Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Diazepam adalah Obat sedatif atau obat tidur sering digunakan dalam dunia medis
maupun masyarakat biasa sebagai solusi dari sulit tidur, diberikan secara oral atau untuk
tujuan tertentu lainnya. Penggunaan obat ini tidak boleh sembarangan karena berkaitan
dengan kesadaran seseorang.

1.2 Tujuan Praktikum


1. Mengamati perubahan aktivitas perilaku setelah pemberian diazepam secara
intraperitoneal.
2. Menentukan ED50 (dosis yang memberikan efektif) tidur diazepam.

BAB II

Laporan Praktikum Farmakologi | ED-50 pada Obat Diazepam 1


DASAR TEORI

2.1 Prinsip Kerja Diazepam


2.1.1 Prinsip kerja obat pada reseptor
Diazepam adalah obat anti cemas dari golongan benzodiazepin, satu golongan dengan
alprazolam (Xanax), klonazepam, lorazepam, flurazepam.
Diazepam dan benzodiazepin lainnya bekerja dengan meningkatkan efek GABA
(gamma aminobutyric acid) di otak. GABA sendiri akan menyebabkan pembukaan reseptor
post sinaptik yaitu pada reseptor GABA-A. Pembukaan tersebut akan menyebabkan ion Cl-
masuk ke sel dan terjadi hiperpolarisasi. Tapi saat dikasih obat seperti benzodiazepin yang
termasu Diazepam di dalamnya maka afinitas GABA ke reseptornya meningkat. Pembukaan
kanal ion akan lebih sering dan ion Cl- akan lebih sering masuk ke sel. (Dikutip dari Jurnal
Farmasi UGM, 2009)
Dosis dimulai dengan 4mg/hari yang dapat ditingkatkan bertahap hingga maksimum
60mg/hari. Benzodiazepin lain yang sering juga dipakai sebagai pelemas otot adalah
midazolam (Dikutip dari Farmakologi dan Terapi Universitas Indonesia, Thn 2007,hal 112)
Benzodiazepin yang digunakan sebagai anestesi umum adalah Diazepam, Lorazepam,
dan Midazolam. Dengan dosis untuk induksi anestesi kelompok obat ini dapat menyebabkan
tidur, mengurangi cemas, dan menimbulkan amnesia anterograd, tetapi tidak berefek
analgesik. Diazepam yang diberikan secara Intra vena segera didistribusi ke otak, tetapi
efeknya baru tampak setelah beberapa menit. (Dikutip dari Farmakologi dan Terapi
Universitas Indonesia, Thn 2007, hal 134-135)

2.1.2 Mekanisme sinyal transduksi Diazepam sampai dengan timbul efek tidur
Diazepam dan benzodiazepin lainnya bekerja dengan meningkatkan efek GABA
(gamma aminobutyric acid) di otak. GABA adalah neurotransmitter (suatu senyawa yang
digunakan oleh sel saraf untuk saling berkomunikasi) yang menghambat aktifitas di otak.
Efek samping diazepam yang paling sering adalah mengantuk, lelah, dan ataksia (kehilangan
keseimbangan). Benzodiazepine dosis hipnotik dapat menimbulkan efek samping diantaranya
lambat bereaksi, inkoordinasi motorik, ataksia, gangguan fungsi mental, gangguan koordinasi
berpikir, bingung, mulut kering, rasa pahit, amnesia anterograd, light headedness,
dan lassitude. Diazepam dapat menyebabkan ketergantungan, terutama jika digunakan dalam
dosis tinggi dan dalam jangka waktu lama. Pada orang yang mempunyai ketergantungan

