Anda di halaman 1dari 139

SAMPUL

SKRIPSI
ANALISIS SISTEM DISTRIBUSI OBAT DI RAWAT INAP RUMAH SAKIT
ISLAM FAISAL MAKASSAR TAHUN 2019

Disususn Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Gelar Sarjana

S1 Administrasi Rumah Sakit Pada Universitas Megarezky

INDAH CAHYA LESTARI

153145261007

PROGRAM STUDI S1 ADMINISTRASI RUMAH SAKIT

FAKULTAS FARMASI, TEKNOLOGI RUMAH SAKIT DAN INFORMATIKA

UNIVERSTAS MEGAREZKY

MAKASSAR

2019
HALAMAN JUDUL
SKRIPSI
ANALISIS SISTEM DISTRIBUSI OBAT DI RAWAT INAP RUMAH SAKIT
ISLAM FAISAL MAKASSAR TAHUN 2019

Disususn Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Gelar Sarjana

S1 Administrasi Rumah Sakit Pada Universitas Megarezky

INDAH CAHYA LESTARI

153145261007

PROGRAM STUDI S1 ADMINISTRASI RUMAH SAKIT

FAKULTAS FARMASI, TEKNOLOGI RUMAH SAKIT DAN INFORMATIKA

UNIVERSTAS MEGAREZKY

MAKASSAR

2019
ii

HALAMAN PERSETUJUAN

SKRIPSI
ANALISIS SISTEM DISTRIBUSI OBAT DI RAWAT INAP RUMAH SAKIT
ISLAM FAISAL MAKASSAR TAHUN 2019

Telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan

Tim Penguji

Fakultas Farmasi, Teknologi Rumah Sakit Dan Informatika Universitas


Megarezky

Pada hari Tanggal 2019

Pembimping I Pembimbing II

(Nursapriani,SKM.,MARS) (Dr.Jangga,S.Si.,M.Kes.,apt.)
NIDN. 09 01048501 NIDN.196812312005011006

Mengetahui,
Ketua Program Studi

(Dewi Astuti.,SKM.,MARS)
NIDN. 09 14078601
iii

HALAMAN PENGESAHAN

Pada hari………….tanggal………..bulan Agustus tahun 2019 bertempat di


Ruang……….. Fakultas Farmasi, Teknologi Rumah Sakit dan Informatika
Universitas Megarezky, telah dilaksanakan Ujian Skripsi sebagai salah satu syarat
untuk menyelesaikan pendidikan Sarjana Administrasi Rumah Sakit terhadap
mahasiswa atas nama:
Nama : Indah Cahya Lestari
Nim : 153145261007
Program Studi : Administrasi Rumah Sakit
Jenjang : S1
Judul Skripsi : ANALISIS SISTEM DISTRIBUSI OBAT DI RAWAT
INAP RUMAH SAKIT ISLAM FAISAL MAKASSAR
TAHUN 2019

Yang telah diuji oleh Tim Penguji Skripsi, sebagai berikut:


Tim Penguji Tanda Tangan
1. La Ode Hidayat, S.Si., MARS (……………………)
2. Dr. Jangga, S.Si., M.Kes., Apt (…….…………….)
3. Nursapriani,SKM.,MARS (……………………)

Mengetahui,

Dekan, Ketua Program Studi,

(Dr. Jangga, S.Si., M.Kes., Apt) (Dewi Astuti, SKM., MARS)

NIP. 196812312005011006 NIDN. 09 140786 01

ABSTRAK
iv

INDAH CAHYA LESTARI 153145261007, ANALISIS SISTEM DISTRIBUSI


OBAT DI RAWAT INAP RUMAH SAKIT ISLAM FAISAL MAKASSAR
TAHUN 2019 dibimbing oleh Nursapriani dan jangga.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis sistem distribusi obat di instalasi
rawat inap, dan untuk mengetahui sistem distribusi obat sistem distribusi obat
yang digunakan di perawatan atau rawat inap di Rumah Sakit Islam Faisal
Makassar.
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif deskriptif dengan
menggunakan desain studi kasus, dengan metode pengumpulan data berupa
wawancara langsung dan observasi, dengan jumlah responden sebanyak 6
orang /informan, yang terdiri dari informan kunci 1 orang dan informan
pendukung 5 orang, yang terdiri dari kepala instalasi farmasi dan kepala ruangan
perawatan 1,4,5,7 dan 8).
Hasil penelitian ini menunjukkan dimana Input dari sistem distribusi obat sudah
dikatakan baik dari sumber daya manusia yang memiliki kemampuan sesuai
dengan skill yang dimiliki, sarana dan prasarana yang digunakan untuk
mendistribusikan obat juga sudah dijamin keamanannya serta prosedur dimana
petugas distribusi obat dengan kehati-hatian. Proses yang digunakan dari sistem
distribusi obat yaitu sistem distribusi obat kombinasi (kombinasi antara resep
individual dan dosis unit), Outputnya yaitu tersalurkannya obat di rawat inap,
sedangkan Outcomenya yaitu sangat mempengaruhi keselamatan pasien dan
kepuasan pasien harus dijamin.

Kata kunci: Distribusi obat, Rawat Inap

ABSTRACT
v

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb.
vi

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat

dan karunia-Nya yang tak terhingga, sehinggah penulis dapat menyelesaikan

penelitian dan penyusunan sripsi ini, yang merupakan salah satu persyaratan

untuk mencapai gelar Sarjana pada program studi Administrasi Rumah Sakit

Fakultas Farmasi, Teknologi Rumah Sakit dan Informatika Universitas

Megarezky.

Penulis penyadari bahwa hasil penelitian ini masih jauh dari

kesempurnaan, mungkin masih banyak kekurangan atau kelemahan baik dari segi

penyususnan maupun dari pandangan pengetahuan, oleh karena itu penulis

mengharapkan adanya saran, pendapat atau kritik yang bersifat konstruktif dari

semua demi kesempurnaan penulisan skripsi ini.

Selama proses penyelesaian skripsi ini banyak kesulitan dan hambatan

yang penulis hadapi, namun atas bantuan bimbingan dan kerjasama dari semua

pihak yang terlibat di dalamnya sehingga hambatan dan kesulitan tersebut dapat

teratasi dengan baik. Pada lembaran ini, penulis hendak menyampaikan penghargaan

dan rasa terima kasih yang tak terhingga kepada kedua orang tua tercinta Ayahanda

Zainuddin (Alm) dan Ibunda Rosiana atas cinta dan kasih sayang, pengorbanan,

kesabaran, dukungan, dan do’a yang tak henti-hentinya mengalir. Demikian juga

untuk keluarga saya tercinta, yang tidak sempat saya sebutkan satu persatu terima

kasih atas kasih sayang, motivasi, semangat, dan do’a yang selalu tercurahkan selama

penulis menuntut ilmu. Terima kasih dan pengharapan yang sebesar-besarnya

kepada Ibu Nursapriani,SKM.,MARS selaku Pembimbing I dan Bapak

Dr.Jangga,S.Si.,M.Kes.,Apt selaku Pembimbing II dengan penuh kesabaran, dan


vii

keikhlasan meluangkan waktu, tenaga dan pikirannya untuk memberikan

perhatian,bimbingan dan arahan kepada penulis.

Tak lupa pula penulis ucapkan terima kasih kepada:

1. Ibu Hj. Suryani,SH.,MH. selaku Ketua YPI Mega Rezky Makassar.


2. Bapak Prof. Dr.dr.H.M.Rusli Ngatimin, MPH. selaku Rektor

Universitas MegaRezky.
3. Bapak Dr. Jangga,S.Si.,M.Kes., Apt. selaku Dekan Fakultas

Farmasi,Teknologi Rumah Sakit dan Informatika.


4. Ibu Dewi Astuti.,SKM.,MARS selaku ketua program studi

Administrasi Rumah Sakit


5. Ibu Suci Rahmadani SKM.,M.Kes selaku Penasehat Akademik yang

terbaik, terkeren terima kasih atas segala motivasi dan bimbingan yang

telah diberikan selama ini sejak saya masuk di kampus ini.


6. Bapak dan ibu dosen serta staf S1 Administrasi Rumah Sakit yang

telah memberikan bimbingan, motivasi, serta memberikan kemudahan

selama proses pembelajaran dari awal masuk kuliah sampai penulis

menyelesaikan pendidikan selama ini.


7. Bapak dan Ibu Dosen serta Staf Universitas Megarezky yang telah

memberikan kemudahan bagi penulis dalam menyelesaikan pendidikan

selama ini.
8. Ibu Sr.Hj.Arfiah Arabe.T.MARS selaku Direktur Utama RS Islam

Faisal Makassar yang telah memberikan izin untuk melakukan

penelitian.
9. Sahabat saya PYIN (Nurul, Yuse, Danti) yang selama ini memberikan

motivasi, ocehan, memberikan dukungan dari jauh selama ini.


viii

10. Sahabat tetapi saudaraku, Elsinta, hawiyah, suriyanti usemahu yang

selama ini memberikan dorongan, motivasi, dan terima kasih atas

kebersamaan yang diberikan selama ini.


11. Teman-teman seperjuanganku, angkatan 15 (RATER) Administrasi

Rumah Saki kelas A, atas semangat dan kerjasamanya selama ini,

semoga kebersamaan tersebut tidak berakhir sampai di sini.

Penulis menyadari bahwa dalam hasil penelitian ini masih banyak

terdapat kekurangan, oleh karena itu saran dan kritik yang membangun sangat

dibutuhkan demi perbaikan penelitian ini. Akhir kata, penulis berharap

penelitian ini dapat bermanfaat dan memberikan informasi serta sumbangsih

dalam pengembangan ilmu pengetahuan.

Makassar, 15 Agustus 2019

Indah Cahya Lestari

DAFTAR ISI

SAMPUL..................................................................................................................i
HALAMAN JUDUL................................................................................................i
HALAMAN PERSETUJUAN................................................................................ii
HALAMAN PENGESAHAN................................................................................iii
ABSTRAK..............................................................................................................iv
ABSTRACT...............................................................................................................v
ix

KATA PENGANTAR.............................................................................................vi
DAFTAR ISI...........................................................................................................ix
DAFTAR TABEL...................................................................................................xi
DAFTAR GAMBAR.............................................................................................xii
DAFTAR SINGKATAN.......................................................................................xiii
DAFTAR LAMPIRAN.........................................................................................xiv
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 8
C. Tujuan Penelitian 9
D. Manfaat Penelitian 9
1. Manfaat Ilmiah 9
2. Manfaat Insitusi 9
3. Manfaat Praktik 9
4. Manfaat Bagi Masyarakat 10
5. Manfaat Bagi Penulis 10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................11
A. Instalasi Rawat Inap 11
B. Farmasi Rumah Sakit 18
C. Manajemen Instalasi Farmasi 25
D. Obat Rusak dan Kedaluwarsa 38
E. Sistem Distribusi Obat Rumah Sakit 42
F. Kerangka Konsep 57
1. Kerangka Konsep 57
G. Definisi Operasional dan Kriteria Objektif 58
BAB III METODE PENELITIAN.........................................................................59
A. Desain Penelitian 59
B. Lokasi dan Waktu Penelitian 59
C. Alat dan Bahan 59
D. Populasi dan Sampel 60
E. Cara kerja 60
x

F. Pengumpulan dan Analisis Data 61


E. Etika penelitian 62
BAB VI HASIL PENELITIAN DAN PEMABAHASAN..................................64
A. HASIL PENELITIAN64
1. Gambaran Umum Rumah Sakit Islam Faisal Makassar 64
2. Karakteristik Informan 70
3. Input Distribusi Obat di Instalasi Rawat Inap74
4. Proses Distribusi Obat di Instalasi Rawat Inap 92
5. Output Distribusi Obat di Instlasi Rawat Inap 105
B. PEMBAHASAN 108
1. Keterbatasan Penelitian 108
2. Distribusi obat di instalasi rawat inap108
3. Input Distribusi Obat di Instalasi Rawat Inap109
4. Proses Distribusi Obat di Instalasi Rawat Inap 113
5. Output Distribusi Obat di Instalasi Rawat Inap 122
BAB V SIMPULAN DAN SARAN....................................................................126
A. Simpulan 126
B. Saran 128
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................130
LAMPIRAN.........................................................................................................132

DAFTAR TABEL

Table 1 Karakteristik Informan RSIF Makasaar 70


Table 2 Cross Fungsional Distribusi Obat Gudang ke Apotik 72
Table 3 Cross Fungsional Distribusi Obat Apotik Ke R.I 73
Table 4 Sarana dan Prasarana potik 83
xi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Alur Distribusi Sentralisasi 43


Gambar 2 Alur Distribusi Dentralisasi 44
Gambar 3 Alur Distribusi Obat Resep Individual 48
Gambar 4 Alur Distribusi Obat Persediaan Lengkap 51
Gambar 5 Alur Distribusi Obat Kombinasi 53
Gambar 6 Denah Rumah Sakit Islam Faisal 67
xii

Gambar 7 Alur Sistem Distribusi Obat Resep Individual 116


Gambar 8 Alur Sistem Distribusi Obat Persediaan Lengkap Di Ruang 119
Gambar 9 Alur Sistem Distribusi Obat Kombinasi 121

DAFTAR SINGKATAN

ARS = Apoteker Rumah Sakit


ASHP = American Society Health Pharmaast
AVLOS = Average Length Of Stay
BHP = Bahan Habis Pakai
BOR = Bed Occupancy Ratio
BPJS = Badan Penyelenggaraan Jaminan Sosial
BTO = Bed Turn Over
xiii

FEFO = First Excpired First Out


GDR = Gross Death Rate
IFRS = Instalasi Farmasi Rumah Sakit
KIE = Komunikasi, Informasi, Edukasi
KPO = Kartu Pemberian Obat
LAN = Lokal Area Network
NDR = Net Death Rate
ODD = One Day Dosis
PFT =Panitia Farmasi dan Terapi
PRT = Penderita Rawat Tinggal
PTO = Pemantauan Terapi Obat
RI = Rawat Inap
RSIF = Rumah Sakit Islam Faisal
SBBK = Surat Bukti Barang Keluar
SDO = Sistem Dosis Unit
SIM RS = Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit
SIK = Sistem Informasi Karyawan
SK = Surat Keputusan
TOI = Turn Over Internal
UDD = Unit Dose Dispensing
UGD = Unit Gawat Darurat
WHO = World Health Organization

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Persetujuan Wawancara 132


Lampiran 2 Surat Izin Penelitian Dari Dinas Penanaman Modal 134
Lampiran 3 Surat Keterangan dari RS Islam Faisal Makassar 134
Lampiran 4 Foto Kegiatan Wawancara 135
Lampiran 5 Apotik Umum Dan Rawat Inap 136
Lampiran 6 Troly Emergency 136
xiv

Lampiran 7 Kegiatan Di Apotik Umum 137


Lampiran 8 Struktur Organisasi IFRS 137
Lampiran 9 Penyimpanan Obat dan Tempat Peracikan Obat 138
Lampiran 10 Peresepan Rawat Inap 139
Lampiran 11 Contoh KPO 140
Lampiran 12 Denah Rumah Sakit Islam Faisal 140
Lampiran 13 Riwayat Penulis 141
1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Obat merupakan komoditi utama yang digunakan manusia untuk

menunjang kesehatannya. Semua orang rela mengeluarkan uangnya untuk

mendapatkan kesehatan, bahkan sampai ada yang mengatakan “sehat itu

mahal”. Perkembangan jaman yang semakin canggih seperti sekarang ini,

sudah banyak makanan yang bermacam-macam yang nantinya akan

berakibat pada kesehatan kita, untuk itu obat sangat diperlukan dalam

kehidupan kita.

Menurut WHO di negara berkembang, biaya obat sebesar 24-66% dari

total biaya kesehatan. Belanja obat yang demikian besar tentunya harus

dikelola dengan efektif dan efisien. Perencanaan merupakan kegiatan dasar

dari pengelolaan obat untuk menentukan kebutuhan obat dan merupakan

salah satu fungsi yang menentukan keberhasilan kegiatan selanjutnya di

instalasi farmasi yang nantinya akan bermanfaat bagi kelancaran

pelayanan di rumah sakit. Untuk mewujudkan perencanaan tersebut

adanya kegiatan pelaksanaan pada tahap ini dilakukan pengadaan obat

untuk memenuhi kebutuhan obat yang telah ditetapkan dalam

perencanaan. Apabila terjadi kesalahan pada suatu tahap akibatnya akan

mengacaukan siklus secara keseluruhan yang menimbulkan dampak

seperti pemborosan, tidak tersedianya obat, tidak tersalurnya obat, obat

rusak, dan lain sebagainya (Sasongko dan Okky, 2016). Laporan WHO
2

mengenai pelayanan kesehatan yang bermutu adalah pelayanan yang

dibutuhkan (needed care) yang diberikan dengan cara kompeten (sesuai

dengan standar), memuaskan, tepat waktu, dengan risiko minimal, yang

tercapai dengan tujuan yang diinginkan. Pelayanan kesehatan bermutu

adalah pelayanan yang memuaskan setiap pemakai jasa pelayanan sesuai

dengan tingkat kepuasan rata-rata penduduk, serta penyelenggaraannya

sesuai dengan kode etik dan standar pelayanan profesi yang ditetapkan

(Azwar, 2007).

Medication erors adalah kesalahan dalam membentuk reaksi yang

diinginkan dari pasien (Malone dkk, 2001). Jenis-jenis medication errors

ada beberapa macam, salah satunya adalah clilnical errors. Clinical errors

kesalahan pengobatan yang disebabkan terjadinya alergi, adverse drug

reaction, interaksi obat dengan obat, interaksi obat dengan penyakit,

interaksi obat dengan makanan, dan ketidaksesuaian obat yang meliputi

lama terapi, dosis, cara pemberian dan jumlah obat (Cohen, 1999).

Medication errors merupakan masalah yang serius, karena semakin

banyaknya data terkait dengan medication error. Penelitian yang dilakukan

di Amerika pada tahun 1960-an menunjukkan angka kejadian medication

errors di rumah sakit. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa rata-rata

seorang penderita mendapat 6-7 obat sehari dan diperoleh rata-rata angka

kejadian kesalahan sebesar 6-15%. Data di atas menunjukkan bahwa

seorang penderita dapat mengalami satu medication errors dalam kurun

waktu satu hari. Penelitian tersebut, menyebabkan para farmasis


3

termotivasi untuk menyumbangkan kemampuan profesional mereka dan

bekerja sama dengan tenaga kesehatan lainnya, untuk memecahkan

permasalahan yang berhubungan dengan obat (Seto, 2004).

Pelayanan di rumah sakit tidak terlepas dari pelayanan obat,

sedangkan pelayanan obat bagi pasien rawat inap di rumah sakit

dilaksanakan oleh Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS). Tugas IFRS

meliputi proses perencanaan, pengadaan, penyimpanan, dan

pendistribusian. Dalam pendistribusian obat terdapat proses penyampaian

sediaan obat yang diminta dokter dari IFRS untuk diberikan kepada

penderita. IFRS bertanggung jawab pada penggunaan obat yang aman di

rumah sakit. Tanggung jawab ini meliputi seleksi, pengadaan,

penyimpanan, penyiapan obat untuk dikonsumsi dan distribusi obat ke

daerah perawatan penderita. Berkaitan dengan tanggung jawab

penyampaian dan distribusi obat dari IFRS ke daerah perawatan pasien

maka dibuat sistem distribusi obat. Kegiatan distribusi ini merupakan salah

satu tahap dalam siklus manajemen pengelolaan obat (Siregar dan Amalia,

2003).

Ada empat jenis sistem distribusi obat di rumah sakit menurut Hassan

(1986), yaitu sistem distribusi obat resep individu, sistem distribusi obat

persediaan lengkap di ruangan (floor stock), sistem distribusi kombinasi

antara resep individu dan floor stock dan sistem distribusi obat dosis

unit/unit dose dispensing (UDD). Rumah sakit menerapkan sistem


4

distribusi obat tergantung pada kebijakan yang diambil oleh pihak

manajerial, kondisi rumah sakit dan jumlah personil yang dimiliki.

Sistem distribusi rumah sakit merupakan tatanan jaringan sarana,

personel, prosedur, dan jaminan mutu yang serasi, terpadu dan berorientasi

penderita dalam kegiatan penyimpanan perbekalan farmasi beserta

informasinya kepada penderita (Febriawati,2013). Berdasarkan penelitian

yang dilakukan di United Kingdom Hospital Dan German Hospital pada

tahun 1998 bertujuan untuk membandingkan macam sistem distribusi

obat, yaitu sistem persedian obat di ruangan, sistem dosis unit dan sistem

tradisional. Hasil penelitian ini, kesalahan pemberiaan obat paling banyak

terjadi pada sitem persedian obat di ruangan (8%), diikuti dengan sistem

tradisional (5,1%), dan kemudian sistem dosis unit (2,4%). Kesalahan

pemberian obat individual bagi masing-masing pasien (Taxis;dkk,1999).

Pada tahun 2002, The American Society of Health-System Pharmacist

(ASHP) membuat penelitian yang bertujuan untuk menganalisis proses

distribusi obat dan alat kesehatan bagi pasien rawat inap di rumah sakit,

teknologi yang digunakan untuk distribusi obat, persiapan obat, dan

penggunaan pencatatan daftar obat. Penelitian ini dilakukan pada 6812

rumah 2 sakit di Amerika.

Hasil dari penelitian ini adalah meningkatnya waktu distribusi

dibandingkan tahun-tahun sebelumnya karena peningkatan beban kerja,

adanya tuntutan untuk mengurangi biaya, kekurangan tenaga kerja

termasuk tenaga di Instalasi Farmasi dan perawat (ASHP,2002). Pada


5

tahun 1996, diadakan penelitian Analisa Proses Distribusi Obat dan Alat

Kesehatan di Instalasi Farmasi RS Puri Cinere. Penelitian tersebut

bertujuan untuk memperoleh gambaran distribusi obat dan alat kesehatan

di Instalasi Farmasi RS Puri Cinere. Hasil dari penelitian ini adalah segera

dibuat standar prosedur baku dan tertulis, untuk memudahkan distribusi

obat diusulkan pemberian secara dosis unit serta penggabungan gudang

obat dan gudang alkes menjadi Gudang Farmasi, sehingga distribusi obat

dan alkes dari Gudang Farmasi ke Apotik langsung ke unit pemakai

(Diansari,1996). Selain itu, pada tahun 2002, diadakan penelitian Analisa

Sistem Distribusi Obat/Alat Kesehatan Habis Pakai di Rawat Inap RS

Karya Husada Cikampek. Hasil dari penelitian ini adalah masih kurangnya

sarana dan ketenagaan yang kompeten di Instalasi Farmasi dan Ruang

Rawat Inap. Pelaksanaan sistem distribusi obat dikerjakan oleh perawat.

Dari Instalasi Farmasi juga didapat adanya obat sisa yang dikembaikan

pasien rawat inap (Mulyono, 2009).

Pada tahun 2010, dilakukan penelitian tentang analisa sistem distribusi

obat dan alat kesehatan di departemen rawat inap rumah sakit Royal

Taruma, dimana hasil penelitian tersebut dapat dikatakan bahwa masih

terdapat masalah yang terjadi pada sistem distribusi obat dan alat

kesehatan diantaranya waktu pemberian obat dan alat kesehatan yang tidak

tepat karena keterlambatan dari pemberian obat dan alat kesehatan itu

sendiri di departemen rawat inap RS Royal Taruma (Dirgagunarsah,2010).

