Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN AUDIT PRODUKSI BERSIH

AUDIT PT POLYCHEM INDONESIA Tbk


DEPARTEMEN PRODUKSI EO/EG II
MERAK, BANTEN

Dosen : Ir. Emma Hermawati, MT


Disusun oleh :
Cita Destriyani G

NIM. 111411036

Hana Afifah Rahman NIM. 111411045

Kelas 3B

PROGRAM STUDI DIPLOMA III TEKNIK KIMIA


JURUSAN TEKNIK KIMIA
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
2013

AUDIT PT POLYCHEM INDONESIA Tbk


DEPARTEMEN PRODUKSI EO/EG II
MERAK, BANTEN

TAHAP I : PERSIAPAN
1.1. Komitmen dari Manajemen Perusahaan
PT Polychem Indonesia berkomitmen melakukan penghijauan di sekitar
area industri dengan melakukan cleaning da setiap hari jumat. Komplek pabrik
PT. POLYCHEM Indonesia Tbk, divisi kimia-Merak dioperasikan dengan
teknologi produksi yang mutakhir dan maju, pabrik juga dilengkapi dengan
fasilitas pengolahan limbah air (waste water treatment) dan eliminasi poutan yang
baik. Setiap langkah dalam proses produksi secara jelas termonitor untuk
menghindari akibat terhadap lingkungan maupun kualitas lingkungan kerja.
Departemen keselamatan kerja dan perlindungan terhadap kebakaran
bekerja dengan berpedoman pada UU no.1 tahun 1970 tentang keselamatan kerja,
PT. Polychem Indonesia Tbk, membagi departemen keselamatan kerja dan
perlindungan terhadap kebakaran menjadi dua seksi yaitu seksi pencegahan dan
penanggulangan, dan seksi keselamatan kerja
1.2. Tahap Perencanaan dan Pengorganisasian
Pada tahap ini dilakukan penyiapan dan pengorganisasian tim audit beserta
sumber daya yang ada. Langkah-langkah yang dilakuka pada tahap ini meliputi
pembentukkan tim audit serta perencanaan strategi dan tujuan yang diharapkan.
1.3. Organisasi Satuan Tugas Program Audit
No
Jabatan
Nama
1.
Anggota 1
Cita Destriyani G
2.
Anggota 2
Hana Afifah Rahman
1.4. Ruang Lingkup dan Tujuan Program Audit

NIM
111411036
111411045

Ruang lingkup program audit dilakukan di PT. Polychem Indonesia Tbk,


divisi kimia-Merak sistem proses EO/EG pada area

Utilitas
Area 100
Pengolahan dan Pengelolaan Limbah (WWT)

Elemen yang akan diaudit dari aspek Produksi Bersih antara lain :
- Bahan baku dan bahan penunjang proses
- Kondisi proses
- Pengolahan limbah dan pengelolaan lingkungan
Dengan menentukan batasan diharapkan ditemukan cara-cara untuk
mengatasi permasalahn yang terjadi.
Tujuan Program Audit : Mencari peluang produksi bersih di PT polychem
indonesia divisi kimia-merak pada unit proses Utilitas dan Pengelolaan Limbah.

TAHAP II : ASSESMENT (PENGUMPULAN DATA)

Dengan telah selesainya tahap persiapan dan pengorganisasian Satgas


produksi bersih, maka dapat dilaksanakan tahap inventarisasi dan analisis proses
produksi. Tahap pertama yang dilakukan adalah inventarisasi dan pengumpulan
data berbagai aspek yang terkait dengan proses produksi bersih, diantaranya :

No
1.

2.

3.

Aspek
Aspek Umum

Data / Informasi
Standar - standar lingkungan
Manuals, guidelines Produksi Bersih
-

Diagram alir proses


Prosess flow diagram dan penjelasan proses/

operasinya
Penyimpanan bahan
Layout pabrik, mesin, peralatan
Jenis, volume, dan komposisi produk
Jenis, volume, dan komposisi bahan baku dan bahan

penunjang
Biaya bahan, produk, dan utilitas
Biaya pengolahan
Daftar limbah
Laporan tentang lingkungan
Hasil analisa limbah

Aspek Proses / Teknis

Aspek Produk dan Bahan

4.

Aspek Ekonomis

5.

Lingkungan Hidup

2.1

Aspek Umum

Dalam kaitannya dengan penerapan produksi bersih, guna mendorong


terwujudnya pembangunana berkelanjutan, pemerintah mempunyai kebijakan
antara lain :

1. Mensosialisasikan program produksi bersih agar semua pihak terkait


mempunyai persepsi yang sama, sehingga dapat dicapai suatu konsensus
yang dinyatakan dalam Komitmen Nasional dalam penerapan strategi
produksi bersih di Indonesia.
2. Mengajukan pelaksanaan produksi bersih termasuk berbagai perangkat
manajemen lingkungan, seperti audit lingkungan, sistem manajemen
lingkungan (ISO 14001), evaluasi kinerja lingkungan, ecolabel, dan
produktivitas ramah lingkungan di Indonesia.
3. Mengkaji kembali kebijakan dan program nasional dalam pengelolaan
lingkungan untuk mengantisipasi diberlakukannya kebijakan lingkungan
yang bersifat global.
Dasar hukum pelaksanaan audit lingkungan di Indonesia adalah UU RI
Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup dan KEPMEN LH
Nomor KEP-42 MENLH/11/1994 Tentang Pedoman Umum Pelaksanaa Audit
Lingkungan.
Sedangkan mengenai sistem manajemen lingkungan diatur dalam ISO
14001. Tujuan ISO 14001 mendukung perlindungan terhadap lingkungan dan
pencegahan yang seimbang dengan kebutuhan sosial ekonomi. Secara garis besar
seri ISO 14001 terdiri dari sistem manajemen, evaluasi / audit atas sistem
manajemen dan evaluasi atas kinerja lingkungan dari suatu produk.

