Anda di halaman 1dari 31

Laporan Kasus

TINEA
CORPORIS et
CRURIS
Eva Chandra Fitriani 21904101026
 
  Pembimbing
dr. I.G.A.K. Wulan, Sp.KK
Latar Belakang
Dermatofitosis adalah golongan penyakit jamur superficial yang disebabkan oleh jamur dermofita
yakni Trichophyton spp, Microsporum spp, dan Epidermophyton spp (Wirya et al., 2010).

Penyakit ini menyerang jaringan yang mengubah zat tanduk yakni


epidermis (tinea korporis, tinea kruris, tinea manus et pedis), rambut
(tinea kapitis), kuku (tinea unguinum).

Prevalensi infeksi jamur


superficial di seluruh dunia
diperkirakan 20-25% (Rezvani
dan Sefidgar, 2010 dalam
Ermawati, 2013).

Di Indonesia (iklim tropis) dermatofitosis menempati urutan kedua


setelah pityriasis versicolor. Dermatofitosis didapatkan sebanyak
52% dengan kasus terbanyak tinea kruris dan tinea korporis
(Gadithya, et al., 2016).
LAPORAN
KASUS
ANAMNESA
Keluhan utama
IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. X Bercak pada perut, paha dan bokong
Umur : 45 tahun disertai gatal
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Banyuwangi Riwayat penyakit sekarang
Pendidikan : SMA Pasien datang ke poli kulit RSUD
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga Blambangan dengan keluhan terdapat bercak-
Agama : Islam bercak kemerahan dan bersisik pada perut,
Tgl pemeriksaan : 23 September 2020 lipatan paha kanan kiri dan bokong yang
No RM :- disertai rasa gatal sejak 1 bulan yang lalu.
Awalnya muncul bercak kecil kemerahan di
bagian perut disertai gatal, kemudian menjalar
kebagian lipatan paha kanan kiri dan bokong.
Bercak dirasakan gatal terutama bila berkeringat
dan udara panas.
ANAMNESA

Riwayat Penyakit Dahulu


 Pasien tidak pernah menderita penyakit yang sama
 Riwayat alergi disangkal

Riwayat Penyakit Keluarga


Keluarga tidak ada yang mengalami hal serupa
PEMERIKSAAN FISIK
Kepala : Normocephali
Mata : Konjungtiva anemis (-/-), Sklera
Keadaan umum : baik Ikterik (-/-)
Tenggorokan : Faring tidak hiperemis
GCS : 456
Leher : Pembesaran KGB (-/-)
Tekanan darah : Tidak dilakukan
Paru : Bunyi nafas vesikuler, Ronchy
Nadi : 80 kali/menit -/-, Wheezing -/-
Pernafasan : 20 kali/menit Jantung : Bunyi jantung I-II regular,
Suhu : Tidak dilakukan murmur (-), gallop (-)
Berat badan : .. Kg Abdomen : Datar, supel. Hepar dan Lien
Tinggi badan : .. Cm tidak ada pembesaran, bising usus
(+) normal
Ekstrimitas : Akral hangat, edema (-/-)
STATUS DERMATOLOGIS

Tampak multiple makula eritematosa


berukuran Ø1-4 cm berbatas tegas,
berbentuk bulat tidak beraturan,
skuama putih halus diatasnya, bagian
tepi lesi tampak meninggi
STATUS DERMATOLOGIS

Tampak makula eritem disertai


hiperpigmentasi berukuran Ø15-20 cm
berbatas tegas, berbentuk tidak
beraturan, skuama putih halus
diatasnya, bagian tepi lesi tampak
meninggi
STATUS DERMATOLOGIS

Tampak makula eritem disertai


hiperpigmentasi berukuran Ø10-15 cm
berbatas tegas, berbentuk tidak
beraturan, skuama putih halus
diatasnya, bagian tepi lesi tampak
meninggi
DIAGNOSIS BANDING
 Kandidiasis
 Psoriasis
DIAGNOSIS KERJA

