Anda di halaman 1dari 19

4

BAB II
DASAR TEORI

2.1 Mikrokontroler ESP32


ESP32 dibuat oleh Espressif Systems, ESP32 adalah sistem dengan biaya
yang rendah, berdaya rendah pada seri system on chip (SoC) dengan Wi-Fi &
kemampuan Bluetooth dua mode. Keluarga ESP32 termasuk chip ESP32-
D0WDQ6 (dan ESP32-D0WD), ESP32-D2WD, ESP32-S0WD, dan sistem dalam
paket (SiP) ESP32-PICO-D4. Didesain untuk perangkat seluler, perangkat
elektronik yang dapat dipakai, dan aplikasi IoT, ESP32 juga bekerja dengan
konsumsi daya sangat rendah melalui fitur hemat daya termasuk fine resolution
clock gating, multiple power modes, and dynamic power scaling. Module ESP32
merupakan penerus dari module ESP8266 yang cukup populer untuk aplikasi IoT.
Pada ESP32 terdapat inti CPU serta Wi-Fi yang lebih cepat, GPIO yang lebih, dan
mendukung Bluetooth Low Energy (Prastyo, 2019).

ESP32 tidak hanya memiliki dukungan konektivitas WiFi, tapi juga


bluetooth membuatnya lebih serbaguna. CPU yang dimilikinya mirip dengan yang
dimiliki ESP8266 – yaitu Xtensa® LX6 32-bit, namun dengan inti ganda. Tidak
ketinggalan pula ROM 128KB dan SRAM 416K, juga Flash Memory (untuk
menyimpan program dan data) sebesar 64MB (Saputro, 2018). Gambar
mikrokontroler ESP32 ditunjukkan pada gambar 2.1.

Gambar 2.1 Mikrokontroler ESP32


(Sumber : Joy-IT, 2020)
5

Ada banyak model ESP32 Development Kit (board untuk membuat aplikasi
dengan ESP32), salah satunya ESP32 DEVKIT V1 yang bisa untuk membuat
beberapa aplikasi IoT (Internet of Things) dengan ESP32. Dalam gambar 2.1
terlihat sepintas hampir sama dengan NodeMCU, ukuran maupun warnanya.
Koneksi ke komputer juga memakai konektor micro USB. Tapi ESP32 memiliki
kemampuan yang lebih baik daripada NodeMCU (ardutech.com, 2020). Gambar
diagram blok ESP32 ditunjukkan pada gambar 2.2.

Gambar 2.2 Blok Diagram ESP32


(Sumber : embeddednesia.com, 2020)

Spesifikasi ESP32-WROOM-32 Module (ardutech.com, 2020) :


a. Microprosesor Xtensa Dual-Core 32 Bit LX6
b. Freq Clock up to 240 MHz
c. SRAM 520 Kb
d. Flash memory 4 MB
e. 11b/g/n WiFi transceiver
f. Bluetooth 4.2/BLE
g. Jumlah pin : 30 meliputi pin tegangan dan GPIO.
6

h. 15 pin ADC (Analog to Digital Converter)


i. 3 UART Interface
j. 3 SPI Interface
k. 2 I2C Interface
l. 16 pin PWM (Pulse Width Modulation)
m. 2 pin DAC (Digital to Analog Converter)

2.2 Analog to Digital Converter (ADC)

Pada teknologi sensor dibutuhkan sistem pengolahan dan pemrosesan data


secara digital. Oleh karena itu diperlukan perangkat ADC yang mengubah isyarat
sensor analog menjadi isyarat digital. Sinyal masukan sensor tersebut pada
umumnya berupa parameter tegangan. Pada komputer digital, tegangan sinyal
hanya memiliki dua keadaan biner yaitu 0 dan 1. Pemahaman mengenai pengubah
analog ke digital sangat diperlukan karena mikroprosesor hanya dapat memproses
sinyal digital. Selain itu, pada sinyal digital dapat mereduksi noise yang
ditimbulkan saat pengukuran. Pengubah analog ke digital memproses data analog
ke data digital melalui pemrosesan sinyal. Pengubah analog ke digital banyak
digunakan di berbagai peralatan ketika sinyal analog diproses maupun diubah
dalam bentuk digital (Suryono, 2018).

