MAKALAH
Oleh
Yokie Suryo P
19010071
i
ANALISIS PENANGGULANGAN PACK OFF PEMBORAN
TRAYEK 12 ¼ PADA SUMUR MINYAK F-1ST
LAPANGAN 12-C
Makalah
Oleh
Yokie Suryo P
19010071
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur serta terima kasih kepada Allah SWT atas berkat dan
karunia- Nya lah sehingga makalah yang berjudul “Analisis penanggulangan
pack off pemboran trayek 12 ¼ pada sumur minyak F-1ST lapangan 12-C ”
ini dapat selesai dengan baik dan tepat waktu.
Pada kesempatan ini, penulis berterima kasih kepada pihak-pihak yang
membantu dalam menyelesaikan skripsi ini, terutama kepada Bapak Dr. H,
Nahdudin Islami, M.Si. Selaku ketua Yayasan Bina Islami, Ibu Ir. Hj. Hanifah
Handayani, M.T. selaku Direktur Akamigas Balongan, dan Bapak Hadi
Purnawan, M.Pd. atas bimbingan dan nasehatnya selama penelitian berlangsung
dan selama penulisan makalah ini.
Tidak lupa penulis berterima kasih kepada kedua orang tua saya dan
seluruh keluarga penulis yang tanpa henti memberikan doa, cinta, dan dukungan
terbaiknya dalam setiap urusan penulis dapat terselesaikan dengan lancar.
Dan juga untuk seluruh teman-teman Teknik Perminyakan 19 atas segala
kebersamaan dan sebagai penyemangat selama perkuliahan.
Dengan segala kekurangan yang ada, penulis menyadari bahwa skripsi ini
jauh dari kata sempurna karena kesempurnaan hanya milik Allah SWT. Oleh
karena itu, penulis berharap ada kritik dan saran yang membangun sehingga dapat
berguna demi kemajuan penulis di masa yang akan datang.
iii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................iii
DAFTAR ISI............................................................................................................iv
DAFTAR TABEL..................................................................................................vi
DAFTAR GAMBAR............................................................................................vii
DAFTAR LAMPIRAN.........................................................................................viii
DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG........................................................ix
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................1
Latar belakang................................................................................1
Rumusan Masalah..........................................................................2
Maksud Dan Tujuan Penelitian......................................................2
Batasan Masalah............................................................................3
Manfaat Penelitian.........................................................................3
iv
DAFTAR ISI ( Lanjutan )
BAB V PENUTUP.............................................................................................51
V.I KESIMPULAN............................................................................51
V.I SARAN........................................................................................51
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................52
v
DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR GAMBAR
vi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran A Nilai Lost in Hole sumur F-1ST........................................................50
Lampiran B Nilai Cost of Sidetrack.......................................................................51
vi
DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG
LAMBANG
BO Back Off, $ 28
CoST Cost of Sidetrack, $ 28
d Tinggi kolom lumpur, ft 9
D Diameter lubang bor, ft 21
DCS Daily Cost Sum, $ 28
Dp Perbedaan tekanan, psi 10
DEP Depreciation, % 28
E Regangan, inch 22
EFT Economic Fishing Time, days 28
F Tarikan (gaya), lb 22
FVD Fish Value Depreciated, $ 28
G Gradien Fluida, psi/ft 10
L Panjang pipa yang bebas, ft 22
LIHP Lost in Hole Price, $ 28
Mw Berat jenis lumpur bor, lb/gal 9
ix
DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG ( Lanjutan )
x
BAB I
PENDAHULUAN
Latar belakang
Sumur F-1ST merupakan sumur pengembangan di area struktur Bunyu.
Tujuan dilakukan pemboran sumur F-1ST adalah untuk menambah jumlah
produksi di Bunyu. Pemboran dilakukan pertama kali pada 5 Desember 2017
dengan trayek awal 26” dari kedalaman 0-37 mMD.
Pada proses pemboran trayek 12 ¼” yang dimulai dari kedalaman 540
mMD dengan MW 1.05 Hingga pada kedalaman 1546 mMD menembus formasi
sandstone dan shale dengan nilai MW in dan MW out 1.09, menggunakan lumpur
KCL-Polymer. Sesaat kemudian terindikasi terjadi loss (20<bbl/h) ,
permasalahan tersebut langsung diatasi menggunakan LCM sebanyak 40 ppb
dengan dua kali spot. Setelah dilakukan penanggulangan, langkah selanjutnya
yaitu angkat rangkaian dari kedalaman 1546-1413 mMD, untuk flow check dan
pada saat yang bersamaan sirkulasikan 400 gpm, terindikasi rate loss berkurang.
Setelah itu, kembali dilakukan Run in hole dari kedalaman 1413-1546 mMD. Saat
dilakukan Run in Hole didapatkan string tidak dapat digerakan pada kedalaman
1531 mMD. Indikasi terjadi pack off saat surge ke kedalaman 1531mMD/1522.6
TVD yang diakibatkan runtuhnya formasi yang sudah tidak kompak lagi, karena
ada perlapisan formasi sandstone dan shale yang tipis, dengan nilai MW in dan
MW out sebelum terjadi stuck sebesar 1.06 dan setelah stuck 1.08. Penentuan
letak stuck menggunakan free point indicator.