Laporan Praktikum Farmakologi | ED-50 pada Obat Diazepam 2


terhadap diazepam, penghentian diazepam secara tiba-tiba dapat menimbulkan sakau (sulit
tidur, sakit kepala, mual, muntah, rasa melayang, berkeringat, cemas, atau lelah). Bahkan
pada kasus yang lebih berat, dapat timbul kejang. (Dikutip dari Jurnal FK UI,2008)
Mekanisme yang terjadi pada reseptor sinyal transduksi ini :
GABA lepas dari ujung saraf --> berikatan dengan reseptor GABA --> membuka kanal Cl
--> Cl masuk --> hiperpolarisasi --> penghambatan transmisi saraf --> depresi CNS. GABA
tidak hanya sebagai inhibitor di otak tetapi juga membantu dalam produksi endorfin.
Benzodiazepin meningkatkan kerja GABA di Sistem syaraf pusat. Diazepam bekerja
disemua sinaps GABA, tetapi kerjanya dalam mengurangi spastisitas sebagai dimediasi di
medula spinalis. Karena itu Diazepam dapat juga digunakan pada spasme otot yang asalnya
dari mana saja, termasuk trauma otot lokal. Tetapi, obat ini menyebabkan sedasi pada dosis
yang diperlukan untuk mengurangi tonus otot. (Dikutip dari Farmakologi dan Terapi
Universitas Indonesia, Thn 2007, hal 112)

2.2 Pengertian ED50


ED50 (effective Dose 50) adalah dosis yang menimbulkan efek terapi pada 50%
individu. Pemberian Diazepam secara intraperitoneal digunakan untuk menentukan ED50
yaitu dosis yang memberikan efek tidur pada 50% individu atau separuh dari jumlah individu
yang diamati.
ED50 paling banyak digunakan sebagai ukuran dosis efektif dan dosis toksis karena
dapat ditentukan secara lebih tepat dan paling sedikit variasinya dibanding dengan ukuran
lainnya, seperti ED99, LD99, dan lain-lain (gambarn grafiknya akan lebih mendatar, sedangkan
ED50 merupakan titik pada garis yang paling menanjak). Konsep hubungan toksisitas dengan
keefektifan obat ini penting dalam klinis, yaitu dapat digunakan sebagai pedoman seberapa
besar dosis dapat diberikan tanpa menimbulkan efek toksis.
Dalam toksikologi jumlah dosis yang menyebabkan 50% dari populasi menunjukan
respon dan jumlah dosis yang menyebabkan 50% individu memberikan reaksi (respon)
digunakan sebagai besaran aktifasi, misalnya saja ED50 (Effective dose) dan LD50 (Lethal
dose) dari suatu xenobiotika uji. Besaran aktivitas 50% adalah suatu harga sebenarnya yang
diperoleh secara statistika. Ini merupakan suatu harga perhitungan yang menggambarkan
estimasi yang paling baik dari dosis yang diperlukan untuk menimbulkan respon pada 50%
individu uji, karena selalu disertai dengan suatu rataan estimasi dari harga kesalahannya,
seperti probabilitas kisaran nilainya.

Laporan Praktikum Farmakologi | ED-50 pada Obat Diazepam 3


BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Alat dan Bahan

Laporan Praktikum Farmakologi | ED-50 pada Obat Diazepam 4


1. Kain
2. Spuit
3. Kasa
4. Klem
5. Kandang tikus
6. Kapas
7. Tikus putih 3 ekor
8. Diazepam (dosis 1mg/kgBB, 2,5mg/kgBB, 5mg/kgBB)
9. Alkohol
3.2 Cara Kerja
1. Membersihkan permukaan abdomen tikus dengan kapas alkohol.
2. Menyuntikkan pada masing-masing tikus: Diazepam dengan dosis 1 mg/kgBB, 2,5
mg/kgBB, dan 5mg/kgBB secara intraperitoneal.
3. Mengamati perubahan perilaku tikus (seperti yang tertera pada lembar pengamatan)
dengan seksama.