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Instalasi Farmasi Rumah


6

Sakit Umum Daerah Tarakan, masih ditemukan beberapa masalah

ketidakefisienan pada tahap distribusi diantaranya terjadi pada

ketidakcocokan antara jumlah fisik dengan kartu stok sebesar 93,27%, hal

ini dikarenakan kurangnya ketelitian petugas gudang, kemudian terdapat

obat kadaluarsa dan/atau rusak pada tahun 2008 adalah 0,23% dan tahun

2009 adalah 0,48% hal ini dikarenakan obat tersebut kurang diperlukan

pasien (Hakim, 2011).

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti, sebagai

rumah sakit yang baru mulai operasional sejak empat tahun yang lalu,

RSU Kota Tangerang Selatan masih mengalami beberapa kendala di

Instalasi Farmasi, terutama dalam hal distribusi obat. Untuk

mendistribusikan obat, RSU Kota Tangerang Selatan menggunakan

metode sentralisasi dengan menyelenggarakan tiga sistem distribusi yaitu

distribusi perbekalan farmasi untuk pasien rawat inap, distribusi

perbekalan farmasi untuk pasien rawat jalan, dan distribusi perbekalan

farmasi untuk unit penunjang/instlasi lain/ruang rawat. RSU Kota

Tangerang Selatan menggunakan dua sistem distribusi yaitu sistem

kombinasi dan sistem unit dose. Sistem distribusi obat di ruangan rawat

inap dengan sistem distribusi obat dosis unit mempunyai kelebihan

dibanding sistem yang lain, karena bertujuan agar pasien mengkonsumsi

obat yang tepat, dosis yang tepat, dan waktu pemberian yang tepat

(Kartidjo, 2007).
7

Rumah Sakit Islam Faisal Makassar merupakan Rumah Sakit Umum

Swasta dengan model rumah sakit tipe B, yang beralamat di Jalan A.P

Pettarani Makassar, Sulawesi Selatan. Sejarah pendiri Rumah Sakit Islam

Faisal mulanya didirikan di atas tahan wakaf oleh kerajaan Saudi Arabia

atas prakarsa dari H. Fadeli Luran (Alm), Drs. H. Nazaruddin Anwar,

SKM (Alm), H.A Salama Tambo (Alm), H.M Daeng Patopo (Alm) dan

Haji Kalla (Alm). Atas pendirian Rumah Sakit Islam Faisal Makassar,

dibentuklah yayasan Rumah Sakit Islam Faisal Makassar dengan Akte

Notaris Yayasan: Sistike Limda, SH. Nomor 19, tanggal 3 Maret 1976 dan

dilakukan perubahan Nomor 17. RS Islam Faisal Makassar yang

diresmikan pada tanggal 24 September 1980.

Berdasarkan data kunjungan poliklinik yang ada di Rumah Sakit Islam

Faisal pada tahun 2016 -2018 mengalami turun-naik dalam artian pada

tahun 2016 jumlah kunjungan poliklinik sebanyak 26,376%, pada tahun

2017 jumlah kunjungan poliklinik meningkat sebanyak 28,818%,

sedangkan pada tahun 2018 jumlah kujungan poliklinik menurun menjadi

26,309%. Sedangkan data kunjungan rawat inap pada rumah sakit islam

faisal 3 tahun terakhir yaitu tahun 2016-2018. Di mulai pada tahun 2016

jumlah kunjungan yang ada Di Rumah Sakit Islam Faisal Makassar

jumlah kunjungan rawat inap sebesar 7096 jiwa, pada tahun 2017 jumlah

kunjungan rawat inap menigkat sebanyak 9237 jiwa sedangkan pada tahun

2018 jumlah kunjungan rawat inap di nyatakan dalam BOR yaitu pada

tahun 2016 jumlah kunjungan rawat inap di rumah sakit islam faisal
8

sebanyak 62,43%, pada tahun 2017 meningkat sebanyak 69,03%,

sedangkan pada tahun 2018 jumlah kunjungan pasien meningkat derastis

sebanyak 73,53%. Berdasarkan data diatas dapat disimpulkan bahwa

tingginya jumlah kunjungan yang terjadi pada tahun 2018, mengakibatkan

tingginya distribusi obat yang dibutuhkan di Rumah Sakit Islam Faisal

khususnya di rawat inap (Profil RSI Faisal,2008).

Berdasarkan dari data yag ada di rumah sakit islam faisal Makassar,

penulis tertarik untuk meneliti tentang analisisn sistem distribusi obat di

instalasi rawat inap Rumah Sakit Islam faisal Makassar dengan meninjau

beberapa variable-variabel terkait.

B. Rumusan Masalah

Dengan memperhatikan latar belakang masalah penelitian diatas,

maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian di Rumah Sakit Islam

Faisal Makassar, dengan rumuskan permasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimana Analisis Sistem Distribusi Obat di Instalasi Rawat Inap

Rumah Sakit Islam Faisal Makassar Tahun 2019?


2. Bagiamana sistem distribusi obat yang digunakan di perawatan atau

rawat inap?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum
9

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tentang sistem

distribusi obat di instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Islam Faisal Makassar,

tahun 2019.

2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari penelitian ini adalah:
a. Untuk menganalisis sistem distribusi obat di instalasi rawat inap di

Rumah Sakit Islam Faisal Makassar


b. Untuk mengetahui sistem distribusi obat sistem distribusi obat yang

digunakan di perawatan atau rawat inap

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Ilmiah

Dapat di gunakan sebagai bahan panduan dalam melakukan penelitian

lain. Semoga dapat bermanfaat tentang Sistem Distribusi Obat di Rawat

Inap Rumah Sakit Islam Faisal yang telah di bahas di dalam proposal ini.

2. Manfaat Insitusi

Dapat menjadi salah satu audit internal terhadap kualitas dan metode

pengajaran selama yang telah diajarkan dalam perkuliahan.

3. Manfaat Praktik

Penelitian ini dapat menjadi masukan kepada tenaga kesehatan

(apoteker), dan perawat untuk meningkatkan pengetahuan dan kemampuan

dalam memberikan pelayanan yang maksimal dan rumah sakit

memberikan masukan bagi rumah sakit yang berupa informasi- informasi

tentang upaya yang tepat dalam pendistribusian obat dan bahan medis

habis pakai di rawat inap di rumah sakit.


10

4. Manfaat Bagi Masyarakat

Masyarakat tidak kesulitan lagi dalam pengobatan. Masyarakat tidak

kekurangan obat lagi karena pihak rumah sakit sudah melakukan

perencanaaan dan pendistribusian yang efektif dan efisien. Masyarakat

tidak perlu khawatir atau resah tentang obat, karena telah di sediakan oleh

pihak di rumah sakit dan apoteker rumah sakit.

5. Manfaat Bagi Penulis

Mendapat pengetahui tentang masalah apa saja ada di sub bagian

manajemen logistik medis dan manajemen farmasi (obat). Mendapatkan

pengalaman tentang sistem pendistribusian obat pakai di rawat inap.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Instalasi Rawat Inap

1. Pengertian Rawat Inap

Rawat inap adalah suatu bentuk perawatan, dimana pasien dirawat

dan tinggal di rumah sakit untuk jangka waktu tertentu. Selama pasien

dirawat, rumah sakit harus memberikan pelayanan yang terbaik kepada

pasien (Posma 2001 yang dikutip dari Anggraini (2008). Rawat inap
11

merupakan pelayanan kesehatan perorangan, yang meliputi observasi,

diagnosa, pengobatan, keperawatan, rehabilitasi medik, dengan menginap

di ruang rawat inap pada sarana kesehatan rumah sakit pemerintah dan

swasta serta puskesmas perawatan dan rumah bersalin, yang oleh karena

penyakitnya penderita harus menginap.

2. Tujuan Pelayan Rawat Inap

Adapun tujuan pelayanan rawat inap adalah sebagai berikut:

a. Membantu penderita memenuhi kebutuhannya sehari-hari

sehubungan dengan penyembuhan penyakitnya.


b. Mengembangkan hubungan kerja sama yang produktif baik antara

unit maupun antara profesi.


c. Menyediakan tempat/latihan/praktik bagi siswa perawat.
d. Memberikan kesempatan kepada tenaga perawat untuk

meningkatkan keterampilannya dalam hal keperawatan.


e. Mengandalkan evaluasi yang terus menerus mengenai metode

keperawatan yang dipergunakan untuk usaha peningkatan.

3. Kegiatan Pelayanan Rawat Inap

a. Penerimaan Pasien (Admission)


b. Pelayanan Medik
c. Pelayanan Penunjang Medik
d. Pelayanan Perawatan
e. Pelayanan Obat
f. Pelayanan Makanan
g. Pelayanan Administrasi Keuangan

Menurut Revans (1986) bahwa pasien yang masuk pada pelayanan

rawat inap akan mengalami tingkat proses transformasi, yaitu:

a. Tahap Admission, yaitu pasien dengan penuh kesabaran dan

keyakinan dirawat tinggal di rumah sakit.


b. Tahap Diagnosis, yaitu pasien diperiksa dan ditegakan diagnosisnya.
12

c. Tahap Treatment, yaitu berdasarkan diagnosis pasien dimasukkan

dalam program perawatan dan terapi.


d. Tahap Inspection, yaitu secara continue diobservasi dan

dibandingkan pengaruh serta respon pasien atas pengobatan.


e. Tahap Control, yaitu setelah dianalisa kondisinya, pasien

dipulangkan. Pengobatan diubah atau diteruskan, namun dapat juga

kembali ke proses untuk didiagnosa ulang

4. Klasifikasi Perawatan Rawat Inap

a. Klasifikasi perawatan rumah sakit telah ditetapkan berdasarkan

tingkat fasilitas pelayanan yang disediakan oleh rumah sakit, yaitu

sebagai berikut:
1) Kelas Utama (termasuk VIP)
2) Kelas I
3) Kelas II dan Kelas III
b. Klasifikasi pasien berdasarkan kedatangannya
1) Pasien baru
2) Pasien lama
c. Klasifikasi pasien berdasarkan pengirimnya
1) Dikirim oleh dokter rumah sakit
2) Dikirim oleh dokter luar
3) Rujukan dari puskesmas dan rumah sakit lain
4) Datang atas kemauan sendiri

5. Standar Pelayanan Rawat Inap

Standar minimal rawat inap di rumah sakit adalah sebagai berikut:

a. Pemberian layanan rawat inap adalah dokter spesialis dan perawat

dengan minimal pendidikan D3.


b. Penanggung jawab pasien rawat inap 100% adalah dokter.
c. Ketersediaan pelayanan rawat inap terdiri dari anak, penyakit

dalam, kebidanan, dan bedah.


d. Jam kunjung dokter spesialis adalah pukul 08.00 – 14.00 setiap hari

kerja.
e. Kejadian infeksi paska operasi kurang dari 1,5%.
13

f. Kejadian infeksi nosokomial kurang dari 1,5%.


g. Kematian pasien lebih dari 48 jam, kurang dari 0,24%.
h. Kejadian pulang paksa kurang dari 5%.
i. Kepuasan pelanggan lebih dari 90%.

6. Indikator Mutu Pelayanan Rawat Inap

Indikator-indikator pelayanan rumah sakit dapat digunakan untuk

mengetahui tingkat pemanfaatan, mutu, dan efisiensi pelayanan rumah sakit.

Indikator-indikator tersebut bersumber dari sensus harian rawat inap.

a. BOR (Bed Occupancy Ratio)


BOR adalah persentase pemakaian tempat tidur pada satuan

waktu tertentu. Indikator ini memberikan gambaran tinggi

rendahnya tingkat pemanfaatan tempat tidur rumah sakit. Nilai

parameter BOR yang ideal adalah antara 60-85% (Depkes RI,

2005).

b. AVLOS (Average Length of Stay)


AVLOS adalah rata-rata lama rawat seorang pasien. Indikator ini

disamping memberikan gambaran tingkat efisiensi, juga dapat

memberikan gambaran mutu pelayanan, apabila diterapkan pada

diagnosis tertentu dapat dijadikan hal yang perlu pengamatan yang

lebih lanjut. Secara umum nilai AVLOS yang ideal antara 6-9 hari

(Depkes, 2005).
AVLOS = Jumlah lama dirawat
Jumlah pasien keluar (hidup+mati)
c. TOI (Turn Over Interval)
TOI adalah rata-rata hari dimana tempat tidur tidak ditempati dari

telah diisi ke saat terisi berikutnya. Indikator ini memberikan


14

gambaran tingkat efisiensi penggunaan tempat tidur. Idealnya tempat

tidur kosong tidak terisi pada kisaran 1-3 hari (Depkes RI, 2005).
TOI = (Jumah tempat tidur X Periode) – Hari Perawatan
d. BTO (Bed Turn Over)

BTO adalah frekuensi pemakaian tempat tidur pada satu periode,

berapa kali tempat tidur dipakai dalam satu satuan waktu tertentu.

Idealnya dalam satu tahun, satu tempat tidur rata-rata dipakai 40-50 kali

(Depkes, 2015).

BTO = Jumlah pasien keluar (hidup+mati)


Jumlah tempat tidur
e. NDR (Net Death Rate)
NDR adalah angka kematian 48 jam setelah dirawat untuk tiap-tiap

1000 penderita keluar. Indikator ini memberikan gambaran mutu

pelayanan di rumah sakit (Depkes RI, 2005).

NDR = Jumlah pasien mati > 48 jam X 1000%


Jumlah pasien keluar (hidup+mati)
f. GDR (Gross Death Rate)
GDR adalah angka kematian umum untuk setiap 1000 penderita

keluar (Depkes RI, 2005).


GND = jumlah pasien mati seluruhnya x1000%
Jumlah pasien keluar (hidup+mati)

7. Prosedur Pelayanan Rawat Inap di Rumah Sakit

a. Pasien datang di bagian administrasi dan diterima oleh petugas

administrasi;
b. Petugas menyerahkan Surat Pengantar Rawat Inap yang berasal dari

poliklinik, UGD maupun rujukan dari dokter swasta;


c. Petugas mengisi berkas rekam medis dengan melakukan wawancara

kepada pasien mengenai tempat/fasilitas dan jaminan kesehatan yang

diinginkan;
d. Petugas mengecek/mencarikan tempat/fasilitas yang diinginkan;
15

e. Petugas menanyakan apakah pasien meminta fasilitas atau perawatan

yang lain;
1) Jika pasien/keluarga pasien meminta fasilitas/perawatan yang lain

sesuai permintaan pasien tersebut, maka pasien diminta untuk

mengisi form persetujuan;


2) Jika pasien tidak meminta fasilitas yang lain, maka petugas

mendaftar pasien berdasarkan identifikasi data sosial pasien;


f. Petugas menanyakan apakah pasien setuju dengan fasilitas yang sesuai

dengan permintaan pasien;


1) Jika setuju, maka pasien mengisi formulir persetujuan;
2) Jika tidak setuju, maka petugas menanyakan apakah pasien

memilih tempat yang lain selama tempat yang diinginkan belum

ada.
g. Petugas medis di unit pelayanan rawat inap memberikan pelayanan

kesehatan bagi pasien;


1) Petugas memberikan informasi kepada pasien bahwa tempat

sudah disiapkan;
2) Petugas mengantarkan pasien untuk diantar ke ruangan rawat

inap;
h. Petugas Rawat Inap menanyakan kepada dokter apakah pasien sudah

diperbolehkan untuk pulang;


1) Jika diperbolehkan untuk pulang, maka petugas

menginformasikan kepada pihak pendaftaran ada pasien yang

keluar/discharge;
2) Petugas mempersilahkan pasien untuk menyelesaikan

administrasi pembayaran di bagian kasir;


3) Petugas mempersilahkan pasien untuk pulang;
4) Jika tidak diperbolehkan untuk pulang, maka pasien tetap

mendapatkan pelayanan kesehatan rawat inap.


16

B. Farmasi Rumah Sakit

1. Pengertian Farmasi Rumah Sakit

Standar Pelayanan Kefarmasian adalah tolok ukur yang

dipergunakan sebagaipedoman bagi tenaga kefarmasian dalam

menyelenggarakan pelayanan kefarmasian (PMK No.58

2014/Keputusan Menteri Kesehatan sebelumnya adalah No.1197 Tahun

2004). Praktik pelayanan kefarmasian merupakan kegiatan yang

terpadu dengan tujuan untuk mengidentifikasi, mencegah dan

menyelesaikan masalah obat dan masalah yang berhubungan dengan

kesehatan.

Standar Pelayanan Kefarmasian di rumah sakit bertujuan untuk:

a. Meningkatkan mutu pelayanan kefarmasian;


b. Menjamin kepastian hukum bagi tenaga kefarmasian; dan
c. Melindungi pasien dan masyarakat dari penggunaan obat yang

tidak rasional dalam rangka keselamatan pasien (patient safety).

Pelayanan Kefarmasian di rumah sakit harus menjamin

ketersediaan Sediaan Farmasi Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis

Pakai yang aman, bermutu, bermanfaat, dan terjangkau. Untuk

menjamin mutu pelayanan kefarmasian di rumah sakit, harus dilakukan

pengendalian mutu pelayananan kefarmasian yang meliputi monitoring

dan evaluasi (monev). Sebagian besar rumah sakit di Indonesia belum

melakukan kegiatan pelayanan farmasi seperti yang diharapkan,

mengingat beberapa kendala antara lain kemampuan tenaga farmasi,

terbatasnya pengetahuan manajemen rumah sakit akan fungsi farmasi


17

rumah sakit, kebijakan manajemen rumah sakit, terbatasnya

pengetahuan pihak terkait tentang pelayanan farmasi rumah sakit.

Akibat kondisi ini maka pelayanan farmasi rumah sakit masih bersifat

konvensional yang hanya berorientasi pada produk yaitu sebatas

penyediaan dan pendistribusian. Standar pelayanan farmasi rumah sakit

sebagaimana tercantum dalam standar pelayanan rumah sakit masih

bersifat umum, maka untuk membantu pihak rumah sakit dalam

mengimplementasikan standar pelayanan rumah sakit tersebut perlu

dibuat standar pelayanan farmasi di rumah sakit yang bersifat paripurna

sesuai tuntutan rumah sakit dan pasien. Sehubungan dengan berbagai

kendala sebagaimana disebut di atas, maka sudah saatnya pula farmasi

rumah sakit menginventarisasi semua kegiatan farmasi yang harus

dijalankan dan berusaha mengimplementasikan secara prioritas dan

simultan sesuai kondisi rumah sakit.

2. Tujuan Pelayanan Kefarmasian

a. Melangsungkan pelayanan farmasi yang optimal baik dalam keadaan

biasa
b. Maupun dalam keadaan gawat darurat, sesuai dengan keadaan pasien

maupun fasilitas yang tersedia.


c. Menyelenggarakan kegiatan pelayanan profesional berdasarkan

prosedur kefarmasian dan etik profesi.


d. Melaksanakan KIE (Komunikasi Informasi dan Edukasi) mengenai

obat.
e. Menjalankan pengawasan obat berdasarkan aturan-aturan yang

berlaku.
18

f. Melakukan dan memberi pelayanan bermutu melalui analisa, telah

dan evaluasi pelayanan.


g. Mengawasi dan memberi pelayanan bermutu melalui analisa, telaah

dan evaluasi pelayanan.


h. Mengadakan penelitian di bidang farmasi dan peningkatan metoda.

3. Pengelolaan Perbekalan Farmasi

a. Memilih perbekalan farmasi sesuai kebutuhan pelayanan rumah

sakit.
b. Merencanakan kebutuhan perbekalan farmasi secara optimal.
c. Mengadakan perbekalan farmasi berpedoman pada perencanaan

yang telah dibuat sesuai ketentuan yang berlaku.


d. Memproduksi perbekalan farmasi untuk memenuhi kebutuhan

pelayanan kesehatan di rumah sakit.


e. Menerima perbekalan farmasi sesuai dengan spesifikasi dan

ketentuan yang berlaku


f. Menyimpan perbekalan farmasi sesuai dengan spesifikasi dan

persyaratan kefarmasian.
g. Mendistribusikan perbekalan farmasi ke unit-unit pelayanan di

rumah sakit.

4. Pelayanan kefarmasian dalam penggunaan obat dan alat kesehatan

a. Mengkaji instruksi pengobatan/resep pasien.


b. Mengidentifikasi masalah yang berkaitan dengan penggunaan obat

dan alat kesehatan


c. Mencegah dan mengatasi masalah yang berkaitan dengan obat dan

alat kesehatan.
d. Memantau efektifitas dan keamanan penggunaan obat dan alat

kesehatan.
e. Memberikan informasi kepada petugas kesehatan, pasien/keluarga.
f. Memberi pelayanan informasi obat kepada pasien/keluarga.
g. Melaporkan setiap kegiatan.
19

5. Staf dan Pemimpin

Pelayanan farmasi diatur dan dikelola demi terciptanya tujuan pelayanan:

a. IFRS (Instalasi Farmasi Rumah Sakit) dipimpin oleh Apoteker.


b. Pelayanan farmasi diselenggarakan dan dikelola oleh Apoteker yang

mempunyai pengalaman minimal dua tahun di bagian farmasi rumah

sakit.
c. Apoteker telah terdaftar di Depkes dan mempunyai surat ijin kerja.
d. Pada pelaksanaannya Apoteker dibantu oleh Tenaga Ahli Madya

Farmasi (D-3) dan Tenaga Menengah Farmasi (AA).


e. Kepala Instalasi Farmasi bertanggung jawab terhadap segala aspek

hukum dan peraturan-peraturan farmasi baik terhadap pengawasan

distribusi maupun administrasi barang farmasi.


f. Setiap saat harus ada apoteker di tempat pelayanan untuk

melangsungkan dan mengawasi pelayanan farmasi dan harus ada

pendelegasian wewenang yang bertanggung jawab bila kepala

farmasi berhalangan.
g. Adanya uraian tugas job description bagi staf dan pimpinan farmasi.
h. Adanya staf farmasi yang jumlah dan kualifikasinya disesuaikan

dengan kebutuhan.
i. Apabila ada pelatihan kefarmasian bagi mahasiswa fakultas farmasi

atau tenaga farmasi lainnya, maka harus ditunjuk apoteker yang

memiliki kualifikasi pendidik/pengajar untuk mengawasi jalannya

pelatihan tersebut.
j. Penilaian terhadap staf harus dilakukan berdasarkan tugas yang

terkait dengan pekerjaan fungsional yang diberikan dan juga pada

penampilan kerja yang dihasilkan dalam meningkatkan mutu

pelayanan.
20

6. Kebijakan dan Prosedur

Semua kebijakan dan prosedur yang ada harus tertulis dan dicantumkan

tanggal dikeluarkannya peraturan tersebut. Peraturan dan prosedur yang

ada harus mencerminkan standar pelayanan farmasi mutakhir yang sesuai

dengan peraturan dan tujuan dari pada pelayanan farmasi itu sendiri.

a. Kriteria kebijakan dan prosedur dibuat oleh kepala instalasi,

panita/komite farmasi dan terapi serta para apoteker.


b. Obat hanya dapat diberikan setelah mendapat pesanan dari dokter

dan apoteker menganalisa secara kefarmasian. Obat adalah bahan

berkhasiat dengan nama generik.


c. Kebijakan dan prosedur yang tertulis harus mencantumkan

beberapa hal berikut :

1) Macam obat yang dapat diberikan oleh perawat atas perintah

dokter

2) Label obat yang memadai

3) Daftar obat yang tersedia

4) Gabungan obat parenteral dan labelnya

5) Pencatatan dalam rekam farmasi pasien beserta dosis obat yang

diberikan

6) Pengadaan dan penggunaan obat di rumah sakit

7) Pelayanan perbekalan farmasi untuk pasien rawat inap, rawat

jalan, karyawan dan pasien tidak mampu


21

8) Pengelolaan perbekalan farmasi yang meliputi perencanaan,

pengadaan, penerimaan,pembuatan/produksi, penyimpanan,

pendistribusian dan penyerahan

9) Pencatatan, pelaporan dan pengarsipan mengenai pemakaian

obat dan efek samping obat bagi pasien rawat inap dan rawat

jalan serta pencatatan penggunaan obat yang salah dan atau

dikeluhkan pasien.

