Anda di halaman 1dari 14

SUMBER PENDAPATAN ABU YUSUF

Diajukan sebagai Tugas Mata Kuliah Keuangan Publik Islam


Dosen Pengampu : Dr. Solichah, S.E., M.M.

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK III
NURUL FADILA MARZA 501210296
JIHAN FAADHILAH 501210295

PRODI EKONOMI SYARIAH

FALKUTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN THAHA SAIFUDIN


JAMBI 2023

1
Dalam hal penetapan pajak, Abu Yusuf cenderung menyetujui negara
mengambil bagian dari hasil pertanian dari para penggarap daripada menarik
sewa dari lahan pertanian. Menurut beliau, cara ini lebih adil dan memberikan
dan memberikan hasil produksi yang lebih besar dangan memberikan
kemudahan dalam meperluas tanah garapan. Dengan kata lain, beliau
merekomendasikan menggunakan sistem kharaj muqasamah daripada
sistem.1

Argumen Abu Yusuf dalam hal ini bahwa pajak berdasarkan ukuran
tanah (baik yang ditanami atau yang tidak) dibenarkan hanya jika tanah
tersebut kharaj wadhifah. subur. Ini dikarenakan pada saat itu banyak tanah-
tanah petani yang luas tetapi tidak subur. Selain itu, sistem kharaj
wadifah/misahah tidak memiliki ketentuan apakah pajak dikumpulkan dalam
bentuk uang atau sejumlah barang. Kecenderungan perubahan harga bahan
pangan (dalam hal ini gandum).

Pajak, sebagai salah satu sumber pendapatan negara yang harus


dikelola dengan baik, sehingga dapat memberikan hasil yang maksimal untuk
kepentingan dan kesejahteraan masyarakat. Sebagai sumber pendapatan
negara, pajak memiliki fungsi dalam membiayai pengeluaran-pengeluaran
negara. Dimanfaatkan guna menjalankan aktifitas dan tugas rutin negara.
Selain itu juga dimanfaatkan untuk meningkatkan pembangunan infrastruktur
negara dan umum yang dapat dinikmati oleh masyarakat. Pembangaunan
membutuhkan biaya. Biaya -biaya tersebut diperoleh sebagai penerimaan
negara dari sektor pajak.2

Kontribusi pajak dalam tatanan penerimaan negara menjadi tulang


punggung dalam men-jalankan pemerintahan negara. Selain perannya yang

1 Terdapat dua sistem pajak (kharaj) pada saat itu yaitu:


a. Kharaj muqasamah, yaitu suatu sistem dimana pajak dipungut berdasarkan hasil panen,
bukan dari luas tanah garapan (proporsional tax).
b. Kharaj wadhifah atau misahah, yaitu suatu sistem dimana pajak dipungut berdasarkan
luas tanah garapan yang bersifat tetap (fixed tax). Abu Yusuf. Kitab Al-Kharaj.... hlm 109.
2 "Fungsi Pajak", https://www.pajak.go.id/id/fungsi-pajak, diakses pada 15

Februari 2021.

2
vital dalam kontribusi penerimaan pendapatan, pajak juga sebagai berperan
penting dalam menjaga kedaulatan negara, khususnya sebagai sumber
penerimaan dalam APBN.3

Masyarakat turut berperan penting memberikan kontribusi pada


pendapatan negara me-lalui pajak yang dibayarkan kepada negara. Melalui
kontribusiya, masyarakat berperan aktif dalam mensukseskan pembangunan
infrastruktur negara. Dalam sejarah Islam, pelaksanaan pajak telah ada sejak
masa Nabi Muha mmad SAW dan penerapannya masih terus berlanjut hingga
saat ini. Di awal perkembangan agama islam di jazirah Arab, pada Dinasti
Abbasiyah, lahir Abu Yusuf sebagai seorang ulama sekaligus qodhi
yang menulis kitab tentang perpajakan. Karya beliau ini menjadi fenomenal
karena komprehensif dan cocok diterapkan dalam negara yang memandang
bahwa pajak adalah salah satu penerimaan negara paling utama. 4

Kitab Al-Kharaj megemukakan pemikiran tentang pentingnya


penerapan sistem pajak dari model wadzifah ke pajak gaya muqasamah.
Wadzifah memiliki model pungutan berdasarkan pada nilai tetap.
Sedangkan muqasamah memiliki gaya pungutan berdasarkan pada nilai
yang selalu berubah atau tidak tetap. Pertimbangannya berdasarkan pada
perubahan dari presentase pengha-silan atau tingkat kemampuan individu
dalam membayar pajak.5

Perkembangan ekonomi saat ini berjalan sangat cepat. Semakin


besar suatu negara, se-makin besar pula dana yang dibutuhkan untuk
menjalankan pemerintahan. Kebutuhan negara dalam memenuhi anggaran
belanja haruslah dapat ditopang dari pendapatan negara. Pajak adalah salah
satu penghasilan negara dalam proses untuk memenuhi kebutuhan belanja.

