Anda di halaman 1dari 4

Tugas Kelompok ke-2

Week 4/ Sesi 5

11 Perusahaan Migas dan Tambang Terkena Sanksi Pencemaran Lingkungan Beberapa


perusahaan telah menjalani sanksi.
Oleh Anggita Rezki Amelia 21 Januari 2019, 20:07

Artikel ini telah tayang di Katadata.co.id dengan judul "11 Perusahaan Migas dan Tambang
Terkena Sanksi Pencemaran Lingkungan", 
https://katadata.co.id/arnold/berita/5e9a55526efa2/11-perusahaan-migas-dan-tambang-terkena-
sanksi-pencemaran-lingkungan
Penulis: Anggita Rezki Amelia
Editor: Arnold Sirait

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) mencatat ada belasan perusahaan
minyak dan gas bumi (migas) dan tambang yang melakukan pencemaran lingkungan selama
2017-2018. Alhasil perusahaan tersebut terkena sanksi yang beragam. Direktur Jenderal
Penegakkan Hukum Kementerian LHK Rasio Ridho Sani mengatakan, di sektor migas ada lima
perusahaan yang terlibat kasus pencemaran. Pertama, PT Chevron Pasific Indonesia di Blok
Rokan wilayah operasi kabupaten Kampar yang mengacu hasil pengawasan 18 Januari 2018.
Meski sudah dikenai sanksi administrasi, Chevron belum melaksanakan kewajibannya.

BUSS6189 – Business Sustainability-R0


Kedua, PT Pertamina EP di Lapangan Sanga-Sanga Kalimantan Timur, Tanjung, Tarakan,
Bunyu, Cepu. Namun, hanya Sanga-sanga, Tarakan, Bunyu yang sudah memenuhi sanksi.
Sedangkan Tanjung, dan Cepu masih proses pemberian sanksi. Ketiga, Total E&P Indonesia/PT
Pertamina Hulu Mahakam di Lapangan CPA, Senipah, CPU, SPU dan NPU Kalimantan Timur.
KLHK telah melakukan pengawasan pada 24 Feruari 2017, dan saat ini perusahaan tersebut telah
dikenakan surat teguran tertulis.

Ketiga, Total E&P Indonesia/PT Pertamina Hulu Mahakam di Lapangan CPA, Senipah, CPU,
SPU dan NPU Kalimantan Timur. KLHK telah melakukan pengawasan pada 24 Feruari 2017,
dan saat ini perusahaan tersebut telah dikenakan surat teguran tertulis.

Keempat, ExxonMobil Indonesia di Jawa Timur, dalam hal ini KLHK telah melakukan
pengawasan pada 10 November 2018 lalu. Proses saat ini dalam tahap pemberian sanksi
administrasi. Kelima, PT Pertamina Hulu Energi NSB di Aceh dan West Madura Offshore. Di
kedua blok tersebut, Pertamina telah memenuhi kewajiban. "Kami melakukan pemberian sanksi
ke Pertamina, termasuk ExxonMobil," kata Rasio dalam rapat dengar pendapat di Komisi VII
DPR, Jakarta, Senin (21/1).

Kelima, PT Pertamina Hulu Energi NSB di Aceh dan West Madura Offshore. Di kedua blok
tersebut, Pertamina telah memenuhi kewajiban. "Kami melakukan pemberian sanksi ke
Pertamina, termasuk ExxonMobil," kata Rasio dalam rapat dengar pendapat di Komisi VII DPR,
Jakarta, Senin (21/1).

Menurut Rasio, selain lima perusahaan migas itu ada juga perusahaan migas lainnya yang juga
tercatat melakukan pelanggaran seperti CNOOC dan Medco E&P Natuna yang terkena sanksi
administrasi. "Kami akan lakukan pengawasan berdasarkan rekomendasi-rekomendasi yang
dikeluarkan komisi VII," kata dia.

Sementara itu, perusahaan tambang yang melanggar aturan lingkungan ada enam. Pertama, PT
PPCI di Kalimantan Timur. KLHK telah melakukan olah lokasi dan telah melakukan permintaan
keterangan kepada pelapor yakni PT Inhutani, Kontraktor PT Singlurus, Pejabat Pemerintah
Provinsi, serta pemanggilan dua kali direktur utama perusahaan tersebut. Sayangnya, yang hadir
hanya direktur PCCI. Jadi, KLHK akan memanggil ulang direktur utama, untuk menentukan
tindaklanjut penanganan kasus.
Kedua, PT Laman Mining di Kalimantan Barat, kini sudah masuk dalam tahap penyidikan
P-21. Ketiga, kasus penambangan ilegal timah di Bangka Belitung. Saat ini tersangka HS telah
divonis tiga tahun penjara dengan denda Rp 1,5 miliar dan perampasan barang bukti berupa
dua excavator.