Laporan Praktikum Farmakologi | ED-50 pada Obat Diazepam 5


BAB IV
DATA DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan


4.1.1 Perhitungan Dosis
Berat Badan Tikus I = 120g
Berat Badan Tikus II = 105g
Berat Badan Tikus III = 128g
Sediaan diazepam 10mg/2ml
Dosis:
1. Tikus 1
120g = 0,12kg
 1mg → 1kg
1mg/1kg = X/0,12kg
X= 0,12mg
 10 mg → 2ml = 5mg → 1ml
0,12mg/Y = 5mg/mL
Y = 0,024 mL
2. Tikus 2
105g = 0,105kg
 2,5mg → 1kg
2,5mg/1kg = X/0,105kg
X= 0,2625mg
 10 mg → 2ml = 5mg → 1ml
0,2625mg/Y = 5mg/mL
Y = 0,0525mL
3. Tikus 3
128g = 0,128kg
 5mg → 1kg
5mg/1kg = X/0,128kg
X= 0,6mg
 10 mg → 2ml = 5mg → 1ml
0,6mg/Y = 5mg/mL

Laporan Praktikum Farmakologi | ED-50 pada Obat Diazepam 6


Y = 0,12 mL

4.1.2 Tabel Pengamatan Kelompok Praktikum 7


Nomor Postur Aktivitas Righting Test
Menit Ataxia Analgesik Ptosis Mati
Eksperimen Tubuh Motor Reflex Kasa
1 + + - - + - + -
5 2 + + + - + - + -
3 + ++ ++ - + - + -
1 + + - - + - + -
10 2 + + + - + - + -
3 ++ +++ +++ + ++ - + -
1 + + + - + - + -
15 2 + + + - + - ++ -
3 ++ +++ +++ + +++ - ++ -
1 + + ++ - ++ - + -
30 2 ++ ++ ++ - +++ - ++ -
3 +++ ++++ ++++ + ++++ - ++ -
1 ++ + ++ - ++ - ++ -
60 2 +++ +++ ++ - +++ - ++ -
3 +++ ++++ ++++ +++ ++++ - +++ -

Keterangan:
1. Postur Tubuh
+ = Jaga = Kepala dan punggung tegak
++ = Ngantuk = Kepala tegak, punggung mulai datar
+++ = Tidur = Kepala dan punggung datar
2. Aktivitas Motorik
+ = Gerak spontan
++ = Gerak spontan bila dipegang
+++ = Gerak menurun saat dipegang
3. Ataxia
+ = Inkoordinasi terlihat jarang-jarang
++ = Inkoordinasi jelas terlihat
+++ = Tidak dapat berjalan lurus
4. Righting Refleks
+ = Diam pada satu posisi miring
++ = Diam pada dua posisi miring
+++ = Diam pada waktu terlentang

Laporan Praktikum Farmakologi | ED-50 pada Obat Diazepam 7


5. Test Kasa
+ = Tidak jatuh apabila kasa dibalik dan digoyang
++ = Jatuh apabila kasa dibalik
+++ = Jatuh apabila kasa 900
++++ = Jatuh apabila kasa 450
6. Analgesia
+ = Respon berkurang pada saat telapak kaki dijepit
++ = Tidak ada respon pada saat telapak kaki dijepit
7. Ptosis
+ = Ptosis kurang dari ½
++ = Ptosis adalah ½
+++ = seluruh palpebra tertutup

4.1.3 Tabel Onset Of Action untuk Menentukan ED50


Respon Tidur (+/-) pada
% Indikasi yang
Dosis Tikus
Berespon
1 2 3 4 5 6
1mg/kgBB - - - - - - 0%
2,5mg/kgBB + + + - - - 50 %
5mg/kgBB + + + + + + 100 %

Dari persamaan regresi di dapat,


A= -19.3877
B= 24.4898
C= 0.9897
Persamaan:
y= Bx + A
50= 24.4898x + (-19.3877)
x= 2.8333
Jadi, ED50 = 2.8333mg

4.2 Analisis dan Pembahasan


4.2.1 Tabel Pengamatan Kelompok Praktikum 7
Dalam percobaan ini kami memberikan perlakuan yang sama pada ketiga tikus yaitu
dengan menyuntikkan diazepam dengan cara intraperitoneal, tetapi dengan menggunakan
Laporan Praktikum Farmakologi | ED-50 pada Obat Diazepam 8
dosis yang berbeda-beda tiap tikus. Tikus 1 menggunakan dosis 1mg/kgBB, tikus 2
2,5mg/kgBB, dan tikus 3 menggunakan dosis 5mg/kgBB.