Untuk usaha pembebasan pipa terjepit dimulai dari melakukan Work on
Pipe, Coba aktifkan jar up, jar belum bekerja ternyata terdapat kerusakan pada
drawork, hingga mechanical backoff dan string shot backoff, yang apabila
diakumulasi pengerjaan pembebasan pipa terjepit mencapai 216 jam dan hanya
beberapa usaha yang berhasil. Ada sebagian string yang berhasil diangkat dimulai
1
dari kedalaman 0-328m diantaranya yaitu 77 jts dp 5”, dengan berusaha reconnect
sisa string masih belum berhasil. Sehingga pengerjaan fishing ini terlalu lama
menghabisakan waktu hingga 409 jam atau sekitar 17 hari.
Setelah usaha fishing tidak dapat dilakukan maka perusahaan memutuskan untuk
melakukan sidetrack dengan beberapa pertimbangan yang sudah dilakukan,
berdasarkan dari perhitungan economic fishing time, sehingga didapatkan
probabilitas keberhasilan berbanding dengan lama hari pengerjaan fishing. Dan,
pekerjaan sidetrack menjadi lebih efisien daripada harus melanjutkan pekerjaan
fishing yang cukup lama dan dengan biaya yang besar.
Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari Analisis dan evaluasi pembebasan pipa terjepit dapat
disampaikan pada pertanyaan berikut:
1. Pada proses pemboran di kedalaman 1531 mMD terdapat indikasi pipa
terjepit. Faktor apa saja yang menyebabkan pipa terjepit?
2. Pada saat pipa terjepit, terdapat beberapa metode untuk menentukan titik
jepit. Metode apa saja yang digunakan untuk mengetahui letak
terjepitnya pipa?
3. Setelah mengetahui metode menentukan titik jepit, akan dilakukan
penanggulangan, apa saja yang digunakan untuk mencegah dan
menanggulangi pipa terjepit?
2
Batasan Masalah
Pada penelitian Tugas Akhir kali ini yaitu mengenai penentuan jenis stuck
pipe dan metode yang digunakan untuk mengatasi masalah berdasarkan dari data
Daily Drilling Report (DDR), Daily Mud Report, Data Log Free Point Indicator
Tool dan Perhitungan Economic Fishing Time.
Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dan penulisan tugas akhir ini adalah Mahasiswa diharapkan
dapat menambah ilmu dan wawasan mengenai kondisi nyata yang ada di lapangan
juga mendapat ilmu untuk mengambil dan mengolah data menjadi sesuatu yang
bermanfaat seperti pemahaman tentang teori dan praktik yang dapat dikaitkan
selama masa perkuliahan berlangsung dan diharapkan untuk peneliti berikutnya,
hasil penelitian yang sudah saya lakukan dapat menjadi acuan dan referensi untuk
penelitian yang sejenis. Diharapkan dapat mempererat hubungan kerjasama antara
universitas trisakti dengan perusahaan tersebut, dimana tempat mahasiswa
melaksanakan penelitian tugas akhir dan untuk perusahaan agar dapat
memenberikan Analisis permasalahan yang sedang berlangsung dan diharapkan
dapat memberikan solusi untuk digunakan kedepannya.
3
BAB II
TINJAUAN UMUM
F-1ST
4
II.1 Aspek Formasi
Aspek ini meliputi jenis batuan yang ditembus dan pengaruhnya terhadap
mekanisme jepitan yang muncul. Pemboran yang menembus zona permeable
dapat menyebabkan terjadi differential Pipe Sticking, dan dari pengaruh profil
sumur dan kecenderungan adanya perubahan sudut secara tiba tiba dapat
mengakibatkan key seat. Pada sumur berarah dengan kemiringan yang tinggi,
faktor yang sangat penting adalah berat lumpur, dimana berat lumpur ini harus
dapat menahan berat diatasnya atau biasa disebut overburden, jika berat lumpur
kurang maka akan mengakibatkan runtuhnya formasi dan mengakibatkan
stuckpipe (Bourgoyne Jr., Millhelm, Chenevert, & Young Jr., 1991).Tekanan
Formasi dapat dihitung dengan persamaan (2.1)
Pf = G x Depth (2.1)
Dimana:
Pf = Tekanan Formasi, psi
G = Gradien Fluida, psi/ft
Depth = Kedalaman, ft
5
Tekanan hidrostatik lumpur pemboran dapat dihitung dengan persamaan (2.1) :
Ph=0,052 x Mw x d (2.2)
Dimana:
Ph = Tekanan hidrostatik lumpur bor, psi
Mw = Berat Jenis Lumpur Bor, lg/gal
d = Tinggi kolom lumpur, ft
Dp=Ph-Pf (2.3)
Dimana:
Dp = Perbedaan Tekanan, psi
Ph = Tekanan hidrostatik lumpur bor, psi
Pf = Tekanan formasi, psi
6
II.2.3 Parameter Pemboran
Parameter pemboran bermain penting dalam membantu driller mencapai
ROP ( Rate of Penetration ) yang baik, performa pemboran yang baik dan
memperpanjang umur bit. Ada beberapa hubungan antaran parameter pemboran
dan semua faktor dalam pemboran seperti diameter dari alat yang digunakan,
kekerasan batuan, dan jenis formasi. Mempelajari bagaimana mengatur parameter
pemboran akan membantu driller menaikan performanya pada situasi pemboran
yang sulit. Berikut adalah beberapa parameter pemboran. (Bowes, 1997)
1. Weight On Bit
Weight on Bit atau WOB adalah jumlah gaya ke bawah yang diberikan
pada mata bor yang diberikan oleh drill collar. WOB ini diaplikasikan pada drill
string yang memberikan beban pada formasi yang akan ditembus dan akan
memudahkan operasi pemboran. Dengan pemilihan WOB yang sesuai digabung
dengan ukuran drill string yang sesuai akan memudahkan penghancuran batuan
yang akan ditembus dan meningkatkan laju penembusan.
