Anda di halaman 1dari 4

1

KILANG GAS BLOK DONGGI-SENORO

ABSTRAK
ABSTRAK

 Berawal dari penemuan cadangan gas alam cair yang banyak di Indonesia, di
bangunlah Pabrik dalam istilah ilmiahnya Liquefied Petroleum Gas (LNG) ke-4
setelah Blok NATUNA, Blok CEPPU, Blok TANGGUH.
 LOKASI:
Di Ladang gas DS (Donggi Senoro ) LNG, selanjutnya PT. DSLNG, terletak di Desa
Uso, Kecamatn Batui, Kabupaten Banggai, Propinsi Sulawesi Tengah, + 20 km
sebelah tenggara kota Luwuk.
 LUAS :
+ 300 hektar
 PROSPEK JALUR PELAYARAN:
Pesisir pantai menghadap Selat Peling, di lautan yang dalam dari Surabaya dan
Makassar ke Luwuk dan Manado.
 NAMA TREN:
“BLOK DONGGI-SENORO”.
 POLA BISNIS
Hulu ke hilir (downstream). Proyek pembangunan infrastruktur ditender
Pemerintah dengan Beauty contest (Hulu, melalui BUMN : PERTAMINA dan MEDCO),
sementara pembangunan kilang tidak termasuk dalam cost recovery dan dilakukan
oleh pihak swasta (Hilir, Perusahaan).
 BERDIRI:
- Tanggal 28 Desember 2007, sebagai perusahaan Penanaman Modal Asing
(PMA), dengan para pemegang saham Pertamina Energy Services Pte Ltd
(29%), PT Medco LNG Indonesia (20%) dan Mitsubishi Corporation (51%).
Namun demikian, terhitung Februari 2011, struktur kepemilikan berubah
menjadi PT Pertamina Hulu Energi (29%), PT Medco LNG Indonesia (11.1%)
dan Sulawesi LNG Development Ltd (59.9%). Batas konsesi hingga tahun
2027.
- Agustus 2012, sebanyak empat konsorsium diketahui telah menyerahkan
proposal teknis dan saat ini masih dievaluasi. Keempat peserta itu adalah
pertama IKPT-Petrofac, lalu Adhi Karya-Hyundai, kemudian Rekayasa
Industri-Daewoo, dan terakhir Tripatra-Samsung. Namun menurut satu
sumber Bisnis, pemenang EPC belum bisa ditunjuk karena Medco melakukan
tender ulang yang belum diketahui apa penyebabnya.
 PERKIRAAN PRODUKSI:
Akhir tahun/kuartal IV 2014 (paling cepat). Blok Senoro diperkirakan
berproduksi hingga 250 juta kaki kubik per hari (MMscfd)
 PROSPEK PASAR
- Suplai sebagian kebutuhan dalam negeri, sebagian lainnya ekspor.
Kebutuhan nasional 10 juta metric ton per tahun (MTA) mulai 2013. Blok
Senoro ikut kontribusi setelah pabrik selesai dibangun dan mulai produksi
(2014).
- PT. DSLNG, selaku operator kilang, sudah menandatangani perjanjian jual
beli LNG dengan tiga pembeli di luar negeri selama 13 tahun sejak 2014
(hingga 2027) sebanyak 70 % akan diekspor. Mereka adalah Chubu Electric
Power Co Inc, Jepang (volume 1 juta ton/thn), Kyushu Electric Power Co
Inc, Jepang (volume 300.000 /thn, dan Korea Gas Corporation/Kogas
(volume 700.000 ton /thn). Produksi 30 % sisanya masuk ke pembangkit dan
pabrik pupuk di dalam negeri. Berdasarkan SK Menteri ESDM No.4186/2010
bulan Juni 2010, 70% untuk ekspor dan 30% untuk domestik.
 DASAR HUKUM:
Undang-Undang RI No. 22 Tahun 2001 tentang "Kegiatan Usaha Hilir",
memungkinkan pengembangan usaha yang terpisah antara kegiatan hulu
(penyediaan bahan baku gas) dan kegiatan hilir (pabrik LNG).
2

