Anda di halaman 1dari 18

CONTOH PELANGGARAN ETIKA DI INDUSTRI

KELOMPOK 7 :
1. Nico Arif Putranto (40040517060044)
2.Yafi Rahman Sugito (40040517060053)
3. Rizky Pratama Putra (40040517060061)
4. Kiki Abdullah (40040517060069)
5. Tri Lestari Setiawati (40040517060076)
KASUS PERTAMA

Kasus yang pertama yaitu pada seorang yang bekerja di bagian Quality Control tersebut
melakukan hal yang dianggap tidak baik, yaitu dengan meloloskan sesuatu produk yang
sebenarnya dianggap cacat atau tidak layak. Hal ini disebut pelanggaran etika karena didalam
diri orang tersebut tidak ditanamkan norma-norma yang berlaku dalam etika profesi.
Dampak yang akan di timbulkan berdasarkan kasus tersebut yaitu perusahaan dimana
produk tersebut diciptakan akan di tinggalkan oleh konsumennya, karena meloloskan suatu
produk yang seharusnya di tolak di bagian quality control tersebut, selain itu nama baik dari
perusahaan tersebut akan tercoreng karena tindakan dari oknum yang melakukan hal-hal
tidak terpuji itu.
CARA MENANGGULANGI KASUS PERTAMA

Dengan cara memperketat keamanan pada perusahaan tersebut,


terutama dibagian quality control karena dapat merusak citra
atau nama baik dari perusahaan tersebut.
KASUS KEDUA

Kasus yang kedua yaitu penyelewengan anggaran atau keuangan


teknik oleh oknum yang tak bertanggungjawab demi kepentingan
pribadi. Hal ini disebut pelanggaran etika karena didalam diri
orang tersebut tidak ditanamkan norma-norma yang berlaku
dalam etika profesi. Dampak yang ditimbulkan dalam hal ini yaitu
perusahaan yang bersangkutan akan mengalami kerugian dalam
segi finansial.
CARA MENANGGULANGI KASUS KEDUA

Sebaiknya orang yang melakukan hal tersebut tidak


diperbolehkan masuk kedalam dunia kerja, karena dalam
diri orang terdapat pelanggaran-pelanggaran etika profesi
yang seharusnya tidak dilakukan oleh setiap orang yang
bekerja dalam perusahaan.
KASUS KETIGA

Kasus yang ketiga yaitu dalam bidang proyek teknik, seorang melakukan
kecurangan dalam bentuk meminimalisir suatu kapasitas bahan baku yang
seharusnya sudah ditetapkan demi mendapatkan keuntungan dari segi
finansial kedalam dirinya sendiri. Contoh dalam proyek pembuatan jalan,
maka bahan yang seharusnya dibeli untuk kebutuhan proyek tersebut
dikurangi kapasitasnya agar biaya menjadi murah dan keuntungannya akan
diterima oleh orang yang melakukan hal tersebut. Hal ini disebut pelanggaran
etika profesi karena didalam diri orang tersebut tidak ditanamkan norma-
norma yang berlaku dalam etika profesi.
CARA MENANGGULANGI KASUS KETIGA

Sebaiknya orang yang melakukan tindakan tersebut harus ditindak


lanjuti agar tidak terjadi hal-hal seperti kasus di atas karena akan
berdampak kepada proyek yang bersangkutan akan mengalami
kerugian dalam segi finansial, selain itu umur ekonomis dari jalan
yang sudah dibuat tidak sesuai dengan perhitungan yang
sebenarnya, karena material yang seharusnya digunakan sudah
diminimalisir demi keuntungan pribadi.
KASUS KEEMPAT

Kejahatan komputer atau computer crime adalah kejahatan yang


ditimbulkan karena penggunaan komputer secara ilegal. Kejahatan
komputer terus berkembang seiring dengan kemajuan teknologi
komputer saat ini. Beberapa jenis kejahatan komputer meliputi
Denial of Services 11 (melumpuhkan layanan sebuah sistem
komputer), penyebaran, spam, carding (pencurian melalui
internet) dan lain-lain. Hal itu termasuk pelanggaran etika pada
profesi dibidang teknologi, informasi dan komunikasi.
CARA MENANGGULANGI KASUS KEEMPAT