Tinea Korporis et cruris

PLANNING DIAGNOSIS

 Pemeriksaan mikroskopik KOH 10-20%


 Lampu wood
TATALAKSANA

Non-medikamentosa: Medikamentosa:
1. Menganjurkan pasien agar menjaga hygiene dan Sistemik:
kelembapan  Cetirizine 10mg sekali sehari
2. Menjelaskan kepada pasien agar mencuci sprai, (malam hari, jika gatal)
handuk dan baju agar tidak terjadi penularan  Griseofulvin 500mg sekali sehari
3. Menjelaskan kepada pasien agar tidak (selama 2-4 minggu)
menggunakan pakaian yang terlalu ketat Topikal :
4. Menyarankan pasien untuk tidak menggunakan  Ketoconazole krim 2% (dioleskan 2
handuk, pakaian secara bersama-sama dengan kali sehari, pagi dan malam hari
anggota keluarga yang lain pada lesi) selama minimal 2 minggu
TINJAUAN
PUSTAKA
DEFINISI
DERMATOFITOSIS TINEA KORPORIS

Dermatofitosis adalah infeksi jamur Penyakit kulit yang disebabkan oleh


dermatofit (spesies Microsporum, jamur superficial golongan
Trichophyton, dan Epidermophyton dermatofita menyerang daerah kulit
yang menyerang epidermis bagian tak berambut pada wajah, badan,
superfisialis (stratum korneum), lengan, dan tungkai (Siregar, 2004)
kuku, dan rambut (UNAIR, 2007)

sinonim tinea sirsinata, tinea


tinea kapitis, tinea korporis, tinea glabrosa, Scherende Flechte,
kruris, tinea unguinum, tinea kurap, herpe sircine
pedis, tinea manuum, dan tinea trichophytique
barbae
EPIDEMIOLOGI
Insidensi meningkat pada : Orang dewasa terutama di daerah
tropis, lembab, kebersihan individu

Prevalensi infeksi jamur superficial di seluruh dunia


diperkirakan 20-25% populasi dunia yang paling sering
(Rezvani dan Sefidgar, 2010 dalam Ermawati, 2013).

Di Indonesia dermatofitosis menempati urutan kedua


setelah pityriasis versicolor. Dermatofitosis didapatkan
sebanyak 52% dengan kasus terbanyak tinea kruris dan
tinea korporis
ETIOLOGI
• Dermatofita adalah golongan jamur
yang menyebabkan dermatofitosis.
Golongan jamur ini mempunyai
sifat mencerna keratin.
• Dermatofita termasuk dalam kelas
fungi imperfecti yang terbagi
menjadi tiga genus yaitu
Trichophyton spp, Microsporum
spp, dan Epidermophyton spp. Kontak langsung bisa didapatkan dari
• Penyebab yang paling umum yaitu individu yang terinfeksi
Trichophyton rubrum dan
Trichophyton mentagrophytes
Kontak tidak langsung melalui benda yang
(Ermawati, 2013).
mengandung jamur, misalnya handuk, lantai
kamar mandi, tempat tidur
FAKTOR RESIKO

