Anda di halaman 1dari 9

Mata Kuliah Manajemen Operasi

Disusun Oleh :

Antonius Ivan Christian / 12010120140361

S-1 Manajemen

Fakultas Ekonomika dan Bisnis

Universitas Diponegoro
PT.Perusahaan Gas Negara Tbk

PT Perusahaan Gas Negara Tbk. (disingkat PGN, IDX: PGAS) adalah sebuah perusahaan yang
bergerak di bidang transmisi dan distribusi gas bumi. Semula pengusahaan gas di Indonesia
adalah perusahaan gas swasta Belanda yang bernama I.J.N. Eindhoven & Co berdiri pada tahun
1859 dengan memperkenalkan penggunaan gas kota di Indonesia yang terbuat dari batu bara.

Proses peralihan kekuasaan kembali terjadi di akhir Perang Dunia II pada Agustus 1945, saat
Jepang menyerah kepada sekutu. Kesempatan ini dimanfaatkan oleh para pemuda dan buruh
listrik melalui delegasi Buruh/Pegawai Listrik dan Gas yang bersama-sama dengan Pimpinan
KNI Pusat berinisiatif menghadap Soekarno untuk menyerahkan perusahaan-perusahaan tersebut
kepada Pemerintah Indonesia.

Pada 27 Oktober 1945, Soekarno membentuk Jawatan Listrik dan Gas dibawah Departemen
Pekerjaan Umum dan Tenaga dengan kapasitas pembangkit tenaga listrik sebesar 157,5 MW.
Pada tahun 1958 I.J.N. Eindhoven & Co dinasionalisasi dan diubah menjadi PN Gas.

Pada tanggal 1 Januari 1961, Jawatan Listrik dan Gas diubah menjadi BPU-PLN (Badan
Pimpinan Umum Perusahaan Listrik Negara) yang bergerak di bidang listrik, gas dan kokas yang
dibubarkan pada tanggal 1 Januari 1965. Pada saat yang sama, dua perusahaan negara yaitu PLN
sebagai pengelola tenaga listrik milik negara dan PGN sebagai pengelola gas diresmikan.

Selanjutnya pada tanggal 13 Mei 1965 berubah menjadi Perusahaan Gas Negara. Tanggal inilah
yang kemudian diperingati sebagai hari jadi PGN pada tiap tahunnya.

Perusahaan ini yang semula mengalirkan gas buatan dari batu bara dan minyak dengan teknik
Catalytic Reforming yang tidak ekonomis mulai menggantinya dengan mengalirkan gas alam
pada tahun 1974 di kota Cirebon. Konsumennya adalah sektor rumah tangga, komersial dan
industri. Penyaluran gas alam untuk pertama kali dilakukan di Cirebon tahun 1974, kemudian
disusul berturut-turut di wilayah Jakarta tahun 1979, Bogor tahun 1980, Medan tahun 1985,
Surabaya pada 14 Februari 1994, dan Palembang tahun 1996.

Berdasarkan kinerjanya yang terus mengalami peningkatan, maka pada tahun 1984 statusnya
berubah menjadi Perusahaan Umum Gas Negara dan kemudian pada tahun 1994 statusnya
ditingkatkan lagi menjadi PT Perusahaan Gas Negara (Persero) dengan penambahan ruang
lingkup usaha yang lebih luas yaitu selain di bidang distribusi gas bumi juga di bidang yang lebih
ke sektor hulu yaitu di bidang transmisi, dimana PGN berfungsi sebagai transporter.

PGN kemudian memasuki babak baru menjadi perusahaan terbuka ditandai dengan tercatatnya
saham PGN pada tanggal 15 Desember 2003 di Bursa Efek Indonesia dan namanya resmi
menjadi PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk.

Pada 2018, dalam rangka membentuk holding BUMN Migas, PGN menjadi anak perusahaan
Pertamina dan nama resminya berganti menjadi PT Perusahaan Gas Negara Tbk[1] dan pada
tanggal 15 Mei 2020, Menteri BUMN menunjuk Suko Hartono menjadi Direktur Utama
menggantikan Gigih Prakoso Soewarto yang menjabat sejak 10 September 2018.

 Bisnis PGN

Sampai akhir tahun 2019, bisnis PGN dapat dikelompokkan menjadi tiga kategori utama.
Pertama yaitu distribusi dan niaga gas bumi, kedua transmisi gas bumi, dan terakhir lifting
minyak dan gas bumi (upstream). Kegiatan usaha distribusi dan transmisi gas bumi adalah
penyumbang terbesar bagi pendapatan perusahaan sedangkan lifting minyak gas bumi hanya
menyumbang 10,3 juta barel oil ekuivalen (MMBOE)(AR PGN 2019, hal 23).

