SERI II
“MENENTUKAN ED50 (EFFECTIVE DOSE) DIAZEPAM PADA
TIKUS”
DISUSUN OLEH:
KELAS FARMASI D
PROGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
“MENENTUKAN ED50 (EFFECTIVE DOSE) DIAZEPAM PADA
TIKUS”
A. TUJUAN PRAKTIKUM
1. Mengamati perubahan aktivitas prilaku setelah pemberian diazepam secara
intraperitoneal.
2. Menentukan ED50 (dosis yang memberikan efektif) tidur diazepam.
B. DASAR TEORI
ED50 (effective Dose 50) adalah dosis yang menimbulkan efik terapi
pada 50% individu. Pemberian Diazepam secara intraperitoneal digunakan untuk
menentukan ED50 yaitu dosis yang memberikan efek tidur pada 50% individua
tau separuh dari jumlah individu yang diamati. (Godman and Gilman, Dasar
Farmakolohi Terapi)
Diazepam adalah golongan benzodiazepine. Senyawa ini bekerja pada
semua sinaps GABA. Obat ini dapat diberikan pada pasien yang mengalami
kejang otot hampir semua bagian tubuh, termasuk trauma otot toal. (Farmakologi
obat dan klinik, Betram G. Katzung). Dosis dimulai dengan 4mg/hari yang dapat
ditingkatkan bertahap inga maksimum 60mg/hari. Benzodiazepin lain yang
sering juga dipakai sebagai pelemas otot adalah midazolam (Farmakologi dan
Terapi Universitas Indonesia, 2007)
Benzodiazepine adalah obat paling efektif untuk pengobatan gejala
kecemasan akut. Benzodiazepine memiliki lama kerja yang oendek dari
perkiraan berdasarkan waktu paruhnya setelah pemberian dosis tunggal karena
obat tersebut sangat cepat terdistribusi ke perifer. Efek samping benzodiazepine
adalah depresi susunan saraf pusat. Efek samping lainnya antara lain disorientasi,
kegagalam psikomotor, kebingungan, agresif, kegembiraan san amnesia
antegrade. (ISO Farmakoterapi). Obat yang dapat memberikan efek serupa selain
diazepam antara lain alprazoram, chlordiozopoid, chlorazepate, ertazolam,
florozepam, exazepam, prozepam, quazepam, temrazepam dan triozolam. (ISO
Farmakoterapi).
Benzodiazepin yang digunakan sebagai anestesi umum adalah
Diazepam, Lorazepam, dan Midazolam. Dengan dosis untuk induksi anestesi
kelompok obat ini dapat menyebabkan tidur, mengurangi cemas, dan
menimbulkan amnesia anterograd, tetapi tidak berefek anelgesik. Diazepam yang
diberikan secara Intra vena segera didistribusi ke otak, tetapi efeknya baru
tampak setelah beberapa menit. Kadarnya segera turun karena adanya redistribusi
tetapi sedasi sering muncul lagi setelah 6-8 jam akibat adanya penyerapan ulang
Diazepam yang dibuang melalui empedu. Masa paruh Diazepam memanjang
dengan meningkatnya usia, kira-kira 20 jam pada usia 20 tahun, dan kira-kira 90
jam pada usia 80 tahun. Klirens plasma hampir konstan (20-30 mL/menit),
karena itu pemberian Diazepam dalam waktu lama tidak memerlukan koreksi
dosis. (Farmakologi dan Terapi Universitas Indonesia, 2007).
D. PROSEDUR KERJA
1. Permukaan Abdomen tikus dibersihkan dengan kapas alcohol
2. Pada masing-masing tikus disuntikan Diazepam dengan dosis 1mg/kgBB,
2,5mg/kgBB, dan 7.5mg/kgBB secara intraperitonial
3. Perubahan perilaku tikus diamati (seperti yang tertera pada lembar
pengamatan) dengan seksama.