10) Pengawasan mutu pelayanan dan pengendalian perbekalan

farmasi

11) Pemberian konseling/informasi oleh apoteker kepada pasien

maupun keluarga pasien dalam hal penggunaan dan

penyimpanan obat serta berbagai aspek pengetahuan tentang

obat demi meningkatkan derajat kepatuhan dalam penggunaan

obat

12) Pemantauan terapi obat (PTO) dan pengkajian penggunaan

obat

13) Apabila ada sumber daya farmasi lain disamping instalasi

maka secara organisasi dibawah koordinasi instalasi farmasi.

14) Prosedur penarikan/penghapusan obat

15) Pengaturan persediaan dan pesanan

16) Cara pembuatan obat yang baik

17) Penyebaran informasi mengenai obat yang bermanfaat kepada

staf
22

18) Masalah penyimpanan obat yang sesuai dengan

pengaturan/undang-undang

19) Pengamanan pelayanan farmasi dan penyimpanan obat harus

terjamin

20) Peracikan, penyimpanan dan pembuangan obat-obat sitotoksik

21) Prosedur yang harus ditaati bila terjadi kontaminasi terhadap

staf.

d. Harus ada sistem yang mendokumentasikan penggunaan obat

yang salah dan atau mengatasi masalah obat.


e. Kebijakan dan prosedur harus konsisten terhadap sistem

pelayanan rumah sakit lainnya.

C. Manajemen Instalasi Farmasi

Pelayanan kefarmasian tidak hanya berfokus pada pengelolaan obat

sebagai komoditi, tetapi pada saat ini, pelayanan kefarmasian adalah

pelayanan yang komprehensif yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas

hidup dari pasien. Dalam memberikan pelayanan, seorang apoteker

dituntut untuk meningkatkan pengetahuan, ketrampilan dan berinteraksi

langsung dengan pasien. Tujuan dilakukannya interaksi adalah untuk

memberikan informasi, monitoring penggunaan obat, mengetahui tujuan

akhirnya sesuai harapan (Kepmenkes No. 1027/2007). Menurut Siregar,

C.J.P. (2004) Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS) adalah suatu bagian,

unit, devisi atau fasilitas dirumah sakit, tempat semua kegiatan pekerjaan

kefarmasian yang ditunjukan untuk keperlua rumah sakit itu sendiri.

Pekerjaan kefarmasian adalah permbuatan, termasuk pengendalian mutu


23

sediaan farmasi, pengamanan pengadaan, penyimpanan dan distribusi

obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan

informasi obat, serta pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisional

(Febriawati, 2013).

Berdasarkan Surat Keputusan (SK) Kementerian Kesehatan Nomor

1333/Menkes/SK/XII/1999 tentang Standar Pelayanan Rumah Sakit

bahwa pelayanan farmasi rumah sakit adalah bagian yang tidak

terpisahkan dari sistem pelayanan kesehatan rumah sakit yang utuh dan

berorientasi kepada pelayanan pasien, penyediaan obat yang bermutu,

termasuk pelayanan farmasi klinik yang terjangkau bagi semua lapisan

masyarakat. Farmasi rumah sakit bertanggung jawab terhadap semua

barang farmasi yang beredar di rumah sakit tersebut.

Mutu pelayanan farmasi rumah sakit adalah pelayanan farmasi yang

menunjuk pada tingkat kesempurnaan pelayanan dalam menimbulkan

kepuasan pasien sesuai dengan tingkat kepuasan rata-rata masyarakat,

serta penyelenggaraan sesuai dengan standar pelayanan profesi yang

ditetapkan serta sesuai dengan kode etik profesi farmasi. Pengendalian

mutu adalah suatu mekanisme kegiatan pemantauan dan penilaian

terhadap pelayanan yang diberikan, secara terencana dan sistematis, agar

dapat diidentifikasi peluang untuk peningkatan mutu serta menyediakan

mekanisme tindakan yang diambil sehingga terbentuk proses peningkatan

mutu pelayanan farmasi yang berkesinambungan (Kepmenkes Nomor

1197/Menkes/SK/X/2004).
24

1. Tujuan

Tujuan pelayanan farmasi sesuai dengan Standar Pelayanan Instalasi

Farmasi (Kepmenkes Nomor 1197 /Menkes /SK /X /2004).

a) Tujuan Pelayanan Instalasi Farmasi


1) Melangsungkan pelayanan farmasi yang optimal baik dalam

keadaan biasa maupun dalam keadaan gawat darurat, sesuai

dengan keadaan pasien maupun fasilitas yang tersedia.


2) Menyelenggarakan kegiatan pelayanan profesional berdasarkan

prosedur kefarmasian dan etik profesi.


3) Melaksanakan KIE (Komunikasi, Informasi, dan Edukasi)

mengenai obat.
4) Menjalankan pengawasan obat berdasarkan aturan-aturan yang

berlaku.
5) Melakukan dan memberi pelayanan bermutu melalui analisa,

telaah dan evaluasi pelayanan.

2. Tugas Pokok Instalasi Farmasi

a. Melangsungkan pelayanan farmasi yang optimal.


b. Menyelenggarakan kegiatan pelayanan farmasi profesional dan

optimal berdasarkan prosedur kefarmasian dan etik profesi.


c. Melaksanakan Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE).
d. Memberi pelayanan bermutu melalui analisa, dan evaluasi untuk

meningkatkan mutu pelayanan farmasi.


e. Melakukan pengawasan berdasarkan aturan-aturan yang berlaku.

Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan di bidang farmasi.

Mengadakan penelitian dan pengembangan di bidang farmasi.

Memfasilitasi dan mendorong tersusunnya standar pengobatan dan

formalarium rumah sakit.


25

3. Fungsi

Fungsi pelayanan farmasi sesuai dengan Standar Pelayanan Instalasi

Farmasi (Kepmenkes Nomor 1197/Menkes/SK/X/2004):

a. Pengelolaan perbekalan farmasi


1) Memilih perbekalan farmasi sesuai kebutuhan pelayanan rumah

sakit.
2) Merencanakan kebutuhan perbekalan farmasi secara optimal.
3) Mengadakan perbekalan farmasi berpedoman pada perencanaan

yang telah dibuat sesuai ketentuan yang berlaku.


4) Memproduksi perbekalan farmasi untuk memenuhi kebutuhan

pelayanan kesehatan di rumah sakit.


5) Menerima perbekalan farmasi sesuai dengan spesifikasi dan

ketentuan yang berlaku.


6) Menyimpan perbekalan farmasi sesuai dengan spesifikasi dan

persyaratan kefarmasian.
7) Mendistribusikan perbekalan farmasi ke unit-unit pelayanan di

rumah sakit.
b. Pelayanan Kefarmasian dalam Penggunaan Obat dan Alat Kesehatan
1) Mengkaji instruksi pengobatan/resep pasien.
2) Mengidentifikasi masalah yang berkaitan dengan penggunaan obat

dan alat kesehatan.


3) Mencegah dan mengatasi masalah yang berkaitan dengan

penggunaan obat dan alat kesehatan.


4) Memantau efektifitas dan keamanan penggunaan obat dan alat

kesehatan.
5) Memberikan informasi kepada petugas kesehatan, pasien/keluarga.
6) Memberikan konseling kepada pasien/keluarga.
7) Melakukan pencampuran obat suntik.
8) Melakukan penyiapan nutrisi parenteral.
9) Melakukan penanganan obat kanker.
10) Melakukan penentuan kadar obat dalam darah.
11) Melakukan pencatatan setiap kegiatan.
12) Melaporkan setiap kegiatan
26

4. Administrasi dan pengelolaan

Pelayanan diselenggarakan dan diatur demi berlangsungnya

pelayanan farmasi yang efisien dan bermutu, berdasarkan fasilitas yang

ada dan standar pelayanan keprofesian yang universal. Administrasi dan

pengelolaan sesuai dengan Standar Pelayanan Instalasi Farmasi

(Kepmenkes Nomor 1197/Menkes/SK/X/2004).


a. Adanya bagan organisasi yang menggambarkan uraian tugas, fungsi,

wewenang dan tanggung jawab serta hubungan koordinasi di dalam

maupun di luar pelayanan farmasi yang ditetapkan oleh pimpinan rumah

sakit.
b. Instalasi Farmasi harus meyelenggarakan rapat pertemuan untuk

membicarakan masalah-masalah dalam peningkatan pelayanan farmasi.


c. Adanya Komite/Panitia Farmasi dan Terapi di rumah sakit dan apoteker

Instlasi Farmasi Rumah Sakit menjadi sekretaris komite/panitia.


Fungsi dan Ruang Lingkup Panitia Farmasi dan Terapi:
1) Mengembangkan formularium di rumah sakit dan merevisinya

bilamana perlu. Pemilihan obat untuk dimasukan dalam formularium

harus didasarkan pada efek terapi, keamanan, harga obat dan

meminimalkan duplikasi.
2) Panitia Farmasi dan Terapi mengevaluasi untuk persetujuan usulan

obat baru atau dosis obat.


3) Membantu instalasi farmasi dalam meninjau kebijakan dan peraturan

penggunaan obat.
4) Mengumpulkan dan meninjau laporan mengenai efek samping obat.

5. Staf dan pimpinan

Menurut Standar Pelayanan Instalasi Farmasi (Kepmenkes Nomor

1197/Menkes/SK/X/2004), pelayanan farmasi diatur dan dikelola demi


27

terciptanya tujuan pelayanan instalasi farmasi. Personalia pelayanan

farmasi adalah sumber daya manusia yang melakukan pekerjaan

kefarmasiaan di rumah sakit dengan persyaratan: mempunyai ijin kerja,

dan terdaftar di Departemen Kesehatan. Penyelenggaraan pelayanan

kefarmasiaan dilaksanakan oleh tenaga farmasi profesional yang

berwenang berdasarkan undang-undang. Kualitas dan rasio kuantitas harus

disesuaikan dengan beban kerja dan keluasan cakupan pelayanan.

Faktor-faktor yang mempengaruhi perhitungan beban kerja adalah

kapasitas tempat tidur dan BOR, jumlah resep atau formulir per hari,

volume perbekalan farmasi. Untuk pelayanan kefarmasian yang ideal, 30

tempat tidur (TT) dilayani oleh 1 Apoteker.

a. Instalasi Farmasi Rumah Sakit dipimpin oleh Apoteker yang telah

terdaftar di Departemen Kesehatan dan mempunyai suart ijin kerja.


b. Pada pelaksanaannya Apoteker dibantu oleh Tenaga Ahli Madya

Farmasi (D3) dan Tenaga Menengah Farmasi (AA).


c. Kepala Instalasi Farmasi bertanggung jawab terhadap segala aspek

hukum dan peratuan-peraturan farmasi baik terhadap pengawasan

distribusi maupun administrasi barang farmasi.


d. Setiap saat harus ada apoteker di tempat pelayanan untuk

melangsungkan dan mengawasi pelayanan farmasi.


e. Adanya uraian tugas (job description) bagi staf dan pimpinan farmasi.

6. Fasilitas dan peralatan

a. Fasilitas menurut Standar Pelayanan Instalasi Farmasi (Kepmenkes

Nomor 1197/Menkes/SK/X/2004), harus tersedia ruangan, peralatan

dan fasilitas lain yang dapat mendukung administrasi, profesionalisme


28

dan fungsi teknik pelayanan farmasi, sehingga menjamin

terselenggaranya pelayanan farmasi yang fungsional, profesional dan

etis.
1) Tersedianya fasilitas penyimpanan barang farmasi yang menjamin

semua barang farmasi tetap dalam kondisi yang baik dan dapt

dipertanggung jawabkan sesuai dengan spesifikasi masing-masing

barang farmasi dan sesuai dengan peraturan.


2) Tersedianya fasilitas produksi obat yang memenuhi standar.
3) Tersedianya fasilitas untuk pendistribusian obat.
4) Tersedianya fasilitas pemberian informasi dan edukasi.
5) Tersedianya fasilitas untuk penyimpanan arsip resep.
6) Ruangan perawatan harus memiliki tempat penyimpanan obat yang

baik sesuai dengan peraturan dan tata cara penyimpanan yang baik.
7) Obat yang bersifat adiksi disimpan sedemikian rupa demi

menjamin keamanan setiap staf.


b. Ruangan
1) Ruang Produksi (Kepmenkes Nomor 1197/Menkes/SK/X/2004)

Lingkungan kerja ruang produksi harus rapih, tertib, dan efisien untuk

meminimalkan terjadinya kontaminasi sediaan dan dipisahkan antara:


a) Ruang produksi sediaan non steril
b) Ruang produksi sediaan steril
2) Ruang Penyimpanan (Kepmenkes Nomor 1197/Menkes/SK/X/2004)

Ruang penyimpanan harus memperhatikan kondisi, sanitasi,

temperatur sinar/cahaya, kelembaban, ventilasi, pemisahan untuk

menjamin mutu produk dan keamanan petugas yang terdiri dari :


a. Kondisi Umum untuk Ruang Penyimpanan
Obat jadi, Obat produksi, Bahan baku obat, dan alkes lainya.
b. Kondisi Khusus untuk Ruang Penyimpanan
Obat termolabil, Alat kesehatan dengan suhu rendah, Obat

mudah terbakar, Obat/bahan obat berbahaya dan Barang

karantina
29

3) Ruang Distribusi/Pelayanan (Kepmenkes No.1197/Menkes/SK/

X/2004) :

a. Ruang distribusi yang cukup untuk seluruh kegaiatan farmasi

rumah sakit
b. Ruang distribusi untuk pelayanan rawat jalan (Apotik)
c. Ada ruang khusus/terpisah untuk penerimaan resep dan

persiapan obat
d. Ruang distribusi untuk pelayanan rawat inap (satelit farmasi)
e. Ruang distribusi untuk melayani kebutuhan ruangan
f. Ada ruang khusu/terpisah dari ruang penerimaan barang dan

penyimpanan barang
g. Dilengkapi kereta dorong trolley.
4) Ruang Konsultasi (Kepmenkes Nomor 1197/ Menkes/ SK/X/2004).

Sebaiknya ada ruang khusus untuk apoteker memberikan konsultasi

pada pasien dalam rangka meningkatkan pengetahuan dan kepatuhan

pasien. Dipisahkan antara ruang konsultasi untuk pelayanan rawat jalan

(apotik) dan ruang konsultasi untuk pelayanan rawat inap.


5) Ruang Informasi Obat (Kepmenkes Nomor 1197/Menkes/SK/X/2004)

Sebaiknya tersedia ruangan sumber informasi dan teknologi komunikasi

dan penanganan informasi yang memadai untuk mempermudah

pelayanan informasi obat. Luas ruangan yang dibutuhkan untuk

pelayanan informasi obat:


a. 200 tempat tidur 2) 400-600 tempat tidur
b. 20 meter2 : 40 meter2
c. 1300 tempat tidur : 70 meter2
6) Ruang Arsip Dokumen (Kepmenkes Nomor 1197/Menkes/SK/X/2004)

Harus ada ruangan khusus yang memadai dan aman untuk memelihara

dan menyimpanan dokumen dalam rangka menjamin agar penyimpanan

sesuai hukum, aturan, persyaratan, dan tehnik manajemen yang baik.


7) Peralatan (Kepmenkes Nomor 1197/Menkes/SK/X/2004)
30

Fasilitas peralatan memenuhi persyaratan yang ditetapkan terutama

untuk perlengakapan dispensing baik untuk sediaan steril, non steril,

maupun cair untuk obat luar. Fasilitas peralatan harus dijamin sensitif

pada pengukuran dan memenuhi persyaratan, penerapan dan kalibrasi

untuk peralatan tertentu setiap tahun. Peralatan minimal yang harus

tersedia.
a. Peralatan untuk menyimpan, peracikan dan pembuatan obat baik

nonsteril maupun aseptik.


b. Peralatan kantor untuk administrasi dan arsip
c. Kepustakaan yang memadai untuk melaksanakan pelayanan

informasi obat.
d. Lemari penyimpanan khusus untuk nerkotika
e. Lemari pendingin dan AC untuk obat yang termolabil
f. Penerangan, sarana air, ventilasi dan system pembungan limbah

yang baik.
g. Alarm.

7. Kebijakan dan produser

Menurut Standar Pelayanan Instalasi Farmasi (Kepmenkes Nomor

1197/Menkes/SK/X/2004), semua kebijakan dan prosedur yang ada harus

tertulis dan dicantumkan tanggal dikeluarkannya peraturan tersebut.

Peraturan dan prosedur yang ada harus mencerminkan standar pelayanan

farmasi mutakhir yang sesuai dengan peraturan dan tujuan pelayanan

farmasi itu sendiri.

a. Kriteria kebijakan dan prosedur dibuat oleh kepala instalasi,

panitia/komite farmasi dan terapi serta para apoteker.


b. Obat hanya dapat diberikan setelah mendapat pesanan dari dokter dan

apoteker menganalisa secara kefarmasian.


c. Obat adalah bahan berkhasiat dengan nama generik.
31

d. Kebijakan dan prosedur yang tertulis harus mencantumkan:


1) Pengelolaan perbekalan farmasi yang meliputi perencanaan,

pengadaan, penerimaan, pembuatan/produksi, penyimpanan,

pendistribusian, dan penyerahan.


2) Pencatatan, pelaporan dan pengarsipan mengenai pemakaian

obat dan efek samping obat bagi pasien rawat inap dan rawat

jalan serta pencatatan penggunaan yang salah dan atau

dikeluhkan pasien.
3) Pemberian konseling/infromasi oleh apoteker kepada pasien

maupun keluarga pasien dalam hal penggunaan dan

penyimpanan obat serta berbagai aspek pengetahuan tentang

obat demi meningkatkan derajat kepatuhan dalam penggunaan

obat.
4) Pengamanan pelayanan farmasi dan penyimpanan obat harus

terjamin.
5) Harus ada sistem yang mendokumentasikan penggunaan obat

yang salah dan atau mengatasi masalah obat.

8. Pengembangan staf dan program pendidikan

Menurut standar pelayanan instalasi farmasi (Kepmenkes Nomor

1197/Menkes/SK/X/2004), setiap staf di rumah sakit harus mempunyai

kesempatan untuk meningkatakan pengetahuan dan keterampilannya.

a. Apoteker harus memberikan masukan kepada pimpinan dalam

menyusun program pengembangan staf.


b. Staf yang baru mengikuti program orientasi sehingga mengetahui

tugas dan tanggung jawab.


c. Adanya mekanisme untuk mengetahui kebutuhan pendidikan bagi

staf.
32

d. Setiap staf diberikan kesempatan yang sama untuk mengikuti

pelatihan program pendidikan berkelanjutan.


e. Penyelenggaraan pendidikan dan penyuluhan meliputi:
1) Penggunaan obat dan penerapannya
2) Pendidikan berkelanjutan bagi staf farmasi

9. Teknologi

Menurut Undang-undang No 44 tahun 2009 rumah sakit adalah

institusi pelayanan kesehatan bagi masyarakat dengan karakteristik

tersendiri yang dipengaruhi oleh perkembangan ilmu pengetahuan

kesehatan, kemajuan teknologi, dan kehidupan sosial ekonomi masyarakat,

yang harus tetap mampu meningkatkan pelayanan kesehatan yang lebih

bermutu dan terjangkau oleh masyarakat agar terwujud derajat kesehatan

masyarakat yang setinggi-tingginya.

Teknologi informasi memiliki peran penting dalam pelayanan

kesehatan saat ini. Di mana kualitas pengolahan informasi merupakan

faktor penting bagi keberhasilan institusi pelayanan kesehatan. Sistem

informasi yang baik dapat mendukung alur kerja klinis dengan berbagai

cara yang akan memberikan kontribusi untuk perawatan pasien yang lebih

baik. Sistem informasi manajemen rumah sakit (SIM RS) adalah suatu

rangkaian kegiatan yang mencakup semua pelayanan kesehatan di semua

tingkatan administrasi yang dapat memberikan informasi kepada pengelola

untuk proses manajemen pelayanan kesehatan di rumah sakit yang

meliputi tahap perencanaan sampai tahap evaluasi yang berorientasi pada

aspek input, proses, dan output1 . Dalam analisisnya SIM RS tidak

terlepas dari kebutuhan komputerisasi yang meliputi perangkat keras


33

(hardware) dan perangkat lunak (software). Sistem informasi rumah sakit

berbasis komputer on-line yang terhubung dengan Lokal Area Network

(LAN) sudah diimplementasikan di RS Panti Rapih. Berjalannya sistem

informasi yang ada tentu tidak lepas dari peran sumber daya manusia

untuk memberikan pelayanan yang memuaskan bagi pasien dan keluarga

pasien. RS Panti Rapih telah memanfaatkan penggunaan SIM RS hampir

di seluruh unit kerjanya, misalnya penggunaan Sistem Informasi

Karyawan (SIK), SIM RS di Instalasi Radiologi, SIM RS di Instalasi

Rekam Medis, SIM RS di Instalasi Gizi, SIM RS di Bidang Lingkungan

Hidup dan Kebersihan, SIM RS di Bidang Logistik, SIM RS di Bidang

Pengelola Data Elektronik/Pengelolan Sistem Informasi, serta SIM RS di

Instalasi Farmasi. Penggunaan SIM RS di Instalasi Farmasi sendiri terdiri

atas pelayanan farmasi rawat jalan, pelayanan farmasi kemoterapi,

pelayanan farmasi dan logistik, serta pelayanan farmasi rawat inap.

Pelayanan farmasi rawat inap awalnya bermula dari penerapan sistem

distribusi obat dengan menggunakan resep individual.

D. Obat Rusak dan Kedaluwarsa

1. Kerusakan obat dapat disebabkan oleh :


a. udara yang lembab;
b. sinar matahari ;
c. suhu ; dan
d. goncangan fisik. ( Depkes RI, 2008 )
2. Cara mengetahui obat yang rusak dapat dilihat dari ciri-ciri sebagai

berikut.
34

a. Tablet Yaitu apabila terjadi perubahan pada warna, bau dan rasa,

timbul bintik– bintik noda, lubang-lubang, pecah, retak, terdapat

benda asing, menjadi bubuk dan lembab.


b. Tablet Salut Yaitu apabila terjadi perubahan salutan seperti pecah,

basah, lengket satu dengan lainnya dan terjadi perubahan warna.


c. Kapsul Yaitu apabila cangkang kapsul menjadi lembek, terbuka

sehingga isinya keluar, melekat satu sama lain, dapat juga melekat

dengan kemasan.
d. Puyer Yaitu pabila terjadi perubahan warna, timbul bau, timbul noda

bintik-bintik, lembab sampai mencair.


e. Salep/Krim/Lotion/Cairan Apabila terjadi perubahan warna, bau,

timbul endapan atau kekeruhan, mengental, timbul gas, memisah

menjadi 2 (dua) bagian, mengeras, sampai pada kemasan atau wadah

menjadi rusak rusak (Dirjen Binfar Alkes, 2008).

