Anda di halaman 1dari 10

TUGAS

“Penerapan Menejemen Risiko Perusahaan”


Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah :
Manajemen Risiko
Dosen Pembimbing :
Sanaji,S.E.,M.Si.

Disusun Oleh :

Tienia Wijaya 15080574009


Kharisma Nur Masitha 15080574117
Lintang Pangestu 15080574120

S1 MANAJEMEN
JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
2018
TUGAS MANAJEMEN RISIKO HAL 30
KELOMPOK:
TIENIA WIJAYA (15080574009)
KHARISMA NUR MASITHA (15080574117)
LINTANG PANGESTU (15080574120)

1. Beri contoh di Indonesia bagaimana perusahaan gagal mengelola risiko sehingga


mengakibatkan kerugian yang signifikan!

Manajemen Resiko
Resiko Semburan Lumpur PT. Lapindo Brantas Inc.

Contoh kasus Manajemen Resiko pada Perusahaan yaitu :


Kerusakan lingkungan harus menjadi salah satu perhatian penting dari perusahaan.
Dalam menjalankan aktivitas produksinya tidak menutup kemungkinan perusahaan akan
memberikan dampak sampingan yang mengandung potensi masalah terhadap lingkungan,
yang akan merusak lingkungan dan merugikan masyarakat sekitarnya. Kerusakan
lingkungan yang disebabkan oleh perusahaan pada gilirannya akan berbalik
kepada perusahaan itu sendiri berupa adanya tuntutan dari berbagai pihak seperti;
masyarakat sekitar, pemerintah atau organisasi aktivis lingkungan. Lebih dari itu isu
lingkungan dewasa ini telah menjadi perhatian berbagai pihak baik di dalam negeri
(nasional) maupun dunia (internasional).
Perusahaan yang tidak ramah terhadap lingkungan, bisa saja izin usahanya akan dicabut
oleh pemerintah, pengajuan kreditnya tidak bisa direalisasikan oleh bank, atau
produknya ditolak oleh pasar/khususnya pasar ekspor ke negara-negara tertentu
seperti Amerika dan negara-negara Eropa. Jadi kerusakan lingkungan oleh
perusahaan pada gilirannya dapat menimbulkan risiko yang sangat besar bagi perusahaan
itu sendiri.
Bencana ekologis nasional lumpur panas yang terjadi di Kabupaten Sidoarjo Propinsi
Jawa Timur dimulai pada tanggal 28 Mei 2006, saat gas beracun dan lumpur panas
menyembur di dekat sumur pengeboran Banjar Panji-1 milik PT Lapindo Brantas, Inc.
yang hingga penelitian ini dilaksanakan masih belum dapat dihentikan.
Kegiatan eksplorasi minyak dan gas sebagaimana dilakukan oleh PT Lapindo
Brantas, Inc. merupakan kegiatan survey seismic dan eksplorasi. Kegiatan tersebut
merupakan rangkaian kegiatan yang dilakukan karena sifat cadangan minyak dan gas
bumi yang berada di perut bumi tidak dapat ditentukan lokasinya secara pasti. Karena
besarnya volume semburan menyebabkan air Lumpur tersebut dialirkan ke badan air
Sungai Porong dan Sungai Aloo demi menjamin keselamatan jiwa masyarakat dan
infrastruktur di sekitar lokasi semburan dan ini juga berdampak pada kerusakan
ekosistem di sungai tersebut.
Akibat dari masalah ini semua pihak sangat dirugikan terutama masyarakat
yang terkena dampak dari lumpur serta polusi udara yang dihasilkan dari lumpur
tersebut. Bukan hanya masyarakat, PT. Lapindo Brantas juga mengalami banyak
kerugian sehingga berdampak pada semua investor serta karyawan PT. Lapindo
Brantas, Inc.
(http://karyatulis-erdyan.blogspot.com/2011/11/karya-tulis-manajemen-resiko-studi.html)