Perangkat ADC untuk sinyal sensor bekerja dengan mengubah data analog
menjadi data biner (1 dan 0) dan selanjutnya diubah menjadi angka digital yang
dapat dibaca oleh komputer. Jumlah digit suatu bilangan biner (bit)
merepresentasikan resolusi dari suatu ADC. Angka digital yang terbaca merupakan
pendekatan dari tegangan analog maka seberapa dekat angka digital dengan
tegangan analog bergantung pada resolusi ADC tersebut. Lebar bit ADC berkaitan
dengan rentang konversi data keluaran ADC tersebut. Tabel 2.1 merupakan contoh
hubungan antara lebar bit ADC dan rentang konversinya. Pada tabel tersebut
terlihat nilai maksimum dari ADC satu bilangan lebih rendah dari jumlah angka
konversinya. Hal tersebut dikarenakan pencacahan ADC dimulai dari angka 0
(Suryono, 2018). Tabel konversi lebar bit ditunjukkan pada tabel 2.1.
7

Tabel 2.1 Konversi Lebar Bit Ke Rentang ADC

Lebar Bit ADC Jumlah Konversi Rentang konversi


8 bit 256 0 -255
10 bit 1024 0 - 1023
12 bit 4096 0 - 4095
16 bit 65536 0 - 65535

Resolusi ADC adalah perubahan terkecil sinyal analog input yang dapat
menghasilkan satu perubahan keluaran digital. Lebar bit ADC berpengaruh
terhadap resolusinya, suatu ADC dengan lebar bit n-bit maka ADC tersebut
memiliki resolusi (∆V) sesuai dengan rumus :

𝑉𝑟
∆𝑉𝑂 = (2.1)
2𝑛
dengan Vr adalah tegangan referensi yang digunakan oleh chip ADC tersebut.
Resolusi ADC merepresentasikan nilai error dalam pengubahan sinyal analog ke
dalam bentuk sinyal digital (Suryono, 2018).

2.3 Hukum Ohm

Pada dasarnya, bunyi dari Hukum Ohm adalah “Besar arus listrik (I) yang
mengalir melalui sebuah penghantar atau Konduktor akan berbanding lurus dengan
beda potensial / tegangan (V) yang diterapkan kepadanya dan berbanding terbalik
dengan hambatannya (R)” (Kho, 2015).

Hukum Ohm adalah suatu pernyataan bahwa besar arus listrik yang
mengalir melalui sebuah penghantar selalu berbanding lurus dengan tegangan yang
diterapkan kepadanya. Sebuah benda penghantar dikatakan mematuhi hukum Ohm
apabila nilai resistansinya tidak bergantung terhadap besar dan polaritas beda
potensial yang dikenakan kepadanya. Walaupun pernyataan ini tidak selalu berlaku
untuk semua jenis penghantar, tetapi istilah "hukum" tetap digunakan dengan alasan
sejarah. Secara matematis hukum Ohm diekspresikan dengan persamaan
(wikipedia, 2019) :
8

𝑉 =𝐼 ×𝑅 (2.2)

dimana I yaitu arus yang mengalir pada suatu penghantar dalam satuan Ampere.
Dan V adalah tegangan yang terdapat pada kedua ujung penghantar dalam satuan
Volt. Serta R yaitu nilai hambatan yang terdapat pada suatu penghantar dalam
satuan Ohm.

Hukum ini dicetuskan oleh Georg Simon Ohm, seorang fisikawan dari
Jerman pada tahun 1825 dan dipublikasikan pada sebuah paper yang berjudul “The
Galvanic Circuit Investigated Mathematically” pada tahun 1827 (wikipedia, 2019).

