Anda di halaman 1dari 12

KEDUDUKAN DAN PERTANGGUNG JAWABAN ADVOKAT DALAM

MENDAMPINGI KLIEN TERLIBAT KASUS TINDAK PIDANA


KORUPSI BERDASARKAN PASAL 15 AYAT 2 UNDANG-UNDANG NO
18 TAHUN 2003

PROPOSAL

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat


Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (SH)

Oleh:

SALLIM GUNAWAN
11820411305

PROGRAM STUDI HUKUM TATA NEGARA (SIYASAH)


FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM
RIAU
1444 H/2022 M
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam sistem hukum, setiap orang diakui memiliki hak yang sama dan

dilindungi oleh negara tanpa memandang latar belakangnya. Ini berarti bahwa

semua individu memiliki hak untuk diperlakukan sama di depan hukum.

Untuk menjamin adanya keadilan bagi semua orang tanpa memandang latar

belakangnya, hakim harus memberikan perlakuan yang sama pada setiap

orang yang datang ke hadapannya dalam sebuah sengketa. Hal ini dikenal

dengan prinsip audi et alteram partem, yang berarti bahwa setiap pihak dalam

sengketa harus didengarkan dengan seksama oleh hakim. Dengan demikian,

prinsip equality before the law yang dinamis ini diyakini dapat memberikan

akses bagi semua orang untuk memperoleh keadilan yang sesuai dengan

hukum.

Setiap individu berhak atas keadilan yang sama, tidak peduli apakah

mereka mampu atau tidak. Oleh karena itu, pemerintah bertanggung jawab

untuk memberikan akses yang sama bagi semua orang terhadap keadilan 1.

Inilah yang menjadi dasar pembuatan Undang-Undang Republik Indonesia

No. 18 Tahun 2003 tentang Advokat serta Undang-Undang Republik

Indonesia No. 16 Tahun 2011 tentang Bantuan Hukum. Tujuan dari UU

tersebut adalah untuk memastikan bahwa setiap orang dapat memperoleh

1
Frans Hendra Winarta, tt, “Paradigma Bantuan Hukum Sekarang Harus Banting Setir”,
http : www/bantuan-hukum/.com

1
2

bantuan hukum yang diperlukan, sehingga keadilan dapat terwujud secara adil

bagi semua orang tanpa terkecuali.

Pentingnya peran dan fungsi advokat dalam mewujudkan prinsip-

prinsip negara hukum tidak terlepas dari kebebasan, mandiri, dan tanggung

jawab dari profesi tersebut. Selain lembaga peradilan dan instansi penegak

hukum seperti kepolisian dan kejaksaan, advokat juga turut memainkan peran

penting dalam menegakkan keadilan berdasarkan hukum bagi masyarakat

pencari keadilan. Melalui jasa hukum yang diberikan, advokat juga berusaha

memberdayakan masyarakat dalam menyadari hak-hak fundamental mereka di

depan hukum. Karena fungsinya yang mulia inilah, advokat dijuluki sebagai

"officium nobile" atau "nobel profesion" yang artinya profesi yang mulia dan

terhormat.2 Selain itu, advokat juga diwajibkan untuk melakukan pembelaan

kepada semua orang tanpa membedakan latar belakang ras, warna kulit,

agama, budaya, sosio-ekonomi, kaya atau miskin, keyakinan politik, gender,

dan ideologi.3

Untuk mempertahankan keadilan bagi semua orang, termasuk mereka

yang tidak mampu, profesi advokat memiliki kewajiban untuk memberikan

bantuan hukum dan membela orang atau kelompok miskin. Ini merupakan

salah satu implementasi dari prinsip justice for all, yaitu keadilan bagi semua

orang, serta persamaan di depan hukum tanpa terkecuali. Namun, di

Indonesia, sistem hukum pidana masih belum mencapai tingkat keterpaduan

2
Todung Mulya Lubis, 2008, Catatan Hukum Todung Mulya Lubis, Mengapa Saya
Mencintai Negeri Ini, Penerbit Kompas Media Nusantara, Jakarta, hal. 102.
3
Frans Hendra Winarta, 2000, Bantuan Hukum: Suatu Hak Asasi Manusia Bukan Belas Kasihan,
Elex Media Komputindo, Jakarta, hal. 102.
3

yang diinginkan, sehingga seringkali tersangka atau terdakwa diperlakukan

tidak adil, disiksa, atau bahkan dilarang untuk didampingi advokat. Oleh

karena itu, penegak hukum harus lebih memperhatikan due process of law,

yaitu proses hukum yang adil yang memperhatikan hak-hak tersangka atau

terdakwa. Sebagai bagian dari sistem hukum, profesi advokat memiliki peran

yang sangat penting dalam memastikan bahwa setiap orang dapat menikmati

haknya untuk didampingi oleh advokat.