Untuk mengawasi kegiatan operasional transmisi dan distribusi, PGN membagi bisnisnya
menjadi empat fokus masing-masing:
 Regional Distribution I, mencakup area Sumatra Selatan, Lampung hingga Jawa Barat
(termasuk Jakarta)
 Regional Distribution II, mencakup area Jawa Timur, area Semarang, area Tarakan dan
area Sorong.
 Regional Distribution III, mencakup Sumatra Utara, Riau (Pekanbaru dan Dumai) dan
Kepulauan Riau (Batam)
 Regional Transmission, mencakup jaringan transmisi gas bumi di Sumatra Selatan,
Lampung dan Jawa Bagian Barat
 PGN juga memiliki bisnis di sektor gas alam cair (LNG), dimana perseroan memiliki satu
unit penyimpanan dan regasifikasi LNG terapung bernama FSRU Lampung. FSRU
Lampung selesai dibangun pada tahun 2014 oleh perusahaan asal Norwegia, Hoegh
LNG, dimana PGN menyewa FSRU Lampung kepada Hoegh LNG selama 20 tahun
sejak dioperasikan dengan biaya sewa kurang lebih 200 ribu US dolar per hari(sumber).
FSRU Lampung memiliki kapasitas penyimpanan LNG sebanyak 170.000 M3 dengan
kemampuan regasifikasi 240 juta kaki kubik gas per hari (MMSCFD).

Akan tetapi, sampai pada akhir tahun 2014, FSRU Lampung hanya menyalurkan 2 kargo LNG
dan 1 kargo pada tahun 2015. Rendahnya utilisasi FSRU Lampung dikarenakan PLN sebagai
pelanggan utama tidak mencapai kesepakatan dengan PGN dalam penentuan harga sewa FSRU
Lampung pada kontrak lanjutan. Sampai tahun 2019, PLN hanya menggunakan FSRU Lampung
jika permintaan gas untuk pembangkit mengalami kenaikan tajam dan tidak bisa diladeni oleh
infrastruktur yang ada. Dalam rapat dengar pendapat pada tanggal 14 Maret 2018 dengan Komisi
VII DPR RI, Deputi Bidang Usaha Tambang, Industri Strategis dan Media Kementerian BUMN
Fajar Harry Sampurno mengatakan persoalan FSRU Lampung menyebabkan laba PGN turun
tajam menjadi 143,1 juta dolar AS pada tahun 2017, jika dibandingkan dengan laba tahun 2012
yang mencapai 838 juta dolar AS(sumber).

 Distribus Gas Bumi


PGN mengoperasikan jalur pipa distribusi gas sepanjang lebih dari 3.750 km, menyuplai gas
bumi ke pembangkit listrik, industri, usaha komersial termasuk restoran, hotel dan rumah
sakit, serta rumah tangga di wilayah-wilayah yang paling padat penduduknya di Indonesia.
PGN mendapatkan keuntungan dari penjualan gas kepada konsumen.

 Kantor Area PGN di Indonesia


 Kantor Sales Area Jakarta
 Kantor Sales Area Bogor
 Kantor Sales Area Bekasi
 Kantor Sales Area Karawang
 Kantor Sales Area Tangerang
 Kantor Sales Area Cilegon
 Kantor Sales Area Cirebon
 Kantor Sales Area Lampung
 Kantor Sales Area Palembang
 Kantor Sales Area Pekanbaru
 Kantor Sales Area Medan
 Kantor Sales Area Batam
 Kantor Sales Area Surabaya
 Kantor Sales Area Sidoarjo
 Kantor Sales Area Pasuruan
 Kantor Sales Area Semarang
 Kantor Sales Area Tarakan
 Transmisi Gas Bumi

Jalur pipa transmisi gas bumi PGN terdiri dari jaringan pipa bertekanan tinggi sepanjang
sekitar 2.160 km yang mengirimkan gas bumi dari sumber gas bumi ke stasiun penerima
pembeli. PGN menerima Toll Fee untuk pengiriman gas sesuai dengan Perjanjian
Transportasi Gas (GTA: Gas Transportation Agreement) yang berlaku selama 10-20 tahun.
 Anak Perusahaan

Selain itu, PGN memiliki anak perusahaan dan afiliasi sebagai berikut:

 PT Transportasi Gas Indonesia (Transmisi Gas Bumi)