2.4 Sensor Tegangan (Rangkaian Pembagi Tegangan)

Pembagi Tegangan adalah suatu rangkaian sederhana yang mengubah


tegangan besar menjadi tegangan yang lebih kecil. Fungsi dari pembagi tegangan
ini di rangkaian elektronika adalah untuk membagi tegangan input menjadi satu
atau beberapa tegangan output yang diperlukan oleh komponen lainnya didalam
rangkaian. Hanya dengan menggunakan dua buah resistor atau lebih dan tegangan
input mampu membuat sebuah rangkaian pembagi tegangan yang sederhana. Pada
dasarnya, rangkaian pembagi tegangan terdiri dari dua buah resistor yang dirangkai
secara seri. Berikut ini adalah rangkaian sederhana sebuah pembagi tegangan atau
voltage divider (Kho, 2016). Rangkaian pembagi tegangan ditunjukkan gambar 2.3.

Gambar 2.3 Rangkaian Pembagi Tegangan


(Sumber : ardutech.com, 2019)
9

Aturan pembagi tegangan sangat sederhana, yaitu tegangan input dibagi


secara proporsional sesuai dengan nilai resistansi dua resistor yang dirangkai seri.
Berikut rumus perhitungan resistor sebagai pembagi tegangan :

𝑉𝑜𝑢𝑡 = 𝑅2
𝑉
(2.3)
𝑅1 + 𝑅2 𝑖𝑛

Semisal nilai Vin adalah 12,5 volt dan nilai R1 adalah 10K serta R2 adalah 1K,
maka bisa dihitung nilai Vout-nya :

𝑉 1𝐾 12,5
𝑜𝑢𝑡 = 𝑥 12,5𝑉 = = 1,136 𝑉𝑜𝑙𝑡
10𝐾 + 1𝐾 11

2.5 Sensor Arus INA219

Sensor INA219 adalah alternatif sensor untuk mengukur tegangan dan arus
DC. Modul sensor ini merupakan modul yang didukung dengan kemampuan ukur
yang mampu mengukur sumber beban yang sampai 26 volt DC dan arus 3,2 ampere.
Ini merupakan modul sensor yang berukuran kecil tapi keren dikarenakan tidak
hanya mengukur arus, tapi juga tegangan lewat komunikasi I2C dengan tingkat
presisi 1%. Dengan memanfaatkan perkalian hukum ohm, dapat juga menghitung
daya watt-nya juga. Besaran daya yang mampu diukur menggunakan modul ini
yaitu dapat mencapai lebih dari 75 watt daya. Modul ini secara original didesain
oleh Adafruit sehingga sudah tersedia library untuk koding pemrogramannya.
Berikut spesifikasi sensor INA219 (Faudin, 2017) :

a) Tegangan masukan dari 0 sampai 26 V


b) Dapat mengukur arus, tegangan dan daya
c) Memiliki 16 Alamat Programmable
d) High Accuracy
e) Memiliki Filtering Options
f) Kalibrasi Register
g) Package modul : SOT23-8 dan SOIC-8 Paket
h) Ukuran modul : 25. 5 x 22. 3mm
Untuk gambar sensor arus INA219 ditunjukkan pada gambar 2.4.
10

Gambar 2.4 Sensor Arus DC INA219


(Sumber : www.antratek.com, 2020)

INA219 merupakan modul sensor yang dapat me-monitoring tegangan dan


arus pada suatu rangkaian listrik DC. INA 219 didukung dengan interface I2C atau
SMBUS-COMPATIBLE dimana peralatan ini mampu me-monitoring tegangan
shunt dan suplai tegangan bus, dengan konversi program times dan filtering.
INA219 memiliki sebuah amplifier input maksimum adalah ±320mV ini berarti
dapat mengukur arus hingga ±3,2A. Dengan internal data 12 bit ADC, resolusi pada
kisaran 3.2A adalah 0,8 mA. Dengan gain internal yang ditetapkan pada minimum
div8, maks saat ini adalah ±400mA dan resolusi 0,1 mA. INA 219 mengidentifikasi
tegangan shunt pada bus 0 – 26 V (Monda dkk., 2017). Gambar skematik sensor
arus INA219 ditunjukkan pada gambar 2.5.