Drill collar dan HWDP berfungsi sebagai pemberat yang dapat mengatur
besar kecilnya WOB. Dengan menambah berat dari Drill Collar maupun HWDP
dapat menambah WOB-nya, begitupula sebaliknya. Namun jika WOB terlalu
besar dapat menyebabkan pembengkokan pipa. (R. F. Mitchell & Miska, 2011)
7
lumpur juga mempengaruhi putaran dari bit, dimana semakin cepat laju fluidanya
makan putaran dari bit akan semakin cepat. (Heriot-watt, 1940)
8
II.3.1 BIT
Bit berfungsi untuk menghancurkan batuan, bit terletak pada ujung
komponen Bottom Hole Assembly dan fungsi lainnya adalah untuk mengambil
sampel pada saat coring. Jenis bit yang digunakan berbeda beda jenisnya
berdasarkan karasteristik lapisan yang akan ditembus agar laju penembusannya
optimal. (Adams, 1981). Berikut adalah contoh Bit pada Gambar II.3 :
9
Drill Collar pun memiliki berbagai macam jenis, salah satu faktor yang
mempengaruhi perbedaan jenisnya adalah diameter luarnya. Berikut adalah
dimensi API untuk Drill Collar pada Tabel II.1
II.3.3 Stabilizer
Stabilizer merupakan salah satu komponen BHA yang berfungsi untuk
mejaga kesetimbangan drill collar dan dan drill bit yang ada di lubang bor.
Berdasarkan fungsi yang diinginkan, stabilizer dapat diletakan dekat dengan drill
bit atau pada sambungan drill collar yg terletak agak jauh dari bit. Fungsi lainnya
adalah untuk tetap menjaga agar lubang tetap lurus, menghindari drill collar
menempel pada dinding lubang atau sticking, mengontrol kemiringan dari lubang
dan menaikkan laju penetrasi. (R. F. Mitchell & Miska, 2011). Hal ini penempatan
stabilizer mempengaruhi fungsinya. Dimana pada prinsip fulcrum, stabilizer
diletakkan dekat dengan bit, dan mengakibatkan turunnya sudut inklinasi string.
1
Dan sebaliknya pada prinsip pendulum, stabilizer diletakkan jauh dari bit,
dan mengakibatkan naiknya sudut inklinasi string Gambar stabilizer dapat dilihat
pada Gambar II.5 :
Stabilizer harus tahan terhadap abrasi dan luas area kontak permukaan
dinding lubar bor juga harus cukup, luas kontak yang lebar akan mengurangi
resiko stabilizer terjebak atau tertanam pada formasi yang lunak. Pemilihan
Stabilizer juga harus didasarkan pada kemampuan pemboran terhadap lapisan
formasi dan kondisi sumur. (R. F. Mitchell & Miska, 2011)
1
kinetic lalu didapatkan gaya ke atas terhadap drill string bagian bawah jar dan
sebaliknya. Berdasarkan tripping mechanism, jar sendiri dibagi menjadi dua tipe,
mechanical jars dan Hydraulic jars.(R. F. Mitchell & Miska, 2011)
II.3.3 Drillpipe
DP atau Drillpipe adalah pipa baja seamless yang digunakan dalam
drillstring disuatu operasi pemboran dan merupakan komponen utama dari
seluruh drillstring, fungsinya menyambungkan dan memutar peralatan dari
permukaan dengan peralatan BHA dan bit. (Baker Hughes, 1995). Contoh dari
drill pipe ada pada Gambar II.6 :
Grade dari Drill Pipes mendeskripsikan nilai yield strength minimum dari
pipa. Nilai ini sangat penting karena digunakan pada burst, collapse, dan tension
calculation. Nilai grade pada umumnya tertera pada Tabel II.II sebagai berikut:
Tabel II.II Tipe Drill Pipe berdasarkan Yield Strength (Adams, 1981)
Grade
Yield Strength,
Letter Alternate
psi
Designation Designation
D D-55 55,000
E E-75 75,000
X X-95 95,000
1
Tabel II.III Tipe Drill Pipe berdasarkan Yield Strength (Lanjutan) (Adams, 1981)
1
menyebabkan terjadinya pipa terjepit, faktor utamanya adalah karena lost
circulation, dan beberapa faktor lainnya seperti Hole Pack Off, Swelling Clay,
Differential Sticking, Key Seat, Junk, Green Cement, Collapse Casing dan
undergauge hole. (Bowes, 1997)
1
Dimana hole pack off dapat terjadi pada pemboran vertical maupun
directional. Jepitan pipa jenis hole pack off ini dapat dilihat pada Gambar II.8 :
Biasanya pada formasi ini banyak mengandung lapisan shale yang bersifat
tidak kompak atau tidak stabil dan yang berisifat high pressure sehingga lapisan
ini mudah runtuh dan dapat menutup lubang bor. Shale instability terbagi dalam
dua jenis yaitu geopressured shale dan reactive shale.(Amoco, 1996)
1. Geopressure Shale
Geopressure shale mempunyai tekanan formasi yang abnormal yang
dikarenakan tekanan formasi yang lebih besar dibandingkan tekanan hidrostatik.
1
Dinding lubang bor akhirnya tersumbat dan mengakibatkan stuckpipe.
