Anda di halaman 1dari 48

Kebijakan Penanggulangan

Kanker dan Talasemia di


Indonesia

Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak


Menular

2023

1
Topik
Fakta dan Permasalahan Kanker di Indonesia
Pilar Penanggulangan Kanker
Pengembangan Deteksi Dini
Rencana Implementasi Deteksi Dini dengan HPV DNA

TOPIK 2
Permasalahan Kanker di Indonesia (1/3)
Kasus baru, kasus kematian, tren faktor risiko kanker terus meningkat, & penemuan kasus pada stadium lanjut

1 Kasus baru dan kematian akibat kanker, serta prediksi 2 Tren persentase faktor risiko kanker meningkat
kasus baru dan kematian pada tahun 2040

7.0

95.5
6.5

93.5
6.0

5.0
In hundred thousand

4.0
4.0 3.5 4.1

33.5
29.3
28.8
26.6

26.1
31
3.0

21.8
14.8
2.0 2.3
2.1
1.0 Obesitas pada Obesitas sentral Merokok Aktivitas fisik Kurang makan
dewasa kurang sayur dan buah
0.0
2018 2020 2040
2013 2018
New cases Deaths
Sumber: Globocan, 2020 Sumber: Riskesdas 2013, Riskesdas 2018
Permasalahan Kanker di Indonesia (2/3)
Tingginya kasus kanker yang ditemukan pada stadium lanjut

3 Hampir 70% kasus kanker ditemukan pada stadium lanjut

Jika didiagnosis lebih awal,


9 dari 10 penderita bertahan
hidup 5 tahun setelah diagnosis

Namun, jika ditemukan pada


stadium lanjut
hanya 1 dari 10 penderita
yang bisa bertahan hidup 5 tahun
setelah diagnosis

Sumber: American Cancer Society, 2016


Permasalahan Kanker di Indonesia (3/3)
Tingginya beban pembiayaan kanker

4 Tren Pembiayaan Penyakit Katastropik

Cirrhosis Hepatis

Leukeamia

Haemophilia

Thalassaemia Pada tahun 2020 dan 2021,


Gagal ginjal kanker menduduki peringkat 2
Stroke
terbesar penyakit katastropik
Kanker 3,500,655,437,003.0 yang memakan biaya 3,5T
0
Jantung
0 20,000,000,000,000 40,000,000,000,000

2019 2020 2021

2019 2020 2021


Katastropik
Kasus Biaya (000) Kasus Biaya (000) Kasus Biaya (000)
Kardiovaskular 14.310.978 11.839.721.426 12.960.712 9.816.450.836 12.934.931 8.671.706.289
Kanker 2.743.858 4.125.509.910 2.553.289 3.589.163.933 2.595.520 3.500.655.437

5
Topik
Fakta dan Permasalahan Kanker di Indonesia
Pilar Penanggulangan Kanker
Pengembangan Deteksi Dini

TOPIK 6
Kemenkes berkomitmen untuk melakukan transformasi sistem kesehatan sebagai upaya memperbaiki
sistem kesehatan di Indonesia

Visi
Sejalan dengan visi Presiden untuk mewujudkan masyarakat yang sehat, produktif, mandiri dan berkeadilan

Outcome Meningkatkan kesehatan


RPJMN Memperkuat sistem
ibu, anak, keluarga Mempercepat perbaikan Memperbaiki Gerakan Masyarakat
kesehatan & pengendalian
bidang berencana dan kesehatan gizi masyarakat pengendalian penyakit Hidup Sehat (GERMAS)
obat dan makanan
kesehatan reproduksi

1 Transformasi layanan primer 2 Transformasi 3 Transformasi sistem ketahanan


layanan rujukan kesehatan
a b c d a b
Meningkatkan
Edukasi Pencegahan Pencegahan Meningkatkan Meningkatkan Memperkuat
akses dan mutu
Penduduk primer sekunder kapasitas dan ketahanan sektor ketahanan
6 layanan sekunder
Penambahan kapabilitas farmasi & alat tanggap darurat
kategori Penguatan peran kader, Screening 14 penyakit & tersier
kampanye, dan imunisasi rutin penyebab kematian layanan primer Pembangunan RS di
kesehatan Jejaring nasional
utama tertinggi di tiap sasaran surveilans berbasis lab,
membangun gerakan, menjadi 14 antigen Revitalisasi jejaring dan Kawasan Timur, jejaring Produksi dalam negeri 14
dan perluasan usia, screening stunting, & standardisasi layanan di pengampuan 4 layanan tenaga cadangan tanggap
menggunakan platform vaksin rutin, top 10 obat,
peningkatan ANC untuk Puskesmas, Posyandu, unggulan, kemitraan top 10 alkes by volume & darurat, table top exercise
digital dan tokoh cakupan di seluruh
kesehatan ibu & bayi. dan kunjungan rumah dengan world’s top kesiapsiagaan krisis.
masyarakat Indonesia. by value.
healthcare centers.

