Anda di halaman 1dari 30

Imunoterapi

1. Ardi Zaenuri (12161003)


2. Diani Nurmei Latifah (12161007)
3. Eliana Nurpita Hanum (12161010)
4. Geralda Bintang Herdiana (12161013)
5. Indah Fitri Permatasari (12161016)
6. Kania Puspitasari (12161019)
Imunoterapi adalah peningkatan daya tahan tubuh terhadap
penyakit dengan meningkatkan pengadaan antibody dalam tubuh

Tujuan: Mengubah reaksi imunologi untuk menguntungkan


penderita pada suatu proses penyakit.
Imunoterapi kanker adalah upaya untuk meningkatkan sistem
imunitas tubuh, untuk mengalahkan sel-sel kanker dengan cara
meningkatkan reaksi kekebalan tubuh terhadap sel kanker.

Imunoterapi hampir selalu menggunakan bahan alami yang berasal


dari mahluk hidup karena dapat berfungsi merangsang respon anti
tumor dengan tubuh dengan meningkatkan jumlah sel pembunuh.
Kanker merupakan suatu penyakit yang ditandai oleh
perkembangan populasi sel yang lolos pada pertumbuhan regulasi
normal, replikasi dan diferensiasi dan yang menyerang jaringan
disekitarnya.
Imunoterapy untuk cancer

Interferon adalah sitokin yang berupa glikoprotein.

interferon berperan dalam pengobatan beberapa kanker. Sitokin sebenarnya diproduksi tubuh,
tetapi jumlahnya sangat kecil, selain langsung menyerang sel kanker, interferon dapat
menghentikan pertumbuhan kanker atau mengubahnya menjadi sel normal. Interferon bekerja
dengan merangsang kerja sel NK, sel T, dan makrofag yang berfungsi sebagai alat penjaga
daya tahan tubuh serta mengurangi suplai darah ke sel kanker.
Antibodi monoklonal bertujuan untuk melawan antigen tertentu.

Antibodi dapat menghambat pertumbuhan sel kanker, sehingga jika


dipadu dengan radioterapi atau kemoterapi, dapat langsung membunuh
sel kanker yang memproduksi antigen tersebut.
Vaksin untuk pengobatan kanker bekerja dengan merangsang sistem
kekebalan tubuh agar mampu mengenali sel kanker, menghentikan
pertumbuhannya, mencegah kekambuhan, dan membersihkan sisa
kanker dari terapi bedah, kemoterapi atau readioterapi.

Sedangkan vaksin yang difungsikan sebagai pencegah kanker,


ditujukan untuk melawan virus penyebab penyakit yang dapat
menjurus ke kanker, misalnya vaksin HPV (kanker leher rahim).
Colony Stimulating Factors (CSFs), jenis imunoterapi ini merangsang sumsum
tulang belakang untuk membelah dan membentuk sel darah putih, sel darah
merah, maupun trombosit, yang berperan dalam sistem kekebalan tubuh.

Pengobatan CSFs penting bagi penderita kanker yang menjalani pengobatan


dengan efek samping :
1. merusak sumsum tulang belakang sehingga penderita
mengalami kurang darah (anemia)
2. mudah infeksi dan sering mengalami pendarahan.

Dan dengan CSFs dapat mengurangi resiko tersebut.


Terapi gen, memberi harapan besar bagi penderita kanker. Dengan
memasukkan material genetik tertentu ke dalam sel tubuh pendeirta
kanker, perilaku sel tubuh orang tersebut bisa dikendalikan sesuai
kebutuhan.
Imunoterapi Penyakit degeneratif

Penyakit degeneratif adalah penyakit yang


menyebabkan terjadinya kerusakan atau
penghacuran terhadap jaringan atau organ
tubuh.
Di dunia, angka kejadian penyakit degeneratif semakin meningkat
terutama di negara - negara maju. Hal tersebut disebabkan oleh
meningkatnya angka harapan hidup, gaya hidup tidak sehat, dan
tingkat kesembuhan terhadap penyakit - penyakit infeksi semakin
tinggi. Dulu, sebelum penemuan antibiotik angka kejadian dan
angka kematian karena penyakit - penyakit infeksi masih tinggi. Di
Indonesia, penyakit - penyakit degeneratif mulai menjadi perhatian
karena meningkatnya angka kejadian dan angka kematian.
Faktor penyakit degeneratif :