PRINSIP KERJA DIAZEPAM


Pemberian diazepam pada ketiga tikus dapat menyebabkan tikus tidur. Namun butuh
beberapa menit untuk diazepam dapat bereaksi pada tikus. Dan waktu yang dibutuhkan obat
untuk bekerja pada setiap tikus sampai tikus tertidur berbeda-beda. Hal ini sesuai dengan
prinsip kerja diazepam. Benzodiazepin meningkatkan kerja GABA di Sistem syaraf pusat.
Diazepam bekerja disemua sinaps GABA, tetapi kerjanya dalam mengurangi spastisitas
sebagai mediasi di medula spinalis. Pada obat ini menyebabkan sedasi pada dosis yang
diperlukan untuk mengurangi tonus otot sehingga tikus bisa tidur dan perilaku menjadi tidak
seaktif sebelum diberi diazepam.
Mekanisme yang terjadi pada reseptor sinyal transduksi ini :
GABA lepas dari ujung saraf --> berikatan dengan reseptor GABA --> membuka kanal Cl
--> Cl masuk --> hiperpolarisasi --> penghambatan transmisi saraf --> depresi CNS. GABA
tidak hanya sebagai inhibitor di otak tetapi juga membantu dalam produksi endorfin.
Dan pada percobaan kali ini kami mengamati perubahan perilaku ketiga tikus,
khususnya pada aktivitas yang dipengaruhi oleh SSP seperti postur tubuh, aktifitas motorik,
ataksia (arah jalan), righting refleks, tes kasa, analgesia, dan ptosis yang telah diuraikan pada
tabel di atas. Hal ini disebabkan efek dari obat diazepam sendiri yang dapat menghambat
aktivitas SSP dengan efek utama sedasi, hypnosis, pengurangan ansietas, relaksasi otot dan
antikonvulsi. Berikut perubahan perilaku yang terlihat pada tikus. (Dikutip dari Farmakologi
dan Terapi Universitas Indonesia, Thn 2007, hal 112)
EFEK PEMBERIAN DIAZEPAM
1. Postur tubuh
Pada tikus 1 mengalami onset of action pada menit ke-60, pada tikus 2 pada menit ke-
30 dan pada tikus 3 pada menit ke-10, hal ini ditandai dengan kepala tegak dan punggung
mulai datar (++).
Diazepam adalah obat yang dipercaya dapat memberikan efek tidur pada seseorang.
Diazepam mempunyai efek yang berbeda pada dosis terapi yang berbeda, Dengan demikian
akan diketahui dosis terendah yang akan memberikan efek kepada individu/binatang
percobaan yang mengkonsumsinya.hal itu dapat dlihat dari postur tubuh.