4 Transformasi sistem pembiayaan 5 Transformasi SDM Kesehatan 6 Transformasi teknologi


kesehatan kesehatan
Regulasi pembiayaan kesehatan dengan 3 tujuan: tersedia, Penambahan kuota mahasiswa, beasiswa dalam & luar Pengembangan dan pemanfaatan teknologi, digitalisasi, dan
cukup, dan berkelanjutan; alokasi yang adil; dan negeri, kemudahan penyetaraan nakes lulusan luar bioteknologi di sektor kesehatan.
pemanfaatan yang efektif dan efisien. negeri. a Teknologi informasi b Bioteknologi

7
Pilar
Penanggulangan Kanker

Peraturan Menteri Kesehatan No. 71/2015 Tentang Penanggulangan PTM

Promosi Deteksi Perlindungan Penanganan


Kesehatan Dini Khusus Kasus
Perubahan Perilaku dan Identifikasi dan intervensi Vaksinasi (HPV) diawali Pemerataan akses & mutu
Pemberdayaan Masyarakat sejak dini faktor risiko proyek demonstrasi menuju melalui sistim pengampuan
melalui pendekatan edukasi dengan metode terbaik yang nasional dan rujukan
& upaya koersi sesuai dengan kebutuhan &
sumber daya)

ntas Program & Lintas Sektor


8
Promosi
Kesehatan
(Meningkatkan pengetahuan &
Kesadaran Masyarakat)
1 PROMOSI KESEHATAN
Strategi Promosi Kesehatan
Koersi
SE MK terkait himbauan K/L untuk melakukan deteksi dini

Edukasi

Pendekatan karakteristik masyarakat (kultur, struktur, figur) :


• Pelibatan Tokoh Masyarakat dan Tokoh Agama, pimpinan institusi
• Pelibatan organisasi kemasyarakatan/LSM/kader

Kampanye secara langsung dan melalui sosial media


Mengajak komponen masyarakat untuk melakukan deteksi dini

Seminar dan Webinar


Meningkatkan pengetahuan dan awareness masyarakat terhadap kanker

Kerjasama Lintas Progam dan Lintas Sektor


Pencantuman pesan kesehatan pada produk wanita

10
Deteksi
Dini
(Peningkatan Cakupan &
pengembangan Metode Deteksi Dini)
2 DETEKSI DINI
Strategi Deteksi Dini
Pemenuhan Sumber Daya

• Pelatihan dokter dan bidan untuk deteksi dini


• Dukungan Bahan Medis Habis Pakai untuk deteksi dini
• Dukungan mekanisme pembiayaan pada kegiatan det. Dini (KDK JKN)

Penjaringan Sasaran
Kegiatan di dalam dan di luar gedung
• Deteksi dini reguler di Puskesmas
• Kegiatan luar gedung

Kerjasama Lintas Progam dan Lintas Sektor


• Kerjasama dengan organisasi kewanitaan seperti OASE, TP PKK, DWP, dan sebagainya
• Kerjasama dengan K/L lain

12
Pelayanan Skrining pada Pelayanan Tingkat Pertama dalam JKN
Pelayanan skrining kesehatan tertentu yang dilaksanakan secara bertahap dimulai dengan penilaian mandiri (self assessment)

Penguatan Pelayanan Skrining Kesehatan yang Telah Masuk Penambahan Manfaat Skrining dalam JKN
dalam Paket Manfaat JKN

No Skema Skema
Penyakit Skrining Kesehatan No Penyakit Skrining Kesehatan
Pembayaran Pembayaran

1 Diabetes Mellitus Non Kapitasi 7 Tuberkulosis Anamnesa dan Pemeriksaan Fisik Kapitasi
Perluasan sasaran Pemeriksaan
GDP dan post prandial 8 Anemia Haemoglobin test Kapitasi
2 Hipertensi Kapitasi 9 Kanker Paru Anamnesa dan Pemeriksaan Fisik Kapitasi
Perluasan sasaran
3 Stroke Pemeriksaan Tekanan Darah
4 Jantung 10 Kanker Usus Rectal touche & Faecal Occult Blood Non Kapitasi
Test
5 Kanker Serviks Perluasan sasaran Non Kapitasi
IVA dan Pap Smear 11 PPOK Anamnesa dan Pemeriksaan Fisik Kapitasi

6 Kanker Payudara Perluasan sasaran Kapitasi 12 Talasemia Pemeriksaan Darah Lengkap Non Kapitasi
SADANIS
13 Hipotiroid Kongenital Pengambilan Sampel Darah untuk Non Kapitasi
Skrining Hipotiroid

