Anda di halaman 1dari 11

a) Metode Ekstraksi

Metode ekstraksi berdasarkan ada tidaknya proses pemanasan dapat dibagi menjadi
dua macam, yaitu ekstraksi cara dingin dan ekstraksi cara panas Ekstraksi cara
dingin
Pada metode ini tidak dilakukan pemanasan selama proses ekstraksi berlangsung
dengan tujuan agar senyawa yang diinginkan tidak menjadi rusak. Beberapa jenis
metode ekstraksi cara dingin, yaitu :

 Maserasi
Maserasi merupakan metode ekstraksi dengan menggunakan pelarut diam atau
dengan adanya pengadukan beberapa kali pada suhu ruangan. Metode ini dapat
dilakukan dengan cara merendam bahan dengan sekali- kali dilakukan
pengadukan. Pada umumnya perendaman dilakukan selama 24 jam, kemudian
pelarut diganti dengan pelarut baru. Maserasi juga dapat dilakukan dengan
pengadukan secara berkesinambungan (maserasi kinetik). Kelebihan dari
metode ini yaitu efektif untuk sneyawa yang tidak tahan panas (terdegradasi
karena panas), pelaratan yang digunakan relatif sederhana, murah, dan mudah
didapat. Namun metode ini juga memiliki beberapa kelemahan yaitu waktu
ekstraksi yang lama, membutuhkan pelarut dalam jumlah yang banyak dan
adanya kemungkinan bahwa senyawa tertentu tidak dapat diekstrak karena
kelarutannya yang rendah pada suhu ruang (Sarker et al., 2006).
 Maserasi Ultrasonik
Sonikasi merupakan salah satu teknik ekstraksi yang menggunakan energi
tambahan berupa vibrasi ultrasonik untuk meningkatkan interaksi antara zat
yang akan diambil dengan pelarutnya. Penggunaan gelombang ultrasonik
dapat meningkatkan rendemen dan kualitas produk yang dihasilkan
(Supardan et al., 2011).
Penggunaan ultrasonik pada dasarnya menggunakan prinsip dasar yaitu
dengan mengamati sifat akustik gelombang ultrasonik yang dirambatkan
melalui medium yang dilewati. Pada saat gelombang merambat, medium
yang dilewatinya akan mengalami getaran. Getaran akan memberikan
pengadukan yang intensif terhadap proses ekstraksi. Pengadukan akan
meningkatkan osmosis antara bahan dengan pelarut sehingga akan
meningkatkan proses ekstraksi.
Cara kerja metode ultrasonik dalam mengekstraksi adalah sebagai berikut:
o Gelombang ultrasonik terbentuk dari pembangkitan ultrason secara lokal
dari kavitasi mikro pada sekeliling bahan yang akan diekstraksi sehingga
akan terjadi pemanasan pada bahan tersebut dan melepaskan senyawa
ekstrak.
o Terdapat ekstrak ganda yang dihasilkan yaitu pengacauan dinding sel
sehingga membebaskan kandungan senyawa yang ada didalamnya dan
pemanasan lokal pada cairan dan meningkatkan difusi ekstrak.
o Energi kinetik dilewati keseluruhan bagian cairan diikuti dengan
munculnya gelembung kavitasi pada dinding atau permukaan sehingga
meningkatkan transfer massa anatara permukaan padat- cair.
o Efek mekanik yang ditimbulkan adalah meningkatkan penetrasi dari
cairan menuju dinding membran sel yang mendukung pelepasan
komponen sel dalam meningkatkan transfer massa (Kerl, 2007).
Liu et al., (2010), menyatakan bahwa kavitasi ultrasonik menghasilkan
daya patah yang akan memecah dinding sel secara mekanis dan
meningkatkan transfer material. Kavitasi adalah gejala menguapnya zat cair
yang sedang mengalir sehingga membentuk gelembung- gelembung uap
yang disebabkan karena berkurangnya tekanan cairan tersebut sampai
dibawah titik jenuh uapnya.
 Perkolasi
Perkolasi merupakan metode ekstraksi dengan bahan yang disusun dengan
menggunakan pelarut yang selalu baru sampai prosesnya sempurna dan
umumnya dilakukan pada suhu ruang. Prosedur metode ini yaitu bahan
direndam dengan pelarut, kemudian pelarut baru dialirkan secara terus menerus
sampai warna pelarut tidak lagi berwarna atau tetap bening yang artinya sudah
tidak ada lagi senyawa yang terlarut. Kelebihan dari metode yaitu tidak
diperlukan proses tambahan untuk memisahkan padatan dengan ekstrak,
sdangkan kelemahan metode ini adalah jumlah pelarut yang dibutuhkan cukup
banyak dan proses juga memerlukan waktu yang cukup lama, serta tidak
meratanya kontak antara padatan dan pelarut (Sarker et al., 2006).
 Ekstrasksi cara panas
Pada metode ini melibatkan pemanasan selama proses ekstraksi berlangsung.
Adanya panas secara otomatis akan mempercepat proses ekstraksi dibandingkan
dengan cara dingin. Beberapa jenis metode ekstraksi cara panas, yaitu:
 Ekstraksi refluks
Ekstraksi refluks merupakan metode ekstraksi yang dilakukan pada titik didih
pelarut tersebut selama waktu dan sejumlah pelarut tertentu dengan adanya
pendingin balik (kondesor). Pada umumnya dilakukan tiga sampai lima kali
pengulangan proses pada rafinat pertama. Kelebihan metode refluks adalah