Tanggal kedaluwarsa adalah batas waktu yang tertera pada tiap

wadah obat dan/atau bahan obat (umumnya pada penandaan), yang

menyatakan bahwa sampai batas waktu tersebut obat dan/atau bahan

obat diharapkan masih tetap memenuhi spesifikasinya, bila disimpan

dengan benar. Ditetapkan untuk tiap bets dengan cara menambahkan

masa simpan pada tanggal pembuatan (BPOM, 2012). Jadi obat

kedaluwarsa adalah obat yang sudah tidak memenuhi spesifikasinya,

tidak bisa digunakan lagi karena telah berubah dari sifat awalnya

Menurut CDOB, untuk mencegah obat kedaluwarsa adalah sebagai

berikut:
35

a. Tahap penerimaan: obat dan/atau bahan obat tidak boleh diterima

jika kedaluwarsa, atau mendekati tanggal kedaluwarsa sehingga

kemungkinan besar obat dan/atau bahan obat telah kedaluwarsa

sebelum digunakan oleh konsumen . Nomor bets dan tanggal

kedaluwarsa obat dan/atau bahan obat harus dicatat pada saat

penerimaan, untuk mempermudah penelusuran.


b. Tahap penyimpanan: harus diambil langkah-langkah untuk

memastikan rotasi stock sesuai. Obat dan/atau bahan obat yang

kedaluwarsa harus segera ditarik, dipisahkan secara fisik dan

diblokir secara elektronik. Penarikan secara fisik untuk obat dan/atau

bahan obat kedaluwarsa harus dilakukan secara berkala. dengan

tanggal kedaluwarsa obat dan/atau bahan obat mengikuti kaidah

First Expired First Out (FEFO) (BPOM RI, 2012).


3. Pemusnahan Obat Rusak dan Kedaluwarsa

Secara umum, obat-obatan kadaluwarsa bukan merupakan

ancaman serius bagi kesehatan masyarakat ataupun lingkungan.

Pembuangan yang tidak layak dapat berbahaya jika kemudian

menimbulkan kontaminasi pada sumber air setempat. Obat-obatan

kadaluwarsa dapat mencapai pemulung atau anak-anak jika tempat

pembuangan tidak diamankan. Sebagian besar obat-obatan yang telah

melampaui batas waktu penggunaannya akan berkurang efektivitasnya dan

sebagian kecil menimbulkan reaksi yang tidak diinginkan. Terdapat

beberapa kelompok obat-obatan kadaluwarsa atau tindakan penghancuran


36

obatobatan yang tidak baik yang dapat menimbulkan resiko bagi kesehatan

masyarakat (WHO,1999).

Obat kedaluwarsa atau rusak harus dimusnahkan sesuai dengan

jenis dan bentuk sediaan. Pemusnahan obat kedaluwarsa atau rusak yang

mengandung narkotika atau psikotropika dilakukan oleh Apoteker dan

disaksikan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Pemusnahan obat

selain narkotika dan psikotropika dilakukan oleh apoteker dan disaksikan

oleh tenaga kefarmasian lain yang memiliki surat izin praktik atau surat

izin kerja. Pemusnahan dibuktikan dengan berita acara pemusnahan

menggunakan formulir (Depkes RI, 2014).

Pemusnahan dilakukan oleh penanggung jawab fasilitas distribusi

dan disaksikan oleh petugas Badan POM, serta dibuat berita acara

pemusnahan yang ditandatangani oleh penanggung jawab fasilitas

distribusi dan saksi. Pelaksanaan pemusnahan dilaporkan ke Badan POM

dengan tembusan disampaikan ke Balai Besar/Balai POM dan Dinas

Kesehatan Provinsi setempat dengan melampirkan berita acara

pemusnahan.

Laporan pemusnahan sekurang-kurangnya memuat:

a. Nama narkotika atau psikotropika, jenis dan kekuatan sediaan, isi

kemasan, jumlah, nomor bets dan tanggal kedaluwarsa;


b. Tanggal, waktu dan tempat pelaksanaan pemusnahan;
c. Cara dan alasan pemusnahan;
d. Nama penanggung jawab fasilitas distribusi; dan
e. Nama saksi-saksi. (BPOM , 2012)
37

E. Sistem Distribusi Obat Rumah Sakit

Sistem distribusi obat (SDO) untuk penderita rawat tinggal yang

diterapkan bervariasi dari rumah sakit ke rumah sakit, kondisi dan

keberadaan fasilitas fisik, personal, dan tata ruang rumah sakit. Sistem

distribusi obat adalah tatanan jaringan sarana, personel, prosedur, dan

jaminan mutu yang serasi, terpadu dan berorientasi penderita dalam

kegiatan penyampaian sediaan obat beserta informasinya kepada

penderita. Sistem distribusi obat mencakup penghantaran sediaan obat

yang telah di- dispensing instalasi farmasi rumah sakit ke daerah tempat

perawatan penderita dengan keamanan dan ketepatan obat, ketetapan

penderita, ketetapan jadwal, tanggal, waktu, dan metode pemberian, dan

ketetapan personel pemberi obat kepada penderita serta keutuhan mutu

obat (Febriawati, 2013). Sistem distribusi dirancang atas dasar kemudahan

untuk dijangkau oleh pasien dengan mempertimbangkan (Kepmenkes

Nomor 1197/Menkes/SK/X/2004):

a. Efisiensi dan efektifitas sumber daya yang ada.


b. Metode sentralisasi atau desentralisasi.
c. Sistem floor stock, resep individu, dispensing dosis unit atau

kombinasi.

Bentuk-Bentuk Pendistribusian Logistik Farmasi Rumah Saki (Febriawati,

2013):

1. Sentralisasi
Sentralisasi merupakan penyimpanan dan pendistribusian semua

obat/barang farmasi dipusatkan pada satu tempat. Seluruh kebutuhan


38

obat/barang farmasi setiap unit perawatan/pelayanan baik untuk

kebutuhan individu maupun kebutuhan dasar ruangan disuplai langsung

dari pusat pelayanan farmasi tersebut.

Rawat jalan

Gudang
Rawat inap

Bedah pusat

Rawat darurat

Gambar 1 Alur Distribusi Sentralisasi

(Sumber: Febriawati, 2013)

2. Desentralisasi

Desentralisasi merupakan pelayanan mempunyai cabang di dekat

unit perawatan/pelayanan sehingga penyimpanan dan penditribusian

kebutuhan obat atau barang farmasi unit perawatan/pelayanan tersebut

baik untuk kebutuhan individu maupun kebutuhan dasar ruangan tidak

lagi dilayani dari pusat pelayanan farmasi.

Depo rawat jalan Rawat Jalan

GUDANG Depo rawat inap Rawat Inap

Depo bedah Rawat Pusat


pusat
Depo rawat
darurat Rawat Darurat
39

Gambar 2 Alur Distribusi Dentralisasi


(Sumber: Febriawati, 2013)

a. Jenis sistem distribusi obat untuk penderita rawat tinggal

Pada dasarnya ada beberapa jenis sistem distribusi obat untuk

penderita rawat tinggal (PRT), yaitu :

1) Sistem distribusi obat resep individual sentralisasi dan atau /

desentralisasi
2) Sistem distribusi obat persedian lengkap ruang
3) Sistem distribusi obat kombinasi resep individual dan

persediaan di ruang/ sentralisasi / desentalisasi


4) Sistem distribusi obat dosis unit sentalisasi / desentalisasi
b. Persyaratan sistem distribusi obat untuk penderita rawat inap

Suatu sistem distribusi obat yang efisiensi dan efektif sangat

tergantung pada desain sistem dan pengelolaan yang baik. Suatu

system distribusi obat yang didesain dan dikelola baik harus dapat

mencapai berbagai hal sebagai berikut:

1) Ketersedian obat yang tetap terpelihara


2) Mutu dan kondisi obat/ sediaan obat tetap stabil dalam seluruh

proses distribusi
3) Kesalahan obat minimal dan member keamanan maksimum

pada penderita
4) Obat yang rusak dan kadaluwarsa sangat minimal
5) Efiseinsi dalam penggunaan sumber terutama personal
6) Pencurian dan / atau hilang dapat minimal
7) IFRS mempunyai akses dalam semua tahap proses distribusi

untuk pengendalian, pemantauan, dan penerapan pelayanan

farmasi klinik
40

8) Terjadinya interaksiprofesional dokter – apoteker – penderita –

perawat
9) Pemborosan dan penyalahgunaan obat minimal
10) Harga terkendali
11) Peningkatan penggunaan obat rasional
c. Jenis sistem distribusi obat untuk penderita rawat inap (Febriawati,
2013):

1) Sistem distribusi obat resep individu


Resep individual adalah order / resep yang ditulis dokter untuk

tiap penderita, sedangkan sentralisasi ialah semua order / resep

tersebut yang disiapkan dan didistribusikan dari IFRS sental.

Sistem distribusi obat resep individual sesuai dengan tatanan

kegiatan penghantaran sediaan obat oleh IFRS sental sesuai dengan

yang ditulis pada order / resepatas nama PRT tertentu melalui

perawat ke ruang penderita tersebut. Resep individual adalah resep

yang ditulis oleh dokter untuk tiap penderita. Pada sistem ini,

kebutuhan barang farmasi individu pasien tidak tersedia di ruang

perawatan, tetapi harus diambil/ditebus di tempat pelayanan

farmasi dengan membawa resep / instruksi pengobatan dari dokter.


Tempat pelayanan farmasi tersebut dapat di instalasi farmasi

rumah sakit, apotik baik yang ada di dalam maupun yang di luar

rumah sakit. Waktu yang dibutuhkan untuk menyiapkan obat

menjadi lama, akan tetapi farmasi rumah sakit atau farmasi

komunitas terlibat dalam proses review maupun penyiapan resep.

Selanjutnya semua obat yang ditebus tersebut di bawa ke ruang

perawatan untuk di serahkan kepada perawat untuk di simpan.

Biaya pengobatan yang di tanggung pasien tinggi karena setiap sis


41

obat yang tidak digunakan tetap harus dibayar. Dalam sistem ini,

semua obat yang diperlukan untuk pengobatan didispensing dari

IFRS. Resep orisinil oleh perawat dikirim ke IFRS, kemudian

order / resep itu diproses sesuai dengan kaidah “cara dispensing

yang baik dan obat disiapkan untuk didistribusikan kepada

penderita tertentu”.
Keuntungan dari sistem ini adalah:
a) Semua resep dikaji langsung oleh apoteker yang dapat

memberi keterangan atau informasi kepada perawat berkaitan

dengan obat penderita.


b) Memberi kesempatan interaksi profesional anatara Farmasi-

Dokter- Perawat-Penderita.
c) Memungkinkan pengendalian yang lebih dekat atas

perbekalan.
d) Mempermudah penagihan biaya oleh perbekalan.

Keterbatasan sistem distribusi obat resep individual adalah sebagai

berikut:

a) Kemungkinan keterlambatan sediaan obat sampai pada

penderita.
b) Jumlah kebutuhan personal di IFRS meningkat.
c) Memerlukan jumlah perawat dan waktu yang lebih banyak

untuk penyiapan obat di ruang pada waktu konsumsi obat.


d) Terjadi kesalahan obat karena kurang pemeriksaan pada

waktu penyiapan konsumsi.


42

Dokter Penderit
a

Interpretasi oleh ARS Resep/order

Dikendalikan oleh Disiapkan/diraci


ARS k Konsumsi
Ruang IFR oleh pasien
Pengendalian perawat perawatan S

Penyiapan
Perawat konsumsi kereta
obat

Gambar 3 Alur Distribusi Obat Resep Individual

2) Sistem distribusi obat persediaan lengkap ruang

Dalam sistem distribusi obat persediaan lengkap ruang,

semua obat yang dibutuhkan penderita tersedia dalam ruang

penyimpanan obat di ruang tersebut, kecuali obat yang jarang

digunakan atau obat yang sangat mahal. Persediaan obat di runag

di pasok oleh IFRS. Biasanya, sekali seminggu personel IFRS

memeriksa persediaan obat di ruang, lalu menambah obatyang

persediaannya sudah sampai tanda batas pengisian kembali. Obat

yang dispensing di bawah sistem ini terdiri atas obat penggunaan

umum yang penggunaan umum yang biayanya dibebankan pada


43

biaya paket perawatan menyeluruh dan order obat yang harus

dibayar sebagai biaya obat. Pada sistem ini kebutuhan

obat/perbekalan farmasi dalam jumlah besar baik untuk

kebutuhan dasar ruangan maupun kebutuhan individu pasien yang

diperoleh dari tempat pelayanan farmasi baik sentralisasi maupun

desentralisasi, disimpan di ruang perawatan.

Kebutuhan obat dasar maupun obat individu langsung dapat

dilayani oleh perawat tanpa harus menebus/mengambil dulu dari

tempat penyimpanan farmasi. Proses pengolahan inventaris,

penyiapan dan peracikan obat/barang farmasi tersebut derta

penyampaiannya pada pasien sepenuhnya menjadi tanggung

jawab atau beban pekerjaan perawat. Pelayanan dengan sistem ini

paling cepat, karena semua barang kebutuhan ada dalam satu

ruangan.

Keuntungan dari sistem distribusi obat persedian lengkap

diruangan adalah:
a) Obat yang diperlukan segera tersedia bagi penderita
b) Peniadaan pengembalian obat yang tidak terpakai di IFRS
c) Penguragan penyalinan kembali order obat
d) Pengurangan jumlah personil IFRS yang diperlukan

Keterbatasan sistem distribusi obat persediaan lengkap di ruangan

adalah:

a) Kesalahan obat sangat meningkat karena order obat tidak

dapat dikasih oleh Apoteker. Di samping itu, penyiapan obat


44

dan konsumsi obat dilakukan oleh perawat sendiri, tidak ada

pemeriksaan ganda.
b) Persediaan obat di unit perawat meningkat, dengan fasilitas

ruangan yang sangat terbatas.


c) Pencurian obat meningkat.
d) Meningkatnya bahaya karena kerusakan obat.
e) Penambahan modal investasi, untuk menyediakan fasilitas

penyimpanan obat yang sesuai di tiap aerah perawatan

penderita.
f) Diperlukan waktu tambahan bagi perawat untuk menangani

obat.
g) Meningkatnya kerugian karena kerusakan obat.

Dokter Penderita

Interpretasi Perawat Resep/order


Konsumsi
oleh pasien

Pengendalian oleh Persediaan di Persediaan


perawat ruang IRFS

Penyiapan
kereta obat
Perawat
Dikendalikan
Apoteker

Gambar 4 Alur Distribusi Obat Persediaan Lengkap


45

3) Sistem distribusi obat kombinasi resep individual dan persediaan di


ruang

Rumah sakit menerapkan sistem ini, selain menerapkan

sistem distribusi resep/order individual sentralisasi, juga

menerapkan distribusi persediaan di ruangan yang terbatas. Jenis

dan jumlah obat yang tersedia di ruangan (daerah penderita)

ditetapkan oleh PFT dengan masukan dari instalasi farmasi rumah

sakit dan dari pelayanan keperawatan. Sistem kombinasi diadakan

untuk mengurangi beban kerja instalasi farmasi rumah sakit. Obat

yang disediakan di ruangan adalah obat yang diperlukan oleh

banyak penderita, setiap hari diperlukan, dan biasanya adalah obat

yang harganya relative murah, mencakup bat resep atau obat bebas.
Keuntungan sistem ini adalah:
a) Semua resep/order individual dikaji langsung oleh apoteker.
b) Adanya kesempatan berinteraksi profesional anatara

apoteker- dokter-perawat-penderita.
c) Obat yang diperlukan dapat segera tersedia bagi penderita

(obat persediaan di ruang).


d) Beban instalasi farmasi rumah sakit dapat berkurang.
Keterbatasan dari sistem ini adalah:
a) Kemungkinan keterlambatan sediaan obat sampai kepada

penderita (obat resp individu).


b) Kesalahan obat dapat terjadi (obat dari persediaan di

ruang).
46

Dokter Penderita

Dikendalikan Dikendalikan
Resep / Perawat IFRS
Order

Dikendalikan Dispensing Persediaan di Persediaan


IFRS IFRS Ruang IFRS

Lemari di Kereta Perawat


Dikendalikan menyiapkan obat
ruang obat
Perawat

Perawat

Dikonsumsikan
oleh Pasien

Gambar 5 Alur Distribusi Obat Kombinasi

4) Sistem distribusi obat dosis unit


Sistem distribusi obat resep individual, sistem distribusi obat

persediaan lengkap ruang dan sistem distribusi obat kombinasi

resep individual dan persediaan runag merupakan sistem


47

tradisonal, sedangkan sistem distribusi yang terbaru yang telah

banyak diteliti dan diinvestigasikan dikenal sabgai sistem obat

dosis unit. Walaupun konsep dosis unit telah diperkenalkan lebih

dari 20 tahun lalu.kebanyakan rumah sakit lambat menerapkan

karena sistem ini memerlukan biaya mula yang besar dan juga

memerlukan suatu peningkatan jumlah radikal dari staf apoteker,

apabila dibandingkan dengan sistem tradisional. Namun, karena

adanya dua kegunaan utama dari sistem ini, yaitu mengurangi

kesalahan obat dan mengurangi keterlibatan perawat dalam

penyiapan obat, banyak rumah sakit memulai studi intensif rasio

manfaat –biaya dari berbagai hasil studi tersebut, secara singkat

sangat menguntungkan mendukung sistem.


Obat dosis unit adalah obat yang di order oleh dokter untuk

penderita, terdiri atas satu atau beberapa jenis obat yang masing-

masing dalam kemasan dosis tunggal dalam jumlah persediaan

yang cukup untuk suatu watu tertentu. Penderita hanya membayar

obat yang dikonsumsi saja. Sistem distribusi obat dosis unit

adalah metode dispensing dan pengendalian obat yang

dikoordinasi instalasi farmasi dan rumah sakit. Sistem dosis unit

dapat berbeda dalam bentuk tergantung pada kebutuhan khusus

rumah sakit, unsur khusus berikut adalah dasar dari semua sistem

dosis unit yaitu obat dikandung dalam kemasan unit tunggal, di

dispensing dalam bentuk siap konsumsi, untuk kebanyakan obat

tidak lebih dari 24 jam persediaan dosis, dihantarkan keruang


48

perawatan atau tersedia pada ruang perawatan penderita tiap

waktu.
Keuntungan dari penerapan system ini :
a) Penderita menerima pelayanan instalasi farmasi rumah sakit

24 jam sehari dan penderita membayar hanya obat yang di

konsumsi saja.
b) Semua dosis yang diperlukan pada unit perawatan telah

disiapkan oleh instalasi farmasi rumah sakit.


c) Pengurangan kerugian biaya obat yang tidak terbayar oleh

penderita.
d) Penyiapan sediaan intravena dan rekonstitusi obat oleh

instlasi farmasi rumah sakit.


e) Menghemat ruangan di unit perawat dengan meniadakan

persediaan ruang obat-obatan.


f) Peniadaan duplikasi order obat yang berlebihan dan

pengurangan pekerjaan menulis di unit perawatan dan

instalasi farmasi rumah sakit.


g) Adanya sistem pemeriksaan ganda dengan meninterprestasi

resep/order dokter dan membuat profil pengobatan

penderita (P-3) oleh apoteker da perawat memeriksa obat

yang disiapkan instalasi farmasi rumah sakit sebelum

dikonsumsikan. Jadi sistem ini mengurangi resiko

kesalahan obat.
h) Mengurangi kehilangan pendapatan.
i) Meniadakan pencurian dan pemborosan obat.
j) Memperluas cakupan dan pengendalian instalasi farmasi

rumah sakit secara keseluruhan sejak dari dokter menulis

resep/order sampai penderita menerima dosis unit.


49

k) Kemasan dosis unit secara tersendiri-sendiri diberi etiket

dengan nama obat, kekuatan, nomor kendali dan kemasan

tetap utuh sampai obat siap di konsumsikan pada penderita.


l) Sistem komunikasi pengorderan dan penghantaran obat

bertambah baik.
m) Apoteker dapat datang ke unit perawat/ruang penderita,

untuk melakukan konsultasi obat, membantu memberikan

masukan kepada tim, sebagai upaya yang diperlukan untuk

perawatan penderita yang lebih baik.


n) Pengurangan biaya total kegiatan yang berkaitan dengan

obat menyeluruh.
o) Pengendalian yang lebih besar oleh apoteker atas pola

beban kerja instalasi farmasi rumah sakit dan penjadwalan

staf.
p) Penyesuaian yang lebih besar untuk prosedur kemputerisasi

dan otomatis.

F. Kerangka Konsep

1. Kerangka Konsep

Dari kerangka teori diatas, penulis berinisiatif untuk meneliti variable-

variable yang ada dibawah ini:


Proses (Apotik Rawat Inap)

1. Sistem distribusi obat resep


Input
individual
2. Sistem distribusi obat Output
1. SDM
persediaan pelengkap di Tersalurkannya
2. Metode (Prosedur)
ruangan (floor stock) obat di Rawat inap
3. Sarana dan 3. Sistem distribusi obat
prasarana
kombinasi
4. Sistem distribusi obat dosis
unit
50

Sumber: subagya(2010),Febriawati (2013),Permenkes nomor 58 tahun 2014, (Lambert

2001),( Winugroho, 2008).

G. Definisi Operasional Dan Kriteria Objektif

Proses penyampaian sediaan obat yang diminta dokter dari IFRS untuk

penderita tertentu sampai ke daerah tempat penderita (pasien) dirawat disebut

pendistribusian obat. Pendistribusian obat adalah proses penyerahan obat

sejak setelah sediaan disiapkan oleh IFRS sampai dengan dihantarkan kepada

perawat, dokter, atau profesiional pelayanan kesehatan lain untuk diberikan

kepada penderita (pasien). Sistem distribusi obat mencakup penghantaran

sediaan obat yang di-dispensing IFRS ke daerah tempat perawatan penderita

dengan keamanan dan ketepatan obat, ketetapan penderita, ketetapan jadwal,

tanggal, waktu dan metokeutude pemberian, dan ketetapan personal

pemberiaan obat kepada penderita serta keutuhan mutu obat.

Kriterian objek pada penelitian ini yaitu


51

1. = Sistem distribusi obat resep individual

2. = Sistem distribusi obat persediaan lengkap di ruang (flook stock)

3. = Sistem distribusi kombinasi

4. = Sistem distribusi dosis unit

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif deskriptif

dengan menggunakan desain studi kasus. Menurut Bogdan dan Taylor dalam

Moleong (2000), penelitian kualitatif merupakan prosedur penelitian yang

menghasilkan data dekriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-

orang dan perilaku yang diamati. Pengamatan yang dilakukan pada penelitian

ini merupakan pengamatan langsung pada sistem yang sedang berjalan

disertai wawancara mendalam dengan informasi yang terlibat dalam

pelaksanaan distribusi obat di instalasi rawat inap Rumah Sakit Islam Faisal

Kota Makassar, Sulawesi Selatan.


52

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Islam Faisal yang berlokasi di

JLP.A.Pettarani, Banta-Bantaeng, Kota Makassar, Sulawesi Selatan dan

waktu penelitian ini dilakukan pada bulan Juli tahun 2019.

C. Alat dan Bahan

1. Alat

Alat yang digunakan pada penelitian kali ini yaitu alat rekaman suara,

Laptop dan ATK.

2. Bahan

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini, penulis menggunakan pedoman

wawancara, observasi, telah dokumen.

D. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah semua staf yang ada di bagian unit farmasi (Apotik) dan

gudang obat yang berjumlah minimal 6 orang. Dimana terdiri dari kepala

instalasi farmasi/gudang, kelapa instalasi depo rawat inap di perawatan.

1,4,5,7, dan 8 di RSI Faisal Makassar. Dimana di RSI Faisal Makassar

memiliki 9 perawatan rawat inap.


53

2. Sampel

Sampel adalah objek yang ditelitih dan dianggap mewakili seluruh

populasi (Notoatmodjo,2012:115). Jadi total sampel yang akan saya

wawancarai adalah 12 orang (minimal).

E. Cara kerja

Cara kerja dari penelitian kualitatif ini yaitu penulis melakukan

observasi disertai dengan wawancara mendalam terkait variable yang diteliti.

Penelitian kualitatif ini bersifat deskriptif dan cenderung menggunakan

analisis.