14 Hepatitis Rapid hepatitis B & C Kapitasi


(5) Pelaksanaan Skrining Kanker Serviks
Pelayanan Tindak Lanjut
Skrining Riwayat Kesehatan Skrining Pelayanan Kesehatan Tertentu (FKTP)
Skrining (FKRTL)

Target Peserta JKN Curiga Kanker


Beresiko (Peserta Pelayanan
Perempuan 30 – 50 Kesehatan Tingkat
tahun) Inspekulo (-) Lanjut :
Self Assessment Pemeriksaan ulang IVA 1
melalui Skrining tahun kemudian, kecuali 1. Konsultasi ke
Riwayat Kesehatan Tidak ada keluhan Spesialis Obgyn
(Apakah pernah Curiga IVA ulang 6 bulan 2. Pemeriksaan
Indikasi untuk
Kanker Penunjang Medis
Melakukan kemudian (Non Kapitasi
Dilaksanakan (Tergantung Hasil
Hubungan/ Kontak Skrining atau 1 Paket
Skrining oleh Konsultasi)
(+)
Seksual?) dengan Non Kapitasi
Dokter FKTP
Notifikasi/ Flagging Pemeriksaan Krioterapi).
pada Peserta untuk IVA/ Pap Smear Jika hasilnya negatif,
Berkunjung ke (Pilih Salah Satu pemeriksaan IVA diulang
FKTP Pelayanan
setiapKrioterapi
1 tahun atas ( Pap
yang Mampu Smear
indikasi (Opsional, bagi
Laksana) / IVA + )
yang Mampu Laksana,
(IVA) Bila Tidak ada,
+ Langsung Dirujuk ke
FKRTL) 14
(6) Pelaksanaan Skrining Kanker Payudara

Pelayanan Tindak Lanjut


Skrining Riwayat Kesehatan Skrining Pelayanan Kesehatan Tertentu (FKTP)
Skrining (FKRTL)

Indikasi untuk
Dilaksanakan Skrining Pelayanan Kesehatan
oleh Dokter FKTP Tingkat Lanjut :
1. Konsultasi ke
Target Peserta JKN (-) Spesialis Bedah
Beresiko (perempuan Onkologi / Bedah
usia 30-50 tahun) Flagging untuk Sadanis (Jika Tidak Ada
Ulang : Onkologi)
Pemeriksaan SADANIS
Seluruh Peserta Beresiko 2. Pemeriksaan
Dilakukan Sadanis setiap Mammografi / USG
tahun Mammae (Tergantung
(+) Penilaian Dokter
Spesialis)

Notifikasi/ Flagging pada


Peserta untuk
Berkunjung ke FKTP

15
(7) Pelaksanaan Skrining Kanker Paru

Pelayanan Tindak Lanjut


Skrining Riwayat Kesehatan Skrining Pelayanan Kesehatan Tertentu (FKTP)
Skrining (FKRTL)

Target Peserta JKN


Indikasi untuk
Beresiko (Pria > 45
Dilaksanakan Skrining
tahun)
oleh Dokter FKTP

Self Assessment melalui Pelayanan Kesehatan


Skrining Riwayat (-)
Tingkat Lanjut :
Kesehatan : 1. Konsultasi ke
Anamnesa dan Anamnesa dan
1. Riwayat merokok ≥ Spesialis Paru atau
Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan Fisik ulang
20 tahun * Penyakit Dalam
2. Riwayat kanker paru (Auskultasi kasar) Setiap Tahun
2. Pemeriksaan LDCT/
pada keluarga * Rontgen Thorax
3. Batuk lama/berdarah (Tergantung Hasil
(> 3 mgg) * Konsultasi)
(+)
(Salah Satu
Dijawab Ya)

Notifikasi/ Flagging pada


Peserta untuk
Berkunjung ke FKTP

16
(8) Pelaksanaan Skrining Kanker Kolorektal

Pelayanan Tindak Lanjut


Skrining Riwayat Kesehatan Skrining Pelayanan Kesehatan Tertentu (FKTP)
Skrining (FKRTL)

Target Peserta JKN


Beresiko (Usia > 50
tahun)
Indikasi untuk
Self Assessment melalui Dilaksanakan Skrining
Skrining Riwayat oleh Dokter FKTP
Kesehatan :
1. Riwayat keluarga dg
polip usus/kanker (-) Pelayanan Kesehatan
saluran cerna*
Tingkat Lanjut :
2. Riwayat BAB Rectal touche dan Anamnesa dan
1. Konsultasi ke Spesialis
berdarah* Pemeriksaan darah Pemeriksaan Fisik ulang
Bedah/ Penyakit Dalam
samar feses Setiap Tahun
3. Riwayat perubahan 2. Pemeriksaan
pola BAB (diare/ Kolonoskopi (Tergantung
sembelit kronis dan (Salah Satu Hasil Konsultasi)
Jika salah satu
perubahan bentuk Dijawab Ya) pemeriksaan (+), (+)
dan ukuran BAB) * maka rujuk FKRTL