Laporan Praktikum Farmakologi | ED-50 pada Obat Diazepam 9


Postur tubuh pada tikus tersebut ada yang mulai dari kepala sampai punggung sudah
datar hal itu mbuktikan efek diazepam memberikan efek tidur.
2. Aktifitas motorik
Pada tikus 2 mengalami onset of action pada menit ke-60 dan pada tikus 3 pada menit
ke-10, hal ini ditandai dengan gerakan menurun saat dipegang (+++), sedangkan tikus 1 dari
menit pertama hingga menit ke-60 masih menunjukkan gerakan spontan (+).
Dari ketiga hewan coba, yang memeprlihatkan efek tidur hanya tikus ketiga, sedangkan
pada tikus kdua yang menunjukkan efek sedasi, dan pada tikus pertama hanya mengalami
penurunan aktivitas motor karena diazepam dapat menghambat perkembangan dan
penyebaran aktifitas epileptic di dalam system saraf pusat. Selain itu juga menunjukkan efek
hipnosis yang ditandai dengan penurunan reflex- reflex.
3. Ataksia
Pada tikus 1 dan 2 mengalami onset of action pada menit ke-60, sedangkan tikus 3
mengalami onset of action sejak menit ke-5, hal ini ditandai dengan inkoordinasi jelas terlihat
(++).
Benzodiazepin mencapai kadar plasma puncak nya dapat menimbulkan efek samping
adalah lambat bereaksi, inkoordinasi motorik. Ataksia gangguan fungsi mental dan
psikomotor, gangguan coordinator berfikir, dan bingung disatria. Efek samping lain yang
relative terjadi adalah lemah badan, sakit kepala, dan pandangan kabur. (Jurnal Universits
Mataram , 2009)
Dari percobaan tersebut dapat dilihat tikus menglami inkoordinasi yang jelas dengan
tidak mampunya tikus berdiri dengan normal atau sempoyongan.
4. Righting reflek
Tikus 1 dan 2 mulai pada menit ke-5 sampai pada menit ke-60 tidak dapat diam pada
satu ataupun dua posisi miring (-), sedangkan tikus 3 mengalami onset of action pada menit
ke-60 ditandai dengan diam pada waktu terlentang (++).
Righting reflex adalah reaksi tubuh pada hewan untuk kembali ke posisi semula
sehingga kuku dan kakinya menempel ke tanah setelah sebelumnyadiposisikan pada posisi
terlentang. Hal tersebut diuji dengan cara mengangkat tikus dan meletakkannya pada posisi
terbalik. Timbulnya efek ditandai dengan hilangnya righting reflex atau hilangnya reflek balik
badan.
5. Tes kasa

Laporan Praktikum Farmakologi | ED-50 pada Obat Diazepam 10


Tikus 2 mengalami onset of action pafa menit ke 30 dan tikus 3 pada menit ke-15, hal ini
ditunjukkan dengan tikus jatuh pada posisi kasa 90º (+++), sedangkan tikus 3 tidak jatuh
walau kasa sudah dibalik dan digoyang (-).
Tes kasa bertujuan untuk menguji kemampuan tikus mempertahankan tubuh dalam
posisi bagaimanapaun meski dallam kondisi ekstrim, seperti kondisi ketika kasa dibalik 180
derajat. Apabila diazpam mulai bereaksi, tikus akan mulai kesusahan untuk memertahankan
tubuh dlam keadaan normal, seperti dibalik 180 derjat ataupun 90 derajat.
Hal ini dibuktikn dengan sebelum diberi diazepam kuatnya tikus mempertahankan
tubuh ketika dibalik 180 derajat dan tidak jatuh meski kasa di goyang goyang. Dan ketika
sudah diberi diazepam, tikus mulai jatuh ketika tubuh dimiringkan 90 derajat.
6. Analgesia
Tikus 1,2, dan 3 menunjukkan respon spontan pada saat telapak kaki dijepit dari menit
pertama sampai menit ke-60.
Diazepam dapat mempengaruhi sistem saraf yaitu memberikan efek tidur tetapi tidak
berefek analgesik Walaupun terlihat adanya efek analgetik benzodiazepine pada hewan coba,
pada manusia anya terjadi analgesi selintas setelah pemberian diazepam. Belum pernah
dilaporkan adanya efek analgetik derivate benzodiazepine lain. Benzodiazepine tidak
memperlihatkan efek analgesia dan efek hiperalgesia. (Jurnal USU , 2012)
Dari hasi praktikum kami, tidak ditemukan satu hewan coba pun yang merasakan efek
analgesik dari diazepam. Semua tius merasakan kesakitan ketika sela-sela jari dijepit tidak
merasakan kesakitan.
7. Ptosis
Tikus 1 mengalami onset of action pada menit ke 60 sedangkan tikus 2 dan 3 pada
menit ke-15, hal ini ditunjukkan dengan palpebra tertutup ½.
Efek utama dari golongan benzodiazepine adalah sedasi, hypnosis, pengurangan
terhadap rangsangan emosi atau ansieta, relaksasi otot dan ptosis yaitu menutupnya palpebra.
Ptosis adalah turunnya kelopak mata bagian atas. Kondisi ini dapat mempengaruhi satu atau
kedua mata. Ketika ujung kelopak mata atas turun, bagian atas daerah pandangan anda
mungkin menjadi terhalang. (Jurnal Universits Mataram , 2009)
Praktikum kali ini dapat membuktikan efek ptosis dari diazepam. Yaitu ditunjukkan
pada tikus 2 dan 3 yaitu dengan alpebra menutup setengah.