Berikut adalah ilustrasi terjadinya geopressured shale pada gambar II.9
2. Reactive Shale
Reactive shale merupakan formasi shale yang apabila bercampur dengan
WBM (water base mud) atau lumpur dengan bahas dasar air tawar, clay yang
merupakan jenis mineral akan menyerap air tersebut dan akan mengembang yang
1
mengakibatkan lubang bor menyempit dan akan terjadi stuck pipe. Mineral clay
yang termasuk jenis reactive shale adalah seperti kaolinite, montmorillonite, dan
illite.
Mineral Montmorillonite adalah mineral yang paling reaktif apabila
bercampur dengan air, karena pada mineral montmorillonite mengandung ion Na+
yang akan mengembang jika bertemu denhan H2O. Shale inilah yang
dikhawatirkan saat operasi pemboran karena dapat mengakibatkan sloughing dan
mengakibatkan pipa terjepit (Amoco, 1996). Berikut adalah illustrasi gambar
reactive shale pada gambar II.10
Beberapa tanda terjadinya reactive shale pada saat melakukan pemboran adalah :
1. Meningkatnya Plastic Viscosity dan Yield Point .
2. Dikarenakan annulus yang tertutup makan tekanan pompa akan meningkat.
3. Meningkatnya torque.
Untuk mencegah terjadinya reactive shale maka dapat dilakukan beberapa hal
berikut:
1. Menggunakan Inhibited mud
2. Mengatur mud properties
3. Memakai lumpur polimer yang prinsipnya mengurangi aktivitas unsur
natrium dari clay.
1
II.4.2 Swelling clay
Faktor utama dari terjadinya swelling clay adalah adanya fasa cair dari
lumpur pemboran (mud-filtrate) serta mineral clay yang bisa mengembang
(exspandable).
Masalah ini terjadi disebabkan oleh adanya invasi mud filtrate yang
kemudian dihidrasi oleh mineral clay yang terdistribusi di dalam formasi.
Tingkatan dari clay hydration tergantung pada tipe clay nya dan Cation Exchange
Capacity (CEC) dari konten claynya (Hussain, 2001). Semakin besar cation
exchange capacity maka semakin mudah menyerap claynya. Beberapa jenis clay
yang ditemukan saat pemboran seperti smectite dengan nilai CEC sebesar 80-150
meq/100g (salah satu contoh dari smectite adalah Bentonite Clays), kemudian
illite dengan CEC sebesar 10-40 meq/100g, kemudian chlorite dengan CEC
sebesar 10- 40 meq/100g dan Kaolinite dengan CEC sebesar 3-10 meq/100g.
(Bowes, 1997)
1
Tekanan hidrostatis menciptakan perbedaan yang memaksa pipa pemboran
bergerak ke filter cake melewati zona permeabel. (Bowes, 1997). Berikut contoh
ilustrasi dari differential sticking Gambar II.11 :
Beberapa tanda dari pipa terjepit akibat key seat adalah sebagai berikut:
1. Sirkulasi berlangsung normal
2. Lubang sempit saat tripping out
2
Bit yang baru bisa terjepit pada bagian atas coring section. Illustrasi untuk
undergauge hole ada pada Gambar II.12
II.4.7 Junk
Junk adalah benda asing pada lubang pemboran, yang seharusnya tidak
ada disana. Ini bisa terjadi karena beberapa faktor seperti pembersihan rig floor
yang kurang baik, rotary table yang tidak ditutup ataupun peralatan bagian bawah
atau atas yang sedang mengalami masalah.
Disaat nilai clearance antara casing dan collars/stabilizers tidak begitu
bagus, bahkan sebuah junk yang kecil dapat mengakibatkan pipa terjepit.
Kejadian ini dapat terjadi kapan saja tanpa adanya tanda tanda, penanganan
pertama untuk permasalahan seperti ini bisa dengan memberikan jar up maupun
jar down.(Bowes, 1997).
Beberapa kegitan preventif dapat dilakukan seperti, menjaga kebersihan
rig floor, menjaga agar peralatan yang ada di rig floor dalam keadaan baik, dan
melakukan inspek peralatan bawah permukaan.