Membentuk badan khusus untuk mengawasi bagian IT pada


perusahaan untuk mengurasi kerugian akibat kejahatan komputer
yang bisa membuat kerugian segi finansial ataupun data-data yang
dicuri atau diretas oleh oknum kejahatan komputer serta
meningkatkan keamanan komputer terhadap serangan kejahatan
komputer.
CONTOH KASUS TAMBAHAN
(LUMPUR LAPINDO SIDOARJO 2006 – 2019)
Semburan lumpur panas di lokasi pengeboran milik PT Lapindo Brantas yang muncul sejak 29 Mei 2006, memorak-porandakan
kehidupan tenang ribuan warga sejumlah desa di Sidoarjo, Jawa Timur. Kian deras semburan, menggiring mereka melanjutkan hidup
di pengungsian atau menyingkir ke tempat lain.

Sebanyak 20 orang dilaporkan meninggal dunia akibat musibah yang dipicu oleh kegiatan pengeboran PT Lapindo Brantas itu.
Sementara kerugian material ditaksir mencapai Rp 45 triliun lebih. Tak kurang dari 10.426 unit rumah warga dan 77 unit rumah
ibadah terendam lumpur. Ratusan hektare lahan pertanian milik warga lenyap dalam sekejap, termasuk juga ribuan ekor hewan
ternak. Puluhan pabrik berhenti beroperasi dan membuat ribuan warga kehilangan pekerjaan. Lumpur juga menenggelamkan kantor-
kantor pemerintahan, sekolah-sekolah, dan fasilitas publik lain. Memutus jalan raya, tol, jalur kereta, jaringan listrik, telepon, dan air
bersih.Areal seluas 15 desa di kecamatan Porong,Tanggulangin, dan Jabon, Sidoarjo, lumpuh total.

Dampak kerugian yang begitu besar lantaran semburan lumpur panas berpusat di Kecamatan Porong, yang merupakan permukiman
padat penduduk serta salah satu kawasan industri utama di Jawa Timur.

Penyebab semburan pun masih menjadi perdebatan. Pihak Lapindo mengemukakan dua teori, yakni pertama, semburan terjadi
akibat kesalahan prosedur saat pengeboran. Kedua, lumpur panas menyembur secara kebetulan saat pengeboran, tapi penyebabnya
belum diketahui.
SUMBER : HTTPS://WWW.TAGAR.ID/KRONOLOGI-KASUS-LUMPUR-LAPINDO-SIDOARJO-20062019
Selain dua teori itu, dugaan penyebab semburan lumpur panas adalah akibat proses panas bumi atau dipicu gempa
bumi berkekuatan 5,9 Skala Richter di kawasan Yogyakarta dan sekitarnya, yang terjadi dua hari sebelum semburan
muncul, yakni pada 27 Mei 2006.
Lapindo akhirnya sepakat membayar ganti rugi sebesar Rp 3,8 triliun. Hingga kini, perusahaan milik Bakrie Group
itu dilaporkan telah mengeluarkan dana sebanyak Rp 3,03 triliun. Sisanya kemudian ditalangi pemerintah, dengan
kucuran dana sebesar Rp 827 miliar.
Namun faktanya, urusan ganti rugi tak kunjung tuntas sepenuhnya. Nasib sejumlah korban lumpur panas Lapindo
masih terkatung-katung, kendati selama 13 tahun ke belakang telah berkali-kali mengadu dan menuntut pemerintah
memberikan talangan pembayaran ganti rugi melalui APBN.
Di lain pihak, PT Minarak Lapindo Jaya dan PT Lapindo Brantas justru tengah tersengal-sengal ditagih hutang oleh
pemerintah. Pembayaran hutang, bunga dan denda dana talangan senilai Rp 1,763 triliun baru dibayar Rp 5 miliar,
meski telah melewati tanggal jatuh tempo 10 Juli 2019.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan, pihaknya bakal terus melakukan penagihan kepada
perusahaan yang memiliki kaitan dengan Bakrie Group itu mengenai kewajibannya. Dia juga mengaku, pihaknya
telah menerima surat dari pihak Lapindo yang menyatakan komitmen untuk melunasi.
CONTOH KASUS TAMBAHAN
(KASUS TUMPAHAN MINYAK PLTU BULELENG)
Sahabat Pengadilan memohon majelis hakim mengakomodasi persoalan dampak perubahan iklim ketika menyidangkan gugatan izin
pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Batubara di Buleleng, Bali. Permintaan tersebut disampaikan 9 lembaga
lingkungan hidup Indonesia dan internasional yang mengajukan pendapat hukum ‘Sahabat Pengadilan (Amicus Cuired)’ kepada
hakim Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN) Denpasar pada Selasa, 26 Juni 2018.