 PT PGAS Telekomunikasi Nusantara (Telekomunikasi Fiber Optic)
 PT PGN Solution (Konstruksi, Engineering, Operation & Maintenance)
 PT Nusantara Regas (Terminal Penyimpanan dan Regasifikasi Terapung)
 PT Saka Energi Indonesia (Kegiatan di Bidang Hulu Migas)
 PT Gagas Energi Indonesia (Kegiatan di Bidang Hilir Gas Bumi)
 PT Banten Gas Synergi (jasa, transportasi, perdagangan dan pertambangan)
 PT PGN LNG Indonesia (Bisnis LNG dan Terminal Penyimpanan dan Regasifikasi
Terapung)
 PT Telemedia Dinamika Sarana[2] (penyedia solusi teknologi berbasis internet)
 PT Permata Karya Jasa[3] (penyedia jasa penunjang migas)
 PT Widar Mandripa Nusantara[4] (jasa penunjang Kelistrikan, bidang pembangkit tenaga
Listrik)
 PT Solusi Energy Nusantara[5] (layanan jasa engineering di industri oil dan gas)
 PT Kalimantan Jawa Gas (jasa pengangkutan gas bumi)
 PT Permata Graha Nusantara[6] (perdagangan, konstruksi dan jasa)
 PT Pertamina Gas (dilebur dari PT Pertamina menjadi anak usaha PT PGN)

 Saham PGN

Seiring dengan gencarnya privatisasi BUMN di Indonesia, maka pemerintah melakukan


penjualan saham perdana PGN pada tanggal 5 Desember 2003. PGN memperoleh pernyataan
efektif dari Bapepam-LK untuk melakukan Penawaran Umum Perdana Saham (IPO) kepada
masyarakat sebanyak 1.296.296.000 dengan nilai nominal Rp. 500,- per saham dengan harga
penawaran Rp. 1.500,- per saham. Saham-saham tersebut dicatatkan pada Bursa Efek
Indonesia (BEI) pada tanggal 15 Desember 2003.

Pada pertengahan Januari 2007, informasi keterlambatan komersialisasi gas via pipa
transmisi SSWJ dari manajemen PGN menjadi penyebab utama anjloknya harga saham
BUMN itu hingga sebesar 23% dalam satu hari. Sentimen negatif di pasar modal itu
berkaitan dengan kecurigaan bahwa PGN dan pemerintah menutup-nutupi keterlambatan
proyek tersebut yang harusnya sudah operasi pada Desember 2006, tetapi tertunda hingga
Januari 2007 dan tertunda lagi hingga Maret.[7] Akibatnya PGN dikenakan denda oleh
Pertamina sebesar US$ 15.000 per hari sejak 1 November 2006.[8]

Pada tahun 2011, komposisi saham pemerintah mencapai 57% dan sisanya publik sebanyak
43%.

 Awal Perusahaan PT.Perusahaan Gas Negara Tbk bisa dikenal.


Semula pengusahaan gas di Indonesia adalah perusahaan gas swasta Belanda yang
bernama I.J.N. Eindhoven & Co berdiri pada tahun 1859 yang memperkenalkan
penggunaan gas kota di Indonesia yang terbuat dari batu bara.

Proses peralihan kekuasaan kembali terjadi di akhir Perang Dunia II pada Agustus 1945,
saat Jepang menyerah kepada Sekutu. Kesempatan ini dimanfaatkan oleh para pemuda
dan buruh listrik melalui delegasi Buruh/Pegawai Listrik dan Gas yang bersama-sama
dengan Pimpinan KNI Pusat berinisiatif menghadap Presiden Soekarno untuk
menyerahkan perusahaan-perusahaan tersebut kepada Pemerintah Republik Indonesia.