Gambar 2.5 Skematik Sensor INA219


(Sumber : Datasheet INA219 Texas Instruments, 2015)
11

Dalam Gambar 2.5 skematik INA219 memiliki pin I/O data, clock, analog

0, analog 1, Vin +, Vin -, ground, dan suplai tegangan. Berikut gambar 2.6 yang

menjelaskan konfigurasi pin I/O dari INA219.

Gambar 2.6 Konfigurasi Pin Sensor INA219


(Sumber : Datasheet INA219 Texas Instruments, 2015)

Pin IN + dan IN – merupakan pin positif dan negatif input dari tegangan
shunt dimana pin positif dihubungkan dengan hambatan shunt sedangkan yang
negatif dihubungkan dengan ground. Pin SCL dan SDA adalah pin serial bus clock
line dan serial bus data line, pin A0 dan A1 merupakan address dari pin analog
input (Monda dkk., 2017).

2.6 Sensor Intensitas Cahaya BH1750

Besaran fisis yang diukur pada penelitian ini tidak hanya tegangan dan arus,
tetapi juga intensitas cahaya diarea penelitian. Sensor yang digunakan adalah sensor
BH1750. Yang merupakan modul sensor untuk mendeteksi intensitas cahaya dalam
satuan lux sehingga tidak perlu perhitungan untuk mengkonversinya.

Modul BH1750 menggunakan komunikasi I2C dengan kemampuan


jangkauan dan resolusi mendeteksi cahaya 1—65535 lux. Jika dibandingkan
dengan sensor lain seperti fotodioda dan LDR (Light Dependent Resistor),
penggunaan sensor BH1750 lebih akurat dan lebih mudah digunakan untuk
mendapatkan data intensitas cahaya. Bagian-bagian terpenting dari sensor ini
meliputi fotodioda, amplifier, analog to digital converter (ADC), internal
oscillator, logic, dan I2C interface. Prinsip kerja sensor ini ialah ketika cahaya
12

datang fotodioda akan mendeteksi cahaya tersebut dimana pada fotodioda modul
ini memiliki respon seperti mata manusia. Kemudian besaran fisis (cahaya yang
datang) akan diubah menjadi besaran elektrik yang berupa listrik lalu dikuatkan
menggunakan amplifier. Setelah dikuatkan, sinyal analog tersebut dikonversi
menjadi sinyal digital dengan ADC dan data akan dikirimkan melalui I2C sesuai
dengan perintah program yang ada pada Arduino (Rohm, 2011). Gambar skematik
sensor BH1750 ditunjukkan pada gambar 2.7 dan gambar sensor BH1750
ditunjukkan pada gambar 2.8.

Gambar 2.7 Skematik Sensor BH1750


(Sumber : Datasheet BH1750 Rohm Semiconductor, 2011)

Gambar 2.8 Sensor BH1750


(Sumber : Senith Electronics, 2020)

2.7 Sensor Suhu dan Kelembaban DHT22

DHT22 merupakan sensor dengan kalibrasi yang menerapkan teknik


pengumpulan sinyal digital dan teknologi pengindraan kelembaban. Sensor ini
memiliki keandalan dan stabilitas sangat baik. Elemen pengindraan sensor ini
13

terhubung dengan 8 bit chip tunggal komputer. DHT22 memiliki fitur kalibrasi dan
koefisien yang sangat akurat. Koefisien kalibrasi ini disimpan pada program dalam
memori OTP program memori, sehingga ketika internal sensor mendeteksi sesuatu,
maka modul ini membaca sensor tersebut (Samsinar dkk., 2018).