Penegasan tentang hak asasi setiap individu untuk mendapatkan

bantuan hukum menunjukkan betapa pentingnya prinsip due process of law

dan equality before the law dalam mewujudkan prinsip justice for all. Advokat

memegang peran yang sangat penting dalam memberikan bantuan hukum,

baik dari segi kompetensi maupun kewenangan. Karenanya, negara

memberikan kewajiban kepada advokat untuk memberikan bantuan hukum

secara gratis bagi orang atau kelompok yang tidak mampu secara ekonomi.

Pasal 22 ayat (1) UU RI Tahun 2003 Tentang Advokat menegaskan bahwa

advokat wajib memberikan bantuan hukum secara gratis kepada pencari

keadilan yang tidak mampu. Meskipun konstitusi menjamin hak setiap warga

negara untuk mendapatkan perlakuan yang sama di muka hukum, termasuk

hak untuk mengakses keadilan melalui bantuan hukum, sistem peradilan yang

birokratis, rumit, dan mahal serta isoterik seringkali menghambat akses

masyarakat miskin terhadap keadilan. Orang-orang kaya dan berkekuasaan

lebih mudah mengakses dan mendapatkan "keadilan" dengan mempekerjakan

advokat yang dibayar. Namun, kelompok masyarakat miskin tidak memiliki


4

kemampuan untuk memahami hukum atau membayar advokat, sehingga tidak

ada perlakuan yang sama di muka hukum dalam mengakses keadilan. Masalah

utama yang terjadi adalah tidak adanya akses yang sama bagi semua warga

negara untuk mendapatkan perlakuan yang sama di muka hukum, meskipun

doktrin keadilan harus dapat diakses oleh semua warga negara tanpa terkecuali

(justice for all/accessible to all).

Meskipun banyak lembaga yang menawarkan bantuan hukum kepada

masyarakat miskin, ternyata upaya tersebut tidak cukup efektif. Hal ini

disebabkan oleh masalah administrasi dan legalisasi yang dihadapi oleh para

penggiat bantuan hukum, baik dari lembaga bantuan hukum kampus, ormas,

partai politik, maupun lembaga swadaya masyarakat. Selain itu, UU RI No. 18

Tahun 2003 Tentang Advokat justru memberikan batasan terhadap akses

bantuan hukum pro-bono bagi masyarakat miskin, seolah-olah berniat untuk

memonopoli profesi advokat. Namun, faktanya, profesi advokat sebenarnya

merupakan profesi yang bersifat "corporate" dan tidak nirlaba, sehingga

pelayanannya jauh dari jangkauan kelompok masyarakat tidak mampu dan

rentan. Komersialisasi serta sikap elitis yang dimiliki oleh para advokat pun

semakin menambah gap yang terlalu lebar dengan harapan terwujudnya

prinsip justice for all/accessible to all. Oleh karena itu, diperlukan upaya yang

lebih konkret dan terintegrasi untuk meningkatkan akses keadilan bagi

masyarakat miskin.

Menurut Satjipto Rahardjo, perkembangan bantuan hukum di

Indonesia telah mencapai tahap di mana praktiknya mendekati sebuah


5

"industri hukum". Artinya, para advokat lebih terfokus pada bisnis yang

mereka jalankan daripada memberikan bantuan yang sebenarnya dibutuhkan

oleh orang-orang yang mengalami kesulitan. Bantuan hukum telah menjadi

sebuah korporasi besar yang mencakup berbagai unit dan jasa pelayanan

hukum yang dianggap sebagai produk yang dijual. Seolah-olah, bantuan

hukum telah menjadi sebuah bisnis yang tidak lagi memberikan prioritas pada

kebutuhan masyarakat akan bantuan hukum yang sebenarnya. 4 Namun, tentu

saja masih ada juga para advokat yang tetap memberikan bantuan hukum yang

sebenarnya dan tidak hanya terfokus pada bisnis yang mereka jalankan.

Dari perspektif fiqih siyasah, memberikan layanan hukum yang layak

dan terjangkau bagi masyarakat, terutama bagi masyarakat miskin, merupakan

salah satu tanggung jawab sosial yang harus dipenuhi oleh umat Islam. Hal ini

sesuai dengan prinsip-prinsip dasar fiqih siyasah yang menekankan pada hak

asasi manusia dan kesejahteraan sosial bagi semua anggota masyarakat yang

harus sesuai dengan hukum Allah.5

Sebagaimana yang sudah dijelaskan diatas bahwasannya dasar legalitas

dalam memberikan bantuan hukum terhadap masyarakat miskin dalam Islam

meliputi Alquran, Hadits, dan ijma ulama. Sebagaimana yang terdapat dalam

sebuat Hadits Rasululloh bersabda :