padatan yang memiliki tekstur kasar dan tahan terhadap pemanasan langsung
dapat diekstrak dengan metode ini. Kelemahan metode ini adalah
membutuhkan jumlah pelarut yang banyak (Irawan, 2010).
 Ekstraksi soxhletasi
Ekstraksi dengan alat soxhlet merupakan ekstraksi dengan pelarut yang selalu
baru, umumnya dilakukan menggunakan alat khusus sehingga terjadi ekstraksi
konstan dengan adanya pendingin balik (kondensor). Pada metode ini, padatan
disimpan dalam alat soxhlet dan dipanaskan, sedangkan yang dipanaskan
hanyalah pelarutnya. Pelarut terdinginkan dalam kondensor, kemudian
mengekstraksi padatan. Kelebihan metode soxhlet adalah proses ekstraksi
berlangsung kontinu, memerlukan waktu dnegan metode maserasi atau
perkolasi. Kelemahan dari metode ini adalah dapat menyebabkan rusaknya
solute atau komponen lainnya yang tidak tahan panas karena pemanasan
ekstrak yang dilakukan secara terus menerus (Sarket et al., 2006; Tiwari et al.,
2011).
Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi proses ekstraksi yaitu (KirkOthmer,
1998; Perry, R., et al, 1984):
 Perlakuan pendahuluan
Perlakuan pendahuluan dapat berpengaruh terhadapat rendeman dan mutu
ekstrak yang dihasilkan. Perlakuan pendahuluan meliputi pengecilan ukuran
dan pengeringan bahan. Semakin kecil ukuran partikel, maka semakin besar
luas kontak antara padatan dengan pelarut, tahanan menjadi semakin
berkurang, dan lintasan kapiler dalam padatan menjadi semakin pendek (laju
difusi berbanding lurus dengan luas permukaan padatan dan berbanding
terbalik dengan ketebalan padatan), sehingga proses ekstraksi menjadi lebih
cepat dan optimal. Teknik pengecilan ukuran dapat dilakukan dengan cara
pemotongan, penggilingan, maupun penghancuran.
Pengeringan bahan bertujuan untuk menguapkan sebagian air dalam bahan,
sehingga kadar air bahan menurun. Selain itu, kerusakan dinding sel bahan
selama pengeringan akan mempermudah pengeluaran solute dalam bahan.
Pengeringan juga dapat mempermudah proses pengecilan ukuran dan
meningkatkan mutu ekstrak dengan menghindari adanya air dalam ekstrak
(Somaatmadja, 1985). Pada umumnya pengeringan dilakukan pada suhu
kamar atau oven dengan temperatur kuran dari 30 0C. Keuntungan
pengeringan dengan menggunakan oven yaitu tidak tergantung cuaca,
kapasitas pengeringan dapat disesuaikan, tidak memerlukan tempat yang
luas, dan kondisi pengeringan dapat dikontrol. Faktor-faktor yang
mempengaruhi pengeringan yaitu udara pengering dan sifat bahan. Faktor
yang berhubungan dengan udara pengering yaitu suhu, kecepatan
volumetrik aliran udara pengering, dan kelembapan udara sedangkan faktor
yang berhubungan dengan sifat bahan yaitu ukuran, kadar air awal, dan
tekanan parisal bahan.
 Perlakuan pendahuluan
Kelarutan bahan yang diekstraksi dan difusivitas akan meningkat dengan
meningkatnya temperatur. Namun temperatur yang terlalu tinggi dapat
merusak bahan yang diekstrak, sehingga perlu menentukan temperatur
optimum.
 Faktor pengadukan
Pengadukan dapat mempercepat pelarutan dan meningkatkan laju difusi solute.
Pergerakan pelarut di sekitar bahan akibat pengadukan dapat mempercepat
kontak bahan dengan pelarut dan memindahkan komponen dari permukaan
bahan ke dalam larutan dengan jalan membentuk suspensi serta melarutkan
komponen tersebut ke dalam media pelarut (Larian, 1959). Pengadukan dapat
dilakukan dengan cara mekanis, pengaliran udara atau dengan kombinasi
keduanya.
Morfologi
Terna tahunan tinggi ±20 cm. Batang semu, pendek membentuk rimpang, coklat keputihan.
Daun tunggal, menempel di permukaan tanah, melonjong membundar, panjang 7-15 cm,
lebar 2-8 cm, ujung melancip, pangkal menjantung, membundar, tepi rata, hijau. Bunga
majemuk, kelopak membentuk tabung, bercuping memita, benang sari panjang 4 mm,
kuning, staminodium melonjong membundar telur sungsang, putih, putik putih, putih
keunguan. Akar serabut, coklat kekuningan, membentuk umbi, membulat telur-membulat,
putih di bagian dalam. (Permenkes, 2016). Untuk permukaan daun bagian atas tidak
mempunyai bulu tetapi pada bagian bawah memiliki bulu yang halus. Kemudian untuk
tangkai daun sedikit pendekmemiliki ukuran berkisar antara 3-10 cm yang terbenam
didalam tanah, mempunyai panjang berkisar 2-4 cm yang memiliki warna putih. Jumlah
daun pada kencur tidak lebih dari 2-3 lembar dengan susunan yang saling berhadapan.
(Haryudin 2016)
Ekologi dan Penyebaran
Tumbuh di India, Malaysia, dan Indonesia. Dapat tumbuh ditempat rendah dan
dipegunungan. Menghendaki tanah yang subur dan gembur, ditempat yang sedikit
kenaungan. (Depkes RI, 1977)
Kandungan Kimia