• Obesitas dan pekerjaan yang banyak mengeluarkan


keringat
• Kontak langsung dengan penderita atau binatang
• Penggunaan sarana pemandian umum bersama, atau
kolam renang umum
• Kebersihan pribadi (menjaga kebersihan badan) yang
kurang diperhatikan mendukung tumbuhnya jamur
PATOGENESIS
PERLEKATAN
KERATINOSIT
• Perlekatan ke keratinosit, yang tergantung pada
sinar UV, suhu, kelembapan serta kompetisi
dengan flora normal lain pada kulit.
• Serabut dinding terluar dermatofit merupakan
mediator terjadinya perlekatan yang menghasilkan
keratinase untuk menghidrolisis keratin dan
memfasilitasi pertumbuhan jamur, serta
menghasilkan proteinase yang menyebabkan
katabolisme protein pada ekstra sel
PATOGENESIS
PENETRASI MELALUI
ATAU ANTAR SEL
• Setelah melakukan penetrasi ke dalam stratum
korneum dengan menghasilkan sekresi proteinase,
lipase, dan enzim mucinolitik sebagai nutrisi 
memudahkan invasi dermatofit
• Dermatofit dapat mudah masuk dengan adanya trauma
atau maserasi
• Sistem imun penjamu merupakan hal yang
mempengaruhi proses invasi dermatofit ke stratum
korneum
PATOGENESIS
SISTEM IMUN PASIEN DAN
ORGANISME YANG TERLIBAT
• Reaksi hipersensitivitas tipe IV atau Delayed Type Hypersensitivity
(DTH) memainkan peran yang penting dalam melawan dermatofita.
• Pada orang yang belum pernah terserang dermatofitosis sebelumnya,
maka inflamasi yang dihasilkan akan minimal dan tricophyton test
negatif. Infeksi menghasilkan sedikit eritema dan skuama yang
dihasilkan oleh pergantian keratinosit.
• Saat berada di epidermis, dermatofita akan dikenali oleh sel langerhans
dan selanjutnya dipresentasikan oleh sel T di nodus limfe  Sel T akan
berproliferasi untuk menyerang dermatofit dan menyebabkan inflamasi
pada tempat yang terinfeksi dan barier epidermal menjadi
permeable
PENEGAKAN DIAGNOSA
ANAMNESIS PEMERIKSAAN FISIK
DAN LOKALIS
Ruam mengenai kulit berambut halus, secara
ditemukan keluhan ruam yang
klinis tampak lesi berbatas tegas, polisiklik,
gatal atau nyeri atau sensasi
tepi aktif karena tanda radang lebih jelas
terbakar di badan, dada,
(meninggi), dan polimorfi yang terdiri dari
punggung, ekstremitas, atau
eritema, skuama, kadang papul dan vesikel
wajah, dan gatal ketika
di tepi, terdapat bagian normal ditengah
berkeringat. Pasien berada di
(central healing) tertutup skuama
tempat yang beriklim lembab
Bentuk ruam paling sering yaitu anular dan
dan panas serta memakai
iris. Karena gatal dan digaruk lesi akan
pakaian yang tidak menyerap
semakin meluas secara sentrifugal terutama
keringat
pada daerah yang lembab
Kronis akan ditemukan tanda radang
menghilang dan likenifikasi
PENEGAKAN DIAGNOSA
PEMERIKSAAN
PEMERIKSAAN MIKOLOGI
DENGAN LAMPU WOOD

Pemeriksaan dengan lampu wood Dengan menggunakan KOH 20% dapat


yang mengeluarkan sinar UV ditambah tinta parker superchrome clue
dengan gelombang 3650 Å timbul black
warna kehijauan
HASIL : hifa sebagai dua garis sejajar
terbagi oleh sekat dan bercabang
maupun spora berderet (artrospora) pada
kelainan kulit lama dan/ sudah diobati
DIAGNOSIS BANDING
PITIRIASIS ROSEA
● Lesi : makula eritematosa dengan tepi sedikit
meninggi, ada papula, skuama.
● Diameter panjang lesi menuruti garis kulit.
● Terdistribusi secara simetris dan terbatas
pada tubuh bagian proksimal anggota badan
sukar dibedakan dengan tinea korporis tanpa
herald patch yang dapat membedakan tipe
penyakit ini dengan korporis.
● Predileksinya banyak pada daerah ekstensor
misalnya lutut, siku, dan punggung
DIAGNOSIS BANDING
DERMATITIS NUMULARE
● Lesi : Makula eritematosa
eksudatif, besarnya nummular
hingga plakat. Terkadang
hiperpigmentasi, likenifikasi
berbatas tegas sebesar uang logam
● Predileksi : punggung kaki,
punggung tangan, bagian ekstensor
ekstremitas, bokong, dan bahu
DIAGNOSIS BANDING
DERMATITIS SEBOROIK