USIA Pola hidup

Kemunduran Peningkatan
respon imun respon imun
Timbulnya penyakit degeneratif berhubungan dengan penyakit autoimun dimana
sistem imun tidak mengenali jaringan tubuh sendiri dan menyerangnya. Gangguan
ini bercirikan terdapatnya auto-antibodi atau sel T autoreaktif. Dan lazimnya
dibagi dalam dua kelompok :

1. Auto-imunitas organ spesifik ( menyangkut organ tunggal)


2. Auto-imunitas non organ spesifik (menyangkut berbagai organ )
Penyakit degenerative yang di bahas ada dua macam
yaitu penyakit generative yang di sebabkan karena
gangguan autoimun yaitu rema dan diabetes mellitus
tipe 1
Penggunaan Imunoterapi pada

Penyakit Rema ( Arthritis Rheumatica)


rematik atau rema adalah penyait sendi kronis dan sistematis yang termasuk kelompok
gangguan autoimun.
Bercirikan perubahan-perubahan radang kronis dari sendi dan membrannya (synovium) dan
kemudian destruksi tulang rawan dengan perubahan anatomis
Yang khusus di hinggapi rema adalah persendian tangan dan kaki, lutut, bahu, dan tengkuk.
Gejala yang khas berupa bengkak dan nyeri simetris di sendi-sendi tersebut
Jalan nya penyakit rema berlangsung dengan
serangan bergelombng secara progresif, artinya ber
angsur-angsur bertambah berat akibat degenerasi
tulang rawan.
Pathogenesis

Rema merupakan suatu ppenyakit autoimun, dimana antibody tubuh menyerang dan merusak
organ/jaringan sendiri.
Penyakit di awali dengan masuknya suatu antigen (entah mikroorganisme/zat lain) kedalam sirkulasi
antigen ini di perangkap oleh makrofag, tetapi tidak di musnahkan atau di keluarkan karena sebab-sebab
yang tidak di ketahui. Akibatnya adalah terbetuknya antibody dari jenis igM, yang disebut factor rema.
Antigen adalah antibody bergabung dengan komplemen dan menghasilkan suatu imunokompleks, yang
kemudian menimbulkan serentetan reaksi peradangan.
Akibat penggabungan ini Antara lain, terjadi pelepasan zat-zat chemotactic, yang berdaya menarik leukosit
tertentu ( neutrophil ) ke daerah peradangan.
Dalam 24 jam, kira-kira 1 milyar neutrophil menginvasi sendi bersangkutan. Granulosit tersebut
“memakan” imunokompleks (fagositosit), lalu mati sambil melepaskan enzim-enzim lisosomal, seperti
protease, glikoprotease, dan fosfatase. Semua enzim ini dapat merusak tulang rawan dan bahan dasar
tulang.
Pengobatan

Guna mengangulangi gejala nyeri, peradangan dan kekakuan banyak di gunakan analgetika
antiradang dan kortikosteroid.

 Analgetika Anti Radang atau NSAID (Non Steroid Anti Infamatory Drugs) sangat berguna
untuk menghalau gejala rema.
 Kortikosteroid sangat efektif tetapi seringkali mengakibatkan efek samping dan tetapi
sukar di hentikan, maka terutama di gunakan bila penyakit menjadi parah.
 Obat-Obatan supresif long acting, juga dsebut DMARD’S (Disease Modifying
Antirheumatic Drugs) memiliki khasiat antiradang kuat.
Penggunaan imunoterapi pada :
1.Diabetes melitus

Penyakit ini biasanya akan terdiagnosis sejak usia kanak-kanak atau


dewasa awal.
DM tipe 1 berasal dari kerusakan dari sel β pankreas yang menghasilkan
insulin, dilakukan oleh sel T yang bersifat self reactive yang telah melepaskan
diri dari toleransi sentral dan perifer. Terapi dengan insulin merupakan terapi
yang efektif, namun diberikan setiap hari, berpotensi efek samping
hipoglikemia mayor, dan mengurangi walaupun tidak mencegah komplikasi
serius lainnya, termasuk kematian. Terdapat kebutuhan untuk intervensi yang
relatif aman untuk menjaga fungsi sel β pankreas, mengurangi hipoglikemia,
dan memperbaiki keluaran jangka pendek dan panjang
Faktor imunologi :
Respon abnormal dimana antibodi terarah pada jaringan
normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan
tersebut yang dianggap seolah-olah sebagai jaringan asing
TIPE ANTI BODI YANG DIHUBUNGKAN DENGAN DIABETES :

• ICCA (Islet cell


cytoplasmic Antibodies)

• ICSA (Islet Cell surface


Antibodies)