F. Pengumpulan dan Analisis Data

1. Pengumpulan Data
Pengumpulan data yang dilakukan pada penelitian ini ada dua sumber

sebagi berikut :

a. Data Primer

Data primer dilakukan melalui wawancara mendalam (interview),

dan observasi.

b. Data Sekunder

Data sekunder dilakukan atau diperoleh dengan cara melihat

dokumen yang sudah ada.

2. Analisis Data
54

Analisis data bertujuan untuk mendeskripsikan dan

mengidentifikasikan data yang telah diolah. Pendekatan ini

mengidentifikasi persamaan dan perbedaan data kualitatif, sebelum

berfokus padahubungan antara bagian-bagian yang berbeda data,

sehinggah berusaha untuk mengambarkan peristiwa atau menjelaskan

kesimpulan dari berbagai arah.

3. Pengelolaan data

Pengolahan data yang telah dikumpulkan akan di olah dengan bantuan

komputerisasi,

1) Editing (Edit data) adalah pemeriksaan seluruh pertanyaan yang sudah

dijawab.
2) Coding (pengkodean) adalah memberi tanda atau simbol untuk

memudahkan pengolahan data.


3) Tabulating (Tabulasi data) adalah memasukan data yang telah diperoleh

kedalam bentuk table agar mudah dibaca.


4) Entry Data (memasukkan data) yang mana data selanjutnya diinput

dalam SPSS atau Microsoft Excel untuk masing-masing variabel.

Urutan input data berdasarkan nomor responden dalam kuesioner.


4. Penyajian Data
Penyajian data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah menggunakan

daftar atau tabel dan narasi untuk memudahkan pembaca agar dapat

dengan mudah memahami penelitian yang dibuat.

Analisis data yang digunakan adalah Analisis Deksriptif yakni untuk

mengetahui sistem distribusi obat di instalasi rawat inap.


55

E. Etika penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti mendapatkan rekomendasi dari institusi

tempat penelitian. Penelitian menggunakan etika sebagai berikut (Loiselle et

al., (2004) dalam Palestin (2007):

1. Menghormati harkat dan martabat manusia (respect for human dignity)


Peneliti mempertimbangkan hak-hak subyek untuk mendapatkan informasi

yang terbuka berkaitan dengan jalannya penelitian serta memiliki

kebebasan menentukan pilihan dan bebas dari paksaan untuk berpartisipasi

dalam kegiatan penelitian (autonomy). Beberapa tindakan yang terkait

dengan prinsip menghormati harkat dan martabat manusia, adalah: peneliti

mempersiapkan formulir persetujuan subjek (informed consent).


2. Menghormati privasi dan kerahasiaan subyek penelitian (respect for

privacy and confidentiality). Pada dasarnya penelitian akan memberikan

akibat terbukanya informasi individu termasuk informasi yang bersifat

pribadi, sehingga peneliti memperhatikan hak-hak dasar individu tersebut.


3. Keadilan dan inklusivitas (respect for justice and inclusiveness)
Penelitian dilakukan secara jujur, hati-hati, profesional, berperi

kemanusiaan, dan memperhatikan faktor-faktor ketepatan, keseksamaan,

kecermatan, intimitas, psikologis serta perasaan religius subyek penelitian.

Menekankan kebijakan penelitian, membagikan keuntungan dan beban

secara merata atau menurut kebutuhan, kemampuan, kontribusi dan pilihan

bebas masyarakat. Peneliti mempertimbangkan aspek keadilan gender dan

hak subyek untuk mendapatkan perlakuan yang sama baik sebelum,

selama, maupun sesudah berpartisipasi dalam penelitian.


56

4. Memperhitungkan manfaat dan kerugian yang ditimbulkan (balancing

harms and benefits). Peneliti melaksanakan penelitian sesuai dengan

prosedur penelitian guna mendapatkan hasil yang bennanfaat semaksimal

mungkin bagi subyek penelitian dan dapat digeneralisasikan di tingkat

populasi (beneficence). Peneliti meminimalisasi dampak yang merugikan

bagi subyek (nonmaleficence).

BAB VI
HASIL PENELITIAN DAN PEMABAHASAN

A. HASIL PENELITIAN

1. Gambaran Umum Rumah Sakit Islam Faisal Makassar


Rumah sakit Islam Faisal adalah rumah sakit umum milik Swasta dan

merupakan salah satu rumah sakit tipe B yang terletak di wilayah

Makassar, Sulawesi Selatan. Rumah sakit ini memberikan pelayanan di

bidang kesehatan yang didukung oleh layanan dokter spesialis dan sub

spesialis, serta ditunjang dengan fasilitas medis yang memadai.

a. Sejarah

Rumah Sakit Islam Faisal Makassar didirikan diatas tanah wakaf oleh

Kerajaan Saudi Arabia atas prakarsa dari :

1) Haji Kalla ( Alm )

2) H.A Salama Tambo ( Alm )

3) Drs. H. Nazaruddin Anwar, SKM ( Alm )

4) H. Fadeli Luran ( Alm )

5) H.M. Daeng Patompo ( Alm ).


57

Atas pendirian Rumah Sakit Islam Faisal Makassar, dibentuklah

yayasan Rumah Sakit Islam Faisal Makassar dengan : Akte Notaris

Yayasan : SISTIKE LIMDA, SH. No. 19, Tanggal 3 Maret 1976 dan

dilakukan perubahan No. 17. RS Islam Faisal, Makassar diresmikan

pada tanggal 24 September 1980.)

Sejak berdiri RS Islam Faisal dipimpin oleh 7 (tujuh) Direktur Utama,

Yaitu :

1) Prof. Dr.dr.H.Haeruddin Rasjad,Sp.B,Sp.OT.FICH ( 1980

–:1985 )
2) dr.H.Farid W. Husain,Sp.BD,KBD ( 1996 – 2006 )
3) Prof. Dr. dr.H.Amiruddin Aliyah,Sp.S(K),MM ( 1987 –

1996 )
4) dr. H.M.Zaman Kalla ( 1985 – 1987 )
5) Prof.Dr.dr.H.A.Arifuddin Djuanna,Sp.OG(K) (2006–2011)
6) Prof.Dr.dr.H.Syarifuddin Wahid,Sp.F,Sp.PA,Ph.D ( 2011 –

2015 )
7) dr. Hj. Arfiah Arabe T, MARS ( 2016 – Sekarang )

b. Pengurus Yayasan Rumah Sakit Islam Faisal :

Pembina :

a. Drs. H. Muh Jusuf Kalla

b. AG. KH. Sanusi Bacco, Lc

Ketua : dr.H.Farid W. Husain,Sp.BD,KBD

Sekertaris : H. M Sattar Taba, SE

Bendahara : Hj. Imelda Jusuf Kalla

Anggota :

a. Hj. Fatimah Kalla


58

b. Prof.DR. H. Mansyur Ramly

c. H. Harsinen Sanusi

d. Zulkiflie Fadeli

c. Dewan Pengawas Rumah Sakit Islam Faisal :

Ketua : Rapiuddin Hamarung

Anggota :

a. dr. Chadrawati Husaein, SP.d

b. Drs. Agar Jaya, MM

c. DR. H. Syamsu Rizal MI, S. Sos, M.Si

d. Akreditasi Dan Surat Ijin Operasional

Rumah Sakit Islam Faisal Makassar Telah Terakreditasi KARS

Tahun 2012 Tipe “B” Pada Tanggal 26 Januari 2016 Dengan Status

“LULUS” Dan Predikat “UTAMA”. Sedangkan Ijin Operasional

Rumah Sakit : Nomor : I / J.09.P / P2T / 02 / 2016.

e. Letak Geografis Rumah Sakit


Lokasi penelitian dilakukan di area Rumah Sakit Islam Faisal

Makassar. RS Islam Faisal ini beralamat di JL.Andi Pangeran

Pettarani, Banta-Bantaeng, Kec. Rappocini, Kota Makassar,

Sulawesi Selatan 9022. Telepon (0411) 871942. Dengan luas area

lokasi : Luas tanah 44.632 M2, luas bangunan 8.600 M2.

Gambar 6 Denah Rumah Sakit Islam Faisal


59

Sumber: data sekunder,2019


f. Visi dan Misi Rumah Sakit Islam Faisal Makassar
a. Visi :

Mewujudkan Rumah Sakit yang Profesional Menjadi Rumah

Sakit Pilihan Masyarakat.

b. Misi :

1) Memberikan Pelayanan Kesehatan Yang Profesional.

2) Meningkatkan Ketersediaan SDM Serta Sarana dan

Prasarana Rumah Sakit.

3) Menyediakan Wahana Pelatihan Serta Penelitian Untuk

Pengembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi yang

Bersinergi dengan Mutu Pelayanan.

4) Mengutamakan Kepuasan Pelanggan, Serta

Penyelenggaraan Rumah Sakit yang Berlandaskan Pada

Ukhuwah Islamiah.

5) Meningkatkan Keterjangkauan Pelayanan.


60

6) Meningkatkan Kesejahteraan Karyawan.

g. Motto Rumah Sakit Islam Faisal Makassar

“Ihsan dalam Pelayanan, bekerja sebagai Ibadah”

h. Pelayanan Rumah Sakit Islam Faisal Makassar

Pelayanan yang tersediah di rumah sakit islam faisal makssar

terbagi beberapa bagian antara lain :

a. Pelayanan poliklinik

Pelayanan Rumah Sakit Islam Faisal Makassar terdapat

pelayanan poliklinik antara lain :

1. Poliklinik penyakit dalam

2. Poliklinikpenyakit paru

3. Poliklinik penyakit jantung

4. Poliklinik bedah umum

5. Poliklinik bedah digersif

6. Poliklinik bedah onkologi

7. Poliklinik bedah tulang

8. Poliklinik bedah plastik

9. Poliklinik bedah saraf


61

10. Poliklinik penyakit anak

11. Poliklinik penyakit saraf

12. Poliklinik obstetric

13. Poliklinik penyakit kulit dan kelamin

14. Poliklinik THT

15. Poliklinik mata

16. Poliklinikperjanjian

17. Poliklinik gigi dan mulut

b. Pelayanan penunjang

Pelayanan penunjang yang tersediah di Rumah Sakit Islam

Faisal Makassar terbagi beberapa bagian antara lain :

1. Radiologi

2. Laboratorium

3. Farmasi

4. Kamar operasi

5. Hemodialisa

6. Fisioterapy

7. Rekam medis
62

8. Gizi klinis

9. Instalasi jiwa

2. Karakteristik Informan
Informan pada penelitian ini berjumlah 6 (enam) orang yang teridiri: 1

(satu) orang dari Instalasi Farmasi dan 5 (lima) orang dari Instalasi Rawat

Inap. Hal tersebut disebabkan karena keterbatasan perizinan dan kesibukan

dari pihak rumah sakit baik dari Instalasi Farmasi maupun Instalasi Rawat

Inap sehingga informan yang terpilih berjumlah 6 (enam) orang yang tetap

dapat mewakili dan memberikan informasi yang tepat dan memadai

peneltian. Informan terbagi menjadi informan kunci/utama, dan informan

pendukung. Berikut informan tersebut:

Table 1 Karakteristik Informan RSIF Makasaar

No Informan Pendidikan Lama Jenis Kode


Terakhir Kerja
1 Kepala IFRS Apt 3 tahun Informan Informan
RSIF kunci/utama IFRS 01
2 Kelapa ruangan S.Kep 9 tahun Informan Informan
perawatan 1 pendukung R.I 01
3 Kelapa ruangan S2 (Ns. Dan 28 Informan Informan
perawatan 4 M.kes) tahun pendukung R.I 02
4 Kelapa ruangan S.Kep 27 Informan Informan
perawatan 5 tahun pendukung R.I 03
5 Kelapa ruangan S2 26 Informan Informan
perawatan 7 (S.kep.Ns) tahun pendukung R.I 04
6 Kelapa ruangan S.Kep 15 Informan Informan
perawatan 8 tahun pendukung R.I 05
Sumber: RS.Islam Faisal, 2019
63

Table 2 Cross Fungsional Distribusi Obat Gudang ke Apotik


APOTIK GUDANG FARMASI
64

Pengecekan stock

Memberikan form permintaan obat yang


sudah diisi
Cekpermintaan obat Kosong/tinggal
sesuai stock
yang
stocksudah kosong/sedikit

Ada
Petugas
Gudang

Petugas Apotik
Mengambil dan menerima
form permintaan obat

Melakukan pengecekan jenis dan


jumlah obat secara bersamaan
Penyimpanan

Meletakkan obat dirak penyimpanan


sesuai jenis Tidak ada
di gudang
Ada di gudang

Petugas gudang, petugas apotik dan


Mengambil Mempersiapkan
kepala dan
instalasi farmasi
mempersiapkan obat mobil jika permintan
menandatangani SBBK
sesuai dengan form banyak/motor jika
permintaan permintaan sedikit
selesai

Menuliskan jumlah obat yang sudah


diambil pada masing-masing kartu stok
obat yang ada di gudang

Membuat Surat Bukti Barang Keluar


(SBBK) sesuai dengan obat yang di
keluarkan

Mengirim obat atau memberikan obat

Sumber: Instalasi Rawat Inap, 2019

Table 3 Cross Fungsional Distribusi Obat Apotik Ke R.I

RAWAT INAP APOTIK

Memberikan resep ke petugas


apotik
Menerima resep dan memeriksa
kelengkapan
Mengambil dan resep serta
Cekmempersiapkan
Konsultas
TidakTidakMengarsipkan
Mencatat rekapan dan
pengeluaran resep
obat
keabsahan
obat resep
sesuai dan
dengan memeriksa
Jelas Ada
Petugas
sesuai jelas permintaan
iapotik
reseo
stok
jenisnya
Menyerahkan
dalam Ada
form
Selesai
kesesuaian obat etik
rekapan
farmas
resep
Mengarsipkan

65

Dokter Memberikan Resep

Perawat

Dokter

Dokter tulis
resep

Perawat

Menganjurkan ke
pasien untuk
membeli di apotik
di luar

Informed
consent

Pasien beli Perawat


obat

perawat

Pasien

Sumber: Instalasi Rawat Inap, 2019

Dari 3 (tiga) komponen penting di atas yaitu alur distribusi obat dari

gudang farmasi ke apotik sebelum di distribusikan ke Instalasi Rawat Inap,


66

kemudian distribusi obat dari apotik ke instalasi rawat inap dengan sistem

distribusi obat ODD (One Day Doses). Dari ketiga alur tersebut terdapat

beberapa proses dalam distribusi obat di Instalasi Rawat Inap, proses

distribusi ini didukung oleh input dalam pelaksanaannya. Berikut input,

proses, dan output distribusi obat di Instalasi Rawat Inap.

3. Input Distribusi Obat di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Islam


Faisal Makassar

Input merupakan masukan dari suatu sistem yang sudah ada dan

sedang berjalan. Masukan dari sistem distribusi obat di instalasi rawat inap

terdiri dari sumber daya manusia, metode (prosedur), dan sarana dan

prasarana.

a. SDM
Sumber daya manusia merupakan salah satu input dari distribusi obat

di instalasi rawat inap. Sumber daya manusia yang terkait dengan

disribusi obat di instalasi rawat inap adalah sumber daya manusian

instalasi farmasi dan instalasi rawat inap. dimana Rumah Sakit Islam

Faisal Makassar memiliki 8 apoteker (Apt) dan 16 staf karyawan yang

bekerja di instalasi farmasi rumah sakit.


b. Metode (Prosedur)
Prosedur merupakan pedoman tertulis yang digunakan semua

petugas sebagai pedoman dalam pelaksanaan tugas kegiatan distribusi

obat di RSIF Makassar. Berdasarkan hasil wawancara sebagaian besar

informan menjeleskan bahwa bekerja menggunakan SOP/SPO.


Setiap bagian pasti memiliki SOP yang harus di ketahui oleh

petugas yang ada di dalam kegiatan tersebut. Berikut merupakan hasil


67

wawancara saya yang saya lakukan di gudang farmasi dan perawatan

(1,4,5,7,dan 8) bersama dengan orang pentingnya RSIF Makassar

yang terdiri dari Kepala instalasi RSIF, Kepala ruangan perawatan

1,4,5,7,dan 8, hasil wawancaranya sebagai berikut:


a. Gudang farmasi
Berikut adalah hasil wawancara yang saya lakukan bersama kepala

instalasi farmasi RSIF Makassar terkait prosedur distribusi obat

sebagai berikut:
1. Peneliti: Apakah dalam pelaksanaan tugas terdapat prosedur

kerja?
Informan IFRS 01: iyyya, ada
2. Peneliti: Apa saja prosedur yang terdapat dalam distribusi obat?
Informan IFRS 01: prosedurnya
Peneliti: iyyaa
Informan IFRS 01: berupa SPO yang sudah resmi di tanda tangani

oleh direktur utama RSIF, sama format pengamparan yang sudah

di tanda tangani oleh penanggung jawab apotik rawat inap , dan

di ACC oleh PJ GUDANG…..


3. Peneliti: Apakah seluruh petugas distribusi obat telah mengetahui

dan menjalankan sesuai prosedur tersebut?


Informan IFRS 01: iyyaa
4. Peneliti: Kendala apa saja yang menghambat pelaksanaan

prosedur distribusi obat di instalasi rawat inap?


Informan IFRS 01:tidak ada,
Peneliti: tidak ada?
Informan IFRS 01: iyya, biasa jii yang ada kalau na ampra, anu

apa barang kosong jadi menyusul, kecuali barang kosong…


Berdasarkan hasil wawancara diatas, semua prosedur kerja dalam

distribusi obat pasien itu semua petugas harus mengetahui demi

keamanan pemberian obat ke pasien.


b. Intalasi Rawat Inap
1. Perawatan 1
68

Berikut adalah wawancara yang saya lakukan bersama kepala

ruangan perawatan 1 RSIF Makassar terkait prosedur distribusi

obat di perawatannya sebagai berikut:


1) Peneliti: Apakah dalam pelaksanaan tugas terdapat prosedur

kerja?
Informan R.I 01: ada
2) Peneliti: Apa saja prosedur yang terdapat dalam distribusi

obat?
Informan R.I 01: prosedurnya?
Peneliti: iyyaa bu’prosedur perawat sampe ke pasien
Informan R.I 01: uummm,eee yang pertama itu Cek, cek nama

pasien, cek obat apa yang diberikan, dosisnya cara

pemberiannya,apakah lewat infuse, atau lewat orang.


3) Peneliti: Apakah seluruh petugas distribusi obat telah

mengetahui dan menjalankan sesuai prosedur tersebut?


Informan R.I 01: iya
4) Peneliti: Kendala apa saja yang menghambat pelaksanaan

prosedur distribusi obat di instalasi rawat inap?


Informan R.I 01:kendala-kendalanya tidak adaa,
Peneliti: tidak ada bu?
Informan R.I 01: tidak ada,kecuali memang obantnya kosong di

apotik atau gudang obat baru di pesankan…


Peneliti: obatnya di pesan?
Informan R.I 01: iya, di pesan dari luar …
2. Perawatan 4

Berikut adalah wawancara yang saya lakukan bersama kepala

ruangan perawatan 4 RSIF Makassar terkait prosedur distribusi

obat di perawatannya sebagai berikut:

Peneliti: baik pak saya akan mengajukan beberapa pertanyaan

terkait sarana yang ada.


69

1. Apakah dalam pelaksanaan tugas terdapat prosedur kerja?


2. Apa saja prosedur yang terdapat dalam distribusi obat?
3. Apakah seluruh petugas distribusi obat telah mengetahui dan
menjalankan sesuai prosedur tersebut?
4. Kendala apa saja yang menghambat pelaksanaan prosedur
distribusi obat di instalasi rawat inap?

Disini Pak Y (Informan R.I 02) langsung menyimpulkan

pertanyaan diatas:

Pak Y(Informan R.I 02) “prosedur yang diperawatan 4 ini

terkait distribusi obat ke pasien itu,hhmmm pasti ada prosedur,

prosedurnya berupa pemberian obat yang tepat waktu, kecocokan

resep obat, eeee adanya lembar KPO serta ada jugaa yaa seperti

nomor rekam mediss ssiii pasien atau biasa disebut dengan status

sii pasienn… prosedur penting yang harus diperhatikan oleh

perawat atau petugas pada saat pemberian obat ke pasien”

3. Perawatan 5

Berikut adalah wawancara yang saya lakukan bersama kepala

ruangan perawatan 5 RSIF Makassar terkait prosedur distribusi

obat di perawatannya sebagai berikut:

1. Peneliti: Apakah dalam pelaksanaan tugas terdapat prosedur

kerja?
Pak (Informan R.I 03): ada
Peneliti: apa itu pak ?
Pak (Informan R.I 03): SOP, ada SOP untuk pemberian obat
2. Peneliti: Apa saja prosedur yang terdapat dalam distribusi obat?
Pak (Informan R.I 03): Prosedur distribusi obat?
70

Peneliti: iyyaa, pak


Pak (Informan R.I 03): yaitu pertama penulisan resep, setelah di

tulis resep eee perawat mengantar ke Depo RI, setelah di RI itu di

evaluasi oleh Apotik di sana, obat yang di resepkan, setelah selesai

sesuai dengan resep yag diberikan dan yang diminta oleh dokter

dengan jumlah obat yang diminta, maka perawat mengantar dan

megambil ke ruangan sinii…setelah disini di sesuaikan lagi, di cek

lagi pasiennya yang setiap waktu pemberiannya atau jadwal

pemberian obatnya baru di distribusi ke pasien….


3. Peneliti: Apakah seluruh petugas distribusi obat telah mengetahui

dan menjalankan sesuai prosedur tersebut?


Pak (Informan R.I 03): iyyaa, begitu kerena itu sudah pekerjaan

rutinnya mereka,
Indah: begitu pak?
Pak (Informan R.I 03): iya, karena semua perawat harus

mengetahui karena dia mempunyai tugas, fungsinya masing-

masing…
4. Peneliti: Kendala apa saja yang menghambat pelaksanaan

prosedur distribusi obat di instalasi rawat inap?


Pak (Informan R.I 03): kalau distribusi, ituuu hanya kekurangan

tenaga saja,
Peneliti: kenapa pak?
Pak (Informan R.I 03): karena kalau ummpama perawat banyak

kerja , itu terlambat dii jemput itu obat untuk distribusinya,…


Peneliti: kalua obatnya pak, bagiamana pak?
Pak (Informan R.I 03): kalau obatnya itu tidak jii, tapi kadang

biasa, tapi tidak jii…..


4. Perawatan 7
71

Berikut adalah wawancara yang saya lakukan bersama kepala

ruangan perawatan 7 RSIF Makassar terkait prosedur distribusi

obat di perawatannya sebagai berikut:


1. Peneliti: Apakah dalam pelaksanaan tugas terdapat prosedur

kerja?
Ibu (Informan R.I 04): ada
2. Peneliti: Apakah saja prosedur kerja yang terdapat dalam

distribusi obat ?
Ibu (Informan R.I 04): itu mi tadi too distribusi obatnya, maunya

itu too yang ada mi jawabanya baru kita ceklis- ceklis ki, baru ada

juga anu baru kita isi ki apa lagi


Peneliti: ooo, kalau saya bu ini bu khusus wawancara makanya

saya rekamki suara ta bu.


3. Peneliti: Apakah seluruh petugas distribusi obat telah mengetahui

dan menjalankan sesuai dengan prosedur?


Ibu (Informan R.I 04): ada
4. Peneliti: Kendala apa saja yang menghambat pelaksanaan

prosedur distribusi obat di IRI?