Selain ICEL, lembaga hukum lingkungan lain yang memasukan Amicus Curiae adalah Research Center for Climate Change
Universitas Indonesia (RCCC UI), Earthjustice, Environmental Law Alliance Worldwide (ELAW), Client Earth, Center
forEnvironmental Rights, EDOs of Australia, Environmental Justice Australia dan The Access Initiative.

Dalam pendapat hukum setebal 18 halaman, mereka menjelaskan bahwa perluasan PLTU Celukan Bawang tidak menyertakan
analisis komprehensif terhadap dampak perubahan iklim. Termasuk dalam pengambilan keputusan diterbitkannya izin lingkungan.
Padahal, izin lingkungan seharusnya didasarkan pada keputusan kelayakan lingkungan hidup dan analisis mengenai dampak lingkungan
(amdal) yang mencakup dampak perubahan iklim.

Indonesia telah meratifikasi Perjanjian Paris tentang perubahan iklim. Pemerintah sudah menyampaikan komitmennya melalui
Nationally Determined Contribution (NDC) kepada sekretariat United Nations Framework Convention on Climate Change
(UNFCCC). Di dalam NDC, Pemerintah Indonesia berjanji untuk menurunkan emisi gas-gas rumah kaca (GRK) sebesar 29 persen
terhadap skenario baseline bisnis seperti biasa pada tahun 2030, dan 41 persen dengan bantuan internasional.
SUMBER HTTPS://NASIONAL.TEMPO.CO/READ/1101036/KASUS-PLTU-BULELENG-HAKIM-DIMINTA-AKOMODASI-ISU-PERUBAHAN-IKLIM

Margaretha Quina menjelaskan perluasan PLTU Batubara di Buleleng akan membakar hampir 3 juta ton batubara
per tahun. Selama 30 tahun beroperasi, pembangkit ini akan melepaskan lebih dari 200 juta ton CO2. Dengan
memperhitungkan pelepasan emisi dari proyek energi Indonesia 35 GW, dimana 60% di antaranya dari batubara,
maka sangat mungkin proyek ini akan menghambat pencapaian NDC sebesar 29% pada 2030.
Margaretha Quina menyebut, pernyataan itu diharapkan akan dapat memberikan wawasan kepada Majelis Hakim
yang bersidang untuk melihat persoalan dari kepentingan menahan dampak perubahan iklim. Terutama saat menilai
pendapat para ahli yang akan dihadirkan oleh kedua belah pihak dalam persidangan ini.
Sarah Burt dari Earthjustice mengatakan, upaya penyelamatan lingkungan global yang dilakukan komunitas
internasional telah berhasil membuat preseden hukum yang baik.
Pada tahun 2017, pengadilan di Afrika Selatan yang menangani kasus perluasan PLTU telah memutuskan bahwa
penilaian dampak lingkungan harus memasukan penilaian dampak perubahan iklim yang komprehensif.
Gugatan izin PLTU yang dikeluarkan melalui Keputusan Gubernur Bali No.660.3 / 3985 / IV-A / DISPMPT diajukan
oleh warga di lokasi, yakni di Desa Celukan Bawang, Buleleng serta Greenpeace Indonesia. Saat ini, sidang sudah
memasuki pendapat ahli. Pihak lain yang ikut dalam persidangn adalah dari pihak PLTU Celukan Bawang.
CONTOH KASUS TAMBAHAN
(KASUS PENAMBANGAN BATU BARA DI BANJARMASIN)
Ferdinand Adaro datang ke Indonesia pada 1982. Bersama Enadimsa, semacam BUMN-nya Spanyol, ia mengeksplorasi batu
bara di kawasan Kalimantan Selatan. Pada 1989, Ferdinand Adaro menemukan sumber batu bara yang diyakini tanpa jejak emisi
merkuri saat menjadi bahan baku PLTU.