2
Junks juga dapat terjatuh dari dalam sumur termasuk bagian packer yang
rusak, metal swarf pada pengerjaan milling. Berikut adalah ilustrasi untuk masalah
pipa terjepit akibat junk pada Gambar II.13
2
II.4.9 Mobile Formation
Istilah dari mobile atau plastic formation biasanya mengacu pada halites
(salt) dan claystones, batuan formasi ini mengandung property plastic yang
memungkinkan mereka berubah dan mengalir pada kondisi saat diberi tekanan
tertentu. Mobile formation disebabkan oleh overburdened pressure yang menekan
squeezes shale atau salt ke wellbore. Formasi yang tertekan atau tergencet akan
mengurangi diameter lubang pemboran, sehingga formasi bergerak masuk ke
dalam lubang bor dan mengakibatkan stuck pipe (Bowes, 1997). Illustrasi dari
mobile formation dapat dilihat pada Gambar II.16
2
lumpur akan berkurang dan gaya tekan rangkaian pemboran yang terjepit akan
berkurang sehingga akan memudahkan proses pelepasan stuckpipe (Adams, 1981)
1
Vannulus= x (D-OD)2 x l (2.4)
4
Dimana:
D = Diameter lubang bor, ft
OD = Outside Diameter Drill String, ft
Vannulus= Volume Annulus, ft3
735.294 𝑥 𝑒 𝑥 𝑊𝑑𝑝
𝐿 (2.5)
= 𝐹
Dimana:
L = Panjang pipa yang bebas, ft
e = regangan, inch
Wdp = Berat nominal drill pipe, lb/ft
2
F = Tarikan (gaya), lb
II.5.5 Jarring
Metode ini dilakukan pertama kali saat terjadi pipa terjepit. Dengan
memberi hentakan ke atas maupun kebawah, yang diharapkan dapat melepaskan
pipa dari jepitan . Pada saat melakukan pull out, harus diperhitungkan tensile
strength dari pipa pemboran agar saat dilakukan jarring tidak merusak bahkan
memutuskan rangkaian pipa dan juga harus mengetahui kekuatan rig, agar
menghindari robohnya Menara rig. Untuk menentukan titik jepitnya dilakukan
metode penarikan. Pertama kali drillstring ditarik dengan overpull 100,000 lbs
kemudian ditarik kembali dengan kekuatan 125,000 lbs, terakhir mengakibatkan
rangkain mengalami perpanjangan setelah diberi kekuatan overpull maksimum
sebesar 200,000 lbs yag dilakukan secara bertahap.(Bowes, 1997)
2
bagian pipa yang
2
masih bebas dari jepitan dari lubang bor. Bagian rangkaian pemboran yang masih
tersisa (fish) dapat diambil dengan menggunakan peralatan fishing tool maupun
peralatan washover. namun, metode fishing perlu dilakukan evaluasi serta
perhitungan untuk mengetahui apakah ekonomis jika dilakukan fishing job. Jika
perhitungan menandakan tidak ekonomis, maka fishing job tidak perlu dilakukan.
Apabila kerusakan atau sisa rangkaian pemboran tidak bisa diambil, sebagai
pilihannya adalah menutup lubang (plug back) atau menutup fish yang terkubur
(plug cementing) dan kemudian membelokkannya (Sidetrack). Bila mechanical
back off tidak dapat melakukan pelepasan maka dapat dilakukan peledekan
dengan metode back off shot yang bertujuan memberikan efek getaran pada
rangkaian atau sambungan pipa pemboran yang terjepit dan diharapkan
mempermudah proses pelapasan (Bowes, 1997)
II.5.8 Sidetrack
Pemboran Sidetrack digunakan untuk membelokkan lintasan karena
adanya masalah pada sumur di kedalaman tertentu. Biasanya permasalan yang
dijumpai adalah bertemunya sumur dry hole, adanya fish yang tertinggal, ataupun
sudah dilakukannya plug back sehingga harusnya dilakukan pemboran Sidetrack.
(Bowes, 1997)
2
yang ada di bawah juga sangat penting untuk memudahkan proses fishing, berikut
beberapa jenis alat pembebas atau fishing tool yang digunakan. (Bowes, 1997)
II.6.1 Wireline Fishing Tools
Wireline Fishing tool merupakan salah satu jenis fishing tool yang dipasang
pada wireline, Contoh alat dari wireline fishing tools adalah :
1. Bailer
Bailer berfungsi untuk memindahkan fluida dari dalam lubang, cara
menggunakannya dengan menurunkan bailer ke dalam lubang kemudian fluida
akan mengisi bailer, dan bailer akan ditarik keatas (Heriot-watt, 1940)
1. Overshot
Merupakan alat pancing paling umum karena kemampuan dan
efisiensinya. Alat ini terdiri dari bagian atas yang disambung dengan pipa, bowl
section sebagai sambungan antara upper sub dan lower sub. Bagian lower sub
inilah yang berfungsi untuk menjepit bagian atas dari fish (Heriot-watt, 1940).
Berikut adalah contoh Overshot pada Gambar II.17
2
2. Washover pipe
Washover pipe digunakan apabila peralatan overshot dan jarring gagal untuk
melepaskan fish, Washover pipe berfungsi untuk mendapatkan clearance yang
optimum antara diameter dalam washover pipe dan fish.Washover pipe adalah
pipa yang memiliki Inside Diamter lebih besar dibandingkan Outside Diameter
daripada fish yang akan ditangkap dan diturunkan dengan rotary shoe.Washover
pipe dapat digunakan dalam beberapa keadaan seperti:
1. Dimana formasi ada bridge dan pipa yang terjepit
2. Dimana string sudah tersemen
3. Dimana casing sudah runtuh pada pipa dan mud solids sudah menumpuk
pada titik jepit.
(R. F. Mitchell & Miska, 2011). Berikut adalah contoh Washover Pipe pada
Gambar II.17
3. Fishing Jar
Merupakan alat pancing yang bekerja menggunakan prinsip tumbukan
(impact) baik ke bawah maupun keatas. Fishing jar ini dipasang pada rangkaian
pipa pemboran, dan berfungsi untuk membantu pelepasan pipa yang terjepit
diharapkan pack-off dapat terurai sehingga pipa dapat terbebas (Heriot-watt,
1940). Berikut adalah contoh illustrasi dari Jar pada Gambar II.19
2
II.7 Economic Fishing Time
Dalam operasi pemboran, terjadinya rangkaian terjepit pada lubang
bukanlah suatu hal yang tidak mungkin terjadi. Apabila hal itu terjadi, dibutuhkan
biaya yang sangat besar dan permasalahan tersebut harus segara diselesaikan. Jika
usaha pembebasan tidak berhasil maka harus dilakukan pemutusan rangkaian
dengan metode yang berbeda beda. Setelah rangkaian putus, maka akan
dilanjutkan dengan pengangkatan rangkaian atau yang disebut dengan fishing job.