E. HASIL PENGAMATAN
1. PERHITUNGAN DOSIS
Obat yang digunakan valisanbe 1ml / diazepam 5mg
a) Tikus 1
138g = 1mg/KgBB
0,138kg
= x 1mg
1kg
= 0,138mg
1ml = 5mg
X = 0,138mg
0,138mg
= x 1ml
5mg
= 0,0276ml ~ 0,03ml
b) Tikus 2
157g = 1mg/KgBB
0,157kg
= x 2,5mg
1kg
= 0,3925mg
1ml = 5mg
X = 0,3925mg
0,3925mg
= x 1ml
5mg
= 0,0785ml ~ 0,08ml
c) Tikus 3
197g = 1mg/KgBB
0,197kg
= x 7,5mg
1kg
= 1,477mg
1ml = 5mg
X = 1,4775mg
1,4775mg
= x 1ml
5mg
= 0,2955 ~ 0,30ml
2. TABEL PENGAMATAN
Menit No PosturTubuh Aktivitas Ataxia Righting Test Analgesi Ptosis Mati
Eksperimen Motor Reflex Kasa
5 1 + + + + + + + -
2 + + + + + + + -
3 + + + + + + + -
10 1 + + + + + + + -
2 + +++ ++ + + + + -
3 +++ ++++ +++ +++ + + + -
15 1 + + + + + + + -
2 + ++++ ++ + + + + -
3 +++ ++++ +++ + ++ ++ + -
30 1 + ++ + + ++ + + -
2 ++ ++++ +++ + + ++ + -
3 +++ ++++ +++ +++ +++ ++ ++ -
60 1 + +++ + + ++ ++ ++ -
2 ++ ++++ +++ + + ++ ++ -
3 +++ ++++ +++ +++ + + +++ -
Keterangan :
1. Postur Tubuh
+ = Jaga = Kepala dan punggung tegak
++ = Ngantuk = Kepala tegak, punggung mulai datar
+++ = Tidur = Kepala dan punggung datar
2. Aktivitas Motorik
+ = Gerak spontan
++ = Gerak spontan bila dipegang
+++ = Gerak menurun saat dipegang
3. Antaxia
+ = Inkoordinasi terlihat jarang-jarang
++ = Inkoordinasi jelas terlihat
+++ = Tidak dapat berjalan lurus
4. Righting Refleks
+ = Diam pada satu posisi miring
++ = Diam pada dua posisi miring
+++ = Diam pada waktu terlentang
5. Test Kasa
+ = Tidak jatuh apabila kasa dibalik dan digoyang
++ = Jatuh apabila kasa dibalik
+++ = Jatuh apabila kasa 90o
++++ = Jatuh apabila kasa 45o
6. Analgesia
+ = Respon berkurang pada saat telapak kaki dijepit
++ = Tidak ada respon pada saat telapak kaki dijepit
7. Ptosis
+ = Ptosis kurang dari .
++ = Ptosis adalah .
+++ = seluruh palpebra tertutup
Hewan Coba I: Mula kerja dapat dilihat dari pengamatan postur tubuh ataxia
pada menit ke-15
Hewan Coba II : Mula kerja dapat dilihat dari hasil pengamatan analgesia
pada menit ke-10
Hewan Coba III : Mati
1
Efek toksik dari pestisida tersebut terlihat dari perubahan tingkah laku
berupa penurunan kesadaran yaitu postur penurunan aktifitas motorik,
ataxia, test kasa, analgesia, ptosis, dan kematian.
Efek toksik pestisida yang lain adalah hipersaliva, kontraksi ginjal, miosis,
depresi pernapsan.
Hal ini disebabkan oleh mekanisme kerja pestisida yang menghambat
pengeluaran asetilkolin, esterase pada aktivitas kolinergik sehingga
reseptor kolinergik merangsang pengeluaran asetilkolin terus menerus
tanpa dihidrolisis yang menyebabkan terjadinya akumulasi asetilkolin.
G. KESIMPULAN
H. DAFTAR PUST
I. BAHAN DISKUSI