Sebagai penghormatan, nama belakangnya diabadikan sebagai nama perusahaan tambang. PT Adaro Indonesia punya tiga
kontraktor. Untuk kegiatan penggalian (mining) diserahkan ke SIS, anak usahanya sendiri. Prosesnya harus melewati beberapa
tahap. Penggalian dilakukan ke beberapa lapisan tanah hingga menemukan batu bara.

Hasil batu bara yang terkumpul dimasukkan ke dalam room. Dari situ, batu bara diangkut menggunakan truk-truk melewati jalan
khusus yang dibuat sepanjang 85 kilometer sampai ke Pelabuhan Kelanis.

Ketika hujan, penggalian pun dihentikan, mengingat medan penggalian akan menjadi licin dan berbahaya. Itu yang menjadi alasan
mengapa hasil penggalian batu bara akan over pada kuartal dua dan tiga dibandingkan dengan kuartal satu dan empat. SIS tiap
tahun menghasilkan 125 ton batu bara, yang sebagian besar digunakan bahan baku PLTU milik Adora Power. Listrik yang
dihasilkan 100 persen diserahkan kepada PLN dan didistribusikan ke masyarakat, khususnya di Kalimantan Selatan.

Adrian Lembong, Direktur PT Adaro Power menceritakan, Hong Kong terang benderang. Listrik di negara itu melimpah ruah.
Namun, yang mengejutkan tak ada pencemaran udara dari emisi merkuri karena PLTU menggunakan batu bara dari Kalimantan.
SUMBER : HTTPS://WWW.LIPUTAN6.COM/REGIONAL/READ/3916813/MENELUSURI-JEJAK-HITAM-TAMBANG-BATU-BARA-DI-KALIMANTAN-SELATAN