Sensor DHT22 memiliki rentang pengukuran suhu dan kelembaban yang


luas, DHT22 mampu mentransmisikan sinyal keluaran melewati kabel hingga 20
meter sehingga sesuai untuk ditempatkan di mana saja, tapi jika kabel yang panjang
di atas 2 meter harus ditambahkan buffer capacitor 0,33µF antara pin VCC dengan
pin ground (Amrullah, 2017). Berikut spesifikasi dari sensor DHT22 ditunjukkan
pada gambar 2.9 :

Gambar 2.9 Datasheet Sensor DHT22


(Sumber : Datasheet Aosong Electronics)

Untuk gambar sensor DHT22 ditunjukkan pada gambar 2.10.

Gambar 2.10 Sensor DHT22 Seri AM2302


(Sumber : Senith Electronics, 2020)
14

2.8 LCD (Liquid Crystal Display) 20 × 4 dan I2C

LCD (Liquid Crystal Display) adalah perangkat yang berfungsi sebagai


media penampil dengan memanfaatkan kristal cair sebagai objek penampil utama.
LCD tentunya sudah sangat banyak digunakan untuk berbagai macam keperluan
seperti media elektronik televisi, kalkulator, atau layar komputer sekalipun. LCD
bisa memunculkan gambar atau tulisan dikarenakan terdapat banyak sekali titik
cahaya (piksel) yang terdiri dari satu buah kristal cair sebagai sebuah titik cahaya.
Walau disebut sebagai titik cahaya, namun kristal cair ini tidak memancarkan
cahaya sendiri. Sumber cahaya di dalam sebuah perangkat LCD adalah lampu neon
berwarna putih di bagian belakang susunan kristal cair tadi. Titik cahaya yang
jumlahnya puluhan ribu bahkan jutaan inilah yang membentuk tampilan citra.
Kutub kristal cair yang dilewati arus listrik akan berubah karena pengaruh polarisasi
medan magnetik yang timbul dan oleh karenanya akan hanya membiarkan beberapa
warna diteruskan sedangkan warna lainnya tersaring. LCD yang digunakan adalah
LCD berukuran 20x4 karakter dengan tambahan chip module I2C untuk
mempermudah programmer nantinya dalam mengakses LCD tersebut. Sebab
dengan digunakannya modul I2C akan lebih memperhemat penggunaan pin yang
akan digunakan (Riyadi, 2018).

2.8.1 Sistem dan Material LCD 20 × 4

LCD adalah lapisan dari campuran organik antara lapisan kaca bening
dengan elektroda transparan indium oksida dalam bentuk tampilan segmen- segmen
dan lapisan elektroda pada lapisan belakang LCD. Apabila elektroda LCD
diaktifkan dengan sumber tegangan, molekul-molekul organik yang terdapat di
dalam LCD akan menyesuaikan diri dengan elektroda dari segmen. Lapisan LCD
ini berlapis-lapis dan memilki polizer cahaya vertikal depan dan polizer cahaya
horizontal belakang yang diikuti dengan lapisan reflektor. Cahaya yang dipantulkan
tersebut tidak dapat melewati molekul yang telah menyesuaikan diri dan segmen
yang diaktifkan terlihat menjadi lebih gelap dan akan membentuk karakter yang
diinginkan (Arifin, 2015). Gambar LCD 20 × 4 ditunjukkan pada gambar 2.11.
15

Gambar 2.11 LCD (Liquid Crystal Display) 20 × 4


(Sumber : projectshopbd.com, 2020)