TITIK
TITIK TERANG
TERANG dan
dan GELAP
GELAP
TITIK TERANG
 Megaproyek migas lain yang mulai memperlihatkan titik terang adalah penetapan
mitra Pertamina di Blok East Natuna yang lebih dikenal dengan Blok Natuna D Alpha.
Pada akhirnya, Pertamina telah menetapkan ExxonMobil sebagai pendamping BUMN
migas tersebut bersama Total SA dan Petronas.
 PT Newmont Nusa Tenggara menyisakan cerita menarik. Pemerintah pusat ingin
mengambil peran dari transaksi ini melalui Pusat Investasi Pemerintah dan BUMN,
berbarengan sikap ngotot pemda yang juga ingin membeli saham Newmont.
GELAP
Donggi-Senoro dengan segenap problem yang mengikutinya antara lain:

PROBLEM
PROBLEM
Bila di petakan:
- Masalah di level elit pemerintah dan perusahaan swasta, seperti keputusan hukum,
harga yang murah dan lain-lain.
- Masalah di level akar rumput antara masyarakat dan perusahaan terkait pembebasan
lahan dan dampak lingkungan yang ditimbulkannya.

 MASALAH ALOKASI GAS


2009: Era Wapres Jusuf Kalla, dan disetujui Presiden SBY, menetetapkan gas Donggi
Senoro akan dialokasikan 100% untuk domestik. Kondisi PLN dan industri nasional
masih sangat kekurangan gas dan beberapa tahun ke depan, maka seandainya pun gas
Donggi-Senoro 100% dialokasikan untuk domestik, kebutuhan tersebut masih tetap
kekurangan. Apalagi jika alokasi tersebut hanya 30%.
 PELANGGARAN HUKUM
o Terganjal kasus dugaan terjadinya monopoli Kebijakan Pertamina dalam
konsorsium (terbukti bersekongkol) yang memenangkan Mitsubishi Corporation
(MC) dalam Beauty Contest sebagai pengelola proyek Donggi Senoro, dianggap
oleh Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) telah melanggar ketentuan
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan
Persaingan Usaha Tidak Sehat (UU No. 5/1999) dalam proses Tender/Pemilihan
Mitra/ Proyek LNG Donggi-Senoro. Kasus telah dibawa ke PN Jakarta Selatan
dan PN Jakarta Pusat dan saat ini di tangani MA.
o Sejak dikelola Mitsubitshi Corporation (MC), kesejahtaraan masyarakat
terabaikan, CSR yang dikeluarkan MC tidak sebanding dengan kerusakan
lingkungan yang telah diakibatkan oleh pembangunan kilang tersebut. Bahkan,
pada Juli 2012 masyarakat bergerak melakukan penolakan dengan
menghentikan truk-truk pembangunan kilang, jika hak-hak mereka tidak
kunjung diperhatikan.
 PENGADAAN KILANG
Kerugian negara dari migas terjadi karena hubungan Kontrak dengan Perusahaan
Migas, awalnya menggunakan pola B to B (Pertamina dengan Perusahaan Migas
Asing/Swasta) menjadi pola B to G (Pemerintah c/q BP Migas dengan Perusahaan
Migas Asing/Swasta). Begitupun dalam Pengembangan LNG Donggi Senoro, pendapatan
Pertamina dan negara menjadi tidak optimal karena justru lapangan gas yang
dioperasikan oleh Pertamina (dan Medco), diserahkan ke Pihak lain (Mitsubishi/PT
DSLNG). Disini yang mendapat untung besar adalah Mitsubishi/PT DSLNG.
 HARGA GAS YANG RENDAH
Ketetapan harga gas Donggi-Senoro US$ 4,01/MMBTU, selisih US$ 0,5/MMBTU
dibanding harga murah gas Blok Tangguh. Padahal PLN sanggup membeli gas hingga
US$ 11/MMBTU. Harga ini tentunya sangat rendah dan sebagaimana kerugian pada
kontrak gas Blok Tangguh, harga murah gas Donggi-Senoro ini dinilai berpotensi
merugikan negara triliunan Rupiah.
3

 DAMPAK
o Berbagai dampak hipotetik mulai dirasakan masyarakat. Seperti perubahan pola
kepemilikan lahan, perubahan sikap dan persepsi masyarakat, penurunan kualitas
udara hingga tingginya tingkat kebisingan, menurunnya kualitas air permukaan,
menurunnya kualitas air laut, gangguan drainase dan irigasi, gangguan transportasi
darat, penurunan debit air sungai, kerusakan jalan dan jembatan, gangguan
vegetasi, satwa liar, biota laut serta berbagai dampak lainnya.
o PT. BSS yang melakukan kerjasama dengan PT. Donggi Senoro LNG (DSLNG) dalam
berbagai bentuk, diantaranya sebagai Agen untuk Pembebasan Tanah, Cargo dan
Crew Handling dll. Proyek prestisius ini masih menyisakan problem pembebasan
lahan yang mengalami kebuntuan negosiasi. Paling menonjol adalah lahan milik
Mantan Kapolres Banggai, Kombes Pol H Wahyu Tri Widodo seluas 2000 m2
(sekarang dalam tahapan renegosiasi ulang).