Keempat, PT Indominco Mandiri di Kutai Kartanegara. Ini merupakan kasus ilegal dumping fly
ash dan buttom ash dari PLTU di lokasi Tambang PT Indominco Mandiri. Adapun kasus ini telah
dikenai pidana dengan denda Rp 2 miliar dan tindakan tertentu berupa pemulihan lingkungan.

BUSS6189 – Business Sustainability-R0


Kelima, PT Stanindo di Bangka, yakni kasus penambangan timah di laut dan sudah diputuskan
kasusnya dengan membayar denda Rp 1, 4 miliar. Keenam, PT Selatnasik Indokuarsa di Bangka
Belitung, yakni gugatan ganti kerugian lingkungan sebesar Rp 32 miliar, dan kasus ini sudah
inkrah dan telah dibayar.

Melihat daftar nama-nama perusahan Migas dan tambang yang melanggar merupakan
perusahaan besar dan ada beberapa yang berasal dari luar negeri.
1. Mengapa perusahaan-perusahaan tersebut melanggar di Indonesia? (bobot 25).
2. Apakah dengan sanksi administrasi dan denda miliaran Rupiah cukup membuat jera dan dapat
mengembalikan kondisi lingkungan yang sudah dirusak akibat perilaku
perusahaan-perusahaan tersebut? (bobot 35).
3. Pikirkan solusi yang dapat direkomendasikan kepada regulator agar kejadian serupa tidak
terulang lagi di masa mendatang? Anda bisa membandingkan dan mengadopsi bagaimana
cara negara lain di luar sana untuk menangani kejadian ini! (bobot 40).

*Semangat*

Jawaban

1. Perusahaan - perusahaan minyak dan gas bumi dan tambang beberapa melakukan
pelanggaran karena perusahaan - perusahaan tersebut melakukan pencemaran lingkungan
pada tahun 2017 - 2018. PT Chevron menjadi perusahaan dengan limbah paling banyak
sebanyak 27.275,6 ton. Kemudian Pertamina Hulu Sanga Sanga juga menghasilkan
limbah yang banyak dari sisa operasi dan sisa produksinya. Begitu juga dengan
perusahaan - perusahaan lainnya yang dikenakan sanksi karena pencemaran lingkungan
yang dilakukan. Juga di negara Indonesia, pelanggaran tersebut mengacu pada Pasal 1
angka 14 Undang - Undang No 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup yang berisikan “Masuk atau dimasukkannya makhluk hidup, zat,
energi dan/ atau komponen lain ke dalam lingkungan hidup oleh kegiatan manusia
sehingga melampaui baku mutu lingkungan hidup yang telah ditetapkan.

BUSS6189 – Business Sustainability-R0


2. Dengan adanya sanksi administrasi dan dengan dibuatnya denda hingga miliaran rupiah
cukup membuat jera perusahaan - perusahaan karena dengan adanya sanksi tersebut
sedikit banyaknya pasti membuat perusahaan merugi karena denda yang dikenakan bukan
hanya dalam jumlah kecil namun sangat besar yakni hingga milayaran rupiah sehingga
sanksi tersebut kami rasa dapat membuat jera dan dapat mengembalikan kondisi
lingkungan yang sudah dirusak akibat perilaku perusahaan-perusahaan tersebut secara
perlahan
3. Cara mengatasi hal tersebut perusahaan harus memiliki tanggung jawab social atau CSR
(Corporate Social Responsibility). CSR harus ditetapkan dengan prinsip berkelanjutan.
Prinsip ini adalah memenuhi kebutuhan sekarang tanpa harus mengorbankan kebutuhan
generasi masa depan. Selain itu perusahan pertambangan wajib melakukan reklamasi.
Tentunya pelaksanan reklamasi paska tambang sangat perlu di lakukan, karena hal inilah
yang paling berakibat fatal jikalau tidak di perhatikan dan tidak di laksanakan reklamasi.
serta setiap perusahan pertambangan perlu melakukan pengawasan yang intensif.
Perusahaan pertambangan harus terus melakukan penelitian terhadap endapan dari
pembuangan limbah penambangan apakah aman dilepas ke alam. Sebelum limbah hasil
penambangan dibuang, perusahan harus mengolah terlebih dahulu limbah tersebut agar
nantinya tidak mencemari lingkungan sekitar tambang.

Reference :

https://economy.okezone.com/read/2019/01/21/320/2007404/chevron-jadi-perusahaan-mi
gas-dengan-limbah-terbanyak diakses pada tanggal 25 September 2022.

https://citarumharum.jabarprov.go.id/mengenal-sanksi-bagi-pelaku-pecemaran-lingkunga
n/ diakses pada tanggal 25 September 2022.
https://www.kompasiana.com/riskamkader0046/5db41700097f36132b0b1552/solusi-terb
aik-dalam-menyikapi-kerusakan-lingkungan-akibat-tambang?page=all#section1 diakses
pada tanggal 25 September 2022.

BUSS6189 – Business Sustainability-R0

Anda mungkin juga menyukai