‫ ومن‬،‫يوم القِيَا َمة‬


ِ ‫ب‬ ِ ‫س هللاُ عنه ُك ْربَةً من ُك َر‬ ِ ‫س عن مؤم ٍن ُك ْربَةً من ُك َر‬
َ َّ‫ب الدُّنيا نَف‬ َ َّ‫َمن نَف‬
ُ‫ وهللا‬،‫ستَ َرهُ هللاُ في الدُّنيا واآلخر ِة‬
َ ‫سلِ ًما‬
ْ ‫ست ََر ُم‬
َ ‫ ومن‬،‫س َر هللاُ عليه في الدُّنيا واآلخر ِة‬ َّ َ‫س ٍر ي‬
ِ ‫س َر على ُم ْع‬ َّ َ‫ي‬
‫في ع َْو ِن ال َع ْب ِد ما َكانَ العب ُد في ع َْو ِن َأ ِخي ِه‬
4
Sajipto Rahardjo, 2010, Penegakan Hukum Progresif, Penerbit Buku Kompas, Jakarta,
hal. 181.
5
Muhammad Faqih Muslim, Profesi Advokat dalam Perspektif Hukum Islam (Jakarta: Fakultas
Syariah dan Hukum UIN Jakarta, 2009), h. 6.
6

“Siapa yang melapangkan seorang mukmin dari kesusahan dunia,

niscaya Allah melapangkan baginya kesusahan pada hari kiamat. Siapa yang

memberi kemudahan kepada orang yang dilanda kesulitan, niscaya Allah

memberi kemudahan baginya di dunia dan akhirat. Siapa yang menutup (aib)

seorang muslim, niscaya Allah menutup (aibnya) di dunia dan akhirat. Allah

senantiasa menolong seorang hamba selama hamba itu menolong

saudaranya. (H.R Muslim).

Istilah Advokat secara khusus memang tidak terdapat dalam hukum

Islam, namun fungsi Advokat sebagai pemberi bantuan hukum dapat di

qiyaskan dengan hakam, mufti, mushalih-alih. Ketiga pemberi bantuan hukum

tersebut secara fungsi hampir sama dengan fungsi Advokat yaitu lembaga

penegak hukum diluar pemerintah yang brtugas memberi jasa hukum kepada

masyarakat. Bantuan hukum dalam Al-Qur’an juga dijelaskan, yaitu dalam

Q.S Al-Qashash : 33-34 yang berbunyi:

ُ‫ص ُح ِمنِّ ْي لِ َسانًا فَاَرْ ِس ْله‬


َ ‫ َواَ ِخ ْي ٰهرُوْ نُ ه َُو اَ ْف‬٣٣ ‫َاف اَ ْن يَّ ْقتُلُوْ ِن‬ ُ ‫قَا َل َربِّ اِنِّ ْي قَت َْل‬
Fُ ‫ت ِم ْنهُ ْم نَ ْفسًا فَاَخ‬
)34-33 :28/‫ ( القصص‬٣٤ ‫ص ِّدقُنِ ْٓي ۖاِنِّ ْٓي اَخَافُ اَ ْن يُّ َك ِّذبُوْ ِن‬ َ ُّ‫َم ِع َي ِر ْد ًءا ي‬
Artinya : Musa berkata: "Ya Tuhanku Sesungguhnya Aku, telah

membunuh seorang manusia dari golongan mereka, Maka aku takut mereka

akan membunuhku. Dan saudaraku Harun Dia lebih fasih lidahnya

daripadaku, Maka utuslah Dia bersamaku sebagai pembantuku untuk

membenarkan (perkata-an)ku; Sesungguhnya aku khawatir mereka akan

mendustakanku". (Q.S. Al-Qashash: 33-34).6

6
4 Departemen Agama RI, al-Qur‟an dan Terjemah, al-Maidah Ayat 2, (Surabaya:
Pustaka Umum, 2006), h.389.
7

Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti merasa tertarik untuk

melakukan sebuah penelitian tentang sejauh mana Advokat berperan dalam

memberikan bantuan hukum kepada masyarakat tidak mampu di Kota

Pekanbaru, yang akan peneliti tuangkan dalam skripsi yang berjudul “PERAN

ADVOKAT DALAM MEMBERIKAN BANTUAN HUKUM KEPADA

MASYARAKAT TIDAK MAMPU DI KOTA PEKANBARU SESUAI

DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 18 TAHUN 2003 TENTANG

ADVOKAT MENURUT TINJAUAN FIQIH SIYASAH.”