Ibu (Informan R.I 04): ada yaitu eee keterlambatan obat yang

masuk dari di sini


Peneliti: kenapa terlambat bu
Ibu (Informan R.I 04): itu miii, biasa kita minta obat tapi obatnya

lagi kososng too di apotik atau gudang, jadi itu mii eee biasana

terlambat obat masuk…


5. Perawatan 8
Berikut adalah wawancara yang saya lakukan bersama kepala

ruangan perawatan 8 RSIF Makassar terkait prosedur distribusi

obat di perawatannya sebagai berikut:


5. Peneliti: Apakah dalam pelaksanaan tugas terdapat prosedur

kerja?
Ibu (Informan R.I 05): iyyaa, ada pasti ada
72

6. Peneliti: Apa saja prosedur yang terdapat dalam distribusi obat?


Ibu (Informan R.I 05): eee seperti penulisan resep harus lengkap
Indah: dokter?
Ibu (Informan R.I 05): iyya dokter yang menulis resep, kemuadian

dokter itu kasi ke perawat dan perawat bawa ke apotik…


Peneliti: oooiiyya..
7. Apakah seluruh petugas distribusi obat telah mengetahui dan

menjalankan sesuai prosedur tersebut?


Ibu (Informan R.I 05): iyaa ( tanpa penjelasan )
8. Kendala apa saja yang menghambat pelaksanaan prosedur

distribusi obat di instalasi rawat inap?


Ibu (Informan R.I 05): hhhmmm, pasti ada,
Peneliti: eeee, apa saja itu bu”……..bisa di sebutkan
Ibu (Informan R.I 05): seperti salah dosis, salah nama pasien,

salah nama obat…


Peneliti: pernah terjadi bu”..
Ibu (Informan R.I 05): hhmmm pernah, “ jangan mi jelaskan

kapan terajadi, karena itu urusan dan rahasiah”…hmmm


Dari beberapa hasil wawancara diatas, dapat disimpulkan

bahwa dalam distribusi obat ke pasien itu dibutuhkan kehati-hatian

atau konstentrasi, dibutuhkannya waktu yang maksimal sehingga

pada saat pemberian obat ke pasien tidak ada kesalahan. Disinilah

dibutuhkannya suatu prosedur atau SOP supaya apa tidak

terjadinya kesalahan pada pemberian obat ke pasien.


c. Sarana dan Prasarana
Sarana merupakan fasilitas yang digunakan dalam melakukan

distribusi obat di instalasi rawat inap. Ruangan yang terkait dengan

sarana distribusi obat di instalasi rawat inap adalah gudang farmasi,

apotik, dan instalasi rawat inap.

1. Apotik Rawat Inap


73

Berdasarkan hasil observasi yang saya lakukan maka dapat

diketahui bahwa sarana dan prasarana yang ada di apotik umum

rumah sakit islam faisal Makassar adalah sebagai berikut:

Table 4 Sarana dan Prasarana apotik Rumah sakit islam


faisal Makassar tahun 2019

No Sarana Dan Prasarana Hasil Ket


Ya Tidak
1 Ruangan penerimaan resep √
a. 2 set meja dan kursi
b. 2 set komputer √
2 Ruang pelayanan resep dan √
peracikan
3 Ruangan penyerahan obat √
4 Ruang penyimpanan sedia √
farmasi
5 Ruang distribusi -
6 Ruang arsip √
Sumber:Data sekunder,2019
Rumah Sakit Islam Faisal Makassar sudah memiliki sarana dan

prsarana yang sudah ditetapkan. 2 set komputer yang di maksud

diatas bukan merupakan 2 set komputer untuk menuliskan resep

secara komputerisasi, melainkan 2 set komputer ini yang maksud

yaitu komputer yang sudah terhubung oleh sistem informasi rumah

sakit islam faisal Makassar yang hanya digunakan untuk mengentry

data resep, menentukan harga dan melihat stock persedian obat di

apotik. Jadi semua resep yang masuk di apotik masih manual dalam

artian masih tulisan dokter .

2. Gudang farmasi
Sarana dan prasarana yang digunakan untuk distribusi ini juga

merupakan salah satu input yang mendukung kelancaran kegiatan


74

distribusi obat yang ada di rumah sakit islam faisal Makassar.

Sarana distribusi obat berdasarkan observasi dan wawancara

langsung yang saya lakukan. Observasi yang saya lakukan antara

lain
a) Gudang memiliki pintu dan lantai gudang sudah diberi

keramik. Namun gudang ini tidak memiliki jendela, karena

gudang jenis ini termaksud gudang yang tertutup.


b) Pintunya sudah di lengkapi dengan finger pintu, sehingga

hanya petugas gudang dan sataf rumah sakit saja yang bisa

memasuki ruangan tersebut.


c) Meja kerja petugas yang disertai kursi (2 komputer, 1 buah

telepon, print dan ATK).


d) Pendingin ruangan AC untuk mengatur suhu ruangan
e) Terdapat pemisah antara ruang penyimpanan obat dengan

rungan kerja para petugas gudang.


Selain itu, sarana distribusi obat juga terdapat prasarana

distribusi obat yang di sediakan oleh RSIF Makassar untuk

menunjang kegiatan distribusi obat. Berdasarkan observasi yang

saya lakukan, prasana yang disediakan untuk disrtibusi obat di

gudang farmasi utama yang ada di RSIF Makassar terdiri dari

lemari penyimpanan obat psikotropika dan narkotika, lemari/rak

besi, lemari besi penyimpanan berkas atau rekapan.


Selain observasi yang saya lakukan disini, saya juga

melakuakan wawancara langsung bersama dengan informan kunci

saya yaitu kepala istalasi farmasi rumah sakit islam faisal Makassar

terkait sarana yang ada di gudang farmasi dan apotik rawat inap.
75

Berikut kutipan wawancara saya bersama IFRS RSIF Makassar

sebagai berikut:
1) Peneliti: Fasilitas apa saja yang telah tersedian di instalasi

farmasi?
Ibu(informan IFRS 01): fasilitas
Peneliti: iyyaa.
Ibu(informan IFRS 01): ada troli, terus ada format

peng’ampraan, sama ada kendaraan (motor dan mobil)


2) Peneliti: Fasilitas apa saja yang digunakan dalam distribusi obat

dari instalasi farmasi ke instalasi rawat inap?


Ibu(informan IFRS 01): itu mii tadi kendaraannya..(ada troli,

terus ada format peng’ampraan, sama ada kendaraan(motor dan

mobil)
3) Peneliti: Apakah terdapat kendala pada sarana yang

menghambat distribusi obat di instalasi rawat inap?


Ibu(informan IFRS 01): tidak ada..
Sarana dan prasarana yang ada di gudang farmasi sudah bisa

dikatan cukup, karena berdasarkan wawancara yang dilakukan

diatas, dari jawaban yang ada tidak ada kendala atau hambatan yang

terjadi sehingga tidak ada kendala yang memungkinkan terjadinya

keterlambatan distribusi obat ke apotik.


3. Instalasi rawat inap
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara terkait saran dan

prasarana yang tersedia di instalasi rawat inap terkait distribusi

obat sebagai berikut:


1) Lemari/rak penyimpanan obat dan cairan
2) Trolley emergency
3) Komputer
4) Meja dan kursi
5) Telepon
76

Sejauh ini sarana dan prasarana distribusi obat yang disediakan

oleh RSIF Makassar sudah cukup memadai. Terkait ini berikut

beberapa hasil wawancara yang saya lakukan bersama denga

kepala ruangan perawatan (Perawatan 1, 4, 5, 7 dan 8) sebagai

berikut:

a. Wawancara pertama bersama Ibu”N” (informan R.I 01) selaku

kepala ruangan Perawatan1


1. Peneliti: Fasilitas apa saja yang telah tersedian di instalasi

farmasi?
Ibu(informan R.I 01): eee fasilitas nya itu seperti kotak obat,

troli emerjensi..
2. Peneliti: Fasilitas apa saja yang digunakan dalam distribusi

obat dari instalasi farmasi ke instalasi rawat inap?


Ibu(informan R.I 01): eee…kalau untuk distribusi obatnya itu

sebenarnya standarnya itu harus ada Apoteker, dalam setiap

perawatan too…
Peneliti: iyya bu’
Ibu(informan R.I 01): tapi kalau kami disini tidak, jadi dokter

meresep perawat yang mengambilkan ke apotik, untuk

disiapkan ke pasien-pasien… begituu


3. Peneliti: Apakah terdapat kendala pada sarana yang

menghambat distribusi obat di instalasi rawat inap?


Ibu(informan R.I 01): hhmmm, yang menghambat siii,

antiannya di depan, karena semua perawatan(1-8),kan

meresep lalu di bawa ke apotik Rawat Inap… itu saja.

b. Wawancara pertama bersama Pak “Y” (informan R.I 02)

selaku kepala ruangan Perawatan 4


77

Peneliti: baik pak saya akan mengajukan beberapa

pertanyaan terkait sarana yang ada.

1. Fasilitas apa saja yang telah tersediah di Instalasi

Farmasi?
2. Fasilitas apa saja yang digunakan dalam distribusi

obat dari instalasi farmasi ke rawat inap?


3. Apakah terdapat kendala pada sarana yang

menghambat distribusi obat di instalasi rawat

inap?
Disini pak Y (informan R.I 02) langsung menyimpulkan

beberapa pertanyaan diatas


PAK Y (informan R.I 02): “sarana dan prasana yang

ada disini itu kayaa lemari penyimpanan cairan berupa

infuse,kotak obat untuk setiap pasien diii sini ada kita

sediakan,teruuss itu ada tempat baki untuk distribusi obat too

ke pasiennya yang diantar oleh perawat, hhmmm saya kira itu

saja dekk“

c. Wawancara pertama bersama Pak “B” (informan R.I 03)

selaku kepala ruangan Perawatan 5


1. Peneliti: Fasilitas apa saja yang telah tersedian di instalasi

farmasi?
Pak (informan R.I 03): hhhmmm, semua fasilitas yang

pendukung tindakan keperawatan too seperti,tensi meter,

thermometer eee,
Peneliti: kalau yang khusus obat pak? bagimana pak?
Pak (informan R.I 03): fasilitas disini ada ee kita punya eee

troli emerjensi, dan ada memang kita punya khusus ee untuk


78

setiap saat untuk meresepkan too yang ditulis dokter ee di

jemput di apotik. Dan pengelolaan obat itu ada memang kita

mengelola obat di sini baru pemberian ke pasien.


2. Peneliti: Fasilitas apa saja yang digunakan dalam distribusi

obat dari instalasi farmasi ke instalasi rawat inap?


Pak (informan R.I 03): distribusi obat?
Peneliti: iyaa
Pak: ada baki,ada baki khusus untuk obat
Peneliti:: khusus obat?
Pak (informan R.I 03): iya ada memang khusus untuk tempat

– tempat untuk pasien


Peneliti: kalau pengantaran obatnya pak, dari perawat ke

pasien?
Pak (informan R.I 03): jadi dia di kelolah dulu di dalam di

tempat pengelolaan obat baru di, setiap waktu pemberiannya

di kasih ke pasien…jadi perawat yang mengantarkan obat ke

pasien setiap waktu (jam minum obat pasien) atau mau

menginjeksi. Jadi kita tulis ki KPO untuk dii RMnya too

pasien …
3. Peneliti: Apakah terdapat kendala pada sarana yang

menghambat distribusi obat di instalasi rawat inap?


Pak (informan R.I 03): iyya
Peneliti: apa itu pak?
Pak Peneliti: kendala selalu ada, seperti keterlambatan

penulisan resep apa semua… itu yang menghambat


Peneliti: apakah ada yang lain pak?
Pak (informan R.I 03): itu saja anunya yang menghambat

penulisan resep ..
d. Wawancara pertama bersam Ibu ”HJ.NUR.” (informan R.I 04)

selaku kepala ruangan Perawatan 7


79

1. Peneliti: Fasilitas apa saja yang telah tersediah di

instalasifarmasi?
Jawaban wawancara :
Ibu (informan R.I 04) : “maksudnya yang ada disini’
Peneliti: iya yang ada di sini
Ibu (informan R.I 04) : kotak obat,baru apa lagi
Peneliti: selain kotak obat ibu
Ibu (informan R.I 04) : kotak obat eee, troly emerjensi eee

obat saja too


Peneliti: iya ibu yang ada hubunganya dengan distribusi obat

RI
Ibu (informan R.I 04) : ooo betadin, termaksud juga alcohol

dengan cairan RL eee ,introsel,infozet, aboket apa semua.


2. Peneliti: Fasilitas apa saja yag digunakan dalam distribusi

obat dari instalasi farmasi ke intalasi rawat inap?


Ibu (informan R.I 04) : yang tadi mi itu, samakan mi saja
3. Peneliti: Apakah terdapat kendalapada sarana yang

menghambat distribusi obat diinstalasi rawat inap?


Ibu (informan R.I 04) : tidak ada ( jangan mi disebutkan),

tidak ada.hehhehe
Peneliti: hehhee
e. Wawancara pertama bersam Ibu”J” (informan R.I 05) selaku

kepala ruangan Perawatan 8 :


1. Peneliti: Fasilitas apa saja yang telah tersedian di instalasi

farmasi?
Ibu (informan R.I 05: tidak ada, kita jii pergi ambil,
Perawat: troli!!
Ibu (informan R.I 05): tidak ada
eee penyediaan obat dan akes
Peneliti: apa ” saja itu bu”..?
Ibu (informan R.I 05): eee itu, lemari tempat cairan infuse,

kotak obat, ee dll


2. Peneliti: Fasilitas apa saja yang digunakan dalam distribusi

obat dari instalasi farmasi ke instalasi rawat inap?


Ibu (informan R.I 05) : tidak ada, kita jii pergi ambil kiii
80

Perawat : troli!!
Ibu (informan R.I 05) : tidak ada, troli dari kita ruangan

( ruangan yang mengambil)


3. Peneliti: Apakah terdapat kendala pada sarana yang

menghambat distribusi obat di instalasi rawat inap?


Ibu (informan R.I 05) : tidak ada ( tanpa penjelasan yaa)
Dari percakapan wawancara diatas, di sini saya menyimpulkan

bahwa sarana dan prasana yang di sediakan oleh pihak RSIF

Makassar terkait distribusi obat ke pasien itu sudah dapat dikatan

cukup memadai, meskipun ada beberapa perawatan yang masih

kekurangan, tetapi mereka dapat mengusahakan kekurangan itu

sehingga distribusi obat ke pasien itu tetap di utamakan.

4. Proses Distribusi Obat di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Islam


Faisal Makassar

Proses merupakan tahapan dari suatu sistem yang sudah dan sedang

berjalan. Tahapan dari proses disini saya akan melihat bagaimana model

sistem distribusi obat yang diberlakukan di setiap instalasi rawat inap

RSIF Makassar. Dimana model Sistem Distribusi Obatnya (SDO) terdiri

dari SDO resep individual, SDO persedian lengkap di ruang, SDO

kombinasi, dan SDO dosis unit. Berikut ini merupakan wawancara yang

saya lakukan terkait Model sistem distribusi obat di instalasi rawat inap

RSIF Makassar:

a. Kepala instalasi farmasi (IFRS/Informan kunci)


Berikut merupakan wawancara yang saya lakukan dengan informan

kunci dengan Ibu “I” (Informan IFRS 01)


81

1. Peneliti: Apakah resep individual itu adalah yang ditulis oleh

dokter untuk setiap penderita ? jelaskan


Ibu (Informan IFRS 01): iyyyee,
2. Peneliti: Apakah ada kemungkinan keterlambatan sediaan obat

sampai ke penderita? Jelaskan


Ibu (Informan IFRS 01): tidak ada (tanpa penjelasan dikerenakan

sesuatu hal)
3. Peneliti: Apakah sistem distribusi obat persedian lengkap di

ruang (floor stock) semua obat yang dibutuhkan penderita

tersedia dalam ruang penyimpanan obat di ruang? Jelaskan


Ibu (Informan IFRS 01): di ruangan Cuma ada eee BHP dan

cairan untuk obat-obat disito terdapat di troli emerjensi selain itu

di resepkan oleh dokter, di ambil di apotik rawat inap..


4. Peneliti: Apakah sistem kombinasi diadakan untuk mengurangi

beban kerja IFRS? Jelaskan


Ibu (Informan IFRS 01): iyyaa…IFRS dan ODD
5. Peneliti: Apakah obat dosis unit itu obat yang di order oleh

dokter untuk penderita? Jelaskan


Ibu (Informan IFRS 01): iyyaa, semua resep yang masuk di tulis

oleh dokter dengan sistem one day dosis untuk kebutuhan sehari

untuk sii penderita


6. Peneliti: Apakah penderita hanya membayar obat yang

dikonsumsi saja? Jelaskan


Ibu (Informan IFRS 01): iyyya,
b. Perawatan 1
Berikut merupakan wawancara yang saya lakukan dengan ibu “N”

selaku informan pendukung (Informan R.I 01)


1. Peneliti: Apakah resep individual itu adalah yang ditulis oleh

dokter untuk setiap penderita ? jelaskan


Ibu(Informan R.I 01): iyyyaa, betul
Peneliti: kenapa?
82

Ibu(Informan R.I 01): kenapa harus pake resep individual? Karena

tanpa resep tidak bias di kasih oleh apotik, akanya harus

diresepkan, kemudian disitu tertera berapa dosis yang dibutuhkan

pasien….
2. Peneliti: Apakah ada kemungkinan keterlambatan sediaan obat

sampai ke penderita? Jelaskan


Ibu(Informan R.I 01): iyyaa,
Peneliti: kenapa?
Ibu(Informan R.I 01): kalau terlambat iii dari apotik terus dibawa

ke sini…
3. Peneliti: Apakah sistem distribusi obat persedian lengkap di ruang

(floor stock) semua obat yang dibutuhkan penderita tersedia dalam

ruang penyimpanan obat di ruang? Jelaskan


Ibu(Informan R.I 01): iyyya,
Peneliti: kenapa?
Ibu(Informan R.I 01): disini obatnya di simpan di sini kalau sudah

diresepkan, nanti dii berikan ke pasien kalau sudah jadwalnya..


Peneliti: itu obatnya setiap hari?
Ibu(Informan R.I 01): iyyya, setiap hari kita meresep di sini, dokter

meresep
4. Peneliti: Apakah sistem kombinasi diadakan untuk mengurangi

beban kerja IFRS? Jelaskan


Ibu(Informan R.I 01): tidak ada kombinasi
Peneliti: kenapa?
Ibu(Informan R.I 01): tidak ada, tenaga atau asisten apoteker di

perawatan..
5. Peneliti: Apakah obat dosis unit itu obat yang di order oleh dokter

untuk penderita? Jelaskan


Ibu: uumm, iyaa
6. Peneliti: Apakah penderita hanya membayar obat yang dikonsumsi

saja? Jelaskan
83

Ibu(Informan R.I 01): tidak membayar kiii disini, karena di

tanggung kii oleh BPJS, kecuali pasien umum..


Peneliti: pasien umum?
Ibu(Informan R.I 01): kecuali pasien umum sendiri mereka

membayar sendiri…
c. Perawatan 4
Berikut merupakan wawancara yang saya lakukan dengan Pak “Y”

selaku informan pendukung (informan R.I 02)


Peneliti : pak saya akan membacakan pertanyaannya terkait proses

distribusi pak
Pak (informan R.I 02):okee, bacakan nanti saya simpulkan..
Peneliti :

1. Apakah resep individual itu adalah yang ditulis oleh dokter untuk
setiap penderita ? jelaskan

2. Apakah ada kemungkinan keterlambatan sediaan obat sampai ke


penderita? Jelaskan

3. Apakah sistem distribusi obat persedian lengkap di ruang (floor


stock) semua obat yang dibutuhkan penderita tersedia dalam ruang
penyimpanan obat di ruang? Jelaskan

4. Apakah sistem kombinasi diadakan untuk mengurangi beban kerja


IFRS? Jelaskan

5. Apakah obat dosis unit itu obat yang di order oleh dokter untuk
penderita? Jelaskan

6. Apakah penderita hanya membayar obat yang dikonsumsi saja?


Jelaskan

Pak (informan R.I 02): baik saya akan simpulkan pertanyaannya dan

saya akan jawab..


84

Peneliti: oke pak

Pak (informan R.I 02): “Alur distribusi obatnya tulis kii kalua mau…

indah (hehhehe, iyyaa pak). Pak: yang pertama… cocok mii ini resep

di tulis dari ruang perawatan inap too, (indah: iyya pak,).. Pak: nnaa

resep di tulis dari perawatan inap ke apotik rawat inap yaa, ditulis

dalam resep untuk kebutuhan perhari, naa ini untuk menyangkut

waktu,waktu itu sekitar 2 jam (jam 8-10). Indah: ini jam 8-10 pak

maksudnya? Pak: Maksudnya, masuk resep jam 8 terus ambilnya jam

10. Di ruangan tidak ada stock obat,karena pemberian resep itu

hanya dilakukan dalam 1 hari. IIyyyaa. Terus disribusinya too,

Peneliti: iyaa pak,…Pak (informan R.I 02): dari farmasi apotik rawat

inap obat di ambil oleh petugas atau perawat yang ada diperawatan

ruangan, terus perawat menerima obatnya, disini perawat mengecek

kembali obat apakah obat yang diberikan sudah sesuai dengan resep

yang ditulis olh dokter dan apakah resep itu sesuai jumlah obantnya.

Setelah obat di ambil di IFRS, obat di simpan ke ruang perawatan

seseuai dengan nama kode, kodenya ini disesuaikan kamar pasien.

Distribusi obat pasien di cocokkan oleh lembaran KPO(control

pemberiaan obat) pasien rawat inap. sesuai dengan nama obat, rute,

dosis, start. Indikasi, paraf dokter. Disamping di dalam buku KPO

yang disimpan dalam status pasien (nomor RM pasien), di samping

buku KPO ada namanya buku yang digunakan untuk ee pemberian

obat pasien, yang di tulis oleh perawat yang bertugas.


85

d. Perawatan 5
Berikut merupakan wawancara yang saya lakukan dengan Pak “B”

selaku informan pendukung Pak (informan R.I 03)

1. Peneliti: Apakah resep individual itu adalah yang ditulis oleh

dokter untuk setiap penderita ? jelaskan

Pak (informan R.I 03): iya

Peneliti: kenapa?

Pak (informan R.I 03): iyaa, karena itu tanggung jawab mereka,

tidak ada yang bias menuliskan resep kecuali dokter, makanya itu

yang yang menjadi kendala juga kalau dokter terlambat yaa

resep juga terlambat dii ini untuk dibawa ke Depo obat…

2. Peneliti: Apakah ada kemungkinan keterlambatan sediaan obat

sampai ke penderita? Jelaskan

Pak (informan R.I 03): eeee, tidak ada jii

Peneliti: kenapa?

Pak (informan R.I 03): tidak ada jii, karena kalau ada mii disini

3. Peneliti: Apakah sistem distribusi obat persedian lengkap di

ruang (floor stock) semua obat yang dibutuhkan penderita

tersedia dalam ruang penyimpanan obat di ruang? Jelaskan


86

Pak (informan R.I 03): iyyaa, kita stock disini, kita mabil disini

eee, hanya penyimpan hanya satu hari saja

Peneliti: kenapa?

Pak (informan R.I 03): karena di sini itu perhari, sistem

peresepan disini perhari,jadi pas malam selesai besok paginya

lagi baru kita resepkan…

4. Peneliti: Apakah sistem kombinasi diadakan untuk mengurangi

beban kerja IFRS? Jelaskan

Pak (informan R.I 03): maksudnya?

Peneliti: gabungan dari resep individual dan resep obat

persedian lengkap di ruang (floor stock)?

Pak (informan R.I 03): oooo kita tidak meresepkan per stock, kita

meresepkan per individual setiap hari, bukan meresepkan stock

obat….meresepkan perindividu pasien..