3 " Menku" Pajak Merupakan Tulang Punggung Nasional",


https://www.kemenkeu.go.id/publikasi/berita/menkeu-pajak-merupakan tulang-
punggung-nasional diakses pada 15 Februari 2021
4 Rachmatullah Oky , “Teori Pajak Menurut Abu Yusuf Sebuah Alternatif Solusi

Perpajakan Di Indonesia”. Iqtishoduna Vol. 8 No. 1 April 2019


5 Abd. Kholik Khoerulloh, Omay Komarudin, Lukman Fauzi Abdillah, “Konsep Pajak

Dalam Perspektif Abu Yusuf dan Asy-Syatibi”. An-Nisbah: Jurnal Ekonomi Syariah Volume
07, Nomor 01, April 2020

3
A. Sumber pendapatan abu yusuf

Pendapatan negara adalah pemasukan negara yang digunakan sebagai


sumber pendanaan kegiatan dan kebutuhan negara dalam rangka
pembangunan negara. Penerimaan negara yaitu berupa pendapatan negara
atau penerimaan uang negara atau penerimaan pemerintah yakni meliputi
pajak, retribusi, keuntungan perusahaan negara, denda, ataupun sumbangan
masyarakat. Dalam hal ini pendapatan negara yaitu berasal dari pajak maupun
nonpajak Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-
undang yang dapat dipaksakan dengan tiada mendapat jasa timbul balik
(kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk
membayar pengeluaran umum.6
Pajak yang diterima pemerintah akan digunakan untuk membiayai
berbagai kegiatan pemerintah. Di negara-negara yang sudah sangat maju
pajak adalah sumber utama dari pembelanjaan pemerintah, sebagian dari
pengeluaran pemerintah adalah untuk membiayai administrasi pemerintahan
dan sebagian lainnya adalah untuk membiayai kegiatan-kegiatan
pembangunan. Membayar gaji pegawai-pegawai pemerintah, membiayai
sistem pendidikan dan kesehatan rakyat, membiayai pembelanjaan untuk
angkatan bersenjata dan membiayai berbagai jenis infrastruktur yang penting
yang akan dibiayai pemerintah. Perbelanjaan-perbelanjaan negara. tersebut
akan meningkatkan pengeluaran agregat dan mempertinggi tingkat kegiatan
ekonomi negara.7
Sumber-sumber pendapatan negara secara umum dibagi menjadi
dua sumber yaitu pendapatan pajak dan pendapatan non pajak:
1. Pendapat pajak
Pendapatan pajak adalah pembayaran iuran oleh rakyat kepada
pemerintah yang diatur dalam undang-undang tanpa balas jasa secara
langsung. Pendapatan negara berasal dari pajak Secara garis besar berbagai
jenis pajak yang dipungut pemerintah dapat dibedakan kepada dua golongan

6 Ibnu Syamsi, Dasar-Dasar Kebijakan Keuangan Negara, (Jakarta, Rineka


Cipta, 1994), h. 85.
7 Mardiasmo, Perpajakan, Edisi Revisi, (Yogyakarta, Penerbit Andi, 2011), h. 1.