Pada perhitungan Economic Fishing Time ini, akan didapatkan lama
pengerjaan fishing berdasarkan nilai probabilitas kesuksesannya, yang selama
pengerjaan fishing ini akan diawasi juga oleh SKK, dan SKK lah yang akan
menentukan akan dilanjutkan atau tidaknya usaha fishing ini, jika menurut
perhitungan SKK sudah tidak memungkinkan, maka akan diputuskan untuk
melakukan Sidetrack.
Untuk menghitung Economic Fishing Time, kita perlu mengetahui
Sidetrack cost yang berisi biaya dari LIH( Lost in Hole), daily cost dan biaya
backoff. Berikut adalah rumus yang digunakan untuk menghitung Economic
Fishing Time:
3
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
III.1 Metodologi
Metode Penelitian tugas akhir ini dilakukan dengan metode Analisis data
literature, berupa data Daily Mud Report(DMR), Mud Log, Daily Drilling Report
(DDR), Free Point Indicator, Executive Summary, Drilling Report, Stuck Report
dan Economic Fishing Time. Dan melakukan beberapa perhitungan seperti
Tekanan formasi (Pf) menggunakan persamaan 2.1, Tekanan Hidrostatik
(Ph) menggunakan persamaan 2.2 dan perhitungan perbedaan tekanan
menggunakan persamaan 2.3
3
mengetahui drilling program, Data Chart dan grafik Time vs Depth.
Selanjutnya Data perhitungan Economic Fishing Time untuk menghitung
keekonomisan antara dilakukannya fishing atau Sidetrack.
3
III.4 Diagram Alir
3
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada tugas akhir ini dilakukan evaluasi dan pembahasan permasalah pipa
terjepit pada sumur F-1ST. Pada bab ini akan dijelaskan data sumur, kronologis
terjadinya rangkaian pipa terjepit, proses pembebasan dan perhitungan dari
Economic Fishing Time hinggan akhirnya diputuskan untuk melakukan Sidetrack
untuk sumur F-1ST berlangsung.
3
Casing Properties
20” (K-55, #94, :
0 – 36 mMD
BTC, R-3)
13⅜” (L-80, :
0 – 538.5 mMD
#68, BTC, R-3)
9⅝” (N-80, #47, :
0 – 1499.5 mMD
BTC, R-3)
7” (N-80, 29#, :
1419.9 – 2696 mMD
BTC R-2 &R-3)
Total Depth : 2700 mMD/ 2691.91 mTVD
Top of Plug (Depth) : 2696.93 mMD
Production String (Depth) : 1459.91 mMD.
Packer Type (Kedalaman) : MOT Single Grip 7” @ 1450.37 mMD
Perforation Type : HSD 4-1/2” 5 SPF
Perforation Interval / : Lapisan O-95 interval perfo:
Production Zone 1484.5-1486.5 mMD.
Spud Date : 05 Desember 2017, pukul 15.00 WITA
3
Berikut adalah illustrasi penampang sumur F-1ST lapangan Bunyu pada Gambar
IV.1
3
IV.2 Kronologi Terjadinya Pipa Terjepit
Terjadinya stuck pada sumur F-1 lapangan 12-C terjadi pada trayek 12-1/4"
yang dimulai dari kedalaman 540 mMD dengan MW 1.05 hingga kedalaman 1546
mMD menembus formasi sandstone dan shalestone dengan nilai MW in dan MW
out 1.09 menggunakan lumpur KCL-Polymer. Pada pemboran Trayek 12-14”
sudah memasuki kedalaman 1546 mMD diamati adanya penurunan lumpur aktif
(20<bbl/h) , pemboran dihentikan kemudian dilakukan pemompaan LCM 40 ppb
dengan 2 kali spot, setelah dilakukan penanggulangan, langkah selanjutnya angkat
rangkaian dari 1546 mMD sampai 1413 mMD, untuk melakukan flow check dan
pada saat bersamaan sirskulasikan 400 gpm, terindikasi rate loss berkurang, cek
dynamic dan static loss, RIH BHA dari 1413 mMD sampai 1531 mMD.
Tetap tidak ada sirkulasi dan pergerakan dari string selama 24 jam.
Coba untuk membuka BOP dan lepaskan tekananan, mencoba untuk
menarik string sampai satu joint, ditemukan string tidak dapat diangkat dan
terdapat overpull
, dilakukan sirkulasi dan amati kondisi lubang dan ternyata formasi mengalami
pack off dengan indikasi kenaikan pressure dan tidak adanya lumpur yang balik ke
shacker. Indikasi terjadi pack off saat surge ke kedalaman 1531mMD/1522.6
TVD yang diakibatkan runtuhnya formasi yang sudah tidak kompak lagi, karena
ada perlapisan formasi sandstone dan shale yang tipis, dengan nilai MW in dan
MW out sebelum terjadi stuck sebesar 1.06 dan setelah stuck 1.08
Analisis terjadinya stuck pada sumur F-1 trayek 12-1/4” lapangan 12-C ini
dilakukan dengan cara,menganalisis jenis formasi yang ditembus,
membandingkan design mud weight yang akan digunakan dengan mud weight
actual pada saat terjadinya loss, Analisis kedalaman dengan Free Point Indicator
Tool, Analisis lumpur pemboran.
Dari data sumur sumur disekitarnya dijelaskan pada kedalaman 1546 mMD
merupakan formasi yang mempunyai lithology batuan shale, sandstone dan Coal
yang memungkinkan terjadinya parsial loss hingga total loss.