2.8.2 Memory LCD 20 × 4

Dalam modul LCD (Liquid Crystal Display) di dalamnya terdapat


mikrokontroler yang berfungsi sebagai pengendali tampilan karakter yang ada di
dalam LCD. Mikrokontroler pada display ini dilengkapi dengan memori dan
register. Memori yang digunakan mikrokontroler internal LCD adalah:

a. DDRAM (Display Data Random Access Memory) merupakan memori


tempat menyimpan dan memproses karakter yang akan ditampilkan.
b. CGRAM (Character Generator Random Access Memory) merupakan
memori untuk menggambarkan pola sebuah karakter yang dibentuk dapat
diubah-ubah sesuai keinginan.
c. CGROM (Character Generator Read Only Memory) merupakan memori
untuk menggambarkan pola sebuah karakter yang telah dirancang secara
permanen oleh pabrikan pembuat LCD, sehingga user hanya tinggal
mengambillnya saja sesuai alamat memorinya dan tidak dapat mengedit
karakter dasar yang terdapat dalam memori CGROM tersebut (Arifin,
2015).
2.8.3 Register pada LCD 20 × 4

Ada 2 jenis register yang digunakan pada LCD untuk melakukan tugas
kontrolnya sebagai pembentuk karakter diantaranya:
16

a. Register perintah yaitu register yang berisi perintah-perintah dari


mikrokontroler ke LCD pada saat proses penulisan data.
b. Register data yaitu register untuk menuliskan atau membaca data menuju

DDRAM tentunya dengan alamat yang telah diatur sebelumnya (Arifin,

2015).

2.8.4 Konfigurasi Pin LCD 20 × 4

Berikut adalah konfigurasi kaki-kaki LCD karakter 20x4 untuk


mengkoneksikannya ke board arduino ditunjukkan pada tabel 2.2 (Arifin, 2015) :
Tabel 2.2 Konfigurasi Pin LCD 20 × 4

2.8.5 I2C (Inter Integrated Circuit)

Inter Integrated Circuit atau yang lebih dikenal dengan sebutan I2C adalah
merupakan standar komunikasi serial dua arah dengan menggunakan dua buah
saluran yang didesain khusus untuk mengontrol IC tersebut. Secara garis besar
sistem I2C itu sendiri tersusun atas dua saluran utama yaitu, saluran SCL (Serial
Clock) dan SDA (Serial Data) yang membawa informasi data antara I2C dengan
sistem pengontrolnya (Arifin, 2015).

Perangkat yang dihubungkan dengan I2C ini dapat difungsikan sebagai


master atau slave. Master adalah perangkat yang memulai transfer pada data
17

dengan membentuk sinyal stop, dan membangkitkan sinyal clock. Sedangkan slave
adalah perangkat yang telah diberikan alamat oleh master. Berikut beberapa bagian
yang terdapat I2C LCD:

1. Transmitter : berfungsi untuk mengirimkan data ke bus


2. Receiver : berfungsi untuk menerima data dari bus
3. Master : bagian yang melakukan transfer, mengolah Clock dan
membatalkan transfer data.
4. Slave : bagian yang dikendalikan oleh master sebagai tempat yang dituju.
5. Arbitration : prosedur yang menentukan atau membatasi Multi Master dan
membuat hanya satu dari dua master yang mengatur bus sehingga tidak
terjadi corrupt pada data.
6. Synchronization : prosedur mencocokan antara sinyal Clock dan device
(Arifin, 2015).
Untuk gambar I2C pada LCD ditunjukkan pada gambar 2.12.

Gambar 2.12 LCD 20 × 4 dan I2C


(Sumber : ameridroid.com, 2020)

2.9 Panel Surya (Solar Cell)

Panel Surya adalah teknologi berdasarkan semikonduktor dalam kondisi


padat yang mengkonversi energi cahaya matahari secara langsung menjadi energi
listrik, tanpa ada bagian yang berputar, tidak menimbulkan kebisingan, dan tanpa
mengeluarkan gas buangan. Prinsip dasar pada proses konversi energi secara
langsung biasa dikenal dengan efek photovoltaic, maka dari itu nama lain sel surya
yaitu sel photovoltaic. Sel PV dibuat dari bahan silikon ditambah sedikit boron.
18