4
yaitu pajak langsung dan pajak tak langsung Pajak langsung berarti jenis
pungutan pemerintah yang secara langsung dikumpulkan darı pihak yang
wajib membayar pajak Setiap individu yang bekerja dan perusahaan yang
menjalankan kegiatan dan memperoleh keuntungan wajib membayar pajak,
sedangkan pajak tak langsung adalah pajak yang bebannya dapat dipindah-
pindahkan kepada pihak lain. Diantara jenis pajak tak langsung yang penting
adalah pajak impor dan pajak penjualan. Pendapatan pajak berasal dari pajak
pusat dan pajak daerah :
a. Pajak Pusat (wewenang pemajakan berada di tangan
pemerintah pusat).
b. Pajak Daerah (wewenang pemajakan berada di tangan
pemerintah daerah)

2. pendapatan non pajak


a. Penerimaan yang bersumber dari pengelolaan dana
pemerintah, (antara lain penerimaan jasa giro, sisa anggaran
pembangunan, sisa anggaran rutin)
b. Penerimaan dari pemanfaatan sumber daya alam (segala
kekayaan alam yang terdapat di atas, permukaan dan di dalam
bumi yang dikuasai negara, antara lain royalti di bidang
pertambangan)
c. penerimaan dari hasil-hasil pengelolaan kekayaan negara yang
dipisahkan (antara lain dividen atau bagian laba pemerintah
dari BUMN, dana pembangunan semesta, dan hasil penjualan
saham pemerintah dalam BUMN).
d. Penerimaan berdasarakan putusan pengadilan dan yang
berasal dari pengenaan denda administrasi (antara lam lelang
barang rampasan negara dan denda)
e. Penerimaan yang berupa hibah yang merupakan hak
pemerintah (adalah penerimaan negara berupa bantuan hibah
dan atau sumbangan dari dalam dan luar negri baik swasta
maupun pemerintah yang menjadi hak pemerinta kecuali

5
hibah dalam bentuk natura yang secara langsung untuk
mengatasi keadaan darurat seperti bencana alamata wabah
penyakit yang tidak dicatat dalam APBN).
f. Penerimaan lainnya yang diatur dalam undang-
unda tersendiri.

Pajak adalah harta yang dipungut dari rakyat untuk keperluan


pengaturan negara. Pengertian ini adalah realitas dari dharibah sebagai harta
yang dipungut secara wajib darı rakyat untuk keperluan pembiayaan negara.
Dengan demikian, dharibah diartikan dengan pajak (muslim) Dharibah adalah
pajak tambahan dalam Islam yang sifat dan karakteristiknya berbeda dengan
pajak (tax) menurut teori ckonomi non-Islam.

Pada masa-masa pemerintahan Islam di Madmah (623 M) atau tahun


1 Hijriyah, pendapatan dan pengeluaran negara hampir tidak ada. Rasulullah
sendiri adalah seorang kepala negara, pemimpin di bidang hukum, pemimpin
dan penanggung jawab dari keseluruhan administrasi. Rasulullah tidak
mendapat gaji sedikitpun dari negara atau masyarakat, kecuali hadiah kecil
yang umumnya berupa hahan makanan. Pada fase awal ini, hampir seluruh
pekerjaan yang dilakukan tidak mendapat upah. Situasi mulai berubah,
setelah turunnya al-Qur'an surat al-Anfal ayat 72 tentang rampasan perang.
Pada waktu perang badar di tahun ke 2 hijriyah, sejak itu negara mulai
mempunyai pendapatan dari hasil rampasan perang (ghanimah) yang disebut
dengan khum (seperlima), berupa kuda. unta, dan barang-barang bergerak
lainnya yang didapatkan dalam peperangan.

Selain dari kumz, akibat peperangan tersebut juga diperoleh


pendapatan baru, berupa uang tebusan dari tawaran perang bagi yang ditebus.
Dulam perang badar, orang Makkah menderita kekalahan dan banyak yang
ditawan oleh kaum muslim. Rasulullah SAW kemudian menetapkan besar
uang tebusan rata-rata 4.000 dirham untuk setiap tawanan, tetapi bagi yang
tidak ditebus, diwajibkan untuk mengajar membaca dari masing-masing
sepuluh orang muslim.

6
Kekayaan pertama yang merupakan sumber pendapatan resm negara
(penerimaan penuh atau resmi karena dapat digunakan sepenuhnya untuk
negara), adalah setelah diperolehnya fai yaitu harta peninggalan suku Bani
Nadhir, suku bangsa Yahudi yang tunggal di pinggiran kota Madinah, yang
melanggar Piagam Madinah Harta mereka yang ditinggalkan tidak disebut
ghanuman melainkan dijadikan sebagai far, yang kemudian dibagikan oleh
Rasulullah sesuai dengan ketentuan-Nya.

