Anda di halaman 1dari 40

MERAJUT IMPLEMENTASI TEKNOLOGI KIMIA HIJAU DI INDONESIA

Ir. R. Hikmawan Wargakusumah


Depok, 12 September 2013

PROFIL PERSONAL

ricky@pasadenagroups.biz
RMP Hikmawan Wargakusumah (Ricky)
S1 Teknik Kimia ITB 1988 - 1993 S2 Hukum Bisnis Unpad 2005 2006 S3 Ilmu Hukum Unpad 2006 sekarang Direktur Utama PT Pasadena Engineering Indonesia Wisma Bumiputera 9th floor Jl. Jenderal Sudirman Kav 75 Jakarta

Contact:

ricky@pasadenagroups.biz

PT. PASADENA ENGINEERING INDONESIA

MISI
Menjadi fasilitator pengembangan teknologi kimia hijau di Indonesia Mengembangkan Bio-Based Economy untuk mewujudkan Desa Mandiri Energi melalui permberdayaan masyarakat, dan pengembangan ekonomi kerakyatan Mewujudkan implementasi pemanfaatan sumber daya alam Indonesia khususnya biomassa untuk keperluan energi dan bahan kimia Menjaga lingkungan, memanfaatkan yang terbuang dan energi terbarukan

VISI
Menjadi integrator pengembangan teknologi kimia hijau di Indonesia

TUJUAN
Turut andil dalam membangun Indonesia yang sejahtera dengan memanfaatkan sumber daya Indonesia dan teknologi-teknologi hasil karya anak bangsa yang dapat dibangun secara komersial

PENGEMBANGAN PABRIK

Studi/Kajian Pendahuluan PENELITIAN LABORATORIUM Kajian Kelayakan (FS)

PILOT PLANT INDUSTRI KOMERSIAL:


EPC, Operasional

PENGEMBANGAN TEKNOLOGI KIMIA HIJAU


Kontradiksi yang terjadi dalam hal pemanfaatan bahan kimia dan energi di Indonesia, yaitu:

Bergantungnya industri dan rumah tangga terhadap sumber daya fossil

Kondisi bumi akibat dampak negatif sumber daya fossil menuntut kesadaran manusia untuk memperbaiki pola pemanfaatan sumberdaya tidak terbarukan

Terciptanya teknologi bio-energi dengan memanfaatkan sumberdaya bahan nabati

Bahan nabati sebagai bahan baku bio-energi masih diprioritaskan untuk kebutuhan pangan

PENGEMBANGAN TEKNOLOGI KIMIA HIJAU

Dibutuhkannya sebuah konsep pengembangan teknologi dengan memanfaatkan berbagai macam bahan baku (sumberdaya terbarukan) yang saling bersinergi dan melengkapi untuk mendukung ketersediaan bahan kimia dan energi yang terbarukan.

PENGERTIAN TEKNOLOGI KIMIA HIJAU


Ilmu dan teknologi Kimia Hijau merupakan ilmu, teknologi produk, serta proses kimia yang meminimalisir atau meniadakan penggunaan dan pembangkitan zatzat atau bahan-bahan berbahaya (Soerawidjaja, Tatang, 2010).

Teknologi Kimia Hijau merupakan teknologi ramah lingkungan sehingga dalam pemanfaatannya dapat memelihara daya dukung sumber daya alam dan lingkungan.

PENGERTIAN TEKNOLOGI KIMIA HIJAU


Duabelas (12) azas dasar Teknologi Kimia Hijau ( Anastas, P.T, dan Warner 1998) 1. Mencegah terbentuknya limbah lebih baik dibandingkan mengolahnya. 2. Reaksi-reaksi kimia industrial hendaknya memaksimalkan penyertaan semua zat/bahan dalam campuran reaksi ke dalam produk akhir. 3. Cara-cara produksi hendaknya menggunakan dan membangkitkan zat-zat/bahan-bahan yang berdaya racun (bertoksisitas) kecil atau nihil terhadap manusia maupun lingkungan. 4. Produk-produk kimia seharusnya dirancang untuk memiliki daya guna yang diinginkan dan memiliki daya racun yang minimal. 5. Bahan-bahan pembantu proses (pelarut, bahan pemisah, dan lain-lain) sedapat mungkin dihindari dan, jika pun terpaksa digunakan, dipilih agar bahan tersebut tidak berbahaya. 6. Dampak lingkungan dan ekonomi dari energetika proses harus betul-betul disadari dan kebutuhankebutuhan energi hendaknya diminimalkan. 7. Jika kelaikan teknik dan ekonominya memungkinkan, bahan mentah seharusnya merupakan bahan terbarukan (tidak berbasis fosil). 8. Meminimalkan produk antara, produk samping, maupun produk ikutan. 9. Katalis lebih baik dibandingkan reagen-reagen pembantu yang dapat diperoleh kembali. 10. Produk-produk kimia harus diupayakan agar pada akhir fungsinya dapat terdegradasi menjadi bahan-bahan tak beracun. 11. Metode-metode analisis harus dikembangkan agar memungkinkan pemantauan dan pengendalian langsung di arena (real-time, in process) sehingga dapat mencegah pembentukan zat-zat berbahaya. 12. Zat-zat dan wujud zat yang digunakan dalam proses harus dipilih agar meminimalkan marabahaya kecelakaan kimia, termasuk kebocoran, keterlepasan, ledakan, dan api atau kebakaran.