B. Batasan Masalah

Agar Penelitian ini terarah dan tidak menyimpang dari topik yang

dijadikan permasalahan maka penelitian ini hanya membahas tentang Peran

Advokat Dalam Memberikan Bantuan Hukum Kepada Masyarakat di Kota

Pekanbaru Dengan Melihat Kepada Undang-undang Nomor 18 Tahun 2003

Tentang Advokat Menurut Tinjauan Fiqih Siyasah, Penelitian ini dilakukan

hanya untuk mengetahui Apakah fungsi Advokat dalam memberikan bantuan

hukum kepada masyarakat tidak mampu di kota Pekanbaru sudah berjalan

sebagaimana mestinya.

C. Rumusuan Masalah

Dari batasan masalah diatas maka penulis merumuskan masalah yang

akan dikaji dalam penelitian ini sebaga berikut:

1. Bagaimanakah pelaksanaan pemberian bantuan hukum untuk masyarakat

tidak mampu di Kota Pekanbaru?


8

2. Apa saja hambatan-hambatan yang di hadapi Advokat dalam memberikan

baruntuan hukum kepada masyarakat tidak mampu di Kota Pekanbaru.

3. Bagaimana pandangan Fiqih Siyasah terhadap Advokat dalam pelaksanaan

pemberian bantuan hukum untuk masyarakat tidak mampu di Kota

Pekanbaru.

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian adalah:

a. Untuk mengetahui bagaimana penerapan Pasal 22 ayat 1 Undang-

Undang Nomor 18 Tahun 2003 tentang Advokat kepada masyarakat

tidak mampu di Kota Pekanbaru

b. Untuk mengidentifikasi hambatan-hambatan yang dihadapi oleh

Advokat dalam memberikan layanan hukum kepada masyarakat tidak

mampu di Kota Pekanbaru.

c. Untuk menganalisis strategi yang diterapkan oleh Advokat dalam

memberikakan layanan hukum kepada masyarakat tidak mampu di

Kota Pekanbaru.

d. Untuk mengetahui tanggapan masyarakat tidak mampu terhadap

layanan hukum yang diberikan Advokat di Kota Pekanbaru.

e. Untuk mengetahui dan memahami bagaimana perspektif fiqih siyasah

dalam melihat seorang Advokat yang memberikan layanan hukum

kepada masyarakat tidak mampu.

2. Manfaat Penelitian
9

Secara inheren penelitian ini memiliki kegunaan praktis dan

kegunaan akademis sebagai berikut :

a. Untuk keperluan akademis, penulis mengharapkan hasil penelitian ini

bisa menjadi suatu yang bermanfaat bagi khaznah keilmuan dan

cakrawala pengetahuan Fakultas Syari’ah dan Hukum terkhusus

jurusan Hukum Tata Negara Siyasah dan mahasiswa serta masyarakat

pada umumnya terkait tentang hukum dan ketatanegaraan islam.

b. Untuk keperluan praktis, penulis mengharapkan penelitian ini dapat

dijadikan pedoman dalam melakukan praktek hukum dan politik

dilingkungan masyarakat.

c. Sebagai salah satu syarat bagi penulis agar bisa menyelesaikan

perkuliahan program S1 Fakultas Syari’ah dan Hukum, Jurusan

Hukum Tata Negara (Siyasah) pada Universitas Islam Negeri Sultan

Syarif Kasim Riau.

E. Sistematika Penulisan

Penulisan dan pembahasan dalam penelitian ini berpedoman pada buku

panduan penulisan skripsi Fakultas Syari’ah dan Hukum, Penulis membagi

menjadi lima bab dan tiap bab akan diuraikan menjadi sub-sub bab agar

mempermudah pembahasan dan pemahaman dalam pembuatan skripsi ini.

BAB I : PENDAHULUAN
10

Dalam bab ini memuat latar belakang masalah, batasan masalah,

rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan

sistematika penelitian.

BAB II : TINJAUAN TEORITIS

Bab ini berisikan uraian teori, konsep, asas, Norma, doktrin yang

relevan dengan masalah hukum yang diteliti baik dari buku,

jurnal ilmiah, yurispudensi maupun perundang-undangan dan

sumber data lainya.

BAB III : METODE PENELITIAN

Penjelasan pada bab ini membahas tentang jenis penelitian,

lokasi penelitian, populasi dan sampel, subjek dan objek

penelitian, teknik pengumpulan data dan metode analisis data.

BAB IV : HASIL PENELITIAN

Dalam bab ini penulis membahas hasil penelitian peran Advokat

dalam memberikan bantuan hukum kepada masyarakat tidak

mampu di Kota Pekanbaru berdasarkan Undang-Undang No 18

tahun 2003 menurut tinjauan Fiqih Siyasah.

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN

Di bab terakhir ini memuat kesimpulan berupa rumusan singkat

sebagai jawaban permasalahan yang terdapat dalam penelitian

serta saran-saran yang berkaitan dengan pembahasan pada

penelitian ini.

Anda mungkin juga menyukai