Notifikasi/ Flagging pada


Peserta untuk
Berkunjung ke FKTP
17
Indonesia Kanker Kanker
Payudara Leher Rahim

Total Sasaran
DETEKSI DINI Wanita usia 30-50 tahun
42.162.555 42.162.555

Cakupan Deteksi Dini


Kanker Payudara dan Target tahun 2023 (70%) 29.513.789 29.513.789
Kanker Leher Rahim

Cakupan Deteksi Dini 16,7% 14,9%


(4.928.803 orang) (4.397.555 orang)
(Jan 2020 – 1 Agt 2023)

Capaian kinerja 12,52% 10,03%

18
% Capaian

0.0%
10.0%
20.0%
30.0%
40.0%
50.0%
60.0%
70.0%

Sumatera Barat 61.1%

Nusa Tenggara Barat 59.3%

Banten 34.9%

Kepulauan Bangka Belitung 33.5%

Jawa Tengah 22.8%

Lampung 19.1%

DKI Jakarta 17.3%

Sulawesi Tengah 15.8%

Nasional 14.9%

Jawa Barat 14.8%

Kalimantan Timur 14.7%

Sumatera Utara 13.8%

Bali 12.9%

Kepulauan Riau 12.3%

Nusa Tenggara Timur 9.4%

Jambi 8.2%

Bengkulu 7.8%

Sulawesi Selatan 7.4%

Jawa Timur 6.6%

Kalimantan Selatan 6.3%

Sumatera Selatan 6.1%

Kalimantan Utara 5.6%

Aceh 5.2%

Sulawesi Barat 5.0%


Capaian Deteksi Dini Kanker Leher Rahim Per Provinsi di Indonesia TW 2 Tahun 2023

Kalimantan Tengah 4.2%

Gorontalo 4.0%

Kalimantan Barat 3.4%

Sulawesi Tenggara 3.0%

Maluku Utara 2.6%

Riau 2.3%

DI Yogyakarta 2.1%

Maluku 1.8%

Sulawesi Utara 1.1%

Papua Barat 0.9%

Papua 0.3%
19
% Capaian

10.0%
20.0%
30.0%
40.0%
50.0%
60.0%
70.0%

0.0%
Sumatera Barat 61.7%

Nusa Tenggara Barat 47.1%

Kepulauan Bangka Belitung 33.2%

Banten 25.8%

Jawa Tengah 25.8%

Sulawesi Tengah 25.4%

Lampung 23.0%

DKI Jakarta 22.5%

Jawa Timur 18.1%

Nusa Tenggara Timur 18.0%

Nasional 16.7%

Kepulauan Riau 15.5%

Sumatera Utara 15.4%

Kalimantan Selatan 14.7%

Bali 12.9%

Sulawesi Selatan 11.3%

Bengkulu 11.2%

Aceh 11.0%

Kalimantan Utara 9.8%

Kalimantan Timur 9.3%

Jambi 9.1%

Jawa Barat 9.1%

Kalimantan Tengah 9.0%


Capaian Deteksi Dini Kanker Payudara Per Provinsi di Indonesia TW 2 Tahun 2023

Sulawesi Barat 8.6%

Sulawesi Tenggara 8.3%

Gorontalo 8.2%

Sulawesi Utara 8.0%

Sumatera Selatan 7.4%

Maluku Utara 6.5%

Maluku 4.8%

Riau 4.0%

Kalimantan Barat 3.8%

Papua Barat 3.3%

DI Yogyakarta 2.6%

Papua 0.8%
20
2023
IVA SADANIS
19272 46645
591 735
38 150
4 112
944 4645
2136 3441
1325 2921
4509 8747
151 346
371 924
685 1455
88 323
193 1610
319 1012
105 471
431 1050
26 490
1873 2659
18 865
160 291
1727 3800
188 993
3281 8608
7 190
102 807

21
Perlindungan
khusus
(Perluasan Cakupan)
3 PERLINDUNGAN KHUSUS
Perlindungan Khusus saat ini berfokus pada pencegahan Kanker Leher
Rahim melalui : Keputusan Menteri
Imunisasi HPV Kesehatan Nomor
HK.01.07/Menkes/1930/20
21
Sasaran:
Siswa kelas 5 dan 6 SD/sederajat Tentang Program
Introduksi Imunisasi
Lokus 2022 : HPV Tahun 2022-2023
 Provinsi DKI Jakarta
 Provinsi DI Yogyakarta
 Provinsi Jawa Tengah
 Provinsi Jawa Timur
 Provinsi Bali
 Provinsi Gorontalo
 Provinsi Sulawesi Tenggara
 Provinsi Sulawesi Utara
 Kota Makassar di Provinsi Sulawesi Selatan

2023 diperluas secara Nasional

23
Penanganan
Kasus
(Pemerataan Akses & Mutu Layanan
Stratifikasi RS Layanan Kanker
​Ya ​Tidak

​Layanan ​Tindakan ​ Dasar ​Madya ​ Utama ​Paripurna

Bedah
Kanker
Kemoterapi

Radioterapi

Penanganan komprehensif dan


mutakhir
*Strata dasar di Puskesmas

25
Skema Pengampuan Layanan Prioritas
Regionalisasi pengampuan untuk penyakit kanker
RS Pengampu Nasional:
RS Kanker Dharmais

RSUP H. Adam Malik RSCM

RSUP Dr. Wahidin RSUP Prof.