5. Peneliti: Apakah obat dosis unit itu obat yang di order oleh

dokter untuk penderita? Jelaskan

Pak (informan R.I 03): iya, betul, jelas, sesuai dengan diagnose

yang berhubungan dengan diagnose pasien….


87

6. Peneliti: Apakah penderita hanya membayar obat yang

dikonsumsi saja? Jelaskan

Pak (informan R.I 03): eee kalau pasien BPJS, tidak membayar

kecuali pasien umum itu yang membayar atau membeli, jadi ada

pasien umum dan ada pasien BPJS,kalau pasien BPJS itu tidak

membayar….

Peneliti: okkkee pak, makasih pak

Pak (informan R.I 03): tidak ada mii?

Peneliti: hhmmm n dada mi pak

Pak (informan R.I 03): oke…..

e. Perawatan 7
Berikut merupakan wawancara yang saya lakukan dengan Ibu

“HJ.N” selaku informan pendukung (informan R.I 04)


1. Apakah resep individual itu adalah yang ditulis oleh dokter untuk

setiap penderita? jelaskan

Ibu (informan R.I 04): IYA, individual jelaskan

Peneliti: kenapa

Ibu (informan R.I 04): karena kalau berkelompok pasti itu tertukar

– tukar ki, jadi harus individual ki too untuk satu persatu


88

2. Peneliti: Apakah ada kemungkinan keterlambatan sediaan obat

sampai ke penderita? Jelaskan


Ibu (informan R.I 04): hmmm biasa juga, tapi jarang
3. peneliti: Apakah sistem distribusi obat persedian lengkap di ruang

(floor stock) semua obat yang dibutuhkan penderita tersedia dalam

ruang penyimpanan obat di ruang? Jelaskan


Ibu (informan R.I 04): iya semua obat ada di anu too di sini, di

simpan baru nanti kita bawakan ke pasiennya..


peneliti: kalau pendistribusiaannya ke pasien bu? Ada perawat

khusus yang bawakan?


Ibu (informan R.I 04): eee tidak, kan anu,kita di sini sistemnya

dibagi-bagi , seperti perawat ini pasien ini, kita bagi memang ki,

jadi khusus pasien itu na rawat ki tapi kemungkitan dia lihat semua

ji pasiennya Cuma dikasi ki tanggung jawab satu perawat 1 pasien ,

biasa juga 2 pasien tapi tergantung dari banyaknya pasien . Apa

lagi dek’……….
peneliti: lanjut pertanyaan selanjutnya bu”
4. peneliti: Apakah sistem kombinasi diadakan untuk mengurangi

beban kerja IFRS? Jelaskan


Ibu (informan R.I 04): maksudnya?
peneliti: maksudnya ibu kombinasi antara resep individual dengan

resep obat persedian lengkap di ruang (floor stock)


Ibu (informan R.I 04): obatnya????
peneliti: iya bu, apakah ada dengan sistem kombinasi ini beban

kerjanya dapat berkurang atau tambah banyak beban kerja


Ibu (informan R.I 04): tidak ada ji iyya karenakan tugas ta mii itu,

itu ji biasanya kalau obatnya tidak ada kita mengeluh, tapi

mengeluhnya ke eee
peneliti: apotik atau gudang obat farmasi
Ibu (informan R.I 04): hhhmmm, iya. Apalagii…
89

5. peneliti: Apakah obat dosis unit itu obat yang di order oleh dokter

untuk penderita? Jelaskan


Ibu: iya , dokter yang anu ki too
6. peneliti: Apakah penderita hanya membayar obat yang dikonsumsi

saja? Jelaskan
Ibu (informan R.I 04): semua eee yang masuk BPJS di anu semua di

tanggung.hmmm semuaa
peneliti: semua dii ibu yang masuk pasien BPJS.
Ibu (informan R.I 04): iyyaa semua….
f. Perawatan 8
Berikut merupakan wawancara yang saya lakukan dengan Ibu “J”

selaku informan pendukung (informan R.I 05)


1. Peneliti: Apakah resep individual itu adalah yang ditulis oleh

dokter untuk setiap penderita? jelaskan


Ibu(informan R.I 05): iyya, resep berdasarkan pasien
2. Peneliti: Apakah ada kemungkinan keterlambatan sediaan obat

sampai ke penderita? Jelaskan


Ibu(informan R.I 05): iyyaa
Peneliti: seperti..?
Ibu(informan R.I 05): ituu, kekosongan obat
Peneliti: kalau kosong begitu buu?
Ibu(informan R.I 05): itu siii urusan apotik, karena kita disini

hanya meminta obat yang di tulis langusng oleh dokter… kalau

obatnya koosong begitu itu petugan apotik atau petugas gudang

obat, biasa mereka itu langsung memesan obatnya di luar..


3. Peneliti: Apakah sistem distribusi obat persedian lengkap di

ruang (floor stock) semua obat yang dibutuhkan penderita

tersedia dalam ruang penyimpanan obat di ruang? Jelaskan


Ibu(informan R.I 05): tidak, hanya saja BHP dan akes, itu jiii

tdak miii yang lain


Peneliti: hanya itu bu”
Ibu(informan R.I 05): iyaa, hanya BHP dan akes
90

4. Peneliti: Apakah sistem kombinasi diadakan untuk mengurangi

beban kerja IFRS? Jelaskan


Ibu(informan R.I 05): iyaa
Peneliti: kenapa???
Ibu(informan R.I 05): karena dengan kombinasi perawat disini…

beban kerja menjadi berkurang terus terdapat persedian yang

cukup….
5. Peneliti: Apakah obat dosis unit itu obat yang di order oleh

dokter untuk penderita? Jelaskan


Ibu(informan R.I 05): iyyaa, sesuai dengan deritanya siii pasien
6. Peneliti: Apakah penderita hanya membayar obat yang

dikonsumsi saja? Jelaskan


Ibu(informan R.I 05): iyyaa
Peneliti: apa saja bu?
Ibu(informan R.I 05): obat yang sesuai resep too
Peneliti: semua pasien bu?
Ibu(informan R.I 05): iyyaa, kecuali pasien BPJS mereka tidak

membayar, karena mereka ditanggung oleh pemerintah….


Peneliti: ooo begitu buu’
Ibu(informan R.I 05): iyya, hanya pasien BPJS yang

membayar…..
Dari hasil wawancara diatas, dapat disimpulkan bahwa Rumah

Sakit Islam Faisal Makassar, menerapkan atau menggunakan model

Sistem Distribusiu Obat (SDO) yang digunakan di RSIF Makassar

adalah Sistem Distribusi Obat Kombinasi, tetapi kombinasi di maksud

disini yaitu kombinasi antara sistem distribusi obat resep individual

dan sistem distribusi obat dosis unit. Karena di rumah sakit islam faisal

Makassar belum menyediakan obat persedian lengkap di ruang atau

disetiap perawatan.
91

5. Output Distribusi Obat di Instlasi Rawat Inap Rumah Sakit Islam


Faisal Makassar

Output dari distribusi obat di instalasi rawat inap RSI Faisal Makassar

adalah ketersedian obat yang disalurkan ke instalasi rawat inap atau

perawatan-perawatan dengan efektif dan efisien. Output dari distribusi

obat yaitu tersalurkannya obat ke instalasi rawat inap.


a. Tersalurkannya Obat Ke Instalasi Rawat Inap
Tersalurkannya obat ke instalasi rawat inap yang efektif dan efisiensi

dapat dilihat dari ketersedian dan keamanan obat, dan ketetapan

waktu.
1. Ketersedian
Berdasarkan buku laporan gudang farmasi pada bulan januari

sampai dengan bulan juni pada tahun 2019 di gudang farmasi RSI

Faisal Makassar diketahui bahwa masih ada jenis obat yang belum

tersedia dalam artian masih ada stock obat yang kosong. Dikarena

ketersedian obat digudang adalah faktor keterlambatan waktu

pengajuaan pemesanan yang dilakukan, hal ini menyebabkan

pengajuan yang terlambat dari gudang, kurangnya komunikasi

yang terjadi. Dan obat yang kosong juga merupakan obat yang

jarang di gunakan atau jarang dibutuhkan oleh pasien. Ketersedian

obat disini juga merupakan ketersedian obat sesuai dengan jenis

dan jumlah yang dibutuhkan oleh apotik ataupun pasien/konsumen

dan layak untuk di distribusikan ke apotik dan pasien.


2. Keamanan
Keamanan yang dimaksud adalah obat yang masih dalam

keadaan baik-baik saja,obat yang tidak memiliki kecacatan atau

kerusakan dan kadaluarsa pada obat yang di ditribuskan.


92

Berdasarkan pernyataan dari salah satu informan biasa mengatakan

bahwa “menurut Pak”Y” Pak (informan R.I 02): pada saat kami

menyerahkan obat ke pasien kami, kami terlebih daluhu mengecek

apakah obat yang kami ambil di depo rawat inap sesuai dengan

resep yang di tulis dokter,jika sesuai maka kami katakana aman dan

layak untuk diberikan kepada pasien dan jika obatnya kosong di

depo maka petugas gudang langsung memasan obat tersebut dari

luar.katanya..”.

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara, dapat diketahui

bahwa secara garis besar ketersedian obat di gudang farmasi sudah

sesuai dengan kebutuhan, meskipun terjadi beberapa obat kosong tetapi

dapat ditanggulani oleh pihak yang bersangkutan (pihak gudang

farmasi) dengan memesan obat tersebut dari luar salah satunya adalah

dengan pergi ke rumah sakit lain seperti rumah sakit Grestelina dan

rumah sakit Hermina.

3. Ketetapan waktu
Ketetapan waktu merupakan waktu yang dilakukan pada saat

dilakukannya permintaan obat dengan waktu yang di distribusikan

baik secara rutin atau tidaknya dilakukan pada waktu yang sama.

Berdasarkan hasil wawancara, dari beberapa informan menjelaskan

Pak (informan R.I 02): “bahwa waktu distribusi obat dilakukan

penurunan resep setiap hari ke apotik dengan membawa semua


93

resep, disini membutuhkan waktu sekitar 2 jam dalam artian setor

resep jam 8 pagi ambilnya jam 10 pagi”.


Dapat disimpulkan bahwa ketersedian obat bisa dikatan sudah

efektif dan efisien. Dari segi ketetapan waktu pemberian obat, dari

keamanan obat yang diberikan kepada si penderita dalam artian

tidak ditemukannya obat yang cacat ataupun kadalurasa pada saat

pemberian obat ke pasien, meskipun ketersedian obat yang belum

efektif dan efisien disini dalam artian terjadinya obat yang kosong.

Tetapi obat yang kosong tersebut merupakan obat yang jarang

dibutuhkan oleh pasien atau obat yang tidak sering digunakan oleh

pasien. Tetapi untuk obat yang sering dibutuhkan oeh pasien pihak

gudang farmasi sudah berusaha untuk menyediakan sesuai dengan

kebutuhan konsumen mereka. Karena prinsip mereka pasien

senang kami juga ikut senang.

B. PEMBAHASAN

1. Keterbatasan Penelitian

Peneitian tidak menelaah dokumen terkait uraian tugas perawat dan

sop di instalasi rawat inap dan apotik rawat inap serta dokumen terkait

ketersedian, jenis dan jumlah obat secara rinci, dikarenakan terbatasnya

izin dari pihak instalasi rawat inap, apotik rawat inap, dan kesibukan yang

menghambat penetian kali ini dan pihak rumah sakit. Tetapi penelitian

tetap melakukan observasi atau pengamatan langsung.


94

2. Distribusi obat di instalasi rawat inap

Distribusi merupakan proses penyerahan obat-obatan mulai dari

sediaan oleh instalasi farmasi rumah sakit sampai obat diserahkan kepada

pelayanan kesehatan untuk diberikan kepada pasien (Rusdiana,2014). Di

rumah sakit, kegiataan distribusi merupakan salah satu bagian dari siklus

manajemen farmasi. Distribusi obat menjadi tanggung jawab instalasi

farmasi. Rumah sakit harus menentukan sistem distribusi yang dapat

menjamin terlaksananya pengawasan dan pengendaliaan sedian farmasi di

unit pelayanan seperti rawat inap. (Permenkes,2016)


Distribusi obat yang telah dijalankan oleh pihak rumah sakit islam

faisal Makassar dengan menggunakan model kombinasi (medel resep

individual dan model dosis unit). Untuk melihat bagimana

implementasinya di rumah sakit, maka dalam penelitian ini menggunakan

teori pendekatan sistem dengan melihat input, proses, sampai dengan

output dari sistem atau model yang sedang berjalan. Input dari distribusi

obat adalah SDM, Prosedur (metode), dan sarana dan prasarana.

Sedangkan prosesnya yaitu penelitian disini lebih berfokus pada

pendistribusian dengan melihat model sistem distribusi obat seperti SDO

resep individual, SDO persedia lengkap di ruang, SDO kombinasi, dan

SDO dosis unit. Untuk output dari distribusi obat itu sendiri adalah

tersalurkannya obat ke rawat inap.

3. Input Distribusi Obat di Instalasi Rawat Inap

1) SDM
95

Input sumber daya manusia terkait distribusi obat di instalasi rawat

inap terdiri dari kepala pegawai di apotik dan pegawai di gudang

farmasi dan perawat di rawat inap. semua sumber daya manusia ini

merupakan salah satu faktor input yang berhubungan langsung dengan

pendestribusian obat di instalasi rawat inap. Berdasarkan hasil

penelitian diketahui kuantitas SDM di Instalasi Farmasi baik di apotik

maupun di gudang farmasi Instalasi Farmasi RSI Faisal Makassar.

sudah sepenuhnya memenuhi standar klasifikasi dan perizinan rumah

sakit pada Permenkes Nomor 56 tahun 2014 yaitu 8 (delapan) orang

apoteker dan 12 (dua belas) asisten apoteker serta 3 (tiga) petugas

pelaksana gudang.

Maka dapat disimpulkan Rumah Sakit Islam Faisal Makassar telah

memenuhi persyaratan permenkes terkait SDM kefarmasian yang ada

di rumah sakit. Dapat dilihat dari struktur organisasi instalasi farmasi

rumah sakit. Tetapi di setiap perawatan yang ada di RSI Faisal

Makassar belum memiliki apoteker atau asisten apoteker di setiap

perawatan yang ada, apalagi dalam sistem pendistribusian sangat

dibutuhkan tenaga apoteker disetiap perawatan atau rawat inap yang

ada.

2) Prosedur (Metode)
Input distribusi obat di instlasi Rawat Inap RSIF Makassar salah

satunya membahas bagaimana input prosedur yang digunakan yaitu

adanya standar operasional prosedur (SOP) yang mempengaruhi


96

berjalannya distribusi obat di Instalasi Rawat Inap. Input SOP pada

distribusi obat di Instalasi Rawat Inap RSI Faisal Makassar Makassar

ini bisa dilihat dari pelaksanaan SOP dan kepatuhan pegawai atau

petugas terhadap SOP yang telah ditetapkan di perunit ataupun di

rumah sakit itu sendiri.


Berdasarkan hasil wawancara dari beberapa informan terdapat

beberapa SOP yang berkaitan dengan distribusi obat di Instalasi Rawat

Inap antara lain : (1) SOP tentang penulisan resep harus lengkap, (2)

SOP tentang cara pemberian obat ke pasien/ SOP tentang pelayanan

pasien di rawat inap, (3) SOP tentang format pengampraan Apotik di

Rawat inap/ SOP terkait distribusi obat ke apotik.


SOP jika dilihat dari fungsinya menjadi semakin penting karena

SOP sendiri berfungsi untuk membentuk sistem kerja dan aliran kerja

yang teratur, sistematis, dan dapat dipertanggungjawabkan,

menggambarkan bagaimana tujuan/visi pekerjaan dilaksanakan sesuai

dengan kebijakan dan peraturan yang berlaku:menjelaskan bagaimana

proses pelaksanaan kegiatan berlangsung: sebagai sarana tata urutan

dari pelaksanaan pekerjaan harian sebagaimana metode yang

ditetapkan menjamin konsistensi dan proses kerja yang sistematik:

serta mendapatkan hubungan timbale balik antar satuan

kerja(Atmoko,2010). Selanjutnya input SOP juga bisa dilihat dari segi

pelaksanaan dan kepatuhan petugas atau pegawai terhadap SOP yang

diterapkan di RSIF Makassar, berdasarkan hasil penelitian diketahui


97

bahwa pelaksanaan SOP terkait distribusi obat di Instalasi Rawat Inap

sudah semua dilaksanakan sesuai dengan SOP yang ada.


Maka dapat disimpulkan, bahwa SOP sangat penting diterapkan di

rumah sakit, karena SOP merupakan kunci kesuksesan suatu perusahan

atau oraganisasi itu sendiri. SOP terkait distribusi obat yang diterapkan

oleh Rumah Sakit Islam Faisal Makassar sudah bisa dikatakan baik

karena sebelum obatnya di distribusikan ke pasien petugas atau

perawat yang bertugas mengecek kembali obat apakah sudah sesuai

dengan resep yang di tulis oleh dokter dan obat yang yang layak

sebelum di kasih ke si pasien terutama pasien di rawat inap.


3) Sarana dan Prasana
Kelengkapan fasilitas merupakan suatu faktor yang harus dipenuhi

oleh setiap wadah pemberian pelayanan kesehatan, dengan

terlengkapinya fasilitas yang digunakan dalam memberikan suatu

pelayanan, maka pelayanan akan dapat diberikan dengan maksimal.

Begitu juga fasilitas yang digunakan dalam pengelolaan distribusi obat

di RSI Faisal Makassar. Fasilitas sudah cukup memadai, fasilitas-

fasilitas tersebut digunakan untuk mendorong terwujudnya pelayanan

kefarmasian di Instalasi Farmasi dengan baik. Menurut erniati

Sembiring (2012) bahwa fasilitas adalah penyedia perlengkapan-

perlengkapan fisik untuk memberikan kemudahan kepada

penggunanya, sehingga kebutuhan-kebutuhan dari pengguna fasilitas

tersebut dapat terpenuhi.


Namun ada beberapa kendala yang ditemukan pada saat yang

distribusi obat yaitu antrian yang ada apotik Rawat Inap di RSIF
98

Makassar yang menghambat keterlambatan obat masuk ke dalam

setiap perawatan atau Rawat Inap, dan kendala yang lain yaitu

tidaknya petugas apoteker di setiap perawatan di karenakan sedikitnya

pegawai apoteker yang ada di RSI Faisal Makassar. Selain itu juga,

berdasarkan hasil penelitian masih terdapat kendala yang barkaitan

dengan distribusi obat yaitu ruang distribusi / pelayanan di apotik

belum tersedianya ruang khusus / terpisah dari ruang penerimaan obat

dan penyimpanan obat. Maka dapat dikatakan belum sesuai dengan

standar pelayanan farmasi di rumah sakit yang sudah ditetapkan di

Permenkes Nomor 1197/MENKES/SK/X/2004 mengenai ruang

distribusi/pelayanan yang cukup seluruh kegiatan farmasi rumah sakit

meliputi:
1. Ruang distribusi untuk pelayanan rawat jalan(apotik)
2. Ada ruang khusus/terpisah untuk penerimaan resep dan

persiapan obat
3. Ruangan distribusi untuk pelayanan rawat inap
4. Ruang distribusi untuk melayani kebutuhan ruangan seperti
a. Ada ruang khusus/terpisah dari ruang penerimaan obat dan

penyimpanan obat
b. Delengkapi kereta dorong trolet.
Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa lengkap atau tidaknya

suatu fasilitas atau sarana dan prasarana yang dimiliki oleh rumah

sakit akan mempengaruhi kegiatan pengelolaan distribusi obat

sehingga dengan kelengkapan sarana dan prasarana yang ada, maka

dapat dinilai apakah pengelolaan distribusi obat berjalan dengan

lancar atau tidak. Kegiatan akan terlaksana dengan baik jika segala

fasilitas atau sarana dan prasarana dilihat cukup baik dan lengkap.
99

4. Proses Distribusi Obat di Instalasi Rawat Inap

Proses merupakan tahapan dari suatu sistem yang sudah dan sedang

berlangsung. Tahapan dari sistem distribusi obat di Instalasi Rawat Inap

yaitu untuk mengetahui model sistem apa yang digunakan di RSIF

Makassar, dimana model sistem distribusi obat (SDO) ini terdiri dari SDO

resep individual sentarlisasi/destralisasi, SDO persedia lengkap ruang,

SDO kombinasi, dan SDO dosis unit sentralisasi/desntalissasi.

1. Sistem Distribusi Obat (SDO) Resep Individual


Sentalisasi/Desentalisasi

Resep individual adalah order/resep yang ditulis dokter untuk tiap

penderita, sedangkan sentralisasi ialah semua order /resep tersebut

yang disiapkan dan didistribusikan dari IFRS sentral. Sistem distribusi

obat resep individual sentalisasi adalah tatanan kegiatan penghantaran

sedia obat oleh IFRS sental sesuai dengan yang ditulis pada

order/resep atas nama PRT tertentu melalui perawat ke ruang penderita

tersebut. Dalam sisitem ini, semua obat yang diperlukan untuk

pengobatan di dispending dari IFRS. Resep orisinil oleh perawat

dikirim ke IFRS, kemudian order/resep itu di proses sesuai kaidah”

cara dispensing yang baik dan obat disiapkan untuk didistribusikan

kepada penderita tertentu.


Dari hasil wawancara yang saya lakukan sistem distribusi obat

resep individual ini merupakan model sistem distribusi yang sering

digunakan di berbagai perawatan terutama di perawatan 5 RSIF


100

Makassar, karena model sistem distribusi obat resep individual ini

merupakan tanggung jawab dr. tanpa adanya resep,maka obat tidak

akan di berikan oleh apotik. Berikut merupakan keuntungan dan

keterbatansan dari model sistem distribusi obat resep individual yang

ada di RSIF Makassar:


Keuntungan dari sistem ini adalah:
a) Semua resep dikaji langsung oleh apoteker yang dapat

memberi keterangan atau informasi kepada perawat berkaitan

dengan obat penderita.


b) Memberi kesempatan interaksi profesional anatara Farmasi-

Dokter- Perawat-Penderita.
c) Memungkinkan pengendalian yang lebih dekat atas

perbekalan.
d) Mempermudah penagihan biaya oleh perbekalan.

Keterbatasan sistem distribusi obat resep individual adalah sebagai

berikut:

a) Kemungkinan keterlambatan sediaan obat sampai pada

penderita.
b) Jumlah kebutuhan personal di IFRS meningkat.
c) Memerlukan jumlah perawat dan waktu yang lebih banyak

untuk penyiapan obat di ruang pada waktu konsumsi obat.


d) Terjadi kesalahan obat karena kurang pemeriksaan pada

waktu penyiapan konsumsi.


e) Adanya kekosongan obat.
Berdasarkan penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa model

sistem distribusi obat resep individual merupakan model sistem

distribusi obat yang digunakan di RSI Faisal Makassar, di mana model


101

ini merupakan pelayanan farmasi obat kepada pasien secara individual

dengan resep yang telah diberikan oleh dokter ke pasien. Petugas

menyiapkan obat kemudian memberikan obat tersebut dengan

memberikan penjelasan penggunaan obat serta informasi yang

berkaitan dengan obat pasien tersebut. Alur pelayanan obat sistem

distribusi resep individual di RSIF Makassar dapat di lihat dari alur

Sistem Distribusi Obat Resep Individual Rumah Sakit Islam Faisal

Makassar :

Gambar 7 Alur Sistem Distribusi Obat Resep Individual


Rumah Sakit Islam Faisal Makassar Tahun 2019

Resep Perawat Apotik R.I


DOKTER

Perawat Sediaan Petugas


pasie obat meracik
n

Sumber: Data Sekunder,2019


2. Sistem Distribusi Obat (SDO) Persedian Lengkap Di Ruangan
Dalam sistem distribusi obat persediaan lengkap ruang, semua obat

yang dibutuhkan penderita tersedia dalam ruang penyimpanan obat di

ruang tersebut, kecuali obat yang jarang digunakan atau obat yang

sangat mahal. Persediaan obat dirunag di pasok oleh IFRS. Biasanya,

sekali seminggu personel IFRS memeriksa persediaan obat di ruang,

lalu menambah obat yang persediaannya sudah sampai tanda batas

pengisian kembali. Obat yang dispensing di bawah sistem ini terdiri

atas obat penggunaan umum yang penggunaan umum yang biayanya


102

dibebankan pada biaya paket perawatan menyeluruh dan order obat

yang harus dibayar sebagai biaya obat. Pada sistem ini kebutuhan

obat/perbekalan farmasi dalam jumlah besar baik untuk kebutuhan

dasar ruangan maupun kebutuhan individu pasien yang diperoleh dari

tempat pelayanan farmasi baik sentralisasi maupun desentralisasi,

disimpan di ruang perawatan.


