Anda di halaman 1dari 3

TUGAS PKSDA-A

APLIKASI TEKNIK PRODUKSI BERSIH


PADA INDUSTRI PUPUK

Oleh:
Aqiela Mahannada
19/439709/TK/48439

DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS GADJAH MADA
2021
APLIKASI TEKNIK PRODUKSI BERSIH
PADA INDUSTRI PUPUK

. Produksi Bersih atau cleaner production merupakan suatu strategi pengelolaan lingkungan
yang bersifat preventif dan terpadu yang diterapkan secara terus menerus pada proses produksi dan
produk untuk menaikkan efisiensi dan mengurangi terjadinya resiko terhadap manusia dan
lingkungan. Manfaat dari penerapan teknik produksi bersih antara lain adalah adalah meningkatkan
efisiensi proses produksi serta mengurangi penggunaan bahan baku berbahaya dan beracun, sehingga
mengurangi jumlah dan toksisitas seluruh emisi dan limbah sebelum keluar dari proses. Dengan
diterapkannya teknik produksi bersih, juga dapat mengurangi biaya produksi, pengolahan limbah,
serta izin, pemantauan, dan penegakan hukum.
Teknik produksi bersih dapat dilakukan dengan cara antara lain penghematan bahan baku,
penggunaan bahan baku renewable, peningkatan effisiensi energi, penggunaan solven yang tidak
berbahaya, penggunaan katalis, dan minimalisasi jumlah limbah.
Pada industri pupuk, pembuangan limbah dapat mengakibatkan turunnya efisiensi karena
limbah mengandung bahan-bahan yang masih dapat dimanfaatkan kembali untuk proses produksi.
Untuk menerapkan strategi produksi bersih untuk konservasi SDA, perlu adanya minimalisasi
limbah. Diperlukan pula fasilitas peralatan yang pada prinsipnya dapat berfungsi untuk mengambil
ulang material dan energi yang seharusnya dibuang ke lingkungan untuk dimanfaatkan kembali
sebagai bahan baku atau energi, sehingga dapat menghemat penggunaan bahan baku atau energi
yang diperlukan untuk memproduksi pupuk. Di bawah ini merupakan contoh penerapan produksi
bersih di Pabik Ammonia Kaltim-3 PT. Pupuk Kalimantan Timur.
1. Prinsip Recovery: Hydrogen Recovery Unit
Salah satu alat yang dapat membantu dalam minimalisasi limbah adalah Hydrogen Recovery
Unit (HRU). Pemasangan HRU ini bertujuan untuk mengambil kembali hydrogen dan ammonia
yang terbawa di dalam purge gas yang keluar dari synloop dan flash gas yang keluar dari unit
refrigerasi, sehingga dapat menambah produksi ammonia dan meningkatkan efisiensi pemakaian
bahan bakar. Teknologi proses yang digunakan adalah teknologi cryogenic. HRU ini dirancang untuk
mengambil kembali ammonia dan hydrogen yang terdapat dalam purge gas / flash gas dari pabrik
ammonia. Keuntungan dari adanya hydrogen recovery unit (HRU) antara lain : mencegah terjadinya
pencemaran dan perusakan lingkungan melalui upaya minimisasi limbah, mendukung prinsip
pemeliharaan lingkungan dalam rangka pelaksanaan pembangunan berkelanjutan, mencegah atau
memperlambat degradasi lingkungan dan eksploitasi sumber daya alam melalui penerapan daur
ulang limbah. dan memperkuat daya saing produksi atau produk lebih kompetitif. Hal ini terlihat dari
rendahnya konsumsi energi per ton produk ammonia, yang disebabkan oleh recovery hydrogen dan
ammonia.
2. Prinsip Change Of Technology: Process Condensate Stripper
Process Condensate Stripper merupakan unit untuk mengolah semua proses kondensat dengan
cara stripping menggunakan steam. Stripping ini bertujuan untuk melepaskan kontaminan yang
terkandung dalam proses kondensat sampai diperoleh air yang memenuhi syarat untuk dikirim ke
bagian utility untuk diolah menjadi air demin. Dengan stripping, maka air kondensat yang keluar dari
bawah Process Condensate Stripper kandungan kontaminannya rendah, sehingga akan menghemat
pemakaian bahan kimia pada unit demineralisasi. Keuntungan dari penerapan produksi bersih
dengan adanya process condensate stripper (PCS) adalah menaikkan efisiensi proses pembuatan
ammonia, terjadi efisensi pemakaian energi pada PCS, dapat memperbaiki kualitas lingkungan, dan
biaya produksi untuk pengolahan proses kondensat berkurang.
3. Prinsip Reuse : Pemanfaatan Panas Flue gas Radiant Section
Untuk memenuhi kebutuhan panas reaksi steam reforming yang terjadi didalam 168 tube catalyst
diperlukan sejumlah pemanas, yang disuplai oleh 386 burner. Flue gas dari radiant section ini masih
mempunyai temperatur sekitar 980°C. Untuk meningkatkan efisiensi pemakaian energi, maka flue
gas ini dimanfaatkan untuk memanaskan coil sesuai dengan kebutuhan proses ammonia sampai
diperoleh temperatur flue gas yang keluar ke atmosfer sebesar 156°C. Dari hal ini dapat dilihat
bahwa pemanfaatan (recovery) panas flue gas pada convection section bisa lebih optimal dan tingkat
polusi panas yang dibuang udara lingkungan lebih kecil. Rendahnya temperatur flue gas, yaitu
156°C, berarti kenyamanan lingkungan bagi karyawan yang bekerja disekitar primary reformer lebih
terjamin. Dengan tingginya efisiensi pemanfaatan energi panas pada primary reformer dan rendahnya
temperatur flue gas outlet ke atmosfer, maka sistem pemanfaatan energi panas flue gas pabrik
ammonia Kaltim-3 telah menjalankan kesepakatan Deklarasi Rio deJaneiro tahun 1992 mengenai
pembangunan berkelanjutan (sustainable development).

Sumber:
Kuliah 9 PKSDA – Strategi Konservasi SDA.
Subekti, Ir. Agus. 2004. “Evaluasi Penerapan Produksi Bersih di Pabik Ammonia Kaltim-3 dan
Peluang Penerapannya di Pabrik Ammonia Kaltim-2 PT. Pupuk Kalimantan Timur, Tbk.”.
Tesis. Universitas Diponegoro.

Anda mungkin juga menyukai