Gambar 1 Struktur Kimia Kencur


Menurut (Afriastini, 2012) Kandungan kimia yang terdapat pada rimpang kencur
(Kaempferia galanga) yaitu : (1) etil sinamat, (2) etil p-metoksisinamat, (3) p-
metoksistiren, (4) karen (5) borneol, dan (6) paraffin. Rimpang Kencur mengandung pati
(4,14 %), mineral (13,73 %), dan minyak atsiri (0,02 %) berupa sineol, asam metil kanil
dan penta dekaan, asam sinnamat, etil aster, asam sinamik, borneol, kamfen, paraeumarin,
asam anisikα, alkaloid dan gom (Permenkes, 2016). Dua komponen senyawa kimia
terbesar yang terkandung dalam minyak atsiri kencur yaitu Etil sinamat (65,98%) dan Etil
p-metoksi sinamat (23,65%) (Lely, N. and Rahmanisah, D.2017). Kandungan senyawa
yang terdapat didalam rimpang kencur salah satunya adalah Etil parametoksisinamat
(EPMS) senyawa ini merupakan senyawa yang paling besar atau yang paling banyak
jumlahnya yang ada didalam rimpang kencur. (Hudha, et al 2017).

Khasiat dan Manfaat


Analgetik, antiinflamasi (Permenkes, 2016). Rimpang kencur berkhasiat sebagai obat
batuk, obat lambung, obat mual, obat bengkak dan obat bisul (Depkes RI, 2001). Senyawa
Etil parametoksinamat sering dipakai sebagai bahan penelitian karena memiliki manfaat
sebagai salah satu bahan dasar sediaan kosmetik yaitu tabir surya (pelindung kulit dari
sengatan sinar matahari) selain itu juga terdapat beberapa penelitian yang menyatakan
bahwa kencur memiliki aktivitas sebagai obat asma, anti jamur dan antibakteri (Hudha, et
al 2017).
Kontraindikasi
Alergi, kehamilan, gangguan GI kronik. (Permenkes, 2016).
2.1. Ekstrak
Ekstrak adalah sediaan kering, kental atau cair dibuat dengan menyari simplisia
menurut cara yang cocok, di luar pengaruh cahaya matahari langsung. Ekstrak harus
mudah digerus menjadi serbuk (Permenkes, 2016).
Ekstrak hasil proses ekstraksi tanaman mengandung campuran metabolit yang sangat
kompleks. Senyawa aktif yang terkandung dalam simplisia digolongkan ke dalam beberapa
golongan yaitu minyak atsiri, alkaloid, tanin, flavonoid dan lain-lain. Pelarut yang
digunakan dipilih berdasarkan bahan aktif yang akan disari dari simplisia tersebut. Faktor
penting untuk keberhasilan proses ekstraksi yaitu simplisia, pelarut dan pemilihan metode
ekstraksi (DepKes RI, 2000).
Ekstrak dikelompokan atas dasar sifatnya, yaitu (Voight, 1995):

a. Ekstrak encer adalah sediaan yang memiliki konsistensi semacam madu dan dapat
dituang.
b. Ekstrak kental adalah sediaan yang dilihat dalam keadaan dingin dan tidak dapat
dituang. Kandungan airnya berjumlah sampai 30%. Tingginya kandungan air
menyebabkan ketidakstabilan sediaan obat karena cemaran bakteri.
c. Ekstrak kering adalah sediaan yang memiliki konsistensi kering dan mudah dituang,