Rasulullah kemudian mendapatkan pula penerimaan negara yaitu


waqaf, berupa tanah, pemberian seorang Rabbi dari Ban Nadhir bernama
Mukhairik yang telah masuk Islam. Mukhainik memberikan 7 kebunnya
kepada Rasulullah, dan oleh Rasulullah dijadikan sebagai tanah sedekah
(waqaf) Adapun sumber pendapat atau penghasilan lain berasal pula juga dari
kharaj, yaitu pajak atas tanah yang dipungut kepada nonmuslim ketika
Khaibar ditaklukkan pada tahun ke tujuh Hijriah. Jumlah kharaj dari tanah ini
tetap pajak tanahnya yaitu setengah dari hasil produksi.

Sumber pendapatan zakat dan ushr (sedekah) walaupun sudah


diundangkan sebagai pendapatan negara sejak tahun kedua hijriah, namun
baru bisa dipungut sebatas zakat fitrah, kewajiban atas zakat mal masih
bersifat sukarela. Efektif pelaksanaan zakat mal baru terwujud pada tahun
kesembilan hijriah, ketika Islam telah menjadi kokoh, wilayah negara meluas
dengan cepat dan orang berbondong- bondong masuk Islam. Peraturan yang
disusun meliputi sistem pengumpulan zakat, batas-batas zakat dan tingkat
persentase zakat untuk barang yang berbeda-beda, serta penentuan sistem
penggajian (hak-hak) amil zakat.

Selain sumber-sumber pendapatan negara tersebut, terdapat beberapa


sumber pendapatan lainnya, yang bersifat tambahan (sekunder), pendapatan
sekunder tersebut adalah

a. Uang tebusan dari para tawanan perang, hanya dalam kasus perang
Badar, pada perang lain tidak disebutkan jumlah uang tebusan
tawanan perang, bahkan 6000 tawanan perang huntan dibebaskan
tanpa uang tebusan.

7
b. Uang tebusan dari para tawanan perang, hanya dalam kasus perang
Badar, pada perang lain tidak disebutkan jumlah uang tebusan
tawanan perang, bahkan 6000 tawanan perang huntan dibebaskan
tanpa uang tebusan.
c. Pinjaman pinjaman setelah menaklukkan kota Makkah untuk
pembayaran uang pembebasan kaum muslimin darı Banı Judzhaymah
atau sebelum pertempuran Hawazin 30 000 dirham (20 000 dirham
menurut Bukhari darı Abdullah bin Rabiah) dan meminjam beberapa
pakaian dan hewan-hewan tunggangan darı Sufyan bin Umariyah
d. Khumuz atas rikaz atau hatra karun, temuan pada periode sebelum
Islam
e. Amwal fadhla berasal dari harta benda kaum muslimin yang
meninggal tanpa ahli waris atau barang seorang muslim yang telah
murtad dan pergi meninggalkan negaranya.
f. Waqaf, harta benda yang didedikasikan oleh seorang muslim untuk
kepentingan agama Allah dan pendapatannya akan didepositkan di
baitul mal
g. Nawaib pajak khusus yang dibebankan pada kaum muslim yang kaya
raya dalam rangka menutupi pengeluaran negara selama masa darurat,
seperti yang pernah terjadi pada masa perang tabuk.
h. Zakat fitrah, zakat yang ditarik pada masa bulan Ramadhan dan
dibagikan sebelum shalat idh).
i. Bentuk lain adalah sedekah seperti qurban dan kafarat. Kafarat adalah
denda atas kesalahan yang dilakukan seorang muslim pada saat
melakukan kegiatan ibadah, seperti berburu pada musim haji.

Secara garis besar, Yusuf al-Qardhawi mengemukakan fungsi negara


dalam beberapa poin. Pertama, negara menjamin segala kebutuhan pokok
masyarakat. Fungsi ini dimaksudkan bahwa negara harus menyediakan dan
menjaga tingkat kecukupan kebutuhan minimun masyarakat. Terkecuali, bagi
yang mampu secara ekonomi, pemerintah hanya berfungsi untuk
memenuhinya dan dapat dijangkau. Sedangkan, bagi yang tidak mampu atau
yang masuk dalam golongan mustahik, negara harus dapat menjamin

8
kebutuhan masyarakat. Kedua, negara berfungsi mendidik dan
membina masyarakat.

