat jenis tumor atau kanker yang tidak menyediakan
cukup rangsangan untuk menimbulkan tanggap kebal sampai tumor tersebut
mencapai ukuran yang tidak dapat dikontrol oleh induk semang atau penyebab
kanker tersebut menyerang saat system imun sedang mengalami penurunan
sehingga system imun tidak mampu mengatasi penyebab tersebut dan akhirnya
penyebab kanker tersebut berkembang menghasilkan kanker. Ada beberapa cara
mengobati kanker yang berkaitan dengan system imun yaitu: Imunoterapi Pasif
mencakup Antibodi Monoklonal dan Imunotoksin, Imunoterapi Aktif, Lymphokine
Activated Killer cells, Tumor Infiltrating Lymphocyte, Macrophage Activated Killer
Cells, Vaksinasi dan Terapi Gen.
IV. PUSTAKA
Baratawidjaja, Karnen Garna. IMUNOLOGI DASAR, edisi 7. Jakarta : Balai Penerbit
FKUI. 2006
http://www.anneahira.com/definisi-kanker.htm
http://indonesia.digitaljournals.org/index.php/idnmed/article/download/515/516
http://hennykartika.wordpress.com/2009/01/09/peranan-sistem-imun-seluler-selkanker/
Tizard, Ian. 1982. Pengantar Imunologi Veteriner edisi kedua. Canada: W.B
Saunders Company.
Radji, Maksum. 2010. Imunologi dan Virologi. Jakarta: PT. ISFI Penerbitan.

Anda mungkin juga menyukai