3
Pembacaan Mud Log didapatkan pada kedalaman 1546 mMD pada sumur
F- 1 mempunyai lithology yang sama yaitu sandstone dan shale yang
memungkinkan terjadi loss pada formasi itu. Berikut adalah data Mud Log pada
Gambar IV.2
3
Berikut adalah Grafik pore pressure plot sumur B-1 dan E-1 pada gambar
IV.3 dan gambar IV.4
Gambar IV.3 Pore pressure Plot E-1 ( Data Pore Pressure Plot Sumur E-1 )
Gambar IV.4 Pore pressure Plot B-1 ( Data Pore Pressure Plot Sumur B-1 )
3
IV.3.3 Analisis Letak Jepit
Dalam mengAnalisis letak titik jepit dari string digunakan FPIT (Free
Point Indicator Tool) yang mempunyai prinsip untuk membaca “magnetostrictive
properties” dari suatu besi. Saat string yang bebas diberikan torque atau stretch
maka magnetization nya akan berubah, namun pada pipa terjepit tidak akan ada
perubahan. Didapat pada pembacaan log FPIT, pipa terjepit dimulai dari
kedalaman 1052 mMD atau pada kedalaman itu dan keatas pipa 100% free.
Gambar IV.5 Log Free Point Indicator Tool ( Data log HFPIT, 2017 )
4
IV.3.4 Analisis Lumpur Pemboran
Pada Trayek 12-1/4” ini jenis lumpur yang digunakan adalah KCL-
POLYMER, yang berfungsi úntuk mencegah terjadinya swelling pada formasi
yang dominan terdiri dari shale dan sandstone. Dan pada design lumpurnya juga
diberikan PAC-L dan PAC-R sebagai filtration control, CaCO3 F juga diberikan
untuk bridging agent atau LCM. Berikut adalah Aditif dan Rhelogy lumpur yang
digunakan sebelum dan sesudah terjadi stuck pipe.
4
IV.3.5 Perhitungan Tekanan Formasi
Berikut adalah perhitungan tekanan formasi dimana terjadi pipa terjepit
pada kedalaman 1531 mMD / 1522.6 mTVD / 4995.4 ftTVD, dengan nilai gradien
tekanan (G) 0.433 dengan menggunakan persamaan (2.1)
𝑃𝑓 = 𝐺 𝑥 𝐷𝑒𝑝𝑡ℎ
𝑃𝑓 = 0.433 𝑥 4995.4 = 2163.01 𝑝𝑠𝑖
Didapatkan nilai tekanan formasi pada kedalaman 1522.6 mTVD adalah sebesar
2163.01 psi. dan nilai dari tekanan formasi sebesar 2163.01 psi ini akan
digunanakan untuk perhitungan perbandingan tekanan.
𝑃ℎ = 0.052 𝑥 𝑀𝑊 𝑥 𝑑
𝑃ℎ = 0.052 𝑥 9.07 𝑥 4995.4 = 2356.03 𝑝𝑠𝑖
4
IV.3.7 Perhitungan Perbedaan tekanan
Analisis perhitungan dari perbedaan tekanan formasi dan hidrostatik
dilakukan untuk mengetahui seberapa besar perbedaan tekanan yang terjadi serta
mengetahui apakah differential sticking menjadi jenis pipa terjepit ini.
Dari perhitungan tekanan yang diperolah, dengan memasukan nilai hasil
perhitungan dari persamaan (2.1) dan (2.2). Dilakukan perhitungan perbedaan
tekanan dengan persamaan (2.3)
𝐷𝑝 = 𝑃ℎ − 𝑃𝑓
𝐷𝑝 = 2356.03 − 2163.01 = 193.02 𝑝𝑠𝑖
Dapat dilihat dari hasil perbedaan tekanan yang kecil, sehingga perbedaan tekanan
bukanlah penyebab dari terjadinya pipa terjepit pada sumur ini.
4
Usaha bebaskan jepitan @ 1531 mMD dengan Work on Pipe berulang
interval 70-340 klbs, beri torsi 24000 ft-lb, belum ada progress (sumur statik).
usaha sebelumnya sebelum terjadi stuck sudah digunakan lost Circulation
Material seperti CaCO3 M untuk mecegah loss yang semakin parah. Coba
aktifkan jar up, dengan dudukan 30 klbs dan tension 265 klbs, jar belum bekerja.
Terdapat kerusakan pada drawork, hanya bisa tension maksimal sampai dengan
180-200 klbs. Lakukan string shot back off @ 1032m 2 kali dengan primacord 7
dan 10 lilitan, tidak berhasil. Ratakan ikatan dengan Work on Pipe 70-150 klbs
torsi kanan 24k ftbs, dan Work on Pipe interval jar.
20-70 klbs putar kiri 21-22k ftlbs. Lakukan mechanical back off rencana
dengan variasi tension 75-120 klbs sebanyak 14 kali, rangkaian lepas di interval 0-
328 m. Lakukan penentuan titik jepit dengan Free Point Indicator Tool ulang oleh
service 1, free point di 1275 mMD String shot back off 10 lilitan di 1275 m, tidak
berhasil. Lakukan penentuan titik dengan Free Point Indicator Tool ulang oleh
Service 2, free point di 737 mMD . Lakukan string shot back off di 733 mMD,
berhasil. Cabut 77 jts DP 5” sampai permukaan. Masuk washover shoe 8-3/8"
sampai 770 mMD, belum berhasil. Usaha reconnect DP 5" dengan wallhook 12-
1/8", tidak berhasil. Usaha reconnect dengan modifikasi wallhook ukuran 12-1/8"
guide , belum berhasil. Usaha tangkap ikan dengan overshot 11-3/4" dengan
grapple 6-1/2", belum berhasil.
