Anda di halaman 1dari 2

Saya menyatakan setuju bahwa penggunaan BBM yang menghasilkan gas buangan terutama

dari kendaraan dapat menyebabkan rusaknya lapisan stratosfer


Negara indonesia merupakan salah satu negara dengan pengguna BBM terbesar. Berdasarkan
data Kementerian ESDM konsumsi BBM hingga September 2021 mencapai 48,56 juta kiloliter
(KL). Dengan rincian, penyaluran bensin sebesar 24,03 juta KL, solar 23,32 juta KL, dan avtur
sebesar 1,21 juta KL. Kemudian untuk minyak tanah sebesar 380 ribu KL dan LPG sebesar 6,1
juta metrik ton. Untuk konsumsi solar bersubsidi sendiri, realisasinya hingga September
tercatat telah mencapai 11,29 juta KL atau 71,45% dari alokasi yang ditetapkan pemerintah di
tahun ini sebesar 15,52 juta KL. Soerjaningsih optimistis kebutuhan solar bersubsidi tahun ini
bakal mencukupi. Pasalnya masih ada sekitar 4,5 juta KL untuk kebutuhan di akhir tahun ini.
Sedangkan untuk realisasi penyaluran BBM penugasan yakni Premium, Kementerian ESDM
mencatat penyalurannya hingga September telah mencapai 3,3 juta KL atau 33% dari alokasi
yang ditetapkan. Sementara untuk penyaluran LPG 3 Kg bersubsidi realisasinya telah mencapai
5,54 juta metrik ton atau 73,9% dari alokasi yang ditetapkan tahun ini. Manfaat BBM yang tidak
bisa terelakkan tentu saja untuk menjadi bahan bakar kendaraan. Mobilitas manusia yang tinggi
tentu saja membutuhkan kemudahan dalam bergerak. Kendaraan bermotor adalah jawaban
untuk mempermudah mobilitas tersebut. Seperti pada keperluan rumah tangga seperti banyak
yang diproduksi dari bahan minyak bumi. Di antaranya adalah gagang pintu, kunci pada jendela,
hingga kulkas, sebagai sumber gas cair, untuk bahan baku kendaraan dan sumber bahan baku
serat contohnya pada produksi nilon, polyester, dan rayon yang menggunakan bahan mentah
BBM ini menjadi salah satu bahan campuran serat yang sangat berguna supaya tidak mudah
terbakar. Namun, ternyata penggunaan bahan bakar minyak dalam sumber bahan bakar
kendaraan yang dapat menghasilkan gas buangan kendaraan juga dapat menimbulkan dampak
negatif yang berbahaya bagi kehidupan manusia.
Pencemaran udara yang terjadi dipicu dari bentuk gas, cair, dan padat tertentu yang terpendam
di udara. Partikel berasal dari banyak hal, terutama asap kendaraan bermotor. Beberapa
polutan yang biasanya menyebar, yakni logam berat, karbon monoksida (CO), nitrogen oksida
(NOx), ozon (O3), senyawa organik volatil (VOC), dan sulfur dioksida (SO2). Indonesia sendiri
masuk dalam jajaran negara yang tingkat polusinya cukup tinggi. Gas buangan ini dapat memicu
terjadinya gangguan pernapasan, seperti asma, ISPA, dan kanker paru-paru.  Selain itu,
pencemaran udara juga bisa berakhir pada berkurangnya kadar oksigen di dalam tubuh
manusia karena karbon monoksida (CO) yang jumlahnya sangat banyak sehingga membuat
kadar protein inflamasi dan jumlah kekentalan darah bertambah. Itulah yang memicu radang
pembuluh darah yang bisa mengakibatkan penyakit kardiovaskular. Dampak pada lingkungan,
terjadinya pemanasan global yang mengakibatkan suhu udara di seluruh dunia jadi bertambah,
permukaan laut meninggi, dan membuat banyaknya es di daerah yang dingin lebih cepat
mencair. Kondisi ini juga bisa mengakibatkan berkurangnya tempat tinggal untuk sebagian
spesies tumbuhan dan hewan di berbagai negara. Serta, terjadi peristiwa rusaknya lapiran ozon
dan terjadinya efek rumah kaca adalah meningkatnya suhu bumi dan kerusakan atmosfer. Gas-
gas yang menyebabkan kerusakan lapisan ozon disebut gas rumah kaca. Lapisan ozon adalah
lapisan yang berada di lapisan-lapisan atmosfer. Kerusakan lapisan ozon disebabkan oleh polusi
dari asap-asap kendaraan. Bila lapisan ozon semakin lama semakin menipis, juga akan
berpengaruh pada lapisan statosfer yang berfungsi sebagai pelindung dari gelombang radiasi
ultraviolet yang sangat membahayakan jika terkena kulit manusia.
Lalu, mengapa indonesia masih menggunakan bahan bakar minyak yang dapat menimbulkan
gas buangan yang berbahaya? Karena masyarakat sudah nyaman dengan BBM yang
menyebabkan pemerintah tergantungan impor BBM untuk ketahanan energi nasional. Bila hal
ini terjadi secara terus menerus, diyakini akan menggangu perekonomian dalam negeri.
Harganya sangat fluktuatif sehingga menggangu ekonomi dalam negeri. Sementara
kemandirian energi berbasis iptek tidak ada. Lalu, bagaimana solusi untuk mengatasi
permasalahan tersebut? Menurut saya, dengan penggunaan BBM ramah lingkungan dapat
dijadika solusi atas permasalah dampak BBM terhadap kesehatan dan lingkungan. Sebab,
Pemerintah terus berupaya mendorong masyarakat menggunakan bahan bakar minyak (BBM)
yang ramah lingkungan karena berdampak besar pada emisi gas rumah kaca dan kesehatan
masyarakat. Ternyata, upaya ini menampakkan hasil karena semakin banyak masyarakat yang
menyadari manfaatnya bagi masa depan. Upaya menekan emisi gas rumah kaca yang salah
satunya melalui penggunaan BBM ramah lingkungan, memerlukan kerja sama berbagai pihak.
Antara lain, Kementerian ESDM, Kementerian Lingkungan Hidup, Kementerian Perindustrian
dan Kementerian Perhubungan. Sementara PT Pertamina juga menyiapkan pasokan BBM
ramah lingkungan (CN 51 sulfur 50 ppm) dengan brand Pertamina Dex dari 4 kilang yaitu dari
RU II Dumai, RU V Balikpapan, RU VI Balongan dan RU IV Cilacap. Sebaran ketersediaan
Pertamina Dex di kabupaten/kota masing-masing provinsi dengan target 2.055 outlet pada 31
Desember 2021 dan siap ditambah outlet jika terdapat permintaan yang meningkat.
Maka dari itu, saya menyatakan setuju bahwa gas buangan kendaraan dapat menyebabkan
rusaknya lapisan stratosfer yang bisa menyebabkan keadaan yang berbahaya bagi kehidupan
manusia itu sendiri. Sehingga, kita bisa mengganti sumber bahan bakar kita dengan yang lebih
ramah lingkungan dan ikut memajukan proyek nasional dalam penggunaan energi yang ramah
lingkungan untuk masa depan bangsa.

Anda mungkin juga menyukai