11 Sudirohusodo Dr. R. D. Kandou
RSUP Dr. Sardjito
4
18

7 4 9 5 RSUP Fatmawati
5 6
8
12
8 8 8
7
6 4
12 8 14 7
RSUP Dr. M. Djamil 6 11
15
9
4
RSUP Dr. M. Hoesin 6
16
22
4 20 6 7
RSUP Persahabatan
14
RSUP Dr. Hasan Sadikin

RSUP Sanglah
RSUP Dr. Kariadi RSUD Dr. Soetomo

*RS Persahabatan akan membantu RS Kanker Dharmais untuk pengampuan Kanker Paru 26
Pemerataan layanan rujukan melalui optimalisasi jejaring RS nasional untuk 4 penyakit tersebut ditargetkan mencapai 100% kab/kota di 2027

Percepatan peningkatan cakupan


pelayanan RS rujukan untuk 4 penyakit
katastropik utama, dengan visi:
• 34 provinsi memiliki minimal 1 RS
tingkat Paripurna / Utama
• 514 kab/kota memiliki minimal 1 RS
tingkat Madya*

Target
50% kabupaten/kota sebelum 2025 dan 50% 100%
100% sebelum 2028 2022 2024 2027

27
Topik
Fakta dan Permasalahan Kanker di Indonesia
Pilar Penanggulangan Kanker
Pengembangan Deteksi Dini

TOPIK 28
Pelaksanaan Deteksi Dini Kanker Payudara dengan Ultrasonografi
Pre-implementasi dan Implementasi
Pada tahun 2023,
Pre-implementasi

• Akan dilakukan pengembangan > >


deteksi dini kanker payudara Rekomendasi Penyusunan NSPK Procurement
menggunakan USG Payudara - Rekomendasi spesifikasi probe - KMK tentang Percontohan - Pengadaan barang probe linear
(memaksimalkan utilisasi alat USG dari PDSRI Deteksi Dini Kanker Payudara oleh PBJ
menggunakan Ultrasonografi - Market sounding
USG untuk ANC) - Petunjuk teknis deteksi dini - Uji fungsi
- Revisi Petujuk teknis DAK - Distribusi alat
• Pengadaan USG ANC+Probe
Convex menggunakan dana
DAK Fisik 2023 akan
dilengkapi dengan Probe Implementasi < <
<
Linear untuk pemeriksaan Rencana Teknis
Persiapan Teknis
payudara Uji Coba deteksi dini kanker
payudara dengan USG - Sosialisasi - Penentuan lokus uji coba
- Pelatihan dokter umum di
Puskesmas
Algoritma Peningkatan Deteksi Dini Kanker Payudara Ukuran <2 cm menggunakan USG oleh Dokter
Umum yang Tersertifikasi
FKTP FKRTL
Familial Tatalaksana
Genetic
Risiko Sangat Breast Profilaksis
Conseling & Tes
Tinggi** Cancer Sesuai SpBKOnk
BRCA 1/2
Surveilans
Ulang 1x/ tahun
Risiko Tinggi Simple cyst
pemeriksaan
(memiliki Skoring setiap 1 thn
3-7) Normal

SADANIS
SADANIS
Faktor Risiko: @Skor 1 (Perabaan + USG)
1. Usia ≥ 50 tahun
2. Riwayat tumor jinak Dokter Spesialis Radiologi/
payudara
Dokter Spesialis Radiologi non