REKOMENDASI
REKOMENDASI
 Masukan atas revisi UU ini dengan beberapa hal mendasar. Salah satu usulan yang
sempat mengemuka adalah pengembalian kewenangan yang memperkuat posisi
negara dalam pengaturan sektor hulu dan hilir dengan membentuk badan usaha baru.
 Pertimbangan keberpihakan kepada kepentingan nasional juga dibutuhkan dalam
upaya revisi ini, selain untuk memangkas ongkos birokrasi. Dengan begitu, investasi
sektor migas akan lebih bergairah ke depan.
 Percepatan pembangunan kilang oleh Pemerintah yang dapat menghemat subsidi
hingga Rp20 triliun. Contoh: Investasi awal yang diperlukan untuk membangun
infrastruktur gas di wilayah Jakarta saja, sekitar US$500 juta. Meskipun menelan
anggaran besar, tetapi jaringan gas bisa digunakan untuk jangka panjang. Jumlah
tersebut jauh lebih kecil jika dibandingkan dengan nilai subsidi BBM yang harus
dikeluarkan pemerintah. Disarankan pemerintah untuk lebih memprioritaskan pasar
domestik atas produksi gas nasional. Seperti halnya dari Blok Tangguh, Blok Donggi-
Senoro maupun Blok Natuna.
 Harga gas dinegosiasikan kembali untuk mencapai harga yang wajar, dan hasilnya
dipublikasikan secara transparan.
 Pemerintah harus mengambil langkah pemberdayaan dan jaminan kesejahteraan bagi
masyarakat Kecamatan Batui. Pemberdayaan dan jaminan kesejahteraan bagi
masyarakat antara lain aspek kesempatan berusaha, ketenagakerjaan dan aspek sosial
kemasyarakatan dan infrastruktur dan harapan, keberadaan kilang Senoro bisa
menjadi berkah, merubah kehidupan masyarakat Kabupaten Banggai, khususnya
Kecamatan Batui yang kini masih terbelakang.
 Pertamina perlu merujuk masa laliu dari pengalamannya sendiri membangun kilang
LNG Badak dan Arun dan telah terbukti dengan sukses tanpa menggunakan dana APBN.
Pertamina berhasil menjual LNG dengan formula harga yang menguntungkan Negara
dimana pendapatan negara dari LNG sangat besar, dan perhasil mengoperasikan LNG
Plant selama lebih dari 30 tahun dengan tanpa ada cacat/kebakaran/bencana.
 Setiap investor atau perusahaan diwajibkan melaksanakan Coorporate Social
Responsibility (CSR) kepada masyarakat yang ada di tempat kegiatan perusahaan. CSR
bukan lagi sekadar bantuan kepada masyarakat atas hasil produksi sebuah kegiatan
yang dilakukan oleh setiap investor. Akan tetapi, CSR sudah menjadi kewajiban setiap
perusahaan untuk diberikan kepada masyarakat yang berhak menerimanya, sehingga
tidak ada alasan bagi investor untuk menolak CSR. Jika ada perusahaan atau investor
yang mencoba menolak kewajiban tersebut, maka investor yang dimaksud akan
dikenakan sanksi yang berat. Konsekuensinya bisa dikenakan sangksi pembekuan
aktivitas perusahaan atau dicabut izin usahanya, sehingga investor tidak bisa lagi
melakukan aktivitasnya.
 Renegosiasi adalah langkah tepat. Mahkamah Agung (MA) agar lebih
mempertimbangkan kepentingan negara dalam menangani sengketa pengelolaan
kilang gas PT Donggi Senoro LNG. Pemikiran seperti itu perlu dimiliki para hakim
sebab pengelolaan kilang di Kabupaten Banggai, Sulawesi Tengah itu saat ini dinilai
lebih menguntungkan oknum-oknum tertentu, dibanding rakyat Indonesia secara
keseluruhan.
4

- Seluruh Staf DPD RI Komite II, Sulawesi Tengah

Anda mungkin juga menyukai