Dari kasus diatas kami melihat ada beberapa resiko yang terjadi dan atau akan
terjadi dari aktifitas semburan lumpur PT Lapindo Brantas Inc tersebut ;
1. Kerusakan lingkungan (polusi), semburan lumpur yang keluar dari pengeboran
PT Lapindo Brantas Inc. akan merusak ekosistem sekitar, baik itu tumbuhan
maupun ekosistem lainnya . Dikarenakan luapan lumpur yang bervolume terlalu
besar sehingga direncanakan akan dibuang atau dialirkan ke laut melewati sungai
porong dan sungai aloo, dalam hal ini akan mencemari ekosistem sekitar baik itu
didaratan maupun laut yang akan tercemari oleh logam kadmium ( Cd ) dan timbal (
Pb ) lumpur tersebut dan juga sangat berbahaya bagi manusia apabila kadarnya jauh
diambang batas sesuai hasil penelitian oleh pihak Wahana Lingkungan Hidup /
WALHI. Selain itu, lumpur yang akan dialirkan keperairan sungai porong dan sungai
aloo akan merusak dan berbahaya terhadap biota air terutama jenis Crustaceae
karena kandungan senyawa phenol “menurut Niniek Herawati dalam tesisnya
tentang analisis risiko lingkungan aliran air lumpur lapindo ke badan air (studi kasus
sungai porong dan sungai aloo – kabupaten Sidoarjo)“
(http://id.wikipedia.org/wiki/Banjir_lumpur_panas_Sidoarjo)

2. Resiko Hukum , dalam kasus ini PT Lapindo Brantas Inc. akan dikenakan
hukuman atas pelanggaran yang telah dilakukan perusahaan tersebut karena telah
mengeluarkan polusi melebihi batas yang diizinkan dengan hukuman denda
sampai pada hukuman yang paling berat (penjara)

3. Reputasi, kesalahan yang dilakukan oleh PT Lapindo Brantas Inc. beserta


perusahan kontraktornya yaitu PT Medici Citra Nusantara ini akan berdampak
buruk bagi kredibilitas perusahan yang dimiliki oleh Aburizal Bakrie tersebut. Tak
hanya PT Lapindo Brantas Inc. saja yang akan memiliki kredibilitas buruk atas
keselahan ini, namun elektabilitas Aburizal Bakrie yang akan mencalonkan diri
sebagai capres juga akan terganggu. “ Ketua Dewan Pertimbangan Partai Golkar
Akbar Tanjung menyadari elektabilitas Aburizal Bakrie sebagai capres tak kunjung
menaik. Akbar menyebut salah satu faktornya karena kasus Lapindo yang belum
selesai “. Selain itu para investor tidak lagi bekerjasama dengan PT Lapindo
Brantas, investor akan lebi tertarik untuk meminjamkan/menginvestasikan dananya
kepada perusahaan yang bertanggung jawab terhadap masalah polusi seperti ini.
(http://news.detik.com/read/2013/09/17/123647/2360937/10/akbar-sebut-
elektabilitas-ical-terganjal-kasus-lapindo)

4. Resiko Pembebanan APBN RI, Pembahasan RUU APBN Perubahan 2013


akhirnya menyepakati satu poin pembahasan tentang alokasi anggaran untuk
penanggulangan lumpur Lapindo. Fraksi-fraksi di DPR menyepakati alokasi
anggaran sebesar Rp 155 miliar. Tak sepantasnya kesalahan PT Lapindo Brantas
Inc. ini mendapatkan alokasi dana APBN, dan seharusnya beban bencana lumpur ini
diserahkan ke perusahan yang dimiliki keluarga Aburizal Bakrie. Begitu besarnya
anggaran yang telah dikeluarkan untuk bencana lumpur lapindo ini sangat
merugikan negara ini hingga Rp. 6,3 Trilliun dari tahun 2007 hingga 2013 sebagai
rincian APBN 2006 sebesar Rp. 6,3 Miliar, APBN 2007 sebesar Rp. 144,4 Miliar,
APBN 2008 sebesar Rp. 513,1 Miliar, APBN 2009 sebesar Rp. 705,8 Miliar, APBN
2010 sebesar Rp. 636,8 Miliar, APBN 2011 sebesar Rp. 1,262 Triliun, APBN 2012
sebesar Rp. 1,304 Triliun, APBN sebesar 2013 Rp. 1,488 Triliun.
(http://www.merdeka.com/peristiwa/bebani-apbn-tiap-tahun-lumpur-lapindo-
seperti-parasit.html)

5. Resiko Keuangan, atas kejadian ini bukan hanya negara yang dirugikan oleh PT.
Lapindo Brantas melainkan warga sekitar lumpur juga mengalami kerugian atas
begitu besarnya lumpur yang keluar dari sumur pengeboran Banjar Panji-1 ini ke
pemukiman mereka dan persawahan mereka pun tak luput oleh luapan lumpur
tersebut. Para karyawan juga merasa dirugikan, karena mereka harus diberhentikan
oleh perusahaan tersebut walaupun mereka juga menerima gaji dan pesangon dari
pihak perusahaan. PT. Lapindo Brantas Inc. sudah pasti terkena dampak resiko
keuangan atas kejadian ini karena harus membayar ganti rugi terhadap warga sekitar
yang terkena dampak ini dan juga untuk membayar gaji dan pesangon para
pekerjanya yang akan diberhentikan.