Laporan Praktikum Farmakologi | ED-50 pada Obat Diazepam 11


Dari tabel di atas dapat disimpulkan juga bahwa tiap pemberian diazepam dengan
dosis yang berbeda juga mempengaruhi onset of action, bila dosis yang diberikan tinggi onset
of action akan cepat begitu juga dengan sebaliknya, tetapi juga harus dengan bentuk sediaan
dan cara pemberian yang sama, karena seperti yang telah disebutkan di dasar teori bahwa
bentuk sediaan dan cara pemberian merupakan penentu proses absorbsi.

4.2.2 Tabel Onset Of Action untuk Menentukan ED50


Dari tabel onset of action yang telah dibuat di atas dapat dibuat sebuah grafik seperti
di bawah ini.

Dari di grafik di atas dapat terlihat jelas sekali bahwa semakin banyak dosis yang kita
berikan maka semakin cepat onset of action atau efek sedatif atau tidur pada tikus coba. Hal
ini dibuktikan dari hasil pengamatan dengan pemberian diazepam pada tikus pertama di
setiap kelompok dengan pemberian dosis 1mg/kgBB belum terlihat timbulnya efek sedatif,
pada tikus kedua terlihat adanya efek sedatif pada beberapa kelompok dengan memberikan
dosis 2,5mg/kgBB, sedangkan pada tikus ketiga dari setiap kelompok yang diberi dosis
5mg/kgBB menimbulkan efek sedatif.
PENENTUAN ED 50 DIAZEPAM
Dari perhitungan persamaan regresi dapat diambil kesimpulan bahwa dosis obat
diazepam yang memberikan efek sedatif atau tidur pada 50% populasi (hewan coba) tikus
atau nilai ED50 adalah 2.833 mg. Dimana ED50 digunakan sebagai ukuran dosis efektif dan
dosis toksis karena dapat ditentukan secara lebih tepat dan paling sedikit variasinya dibanding

Laporan Praktikum Farmakologi | ED-50 pada Obat Diazepam 12


dengan ukuran lainnya, seperti ED99, LD99, dan lain-lain seperti yang telah dijelaskan pada
dasar teori. (Rianto, 2012)

Laporan Praktikum Farmakologi | ED-50 pada Obat Diazepam 13


BAB IV
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Diazepam dapat mempengaruhi sistem saraf yaitu memberikan efek tidur tetapi tidak
berefek analgesik.
2. Efek samping pada susunan sistem saraf pusat: sedative, rasa lelah, ataksia, rasa
malas, vertigo, dll.
3. Dari praktikum ini dapat di ambil hasil dosis yang menimbulkan efek terapi pada 50%
individu adalah 2.833 mg sesuai dengan persamaan regresinya.
4. Semakin banyak (dosis) diazepam yang di berikan maka semakin besar pula efek
yang timbul.

5.2 Saran
1. Dalam melakukan penelitian, harus terdapat jarak atau rentang waktu agar dapat
dengan mudah mengukur efek yang ditimbulkan.
2. Dalam melakukan penelitan diperlukan suasana yang kondusif, tenang, dan tidak
membuat bahan coba menjadi stress, sehingga dapat memberikan efek dan pengaruh
yang akurat.

Laporan Praktikum Farmakologi | ED-50 pada Obat Diazepam 14


DAFTAR PUSTAKA

Dorland, Newman. 2002. Kamus Kedokteran Dorland Edisi 29. Jakarta : EGC
Setiabudi, Rianto. 2012. Buku Farmakologi dan Terapi Edisi 5 Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia. Jakarta: Badan Penerbit FKUI
Ernst, Mutschler. 1986. Dinamika Obat: Farmakologi dan Toksikologi (terjemahan).
Bandung: ITB

Laporan Praktikum Farmakologi | ED-50 pada Obat Diazepam 15

Anda mungkin juga menyukai