● Lesi akut berupa papul sampai plak


eritema, skuama minyak agak
kekuningan, berbatas tidak jelas
● Terlihat pada tempat-tempat
predileksi seperti di kulit kepala,
lipatan kepala, belakang telinga,
lipatan nasolabial, lipatan mamaedan
lain-lain.
TATALAKSANA
MEDIKAMENTOSA Griseofulvin
obat pilihan karena aman dan dapat ditoleransi dengan
Sistemik baik oleh anak. Penyerapannya baik jika diberikan
- Griseofulvin pada anak-anak dengan bersama makanan berlemak. Efek samping yang dapat
dosis 15-20 mg/kgbb/hari dan timbul adalah fotosensitif, sakit kepala, gangguan
dewasa 500-1000 mg per hari 1- gastrointestinal, dan sebaiknya dihindari pada pengguna
2x/hari selama 2-4 minggu kontrasepsi oral

- Triazol (Itrakonazol 100 mg/hari


selama 2 minggu), Imidazole Azol
(Ketokonazol 200 mg/hari dalam 3 Semua golongan azole bekerja dengan mekanisme hambatan
minggu) terhadap sintesis ergsterol (sterol utama membrane sel jamur)
melalui inhibisi sitokrom P-450 yaitu enzim lanostrerol
- Alilamine (Naftitin, Terbinafin) dimetilase
- Terbinafin 250 mg/hari selama 2 Ketokonazol memiliki sifat fungistatic
minggu Ketokonazol kontraindikasi untuk pasien dengan penyakit
hepar. Pengganti ketokonazol dapat diberikan itrakonazol
TATALAKSANA
MEDIKAMENTOSA
Topikal
Golongan obat lama atau konvensional
: asam salisilat 2-4%, asam benzoate 6-
12%, sulfur 4-6%, vioform 3%, asam
undesilenat 2-5%

Agen golongan obat baru yaitu


golongan imidazole 1% (mikonazol,
klotrimazol, ketokonazol, dll), golongan
alilamin (naftilin 1%, terbinafine),
tolnaftate, dan siklopiroksolamin 1%

Agen topical ini diberikan 2 kali sehari


selama 2-4 minggu.
NON-MEDIKAMENTOSA PROGNOSA
• Meningkatkan kebersihan badan Pada umumnya baik, namun beberapa
• Menghindari pakaian yang tidak faktor predisposisi terutama
menyerap keringat kelembapan perlu diperhatikan untuk
• Menghindari penggunaan handuk, meminimalisir terjadinya kekambuhan
baju atau alat mandi bergantian
KESIMPULAN
Tinea korporis adalah infeksi dermatofita superfisial yang ditandai oleh baik lesi
inflamasi maupun non inflamasi pada glabrous skin. Angka kejadian yang tinggi
didapatkan pada daerah tropis, terjadi pada hampir semua usia dan umumnya pada
pekerjaan yang berhubungan dengan hewan.
Gejala yang khas adanya central healing, dengan bagian tepi terliat meninggi dan
biasanya lebih aktif. Rasa gatal juga dirasakan bertambah saat penderita berkeringat.
Pengobatan dapat diberikan melalui topikal dan sistemik, tergantung lokalisir dari lesi
yang ditimbulkan. Pencegahan dilakukan mulai dari gaya berbusana, kebersihan
penderita dan juga gaya hidup penderita.
TERIMA KASIH
CRÉDITOS: Esta plantilla de presentación fue creada por Slidesgo, que
incluye iconos de Flaticon, e infografías e imágenes de Freepik

Anda mungkin juga menyukai