Berdasarkan hasil wawancara yang saya lakukan, sistem distribusi

obat persediaan lengkap ruang juga merupakan model sistem distribusi

obat ruang persediaan lengkap yang digunakan di RSI Faisal Makassar.

Karena berdasarkan hasil wawancara terdapat beberapa perawatan

yang menerapkan atau menggunakan model ini. Meskipun tidak

tersedianya ruangan khusus untuk penyimpanan obat, tetapi mereka

menyiakan kotak obat supaya obat tersebut tetap aman sampai ke

pasien. Berikut merupakan keuntungan dan keterbatansan dari model

sistem distribusi obat persediaan lengkap ruang yang ada di RSI Faisal

Makassar:
Keuntungan dari sistem distribusi obat persedian lengkap diruangan

adalah:
a) Obat yang diperlukan segera tersedia bagi penderita
b) Peniadaan pengembalian obat yang tidak terpakai di IFRS
c) Penguragan penyalinan kembali order obat
d) Pengurangan jumlah personil IFRS yang diperlukan

Keterbatasan sistem distribusi obat persediaan lengkap di ruangan

adalah:
103

a) Kesalahan obat sangat meningkat karena order obat tidak dapat

dikasih oleh Apoteker. Di samping itu, penyiapan obat dan

konsumsi obat dilakukan oleh perawat sendiri, tidak ada

pemeriksaan ganda.
b) Persediaan obat di unit perawat meningkat, dengan fasilitas

ruangan yang sangat terbatas.


c) Pencurian obat meningkat.
d) Meningkatnya bahaya karena kerusakan obat.
e) Penambahan modal investasi, untuk menyediakan fasilitas

penyimpanan obat yang sesuai di tiap aerah perawatan

penderita.
f) Diperlukan waktu tambahan bagi perawat untuk menangani

obat.
g) Meningkatnya kerugian karena kerusakan obat.
h) Tidaknya petugas apoteker yang bertugas disetiap ruang

perawatan
Berdasarkan penjelasana di atas, dapat disimpulkan bahwa sistem

distribusi obat persediaan lengkap ruang dilihat dari keterbatasan

lumayan banyak. Tetapi model ini biasa digunakan di RSIF Makassar di

beberapa perawatan. sistem distribusi obat persediaan lengkap ruang

(floor stock) ini adalah stock obat yang ada di setiap nurse station yang

berisi bahan medis (obat) serta cairan dan BHP penderita yang

merupakan bagian dari pelayanan keperawatan. Berikut merupakan alur

distribusi obar persediaan lengkap di ruang pada alur Sistem Distribusi

Obat Persediaan Lengkap Di Ruang Rumah Sakit Islam Faisal

Makassar sebagai berikut:

Gambar 8 Alur Sistem Distribusi Obat Persediaan Lengkap Di


Ruang Rumah Sakit Islam Faisal Makassar Tahun 2019
104

Resep Apotik R.I Meracik Sediaan


DOKTE obat obat
R

Persediaan ruang perawatan


(khusus cairan dan BHP),
KPO Pemakaian
pasie RM kalau obat terdapat di dalam
obat
n kotak untuk obat setiap
harinya

Sumber: Data Sekunder,2019


3. Sistem Distribusi Obat (SDO) Kombinasi
Rumah sakit menerapkan sistem ini, selain menerapkan sistem

distribusi resep/order individual sentralisasi, juga menerapkan

distribusi persediaan di ruangan yang terbatas. Jenis dan jumlah obat

yang tersedia di ruangan (daerah penderita) ditetapkan oleh PFT

dengan masukan dari instalasi farmasi rumah sakit dan dari pelayanan

keperawatan. Sistem kombinasi diadakan untuk mengurangi beban

kerja instalasi farmasi rumah sakit. Obat yang disediakan di ruangan

adalah obat yang diperlukan oleh banyak penderita, setiap hari

diperlukan, dan biasanya adalah obat yang harganya relative murah,

mencakup obat resep atau obat bebas (obat tanpa resep).


Keuntungan sistem ini adalah:
a) Semua resep/order individual dikaji langsung oleh apoteker.
b) Adanya kesempatan berinteraksi profesional anatara apoteker-

dokter-perawat-penderita.
c) Obat yang diperlukan dapat segera tersedia bagi penderita (obat

persediaan di ruang).
d) Beban instalasi farmasi rumah sakit dapat berkurang.

Keterbatasan dari sistem ini adalah:


105

a) Kemungkinan keterlambatan sediaan obat sampai kepada

penderita (obat resep individu).


b) Kesalahan obat dapat terjadi (obat dari persediaan di ruang).
Berdasarkan penjelasan diatas dimana model sistem distribusi obat

kombinasi merupakan model yang digunakan di RSIF Makassar.

Dan juga berdasarkan hasil wawancara dari beberapa informan

menurut mereka model kombinasi ini merupakan model yang baik

dan bagus di gunakan di setiap perawatan yang ada di RSI Faisal

Makassar. Berikut Alur Sistem Distribusi Obat Kombinasi Rumah

Sakit Islam Faisal Makassar sebagai berikut:

Gambar 9 Alur Sistem Distribusi Obat Kombinasi Rumah Sakit


Islam Faisal Makassar Tahun 2019

Resep Apotik R.I Meracik


DOKTE obat
R

Perawat Sediaan
pasie
obat
n

KPO Pemakaiaan
RM
obat
(pasien)

Sumber: Data Sekunder,2019

4. Sistem Distribusi Obat (SDO) Dosis Unit Sentalisasi/Desentalisasi


Sistem distribusi obat resep individual, sistem distribusi obat

persediaan lengkap ruang dan sistem distribusi obat kombinasi resep


106

individual dan persediaan runag merupakan sistem tradisonal,

sedangkan sistem distribusi yang terbaru yang telah banyak diteliti

dan diinvestigasikan dikenal sabgai sistem obat dosis unit. Walaupun

konsep dosis unit telah diperkenalkan lebih dari 20 tahun

lalu.kebanyakan rumah sakit lambat menerapkan karena sistem ini

memerlukan biaya mula yang besar dan juga memerlukan suatu

peningkatan jumlah radikal dari staf apoteker, apabila dibandingkan

dengan sistem tradisional. Namun, karena adanya dua kegunaan utama

dari sistem ini, yaitu mengurangi kesalahan obat dan mengurangi

keterlibatan perawat dalam penyiapan obat, banyak rumah sakit

memulai studi intensif rasio manfaat –biaya dari berbagai hasil studi

tersebut, secara singkat sangat menguntungkan mendukung sistem.

Keterbatasaan sistem distribusi dosis unit yaitu kurangnya tenaga

apoterker yang ada di setiap perawatan.


Berdasarkan dari hasil dan pembahasan diatas, dapat disimpulkan

bahwaproses pendenstribuasian obat yang ada di RSI Faisal Makassar

menerapkan model sistem distribusi kombinasi yang dapat

mengurangi beban kerja pada petugas IFRS.

5. Output Distribusi Obat di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Islam


Faisal Makassar

Output dari distribusi obat di intalasi rawat inap RSI Faisal Makassar

adalah ketersediaan obat yang disalurkan dari instalasi farmasi ke instalasi

rawat inap dengan menjaga ketersedian, keamanan, dan ketetapan waktu

pada saat distribusi obat di rawat inap. Ketersediaan perbekalan farmasi


107

merupakan salah satu aspek yang sangat penting pada suatu pelayanan

kesehatan karena penanganan dan pencegahan berbagai penyakit tidak

dapat dilepaskan dari tindakan terapi dengan obat atau farmakoterapi.

Sehingga keberadaan perbekalan farmasi di rumah sakit menjadi penting

dan harus selalu tersedia, sebab jika rumah sakit tidak dapat menyediakan

obat maka proses pelayanan di rumah sakit akan terhambat. Karena obat

merupakan barang penting yang harus tersedia di rumah sakit, maka setiap

rumah sakit harus berupaya untuk melakukan pengelolaan obat termasuk

kegiatan pengawasan atau pengendalian persediaan yang berfungsi untuk

menciptakan keseimbangan antara persediaan dan permintaan (Aditama,

2003).

Dapat disimpulkan bahwa ketersedian obat bisa dikatan sudah efektif

dan efisien. Dari segi ketetapan waktu pemberian obat, dari keamanan obat

yang diberikan kepada sii penderita dalam artian tidak ditemukannya obat

yang cacat ataupun kadalurasa pada saat pemberian obat ke pasien,

meskipun ketersedian obat yang belum efektif dan efisien disini dalam

artian terjadinya obat yang kosong. Tetapi obat yang kosong tersebut

merupakan obat yang jarang dibutuhkan oleh pasien atau obat yang tidak

sering digunakan oleh pasien. Tetapi untuk obat yang sering dibutuhkan

oleh pasien pihak gudang farmasi sudah berusaha untuk menyediakan

sesuai dengan kebutuhan konsumen mereka. Karena prinsip mereka pasien

senang kami juga ikut senang.


108

Selain itu untuk beban kerja yang ada di Rumah Sakit Islam Faisal

Makassar terkait Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS), dimana beban

kerja mereka bertambah karena tiap hari apotik mengeluarkan obat yang

ditulis oleh dokter untuk penderita atau pasien. Untuk sisi positif beban

kerja untuk Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS) yaitu mereka tidak perlu

mengantarkan obat ke perawatan sampai ke pasien, dikarenakan disini

perawat yang mengambil ahli semua itu dalam artian pada saat dokter

menuliskan resep untuk penderita atau pasien, perawat langsung menyetor

resep itu ke apotik, setelah apotik menerima resep, Instalasi Farmasi

Rumah Sakit (IFRS) yang meracik, setelah meracik atau obat selesai

kemudian petugas Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS) menelpon

perawatan atau rawat inap, kemuadian perawat datang mengambil obat

tersebut dan setelah diterima perawat mengecek kembali resep apakah

sudah sesuai dengan resep yang ditulis oleh dokter dan obat yang

disediakan di Apotik, jika sudah sesuai perawatlah yang mendistribusikan

obat tersebut ke penderita atau pasien.

Berdasarkan hasil pembahasan diatas, dapat disimpulkan dari

Input,Proses, dan output yang ada di mana inputnya meliputi sumber daya

manusia,prosedur,dan sarana & prasarana, sedangkan prosesnya meliputi

sistem distribusi obat yang digunakan dimana di rumah sakit islam faisal

Makassar menggunakan sistem distribusi kombinasi tetapi kombinasi yang

di maksud di sini yaitu sistem distribusi kombinasi antara sistem distribusi

obat resep individual dan sistem distribusi obat dosis unit. Sedangkan
109

outputnya meliputi ketetapan dan keamanan obat sampai ke pasien. Dari

input.proses dan output akan menimbulkan outcome.

Dimana outcome yang terjadi di Rumah Sakit Islam Faisal Makassar

(RSIF) meliputi sumber daya manusia (SDM) dari segi SDMnya meliputi

perawat dan apotik/farmasi. Dimana beban kerja yang dialamai oleh

perawat meningkat. Sehingga pihak rumah sakit khususnya di rawat inap

mungkin perlu menambah perawat, tetapi perawat yang khusus bertugas

membawakan resep dan mengambil resep obat di Depo RI. Dan perawat

tersebut harus di berikan pelatihan khusus. Sedangkan untuk petugas

Apotik/Farmasi yaitu rumah sakit harus menambaha Depo RI agar tidak

terjadi antrian pada saat pengambilan obat oleh perawat dan bagian

farmasi tidak kewelahan menyediakan obat untuk pasien yang akan di

distribusikan oleh pasien tersebut. Kemudian outcome kedua terkait

prosedur yang ada. Dimana prosedur disini perlu adanya peningkatan

terkait keamanan distribusi obat di farmasi dan Rawat Inap. adanya

pengawasan terkait distribusi obat ke pasien perlu ditingkatkan terutama

bagi perawat yang bertugas.

Outcome yang ketiga terkait dengan Sarana & Prasarana yang ada

yaitu terkait dengan penyimpanan. Dimana penyimpanan yang ada di

Rumah Sakit Islam Faisal Makassar masih kurang, dalam artian

berdasarkan wawancara yang saya lakukan dimana hanya perawatan 5

yang memiliki ruang penyimpanan obat dan BHP, selebihnya mereka tidak
110

memiliki. Maka dari itu perlu ditambahkan rungan khusus penyimpanan /

lemari khusus obat dan lemari pendingin untuk obat-obat tertentu agar

sistem distribusi obat di Rawat Inap dapat diminimalisir kesalahan

distribusi ke pasien. Kemudian outcome yang keempat yaitu pasien.

meningkatnya keselamatan pasien, dengan ditingkatkannya sistem

distribusi obat diharapkan tidak ada lagi keterlambatan obat atau kesalhan

pemberian obat dan keamanan pasien diutamakan atau terjamin.

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Rumah Sakit Islam Faisal Makassar (RSIF) merupakan rumah sakit tipe B.

dimana rumah sakt islam faisal Makassar telah menerapkan sitem distribusi

obat. Tetapi berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dimana disetiap

perawatan atau rawat inap yang ada di rumah sakit islam faisal Makassar

menerapkan sistem distribusi obat kombinasi (sistem distribusi obat resep

individual dan sistem distribusi obat dosis unit), berbeda dengan yang ada

diteori dimana sistem kombinasi yang dimaksud dalam teori yaitu sistem

distribusi obat resep individual dan sistem distribusi obat persedian di ruang

lengkap / flook sctok). Berikut merupakan kesimpulan dari input,proses,

output dan outcome :

1. Input dari sistem distribusi obat di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Islam

Faisal Makassar, sudah bisa dikatakan baik karena dari sumber daya
111

manusia yang memiliki potensi atau kemampuan yang dimiliki sesuai

dengan skill yang mereka miliki, sarana dan prasarana yang digunakan

untuk mendistribusikan obat juga sudah dijamin keamanannya sesuai

dengan SOP yang ada, sedangkan prosedur yang ada para petugas

distribusi obat, melakukan dengan kehati-hatian serta mengikuti prosedur

yang telah ditetapkan di bagian rawat inap.

2. Proses dari sistem distribusi obat di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit

Islam Faisal Makassar, melakukan distribusi obat dengan sistem distribusi

obat kombinasi, tetapi kombinasi yang dimaksud disini yaitu kombinasi

antara resep individual adan dosis unit.

3. Output dari sistem distribusi obat di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit

Islam Faisal Makassar yaitu tersalurkannya obat di rawat inap dengan

ketersedian obat, keamanan obat, dan ketetapan waktu pemberian yang

dilakakukan oleh petugas dengan memperhatikan SOP yang ada.

4. Outcome

Dengan dilakukannya sistem distribusi obat di rawat inap rumah sakit

islam faisal Makassar dianggap mampu memberikan keselamatan pasien

dan kepuasan pasien serta berdampak pada citra Rumah Sakit Islam Faisal

Makassar itu sendiri secara tidak langsung dapat membangun loyalitas

pasien. sisi lain yang dapat dirasakan oleh sumber daya manusia yang

menjalankan sistem distribusi obat yang dimaksud adalah perawat.

Dimana sumber daya manusia meningkat sehingga beban kerja kerja


112

perawat juga meningkat. Dengan meningkatnya beban kerja perawat dann

tidak adanya standar-standar ruang penyimpanan obat kemungkinan

terjadinya kesalahan distribusi obat ke pasien dapat diminimalisir dan

tidak terjadi lagi. Oleh karena itu sistem distribusi obat harus ditingkatkan

terutama sumber daya manusia, prosedur, dan sarana & prasarana. Jadi

dapat disimpulkan bahwa, sistem distribusi obat di Rawat Inap Rumah

Sakit Islam Faisal Makassar sangat mempengaruhi keselamatan pasien dan

kepuasan pasien harus dijamin.

B. Saran
1. Bagi Rumah Sakit

a) Untuk Rumah Sakit Islam Faisal Makassar diharapkan untuk lebih

memperhatikan sumber daya manusian yang ada terutama pada

pendistribusian obat di setiap perawatan/instalasi rawat inap agar

setiap perawatan/instalasi rawat inap harus ada tenaga apoteker

yang bertugas disetiap perawatan, dan untuk proses distribusi obat

yang dilakukan diharapkan pihak Rumah Sakit Islam Faisal

Makassar menggunakan atau menyeragamkan sistem distribusi

yang dilakukan, dimana sistem distribusi obat kombinasi (sistem

distribusi obat resep individual dan sistem distribusi obat dosis)

harus semua perawatan harus menggunakan sistem distribusi obat

kombinasi tersebut.
b) Jika pasien meningkat di Rumah Sakit Islam Faisal Makassar maka

rumah sakit harus memperhatikan dari segi sumber daya manusia

beban kerjanya meningkat khususnya di Rawat Inap, stock obat


113

bertambah/permintaan obat meningkat. Dari segi saran & prasarana

yang ditingkatkan berdasarkan kebutuhan. Dari segi prosedurnya

yaitu distribusi obat ke pasien lebih di tingkatkan. Sedangkan dari

segi sistem distribusi obat yaitu sistem yang terjadi adalah sistem

distribusi obat kombinasi (sistem distribusi obat resep individual

dan sistem distribuso obat persedian di ruang lengkap/ flook sctok)

secara teori tetapi kombinasi yang digunakan diruamh sakit islam

faisal Makassar adalah sistem kombinasi (sistem distribusi obat

resep individual dan sistem distribusi obat dosis unit)untuk

memakai biaya pembeli obat.


c) Sebaikannya disetiap perawatan menyediakan ruangan khusus

menyimpan obat dan BHP yang ada.


d) Untuk petugs atau SDM terkait pendisitribusian sebaiknya

diadakannya edukasi atau diberikannya suatu pelatihan khusus

terkait pendistribusian obat ke pasien, supaya tidak ada kesalahan

pemberian obat ke penderita atau pasien.

2. Bagi Penulis

Diharapkan agar dapat mengkaji lebih dalam lagi terkait sistem distribusi

obat yang ada sehingga penelitian ini dapat lebih maksimal lagi.
114

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN
Lampiran 1 Persetujuan Wawancara

PEDOMAN WAWANCARA DISTRIBUSI OBAT RAWAT INAP RSI


FAISAL KOTA MAKASSAR

Nama :
115

Jenis Kelamin :

Pendidikan :

Lama Kerja :

Jabatan :

Tanggal Wawancara :

PERTANYAAN

Sarana

1. Fasilitas apa saja yang telah tersedian di instalasi farmasi?


2. Fasilitas apa saja yang digunakan dalam distribusi obat dari instalasi
farmasi ke instalasi rawat inap?
3. Apakah terdapat kendala pada sarana yang menghambat distribusi obat di
instalasi rawat inap?

Prosedur

1. Apakah dalam pelaksanaan tugas terdapat prosedur kerja?


2. Apa saja prosedur yang terdapat dalam distribusi obat?
3. Apakah seluruh petugas distribusi obat telah mengetahui dan
menjalankan sesuai prosedur tersebut?
4. Kendala apa saja yang menghambat pelaksanaan prosedur distribusi
obat di instalasi rawat inap?

Proses distribusi

1. Apakah resep individual itu adalah yang ditulis oleh dokter untuk
setiap penderita ? jelaskan

2. Apakah ada kemungkinan keterlambatan sediaan obat sampai ke


penderita? Jelaskan
116

3. Apakah sistem distribusi obat persedian lengkap di ruang (floor stock)


semua obat yang dibutuhkan penderita tersedia dalam ruang
penyimpanan obat di ruang? Jelaskan

4. Apakah sistem kombinasi diadakan untuk mengurangi beban kerja


IFRS? Jelaskan

5. Apakah obat dosis unit itu obat yang di order oleh dokter untuk
penderita? Jelaskan

6. Apakah penderita hanya membayar obat yang dikonsumsi saja?


Jelaskan

Dari keempat sistem distribusi dibawah ini, manakah yang diberlakukan di ruang
perawatan anda? (beri tanda ceklis √) :

1 Sistem distribusi obat resep individual

2 Sistem distribusi obat persediaan lengkap di ruang (flook stock)

3 Sistem distribusi kombinasi

4 Sistem distribusi dosis unit

Lampiran 2 Surat Izin Penelitian Dari Dinas Penanaman Modal


117

Lampiran 3 Surat Keterangan dari RS Islam Faisal Makassar

Lampiran 4 Foto Kegiatan Wawancara


118

Gambar diatas merupakan gambar pada saat melakukan wawancara dengan kepala
unit di setiap perawatan (4,5,dan 7).

Lampiran 5 Apotik Umum Dan Rawat Inap


119

Gambar diatas merupakan gambar apotik umum dan depo untuk rawat inap di
rumah sakit islam faisal Makassar untuk perawatan 1,2,3,4,5,6,7, dan 8.

Lampiran 6 Troly Emergency

Gambar diatas merupakan conton troly


emergency yang digunakan untuk setiap perawatan.

Lampiran 7 Kegiatan Di Apotik Umum


120

Gambar diatas merupakan gambar terkait petugas apotik yang sedang melayani
pasien umum yang sedang membeli obat di apotik umum.

Lampiran 8 Struktur Organisasi IFRS


121

Gambar diatas merupakan gambar struktur organisasi instalasi farmasi rumah


sakit islam faisal Makassar.

Lampiran 9 Penyimpanan Obat Di Apotik Rawat Inap Dan Tempat


Peracikan Obat
122

Gambar diatas merupakan gambar dimana tempat penyimpan obat yang ada di
apotik rawat inap dan tempat peracikan obat di Rumah Sakit Islam Faisal
Makassar.

Lampiran 10 Peresepan Rawat Inap

Gambar diatas merupakan gambar peresepan untuk pasien BPJS di rawat inap di
Rumah Sakit Islam Faisal Makassar.
123

Lampiran 11 Contoh KPO

Gambar diatas merupakan contoh gambar KPO yang digunakan di rumah sakit
islam faisal Makassar untuk setiap perawatan yang ada.

Lampiran 12 Denah Rumah Sakit Islam Faisal

Gambar diatas merupakan gambar denah Rumah Sakit Islam Faisal Makassar.
124

Lampiran 13 Riwayat Penulis

Nama : Indah Cahya Lestari

Alamat : Jln Sanrangan Dewi Kumalasari Blok AA1/3

Kelurahan Sudiang Raya, Kec. Biring Kanaya

Tempat, Tanggal Lahir : Enrekang, 10 Desember 1996

Agama : Islam

Bangsa : Indonesia

Pendidikan Terakhir :

1. SDN 106 Panyurak, kec. Baraka 2003-2009


2. SMPN 1 Baraka 2009-2012
3. SMAN 1 Baraka 2013-2015
4. Fakultas Farmasi, Teknologi Rumah Sakit Dan InformatikaUniversitas

Megarezky 2015-2019

Anda mungkin juga menyukai