sebaiknya memiliki kandungan lembab tidak lebih dari 5%.
d. Ekstrak cair, ekstrak yang dibuat sedemikiannya sehingga 1 bagian simplisia sesuai
dengan 2 bagian ekstrak cair.
Senyawa EPMS termasuk dalam golongan senyawa ester yang mengandung cincin
benzena dan gugus metoksi yang bersifat nonpolar dan juga gugus karbonil yang
mengikat etil yang bersifat sedikit polar sehingga dalam ekstraksinya dapat menggunakan
pelarut-pelarut yang mempunyai variasi kepolaran yaitu etanol, etil asetat, methanol, air
dan heksana (Barus, 2009). Ekstrak yang dihasilkan dikarekterisasi meliputi parameter
spesifik dan nonspesifik (Istiqomah, 2013).
Proses ekstraksi dapat melalui tahap menjadi: pembuatan serbuk, pembasahan,
penyarian, dan pemekatan. Sistem pelarut yang digunakan dalam ekstraksi harus dipilih
bedasarkan kemampuannya dalam melarutkan jumlah yang maksimum dari zat aktif dan
yang seminimum mungkin bagi unsur yang tidak diinginkan (Depkes RI, 2000).

Pembuatan ekstrak melalui tahap-tahap sebagai berikut :

a. Pembasahan (Depkes RI, 1986; Depkes RI, 2000).

Pembasahan serbuk dilakukan pada penyarian, dimaksudkan memberikan


kesempatan sebesar-besarnya kepada cairan penyari memasuki pori-pori dalam
simplisia sehingga mempermudah penyarian selanjutnya.
b. Penyari/ Pelarut (Depkes RI, 1986; Depkes RI, 2000)
Cairan penyari yang digunakan dalam proses pembuatan ekstrak adalah penyari yang
baik untuk senyawa kandungan yang berkhasiat atau aktif. Penyari tersebut dapat
dipisahkan dari bahan dan dari senyawa kandungan lainnya. Faktor utama yang
menjadi pertimbangan dalam pemilihan cairan penyari adalah selektifitas, ekonomis,
kemudahan bekerja, ramah lingkunguan dan aman.
Dalam hal keamanan untuk manusia atau hewan coba, cairan pelarut harus
memenuhi syarat kefarmasian atau dalam perdagangan dikenal dengan kelompok
spesifikasi “Pharmaceutical grade”. Sampai saat ini berlaku aturan bahwa pelarut
yang diperbolehkan adalah air, alkohol (etanol) atau campuran (air dan alkohol)
c. Pemisahan dan Pemurnian (Depkes RI, 2000)
Tujuannya adalah untuk menghilangkan (memisahkan) senyawa yang tidak
dikehendaki semaksimal mungkin tanpa pengaruh pada senyawa kandungan yang
dikehendaki, sehingga diperoleh ekstrak yang lebih murni. Proses-proses pada tahap
ini adalah pengendapan, pemisahan dua cairan tak bercampur, sentrifugasi,
dekantasi, filtrasi, serta proses absorpsi dan penukar ion.
d. Pemekatan/ Penguapan (Depkes RI, 2000)
Pemekatan berarti peningkatan jumlah partikel solut (senyawa terlarut) dengan cara
penguapan pelarut tanpa sampai menjadi kering tetapi ekstrak hanya menjadi kental/
pekat.
2.2. Metode Ekstraksi
Ekstraksi dengan menggunakan pelarut:

 Cara dingin

Ekstraksi cara dingin memiliki keuntungan dalam proses ekstraksi total, yaitu
memperkecil kemungkinan terjadinya kerusakan pada senyawa termolabil yang
terdapat pada sampel. Sebagian besar senyawa dapat terekstraksi dengan ekstraksi
cara dingin, walaupun ada beberapa senyawa yang memiliki keterbatasan kelarutan
terhadap pelarut pada suhu ruangan.
Terdapat sejumlah metode ekstraksi, yang paling sederhana adalah ekstraksi dingin
(dalam labu besar berisi biomasa yang diagitasi menggunakan stirer), dengan cara ini
bahan kering hasil gilingan diekstraksi pada suhu kamar secara berturut-turut dengan
pelarut yang kepolarannya makin tinggi. Keuntungan cara ini merupakan metode
ekstraksi yang mudah karena ekstrak tidak dipanaskan sehingga kemungkinan kecil
bahan alam menjadi terurai.
Penggunaan pelarut dengan peningkatan kepolaran bahan alam secara berurutan
memungkinkan pemisahan bahan-bahan alam bedasarkan kelarutannya (dan
polaritasnya) dalam pelarut ekstraksi. Hal ini sangat mempermudah proses isolasi.
Ekstraksi dingin memungkinkan banyak senyawa terekstraksi, meskipun beberapa
senyawa memiliki pelarut ekstraksi pada suhu kamar (Heinrich et al., 2004)
 Maserasi

Maserasi adalah proses pengekstrakan simplisia dengan menggunakan


pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada temperatur
ruangan (kamar). Maserasi bertujuan untuk menarik zat-zat berkhasiat yang
tahan pemanasan maupun yang tidak tahan pemanasan. Secara teknologi
maserasi termasuk ekstraksi dengan prinsip metode pencapaian konsentrasi
pada keseimbangan. Maserasi dilakukan dengan beberapa kali pengocokan atau
pengadukan pada temperatur ruangan atau kamar (Depkes RI, 2000).
Maserasi berasal dari bahasa latin Macerace berarti mengairi dan
melunakan. Maserasi merupakan cara ekstraksi yang paling sederhana. Dasar
dari maserasi adalah melarutnya bahan kandungan simplisia dari sel yang
rusak, yang terbentuk pada saat penghalusan, ekstraksi (difusi) bahan
kandungan dari sel yang masih utuh. Setelah selesai waktu maserasi, artinya
keseimbangan antara bahan yang diekstraksi pada bagian dalam sel dengan
masuk kedalam cairan, telah tercapai maka proses difusi segera berakhir.
Selama maserasi atau proses perendaman dilakukan pengocokan berulang-
ulang. Upaya ini menjamin keseimbangan konsentrasi bahan ekstraksi yang
lebih cepat didalam cairan. Sedangkan keadaan diam selama maserasi
menyebabkan turunannya perpindahan bahan aktif. Secara teoritis pada suatu
maserasi tidak memungkinkan terjadinya ekstraksi absolut. Semakin besar
perbandingan simplisia terhadap cairan pengekstraksi, akan semakin banyak
hasil yang diperoleh (Voigh, 1994).
Kerugiannya adalah pengerjaanya lama dan penyarian kurang sempurna.
Secara teknologi termasuk ekstraksi dengan prinsip metode pencapaian
konsentrasi pada keseimbangan. Maserasi kinetik berarti dilakukan
pengulangan penambahan pelarut setelah dilakukan penyaringan maserat
pertama, dan seterusnya (Depkes RI, 2000; Depkes RI, 1995).

Anda mungkin juga menyukai