Cahaya dapat dipandang sebagai aliran partikel kecil energi yang disebut photon.
Apabila photon yang berasal dari cahaya dengan panjang gelombang tertentu yang
sesuia mengenai permukaan sel PV (yang pada umumnya dibuat dari bahan dasar
silikon) photon tersebut memindahkan energinya kepada beberapa elektron di
dalam bahan sehingga energi elektron tersebut meningkat. Secara normal elektron
tersebut membantu membuat bahan itu menyatu dengan membentuk ikatan valensi
dengan menyambung atom-atom dan tidak dapat bergerak. Akan tetapi, di dalam
status tereksitasi (excited state), elektron itu menjadi bebas untuk menjalarkan
(melakukan konduksi) arus listrik dengan bergerak di dalam bahan. Oleh karena
itu, pada permukaan bawah ada muatan listrik statik positif, sedangkan pada
permukaan atas yang menghadap ke matahari, bermuatan listrik statik negatif,
apabila sel surya tersebut terkena cahaya matahari (Djojodiharjo, 2012).

Dengan satu sisi menjadi negatif (n), dan sisi yang lain menjadi positif (p),
dan bila tiap sisi dihubungkan melalui sambungan di luar terbentuklah suatu
rangkaian listrik (electrical circuit) dan sel tersebut menghasilkan
(membangkitkan/generate) listrik. Ciri sel PV demikian ini disebut juga sambungan
p-n. Sel-sel surya itu selanjtnya disambungkan seperti halnya batu baterai pada
lampu senter yaitu positif ke negatif, dan dibangun untuk menghasilkan potensial
atau daya listrik yang diinginkan. Dalam praktek sel-sel surya itu dipasang pada
kerangka aluminium dengan penutup dari bahan kaca transparan, menjadi dan
diberi nama sebagai panel surya atau modul surya (Djojodiharjo, 2012). Gambar
panel surya ditunjukkan pada gambar 2.13.

Gambar 2.13 Panel Surya


(Sumber : suryautamaputra.co.id, 2016)
19

2.10 Solar Charge Controller

Solar Charge Controller adalah peralatan elektronik yang digunakan untuk


mengatur arus searah yang diisi ke baterai dan diambil dari baterai ke beban. Solar
charge controller mengatur over-charging (kelebihan pengisian - karena baterai
sudah 'penuh') dan kelebihan voltase dari panel surya / solar cell. Kelebihan voltase
dan pengisian akan mengurangi umur baterai. Solar charge controller menerapkan
teknologi Pulse Width Modulation (PWM) untuk mengatur fungsi pengisian baterai
dan pembebasan arus dari baterai ke beban. Panel surya / solar cell 12 Volt
umumnya memiliki tegangan output 16 - 21 Volt. Jadi tanpa solar charge
controller, baterai akan rusak oleh over-charging dan ketidakstabilan tegangan.
Bebebrapa fungsi detail dari solar charge controller adalah sebagai berikut :

1. Mengatur arus listrik untuk pengisian ke baterai, menghindari over-


charging, dan over-voltage.
2. Mengatur arus yang dibebaskan/diambil dari baterai agar tidak full
discharge.
3. Monitoring temperature baterai.
Solar charge controller yang baik biasanya mempunyai kemampuan
mendeteksi kapasitas baterai. Bila baterai sudah terisi penuh maka secara otomatis
pengisian arus dari panel surya/solar cell berhenti. Cara deteksi adalah melalui
monitor level tegangan baterai. Solar charge controller akan mengisi baterai
sampai level tegangan tertentu, kemudian apabila level tegangan drop, maka baterai
akan diisi kembali (panelsurya.com, 2020). Gambar Solar Charge Controller
ditunjukkan pada gambar 2.14.