Setelah melakukan usaha pembebasan selama 9 hari, usaha pengangkatan
fish selama 17 hari dan dari perhitungan economic fishing time company man dan
SKK memutuskan untuk melakukan sidetrack karena alasan biaya yang sudah
tidak ekonomis lagi.
4
IV.3.9 Perhitungan Economic Fishing Time
Dari usaha pembebasan pipa ini sudah dilakukan bermacam usaha
pembebasan yang memakan waktu sampai 9 hari, maka dari itu perlu dilakukan
analisis perhitungan optimum fishing time. Melalui analisis optimum/Economic
Fishing Time ini dapat diketahui berapa lama waktu yang optimum untuk
pembebasan pipa ketika terjadi stuck. Pada perhitungan Economic Fishing Time
ini, akan didapatkan lama pengerjaan fishing berdasarkan nilai probabilitas
kesuksesannya, yang selama pengerjaan fishing ini akan diawasi juga oleh SKK,
dan SKK yang akan menentukan akan dilanjutkan atau tidaknya usaha fishing ini,
jika menurut perhitungan SKK sudah tidak memungkinkan, maka akan
diputuskan untuk melakukan Sidetrack.
2. Fish Value 12-1/4” OD Under Gauge String Stabilizer (12" Flex Stab) dengan
persamaan (2.6)
4
FISH VALUE DEPRECIATED 2= 33,847.47
3. Fish Value MWD System (8 1/4" OnTrak - 8 1/4" BCPM) dengan persamaan
(2.6)
6. Fish Value 8-1/4” OD Float Sub c/w Float Valve (8 1/4" Float Sub) dengan
persamaan (2.6)
4
FISH VALUE DEPRECIATED 8=153,230 x 1 x ( 100%-1.7%)
FISH VALUE DEPRECIATED 8=123,091.19
4. Fish Value X/O Sub (6 5/8" Reg P x 4 1/2" IF B) (PT. X- Rig) dengan
persamaan (2.7)
4
FISH VALUE NON DEPRECIATED 4 = 1,842.86 x 1
FISH VALUE NON DEPRECIATED 4 = 1,842.86
Total Fish Value Non Depreciated = 5,647.98 + 116,100.13 + 18, 428.59 + 1,842.86
+ 19,940.17
Total Fish Value = Total Fish Value Depreciated + Total Fish Value Non
Depreciated
𝐸𝐹𝑇
𝐶𝑂𝑆𝑇 𝑂𝐹 𝑆𝐼𝐷𝐸𝑇𝑅𝐴𝐶𝐾 (𝐶𝑜𝑆𝑇) 𝑥 𝑃𝑅𝑂𝐵𝐴𝐵𝐼𝐿𝐼𝑇𝑌 𝑂𝐹 𝑆𝑈𝐶𝐶𝐸𝑆𝑆
=
𝐷𝐴𝐼𝐿𝑌 𝐶𝑂𝑆𝑇 𝑊𝐻𝐼𝐿𝐸 𝐷𝑅𝐼𝐿𝐿𝐼𝑁𝐺
4
4,718,417 𝑥 20%
𝐸𝐹𝑇
= 54,000
𝐸𝐹𝑇 = 17 ℎ𝑎𝑟𝑖
Untuk tabel perhitungan Lost in Hole ada di lampiran A dan table Cost Of Sidetrack
ada di lampiran B .Berikut adalah perhitungan Economic Fishing Time (days) :
4
BAB V
PENUTUP
V.I KESIMPULAN
Berdasarkan evaluasi permasalahan pipa terjepit pada sumur F-1ST dapat
disimpulkan bahwa:
1. Pipa terjepit dapat terjadi karena banyak faktor. Pada formasi Bunyu,
sumur F-1ST ini terdiri dari formasi yang mempunyai lithology batuan
shale, sandstone dan Coal yang memungkinkan terjadinya parsial loss
hingga total loss. Dan pada sumur sekitarnya permasalahan loss adalah
sesuatu yang sering dijumpai. Faktor utama terjepitnya rangkaian pipa
pemboran pada sumur F-1ST adalah mechanical sticking, yang disebabkan
oleh hole pack off.
2. Pada sumur F-1ST digunakan alat HFPI Tool untuk mengetahui letak pipa
yang terbebas
3. Penanggulangan yang dilakukan untuk mengatasi permasalahan hole pack
off ini adalah dengan memasukan Work on pipe, Mechanical back off,
String shot Back off, dan fishing. Dan usaha pencegahan sudah dilakukan
dengan menjaga tekanan di lubang bor, dengan menggunakan Mud Weight
yang sesuai.
V.I SARAN
Saran-saran yang dapat diberikan untuk pemboran selanjutnya adalah :
1. Untuk menghindari permasalahan yang sama seperti loss yang tidak
teratasi, sebaiknya untuk pemboran selanjutnya, untuk lebih banyak
menambahkan LCM seperti CaCO3 sebagai bridging agent pada formasi
sand dan mengurangi hilangnya lumpur
2. Bila hilang lumpur tidak teratasi, dengan spot LCM, lakukan penyemenan
carbonate untuk mengatasi hilang lumpur tersebut.
5
DAFTAR PUSTAKA
5
LAMPIRAN
5
Nilai Lost in Hole sumur F-1ST
Lampiran
5
Nilai Cost of Sidetrack
Lampiran
5