PENGERTIAN TEKNOLOGI KIMIA HIJAU


Empat (4) pilar dasar yang harus dipenuhi untuk mewujudkan teknologi kimia hijau (Lange, 2009), yaitu:

1. Menghemat sumber daya yang bernilai, yang dapat menciptakan efisiensi dalam hal penggunaan bahan maupun energi serta menggunakan sumber daya terbarukan atau hasil daur-ulang.
2. Meminimalkan dampak limbah terhadap lingkungan, yang dilakukan dengan cara menghindari pembentukan limbah, memanfaatkan ulang limbah, dan menetralkan limbah hingga tidak berbahaya. 3. Meminimalkan marabahaya, baik yang ditimbulkan dari kondisi proses atau produk antara dan produk akhir. 4. Meminimalkan biaya-biaya, sehingga mendapatkan pabrik yang lebih murah, bahan mentah dan pembantu lebih murah, penggunaan bahan dan energi lebih efisien.

KONSEP TEKNOLOGI KIMIA HIJAU


Dengan mengurangi atau mengolah limbah, merubah proses produksi, ataupun mengurangi bahaya tidaklah cukup untuk menyatakan telah menciptakan teknologi kimia hijau. Teknologi kimia hijau akan diwujudkan secara utuh hanya jika industri menggunakan sumber daya terbarukan (renewable resources), misalnya bahan nabati (mis: singkong, tebu, sorghum, dll), limbah pertanian, limbah kehutanan, limbah peternakan, dan juga limbah industri. Bahan-bahan terbarukan ini dapat disebut dengan Biomassa.

KONSEP BIO-BASED ECONOMY


Menciptakan bahan-bahan kimia, dan energi terbarukan yang dapat setara dengan produk energi dan bahan kimia yang dihasilkan dari bahan fosil.

MERAJUT IMPLEMENTASI TEKNOLOGI KIMIA HIJAU DI INDONESIA

Menerapkan Teknologi Kimia Hijau dengan menggunakan Konsep Bio-Based Economi merupakan sebuah pengembangan teknologi yang saling mengintegrasikan berbagai teknologi berbasis sumberdaya terbarukan. Seperti merajut sehelai demi sehelai kain yang berbeda.

MERAJUT IMPLEMENTASI TEKNOLOGI KIMIA HIJAU DI INDONESIA


Teknologi Thermochemical

Produk bahan energi

Pengolahan Biomassa

Wood Pellet

Gasifikasi

Biomassa

BTL

Bahan kimia terbarukan

Energi

Perkebunan (Manajemen Budidaya)

Fermentasi

Biethanol

Teknologi Biochemical

BIO-CHEMICAL BERBASIS GULA (BIOETANOL)

Gula

Pati

Enzim Uap

Liquifikasi & Pemasakan

Enzim

Sakarifikasi (Hidrolisis)

Sel Mikroba

Fermentasi

Pemurnian

Ethanol

Stilage

Anaerobic digester

Pupuk

Gas Bio

Bahan Bakar

PRODUK TURUNAN BIOETANOL

PRODUK-PRODUK TURUNAN BIOMASSA (GULA)

BIOETANOL

Pabrik Bio-Ethanol Berbasis Tebu Persiapan bahan baku : Dilakukan fermentasi terhadap nira tebu sebagai bahan baku hingga didapatkan raw ethanol dengan kadar 810%.

Distilasi : Menggunakan distilasi bertingkat menggunakan dua kolom stripping dan rectifier. Laju produksi distilasi 3000 liter per hari.
Dehidrasi Proses dehidrasi (bertekanan) dilakukan dengan : (i) molecular sieve bergantian secara kontinyu dengan proses regenerasi menggunakan uap ethanol hasil dari proses distilasi (kondisi vakum). (ii) modul pervaporasi proses batch membran keramik

BIOETANOL

Pabrik Bio-Ethanol Berbasis Nira


Persiapan bahan baku : Dilakukan fermentasi terhadap nira aren sebagai bahan baku hingga didapatkan raw ethanol dengan kadar 810%. Distilasi : Menggunakan distilasi bertingkat menggunakan tiga kolom maische coloumn, rectifying coloumn, dan vour loop. Laju produksi distilasi (etanol 95%) 500 liter per hari. Dehidrasi Proses dehidrasi dilakukan dengan : (i) molecular sieve proses vakum. Proses regenerasi dilakukan secara terpisah dengan oven regenerator. modul pervaporasi proses bacth membran keramik