Islam adalah agama yang mengatur seluruh aspek kehidupan. Bukan


hanya menjelaskan tata cara beribadah kepada Allah SWT saja, namun Islam
juga menjelaskan hukum-hukum yang berkaitan dengan politik, sosial,
budaya, pertahanan, keamanan, termasuk ekonomi. Dewasa ini, dari negara-
negara Islam yang ada, hampir tidak ditemukan negara Islam yang
menggunakan sistem moneter dan fiskal secara klasik. Mengamati
pengelolaan dana publik di negara-negara muslim, menggambarkan
gap/jurang yang besar antara ajaran Islam yang tinggi dan kemampuan
aplikası dari kaum muslim sendiri.

Baitul maal sebagai pusat keuangan Negara Islam, baitul maal


memegang peranan penting dalam pengelolaan keuangan Negara Islam.
Baitul Mal adalah lembaga keuangan Negara Islam yang mempunyai tugas
khusus menangani segala harta umat, baik berupa pendapatan maupun
pengeluaran negara." Baitul maal mempunyai tugas utama untuk memastikan
terpenuhinya kebutuhan hidup minimal masyarakat suatu negara.

Selain sumber-sumber pendapatan negara tersebut, terdapat beberapa


sumber pendapatan lainnya, yang bersifat tambahan (sekunder), pendapatan
sekunder tersebut adalah:

a. Uang tebusan dari para tawanan perang yaitu berlaku hanya dalam
kasus perang Badar, pada perang lain tidak disebutkan jumlah uang
tebusan tawanan perang, bahkan 6000 tawanan perang hunian
dibebaskan tanpa uang tebusan.
b. Pinjaman-pinjaman setelah menaklukkan kota Makkah untuk
pembayaran uang yaitu pembebasan kaum muslimin dari Bani
Judzhaymah atau sebelum pertempuran Hawazin 30.000 dirham
(20.000 dirham menurut Bukhari dari Abdullah bin Rabi'ah) dan
meminjam beberapa pakaian dan hewan-hewan tunggangan dari
Sufyan bin Umaiyah.

9
c. Khumuz atas rikaz atau harta karun yaitu temuan pada periode
sebelum Islam.
d. Amwal fadhla yaitu berasal dari harta benda kaum muslimin yang
meninggal tanpa ahli waris atau berasal dari barang-barang seorang
muslim yang telah murtad dan pergi meninggalkan negaranya
e. Waqaf yaitu harta benda yang didedikasikan oleh seorang muslim
untuk kepentingan agama Allah dan pendapatannya akan
didepositkan di baitul mal
f. Nawaih yaitu pajak khusus yang dibebankan pada kaum muslim yang
kaya raya dalam rangka menutupi pengeluaran negara selama masa
darurat, seperti yang pernah terjadi pada masa perang Tabuk.
g. Zakat fitrah yaitu zakat yang ditarik pada masa bulan Ramadhan dan
dibagikan sebelum shalat idh.
h. Bentuk lain yaitu sedekah seperti kurban dan kafarat. Kafarat adalah
denda atas kesalahan yang dilakukan seorang muslim pada saat
melakukan kegiatan ibadah, seperti berburu pada musim haji.

Penerimaan Negara dalam Daulah Islamiyah menurut Abu Y usuf


dibagi ke dalam tiga kategori, yaitu ghanimah, adaqah, dan harta fa’I (jizyah,
‘usyur dan kharaj). Penerimaan-penerimaan tersebut dapat digunakan untuk
membiayai aktifitas pemerintahan. Ketiga sumber penerimaan tersebut,
memiliki aturan- aturan dalam pemungutannya, yaitu sebagai berikut :

a. Ghanimah

Ghanimah merupakan sesuatu yang dikuasai oleh


kaum muslim dari harta orang kafir melalui peperangan. Baik
berupa uang, senjata, barang-barang dagangan, bahan pangan
dan lainnya. Abu Y usuf menyebutkan, bahwa pemasukan
ghanimah pada waktu itu menjadi bagian yang penting dalam
keuangan public karena pada masa itu masa ekspansi wilayah.

10
b. Zakat

Sebagai salah satu instrument keuangan Negara, zakat tetap


menjadi salah satu sumber keuangan Negara pada saat itu.
Diantara objek zakat yang menjadi objek perhatiaanya adalah:
Pertama, zakat pertanian, jumlah pembayaran zakat pertanian
adalah sebesar ‘usyr yaitu 10% dan 5%, tergantung dari jenis
tanah dan irigasi. Tanah yang tidak banyak membutuhkan
tenaga untuk penyiapan sarana pengairan, jumlah

Fenomena yang terjadi pada masa Abu Y usuf adalah, ketika terjadi
kelangkaan barang maka harga akan cenderung tinggi, sedangkan pada saat
barang tersebut melimpah, maka harga akan cenderung turun atau lebih
rendah.