Non Simple Cyst


3. Tidak menikah >30 th
4. Tidak memiliki anak >30 th Konsultan PRP Meragukan
- USG
Populasi 5. Tidak menyusui >30 th
6. Riwayat KB hormonal >10 - Mamografi usia ≥ 40 thn
(konsultasi
gambar)
Sasaran th
7. Obesitas
(perempuan usia 30- Breast Imaging Reporting Data
65 tahun)* Dokter Spesialis
System 1-5
Radiologi Konsultan
BI-RADS 1 PRP
Ulang Kontrol 6
pemeriksaan BI-RADS 2-3
Risiko Rendah bulan/ 1
setiap 3 thn
SADANIS Simple cyst tahun BI-RADS 4-5
(memiliki
skoring <3) (Perabaan + USG)
Normal
Multi Discipline Team (Diagnostik dan tatalaksana)
**Risiko Sangat Tinggi yang direkomendasikan untuk pemeriksaan genetic, apabila ada anggota keluarga: - Dokter Spesialis Bedah Onkologi Konsultan
1. generasi tingkat pertama dengan riwayat ca mammae dan/ atau ca ovarium usia muda (<40 tahun) - Dokter Spesialis Radiologi/ Dokter Spesialis Radiologi Konsultan PRP
2. generasi tingkat pertama dengan riwayat ca mammae dan/ atau ca ovarium pada dua orang atau lebih - Dokter Spesialis Radiosi Onkologi
3. generasi tingkat pertama dengan riwayat ca mammae laki-laki
4. generasi tingkat pertama dengan riwayat ca mammae kiri dan kanan - Dokter Spesialis Patologi Anatomi
5. generasi tingkat pertama dengan riwayat pemeriksaan imunohistokimia triple negative - Dokter Spesialis Penyakit Dalam Hematologi Onkologi Medik
6. generasi tingkat pertama yang memiliki hasil pemeriksaan genetik positif
Pelaksanaan Uji Deteksi Dini Kanker Leher Rahim dengan Metode DNA
HPV dan IVA (co-testing)
Pre-implementasi dan Implementasi
Pada tahun 2023,
Pre-implementasi

• Akan dilakukan pengembangan > >


deteksi dini kanker leher rahim Rekomendasi Penyusunan NSPK Procurement
menggunakan metode DNA - Rekomendasi spesifikasi tes - KMK tentang Percontohan - Penganggaran
- Pengadaan barang DNA HPV
HPV dengan co-testing IVA DNA HPV dari HOGI Deteksi Dini Kanker Leher
- Hasil Penilaian Teknologi rahim dengan tes DNA HPV dan oleh Biro PBJ
Kesehatan IVA (co-testing)
• Uji coba deteksi dini ini akan - Petunjuk teknis
dilakukan di DKI Jakarta
dengan total sasaran 8.000
wanita usia 30-50 tahun
Implementasi < < <
Persiapan Teknis Rencana Teknis
Pelaksanaan uji coba deteksi
dini kanker leher rahim - Sosialisasi - Penentuan laboratorium pemeriksa sampel
dengan DNA HPV dan IVA - Pembekalan petugas pengambil - Perjanjian Kerjasama
sampel dan pemeriksa sampel - Penyusunan SK tim
(co-testing)
- Penentuan alur dan teknis pengambilan,
pengiriman, dan pemeriksaan sampel
Algoritma Deteksi Dini Kanker Leher Rahim
Dengan Tes DNA HPV co-testing IVA

FKTP FKRTL

Rujuk ke
DNA HPV – Sp.Og(Onk)
Skrining ulang
5 tahun
IVA –

Curiga kanker
IVA ulang
DNA HPV + Selain 16/18
3 tahun
Tes DNA HPV IVA ulang
IVA - Tipe 16 dan 18
1 tahun
dan
Populasi Sasaran DNA HPV –
(perempuan usia 25-65 IVA ulang 6
Inspekulo Krioterapi
Krioterapi
Normal

tahun yang telah kontak bulan kemudian


seksual) IVA +

IVA

DNA HPV +
IVA ulang 6
Krioterapi
Krioterapi
bulan kemudian
IVA +

32
Program
Deteksi Dini
Thalasemia

• Dit. P2PTM
1. Kasus Thalasemia tahun 2023
Outline 2. Deteksi dini Thalasemia

34
Kasus Thalassemia secara global
Estimasi Kelahiran dengan Thalasemia Beta di Setiap Regional WHO

45000

40,618
40000

35000
Setiap tahunnya,
30000 diestimasikan

25,511
40.618 kelahiran dengan
25000

20,420
Thalasemia Beta di Dunia
20000
South-East Asia merupakan
15000 penyumbang kelahiran

9,983
9,914

Thalassemia terbanyak
9,053

7,538
10000

4,022
5000
1,386
1,278

1,019
920
342
255

0
African American Eastern Mediterranean European South-East Asia Westerm Pacific Wolrd
Estimated annual births with β-thalassaemia Transfusion-dependent

Sumber: WHO, 2021


35
Fakta Talasemia di Indonesia

Indonesia terletak di
sepanjang area 'Sabuk
Talasemia'

Sekitar 3,0-10,0% populasi


membawa thalassemia β (β-thal)
Indonesia dan 2,6-11,0% populasi membawa
thalassemia α (α-thal).

Diperkirakan sekitar 2500 bayi


lahir dengan β-thal mayor (β-TM)
setiap tahun.