2.2
Aspek Proses / teknis
2.2.1 Diagram Alir Proses

2.2.2 Penjelasan Proses / Operasi

Proses pertama berada di unit proses pada plant I dan plant II dimana di dukung
dari beberapa unit penunjang, yaitu :

Unit pemisahan udara (air sparation) yang memisahkan udara bebas


menjadi oxygen dan nitrogen yang digunakan untuk keperluan proses.

Unit utilitas yang menyediakan kebutuhan air demin, air pendingin, udara
instrument, kukus, umpan Ethylene, dan pengolahan libah yang dihasilkan
dari proses.

Unit terminal Ethylene di gunakan hanya untuk menyimpan bahan baku


Ethylene agar kondisi terjaga

Bahan baku yang digunakan dalam pabrik ini adalah Ethylene dan Oxygen.
Ethylene di beli dari liquid dan di gunakan dalam fase gas dengan menggunkan
vaporizer, sedangkan oxygen di proleh dengan cara desilasi udara.
Pembuatan Ethylene glycol dilakukan dalam dua tahap reaksi yaitu pembuatan
ethylene oxide dari bahan ethylene murni dan oxygen dengan bantuan katalisator
perak (Ag2O) dalam rekator fixed bed multitube, kemudian dilanjut dengan
pembuatan ethylene glycol dan ethylene oxide di tambah air dengan perbandingan
1 : 10.
Reaksi pembuatan etilen oksida dilakukan dengan proses oksidasi katalitik
etilen. Dalam hal ini etilen direaksikan dengan oksigen dengan menggunakan
katalis perak, sedangkan gas inert yang digunakan adalah metana. Reaksi
berlangsung dalam sebuah reaktor fixed bed multitube yang beropersi pada
temperatur 132,2 oC dan tekanan 15,7 atm dengan pendingin saturated water.
Konversi perpass untuk reaksi pembentukan etilen oksida adalah 80,2 % dan
selektivitasnya 82,7 %. Produk reaktor kemudian dipisahkan dalam kolom
absorber. Hasil bawah kolom absorber diumpankan ke dalam kolom destilasi
untuk dimurnikan. Sedangkan hasil atas dimasukkan ke dalam seksi CO2 removal
untuk menghilangkan CO2 sebelum direcycle kembali ke dalam reaktor.
Etilen oksid dari tangki penyimpan diumpankan ke dalam tangki
pencampur untuk dicampur dengan air proses dari unit utilitas dan arus recycle
dari hasil atas evaporator dan menara distilasi 01 agar terbentuk larutan yang
homogen. Suhu keluar dari tangki pencampur sekitar 50C kemudian larutan
dipompa sehingga tekanan naik menjadi 17.5 atm dan diumpankankan ke dalam
Reaktor Fixedbed adiabatic.
Reaksi bersifat eksotermis sehingga suhu keluar akan naik menjadi 100C
tergantung konversi yang dicapai. Selanjutnya hasil reaksi diumpankan ke dalam
Evaporator untuk menguapkan sebagian besar etilen oksida dan air sehingga

sebelum masuk menara distilasi jumlah air sudah berkurang drastis. Kandungan
etilene glikol saat keluar dari reactor sekitar 15% setelah dipekatkan di evaporator
akan naik menjadi sekitar 55%.
Hasil cair evaporator kemudian diumpankan ke dalam menara distilasi 01
(MD-01) untuk memisahkan sisa etilen oksid dan air sebagai hasil atas dan etilen
glikol (EG), dietilen glikol (DEG), trietilen glikol (TEG) sebagai hasil bawah.
Hasil atas MD-01 dikembalikan ke dalam reactor sebagai recycle sedangkan hasil
bawah MD-01 diumpankan ke dalam menara distilasi 02 (MD-02).
Di dalam menara distilasi 02 diperoleh hasil atas menara berupa etilen
glikol 99% sebagai produk utama yang ditampung di tangki produk, sedangkan
hasil bawah yang sebagian besar berupa dietilen glikol dan trietilen glikol
ditampung di tangki penyimpan sebagai produk samping.
2.2.3 Penyimpanan Bahan
Untuk penyimpanan bahan yang dilakukan di PT Polychem PLANT
EO/EG, digunakan ruang khusus penyimpan bahan (gudang) zat berdasarkan sifat
fisika dan kimia zat tersebut. Ada beberapa contoh penyimpanan bahan yang
dilakukan di PT Polychem, diantaranya :
Bahan Baku
-

Ethylene, merupakan bahan baku utama dari EO/EG PLANT ethylene


99,9% volume dengan 0,1% merupakan impuritas disimpan pada 2 tangki,

dengan kapasitas masing-masing 8000 MT.


Oksigen, bahan baku oksigen didapat dari udara bebas yang diolah oleh
UNIT ASU (Air Separator Unit), dengan kadar 99,99% sebanyak 8876
kg/hari.

Bahan Penunjang
Air murni, bahan penunjang disuplai dari bagian utilitas yang mengurus
pasokan air didapat dari tiga tahap, yaitu pretreatment, reverse osmosis

dan demineralisasi air.


Inhibitor EDC, pengunaannya sebanyak 800 kg.

Katalis Ag, kandungan 13%-17% Ag, digunakan sebanyak 50 M3 pada


PLANT EO/EG I disimpan dalam bentuk packing pada alas dengan bahan

alumina dan diganti setiap 4 tahun sekali (lifetime catalyst)


Gas Nitrogen, digunakan sebanyak 800 kg/h.
Sulfur Guard Bed Catalyst, digunakan sebanyak 16.100 kg.
Potassium Carbonate
Prophylene
2.2.4

Layout Pabrik, Mesin, Peralatan

PT Polychem Indonesia Tbk. terletak di tepi jalan raya Bojonegara - Merak,


dengan batasan-batasan daerah sebagai berikut :
: Laut Jawa

Sebelah selatan

: Jalan Bojonegara- Merak

Sebelah barat

: PT. SBR

Sebelah timur

: PT. Cabot Indonesia

PLANT LAY-OUT

PT. POLYCHEM INDONESIA Tbk


CHEMICAL DIVISION - MERAK

ASU II

JETTY

ETHOX PLANT
AREA

North

SPORTS FIELD

BOJONEGARA

Sebelah utara

EG STORAGE II
EO
TANK

PROCESS
AREA II

ETHYLENE TANKS

GENSET
HOUSE

TRUCK LOADING
WAREHOUSE II
FUEL
TANK

DRUM
FILLING
MAINTENANCE
BUILDING

ADM
BUILDING

Clinic

EG STORAGE I
WAREHOUSE I

Parking Area
Musholla

UTILITY
AREA

PROCESS
AREA I
ASU I

OPEN
WAREHOUSE

CANTEEN

SBR
FILE:GT-017

2.3
2.3.1

Aspek Produk dan Bahan


Bahan Baku

Security

MERAK

CONTROL
BUILDING

Bahan baku pada EO/EG plant yang dibutuhkan di PT Polychem Indonesia


Tbk. adalah ethylene, oksigen, dan demineralized water.

- Ethylene
Bahan baku utama dari EO/EG plant adalah gas ethylene 99,9 % volume
dengan 0,1 % merupakan impuritas. Gas ethylene tersebut merupakan reaktan
utama yang berasal dari Timur Tengah dan PT Chandra Asri. Di dalam EO/EG
Plant, gas ethylenedireaksikan dengan oksigen murni. Ethylene disimpan pada 2
tangki dengan kapasitas masing-masing 8000 MT pada suhu -104C. Kebutuhan
ethylene rata-rata yang dibutuhkan sebagai bahan baku sebesar 150 MT/hr. Data
karakteristik ethylene adalah sebagai berikut :
Rumus molekul

: CH2=CH2

Berat molekul

: 28,052 g/mol

Wujud

: Gas

Kenampakan

: Tak berwarna

Titik leleh

: -169 C

Titik didih

: -103,3 C

Suhu kritis

: 9,15 C

Tekanan kritis

: 50,4 bar

Volume kritis

: 131 cm3/mol

Kemurnian

: 99,9 %

Densitas

: 0,610 g/cm3

- Oksigen
Oksigen murni diperoleh dari udara bebas melalui serangkaian proses pada
air separation unit.Oksigen dan nitrogen yang terkandung dalam udara bebas
dapat terpisah berdasarkan perbedaan titik didih. Oksigen yang digunakan
merupakan oksigen murni, dengan kadar 99,99%. Oksigen ini akan dimasukkan
secara perlahan kedalam reaktor menggunakan alat oxygen mixed system. Data
karakteristik oksigensebagai berikut :

Rumus molekul

: O2

Berat molekul

: 15,9994 g/mol

Wujud

: Gas

Kenampakan

: Tak berwarna

Titik leleh

: 54,36 K (-218,79 C, -361,82 F)

Titik didih

: 90,20 K (-182,95 C, -297,31 F)

Kemurnian

: 99,99 %

Suhu kritis

: 118.6C

Tekanan kritis

: 49.8 atm

Densitas

: 1,429 g/L (0 C; 101,325 kPa)

2.1Bahan Baku Penunjang


a. Demineralized Water

Demineralized water adalah air yang memiliki kandungan mineral dibawah


0.5 ppm. Air ini bersumber dari air laut yang telah di treatment terlebih dahulu.
Selain itu air ini juga digunakan pada Coal Generation (Turbin) untuk
menghasilkan kukus/steam dan regenerasi Di-anion unit (U-550). Data
karakteristik air secara umum adalah sebagai berikut:
Rumus molekul

: H2O

Berat molekul

: 18.0153 g/mol

Wujud

: liquid

Kenampakan

: Tak berwarna

Titik leleh

: 0 C (273.15 K) (32 F)

Titik didih

: 100 C (373.15 K) (212 F)

Suhu kritis

: 647 K

Tekanan kritis

: 22,064 Mpa

Densitas

: 0.998 g/cm (liquid pada 20 C)


0.92 g/cm (padatan)

b. Inhibitor EDC

Pada Plant EO/EG 1, kebutuhan inhibitor EDC sebanyak 800 Kg.


Penggunaan inhibitor ini bertujuan untuk mengurangi terjadinya reaksi samping,
yaitu reaksi pembentukan CO2 dan H2O pada reaksi pembentukan EO. Bila
jumlah EDC yang dimasukkan terlalu banyak maka akan mengurangi konversi,
sedangkan bila terlalu sedikit, akan lebih banyak terbentuk reaksi samping.
c. Katalis Ag
Pengguanan katalis Ag bertujuan untuk mempercepat reaksi pembentukan
EO. Katalis Ag yang digunakan kandungan Ag sebesar 13-17%. Jumlah katalis
yang digunakan pada Plant EO/EG-I adalah 50 m3 dan diagnti setelah 4 tahun
(Lifetime Catalyst).
d. Gas Nitrogen
Gas ini berfungsi sebagai pengatur agar bahan yang direaksikan mempunyai
komposisi yang tepat, atau dengan kata lain, N 2 berfungsi sebagai gas pengisi (gas
inert). Gas nitorgen juga digunakan sebagai gas padding pada tangki produk agar
udara luar yang mengandung uap airtidak masuk ke tangki. Gas nitrogen yang
digunakan pada proses untuk Plant-I adalah 800 Kg/h.
e. Sulfur Guard Bed Catalyst
Katalis ini merupakan bahan yang digunakan untuk memisahkan sulfida dari
umpan ethyleneyang akan digunakan pada proses-I. Sulfur dapat merusak katalis
Ag.. Jumlah pemakaian yang digunakan pada Plant-I adalah 16.100 Kg dan
diganti setelah 10 tahun pemakaian.
f. Potassium carbonate
Potassium carbonate atau kalium karbonat dengan rumus kimia K2CO3.
Mempunyai titik leleh 891C dan larut di dalam air. Senyawa ini digunakan untuk
mengikat gas CO2 agar berubah bentuk menjadi KHCO3 sehingga gas CO2 lebih
mudah dipisahkan pada tower CO2 regenerator. Pada CO2 regenerator, KHCO3
dikontakkan dengan low pressure steam agar terpisah kembali antara gas CO2 dan
larutan K2CO3, larutan K2CO3 ini digunakan kembali pada tower CO2 contactor.
g. Prophylene

Prophylene digunakan untuk mendinginkan ethylene yang sudah menjadi


gas karena tekanan yang naik. Prophylene ini digunakan pada ethylene terminal
khususnya pada bagian ethylene reliquifaction. Prophylene termasuk cycle gas
sehingga jumlahnya tidak akan berkurang, walaupun kenyataannya tetap
berkurang karena adanya kebocoran pada alat yang digunakan walaupun secara
kuantitas sangat kecil.

2.3.2 Produk
Produk utama dari PT. Aneka Tambang Tbk UBPE Pongkor adalah berupa
dore bullion, yaitu campuran emas dan perak dengan kadar emas (Au) 7% hingga
15% dan perak (Ag) 80% hingga 92%, dan sisanya adalah impurities. Setiap
tahunnya PT. Aneka Tambang UBPE Pongkor menghasilkan emas sekitar 3
sampai 4 ton.
2.4

Aspek Ekonomis
2.4.1 Biaya Produk, Bahan dan Utillitas

Unit utilitas di PT Antam Tbk. UBPE Pongkor meliputi :


1.

Penyediaan Air (Water Supply)


Air di PT Antam Tbk UBPE Pongkor merupakan salah satu kebutuhan

yang sangat penting, yang digunakan untuk keperluan proses maupun hal-hal
lain. Kebutuhan air di PT Antam Tbk. UBPE Pongkor meliputi :
Air Bersih (fresh water)
Air bersih ini berasal dari rembesan air yang keluar dari tambang.
Kemudian

air

tersebut

ditampung

dalam

suatu

penampungan,

dimana

penampungan (settling pond) itu berfungsi sebagai tempat pengendapan. Air


tersebut diolah untuk menghasilkan air bersih. Air ini ditampung dalam tangki
tertutup yang berkapasitas 750 m3.
Air Proses (process water)
Air Proses merupakan air yang digunakan untuk proses pengolahan ore
dan disirkulasi secara terus menerus. Air proses ini berasal dari tailing dam dan
overflow thickener. Air proses dari tailing dam akan dipompakan oleh return
water pump dengan debit 125 m3/jam ke tangki penampung air proses yang
berkapasitas 600 m3.
Penyediaan Udara Tekan (Air Supply)
Kebutuhan udara tekan pada proses plant yang ada di UBPE Pongkor
disuplai oleh kompresor. Kompresor yang digunakan ada beberapa jenis,
diantaranya plant air compressor. Udara yang dihasilkan didistribusikan untuk
kebutuhan proses, baik itu untuk alat proses maupun sebagai media pereaksi
seperti pada proses Leaching, Electrowinning dan CIL Adsorption. Plant air
Compressor ini bermacam-macam jenisnya, ada yang berkapasitas 170 m3/jam
dengan daya sebesar 18,5 kW yang dilengkapi dengan Plant air receiver yang
berkapasitas 0,5 m3, dan Moisture trap sebanyak 50 buah yang berfungsi untuk
menampung embun. Sedangkan kompresor yang berkapasitas 220 m 3/jam,
dayanya sebesar 22 kW. Dan kompresor yang terakhir memiliki kapasitas udara
84 m3/jam dengan daya 12,1 kW yang dilengkapi receiver, air after cooler, air
filter, dan air dryer.
Penyediaan Energi Listrik (Electrical Supply)

Kebutuhan Listrik di UBPE Pongkor PT. ANTAM Tbk. Dipenuhi dari


PLN langsung dengan kapasitas distribusi sebesar 8,6 KVA (Kilo Volt Ampere),
dan pembangkit listrik tenaga diesel (PLTD) yang berjumlah tiga unit, PLTD ini
memiliki tiga unit generator (mesin diesel pembangkit listrik). Untuk
menghasilkan daya sebesar 1.500 KVA dibutuhkan bahan bakar solar sebesar 250
L/jam. Pemakaiannya hanya saat distribusi dari PLN mengalami gangguan. Dua
puluh persen distribusi dari listrik untuk agitator ini dan thikener tank pada unit
pengolahan, sebanyak 70% disuplai ke alat alat pengeboran yang ada di
pertambangan. Dan 10% untuk penerangan seluruh lokasi. Kebutuhan listrik
untuk Plant 1 sebesar 225.845 KWH, plant 2 sebesar 170.207 KWH, area
tambang 290.566 KWH. Total pemakaian genset sebesar 1.032 kW dan total biaya
pemakaian listrik dari PLN sebesar Rp 1,95 Milyar per bulan.

Dari analisa ekonomi diperoleh besarnya Return of Investment sebelum


pajak dan sesudah pajak adalah 0% dan 0%. Pay Out Time sebelum dan sesudah
pajak adalah 2,2 dan 2,7 tahun. Break Even Point sebesar 52,3% dengan Shut
Down Point sebesar 39%. Dengan investasi awal sebesar US$000000 , maka
berdasarkan analisa ekonomi dapat disimpulkan bahwa pabrik Etilen Oksida in
layak untuk didirikan.
2.5

Aspek Lingkungan Hidup

2.5.1

Daftar Limbah

PT. ANTAM Tbk UBPE Pongkor melakukan pengolahah limbah sianida


atau sering disebut dengan degradasi sianid (CN-) menjadi sianat (CNO-) yang
lebih stabil berada di lingkungan sehingga sifatnya lebih aman. Standar baku mutu
limbah menurut Kepmen LH No. 202 tahun 2004 adalah sebagai berikut:
Tabel Baku mutu limbah menurut
LH No. 202 tahun 2004

CN
SS
Ph
2.5.2

< 0,5 ppm


< 200 ppm
6-9

Laporan Tentang Lingkungan

PT ANTAM Tbk, mendapatkan PROPER (Program Penilaian Peringkat


Kinerja Perusahaan) dengan tingkatan hijau atas pengelolaan limbah yang timbul.
PROPER ini terdiri dari lima tingkatan, yaitu emas, hijau, biru, merah, dan hitam.
PROPER hijau artinya telah melakukan pengelolaan lingkungan lebih dari yang
dipersyaratkan dalam peraturan (beyond compliance) melalui upaya 4R (Reduce,
Reuse, Recycle dan Recovery), dan melakukan upaya tanggung jawab sosial.
Selain pengelolaan limbah PT. ANTAM Tbk. tanggung jawab terhadap
lingkungannya cukup besar, diantaranya dengan melakukan program pasca
tambang yaitu dengan melakukan penghijauan lahan yang ada disekitar area
pertambangan.
2.5.3 Hasil Analisa Limbah
Outlet effluent treatment tank #2 ditargetkan kandungan sianidnya yaitu
sebesar 0,425 ppm atau maksimum 0,5 ppm. Sedangkan konsentrasi padatannya
sebesar 80 ppm atau maksimum 200 ppm dengan pH 6-9. Outlet effluent
treatment tank #2 akan ditampung di decant pond. Overflow decant pond akan
dialirkan ke sungai Cikaniki, sedangkan underflownya secara periodik dikeruk
dan dibuang ke tailing dam.

TAHAP III : PENYUSUNAN KESETIMBANGAN MASSA DAN ENERGI


3.1. Persiapan

Loaded carbon
surge bin
Last
CIL tank

Gambar 1. Diagram Alir Proses Pengolahan Bijih Emas


Karbon aktif

Electrolyte filter
Heater

HCl 30%

Elution
column

Air kaya

Heat exchanger

Reclaim heat
exchanger
electrowinning

filter
Caustic cyanide
30000 ppm

Fresh water tank

Recycle water tank

Eluate tank

Gambar 2. Diagram Alir Proses Elution 1

Loaded Carbon

HCl 33%

Stage I
Acid Wash

To Last CIL Tank :


Water, Au, Ag

Stage II
Water Wash

To Last CIL Tank :


Water, Au, Ag

Fresh Water

Water,
NaCN, NaOH

Stage III
Pre-Treatment

To Eluate Tank :

Recycle Solution
Stage IV
Recycle Elution

To Eluate Tank :
Water, Au, Ag

Fresh Water

Gambar 3. Diagram Alir Proses Elution Spesifik


3.2. Identifikasi Input-Output
3.2.1.Water
Input
Fresh
Bahan Baku

Stage V
Water Elution

To Recycle Tank :
Water, Au, Ag

: Bahan yang digunakan


dalam
adalah Tank :
To Recycle
Stage
VI proses elution ini

loaded carbon plant 1Cooling


dan plant 2 yang diambil diWater,
loaded Au, Ag
carbon screen. Massa loaded carbon 6 ton yang memenuhi
elution column dengan volume 12 m .
Barren Carbon
3

Bahan Penunjang
-

HCl teknis dengan konsentrasi 33%, untuk satu siklus proses acid wash

antara 500-900 kg.


-

Fresh water hasil pengolahan IPAL Tambang PT Antam Tbk. UBPE Pongkor.

3.2.2.

Output

Pada unit Elution tahap Acid Wash terdapat dua jalur out put, yakni :
To Last CIL Tank
-

Air 95,48%
Au 0,65%
Ag 3,87%

To Water Wash

Kandungan Lain (pengotor)

99,55%
Au 0,01%
Ag 0,08%
HCl 0,36%

3.3

Kesetimbangan Material (Neraca Massa)


Load Carbon
6000 Kg
Kandungan Lain (99,37%) = 5962,2 Kg
Au (0,09%) = 5,4 Kg
Ag (0,54%) = 32,4 Kg

HCl 3%
700 Kg
Air (97%) = 679 Kg
HCl (3%) = 21 Kg

3.4 Sintesis

ACID
WASH

To Last CIL Tank


711,13 Kg
Air (95,48%) = 679 Kg
Au (0,65%) = 4,59 Kg
Ag (3,87%) = 27,54 Kg

To Water Wash
5988,87 Kg
Kandungan Lain (99,55%) = 5962,2 Kg
Au (0,01%) =0,81 Kg
Ag (0,08%) = 4,86 Kg
HCl (0,36%) = 21 Kg

3.4.1 Identifikasi Opsi Opsi Peluang Produksi Bersih

Salah satu proses yang menjadi perhatian adalah proses elution. Proses
elution merupakan proses desorpsi atau pelepasan Au dan Ag dari loaded carbon
yang dilakukan di dalam elution column. PT Antam Tbk. UBPE Pongkor
menargetkan 95% recovery Au dan 85% recovery Ag.
Pada proses elution ini, terdapat permasalahan yaitu kondisi proses yang
kurang optimum yaitu pada tahap acid wash dan water wash. Acid wash
merupakan tahap pencucian loaded carbon di dalam elution column dengan
menggunakan larutan HCl. Tujuan dari pencucian ini adalah untuk menghilangkan
pengotor-pengotor seperti senyawa anorganik, contohnya senyawa karbonat yang
teradsorp dan menutupi pori-pori karbon sehingga mengganggu proses pelepasan
Au dan Ag. Namun pada kondisi di plant, Au dan Ag juga ikut terlepas pada tahap
acid wash ini.

Salah satu faktor yang mempengaruhi terlepasnya Au dan Ag pada tahap


acid wash adalah konsentrasi HCl. Oleh karena itu, diperlukan optimasi
konsentrasi HCl agar semua loaded carbon tercuci dari pengotor-pengotor serta
pelepasan Au dan Ag dari loaded carbon minimal.
Sedangkan tahap water wash merupakan tahap pencucian loaded carbon
menggunakan fresh water yang dipanaskan hingga suhu sekitar 70C sebagai
media pencuci. Tujuan pencucian menggunakan fresh water ini adalah membilas
loaded carbon dari larutan HCl dan menaikkan kembali pH yang rendah pada
acid wash sebagai persiapan kondisi proses selanjutnya, yaitu tahap pre-treatment.
Bed volume fresh water optimum pada tahap water wash ini sangat penting untuk
diketahui, karena jika setiap bed volume fresh water mengakibatkan Au dan Ag
terlepas dari karbon aktif, maka semakin banyak jumlah bed volume akan semakin
bertambah Au dan Ag yang terlepas pula. Hal ini dapat sangat merugikan karena
target recovery Au dari loaded carbon adalah 95% dari kandungan awal Au pada
loaded carbon, sedangkan target recovery Ag adalah 85%. Oleh karena itu,
diperlukan penentuan jumlah siklus bed volume optimum fresh water agar
terlepasnya Au dan Ag dari loaded carbon dapat diminimalisasi serta pH naik.
Optimalisasi konsentrasi HCl pada tahap Acid Wash dan optimalisasi bed
volume optimum tahap fresh water berpeluang besar dijadikan sebagai peluang
diterapkannya produksi bersih.
3.4.2

Susunan Opsi Opsi Produksi Bersih

Setelah identifikasi peluang produksi bersih, tahap selanjutnya menyusun


opsi opsi peluang yang telah dipilih. Penyusunan susunan opsi produksi bersih
ini dalam penerapannya dilakukan beberapa pertimbangan.
Pertimbangan pertama pemilihan alternatif penerapan produksi bersih
pilihan utamanya adalah pengurangan limbah pada sumbernya. Pertimbangan
kedua adalah apakah jenis perubahan yang dapat dilakukan apakah pada proses,
pada bahan atau pada keduanya (proses dan bahan), yang diharapkan mampu
meningkatkan

efisiensi

pencemaran lingkungan

produksi

dan

sekaligus

mengurangi

timbulnya

Jenis perubahan yang akan dilakukan


No
1

Aspek
Proses Produksi

Jenis Perubahan
Penggantian jumlah bed volume pada tahap
water wash yang semula satu bed menjadi lima

Bahan

bed
Penggurangan

konsentrasi

HCl

yang

digunakan pada tahap acid wash yang semula


3% menjadi 1,7%

Penentuan Konsentrasi HCl Optimum Tahap Acid Wash


Pemilihan nilai konsentrasi HCl sebesar 1,7% sebagai harga konsentrasi

optimum didasarkan pada literatur yang melakukan analisis langsung serta


didapatkan dari analisis kesetimbangan material.

Metode yang digunakan pada penentuan konsentrasi HCl yaitu metode


perpotongan kurva % recovery dengan kurva Ag yang terlepas. Namun untuk
memudahkan optimasi menggunakan metode persamaan garis, % recovery
dikonversi ke dalam bentuk defect. Defect adalah Au dan Ag yang tidak ter-

recovery atau terlepas dari loaded carbon. Metode perpotongan kurva defect
dengan kurva Ag yang terlepas digambarkan dalam gambar 1

Grafik 1 Pengaruh konsentrasi HCl (%) terhadap deffect dan terlepasnya Ag plant
1 pada tahap acid wash
Dari grafik tersebut dapat dilihat bahwa perpotongan terjadi pada
konsentrasi HCl 1,7%. Dari hasil perhitungan persamaan garis, didapat bahwa
pada konsentrasi HCl 1,7% makan % recovery Ag rata-rata sebesar 73,16 % dan
Ag yang terlepas rata-rata sebesar 0,65 ppm.
Persen recovery tersebut dapat dikatakan kecil, dikarenakan % recovery
minimal yang menjadi standar PT Antam Tbk. UPBE Pongkor untuk Ag sebesar
85% (pada konsentrasi HCl 3 %). Jika dibandingkan, penurunan konsentrasi HCl
ini cukup besar yaitu turun sekitar 56,7% tetapi menghasilkan % recovery sebesar
73,16% (hanya selisih 11,84 % dari sebelumnya).

Penentuan Bed Volume Fresh Water Optimum Tahap Water Wash


Bed volume fresh water optimum tahap water wash adalah bed volume

yang mempunyai selisih kenaikan pH yang paling paling besar.

Untuk penentuan bed volume optimum pada tahap water wash, data yang
digunakan adalah data water wash pada saat tahap acid wash mendekati optimum,
yaitu saat konsentrasi HCl 2%.

Grafik 2 Pengaryh jumlah bed volume water wash terhadap pH rata rata air
bilasan dan selisih pH rata rata air bilasan
Dari grafik tersebut dapat dilihat bahwa selisih pH dari bed volume 4 ke 5
adalah nilai kenaikan pH paling tinggi dibandingkan dengan selisih kenaikan pada
bed volume lain. Kenaikan pH rata-rata plant 1 dan plant 2 dari bed volume 4 ke 5
adalah sebesar 0,254 dengan nilai pH rata-rata sebesar 1,796. Dari parameter

tersebut, maka bed volume ke-5 merupakan bed volume optimum pada tahap
water wash.
TAHAP 4 : EVALUASI TEKNIS, KEUANGAN dan REKOMENDASI
4.1 Evaluasi Teknis
Tujuan evaluasi kelayakan teknis ini adalah supaya alternatif yang
dievaluasi akan dapat bekerja sesuai dengan aplikasi speifiknya. Alternatif
peluang produksi bersih yang telah dipilih secara teknis sangat mudah untuk
diterapkan.
Opsi pertama penggantian jumlah bed volume pada tahap water wash yang
semula satu bed menjadi lima bed. Alternatif ini terbukti ampuh dilihat dari selisih
kenaikan pH rata-rata solution keluaran tahap water wash sebesar 1,796. Opsi
kedua Penggurangan konsentrasi HCl yang digunakan pada tahap acid wash yang
semula 3% menjadi 1,7%, dengan % recovery Ag rata-rata sebesar 73,16 % dan
Ag yang terlepas rata-rata sebesar 0,65 ppm.
Kedua teknologi ini sangat mudah karena hanya tinggal menambah jumlah
bed dan mengurangi konsentrasi HCL, tetapi keuntungan yang didapat cukup
besar. Pada penerapannya tidak akan mengganggu proses lain, sistemnya aman
untuk pekerja, tidak perlu penambahan tenaga kerja, kapasitas utilitas masih
mencukupi dan sistem yang diusulkan tidak membuat masalah baru untuk
lingkungan hanya sedikit berpengaruh pada proses pengendapan.
4.2 Evaluasi Ekonomis
Evaluasi ekonomi terhadap pilihan pilihanmeliputi perbandingan biaya
operasi untuk menggambarkan dimana penghematan biaya akan dilakukan. Pada
opsi pertama peluang produksi bersih dengan mengurangi konsentrasi HCl yang
digunakan, tindakan mengurangi jumlah konsentrasi bahan ini dalam saluran
distribusi selama proses akan menurunkan biaya bahan baku. Untuk opsi kedua
penambahan jumla bed volume termasuk kedalam kategori medium cost
(dibutuhkan dana dalam jumlah sedang) karena harus menambah jumlah bed.

Mengenai konsentrasi HCl tahap acid wash dan jumlah bed volume fresh
water tahap water wash pada proses elution dapat benar benar diterapkan, maka
PT Antam Tbk. UBPE Pongkor dapat menghemat biaya sebesar Rp1.431.513,00
tiap kali proses elution atau sekitar 7,74% dari biaya awal Rp18.488.364,00.
(Detail perhitungan terdapat pada lampiran 2)

Analisis Rencana Invesasi


Investasi awal = Diasumsikan satu buah bed berharga 15 juta, 5 bed 75
juta
Asumsi satu kali siklus dilakukan selama satu minggu

=0,084 ta hun
Rp 887.440.608 /tahun
Total investasi
PBP=
=
Keuntungan

Rp75.000 .000,

Setealah dilakukan analisan finansial, menghasilkan keuntungan sebesar


887.440 .608/tahun

dengan pay back periode (PBP) selama 0,084 tahun atau

sama dengan satu bulan. Artinya modal yang dikeluarkan akan kembali selama 1
bulan.

4.3 Rekomendasi
Berdasarkan evluasi teknis dan ekonomis yang telah dilakukan, opsi yang
sangat direkomendasikan adalah pada pengurangan konsentrasi HCl. Opsi ini
termasuk kedalam kategori no cost (tidak dibutuhkan biaya) selayaknya good
housekeeping. Rekomendasi kedua barulah pada opsi penambahan jumlah bed.
Opsi ini termasuk kedalam kategori medium cost (dibutuhkan dana dalam jumlah
sedang), dikarenakan harus menambah peralatan bed volume.
Hal lain yang auditor rekomendasikan ialah dalam penentuan variabel
optimum dalam suatu proses di PT Antam Tbk UBPE Pongkor masih sangat perlu
untuk dilakukan karena masih adanya variabel proses yang dapat di efesienkan
penggunaannya. Perlu analisis lebih lanjut mengenai optimalisasi HCl dan jumlah
bed volume fresh water yang digunakan pada proses elution karena pada

kenyataannya sangat berpengaruh pada proses pengendapan di thickener dan


detoxifikasi di PT Antam Tbk. UBPE Pongkor.
TAHAP 5 : IMPLEMENTASI
Pada dasarnya implementasi dimulai dengan melakukan upaya untuk
meningkatkan kepedulian dan perubahan sikap. Berbagai upaya bisa dilakukan
diantaranya adalah : pelatihan, seminar, rapat rapat, poster atau bulletin
mengenai pentingnya penerapan produksi bersih.
Penerapan produksi bersih melalui alternatif opsi opsi peluang produksi
bersih yg telah dijabarkan pada bab sebelumnya, dapat dilakukan sesegera
mungkin agar potensi penghematan biaya dapat segera terlihat.
Pada implementasinya di lapangan, opsi opsi tersebut sangat mungkin
untuk dilaksanakan. Untuk penambahan jumlah bed bisa diperlakukan sebagai
proyek normal, yaiu perencanaan, desain, pengadaan, dan instalasi. Sedangkan
untuk pengurangan konsentrasi HCl tidak diperlukan perubahan peralatan proses
dan kondisi operasi proses, hanya konsentrasinya yang dikurangi. Jadi
implementasinya sangat mudah dan sangat dapat untuk diterapkan.
Implementasi membutuhkan dukungan seluruh sumber daya yang ada di
perusahaan. Pengetahuan, keterampilan, pemberdayaan tim serta komunikasi
internal

maupun

eksternal

akan

sangat

menentkan

keberhasilan

tahap

implementasi audit produksi bersih ini.


TAHAP 6 : EVALUASI
Pada tahap ini dilakukan analisis dari peluang peluang yang telah
diidentifikasi pada tahap sebelumnya. Dari berbagai alternatif peluang yang telah
dikembangkan, tim audit perlu melakukan evaluasi dari setiap alternatif tersebut.
Evaluasi dilakuan berkaitan dengan aspek teknis dan keuangan. Penentuan pilihan
dilakukan terhadap alternatif yang memberikan manfaat paling optimal serta
mungkin untuk dilaksanakan baik dari aspek teknis teknis dan keuangan.
Setelah penerapan produksi bersih, efektifitas proyek dapat dilihat dari
cash-flow proyek yang ada. Artinya begitu kelihatan ada penghematan biaya

biasanya pembiayaan proyek tersebut sedah otomatis terbiayai dengan adanya


penghematan tersebut. Namun evaluasi penerapan yang paling mudah adalah
membandingka penghematan biaya sebelum dilakukan penerapan dengan biaya
yang ada setelah penerapan produksi bersih.
Apabila dihitung secara teoritis opsi opsi yang telah dipaparkan pada
tahapan sebelumnya setelah dilakukan evaluasi dari segi teknik dan keuangan
sangat menguntungkan karena menghasilkan profit dan benefit untuk perusahaan.
Tetapi untuk kemudian diaplikasikan nyata di Industri rencana rencana opsi
tersebut harus dilanjutkan dan ditingkatkan setelah melakukan evaluasi dengan
mengikuti metode Merencanakan, melakukan, memeriksa, bertindak dari Total
Quality Management. Setiap selesai melakukan evaluasi satu proses, harus
kembali kepada tahap analisa untuk proses lainnya.

Anda mungkin juga menyukai