Dalam literature kontemporer, fenomena yang berlaku pada masa Abu


Yusuf dapat dijelaskan dalam teori permintaan. Teori permintaan ini
menjelaskan hubungan antara harga dengan banyaknya quantity yang
diminta. Formulasinya menunjukkan bahwa pengaruh harga terhadap jumlah
permintaan suatu komoditi adalah negative, apabila harga naik maka quantity
akan turun begitu sebaliknya apabila harga turun maka quantity akan naik.

Bahwa dalam pemungutan pajak yang dilakukan oleh negara, Abu


Yusuf menyarankan pemerintah menggunakan sistem kharaj muqasamah
(proporsional tax), di mana pajak dipungut berdasarkan hasil dari pertanian,
bukan dari luasnya lahan. Ini dimaksudkan untuk melindungi para petani
yang mempunyai lahan yang luas tetapi terdapat lahan-lahan yang kurang
produktif. Selain itu, fluktuasi harga komoditas pertanian yang tidak menentu
akan memjadi beban kepada masyarakat jika kharaj wadhifah/misahah
dengan tarif berdasarkan luas lahan tetap dilaksanakan.

Bahwa dalam kebijakan pengendalian harga komoditas ekonomi, Abu


Yusuf menentang intervensi pemerintah dalam menentukan harga. Beliau
juga berpendapat bahwa harga komoditas ekonomi tidak selalu bergantung

11
pada banyak atau sedikitnya produksi. Menurut beliau, selain pengaruh dari
jumlah penawaran, harga juga dipengaruhi oleh kekuatan permintaan. Ada
faktor-faktor yang tidak dapat dilihat dalam menentukan tinggi-rendahnya
suatu harga.

1. Bagaimana pemikiran Abu Yusuf tentang pilihan untuk


membebankan pajak dari hasil para petani dibandingkan uang sewa
jelaskan pengertian anda?

Jawaban :

Dalam hal penetapan pajak, Abu Yusuf cenderung menyetujui negara


mengambil bagian dari hasil pertanian dari para penggarap daripada
menarik sewa dari lahan pertanian. Menurutnya, cara ini lebih adil dan
memberikan hasil produksi yang lebih besar dengan memberikan
kemudahan dalam memperluas tanah garapan.

2. Bagaimana pandangan Abu Yusuf mengenai penetapan harga?


Jawaban :

Abu Yusuf mengatakan bahwa mekanisme dalam penetapan harga


tidak terlepas dari mekanisme pasar, ia mengatakan peningkatan dan
penurunan produksi dalam kaitannya dengan perubahan harga,
pemahamannya saat itu bahwa bila tersedia sedikit barang maka harga
akan mahal dan demikian sebaliknya.

3. Apa konsep utama dari pemikiran ekonomi Abu Yusuf serta


Bagaimana prinsip perpajakan yang dikemukakan oleh Abu Yusuf?

Jawaban :

Yang menjadi kekuatan utama pemikiran Abu Yusuf adalah dalam


masalah keuangan publik. Sistem ekonomi yang dikehendaki oleh
Abu yusuf adalah satu upaya untuk mencapai kemaslahatan ummat.
Kemaslahatan ini didasarkan pada al-Qur'an, al- Hadits, maupun
landasan-landasan lainnya.

12
Abu Yusuf sangat menekankan pengawasan yang ketat terhadap para
pemungut pajak, guna menghindari terjadinya penyelewengan seperti
korupsi, tindak penindasan, dan lain sebagainya. Ia menganggap
bahwa penghapusan penindasan dan jaminan kesejahteraan rakyat
adalah sebagai tugas utama penguasa.

13
REFERENSI

Hidayat, Muhammad, an Introduction to The Sharia Economic (Pengantar


Ekonomi Syari’ah), Jakarta : Zikrul Hakim, 2010

Abdullah, Boedi. Peradaban Pemikiran Ekonomi Islam (Bandung: CV


Pustaka Setia, 2010)

Nur. Jejak Langkah Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam (Yogyakarta:


Pustaka Pelajar, 2010)

14

Anda mungkin juga menyukai