Gambar 2.14 Solar Charge Controller


(Sumber : sinardayaenergy.com, 2019)
20

2.11 Baterai (Aki)

Akumulator atau Aki biasa disebut juga baterai merupakan komponen yang
memiliki fungsi untuk menyimpan energi listrik. Akumulator ini diberikan tenaga
listrik berasal dari dinamo arus searah. Di dalam akumulator tenaga (energi listrik)
ini mengerjakan proses-proses kimia, sehingga dapat dikatakan bahwa tenaga listrik
dari luar diubah menjadi tenaga kimia di dalam akumulator dan kemudian
tersimpan di dalamnya (Suryatmo, 2008).

Baterai pada sistem photovoltaic (PV) mempunyai peranan sangat penting


dan tidak dapat digantikan oleh sisitem yang lain. Teknologi terkini, telah
diciptakan baterai untuk menyimpan energi listrik yang dihasilkan oleh panel surya
agar dapat disalurkan lagi ke beban listrik pemakain. Secara relatif baterai adalah
piranti yang mahal dalam sistem photovoltaic. Umur baterai tergantung pada
jenisnya, bagaimana baterai tersebut diperlakukan, dan temperatur baterai.
Selanjutnya baterai sangat peka terhadap pengisian berlebih (overcharging) dan
pengosongan berlebih (too deep discharging) (Sukandarrumidi, 2013). Gambar aki
ditunjukkan pada gambar 2.15.

Gambar 2.15 Aki Kering


(Sumber : cdn.monotaro.id, 2020)

2.12 Power Supply

Power Supply atau dalam bahasa Indonesia disebut dengan Catu Daya
adalah suatu alat listrik yang dapat menyediakan energi listrik untuk perangkat
21

listrik ataupun elektronika lainnya. Pada dasarnya Power Supply atau Catu daya ini
memerlukan sumber energi listrik yang kemudian mengubahnya menjadi energi
listrik yang dibutuhkan oleh perangkat elektronika lainnya. Oleh karena itu, Power
Supply kadang-kadang disebut juga dengan istilah Electric Power Converter.

Pada alat ini power supply yang digunakan adalah tipe linier regulator,
dimana sumber rangkaian adalah 2 × baterai 18650 3,7 volt yang berarti jika
dijumlah tegangannya adalah 7,4 volt. Kemudian dari tegangan itu diturunkan
menggunakan rangkaian power supply yang terdiri dari kapasitor, resistor, LED
sebagai indikator, dan regulator LM7805. Kemudian dari 5 volt tersebut diturunkan
lagi menggunkan dioda zener 3.3 volt untuk sensor yang membutuhkan supply
dibawah 5 volt. Sedangkan untuk charging baterai sendiri menggunakan micro usb
5 volt seperti handphone pada umumnya dengan tambahan step up MT3608
kemudian menggunakan module charging baterai 2S 5A 7.4 volt khusus untuk
baterai 18650 dan ditambah indikator baterai 2S untuk indikator charging. Skema
power supply ditunjukkan pada gambar 2.16.

Gambar 2.16 Skema Power Supply Alat

2.13 Website Thinger.io

Thinger.io adalah platform opensource untuk IoT yang menyediakan


infrastruktur cloud yang scalable untuk menghubungkan perangkat IoT, sehingga
pengguna dapat mudah mengendalikannya dengan menggunakan konsol admin
22

atau mengintegrasikan project dengan menggunakan REST API yang


disediakannya. Platform ini mendukung semua jenis board seperti Arduino,
ESP8266, Raspberry Pi, dan Intel Edison. Fitur utama platform open source IoT
Thinger.io :

➢ Realtime dashboard
➢ Docker dan integrasi IFTT
➢ Cloud
➢ Instalasi server pada private cloud dan dapat menggunakan Open Source
library untuk menghubungkan perangkat (Asyari, 2018).
Gambar tampilan website thinger.io ditunjukkan pada gambar 2.17.

Gambar 2.17 Tampilan Website Thinger.io

Anda mungkin juga menyukai