(ii)

BIOETANOL

Pabrik Bio-Ethanol Berbasis Singkong


Persiapan bahan baku : Persiapan bahan baku terdiri dari proses cassava pretreatment (menghasilkan bubur singkong), sakarifikasi (menghasilkan gula dari pati/bubur singkong), dan fermentasi (menghasilkan raw ethanol 12% dari gula). Distilasi : Menggunakan distilasi bertingkat menggunakan dua kolom maische dan rectifier. Laju produksi distilasi (etanol 95%)1000 liter per hari. Dehidrasi Proses dehidrasi dilakukan dengan molecular sieve dan bergantian dengan proses regenerasi dalam keadaan vakum.

PRODUK-PRODUK TURUNAN BIOMASSA (LIGNOSELULOSA)

GASIFIKASI BIOMASSA

Proses gasifikasi ialah reaksi kimia pada temperatur yang tinggi antara biomassa dan udara sehingga menghasilkan gas yang mudah terbakar, antara lain karbon monoksida (CO), Hidrogen (H2), dan Metana (CH4). Proses gasifikasi ini merupakan hal yang semakin menarik untuk dilakukan daripada menghasilkan ethanol atau biogas karena hanya menggunakan beberapa macam biomassa, sedangkan gasifikasi dapat menggunakan berbagai macam biomassa.

GASIFIKASI BIOMASSA

Biomass
air/O2 + steam

Drying 100-250 oC
heat Dried material

H2O

combustion, C + O2 CO2 + heat + 1200 oC


heat

Pyrolysis Material C + H2O + tar + CH4 + etc 250 500 oC

tar

charcoal

Hot gas : CO2, H2O, N2, etc

Reduction C + CO2 2CO C + H2O CO + H2 800-1000 oC


Producer gas: CO, H2, CH4, CO2, H2O, N 2

GASIFIKASI BIOMASSA

Uap

Feedstock Flexibility

Penanganan bahan baku

Module Gasifier

Udara atau O2

Gas Conditioning

Ash/slag sludge stabilisasi

Clean Synthetic Gas

Gas LCV atau MCV

Gas MCV

Combustion

Combustion + Boiler

Combustion dalam ICE atau turbin gas

Tail gas (MCV)

Single pass reactor

Catalyc reforming & shift

Proses heat mis: Lime Kiln

Process steam & district heating

Electricity & heat (CHP)

Recycle reactor

CO2 Removal & use, sequestraction

CO2

Alkohol, Fischer Trops CH DME (Catalyst Choice)

H2

Tranportation Fuel

Fuel cell Stationary and transportation

Amonia fertilizer

GASIFIKASI BIOMASSA

GASIFIKASI BIOMASSA

PEMBANGKIT LISTRIK BIOGAS DARI LIMBAH CAIR SAWIT

PEMBANGKIT LISTRIK BIOGAS DARI LIMBAH CAIR SAWIT

PEMBANGKIT LISTRIK BIOGAS DARI LIMBAH CAIR SAWIT

CONTOH PEMBANGKIT LISTRIK BIOGAS DARI LIMBAH CAIR SAWIT

CONTOH PEMBANGKIT LISTRIK BIOGAS DARI LIMBAH CAIR SAWIT

POWER HOUSE

CONTOH PEMBANGKIT LISTRIK BIOGAS DARI LIMBAH CAIR SAWIT

CONTOH PEMBANGKIT LISTRIK BIOGAS DARI LIMBAH CAIR SAWIT

CONTOH PEMBANGKIT LISTRIK BIOGAS DARI LIMBAH CAIR SAWIT

CONTOH PEKERJAAN KONSTRUKSI PEMBANGKIT LISTRIK BIOGAS DARI LIMBAH CAIR SAWIT

Ekskavasi/pengerukan kolam

Transportasi material (HDPE lining/cover dan piping) ke lokasi

Penyiapan pipa HDPE di lokasi

Pemasangan HDPE lining di kolam

Pemasangan pipa HDPE di kolam

Reaktor ABR terpasang

PABRIK DERIVAT GONDORUKEM DAN TERPENTIN

Terpentin
Getah Pinus (Produk Perkebunan/ Kehutanan)
Pohon Pinus (SDA Lokal Indonesia)

Gondorukem

PRODUK TURUNAN GONDORUKEM

PRODUK TURUNAN TERPENTIN

PABRIK DERIVAT GONDORUKEM DAN TERPENTIN

PABRIK DERIVAT GONDORUKEM DAN TERPENTIN

SEKIAN

Anda mungkin juga menyukai