Jika estimasi prevalensi pembawa sifat adalah 5-7%,


maka di Indonesia akan ada 14 juta orang pembawa sifat

36
Pewarisan Talasemia

Jika salah satu orang tua Jika kedua orang tua Jika salah satu orang tua Jika kedua orang tua
pembawa sifat pembawa sifat penyandang dan lainnya pembawa penyandang
sifat
Berisiko untuk: Berisiko untuk: Berisiko untuk: Berisiko untuk:
- Talasemia : 0% - Talasemia : 25% - Talasemia : 50% - Talasemia : 100%
- Pembawa sifat : 50% - Pembawa sifat : 50% - Pembawa sifat : 50% - Pembawa sifat : 0%

37
Tren Talasemia Mayor di Indonesia
Periode: tahun 2014 sampai 2022

16.5%
14,000 18%
Setiap tahunnya
16% (dari 2014 hingga 2022)
12,000
14% penyandang Talasemia di

11.7%
10,000 Indonesia terus

10.8%
12%
meningkat
8,000 9.7%
10%

Persentase
Jumlah

Persentase kenaikan tertinggi


6,000 8% terjadi pada tahun 2018, penderita
5.7%

talasemia meningkat 16% dari

4.8%
6%
tahun sebelumnya.

1.3%
4,000

10,973 3.1%
4%
2,000

10,515

10,647

12,155
2%
6,647

7,028

7,711

8,616

9,028

- 0%
2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022

Jumlah % Kenaikan

Sumber: YTI-POPTI, 2023


38
Jumlah Kasus

500
1,000
1,500
2,000
2,500
3,000
3,500
4,000
4,500
5,000

-
Jawa Barat 4,717
Jawa Tengah 1,468
DKI Jakarta 864
Jawa Timur 771
Aceh 673

Sumber: YTI-POPTI, 2023


Banten 631
Sumatra Selatan 370
Riau 290
Lampung 290
Kalimantan Timur 227
Kalimantan Barat 226
Sumatra Utara 213
DI Yogjakarta 195
Sumatra Barat 160
Bengkulu 135
Kalimantan Selatan 127
Bangka Belitung 114
Jawa Barat 93
Sulawesi Selatan 89
Banten 86
Jambi 72
Kalimantan Tengah 57
Jawa Tengah 52
Kepulauan Riau 46
Distribusi Talasemia Mayor di Indonesia

Lampung 45
Jawa Timur 30
Nusa Tenggara Barat 25
Nusa Tenggara Timur 24
Bali 23
Kalimantan Timur 15
Kepulauan Riau 13
Sumatra Utara 5
Aceh 3
Kalimantan Utara 2
Maluku Utara 1
Sumatera 1
Kalimantan Tengah 1
Kalimantan Barat 1
Keynote:
Jawa Barat

nasional

SatuSehat
12.155 orang

penyandang Talasemia di
Jumlah penyandang

Indonesia terdapat di Provinsi


Lebih dari sepertiga (38,8%)

yang terintegrasi secara

ke pencatatan ASIK dan


• Pencatatan belum dapat
diambil dari FKTP dan RS

39
• Belum ada sistem pencatatan

• RTL : perlu talassemia masuk


Talasemia tahun 2022 sebanyak
1. Kasus Thalasemia tahun 2023
Outline 2. Deteksi dini Thalasemia

40
Karakteristik sasaran deteksi dini
Talasemia
Sasaran
Sasaran program deteksi dini talasemia adalah
SASARAN
saudara kandung penyandang talasemia
DETEKSI DINI
(keluarga ring 1)

Secara epidemiologis, pembawa sifat pada keluarga


ring 1 sebesar 50%
RETROSPEKTIF PROSPEKTIF
Sedangkan pada populasi umum hanya sebesar 7-8
%.

Tujuan
Menjaring populasi Menjaring populasi mengidentifikasi pembawa sifat, agar pernikahan
keluarga talasemia lainnya diantara pembawa sifat dapat dicegah.
mayor (RING 1)

41
Strategi
Penanggulangan Talasemia

Deteksi Dini

Sasaran
Retrospektif
Menjaring populasi keluarga talasemia mayor (ring 1)

Prospektif
Menjaring pada populasi lainnya

Goal
Identifikasi faktor pembawa sifat talasemia

42
(9) Pelaksanaan Skrining Talasemia (Sekali Seumur Hidup)
* kecuali daerah Ujicoba
Pelayanan Tindak Lanjut
Skrining Riwayat Kesehatan Skrining Pelayanan Kesehatan Tertentu (FKTP)
Skrining (FKRTL)

Target Peserta JKN


Beresiko (Peserta JKN Indikasi untuk Dilaksanakan
usia > 2 tahun) Skrining oleh Dokter FKTP