Lebih jauh Adrian menjelaskan, untuk mengetahui kadar emisi merkuri pada batu bara, cara yang paling tepat adalah
dengan mengendalikan kadar batu baranya. Banyak pembangkit listrik di berbagai negara punya masalah dengan zat-
zat emisi yang dihasilkan dari pembuangan.
Secara prinsip, katanya, tiap pembangkit listrik punya filter pada gas buangnya. Jika pembangkit listrik ingin
mengurangi zat emisi, mereka punya filter, salah satunya adalah diseprei dengan air untuk menyerap SOx, NOx, dan
merkuri.
Dirinya juga mengatakan, bukan hanya gas buang, PLTU juga masih punya PR lain, yaitu bagaimana caranya
mengelola abu sisa pembangkit lisrik. PLN mensyaratkan setiap pembangkit listrik harus punya extorage area sekitar
5 tahun agar bisa menampung abu pembangkit listrik.
Sebagai Independent Power Produser pertama dan PLTU terbesar di Kalimantan Selatan, pembangkit listrik milik
Adaro ini terus fokus pada bisnis ketenagalistrikan. Hal ini sejalan dengan program infrastruktur pemerintah di
bidang kelistrikan sebagai lokomotif pertumbuhan ekonomi.
Untuk itu, Adaro berperan aktif mendukung program 35.000 MW dengan membangun pembangkit listrik di
beberapa wilayah di Indonesia. Alam terbentang menjadi sahabat. Prinsip itu menjadi salah satu acuan bisnis
tambang Adaro. Satu dari delapan pilar perusahaan adalah menekankan kelestarian alam.
CONTOH KASUS TAMBAHAN
(KASUS MOBIL FORD PINTO)
Pada tanggal 10 Agustus 1978, sebuah Ford Pinto ditabrak dari belakang di jalan raya Indiana. Hantaman tabrakan itu menyebabkan
tangki bahan bakar Pinto pecah, meledak dan terbakar. Hal ini mengakibatkan kematian tiga remaja putrid yang berada di dalam
mobil itu. Kejadian ini bukan pertama kalinya Pint terbakar akibat tabrakan dari belakang. Dalam tujuh tahun sejak peluncuran Pinto,
sudah ada 50 tuntutan hukum yang berhubungan dengan tabrakan dari belakang. Meskipun demikian, kali ini Ford dituntut di
pengadilan criminal akibat penumpangnya tewas.
Untuk kasus ini, desainer dan pihak Ford secara keseluruhan tidak memikirkan dampak berbahaya yang bisa terjadi. Desain dari
mobil Ford Pinto tidak memikirkan aspek keamanan dan keselamatan nyawa pengemudi dan penumpangnya.
Dilema yang dihadapi para desainer yang mengerjakan Pinto adalah menyeimbangkan keselamatan orang yang mengendarai mobil
dan kebutuhan untuk memproduksi Pinto dengan harga yang dapat bersaing di pasar. Mereka harus berusaha menyeimbangkan
tugas mereka kepada public dan tugas mereka kepada atasan. Akhirnya usaha Ford untuk menghemat beberapa dolar dalam biaya
manufaktur mengakibatkan pengeluaran jutaan dolar untuk membela diri dari tuntutan hukum dan membayar ganti rugi korban.
Tentu saja ada juga kerugian akibat hilangnya penjualan akibat publisitas buruk dan persepsi publik bahwa Ford tidak merancang
produknya untuk keamanan pengendara.Semua menjadi dilemma. Karena sangat sulit kalau sebuah institusi lebih mengutamakan
laba perusahaan daripada nyawa manusia.
Pada awalnya desain yang berbahaya ini telah diketahui oleh perusahaan Ford sebelum mobil Ford Pinto dipasarkan, namun Ford
lebih memilih untuk membayar biaya ganti rugi kematian daripada mendesain ulang tangki bahan bakar, karena dirasa akan
membutuhkan biaya yang lebih besar untuk mendesain ulang tangki bahan bakar.
ANALISIS KASUS FORD PINTO
Etika bisnis berkonsentrasi pada standar moral sebagaimana diterapkan dalam kebijakan, institusi, dan pelaku
bisnis. Etika bisnis merupakan studi standar formal dan bagaimana standar itu diterapkan ke dalam sistem
dan organisasi yang digunakan masyarakat modern untuk memproduksi dan mendistribusikan barang dan
jasa, serta diterapkan kepada orang-orang yang ada di dalam organisasi.
Sebagai seorang wirausaha hendaknya menerapkan etika saat berusaha. Dalam bidang otomotif ada etika
engineering dan etika bisnis yang mengikat dan harus ditaati. Kejayaan suatu perusahaan besar dituntut dari
hal-hal seperti kepercayaan, nama baik perusahaan, produk yang berkualitas, dan tentunya ketahanan
terhadap persaingan dengan kompetitor. Dalam kasus Ford Pinto, keputusan bisnis yang dibuat untuk
memenangkan persaingan dengan kompetitor telah mengabaikan kepercayaan, nama baik perusahaan,
kualitas produk dengan mengabaikan etika-etika dasar yang harusnya ditaati.
Kasus Ford Pinto tidak akan terjadi jika kebijakan bisnis untuk mendapatkan laba yang lebih besar dengan
mengorbankan keamanan tidak diambil oleh Ford. Kepercayaan konsumen terhadap sebuah produk bisnis
sangatlah penting, karena menjadi poin dasar dalam penentuan pemasaran produk dan keberlangsungan
sebuah perusahaan.
KESIMPULAN

Dari contoh-contoh kasus yang ada, maka dapat di simpulkan bahwa kode
etik profesi merupakan pedoman mutu moral profesi di dalam masyarakat
yang di atur sesuai dengan profesi masing-masing. Hanya kode etik yang
berisikan nilai-nilai dan cita-cita diterima oleh profesi itu sendiri serta
menjadi tumpuan harapan untuk di laksanakan dengan tekun dan konsekuen.
Kode etik tidak akan efektif jikalau didrop begitu saja dari atas yaitu instansi
pemerintah karena tidak akan dijiwai oleh cita-cita dan nilai hidup dalam
kalangan profesi itu sendiri.

Anda mungkin juga menyukai