A. Pada 27 Oktober 1945, Presiden Soekarno membentuk Jawatan Listrik dan Gas di
bawah Departemen Pekerjaan Umum dan Tenaga dengan kapasitas pembangkit
tenaga listrik sebesar 157,5 MW.
B. Pada tahun 1958 perusahaan tersebut dinasionalisasi dan diubah menjadi PN Gas.
C. Pada tanggal 1 Januari 1961, Jawatan Listrik dan Gas diubah menjadi BPU-PLN
(Badan Pimpinan Umum Perusahaan Listrik Negara) yang bergerak di bidang
listrik, gas dan kokas yang dibubarkan pada tanggal 1 Januari 1965. Pada saat
yang sama, 2 (dua) perusahaan negara yaitu Perusahaan Listrik Negara (PLN)
sebagai pengelola tenaga listrik milik negara dan Perusahaan Gas Negara (PGN)
sebagai pengelola gas diresmikan.
D. Selanjutnya pada tanggal 13 Mei 1965 berubah menjadi Perusahaan Gas Negara.
Tanggal inilah yang kemudian diperingati sebagai hari jadi PGN pada tiap
tahunnya.
E. Perusahaan ini yang semula mengalirkan gas buatan dari batu bara dan minyak
dengan teknik Catalytic Reforming yang tidak ekonomis mulai menggantinya
dengan mengalirkan gas alam pada tahun 1974 di kota Cirebon. Konsumennya
adalah sektor rumah tangga, komersial dan industri. Penyaluran gas alam untuk
pertama kali dilakukan di Cirebon tahun 1974, kemudian disusul berturut-turut di
wilayah Jakarta tahun 1979, Bogor tahun 1980, Medan tahun 1985, Surabaya
tahun 1994, dan Palembang tahun 1996.
F. Berdasarkan kinerjanya yang terus mengalami peningkatan, maka pada tahun
1984 statusnya berubah menjadi Perusahaan Umum Gas Negara Perum dan
G. pada tahun 1994 statusnya ditingkatkan lagi menjadi PT Perusahaan Gas Negara
(Persero) dengan penambahan ruang lingkup usaha yang lebih luas yaitu selain di
bidang distribusi gas bumi juga di bidang yang lebih ke sektor hulu yaitu di
bidang transmisi, dimana PGN berfungsi sebagai transporter.
H. PGN kemudian memasuki babak baru menjadi perusahaan terbuka ditandai
dengan tercatatnya saham PGN pada tanggal 15 Desember 2003 di Bursa Efek
Indonesia dan namanya resmi menjadi PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk.

Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk atau dikenal dengan nama PGN (Persero) Tbk
(PGAS) didirikan tahun 1859 dengan nama “Firma L. J. N. Eindhoven & Co.
Gravenhage”. Kemudian, pada tahun 1950, pada saat diambil alih oleh Pemerintah
Belanda, PGAS diberi nama “NV. Netherland Indische Gaz Maatschapij (NV. NIGM)”.
Pada tahun 1958, saat diambil alih oleh Pemerintah Republik Indonesia, nama PGN
diganti menjadi “Badan Pengambil Alih Perusahaan-Perusahaan Listrik dan Gas
(BP3LG)” yang kemudian beralih status menjadi BPU-PLN pada tahun 1961.

Pada tanggal 13 Mei 1965, berdasarkan Peraturan Pemerintah, PGAS ditetapkan sebagai
perusahaan negara dan dikenal sebagai “Perusahaan Negara Gas (PN. Gas)”.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah tahun 1984, PN. Gas diubah menjadi perusahaan
umum (“Perum”) dengan nama “Perusahaan Umum Gas Negara”. Perubahan terakhir
berdasarkan Peraturan Pemerintah no.37 tahun 1994, PGAS diubah dari Perum menjadi
perusahaan perseroan terbatas yang dimiliki oleh negara (Persero) dan namanya berubah
menjadi “PT Perusahaan Gas Negara (Persero)”. Kantor pusat PGAS berlokasi di Jl.
K.H. Zainul Arifin No. 20, Jakarta 11140, Indonesia.

Pemegang saham yang memliki 5% atau lebih saham Perusahaan Gas Negara (Persero)
Tbk adalah Negara Republik Indonesia (56,96%).

Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan PGAS adalah


melaksanakan perencanaan, pembangunan, pengelolaan dan usaha hilir bidang gas bumi
yang meliputi kegiatan pengolahan, pengangkutan, penyimpanan dan niaga, perencanaan,
pembangunan, pengembangan produksi, penyediaan, penyaluran dan distribusi gas
buatan; atau usaha lain yang menunjang usaha. Kegiatan usaha utama PGN adalah
distribusi dan transmisi gas bumi ke pelanggan industri, komersial dan rumah tangga.

Pada tanggal 05 Desember 2003, PGAS memperoleh pernyataan efektif dari Bapepam-
LK untuk melakukan Penawaran Umum Perdana Saham PGAS (IPO) kepada masyarakat
sebanyak 1.296.296.000 dengan nilai nominal Rp500,- per saham dengan harga
penawaran Rp1.500,- per saham. Saham-saham tersebut dicatatkan pada Bursa Efek
Indonesia (BEI) pada tanggal 15 Desember 2003.

Anda mungkin juga menyukai