Pelayanan Kesehatan
Self Assessment melalui Tingkat Lanjut :
Skrining Riwayat 1. Konsultasi ke Sub
Kesehatan : Pemeriksaan Darah lengkap Spesialis Hematologi
1. Saudara kandung (Hb, MCV, MCH) dan Apus dan Onkologi atau ke
penyandang Darah Tepi Spesialis penyakit
talasemia. *
(+)
dalam atau
2. Riwayat Keluarga Jika salah satu “Ya” Jika MCV atau MCH atau Hb
dengan transfusi maka dilakukan spesialis anak
pemeriksan darah tidak normal, maka dilakukan 2. Pemeriksaan Analisis
darah rutin *
rujukan ke FKRTL Hb
Sediaan apus darah tepi
Notifikasi/ Flagging pada dikirim/ dirujuk bersamaan
Peserta untuk dengan sampel darah
Berkunjung ke FKTP
lengkap.
43
Algoritma Deteksi Dini Thalasemia
Uji Coba Tahun 2021 - 2023
Peserta yang telah diberikan edukasi dan informasi
pelaksanaan uji coba deteksi dini

FKTP yang ditunjuk

Pemeriksaan laboratorium
(Hb, MCV, MCH, SADT)

Tidak curiga Talasemia Curiga Talasemia

Pastikan diagnosis Talasemia:


Rujukan sampel ke FKRTL

Pemeriksaan laboratorium
(Hb analisis: HPLC/Capilarry electrophoresis)

Rujuk ke Laboratorium Bukan Talasemia Talasemia Minor/Pembawa Talasemia Talasemia


Tingkat Lanjut Beta Sifat Mayor Intermedia

Kartu telah di deteksi Konseling dan edukasi Konseling dan tatalaksana di Unit
dini talasemia tindak lanjut Pelayanan Talasemia RSUD

Kartu tanda pembawa sifat

SADT = Sediaan Apus Darah Tepi


Data Nasional
HPLC = High performance liquid chromatography
Kegiatan Deteksi Dini Thalasemia Tahun 2023
Pre-implementasi dan Implementasi
Pada tahun 2023,
Pre Implementasi
Dilakukan di 2 Provinsi:
> >
1. Jawa Timur: Persiapan Daerah Persiapan SDM
NSPK
• Kota Kediri
- Buku Saku - Advokasi Pengambil Kebijakan - Sosialisasi pada Pelaksana
• Kota Malang Uji Coba
- Leaflet - Maping SDM dan sarpras yang
• Kota Surabaya - Diseminasi tata cara :
- Lember Balik mampu
2. Banten: - kartu pemeriksaan talasemia - Pendataan keluarga penderita - deteksi dini dan
• Kab Tangerang - Penyusunan sistem pelaporan talasemia (ring 1) - Konseling
• Kota Tangerang - Maping SDM dan sarpras yang - Pelaporan
mampu
Jumlah sasaran masing-masing 200
orang Implementasi
< <
Rumah sakit Rujukan: Pemantauan dan Evaluasi Implementasi
1. Jawa Timur: Pelaksanaan Deteksi Dini
• RS Sutomo Thalasemia Tahun 2023 - Pemantauan deteksi dini - Pengambilan sample darah
Disejalankan dengan - Monitoring - Pengiriman sample
• RS Saiful Anwar
‘Hari Thalasemia Sedunia” - Pemeriksaan sample
2. Banten: - Pengiriman hasil pemeriksaan
• RSUD Kab Tangerang - Konseling
- Pencatatan dan pelaporan
- Pembayaran klaim
Usulan alur deteksi dini Talasemia
Sasaran

Labkesmas tier 2
Puskesmas/
(pada anak sekolah – kls 7) Siswa kelas 7 SMP

Pemeriksaan Untuk melihat nilai


hematologi analyzer Hb, MCV, MCH

Indeks Mentzer >13 dan Indeks Mentzer <13 dan/ atau


indeks shine and LAL >1530 indeks shine and LAL <1530

kemungkinan Tersangka
anemia defisiensi besi talasemia minor

Pastikan diagnosis Talasemia:

Labkesmas tier 3
Rujukan sampel ke Labkesmas tier 3
Keynote:
Dibutuhkan Petunjuk Teknis Pemeriksaan analisis Hb
pelaksanaan alur rujukan dari (HPLC atau Capillary Electrophoresis)
Puskesmas ke Labkesmas serta alur
rujuk baliknya
Talasemia Minor/Pembawa Talasemia Talasemia
Bukan Talasemia
Sifat Intermedia Mayor

Kartu telah di deteksi Konseling dan edukasi tindak Konseling dan tatalaksana di Unit

Puskesmas/RS
dini talasemia lanjut Pelayanan Talasemia RS

Kartu tanda pembawa sifat

SADT = Sediaan Apus Darah Tepi Data Nasional SILnas


HPLC = High performance liquid chromatography (harapannya terintegrasi dalam SATU SEHAT) 46
47

Anda mungkin juga menyukai