• GAD (Glutamic Acid


decarboxylase)
Penggunaan imunoterapi

Terapi dengan obat imunosupresan yang sebelumnya diberikan bagi


penderita psoriasis, yaitu alefacept, ternyata juga bermanfaat untuk menjaga
fungsi sel β pankreas penghasil insulin pada 1 tahun setelah penghentian
terapi. Obat ini diberikan bagi pasien-pasien yang baru saja terdiagnosa
menderita DM tipe 1.

 menghilangkan CD4+ dan


CD8+ sel T memori sentral
 menjaga sel T regulator
Tujuan dari imunoterapi pada DM tipe 1 :
adalah untuk mengembalikan keseimbangan antara sel
yang mematikan respons imun, yaitu sel T regulator,
dan sel yang membawanya keluar, yaitu sel T efektor.
Etiologi diabetes
Diabetes mellitus tipe 1 yaitu terganung insulin yang ditandai oleh penghancuran sel – sel beta
pankreas disebabkan oleh :
A. Factor Genetik:
Penderta DM tidak mewarisi DM tipe 1 itu sendiri, tapi mewarisi suatu presdisposisi/
kecenderungan genetik kearah terjadinya DM tipe 1
B. Factor Imunologi :
Respon abnormal dimana antibodi terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi
terhadap jaringan tersebut yang dianggap seolah- olah sebagai jaringan asing
C. Factor Lingkungan :
Virus atau toksin tertentu dapat memicu proses autoimun yang menimbulkan destruksi sel
beta
Gejala dan Tanda DM tipe 1

Pada DM tipe 1 gejala klasik yang umum dikeluhkan adalah poliuria,


polidipsia, polifagia, penurunan berat badan, cepat merasa lelah,
iritabilitas, dan pruritus (gatal- gatal pada kulit)
Penatalaksana DM tipe 1

1. Pengaturan Diet
Diet yang di anjurkan adalah makanan dengan komposisi yang seimbang dalam hal
karbohidrat, protein, dan lemak, sesuai dengan kecukupan gizi baik sebagai berikut :
 Karbohidrat : 60-70 %
 Protein : 10-15 %
 Lemak : 20- 25 %
Penurunan berat badan telah dibuktikan dapat mengurangi resistensi insulin dan
memperbaiki respon sel-sel β terhadap stimulus glukosa.
2. Olahraga
Berolah raga secara teratur dapat menurunkan dan menjaga kadar gula darah tetap
normal.
Olahraga akan memperbanyak jumlah dan meningkatkan aktivitas reseptor insulin dalam
tubuh dan juga meningkatkan penggunaan glukosa.
3. Terapi Insulin
Pada DM tipe 1, sel-sel β Langerhans kelenjar pancreas penderita rusak, sehngga tidak
lagi dapat memproduksi insulin. Sebagai penggantinya, maka penderita DM tipe1 harus
mendapat insulin eksogen untuk membantu agar metabolism karbohidrat di dalam tubuhnya
dapat berjalan normal.

 Pengendalian Sekresi Insulin


Pada prinsipnya, sekresi insulin dikendalikan oleh tubuh untuk menstabilkan kadar gula
darah. Apabila kadar gula dalam darah tinggi, sekresi insulin akan meningkat. Sebaliknya
apabila kadar gula darah rendah, maka sekresi insulin juga akan menurun. Dalam keadaan
normal, kadar gula darah di bawh 80 mg/dl akan menyebabkan sekresi insulin menjadi sangat
rendah.
 Mekanisme Kerja Insulin
Insulin yang disekresikan oleh sel-sel β pancreas akan langsung di infusikan ke dalam
hati melalui vena porta, yang kemudian akan didistribusikan ke seluruh tubuh melalui
peredaran darah.
Efek kerja insulin yang sudah sangat dikenal adalah membantu transport glukosa dari
darah kedalam sel. Kekurangan insulin menyebabkan glukosa darah tidak dapat atau terhambat
masuk kedalam sel. Akibatnya, glukosa darah akan meningkat, dan sebaliknya sel-sel tubuh
kekurangan bahan sumber energi sehingga tidak dapat memproduksi energy sebagaimana
seharusnya.
Disamping fungsinya membantu transport glukosa masuk ke dalam sel, insulin
mempunyai pengaruh yang sangat luas terhadap metabolism, baik metabolism karbohidrat dan
lipid, maupun metabolism protein dan mineral. Itu sebabnya gangguan funsi insulin dapat
menyebabkan pengaruh negative dan komplikasi yang sangat luas pada berbagai organ dan
jaringan tubuh.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai