Anda di halaman 1dari 261

PENGANTAR TEKNOLGI PERTANIAN

Prodi Teknik Pertanian


Fakultas Teknologi Pertanian
Universitas Andalas
PENGANTAR TEKNOLOGI
PERTANIAN

TEKNIK TANAH LAHAN


PERTANIAN
DAN AIR

TEKNIK MANAJEMEN ALAT DAN PRODUK KONSUMEN


MESIN MESIN
PERTANIAN PERTANIAN PERTANIAN
PERTANIAN

ALAT DAN
PENANGANAN MESIN
PASCAPANEN PENGOLAH
HSL
PERTANIAN
PENDAHULUAN

Keteknikan (engineering) adalah:

Sebagai ilmu dan seni yang mempelajari pemenfaatan


tenaga dan sumber daya alam serta pelaksanaan
bermacam-macam kegiatan yang berkaitan dengan
manusia.

Definisi Tidak langsung membagi keteknikan pada Ilmu


dan Teknik
Teknik berdasarkan ilmu-ilmu murni (Fisika,
Kimia, dan Matematika)

Ilmu Pengalaman yang telah ditata


sedemikian rupa dengan sifatnya
benar dan tidak benar

Sebagai ilmu dan teknik: merupakan bidang teknik yang


eksakta dan rasional

Eksakta : Berhubungan dengan matematis berdasarkan


hukum yg dpt dirasionalisasikan sebagai hukum
murni
Sebagai Seni Keteknikan menunjukkan kemampuan, utk menilai,
menduga dan memanipulasi ketidak pastian teknik
kearah pemecahan suatu masalah secara memuaskan
dengan melakukan percobaan (trial and error)

Proses yang dilakukan pada percobaan akan menunjukkan adanya


penerapan pengalaman secara efisien.

Contoh: Bangsa Cina membuat besi dan baja, bangsa Mesir membuat gelas
Walaupun Cina tidak mengetahui tentang metalurgis

Bangsa Indian memupuk tanaman jagung dengan ikan yang mati,


tetapi mereka tidak mengetahui tentang ilmu tanah dan ilmu
tanaman

Alat pengeringan hasil rancangan agar diperoleh hasil yang


memuaskan, walaupun sedikit sekali yang diketahui sifat-sifat
pengeringan bahan.
Tujuan pengolahan (Processing)

• Untuk meningkatkan nilai guna dari hasil pertanian


• Sebagai Edded Value (menghasilkan nilai tambah)
• Teknologi (meningkatkan efisiensi teknis)
• Ekonomis

Teknik Penanganan Hasil Pertanian

1. Produk Tanaman Hortikultura (Sayuran dan Buah-buahan)


Biasanya dilakukan dengan pengendalian suhu lingkungan
(Pendinginan, Penyimpanan suhu terkendali dll)
2. Tanaman Biji-bijian (Sereal)
(Pengecilan Ukuran, Pengeringan, Sortasi, Pembersihan
dan Pengolahan)
Secara umum pengecilan ukuran (size reduction) meliputi;

- Pemotongan
- Pemukulan
- Pengerusan dan
- Penggilingan

Pengecilan ukuran dicapai dengan cara mekanis tanpa terjadi


perubahan kimiawi bahan dengan tujuan agar diperoleh butiran yang
seragam, baik ukuran maupun bentuknya.

Umpamanya :- Mengiris sayuran buahan untuk dikalengkan,


- Mengiris kentang untuk dikeringkan
- Mencincang tanaman jagung muda
- Mengerus batu kapur untuk pupuk
- Menggiling jagung pipil untuk pakan ternak dan
- Menggiling tepung
Pengecilan ukuran sampai halus disebut dengan penghancuran. Bahan
Pengecilan ukuran ditujukan pada padat, sedangkan pengecilan ukuran
untuk bahan cair disebut dengan emulsifikasi.

Tujuan Pengecilan ukuran dalam pengolahan hasil pertanian adalah ;

- Meningkatkan daya larut bahan dan daya pemisahannya


- Mempercepat proses ekstraksi kandungan kimia tertentu dari bhn
mentah (tepung gandum, nira tebu dll)
- Pengecilan sampai pada ukuran tertentu, (pembuatan coklat, makanan
ternak dll)
- Memperkecil ukuran partikel mengakibatkan peningkatan luas
permukaan spesifik bahan sehingga sangat membantu dalam
(mengurangi waktu pengeringan, memperkecil waktu ekstraksi,
mempercepat proses pemanasan, dan mempermudah waktu
pencampuran)
- Mengubah bentuk bahan dan memperkecil ukuran dapat mengurangi
kekambaan (bulkiness) dan mempermudah pengangkutan.
Pengecilan ukuran produk pertanian dapat juga ;

1. Meningkatkan kelezatan/palatabilitas
2. Meningkatkan daya cerna baik manusia maupun hewan
3. Menghilangkan benda asing dan benih rerumputan yang ikut panen
4. Memperkecil resiko akibat adanya bahan yang terbuang percuma.

Pegecilan ukuran memerlukan input energi yang besar sehingga


diperlukan keahlian dan ketrampilan dalam memilih, mengoperasikan
serta memelihara peralatannya.
PENANGANAN HASIL HORTIKULTURA

• Produk tanaman hortikultura dilakukan dengan penyimpanan dingin dan


pengalengan

• Penyimpanan akan berhasil bila mampu mereduksi laju proses


pematangan/menunda dimulainya proses pematangan, pembusukan, dengan
demikian kesegaran selalu dapat dijaga pada tingkat yang dapat diterima oleh
konsumen

• Sedangkan pengalengan dilakukan beberapa tahap seperti pemilihan, pemotongan,


pemanasan, penambahan bahan lainnya, sterilisasi serta penutupan kaleng.

• Diketahui ada 3 cara penyimpanan

1. CAS (Controlled Atmosphere Storage)


2. MAS (Modified Atmosphere Storage)
3. LPS (Low Pressure Storage), Hypobaric Storage
KOMPOSISI UDARA DAN DAYA SIMPAN

- Komoditi tanaman hortikultura setelah panen masih melakukan respirasi


dan metabolisme, mengeluarkan CO2, H2O serta Ethylene, dan
mengkonsumsi O2 yang ada disekelilingnya
- Komposisi udara normal adalah: O2 = 20,95%, CO2 = 0,03% dan N2 =
78,08%
- komposisi udara adalah : - menaikan kandungan CO2
- menurunkan kadar O2
- diperlukan pencegahan gas ethylene
- agar tidak terkumpul dlm ruang penyimpanan
- Ethylene adalah : a. hormon tanaman
b. dosis sangat kecil berpengaruh besar thd metabolisme
dan proses awal pematangan, kelayuan, pembentukan
senyawa Phenilic dimana sel ethylene melekat
c. bila kadar O2 tinggal 3 % terikat ethylene turun 50 %
KERUSAKAN/KEHILANGAN HASIL BUAHAN
DAN SAYURAN

Didaerah tropis kehilangan dan kerusakan buah-


buahan dan sayur-sayuran diperkirakan antara
22 – 78 %, hal ini disebabkan oleh ;

1. Transportasi yang tertunda


2. Kerusakan pada setiap hari diperkirakan 3 – 11 %
disebabkan oleh
- Kematangan,
- Kerusakan mekanis,
- Susut bobot karena pangkasan (Trimming)
- Perkecambahan
- Pencoklatan
- Pembusukan, mati
KERUSAKAN DINGIN

• Sayuran dan buahan tertentu dapat rusak pada suhu 0 – 100C


• Mekanisme terjadinya kerusakan dingin adalah :
- Terjadi respirasi abnormal
- Perobahan lemak dan asam lemak dalam dinding sel
- perubahan permeabilitas membran sel
- perubahan reaksi kinetik dan thermodinamika
- distribusi senyawa kimia dalam jaringan
- terganggunya aktivitas enzim enzim dan
- terjadinya penimbunan metabolit beracun
• Penurunan kemampuan produk untuk fosforisasi oksidatif makin
meningkat dengan adanya suhu rendah
• Perombakan zat penyusunan sel yang komplek sebagai akibat
kekurangan energi (ATP) selama pendinginan
TRANSPORTASI KOMODITI HORTIKULTURA
SEGAR

1. TANPA PENDINGIN
2. DENGAN MODIFIED ATMOSPHERE STORAGE (MAS)

TRANSPORTASI TANPA PENDINGIN

• Pengangkutan komoditi tanaman hortikultura di


Indonesia masih sederhana, ditumpuk diatas
kendaraan, diduduki oleh penumpang sehingga
menimbulkan kerusakan dan kehilangan hasil
tinggi
TRANSPORTASI DENGAN PENDINGIN

• Kebutuhan mendesak Post Harverst Technology


Produk Hortikultura diangkut tanpa peti kemas
• Modified Atmosphere Storage biaya tinggi
• Komoditi pisang secara komersial dikemas dalam kantong
plastik polyethylene dapat diangkut tanpa referigeration
untuk jarak 2500 – 4500 km dengan waktu 8 – 18 jam masih
hijau kenyal.
• Hasil akan lebih baik bila pisang dikantongkan dan diberi
fungisida untuk mengendalikan kebusukan dan ethylene
absolut diletakkan dalam kantong plastik
• Dikemas dan disimpan pada suhu kamar (ambient)
• Advokat pematangannya dapat dicegah dengan dikemas dlm
kantung polyethylene, dan dapat diangkut selama 5 hari
tanpa referigerator tanpa mengalami penurunan mutu
KOMPOSISI UDARA DAN DAYA SIMPAN

- Komoditi tanaman hortikultura setelah panen masih melakukan respirasi


dan metabolisme, mengeluarkan CO2, H2O serta Ethylene, dan
mengkonsumsi O2 yang ada disekelilingnya
- Komposisi udara normal adalah: O2 = 20,95%, CO2 = 0,03% dan
N2 = 78,08%
- komposisi udara adalah : - menaikan kandungan CO2
- menurunkan kadar O2
- diperlukan pencegahan gas ethylene
- agar tidak terkumpul dlm ruang penyimpanan
- Ethylene adalah :a. hormon tanaman
b. dosis sangat kecil berpengaruh besar thd metabolisme
dan proses awal pematangan, kelayuan, pembentukan
senyawa Phenilic dimana sel ethylene melekat
c. bila kadar O2 tinggal 3 % terikat ethylene turun 50 %
- Untuk menyerap gas ethylene (Srubbing), digunakan: KALIUM
PERMANGAT, ULTRAVIOLET IRRADIASI, atau merendahkan tekanan
udara sampai 1/10 tekanan udara normal
- Jeruk keprok (Valencia orange) dikemas dengan kantong plastik
polyethylene dengan ketebalan 0,0015 inci (1,5 mil), disimpan pada
suhu 320 F (00C), dapat disimpan dengan komposisi udara sbb;

Lama penyimpanan Komposisi udara

3 hari CO2 = 6,0 % O2 = 9,8 %


7 hari CO2 = 6,0 % O2 = 8,0 %
14 hari CO2 = 8,5 % O2 = 6,3 %
21 hari CO2 = 14,0 % O2 = 3,4 %
CONTROLLED ATMOSPHERE STORAGE
(CAS)
• Penyimpanan dingin dengan mengatur kadar oksigen (O2) dan gas
karbon dioksida (CO2) dalam ruang penyimpanan
• Penyimpanan dengan cara CAS dikenal dengan 2 cara
1. Penyimpanan dengan Kedap udara
2. Mengatur konsentrasi gas dalam ruang penyimpanan

1. Penyimpanan dengan Kedap udara


- produk melakukan pernafasan, maka konsentrasi CO2 , O2
disertai dengan pengontrolan udara disekeliling produk secara
terus menerus oleh suatu alat khusus
- kadar CO2 dapat diatur dengan menggunakan NaOH
- bila konsentrasi CO2 tinggi dalam ruangan dilakukan penyerapan
dengan menggunakan air
2.
Mengatur konsentrasi gas-gas CO2, N2, dan O2 dihembuskan
kedalam ruang penyimpanan
Proses Degreening Jeruk
Rancangan Alat
Pendingin
I. Peranan Teknologi Pascapanen Padi

Peranan teknologi pasca panen padi sangat besar


artinya karena :
– Hasil panen tidak dapat langsung di konsumsi,
tetapi terlebih dahulu memerlukan beberapa
perlakuan
– Hasil pertanian mudah rusak
– Hasil panen biasa ditumpuk sehingga
menimbulkan kerusakan pada produk
– Teknologi pasca panen merupakan sarana
penting dalam pembangunan industri hasil
pertanian
Penanganan Pasca Panen Padi

Penanganan lepas panen padi adalah :

1. Panen  (pemotongan,kumpul, tumpuk)


2. Perontokkan
3. Pengeringan
4. Penggilingan
5. Penyimpanan
II. Teknik Pengolahan Padi

Padi diolah pada kadar air 13-14% (kering giling)


Ada 2 tahap pengolahan padi

1. Proses pengolahan gabah menjadi beras pecah


kulit (BPK)

2. Proses penyosohan, yaitu pengolahan beras pecah


kulit jadi beras sosoh (BPK  BS)
• Penggilingan padi adalah setiap setiap perusahaan
yang sebagian sumber tenaga digerakkan oleh
mesin yang digunakan untuk pengerjaan padi jadi
beras sosoh

• Perusahaan huller adalah perusahaan pengolah padi


yang menggunakan tenaga mesin untuk
mengerjakan padi atau gabah menjadi beras pecah
kulit (BPK)

• Perusahaan penyosoh beras adalah perusahaan


yang menggunakan mesin untuk mengolah pemecah
kulit jadi beras sosoh (BPK BS)
Post Production System
(Sistem Penanganan Produksi Padi)

Pemotongan Pengangkutan Perontokan Pengeringan

• Sabit / ani-ani • Keranjang bambu • Iles (foot thresher)• Jemur (mt hari)
• Manual Dropper • Karung plastik • Pedal thresher • Solar collector
• Mechanical reaper • Power thresher • Fixed bed dryer
• binder • Continous dryer

Pemotongan – Perontokan – Pembersihan


drying
(cutting – threshing – cleaning)
Fixed dryer

Rice Combine Harvester Solar Collector

Continous dryer
• Urutan pengolahan padi adalah :
1. Perontokkan gabah
2. Pembersihan gabah
3. Pengeringan
4. Pengupasan sekam dari gabah
5. Pemisahan gabah dari beras pecah kulit
6. Penyosohan
7. Grading
8. Pengarungan dan penyimpanan
9. Pengangkutan
I. PENDAHULUAN

1.1. Maksud dan Tujuan Pengolahan Tanah


Pengolahan tanah dapat dipandang
sebagai suatu usaha manusia untuk
merubah sifat-sifat yang dimiliki oleh
tanah sesuai dengan kebutuhan yang
dikehandaki oleh manusia.
Di dalam usaha pertanian, pengolahan
tanah dilakukan dengan tujuan untuk
menciptakan kondisi fisik, khemis dan
biologis tanah yang lebih baik sampai
kedalam tertentu agar sesuai untuk
pertumbuhan tanaman
Di samping itu pengolahan tanah bertujuan
pula untuk : Membunuh gulma dan
tanaman yang tidak diingini ;
Menempatkan seresah atau sisa-sisa
tanaman pada tempat yang sesuai agar
dekomposisi dapat berjalan dengan baik ;
Menurunkan laju erosi ; Meratakan tanah
untuk memudahkan pekerjaan dilapangan ;
Mempersatukan pupuk dengan tanah;
Serta mempersiapkan tanah untuk
mempermudah pengaturan air irigasi.
1.2. Macam dan Cara Pengolahan Tanah
Berdasarkan atas tahapan kegiatan,
hasil kerja dan dalamnya tanah yang
menerima perlakuan pengolahan tanah,
kegiatan pengolahan tanah dibedakan
menjadi dua macam, yaitu pengolahan
tanah pertama atau awal (primary
tillage) dan pengolahan tanah kedua
(secondary tillage).
Dalam pengolahan tanah pertama, tanah
dipotong kemudian diangkat terus dibalik
agar sisa-sisa tanaman yang ada
dipermukaan tanah dapat terbenam di
dalam tanah. Kedalaman pemotongan dan
pembalikan umumnya di atas 15 cm. pada
umumnya hasil pengolahan tanah masih
berupa bongkah-bongkah tanah yang
cukup bersar, karena pada tahap
pengolahan tanah ini penggemuran tanah
belum dapat dilakukan dengan efektif.
Dalam pengolahan tanah kedua, bongkah-
bongkah tanah dan sisa – sisa tanaman
yang telah terpotong pada pengolahan
tanah pertama akan dihancurkan menjadi
lebih halus dan sekaligus mencampurnya
dengan tanah. Kedalaman pengolahan
tanah kedua pada umumnya kurang dari 15
cm. Jadi penggemburan tanah secara
intensif hanya dilakukan pada lapisan
tanah atas
Dalam pelaksanaannya cara pengolahan
tanah dapat dilakukan dengan cara kering
maupun cara basah. Pengolahan tanah
kering adalah cara pengolahan tanah yang
dilakukan pada saat tanah dalam keadaan
kering. Sedang pengolahan tanah basah
adalah cara pengolahan tanah yang
dilakukan pada saat tanah dalam keadaan
jenuh air. Dalam pelaksanaannya
dimungkinkan penggabungan dari dua cara
diatas.
V. PERHITUNGAN BESARNYA BIAYA
OPERASIONAL ALAT DAN MESIN PENGOLAH
TANAH

Besarnya biaya operasional alat dan


mesin, diperhitungkan dari besarnya biaya
tetap (fixed cost) dan biaya kerja (variabel
cost), biaya tetap berdiri dari penyusutan,
bunga modal, pemeliharaan dan perbaikan
dan gudang serta pajak dan asuransi.
Sedangkan biaya kerja perbaikan dan
gudang serta pajak dan asuransi.
Sedangkan biaya kerja terdiri dari bahan
bakar, minyak pelumas, grease, upah
operator dan upah tenaga pembantu
operator serta biaya untuk pembelian ban.
Cara perhitungan untuk mendapatkan biaya
operasional alat dan mesin pertanian per
tahun adalah sebagai berikut :
1. Biaya tetap pertahun
a. Penyusutan = (P-S)/N
Dimana :
P = harga pembelian mesin (Rp)
S = harga akhir, (Rp) (10% dari harga
pembelian, RNAM 1979)
N = umur ekonomis (tahun)
b. Bunga modal = r/100 x (P + S/2
Dimana :
r = tingkat bunga modal, (%) (besarnya
12%, RNAM 1979)
c. Pemeliharaan dan perbaikan = m/100 x P
Dimana ;
m = nilai pemeliharaan dan perbaikan, (%)
(besarnya 5%, RNAM 1970)
d. Gudang : (h/100) x p
Dimana :
h = Nilai gudang (%) (besarnya 0,5%, RNAM
1979)
e. Pajak dan asuransi
Pajak = (i/100) x ((P+S)/2)
Asuransi = (t/100) x p
Dimana :
i = nilai pajak, (%)
t = nilai asuransi, (%) (tergantung kondisi
lokal)
Total biaya tetap per tahun = a+b+c+d+e=A
(Rp/tahun)
2. Biaya kerja per tahun

0, 20 lt
a. Bahan bakar = x Pm x Wt x Fp
HP  jam

(Donnel Hunt, 1979)


Dimana :
Pm = daya meter (HP)
Wt = jam kerja per tahun, (jam/tahun)
Fp = harga bahan bakar per liter (Rp/liter)
.
b. Minyak pelumas = x Pm x Wt x Op
HP - 100 jam

(Donnel Hunt, 1979)


Dimana :
OP = harga minyak pelumas per liter
(Rp/liter)
c. Grease : 60% x dari minyak pelumas
(Donnel Hunt, 1979)
d. Operator = Wt x Wop
Dimana :
Wop = upah operator per jam (Rp/jam)
e. Tenaga pembantu operator = Wt x W1
Dimana :
W1 = upah tenaga pembantu operator per
jam (Rp/jam)
x Tp xWt
f. Ban =
Nt
Dimana :
n = jumlah ban (buah)
Tp = harga ban per buah (Rp/buah)
Nt = umur pakai ban, (jam)
Total biaya kerja per tahun
= a + b + c + d + e + f = B (Rp/tahun)

Jadi total biaya operasional mesin pertahuan


= (A + B), (Rp/tahun)
Besarnya biaya operasional mesin per jam
adalah
= (A  B) , (Rp/jam)
Wt

Sedang besarnyanya biaya operasional per


satuan luas
(A  B)/Wt
= , (Rp/ha)
Wt

Dimana :
Ka = kapasitas kerja aktual, (ha/jam)
Perlu diperhatikan bahwa dalam
menentukan biaya kreja yang berkaitan
dengan biaya bahan bakar, minyak
pelumas dan grease sebaiknya
diperhitungkan atas dasar hasil pengujian
langsung.
II. MACAM-MACAM ALAT DAN MESIN
PENGOLAH TANAH

1. Alat dan mesin pengolahan tanah


pertama (primary tillage equipment),
yang digunakan untuk melakukan
kegiatan pengolahan tanah pertama.
Peralatan pengolahan tanah ini biasanya
berupa bajak (plow) dengan segala
jenisnya
2. Alat dan mesin pengolahan tanah kedua
(secondary tillage equipment), yang
digunakan untuk melakukan pengolahan
tanah kedua. Peralatan pengolah tanah
ini biasanya berupa garu (harrow) dengan
segala jenisnya.
2.1. Bajak (Plow)
Bajak merupakan alat pertanian yang paling
tua, telah dipergunakan sejak 600 tahun SM
di Egypt. Pada awal mulanya bajak
sepenuhnya ditarik oleh tangan manusia,
dengan bentuk yang sangat sederhana.
Kemudian Thomas Jefferson merancang
secara istimewa dengan prinsip perhitungan
matematika. Untuk pertama kalinya alat
pengolah tanah ini dibuat dari kayu
kemudian dari besi tuang sebagai bahan
utamanya, selanjutnya dibuat dari baja
Banyak dijumpai berbagai bentuk
rancangan bajak, hal ini pada umumnya
dimaksudkan untuk dapat memperoleh
penyesuaian antara tujuan pengolahan
tanah dengan peralatan yang di
pergunakan. Berdasarkan bentuk dan
kegunaannya, secara garis besar bajak
dibedakan atas beberapa jenis, yaitu :
• Bajak singkal (moldboard plow)
• Bajak piringan (disk plow)
• Bajak rotari atau bajak putar (rotary plow)
• Bajak pahat (chisel plow)
• Bajak tanah bawah (subsoil plow)
2.1.1. Bajak singkal (moldboard plow)
Sering dijumpai berbagai bentuk
rancangan bajak singkal, hal ini
dimaksudkan untuk dapat memperoleh
penyesuaian antara kondisi tanah dengan
tujuan pembajakan. Aneka ragam
rancangan yang dijumpai selain pada
bentuk mata bajak, juga bagian
perlengkapannya. Mata bajak adalah
bagian dari bajak yang berfungsi aktif
untuk mengolah tanah.
Bajak singkal secara umum dapat
dibedakan menjadi dua golongan yaitu :
• Bajak singkal satu arah (one way
modlboard plow), adalah jenis bajak
singkal dimana pada waktu mengerjakan
pengolahan tanah akan melempar dan
membalik tanah hanya dalam satu arah.
Lemparan atau pembalikan tanahnya
biasanya dilakukan kearah kanan.
• Bajak singkal dua arah (two way/
reversible moldboard plow), adalah jenis
bajak singkal pada waktu mengerjakan
pengolahan tanah, arah pelemparan atau
pembalikan tanahnya dapat diukur dua
arah, yaitu kearah kiri mauun kearah
kanan. Jenis bajak ini mempunyai mata
bajak yang kedudukkannya dirancang
untuk dapat diputar kekanan ataupun
kekiri dengan cepat, sesuai dengan arah
pelemparan ataupun pembalikan tanah
yang dikehendaki.
Akan menghasilkan pembalikan yang
seragam untuk seluruh petak tanah yang
diolah, praktis untuk pengolah tanah sistim
kontur, dari hasil kerjanya tidak akan
berbentuk alut mati (dead furrow) ataupun
alur punggung (back furrow), sehingga
pembajakan dapat teratur rata.
Bagian-bagian bajak singka
Bagian bajak singkal yang efektif untuk
mengolah tanah terdiri atas :
• Pisau bajak (share) berfungsi untuk
memotong tanah secara horizontal. Oleh
karenya biasanya bajak ini terbuat dari
logam yang berbentuk tajam.
• Singkal (moldboar), berfungsi untuk
mengangkat menghancurkan dan
membalik tanah yang telah dipotong oleh
pisau bajak.
• Penstabil bajak (land side), berfungsi
untuk mempertahankan gerakan maju
bajak tetap lurus. Dengan jalan menahan
atau mengimbangi gaya kesamping yang
diterima oleh bajak singkal, pada waktu
bajak tersebut digunakan untuk
memotong dan membalik tanah.
Bagian penstabil bajak ini akan selalu
bergerak sejajar dan menempel pada
dinding alur pembajak.
Untuk penyempurnaan hasil kerjanya,
disamping bagian-bagian utama diatas, bajak
singkal sering dilengkapi dengan perlengkapan
tambahan, antara lain adalah :
• Roda alur penstabil (furrow wheel), berfunsgi
sebagai pembantu alas penstabil bajak dalam
menjaga kestabilan pembajakan.
• Rada dukung (land whell), berfungsi untuk
mengatur kedalam pembajak. Dnegan alat ini
diharapkan pengolahan tanah dapat dilakukan
dengan kedalaman yang relatif kosntan
• Kolter, berfungsi untuk memotong seresah dan
memotong tanah kearah vertikal. Dengan alat
ini diharapkan kerja pembalikan tanah akan
lebih ringan. Kolter biasanya dipasang didepan
bajak dan terletak sedikit diatas mata bajak
• Jointer, berfungsi untuk
memungkinkan penutupan seresah
lebih sempurna dalam pembajakan.
Alat ini bentuknya menyerupai bajak
singkal namun dnegan ukuran yang
lebih kecil. Dalam pemasangan
umumnya berada diatas pisau bajak,
kearah tanah yang belum dibajak
dengan kedalaman kerja lebih kurang
5 cm. dengan alat ini rumput-rumput
atau seresah sebelum dibalik, struktur
akar sudah rusak/ dipotong, sehingga
pada waktu tertimbun tanah tidak ada
kemungkinan untuk menembus tanah
dan tumbuh kembali.
• Kerangka (beam) seluruh bagian-bagian
bajak diatas pada penggunannya
dipasang pada kerangka yang kuat. Pada
kerangka ini pula terpasang titik
penggandengan bajak. Pada titik-titik
penggandengan ini bajak dapat
dirangkaikan dengan sumber daya
penariknya.
2.1.2. Piringan (Disk Plow)
Adanya kelemahan-kelemahan bajak
singkal orang menciptakan bajak piringan.
Bajak piringan cocok untuk bakerja pada :
Tanah yang lengket, tidak mengikis dan kering
dimana bajak singkal tidak dapat masuk ;
Tanah-tanah berbatu, atau banyak sisa-sisa
akar ; Tanah gambut ; serta untuk pembajakan
tanah yang barat.
Namun penggunaan bajak piringan ini untuk
pengolahan tanah ada juga kelemahannya
antara lain : Tidak dapat menutup seresah
dengan baik ; Bekas pembajakan tidak dapat
batul-betul rata ; Dan hasil pengolahan
tanahnya masih berbongkah-bongkah, tetapi
untuk lahan yang erosinya besar hal ini justru
dianggap menguntungkan.
Jenis jak pirinqan (Disk plow)
Berdasarkan tempat kedudukan dan
susupan piringannya bajak piringan secara
garis besar dibedakan menjadi dua, yaitu
• Bajak piringan standard
Pada jenis bajak ini masing-masing
piringan mempunyai poros tersendiri
terpisah antara piringan satu dengan
piringan yang lain.
• Bajak jaringan vertikal
Untuk jenis bajak piringan ini masing-
masing piringan dirangkai dalam satu
poros.
Namun di sarnping cara penggolongan di
atas, seperti pada bajak singkai, berdasarkan
atas arah pembalikan pengolahan tanahnya,
bajak piringan juga dapat digolongkan
menjadi dua golongan yaitu
• a. Bajak piringan satu arah (One disk plow)
• b. Eajak piringan dua arah (Two
way/reversible disk plow)
Selanjutnya berdasarkan bentuk piringan.,
piringan dari bajak piringan dibedakan menjadi
dua, yaitu :
• Piringan standar, yaitu yang tepinya rata
(standard disk), biasa digunakan untuk
mengolah tanah yang sudah lama diusahakan
untuk tanaman semusim, sehingga tidak
dijumpai sisa-sisa tanaman atau perakaran
yang cukup besar.
• Piringan yang tepinya tidak rata atau berlekuk
(cutaway disk) biasanya digunakan untuk
tanah yang baru diusahakan atau biasa
ditanmi dengan tanaman keras. Jenis piringan
ini sesuai untuk mengolah tanah yang banyak
sisa tanamannya dan sesuai untuk memecah
tanah berbongkah-bongkah.
Bagian-bagian pirincian
• Piringan (disk), berfungsi untuk memotong,
mengangkat, menghancurkan dan
membalik tanah yang dibajak. Piringan
berbentuk cekung dengan tepi yang tajam.
Bagian tepi yang tajam akan berfungsi
sabagai alat parong tanah, sedang bagian
piringan yang cekung akan berfungsi untuk
mngangkat, menghancurkan dan membalik
tanah.
• Poros atau pusat piringan, barfungsi
sebagai tempat berturnpu dan berputarnya
piringan, sehingga memungkinkan piringan
dapat berputar dengan. baik pada waktu
digunakan untuk melakukan pengolahan
tanah.
• Penggarak piringan (scraper), barfungsi
untuk menjaga piringan tetap bersih, bebas
dari gumpalan tanah. Tanah yang
menggumpal pada piringan akan
menyebabkan kemacetan dan
ketidaknormalan kerja dari bajak piringan. Di
sanping itu panggarak piringan ini juga
berfungsi untuk untuk membantu pembalikan
dan penghancuran tanah pada waktu jenis
bajak ini digunakan untuk membajak tanah
• Roda alur penstabil (furrow wheel)
• Roda dukung (land wheel)
• Kerangka (beam)
• Dimana fungsi roda alur penstabil, roda
dukung, dan kerangka, sama fungsinya
seperti pada bajak singkal.
• Hasil kerja dan besarnya kebutuhan daya
dalam penggunaan bajak piringan ini akan
sangat dipengaruhi oleh ; bentuk, ukuran
dan jenis piringan ; cara perasangan
piringan yang akan berpengaruh terhadap
besarnya sudut pa-narikan atau sudut
piringan (disk angle) dan sudu kemiringan
piringan (tilt angle) ; cara penyetelan bajak
dan sistem penggandengan ; jenis - kondisi
tarah dan faktor lainnya.
2.1.3. Bajak putar (Rotary plow)
Pengolahan tanah dengan menggunakan bajak,
akan diperoleh bongkahan-bongkahan yang
masih cukup besar, biasanya masib diperlukan
tambahan pengerjaan untuk mendapatkan ke-
adaan tanah yang lebih luas lagi. Dengan
menggunakan bajak putar akan mengerjakan
tanah dapat dilakukan sakali tempuh. Bajak
putar/bajak rotary dapat digunakan untuk
pangolahan tanah kering ataupun tanah sawah.
Kadang-kadang bajak putar ini digunakan untuk
mengerjakan tanah kedua dan juga dapat
digunakan untuk melakuken penyiangan
ataupun pendangiran.
Penggunaan bajak putar untuk pengolahan
tanah dapat diharapkan hasilnya baik, bila
tanah dalam keadaan cukup kering atau
basah sama sekali. Untuk mengatasi
lengketnya tanah pada pisau dapat dilakukan
dengan mengurangi jumlah pisau dan
mempercepat putaran dan rotor dan
memperlambat gerakan maju. Makin cepat.
parputaran rotor akan lebih banyak daya yang
digunakan tetapi diperoleh hasil
penggemburan yang lebih halus. Dalam
penggunaan dipilih kebutuhan daya yang
terkecil tapi memenuhi persyaratan ukuran
partikel tanah yang dituntut oleh tanaman.
Berdasarkan atas sistim pengambilan daya
untuk menggerakkan rotor dan pisau dan
bajak putar, jenis bajak putar ini secara garis
basar dibedakan menjadi dua, yaitu:
• Bajak putar dengan tenaga pemutar pisau
dan mesin tersendiri terpisah dari tenaga
traktor sebagai sumber daya panariknya (Self
procelled unit).
• Bajak putar dengan tenaga pemutar pisau
dan pto traktor, yang sekaligus traktor
tersebut sebagai sumber daya penariknya
(drives tractor).
• Prinsip kerja baja putar.
Pisau-pisau dipasang pada rotor secara
melingkar hingga beban terhadap mesin
merata dan dapat memotong tanah secara
bertahap. Pada waktu rotor berputar dan
alat bergerak maju pisau akan memotong
tanah. Luas tanah yang terpotong dalam
sekali pemotongan tergantung pada
kedalaman dan kecepatan bergerak maju.
Gerakan putaran rotor yang memutar
pisau-pisau diakibatkan daya dari motor
yang diteruskan melalui sistim penerusan
daya khusus, sampai ke rotor tersebut.
Sistim penerusan daya untuk ukuran
bajak putar kecil yang digerakkan dengan
traktor tangan biasanya menggunakan
sistim hubungan roda cakra dengan
rantai. Untuk bajak putar ukuran besar
yang biasanya digerakan dengan traktor
baser, biasanva menggunakan universal-
joint.
Bagian-bagian bajak
• Pisau, berfungsi untuk mencacah tanah pada
waktu pangolahan tanah dengan bajak putar
dilakukan. Pisau ini juga cukup baik untuk
mencacah gulma maupun seresah, namun
tidak dapat menutupnya dengan tanah secara
baik seperti bila menggunakan bajak singkal,
maupun bajak piringan. Besar dan jumlah
pisau disesuaikan dengan daya penggerak
dan keparluannya. Cara pemasangan pisau
dalam hubungannya dengan bentuk
permukaan dan hasil pengolahan tanah dapat
dilihat pada gambar
• Poros putar, berfungsi untuk memutar rotor-
rotor bajak putar.
• Rotor, berfungsi sebagai tempat
pemasangan pisau-pisau dan bajak putar.
• Penutup belakang (rear shield), berfungsi
membantu penghancuran tanah.
• Roda dukung (land wheel), berfungsi untuk
mengatur kedalaman pengolahan tanah
Faktor yang mempengaruhi hasil kerja dalam
penggunaan bajak putar
• Sistim pemasangan dan pisau
Pemasangan pisau dengan jumlah yang lebih
sedikit akan hambatan karena adanya
seresah dan dapat masuk lebih dalam dan
seresah dapat bercarnpur dengan sempurna.
mengurangi kemungkinan macetnya alat
pada waktu kerja di tanah yang basah dan
lengket. Namun hasil pengolahan diperoleh
bongkah yang lebih besar.
• Tipe dan tanah
Pada tanah berat kandungan lempung
lebih banyak, hingga kohesi partikel
tanah cukup besar hingga kemungkinan
hasil pengerjaan tanah dapat bervariasi
dan halus - kasar.
• Kecepatan perputaran dan pisau
Pada kecepatan maju tetap. Makin, cepat
perputaran pisau akan diperoleh
potongan yang makin halus ; makin
lambat hasil pemotongan akan besar-
basar. Pada kecepatan rendah
kemungkinan penyumbatan oleh tanah
dan seresah makin besar tetapi
kecepatannya yang besar akan dapat
merusak struktur tanah dan mengurangi
umur pemakaian pisau.
• Posisi dan penutup (rear shield)
Adanya penutup akan memungkinkan tanah
lebih hancur karena tanah yang terlempar
dari pisau terbentur pada panutup. Posisi
dan penutup akan mempangaruhi benturan
tanah terhadap penutup. Posisi yang
memungkinkan adanya benturan yang lebih
keras akan menghasilkan penghancuran
yang lebih besar.
• Kandungan air tanah
Kandungan air akan menentukan ikatan
partikel tanah, bila tanah dikerjakan pada
kandungan air dimana ikatan partikel kecil
maka hasil pengerjaan-pengerjaan tanah
akan lebih halus.
2.1.4. Bajak pahat (chisel plow)
Dalam pengerjaan tanah bajak pahat
dipergunkan untuk merobek dan menembus
tanah, dengan menggunakcn alat yang
menyerupai pahat atau ujung skop sernpit yang
disebut mata pahat atau chisel point.
Maka pahat ini terletak pada ujung dan tangkai
atau batang yang biasa disebut Bar. Bar ini
secara garis besarnya dapat dibagi menjadi dua
macam, yaitu
• Yang kaku, adalah konstruksi yang berat.
Jenis batang ini terbuat dan baja dengan kadar
karbon tinggi. Batang ini mungkin berbentuk
lurus mungkin juga berbentuk lengkung.
• Yang lentur (flexible), ukurannya biasanya
lebih panjang dan lebih ramping. Terbuat dan
baja yang dicampur dangan nikel. Bekerja
seperti aksi dari pada per.
Bar ini dipasang pada kerangka, yang mana
jarak bar yang satu dengan yang lain masing-
masing ± 30 cm,. dapat juga antara + 30 - 60
cm untuk ukuran bajak pahat yang besar.
Bajak pahat ini dapat dipergunakan untuk
pembajakan dangkal maupun dipergunakan
untuk pambajakan dalam, sampai kedalaman
45 cm atau lebih, tergantung pada keperluan
dan jenis mata pahatnya. Berdasarkan
jenisnya pula, lebar kerja alat sangat
barvariasi tergantung dari sumber daya
penarik dan keperluannya.
Fungsi dari bajak pahat berlainan pula
dengan fungsi bajak singkal maupun bajak
piringan.
Fungsi bajak pahat adalah :
• Untuk memecah tanah yang keras dan
kering, ini biasa dilakukan sebelum
pembajakan untuk tanah yang tertentu.
• Dipergunakan untuk pengerjaan praktis
pada tanah bawah.
• Dipergunakan pada tanah yang berjerami,
dan dipargunak.an u.ntuk memutus sisa-
sisa parakaran yang berada dalam tanah.
• Dipergunakan untuk memecah lapisan
keras (hardpan) atau plow sole
• Untuk memperbaiki infiltasi air pada tanah,
sehingga dapat mengurangai erosi
2.1.5. Bajak tanah bawah (sub soil plow)
Bajak tanah bawah termasuk di dalam
jenis bajak pahat tetapi dengan konstruksi
yang lebih berat. Fungsi bajak ini tidak
banyak berbeda dengan bajak pahat,
namun dipergunakan untuk pengerjaan
tanah dengan kadalaman yang lebih dalam
yaitu mencapai kedalaman sekitar (50-90)
cm
Untuk jenis standard tunggal biasanya
dipergunakan untuk mengerjakan tanah
dengan kedalaman sampai 90 cm,
sedang penarikannya menggunakan
traktor dengan daya 60-85 hp. Kemudian
untuk bajak tanah bawah jenis standard
dua atau lebih, biasanya dipergunakan
untuk pekerjaan yang lebih dangkal.
Kadang kala pada bajak tenah bawah ini di
belakangnya di lengkapi dengan alat lain
misalnya
Perlengkaan mole (mole - attachment)
Alat ini digandengkan di belakang dari
bajak tanah bawah. Alat berbentuk oval
berdiameeer (7,5-20) cm. Hasilnya akan
meninggalkan bekas seperti terowongan.
Terwoongan ini dimaksudkan untuk pipa
drainase. Hal ini dilakukan biasanya pada
tanah lempung. Dimaksudkan untuk
perbaikan drainase, kalau keadaan ideal
akan tahan sa-npai 7 tahun.
Perlengkapan pemupukan (fertilizer
ttachient)
Penggandengan alat ini pada bajak
tanah bawah dimaksudkan untuk
sekaligus mengadakan pemupukan
dengan kedalaman tertentu. Dalam
kenyataannya cara pemupukan dengan
sistim ini mendapatkan hasil yang
menggembirakan. Jarak alur biasanya
diamnbil 120 cm. Tapi jarak ini dapat
divariasi pula menurut keadaan dan
keperluannya
2.2. Garu (harrow)
Tanah setelah dibajak pada pangolahan
tanah pertama, pada unumnya masih
merupakan bongkah-bongkah tanah yang
cukup besar, maka untuk lebih
menghancurkan dan meratakan permukaan
tanah yang terolah dilakukan pengolahan
tanah kedua.
Alat dan mesin pertanian yang digunakan
untuk melakukan pangolahan tanah kedua
adalah alat pengolah tanah jenis garu
(harrow). Penggunaan garu sebagai
perolahan pengolah tanah kedua, selain
bertujuan untuk lebih menghancurkan dan
meratakan permukaan tanah hingga lebih
baik untuk perturnbuhan benih maupun
tanaman, juga bertujuan untuk
mengawetkan lengas tanah dan
meningkatkan kandungan unsur hara pada
tanah dengan jalan lebih menghancurkan
sisa-sisa tanaman dan mencampurnya
dengan tanah.
Macarn—macam garu yang digunakan
untuk pengolahan tanah kedua adalah :
Garu piringan (disk harrow) ; garu bergigi
paku (spikes tcoth harrow) ; garu bergigi
per (springs tcoth harrow) ; dan garu-garu
untuk pekerjaan khusus (special harrow).
2.2.1. Garu piringan (disk—harrow)
Pada prinsipnya peralata.n pengolah tanah
ini hampir menyerupai bajak piringan,
khususnya bajak piringan vertikal.
Perbedaannya hanya terletak pada ukuran,
kecekungan dan jumlah piringannya
Garu piringan mempunyai ukuran dan
kecekungan piringan yang lebih kecil
dibandingkan dengan bajak, hal ini
disebabkan pengolahan, tanah kedua
dilakukan lebih dangkal dan tidak
diperlukan pembalikan tanah yang efektif
seperti pengolahan tanah pertama.
Salanjutnya. karena draft penggaruan lebih
kecil dan draft pembajakan, maka dengan
basar daya penarikan yang sama, lebar
kerja garu akan lebih besar dibandingkan
dengan lebar kerja bajak, dengan demikian
jumlah piringan garu piringan dengan
sendirinya akan lebih banyak dibandingkan
dengan bajak piringan
Seperti bajak piringan, bagian-bagian
utama dari garu piringan terdiri atas :
piringan ; poros piringan ; penggerak
piringan ; kerangka. Kadang kala
dilengkapi pula dengan roda dukung,
apabila sistim penggandengan dengan
daya penariknya menggunakan sistem hela
trailing
Garu piringan biasanya tidak dilengkapi
dengan roda alur penstabilan. Beberapa
piringan dari garu piringan dirangkai
menjadi satu rangkaian dengan
menggunakan satu pores, rangkaian—
rangkaian ini biasa disebut sebagai
rangkaian piringan (disk gang).
Konstruksi garu piringan umumnya terdiri
atas dua rangkaian piringan atau empa
rangkaian piringan. Ditinjau dari proses
penghancuran tanah, langkah penggaruan
dapat dibedakan atas : penggaruan satu
aksi (single action) dan penggaruan dua
aksi (double action).
Didasarkan atas uraian diatas, garu
piringan dibedakan atas garu piringan dua
rangkaian satu aksi (single action two
gang-disk harrow) garu piringan dua
rangkaian dua aksi (double action gang
disk harrow) garu piringan empat
rangkaian dua aksi atau biasanya disebut
tandem (tandem disk-harrow). Untuk
jelasnya konstruksi dan bermacam-macam
garu piringan dapat di lihat pada gambar.
2.2.2. Garu bergigi paku (spikes tooth
larrow)
Garu bergigi paku atau biasa disebut
sebagai garu sisir, adalah jenis garu
yang sudah umum digunakan petani di
Indonesia. Garu sisir yang ditarik
hewan, umumnya giginya terbuat dari
kayu dan biasa digunakan untuk
pengolahan tanah sawah dalam keadaan
basah, sebagai pekerjaan lanjutan
setelah tanah diolah dengan bajak
singkal.
Garu bergigi paku yang di tarik dengan tenaga
traktor gigi-giginya terbuat dari bahan logan,
dipasang pada batang penempatan (tooth bar)
dengan diklem atau dilas.
Konstruksi garu bergigi paku yang ditarik
dengan tenaga traktor biasanya terdiri lebih
dari satu batang penempatan. Perasangan gigi
pada batang penempatan disusun berselang-
saling antara batang pempatan yang satu
dangan lainya . Bentuk gigi paku sangat
bervariasi ada yang lurus runcing ada yang
pipih ada pula yang bertentuk blimbingan
(diartond shate). Kadang kala batang
penempatan posisinya dapat diatur atau diputar
sehingga memungkinkan untuk merubah sudut
gigi pakunya, guna mengatur masuknya gigi di
dalam tanah. Batang-batang penempatan
selanjutnya dipasangkan pada kerangka
penguat dari garu tersebut.
Dengan demikian bagian-bagian utama
garu bergigi paku atau garu sisir adalah
terdiri atas : gigi paku, batang penempatan
dari kerangka penguat.
Garu bergigi paku terutawa digunakan
untuk meratakan dan menghalusken tanah
sesudah pembajakan, lebih cocok
digunakan untuk tanah yang mudah
hancur. Alat ini cukup efektif untuk
memberantas tanaman pengganggu
khususnya yang masih kecil-kecil, atau
baru tumbuh.
2.2.3. Garu bergigi per (springs tooth harrow)
Garu bergigi per ini secara keseluruhan
konstruksinya hampir menyerupai garu
bergigi paku, hanya gigi-giginya terbuat dari
per atau pegas.
Juga digunakan untuk meratakan dan
menghaluskan tanah sesudah pembajakan.
Alat ini juga lebih sesuei digunakan untuk
tanah yang mudah dihancurkan. Cocok
untuk memberantas gulma yang
mernpunyai perakaran yang cukup kuat
dan dalam. Hal ini dikarenakan garu
bergigi per mernpunyai penetasi
kedalaman yang lebih besar dibandingkan
dengan garu bergigi paku. Dan sifatnya.
yang lentur den bentuknya yang lengkung
akan dapat mengangkat dan mencabut
akar-akar tanaman sehingga terlempar
keluar ke pekaan tanah.
2.2.5. Garu-garu khusus (special harrow)
Jenis garu-garu khsuus, biasanya
digunakan untuk mengerjakan
pengolahan tanah dengan tujuan yang
lebih khusus. Sebagai misal pengolahan
tanah dengan tujuan khusus untuk
memusnahkan tanaman penganggu
menghancurkan seresah atau untuk
menggemburkan tanah secara intensif,
atau mungkin bertujuan untuk membuat
bedengan (seed-bed) yang lebih layak.
Penggunaan garu-garu khusus biasanya
dilakukan setelah pengolahan
gulma/seresah (weeder-mulcher) ; garu
potong putar (rotary cross harrow) ;
penggemburan tanah (soil surgeon).
Konstruksi dari garu-garu khusus diatas
dapat dilihat pada gambar.
2.2.5. Alat Penyiang Mekanis (cultivator)
Alat penyiang mekanis sebetulnya bukan
termasuk alat pengolah tanah dalam artian
untuk parsiapan tanan, tetapi lebih
mengarah ke alat pemeliharaan tanaman
karena pada umunya peralatan ini
digunakan setelah kegiatan penanaman
dilakukan. Namun karena arah pemeliharaan
tanaman dengan peralatan ini adalah
dengan perlakuan pengolahan tanah, dan
dalam arti yang luas penyiangan dapat
dilakukan sebalum dan sesudah tanam.
Maka tidak ada salahnya alat penyiang
mekanis ini dibicarakan seca.ra singkat
pada pembicaraan alat dan mesin
pengolahan tanah.
Penggunaan alat penyiang mekanis ini juga
tidak banyak barbeda dengan paralatan
pangolah tanah lainnya. Penyiangan
dengan peralatan mekanis bertujuan
memberantas tanaman pengganggu ;
memperbaiki aerasi tanah
mempertahankan kadar lengas tanah ;
memacu kerja mikroorganisme lebih aktif ;
mengembangkan penydiaan unsur hara
dalam tanah ; menggemburkan tanah agar
penetrasi akar tanaman pokok lebih
mudah.
Ada bermacam-macam alat penyiang
mekanis yang digerakkan di lapangan
pertanian mulai yang kecil yang digunakan
dengan tenaga manusia sampai dengan
yang besar yang digerakkan dangan
traktor besar dengan kapasitas kerja
sampai (30-35) ha/hari. Alat penyiang
mekanis yang berukuran basar biasanya
terdiri atas tiga bagian, dua bagian
dipasang di sarnping, masing-masing sisi
satu bagian dan satu bagian lagi dipasang
di belakang traktor.
Bagian-bagian utama alat. penyiang
mekanis, terdiri atas
• Mata pendangir (shovel/sweecer),
merupakan bagian yang aktif untuk
penyiangan. Yang berbentuk sekop
(shovel), lebih berfungsi untuk
menggernburkan tanah, sedang yang
berbentuk kaki bebek, panyapu (sweer),
lebih berfungsi untuk mematikan gulma.
• Tangkai pendangir (shank), temnpat
pemasangan mata pendangir.
• Batang penempatan, berfungsi sebagai
tempat pemasangan tangkai pendangir,
jumlahnya tergantung dari jenis dan ukuran
dari peralatan penyiang mekanisnya
• Keranga
• Konstruksi dari alat penyiang mekanis dia
tas dapat dilihat pada gambar
III. PRHTIUNGN KEBUTUHAN DAYA DALAM
PENGGUNAAN ALAT DAN MESIN PENGOLAH
TANAH

Untuk kegiatan pangolahan tanah yang


dilakukan secara mekanis, traktor pada
umumnya merupakan daya penggerak
utama (prime mover) untuk menarik atau
menggerakkan alat dan mesin pengolah
tanah. Dan hal ini, di samping daya yang
dihasilkan traktor dipergunakan untuk
menarik atau menggerakkan alat dan
mesin pangolah tanah, sebagian dayanya
dibutuhkan untuk dapat menggerakkan
traktornya sendiri dalam rangka usahanya
untuk menarik atau menggerakkan alat
dan mesin pangolah tanah tersebut
Dengan demikian dalam
memperhitungkan besarnya daya
yang baru tersedia pada traktor
harus diparhitungkan, besarnya daya
untuk menarik atau menggerakkan
alat dan mesin pengolah tanah (HP1)
dan besarnya daya untuk
menggerakkan traktornya sendiri
(HP2), yang berupa daya untuk
mengatasi gaya tahanan guling (roll
ing resistance).
Besarnya HP1 akan ditentukan oleh
besarnya gaya pada pengolahan
tanah dan kecepatan kerja dari
pengolahan, sedang besarnya HP2
akan ditentukan oleh berat traktor,
basar koefisien tahanan guling.
(coefficient rolling resistance) dan
kecepatan kerja traktor tersebut.
Besarnya daya keseluruhan dan traktor
untuk pengolahan tanah akan dipengaruhi
oleh ; Faktor yang mempengaruhi gaya
reaksi tanah terhadap peruhahan sifat
mekanis tanah separti kelengasan tanah,
khususnya dalam kaitannya dengan
konsistensi tanah ; tekstur, struktur,
kandungan koloid maupun bahan pengikat
tanah yang lain ; vegetasi yang turnbuh di
atas tanah yang diolah; dan faktor yang
barkaitan dengan rancangan dan ukuran
traktor maupun peralatannya serta
kecepatan kerja pengolah tanah.
Untuk faktor keamanan dalam
perhitungkan besarnya daya traktor untuk
menarik atau menggerakkan alat dan
mesin pengolah tanah harus diperhatikan
efisiensi penerusan daya baik ke
alat/mesinnya, maupun efisiensi penerusan
daya ke roda penggerak traktornya sendiri.
Di samping itu perlu diperhitungkan
adanya toleransi kebutuhan daya, guna
mengatasi kelerengan, serta keadaan lain
yang tak terduga pada waktu bekerja
dilapangan.
Dalam memperhitungkan besarnya daya
untuk menarik / menggerakkan alat dan
mesin pengolah tanah antara jenis alat yang
satu dengan yang lain memungkinkan
berbeda. Hal ini disebabkan karena
karakteristik yang berbeda baik dari alat dan
mesinya atau keadaan tanah pada waktu
diolah. Keadaan tanah pada waktu akan
dibajak dengan sendirinya akan berbeda
dengan pada waktu tanah akan digaru.
Proses pengolahan tanah dengan bajak putar
akan berbeda dengan penggunaan jenis
bajak lainnya.
Dengan demikian dalam memperhitungkan
besarnya ukuran daya traktor (HP),
sebagai sumber daya penggerak utama
alat dan mesin pengolah tanah yang
berbeda kemungkinan akan berbeda untuk
alat pengolah jadi satu dengan alat
pengolah tanah lainnya. Untuk
memperhitungkan besarnya ukuran daya
traktor dipergunakan rumus-rumus seagai
berikut
3.1. Daya yang dipergunakan untuk menarik
/menggerakkan alat dan mesin pengolah
tanah
Untuk bajak sinkal, bajak piringan, bajak
pahat (chisel), bajak tanah dalam (subnoil) :

( dsp ) x (1 xd ) x v
HP1 =
75 x  1

Untuk bajak rotari

(tsp ) x (1xd ) x 2 x rpm 


HP1 =
75 x 60 x
• Untuk garu
( dg ) x ( 1 g ) x v
HP1 = 75 x  1

• Untuk alat penyiang mekanis


(cultivator)
HP1 = ( dc ) x n x v
75 x  1
Dimana :
HP1 = daya untuk menarik / menggerakkan alat /
mesin pengolah tanah, (hp)
(dsp) = draft spesifik pembajakan, (kg/cm2)
(tsp) = torsi spesifik pembajakan, (kg c/cm2)
(dg) = draf t penggaruan, (kg/m)
l = lebar pemotongan tanah dalam
pembajakan (cm)
d = kedalaman pemotongan tanah (cm)
(lg) = lebar penggaruan (m)
(rpm) = jumlah putaran pisau rotari per menit
(..../menit)
v = kecepatan pengolahan tanah (m/dt)
dc = draft cultivator permasa cultivator (kg/bh)
n1 == jumlah mata cultivator (bh)
efisiensi penerusan daya ke alat/mesin
pengolah tanah (%)
3.2. Daya untuk menggerakan traktornya sendiri

W x V x ( ktg )
HP2 =
75 x  2
Dimana :
HP2= daya untuk menggerakkan traktor (hp)
W = berat traktor (kg)
V = kecepatan tahanan guling
(ktga) = koefisiensi tahanan guling
 2 = efisiensi penerusan daya ke roda
penggerak traktor (%)
(Besarnya harga (ktg) sangat ditentukan oleh ;
berat traktor ; ukuran dan bentuk rancangan
roda ; jenis dan kondisi tanah ; jenis vegetasi di
atas permukaan tanah)
3.3. Dengan memperhitungkan adanya
toleransi (tlr) guna mengatasi kelerengan
lahan serta keadaan lain yang tak terduga
dalam operasi lapang, besarnya ukuran daya
traktor dapat dihitung dengan rumus dibawa
ini :
100
• HP = x (HP1 + HP2)
100  ( tlr )
Dimana :
Hp = besar ukuran daya traktor, (hp)
HP1= daya untuk menarik/menggerakkan
alat/mesin
pengolah tanah (hP)
HP2 = daya untuk menggerakkan traktor (hp)

(besarnya (tlr) dapat diambil sekitar (25-30%)


dari kebutuhan daya teoritis)
IV. PERHITUNGAN KAPASITAS KERJA DAN
EFISIENSI KERJA ALAT DAN MESIN
PENGOLAH TANAH

Ada dua istilah yang perlu diketahui dalam


membicarakan kapasitas kerja alat dan
mesin pengolah tanah yaitu : pengertian
kapasitas kerja teoritis (kt), dan kapasitas
kerja aktual atau efektif (Ka)
Kapasitas kerja teoritis (Kt) dari alat dan
mesin pengolah tanah adalah kelajuan
kerja yang dicapai didasarkan atas
perhitungan apabila alat dan mesin
pengolah tanah dapat bekerja memenuhi
fungsinya 100% dari seluruh waktu yang
tersedia, dengan kecepatan dan lebar
kerja 100 % pula.
Kapasitas kerja aktual (Ka) dari alat dan
mesin pengolah tanah adalah kelajuan
kerja yang dapat dicapai oleh alat dan
mesin pengolah tanah didasarkan atas luar
total yang dicapai per waktu total yang
dipergunakan, dinyatakan dalam satuan
luas per satuan waktu (ha/jam) dan
merupakan kemampuan rata-rata yang
aktual.
Kapasitas kerja aktual dari alat dan mesin
pengolah tanah merupakan fungsi dari
lebar kerja yang aktual, kecepatan jalan
aktual, serta waktu efektif terpakai
selama bekerja.
Besarnya lebar kerja aktual, ditentukan oleh
terjadinya tumpang tindik (overlapping) hasil
kerja pengolahan tanah, yang disebabkan
pengaruh, keterampilan operator, sistim
penggandengan peralatan, kecepatan kerja
serta kondisi lahan.
Besarnya kecepatan aktual, ditentukan oleh
antara lain ebsarnya slip roda yang harganya
dipengaruhi oleh sistim rancangan roda,
besarnya daya, jenis dan kondisi tanah,
keterampilan operator serta kecepatan
kerja maksimumnya.
Waktu efektif terpakai selama bekerja,
besarnya sangat ditentukan oleh besarnya
kerugian waktu yang tidak efektif digunakan
atau biasa disebut sebagai waktu hilang
selama bekerja. Waktu hilang merupakan
ubahan yang sukar dinilai dalam menentukan
kapasitas kerja. Waktu pekerjaan lapang dari
alat dan mesin pengolah tanah dapat hilang
karena untuk ; pengaturan, mengatasi
kemacetan atau kerusakan-kerusakan kecil,
untuk belok keujung lapangan, dan
sebagainya. Untuk perawatan harian,
pemasangan atau kerusakan berat tidak
dimasukkan dalam waktu hilang. Sedangkan
waktu yang digunakan untuk angkutan dari
dan kelapangan juga tidak dimasukkan dalam
perhitungan kapasitas dan efisiensi tetapi
diperhitungkan untuk menentukan ongkos
kerja alat dan mesin.
Efisiensi lapang (E), adalah perbandingan
antara kapasitas kerja aktual terhadap
kapasitas kerja teoritis dinyatakan dalam
persen.
Secara matematis perhitunan kapasitas
kerja dan efisiensi kerja alat dan mesin
pengolah tanah disajikan sebagai berikut :
Kt = W x V x 10, (ha/jam)
Ka = (W x V x 10) x E, (ha/jam)
E = Ka / Kt x 100% atau
Ka = Kt x E, (ha/jam)
Dalam pengujian lapang besar Ka dapat
ditentukan dengan rumus :
Ka = A / T, (ha/jam)
Dimana :
Kt = kapasitas kerja teoritis, (ha/jam)
Ka = kapasitas kerja aktual, (ha/jam)
W = lebar kerja, (m)
V = kecepatan kerja, (km/jam)
E = efisiensi kerja, (%)
A = luas lahan total yang dikerjakan, (ha)
T = waktu total yang digunakan, (jam)
Disamping cara penentuan efisiensi kerja
diatas, harga efisiensi kerja dapat
dihitung dengan memperhitungkan banyak
besarnya keseluruhan waktu hilang, yang
mempengaruhi besarnya harga lebar kerja
aktual, kecepatan aktual serta besarnya
waktu efektif terpakai selama bekerja,
seperti yang telah diuraikan di depan.
Cara pendekatan perhitungan waktu
hilang, untuk digunakan sebagai dasar
menentukan besarnya harga efisiensi
kerja, dilakukan dengan memperhitungkan
harga-harga :
• Waktu hilang karena terjadinya tumpang-
tindih hasil kerja pengolahan tanah (l1) ;
dengan mengukur lebar kerja teoritis (W1)
dan lebar aktual atau efektif dilapangan
(W2)
W1  W 2
L1 = x 100%
W1
• Waktu hilang karena slip roda (L2) ;
dengan mengukur panjang lintas yang
ditempuh traktor beban untuk 10 x
putaran roda (M1) dan mengukur panjang
lintasan yang ditempuh traktor dengan
beban untuk 10 x putaran roda (M2)

L2 = M 1  M 2 x 100% atau
M1
• Harga L2 dapat didekati dengan :
mengukur diameter roda belakang traktor
(D), ditentukan jarak lurus (M), jalankan
traktor dengan beban sepanjang M,
dihitung putaran roda (N)

DN  N
L2 = x 100%
DN
• Waktu hilang untuk belok di ujung
lapangan (L3) ; dihitung waktu untuk
belok di ujung lapangan kemudian
dijumlahkan (T1), juga dihitung waktu
total yang dipergunakan untuk bekerja di
lapangan (T)

T 1
L3 = x 100% atau
T
• Secara culikan (sampling), harga L3 dapat
didekati dengan mengukur ; rerata waktu
untuk belok diujung lapangan, dimana alat
dan mesin tidak secara efektif digunakan
untuk mengolah tanah (t1), dan mengukur
rerata waktu untuk jalan lurus, dimana alat
dan mesin secara aktif digunakan untuk
mengolah tanah (t2)
t1
L3 = x 100%
t1  t 2
Waktu hilang untuk pengaturan,
mengatasi kemacetan atau kerusakan-
kerusakan kecil (L4) ; dihitung total
waktu yang digunakan untuk pengaturan,
mengatasi kemacetan-kemacetan atau
kerusakan-kerusakan kecil, dan
sebagainya (T2)
T2
L4 = x 100%
T
Dimana T adalah waktu total yang
dipergunakan untuk bekerja dilapangan.
Dengan hasil pendekatan perhitungan
waktu hilang di atas harga efisiensi kerja
(E) dapat dihitung dengan rumus :
E = (1-L1) (10L2) (1-L3-L4) x 100%
Cara penentuan harga efisiensi kerja pada
rumus pertama yang dijelaskan didepan
adalah lebih aktual dibandingkan dengan
cara penentuan harga efisiensi kerja pada
rumus kedua ini, karena pada rumus kedua
beberapa harga yang dipakai sebagai
dasar perhitungan diambil dengan cara
cuplikan. Namun dengan cara yang kedua
kita dapat mengetahui kerugian-kerugian
mana yang sangat mempengaruhi
rendahnya efisiensi kerja. Dengan
demikian usaha-usaha yang harus
ditempuh untuk meningkatkan besarnya
harga efisiensi kerja akan lebih mudah
dilakukan.
V. PERHITUNGAN BESARNYA BIAYA
OPERASIONAL ALAT DAN MESIN PENGOLAH
TANAH

Besarnya biaya operasional alat dan


mesin, diperhitungkan dari besarnya biaya
tetap (fixed cost) dan biaya kerja (variabel
cost), biaya tetap berdiri dari penyusutan,
bunga modal, pemeliharaan dan perbaikan
dan gudang serta pajak dan asuransi.
Sedangkan biaya kerja perbaikan dan
gudang serta pajak dan asuransi.
Sedangkan biaya kerja terdiri dari bahan
bakar, minyak pelumas, grease, upah
operator dan upah tenaga pembantu
operator serta biaya untuk pembelian ban.
Cara perhitungan untuk mendapatkan biaya
operasional alat dan mesin pertanian per
tahun adalah sebagai berikut :
1. Biaya tetap pertahun
a. Penyusutan = (P-S)/N
Dimana :
P = harga pembelian mesin (Rp)
S = harga akhir, (Rp) (10% dari harga
pembelian, RNAM 1979)
N = umur ekonomis (tahun)
b. Bunga modal = r/100 x (P + S/2
Dimana :
r = tingkat bunga modal, (%) (besarnya
12%, RNAM 1979)
c. Pemeliharaan dan perbaikan = m/100 x P
Dimana ;
m = nilai pemeliharaan dan perbaikan, (%)
(besarnya 5%, RNAM 1970)
d. Gudang : (h/100) x p
Dimana :
h = Nilai gudang (%) (besarnya 0,5%, RNAM
1979)
e. Pajak dan asuransi
Pajak = (i/100) x ((P+S)/2)
Asuransi = (t/100) x p
Dimana :
i = nilai pajak, (%)
t = nilai asuransi, (%) (tergantung kondisi
lokal)
Total biaya tetap per tahun = a+b+c+d+e=A
(Rp/tahun)
2. Biaya kerja per tahun

0, 20 lt
a. Bahan bakar = x Pm x Wt x Fp
HP  jam

(Donnel Hunt, 1979)


Dimana :
Pm = daya meter (HP)
Wt = jam kerja per tahun, (jam/tahun)
Fp = harga bahan bakar per liter (Rp/liter)
.
b. Minyak pelumas = x Pm x Wt x Op
HP - 100 jam

(Donnel Hunt, 1979)


Dimana :
OP = harga minyak pelumas per liter
(Rp/liter)
c. Grease : 60% x dari minyak pelumas
(Donnel Hunt, 1979)
d. Operator = Wt x Wop
Dimana :
Wop = upah operator per jam (Rp/jam)
e. Tenaga pembantu operator = Wt x W1
Dimana :
W1 = upah tenaga pembantu operator per
jam (Rp/jam)
x Tp xWt
f. Ban =
Nt
Dimana :
n = jumlah ban (buah)
Tp = harga ban per buah (Rp/buah)
Nt = umur pakai ban, (jam)
Total biaya kerja per tahun
= a + b + c + d + e + f = B (Rp/tahun)

Jadi total biaya operasional mesin pertahuan


= (A + B), (Rp/tahun)
Besarnya biaya operasional mesin per jam
adalah
= (A  B) , (Rp/jam)
Wt

Sedang besarnyanya biaya operasional per


satuan luas
(A  B)/Wt
= , (Rp/ha)
Wt

Dimana :
Ka = kapasitas kerja aktual, (ha/jam)
Perlu diperhatikan bahwa dalam
menentukan biaya kreja yang berkaitan
dengan biaya bahan bakar, minyak
pelumas dan grease sebaiknya
diperhitungkan atas dasar hasil pengujian
langsung.
POKOK-POKOK PIKIRAN
dalam
REVITALISASI PERTANIAN
(Pertanian, Peternakan, Kelautan-
Perikanan dan Kehutanan)
dan
KETAHANAN PANGAN
POKJA REVITALISASI PERTANIAN DAN
KETAHANAN PANGAN
FORUM REKTOR INDONESIA
ARTI REVITALISASI
• MEMBERIKAN KESADARAN AKAN
PENTING DAN VITALNYA PERTANIAN
BAGI KEHIDUPAN BANGSA
• RUMUSAN HARAPAN MASA DEPAN
AKAN KONDISI PERTANIAN
Strategi Umum Revitalisasi
Pertanian Arti Luas
• Meningkatkan kesejahteraan
• Meningkatkan daya saing produk
• Menjaga kelestarian sumberdaya alam
• Meningkatkan kapasitas SDM pertanian
• Menghasilkan bioenergi
TUJUAN
• Meningkatkan daya saing kegiatan dan produk
pertanian;
• Membangun dan memantapkan ketahanan
pangan;
• Menyiapkan SDM pertanian yang handal;
• Membangun daerah dan pedesaan;
• Mengurangi ketimpangan antar wilayah;
• Mengurangi kemiskinan dan pengangguran;
• Melestarikan lingkungan hidup
SASARAN
• MENINGKATNYA PRODUKSI PANGAN DAN AKSES
PANGAN BAGI RUMAH TANGGA
• MENINGKATNYA DAYA SAING PRODUK PERTANIAN
• MELUASNYA KESEMPATAN KERJA DAN
MENINGKATNYA KERAGAMAN/DIVERSIFIKASI
USAHA EKONOMI DI PEDESAAN,
• MENATA KEMBALI KETIMPANGAN PENGUASAAN
DAN PENGGUNAAN TANAH YANG LEBIH ADIL
• TERSEDIANYA SDM PERTANIAN YANG HANDAL
ISSU KETAHANAN PANGAN
Dapatkah dunia memproduksi pangan
yang cukup pada tingkat harga yang
pantas, terjangkau oleh kelompok
masyarakat miskin, dan tidak merusak
lingkungan serta diterima oleh
budaya setempat?
Presiden Soekarno :
“...., apa yang hendak saya katakan itu,
adalah amat penting bagi kita, amat penting,
bahkan mengenai soal mati-hidupnya bangsa
kita dikemudian hari...., Oleh karena, soal
yang hendak saya bicarakan itu mengenai
soal persediaan makanan rakyat: Cukupkah
persediaan makan rakyat dikemudian hari?
Jika tidak, bagaimana cara menambah
persediaan makanan rakyat kita?”.
George W Bush (2001) dalam pidatonya
pada Future Farmers of America
“It’s important for our nation to build to
grow foodstuffs, to feed our people.
Can you imagine a country that was
unable to grow enough food to feed the
people ? It would be a nation subject to
international pressure.
IT WOULD BE A NATION AT RISK.
Pilar-Pilar Ketahanan Pangan
• Ketersediaan
– Pangan tersedia cukup untuk seluruh penduduk
(volume, keragaman, mutu, aman dikonsumsi)
• Distribusi (Akses)
– Pasokan pangan merata ke seluruh wilayah, harga
stabil dan terjangkau secara berkelanjutan
• Pemanfaatan/Konsumsi
– Rumah tangga mampu memanfaatkan dan
mengelola konsumsi pangan sesuai kaidah gizi dan
kesehatan
MASALAH-MASALAH
YANG DIHADAPI
Terjadinya peningkatan
kebutuhan pangan

• Tahun 2025 diperkirakan penduduk


Indonesia mencapai 315 juta jiwa (LPP
1,45% pertahun)
• Akan terjadi peningkatan kebutuhan
pangan sampai 78% dibanding dengan
kondisi sekarang
Menghadapi masalah pangan
Solusi impor
Keputusan pemerintah Impor :
dalam menghadapi • Gula : 30%
peningkatan kebutuhan • Kedelei : 45%
pangan adalah impor • Jagung : 10%
yang sesungguhnya • K. Tanah : 15%
dapat kita produksi • Susu : 70%
sendiri dengan:
• biaya murah, • Daging sapi : 25%
• penyedia lapangan • Garam : 50%
kerja • Beras : 2%
• menghemat devisa
negara.
Terjadi kenaikan harga produk
pertanian
Terjadi kenaikan harga produk pertanian
secara signifikan, karena sebagian
komoditas pertanian yang tadinya hanya
digunakan untuk keperluan pangan (jagung,
tebu, CPO) sudah mulai digunakan secara
besar-besaran sebagai energi alternatif.
Penggunaan lahan

• Belum tersedianya tata ruang yang


berbasis GIS, sehingga perencanaan
penggunaan lahan pertanian belum dapat
dilakukan secara optimal.
• Pemanfaatan lahan yang tidak sesuai
dengan kelas kesesuaian dan
kemampuan lahan yang berdampak tidak
hanya pada rendahnya produksi tetapi
juga terjadinya degradasi ahan
Penyempitan dan alih fungsi lahan

• Sistem pewarisan tanah


• Alih fungsi lahan pertanian subur : 135.000
Ha/tahun
• Kerusakan/degradasi hutan : 1,2 – 2,8 juta
ha pertahun.
Akurasi data
Data luas areal pertanaman, luas panen
dan produksi masih belum sinkron dan
akurasinya belum terjamin, bahkan data
dari instansi yang berbeda juga berbeda
akibatnya neraca bahan pangan menjadi
tidak akurat.
Pendidikan
petani, peternak, dan nelayan
Tingkat pendidikan petani rendah:
81,25% lulusan SD ke bawah
• 35,71% tidak tamat SD;
• 45,54% tamat SD;
• 13,08% tamat SLTP;
• 9,5% tamat SMA;
• 0,13% tamat D1-D3 dan
• 0,17% sarjana.
Kemana sarjana agrokomplek
• Serapan sarjana bdg agrokompleks pada
dunia kerja kurang mendapat perhatian
dari pemerintah
• tidak adanya dukungan modal untuk
membuka lapangan kerja baru sehingga
menyebabkan minat lulusan SLTA memilih
PT agrokompleks mengalami penurunan
yang signifikan.
Produktivitas masih rendah
• Sektor pertanian menjadi sumber pendapatan
utama keluarga miskin (tingkat kemiskinan
16,5%, pengangguran 9,1%)
• Anatomi petani di Indonesia: jumlahnya banyak,
berpendidikan rendah, lahan sempit, penerapan
teknologi rendah.
• Akibatnya, meskipun bekerja keras, mereka
tetap miskin, krn produktivitas/KK rendah.
• Apabila hal ini tidak diperhatikan, maka
pemerintah pada dasarnya membiarkan mereka
bekerja tidak efisien
Lingkungan
• Terjadinya degradasi kualitas sumber daya alam
(lahan dan air), bencana alam dan kebakaran
hutan karena penerapan teknologi produksi
yang tidak tepat.
• Semakin diperberat dengan praktek kejahatan
(illegal logging, illegal fishing)
• Berbagai keputusan yang kurang
memperhatikan aspek kelestarian sumberdaya
alam.
• Banyaknya perairan umum seperti danau,
waduk, dan sungai mengalami kemunduran
kualitas karena polusi dan pendangkalan.
Pengamat luar negeri
Banyak pengamat dari luar negeri
menyampaikan bahwa:

Indonesia dapat menjadi negara kaya (lebih


kaya dari AS) jika menangani pertanian
secara optimal, sungguh-sungguh dan
terencana
Pendayagunaan potensi pertanian
Pendayagunan potensi pertanian,
peternakan, perikanan, dan kehutanan
melalui revitalisasi pertanian dan
ketahanan pangan maka
permasalahan mendasar bangsa ini
seperti kemiskinan, pengangguran,
daya saing dan kelestarian sumber
daya alam akan dapat terselesaikan.
ALTERNATIF-
ALTERNATIF
PEMECAHAN MASALAH
Peningkatan produksi dan
produktivitas
• Memanfaatan teknologi maju dalam bidang
pertanian
• Penerapan teknologi produksi yang tepat
• Penggunaan sarana produksi yang cukup
• Pengadaan benih dan bibit unggul melalui
seleksi alami, hibridisasi, rekayasan
genetika, kloning, embrio transfer,
Insiminasi buatan dan sistem hatchery
Lumbung Pangan Pedesaan
Pedesaan sebagai mitra pemerintah
• Perlu pengembangan lumbung pangan
dalam memantapkan ketahanan pangan
• Perlu dilakukan pelindungan pasar pangan
domestik
• Pemberantasan penyelundupan produk
pangan dalam negeri ke luar negeri
PANGAN LOKAL
• Diversifikasi pangan sesuai dengan
potensi lokal
• Perbaikan mutu dan cita rasa kuliner
makanan tradisional (tampilan dan
pengolahannya yang disesuiakan dengan
cita rasa masyarakat modern)
• Upaya menduniakan pangan tradisonal
Industri Pengolahan
• Mengembangkan industri pengolahan
skala rumah tangga dan kecil yang
didukung oleh industri pengolahan skala
menengah dan besar
• Mengembangkan industri pengolahan yang
punya daya saing tinggi untuk
meningkatkan ekspor dan memenuhi
kebutuhan dalam negeri.
Pertanian “for fuel”
• Kompetisi antara kebutuhan pangan
dengan kebutuhan b. bakar hrs diatasi dgn
mengembangkan pertanian “for fuel”
khususnya pada lahan marginal

• Penelitian ttg sumber energi alternatif dari


tanaman non-pangan harus digalakkan
SISTEM PERTANAHAN
• Pengembangan sistem informasi
pertanahan yang handal dan aktual,
• Mendorong pemanfaatan lahan produktif
yang terlantarkan
• Menekan laju alih fungsi lahan pertanian
produktif dan Daerah Aliran Sungai
• Pajak tinggi pada lahan pertanian produktif
yang terlantarkan
LAHAN ABADI
Penetapan, penegasan dan
penegakan hukum bagi tersedianya
lahan pertanian abadi dengan fasilitas
infrastruktur yang memadai khususnya
di daerah pedesaan, berupa irigasi,
jalan desa, listrik, air bersih, telepon
dan infrastruktur pesisir dan pulaupulau
kecil dan terpencil.
Pemberdayaan petani
Perlu difasilitasi prakarsa lokal bagi
pembangunan dan pemeliharaan
infrastruktur pedesaan oleh masyarakat
lokal melalui pemberdayaan petani serta
kelembagaan pertanian dan pedesaan
secara partsipatif
Peningkatan kesejahteraan
• Peningkatan skala usaha sesuai sifat
komoditasnya,
• Pengusahaan komoditas sesuai dengan
permintaan pasar,
• Diversivikasi usaha melalui
pengembangan agroindustri pedesaan,
• Mengembangkan kelembagaan
penguasaan saham petani untuk sektor
hulu dan sektor hilir
Pembiayaan
• Pemerintah perlu mengembangkan dan
memfasilitasi sistem pembiayaan modal
kerja
• Penjaminan kredit bagi petani, peternak,
nelayan dan petani-hutan baik melalui
bank maupun non-bank, seperti koperasi
dan pegadaian
Badan usaha petani,
peternak, nelayan
• Mengembangkan kelompok tani menjadi
Badan Usaha Petani dengan sistem
saham (lahan, surat ternak menjadi
saham).
• Pembinaan kelompok dimulai dengan
sertifikasi lahan, usaha tani bersama,
sharing sarana produksi, pengaturan
tenaga kerja, pembagian hasil sesuai luas
lahan.
Kebutuhan dasar bagi petani,
peternak dan nelayan
• Susu: 6,5 l/kpt/th
Dukungan langsung: (Kamboja 13 l; Banglades
• kecukupan pangan dan 31,5 l; India 60 l)
gizi, • layanan kesehatan,
• Daging: 7 kg/kpt/th
• pendidikan yang murah
dan bermutu (Malaysia 48 kg, Filipina
• ketersediaan rumah yang 18 kg)
layak • Telur ayam: 51 btr/kpt/th
(Malaysia: 279 btr)
• Ikan: 26 kg/kpt/th
(Malaysia 45 kg, Jepang
70 kg
TIDAK AKAN ADA PERBAIKAN YANG SIGNIFIKAN ATAS KUALITAS SDM
NEGARA KITA, TANPA PENINGKATAN KULAITAS GIZI MAKANAN SEHARIHARI
MASYARAKAT
Aktualisasi peningkatan kesejahtraan
petani, peternak, nelayan dan petani hutan
Peningkatan produksi dan produktifitas
untuk penyediaan pangan, penyediaan
bahan baku industri, pengentasan
kemiskinan serta penciptaan lapangan
kerja yang mempunyai efek pengganda ke
depan dan kebelakang yang besar melalui
keterkaitan input-output-outcome antara
industri, konsumsi dan investasi
• Perlu pengembangan
agribisnis/agroindustri pedesaan melalui
dukungan infrastruktur, permodalan,
peningkatan pagu UKM
• Pembentukan badan-badan usaha milik
daerah yang bergerak pada bidang
agrokompleks
Beberapa program departemen terkait
seperti:

• Dana Penguatan Modal Lambaga Usaha


Ekonomi Pedesaan (DPM-LUEP)
• Pengembangan Usaha Agribisnis
Pedesaan (PUAP) kepada GAPOKTAN
• Program tersebut perlu pendampingan dari
perguruan tinggi
PROGRAM MEMBANGUN DESA

• Pemerintah perlu membuat program bagi


sarjana bdg agrokompleks untuk
membangun desa untuk mempercepat
gerakan nasional revitalisasi pertanian dan
ketahanan pangan
• Mempercepat terbentuknya lembaga
penyuluh pertanian dengan struktur yang
lebih kuat
KOORDINASI
• Koordinasi vertikal (pusat-provinsi,
provinsi- kabupaten/kota),
• Koordinasi lintas sektor
• Koordinasi antar stakeholder (Sarana
produksi tersedia tepat waktu baik jenis
dan jumlah: benih, pupuk, obatobatan,
alsintan dan modal)
Lingkungan
Rehabilitasi ekosistem (pertanian,
peternakan, kelautan-perikanan dan
kehutanan) dan menjaga keutuhan dan
kelestarian ekosistem yang masih stabil
harus menjadi perhatian utama dalam
pembangunan pertanian
Pendidikan Pertanian
• Pendidikan pertanian, peternakan, perikanan dan
kehutanan dibawah departemen terkait perlu
dikelola lebih profesional
• Balai-balai yang masih kurang berdaya guna
perlu didiskusikan bersama perguruan tinggi
untuk training peningkatan kualitas SDM.
• Badan-Badan Diklat departemn terkait perlu lebih
membuka diri dengan melibatkan perguruan
tinggi mulai dari penyusunan kurikulum sampai
pada pelaksanaan pelatihan.
HAKI DAN PATEN
Perlu dukungan, insentif dan perlindungan
terhadap hasil-hasil penelitian bdg
grokompleks dan produk produk unggulan
lokal
Pendidikan Tinggi Pertanian
Pendidikan Tinggi Agrokompleks perlu
reorientasi baik nama maupun sistem
dan kurikulum untuk meningkatkan
minat belajar pertanian, peternakan,
kelautan dan perikanan, kehutanan.
ANGGOTA POKJA REVITALISASI PERTANIAN
DAN KETAHAN PANGAN

• Prof.Dr.Ir. Mursalim (UNHAS)


• Dr.Ir. Rafiqi Tantawi, MS. (Univ.Medan Area)
• Prof.Dr.Ir.Usman Rianse,MS. (UNHALU)
• Dr. Aiyen (UNTAD)
• Ir.Ida Bagus Rabindra, M.Sc. (Univ. Trisakti)
• Prof.Dr.Ir.Bustanul Arifin, M.Sc.(UNILA)
• Prof.Dr.Ir.Dewa Ngurah Suprapta,M.Sc.(UDAYANA)
• Ir.H.Yusuf Azis,M.Sc.(UNLAM)
• Dr.Ir.P.Wiryono Priyatamtama,S.J.(Univ. Sanata Dharma)
• Prof.Dr.Ir.Syamsuddin Hasan,M.Sc.(UNHAS)
• Prof.Dr.Ir.Sudirman, MP.(UNHAS)
• Dr.Ir.Muh.Restu,M.Si (UNHAS)
TERIMA KASIH
TEKNIK PEMBERIAN AIR
IRIGASI

(IRRIGATION APPLICATION)
PENDAHULUAN

(INTRODUCTION)
FUNGSI IRIGASI
Fungsi utama:
Memenuhi kebutuhan air tanaman

Fungsi spesifik:
1. mengambil air dari sumber (diverting)
2. Membawa/mengalirkan air dari sumber ke
lahan pertanian (conveying)
3. mendistribusikan air kepada tanaman
(distributing)
4. mengatur dan mengukur aliran air (regulating
and measuring)
MACAM IRIGASI

Menurut sumber airnya:


1. Air permukaan : sungai, danau, waduk

2. Airtanah : akuifer

Menurut cara pengambilan airnya:


1. Pengambilan gravitasi

2. Pompa
MACAM IRIGASI

Menurut cara pengalirannya:


1. Saluran terbuka (open channel)

2. Jaringan pipa (pipe network)

Menurut cara distribusi di lahan:


1. Irigasi permukaan

2. Irigasi curah

3. Irigasi tetes
IRIGASI PERMUKAAN

(SURFACE IRRIGATION)
Proses Irigasi Permukaan
Profil permukaan air

do q

yo

Profil infiltrasi
Fase-fase Pemberian Air

waktu Fase resesi

Fase deplesi
Irigasi berakhir
Fase simpanan

Fase awal
Mulai irigasi
Jarak sepanjang lahan

Proses tersebut dapat dimodelkan dengan model


matematik, seperti hydrodinamic model, kinematic
model
Persamaan Kontinyuitas (1)
T

dx
(y/t) dt dA

y
Persamaan Kontinyuitas (2)
Aliran unsteady
Perubahan debit terhadap jarak: Q/x
Perubahan kedalaman thd waktu: y/t
Perubahan debit yang melalui ruang dalam
waktu dt : (Q/x) dx dt
Perubahan simpanan selama dt:
T dx (y/t) = dx (A/t) dt
Persamaan Kontinyuitas (3)
Air bersifat incompressible  perubahan
debit + perubahan simpanan = 0
 Q   y   Q   A 
 dx dt  T dx dt   dx dt  dx dt  0
 x   t   x   t 

Disederhanakan:

 Q   y   Q   A 
 T    0 atau     0
 x   t   x   t 
Persamaan Energi (1)
dx

Garis percepatan hf = Sf.dx


v2/2g ha
Garis energi

v2/2g + d(v2/2g)
y Permukaan air
y + dy
dz Dasar saluran
z z + dz
datum
Persamaan Energi (2)
Kemiringan dasar saluran : So
Kemiringan permukaan air : Sw
Kemiringan garis energi : Sf
Kemiringan garis percepatan : Sa
Berat air : w
Persamaan Energi (3)
percepatan : v/t
percepatan untuk tiap satuan berat air
adalah : (w/g)(v/t)
 gaya = massa x percepatan
Kerja oleh percepatan sepanjang dx :
(w/g)(v/t) dx
 kehilangan energi krn percepatan
Dalam satuan berat air: ha  1 v dx
g t
Persamaan Energi (4)
Kehilangan energi krn gesekan: hf  Sf .dx

Sehingga persamaan Bernoulli:


v 2 v 2  v 2  1 v
zy  z  dz  y  dy   d    dx  Sf .dx
2g 2g  2g  g g

Disederhanakan:  v 2  1 v
dz  dy  d    dx  Sf .dx  0
 2 g  g t
Persamaan Energi (5)
dibagi dx dan diubah ke diferensial parsial
z  y    v 2  1 v
 Sf    0
x x  2 g  g t

Atau z y v v 1 v
  Sf   0
x x g t g t
Untuk kemiringan saluran So = - z/x maka
y v v 1 v
   So  Sf
x g x g t

Persamaan Saint Venant


Kinerja Irigasi Permukaan
 Keseragaman (uniformity)
 Efisiensi aplikasi (application efficiency)
 Kecukupan (adequacy)
Keseragaman
 Keseragaman menunjukkan kemerataan
distribusi air di lahan.
 Besarnya tergantung waktu infiltrasi di
seluruh lahan
 Keseragaman besar bila slope besar,
kekasaran hidrolik kecil, debit besar, atau
laju infiltrasi kecil.
Keseragaman
 Di lapangan diukur dengan mengukur
kedalaman infiltrasi di sepanjang lahan tiap jarak
tertentu dan dihitung dengan keseragaman
Christiansen

 d 
CU  1  100%
 nx 
 
Efisiensi Aplikasi
 Efisiensi aplikasi adalah jumlah air yang
digunakan oleh tanaman dibagi total air
yang diberikan.
 Efisiensi aplikasi akan besar bila debit
kecil, panjang lahan besar, kekasaran
hidrolik besar, slope kecil, atau laju
infiltrasi besar
Efisiensi Aplikasi

RZ
Ea  100%

D fc   i 
RZ     DP  RO
100

Qt

A
Kecukupan
 Kecukupan adalah banyaknya bagian lahan yang
menerima air cukup untuk mempertahankan
kuantitas dan kualitas produksi tanaman pada
tingkat menguntungkan.
 Kecukupan seringkali didekati dengan efisiensi
simpanan

S rz
Es  100%
S fc
Contoh hubungan antar kinerja
irigasi permukaan
CU rendah
Ea rendah
Es tinggi

CU tinggi
Ea tinggi
Es rendah

CU tinggi
Ea rendah
Es tinggi
Beberapa Jenis
Irigasi Permukaan
Irigasi Genangan/Sawah
(Basin)

galengan
siphon

sawah
saluran
Irigasi Alur (Furrow)
Irigasi Alur (Furrow)

alur alur

Pola
pembasahan
Irigasi Surjan
Irigasi Surjan

Ledokan
Tabukan: Tanaman: padi
Tanaman: palawija
Irigasi Surjan

RE

ETc

RO ETc

P
S
P
IRIGASI CURAH

(SPRINKLER)
Irigasi Curah
 Membentuk tetesan mirip hujan ke lahan
 Fungsi:
 memenuhi kebutuhan air tanaman
 mencegah pembekuan
 mengurangi erosi angin
 memberikan pupuk
Keuntungan Irigasi Curah
 pengukuran air lebih mudah
 tidak mengganggu pekerjaan pertanian
dan hemat lahan
 efisiensi air tinggi
 investasi dengan mempertimbangkan
kebutuhan
 jaringan distribusi luwes dan
memungkinkan otomasi sehingga O&P
lebih murah
Kesesuaian Pemakaian
 Tanaman
 Cocok hampir semua tanaman (pohon, semak,
hamparan), dapat disiramkan di atas atau di bawah
kanopi
 Tidak cocok untuk beberapa jenis sayuran yang mudah
rusak karena tetesan air
 Kemiringan lahan
 Cocok untuk lahan datar maupun bergelombang
 Tanah
 Paling cocok untuk tanah pasiran, tapi cocok untuk ham
 Air irigasi
 Cocok untuk air yang bersih dan bebas sedimen
Komponen Irigasi Curah
pompa mainline

sumber
lateral

sprinkler

Contoh untuk sprinkler tak bergerak


Tipe pemasangan sprinkler
 Portable
 Semi-portable
 Semipermanent
 Permanent
 Set-move
 Solid set
Tipe pencurah
 Impact sprinkler
 Gear-driven sprinkler
 Reaction sprinkler
 Fixed head sprinkler
Kinerja sprinkler
n

 Debit sprinkler Q   KC i Ai Pi xi
i 1

 Jarak lemparan
 Pola distribusi
Q
 Rata-rata aplikasi Q Ak
Ak LS
a

 Ukuran tetesan
(droplets)
Pemilihan Sprinkler
 Kapasitas debit
 Tekanan operasi
 Lain-lain:
 Sudut nozzle, ukuran tetesan, jarak lemparan,
dan pola aplikasi disesuaikan dengan angin,
tanaman, dan sistem yang digunakan
 Sudut nozzle tergantung kecepatan angin dan
tinggi tanaman
 Ukuran tetesan kecil cocok untuk tanah
terbuka, tetesan besar cocok untuk daerah
berangin
IRIGASI TETES

(TRICKLE / DRIP)
Irigasi Tetes
 Definisi: suatu sistem untuk memasok air
(dan pupuk) tersaring ke dalam tanah
melalui suatu pemancar (emiter / dripper)
 Debit kecil dan konstan serta tekanan
rendah.
 Air akan menyebar di tanah baik ke
samping maupun ke bawah karena gaya
kapiler dan gravitasi. Bentuk sebarannya
tergantung jenis tanah, kelembaban,
permeabilitas tanah, dan jenis tanaman
Kesesuaian pemakaian
 Tanaman
 Biasanya cocok untuk tanaman semak, pohon, dan
menjalar
 Tanaman dengan nilai ekonomi tinggi
 Topografi
 Bisa dipakai di semua jenis slope
 Tanah
 Bisa dipakai di semua jenis tanah
 Air
 Harus menggunakan air yang bersih untuk mencegak
mampet di emiter
 Air harus bebas sedimen, ganggang, endapan pupuk,
dll.
Beberapa metode irigasi tetes
 Drip irrigation
 Subsurface irrigation
 Bubbler irrigation
 Spray irrigation
Keuntungan irigasi tetes
 Efisiensi sangat tinggi (evaporasi ↓, tidak ada
gerakan air di udara, tidak ada pembasahan
daun, runoff ↓, pengairan dibatasi di sekitar
tanaman pokok)
 Respon tanaman lebih baik (produksi, kualitas,
keseragaman)
 Tidak mengganggu aerasi tanah, dapat dipadu
dengan unsur hara, tekanan rendah, tidak
mengganggu keseimbangan kadar lengas
 Mengurangi perkembangan serangga, penyakit,
dan jamur
 Penggaraman/pencucian garam efektif karena ada
isolasi lokasi.
Keuntungan irigasi tetes
 Lahan tidak terganggu karena pengolahan
tanah, siraman, dll. Meningkatkan drainasi
permukaan.
 Perencanaan dan konstruksi murah bila
penyumbatan tidak terjadi dan pemeliharaan
emiter minimum. O&P murah.
 Bisa diletakkan di bawah mulsa plastik,bisa
diterapkan di daerah bergelombang
Komponen Irigasi Tetes
Sumber air
Sumber
Control head
air

Lateral

Manifold

valve

Main line
HIDROPONIK

(HYDROPINIC)
Pengertian
 Hidroponik: Hydro  air, Ponos  kerja
 Hidroponik: pengerjaan atau
pengelolaan air sebagai media tumbuh
tanaman dan tempat mengambil unsur
hara yang diperlukan pada budidaya
tanaman tanpa menggunakan tanah
sebagai media tanam
Kelebihan
 Kebersihan lebih mudah dijaga
 Tidak ada masalah berat (pengolahan
tanah dan gulma)
 Air dan pupuk sangat efisien,
 Tidak tergantung musim
 Kualitas produksi tinggi
 Produktivitas tanaman lebih tinggi
 Mudah diseleksi dan dikontrol
 Dapat diusahakan di lahan sempit
Macam-macam hidroponik
Berdasarkan jenis media:
1. Hidroponik dengan kultur air

Mengunakan larutan nutrisi sebagai medianya.


Contoh: Nutrient Film Technique (NFT) dan
Floating Hydroponic System (FHS)
2. Hidroponik substrat

Menggunakan media tanam berupa bahan porus


selain tanah.
Contoh media tanam: pasir, potongan kayu,
serbuk kayu, arang kayu, sabut kelapa, batang
pakis, dan arang sekam.
Macam-macam hidroponik
Berdasarkan cara pemberian larutan nutrisi:
1. sistem sirkulasi

2. sistem non-sirkulasi
Nutrient Film Technique (NFT)
 NFT: metode budidaya tanaman di mana
akar tanaman tumbuh pada lapisan nutrisi
yang dangkal dan tersirkulasi yang
memungkinkan tanaman memperoleh, air,
nutrisi, dan oksigen secara cukup
Mesin
pendingi
n

Timer Tangki larutan nutrisi

Pompa
Nutrient Film Technique (NFT)
 Syarat-syarat:
1. kemiringan talang seragam
2. kecepatan aliran tidak boleh terlalu tinggi
3. lebar talang harus memadai
4. dasar talang harus rata
5. larutan nutrisi disirkulasikan secara berkala
 Kekurangan:
1. Butuh supplai listrik terus menerus
2. Bila terjadi infeksi penyakit terhadap satu tanaman,
maka seluruh tanaman akan tertular dalam waktu
singkat.
3. Butuh investasi awal besar
Floating Hydroponic System
(FHS)
 FHS: budidaya tanaman dengan cara
menancapkan tanaman pada lubang
styrofoam yang mengapung pada larutan
nutrisi dalam suatu bak atau kolam
sehingga akar tanaman terendam dan
dapat menyerap larutan nutrisi
Floating Hydroponic System
(FHS)
 Larutan nutrisi tidak disirkulasi (tetap pada
wadah
 Fluktuasi suhu larutan nutrisi lebih rendah
Tanaman

Mulsa

Larutan Styrofoam
nutrisi
Lantai
Tanah kolam
Hidroponik substrat
 Hidroponik substrat: metode budidaya
tanaman dimana akar tanaman tumbuh pada
media porus selain tanah yang dialiri larutan
nutrisi sehingga memungkinkan tanaman
memperoleh air, nutrisi, dan oksigen secara
cukup
Hidroponik substrat
 karakteristik media tanam:
 dapat menyerap dan menghantarkan air
 tidak mempengaruhi pH air
 tidak berubah warna
 tidak mudah lapuk
 Macam media tanam
 Anorganik
 Organik
 Cara pemberian larutan nutrisi: irigasi
tetes, pasang surut
Sistem Pasang Surut
(ebb and flow)
 Tanaman ditanam di dalam pot dan
diletakkan dalam suatu bak.
 Bak digenangi dan dikeringkan dengan
larutan nutrisi secara bergantiansehingga
komposisi larutan nutrisi dan oksigen
seimbang
 Cara penggenangan dan pengeringan:
 Manual
 Otomatis dengan pengatur waktu (timer)
 Otomatis maupun sensor kadar lengas
Sistem Pasang Surut

Tanaman
dalam pot

Bak pasang surut


Timer

Pompa Tanki larutan


nutrisi
Aeroponik
 Aeroponik: cara bercocok tanam dimana
akar tanaman tergantung di udara dan
disemprot dengan larutan nutrisi secara
terus menerus

Tanaman
Plastik
penutup
Styrofoam

Lubang
Sprinkler
drainase
Rumah kaca (green house)
 Tanaman hidroponik biasanya dibudidayakan
dalam greenhouse atau rumah kaca
 Fungsi rumah kaca di daerah tropis: melindungi
tanaman dari curah hujan langsung dan dari
serangan hama
 Rumah kaca daerah tropis harus memperhatikan
ventilasi yang baik agar temperatur tidak terlalu
tinggi
 Pendinginan rumah kaca:
 Evaporative cooling  misting
 Zone cooling
Aspek irigasi dalam hidroponik
 Fungsi irigasi dalam hidroponik:
 Memenuhi kebutuhan air tanaman
 Memberikan nutrisi bagi tanaman
 Efisiensi harus diperhatikan
 Kualitas air harus diperhatikan terutama
untuk sistem sirkulasi
 Frekuensi penyiraman pada hidroponik
substrat harus tepat

Anda mungkin juga menyukai