6. Resiko Terhadap Izin Usaha, akibat dari permasalahan ini legalitas serta perizinan
usaha PT Lapindo Brantas terancam akan dicabut oleh pemerintah karena
perusahaan tersebut dianggap bermasalah dan merugikan banyak pihak.

Dari resiko-resiko yang terjadi diatas kami mengambil beberapa kesimpulan dan
cara untuk mengantisipasi atau meminimalkan resiko kejadian tersebut dikemudian
hari;

 AMDAL ( Analisis Mengenai Dampak Lingkungan ), sebagai salah satu


perusahaan yang mengeksplorasi lingkungan, PT Lapindo Brantas dianjurkan untuk
melakukan kegiatas tersebut sebelum kegiatan usaha tersebut dimulai untuk
mengantisipasi resiko terhadapat lingkungan yang akan dan atau telah dieksplorasi
sehingga tidak menggannggu ekosistem dan lingkungan yang ada disekitar
perusahaan .

 Teknologi, gunakanlah teknologi yang sesuai dengan usaha yang akan dimulai
untuk dapat memudahkan resiko-resiko yang akan terjadi dikemudian hari. Buatlah
pula keputusan dengan beberapa para ahli dalam mengatasi resiko yang telah
terjadi.
 Lokasi yang Strategis, penentuan lokasi usaha sangat mempengaruhi pada dampak
resiko usaha yang terjadi. Usahakan lokasi usaha jauh dari lingkungan masyarakat
agar dapat mengantisipasi limbah yang ada dan tidak mengganggu masyarakat
sekitar.

 Audit Lingkungan, suatu sistem Manajemen Lingkungan merupakan metode untuk


menuntun suatu organisasi untuk mencapai dan mempertahankan kinerja sesuai
dengan tujuan yang telah ditetapkan dan sebagai tanggapan terhadap peraturan yang
secara konstan berubah, sosial, keuangan, ekonomi dan tekanan kompetitif, dan
resiko lingkungan. Apabila beroperasi secara efektif, suatu sistem manajaemen
lingkungan korporat memberikan manajemen dan dewan direksi pengetahuan, yaitu:
1. Perusahaan menaati hukum dan peraturan lingkungan.
2. Kebijakan dan prosedur secara jelas didefinisikan dan diumumkan ke seluruh
organisasi.
3. Resiko korporat yang berasal dari resiko lingkungan dinyatakan dan berada
dibawah pengendalian.
4. Perusahaan mempunyai sumberdaya dan staff yang tepat untuk pekerjaan
lingkungan, menggunakan sumber daya tersebut, dan dapat mengendalikan
masa depan sumber daya tersebut.

Selain itu, berikut Manfaat Audit Manajemen Lingkungan:


1. Mengklarifikasi masalah yang mungkin sebaiknya diinterprestasikan secara
berkala pada fasilitas yang berbeda.
2. Mengembangkan suatu pendekatan yang lebih seragam untuk mengelola
aktivitas melalui pembagian informasi atau belajar dari fasilitas yang lain.
3. Ada kepastian bahwa identifikasi dan pendokumentasian status ketaatan dari
fasilitas individual.
4. Ada kepastian bahwa sistem pengendalian berjalan dan beroperasi dengan
tanggung jawab dan etis terpenuhi.
7. Misalkan Anda diminta menrancang struktur organisasi manajemen risiko suatu
perusahaan manufaktur. Jelaskan rancangan struktur organisasi Anda, lengkap
dengan deskripsi wewenang dan kewajibannya!

 Merancang Struktur Organisasi Manajemen Risiko Perusahaan Wijaya


Kharisma (Perusahaan Manufaktur dengan Produk Semen)

