Analgetic atau penghalang rasa nyeri adalah zat yang mengurangi atau menghalau rasa nyeri tanpa menghilangkan kesadaran. Analgetik anti inflamasi diduga bekerja berdasarkan penghambatan sintesi prostaglandin (mediator nyeri) Mekanisme kerja obat analgetik merupakan sebuah mekanisme fisiologis tubuh terhadap zat-zat tertentu. Obat analgetic bekerja didua tempat utama, yaitu dipesifer dan sentral. Golongan obat AINS bekerja diperifer dengan cara menghambat pelepasan mediator sehingga aktifitas enzim siklooksigenase terhambat dan sintesa prostaglandin tidak terjadi. Sedangkan analgetik oploid bekerja disentral dengan cara menempati reseptor didikornudarsalis medulla spindly sehimgga terjadi penghambatan pelepasan transmitter dan perangsangan ke saraf spinal tidak terjadi. - Obat Antalgin dan Antrain 1. Antalgin Mekanisme kerja : Aminopilin merupaka desivate pirazolon yang mempunyai efek sebagai analgesic , antipiretik. Efek antipiretik diduga berdasarkan efek mempengaruhi pusat pengatur suhu di hipotalamus dan menghabisi biosentesa dari prostaglandin sedangkan efek analgesiknya mengurangi rasa nyeri cukup kuat. Efek Samping : agranulosis, reaksi hipersensitifitas, reaksi pada kulit. 2. Antrain Antrain merupakan obat anti nyeri dan anti demam yang mengandung natrium metanizole 500mg dalam sediaan tablet ataupun injeksi (ampul). Metamizole atau dipiran merupakan anti nyeri kuat anti demam, metanizole dapat memberikan efek hingga empat kali lebih efektif dibandingkan paracetamol. Mekanisme Kerja : menghambat rangsangan nyeri pada susunan saraf pusat dan perifer - Jalur Pemberian Obat Dalam pengelolaan penderita, ketepatan cara pemberian obat bias menjadi factor penetu keberhasilan suatu pengobatan, karena cepat lambatnya obat sampai ditempat kerjanya (side of action) sangat tergantung pada cara pemberian obat. Ada berbagai cara pemberian obat diantaranya, secara peroral , intramuscular, intravena, subcutan, pada percobaan ini kita akan membedakan antara peroral dan instramuscular . 1. Peroral Absorsi obat yang dilakukan secara oral dapat berlangsung didalam mulut, lambung ataupun usus. Absorsi yang dapat berlangsung dimulut melalui mukosa mulut, jika obat diberikan secara sublingsal (dibawah lidah) atau secara biskal (antara mukosa pipi dan gusi). Cara ini dapat menguntungkan Karena mencegah kerusakan obat oleh asam lambung. Disamping itu , obat dari lambung akan dibawa ke hati melalui vena sehingga dapat dimetabolisme oleh hati. Hal ini harus diperhitungkan agar jangan sampai salah hitung pada pemvberian dosis. Sebagia besar obat diabsorbsi melalui jalur ini dan cara ini paling banyak digunakan karena kenyamananya. Tetapi , beberapa obat (misalnya, benzilpensilin, insulin) dirusak oleh asam atau enzim dalam usus dan harus diberikan secara parenteral. 2. Intramuscular
Intramuscular adalah penyuntikan yang dilakukan kedalam jaringan otot. Pada
percobaan pada tikus ini penyuntikan dilakukan dipangkal paha bagian dalam karena ditempat tersebut terdapat jaringan otot tikus dan tidak terdapat banyak pembuluh darah dan saraf. Posisi jarum sejajar dengan tubuh/abdomen lalu suntikkan pada otot paha bagian belakang. Penyuntikkan tidak boleh terlalu dalam agar tidak terkena pembuluh darah. Pada perconaan kelompok kmi berhasil melakukannya karena pada tikus tidak mengalami pendarahan. Dari data percobaan yang didpatkan tentang perbandingan rute pemberian oral (tikus 2) terhadap efektifitasnya, mmenunjukan bahwa rute pemberian intramuscular (tikus 1) adalah yang paling cepat memberikan respon daripada rute pemberian per oral. Didapatkan hasil rata-rata pada setiap kelompok yaitu membutuhkan waktu berkisar 15menit-45menit. Sedangkan pada pemberian per oral membutuhkan waktu berkisar 20menit-50menit memiliki onset of action paling lama.