Risk Sponsor

Risk Risk Control / Corporate Risk


Coordinator Audit Manager

Risk Officier Risk


Manager

Risk Owner

 Peran, Tugas dan Tanggung Jawab Departemen Manajemen Risiko PT Wijaya


Kharisma Tbk
Peran, tugas dan tanggung jawab penerapan manajemen risiko sebagaimana tercermin
dalam bagan di atas adalah :
a. Risk Sponsor / Chief Risk Officer :
 Menetapkan kebijakan manjemen risiko
 Merumuskan, memelihara, dan meninjau penerapan manajemen risiko secara
periodik
 Memberikan arahan strategik secara efektif
 Melakuakan management review terhadap penerapan manajemen risiko di
perusahaan
 Memastikan bahwa penerapan manajemen risiko berjalan efektif
 Mengkomunikasikan dan melaporkan proses penerapan manajemen risiko
kepada Dewan Komisaris
b. Corporate Risk Manager
 Mengkoordinasikan penetapan konteks risiko
 Meningkatkan kesadaran akan manfaat penerapan manajemen risiko
 Memfasilitasi kegiatan-kegiatan penerapan manajemen risiko
 Mengintegrasikan pengelolaan risiko korporat dan risiko operasional yang
berdampak signifikan bagi Perusahaan dengan risk owner
 Memverifikasi proses dan hasil penyusunan Key Risk Indicator dan Key
Control Indicator
 Melakukan evaluasi penerapan Risk Maturity Level (RML) bersama Internal
Audit (Risk Control / Audit)
 Melaporkan dan mengkomunikasikan secara periodik penerapan manajemen
risiko kepada Direksi
 Memberikan saran kepada Direksi dan Kepala Departemen yang
melaksanakan manajemen risiko yang menjadi tanggung jawabnya
 Memelihara dan memastikan manajemen risiko diterapakan secara konsisten
dan efektif

c. Risk Control (Internal Audit/ SPI/SKAI)


 Melakukan evaluasi penerapan Risk Maturity Level (RML) bersama
Corporate Risk Manager
 Memvalidasi proses dan hasil penyusunan Key Risk Indicator dan Key Control
Indicator
 Melakukan pemantauan pengendalian internal (internal control) dan rencana
penanganan risiko pada level unit kerja hngga korporasi
 Melakukan audit berbasis risiko dalam perencanaan dan pelaksanaan audit
 Melakukan Control Risk Self Assesment (CRSA) dan mengevaluasi penerapan
pengendalian internal

d. Risk Manager (Unit Manajemen Risiko)


 Memfasilitasi kegiatan- kegiatan penerapan manajemen risiko di unit kerja
 Melakukan monitoring atas penerapan proses manajemen risiko di unit kerja
 Sebagai counterpart dalam penerapan manajemen risiko
 Memfasilitasi proses dan hasil penyusunan Key Risk Indicator dan Key
Control Indicator
 Mensosialisasikan penerapan manajemen risiko secara efektif
 Memfasilitasi pengembangan kompetensi Risk Officer, penanggung jawab
langsung penerapan manajemen risiko dan Tim yang menangani manajamen
risiko
 Meninjau dan mengusulkan penyempurnaan kerangka kerja dan proses
manajemen risiko perusahaan

e. Risk Coordinator (Ka Departemen)


 Mengkoordinir dan bertanggung jawab terhadap penerapan manajemen risiko
secara konsisten dan efektif di Departemen dan unit-unit kerja di bawahnya
 Memverifikasi proses dan hasil penyusunan Key Risk Indicator dan Key
Control Indicator yang ada di departemen dan unit kerja jajarannya
 Menetapkan konteks risiko Departemen dan unit kerja jajarannya
 Mengkomunikasikan penerapan Manajemen Risiko kepada Corporate Risk
Manager
 Melakukan pemantauan (monitoring) dan tinjauan (review) atas proses
manajemen risiko di Departemen dan unit kerja jajarannya
 Memberikan saran dan usulan atas penanganan risiko yang lebih efektif.

f. Risk Officer (Kepala Biro)


 Mengkoordinir dan bertanggungjawab atas penerapan manajemen risiko
secara efektif terhadap pencapaian sasaran dan tujuan Perusahaan di jajaran
unit kerjanya
 Melakukan risk assesment yang meliputi identifikasi risiko, analisis risiko dan
evaluasi risiko
 Melakukan identifikasi Key Risk Indikator dan Key Control Indicator
 Melakukan penanganan terhadap risiko yang menjadi tanggung jawab di
jajaran unit kerjanya
 Melakukan pemantauan (monitoring) dan tinjauan atas penerapan manajemen
risiko serta melakukan analisis potensi terjadinya risiko baru
 Mengkomunikasikan penerapan manajemen risiko kepada Kepala Departemen
 Mendokumentasikan dan menjaga data pengelolaan risiko

g. Risk Owner (Unit Kerja)


 Menerapkan manajemen risiko secara efektif terhadap pencapaian sasaran dan
tujuan Perusahaan di unit kerjanya
 Melakukan risk assessment yang meliputi identifikasi risiko, analisis risiko,
dan evaluasi risiko
 Melakukan penanganan terhadap risiko yang menjadi tanggung jawab unit
kerjanya
 Melakukan pemantauan (monitoring) dan tinjauan atas penerapan manajemen
risiko serta melakukan analisis potensi terjadinya risiko baru
 Mengkomunikasikan hasil penerapan manajemen risiko kepada Risk Officer
 Mendokumentasikan dan mengelola informasi manajemen risiko

Anda mungkin juga menyukai