Komplikasi pada meningitis bakteri dan meningitis TB?
Komplikasi akut yang umumnya terjadi pada meningitis bakteri dapat berupa : syok, gagal napas, apnu, perubahan status mental/koma, peningkatan TIK, kejang, Disseminated Intravascular Coagulation (DIC), efusi subdural, abses subdural, abses intraserebral dan bahkan kematian. Pasien dapat mengalami perubahan status mental atau bahkan koma. Diperkirakan sekitar 15-20% penderita meningitis TB akan mengalami komplikasi jangka panjang akibat penyakit ini berupa: kerusakan otak yang berat, epilepsi, kelemahan anggota gerak tubuh, kehilangan pendengaran/tuli, kehilangan penglihatan/buta, dimana kemungkinan terburuk dari penyakit meningitis TB adalah kematian. Dosis phenytoin saat kejang dan antibiotik pada meningitis bakteri? oral: dosis awal 3-4 mg/kg bb/hari atau 150-300 mg/hari, dosis tunggal atau terbagi 2 kali sehari. Dapat dinaikkan bertahap dengan interval 7-10 hari. Pemeliharaan: 200-500 mg setiap hari. Anak: Awalnya, 5 mg / kg setiap hari dalam 2-3 dosis terbagi. Maksimal: 300 mg setiap hari. Pemeliharaan: 4-8 mg / kg setiap hari dalam dosis terbagi. Terapi antibiotika empirik pada meningitis bakteri : pemberian ceftriaxone 2 gram tiap 12–24 jam intravena (iv) atau cefotaxime 2 gram tiap 6–8 jam iv (level evidence III B). Sedangkan terapi alternatif : meropenem 2 gram tiap 8 jam iv (level evidence III C) atau chloramphenicol 1 gram tiap 6 jam iv. Pada pneumokokus yang resisten terhadap penicillin atau sefalosporin maka diberikan ceftriaxone atau cefotaxime ditambah vancomycin 60 miligram (mg)/kilogram (kg)/24 jam iv (dosis disesuaikan dengan creatinine clearance) setelah dosis loading 15 mg/kg (level evidence IVA). Jika kuman yang dicurigai adalah listeria maka diberikan ampicillin/amoxicillin 2 gram tiap 4 jam iv (level evidence IVA)
Terapi bakteri patogen spesifik : i). Pada kuman penyebab meningitis
pneumokokus termasuk spesies streptokokusyang sensitif terhadap penicillin diberikan benzyl penicillin 250.000 Unit (U)/kg/hari (setara dengan 2.4 gram tiap 4 jam) (level evidence IVA) atau ampicillin/amoxicillin 2 gram tiap 4 jam atau ceftriaxone 2 gram tiap 12 jam atau cefotaxime 2 gram tiap 6–8 jam. Sedangkan terapi alternatif: meropenem 2 gram tiap 8 jam (level evidenceIVA) atau vancomycin 60 mg/kg/24 jam dosis disesuaikan dengan creatinine clearance) setelah dosis loading 15 mg/kg ditambah rifampicin 600 mg tiap 12 jam (level evidence IVC) ataumoxifloxacin 400 mg tiap hari (level evidence IVC). ii).Pada pneumokokus yang kurang sensitif terhadap pengobatan penicillin atau sefalosporin diberikan ceftriaxone atau cefotaxime ditambah vancomycin ± rifampicin (level evidence IV). Terapi alternatif : moxifloxacin, meropenem atau linezolid 600 mg dikombinasi dengan rifampicin (level evidence IV). iii). Pada meningitis meningokokus diberikan benzyl penicillin atau ceftriaxone atau cefotaxime (level evidence IV). Terapi alternatif: meropenem atau chloramphenicol atau moxifloxacin (level evidence IVC). iv). Pada kuman H.infuenzae tipe B diberikan ceftriaxone atau cefotaxime (level evidence IVC). Terapi alternatif : chloramphenicol–ampicillin/amoxicillin (level evidence IVC). v). Pada meningitis listeria diberikan ampicillin atau amoxicillin 2 gram tiap 4 jam ± gentamicin 1–2 mg tiap 8jam selama 7 sampai 10 hari pertama (level evidence IVC). Terapi alternatif : trimethoprim–sulfamethoxazole 10–20 mg/kg tiap 6–12 jam atau meropenem (level evidence IV). vi). Pada spesies stafilokokus diberikan flucloxacillin 2 gram tiap 4 jam (level evidence IV) atau vancomycin jika alergi terhadap penicillin (level evidence IV). Rifampicin sebaiknya juga diberikan sebagai tambahan terhadap kuman lain dan linezolid untuk methicillin-resistant staphylococcal meningitis (level evidence IVC). vii). Pada bakteri entero gram negatif diberikan ceftriaxone atau cefotaxime atau meropenem. viii). Pada meningitis pseudomonas diberikan meropenem ± gentamicin Perbedaan kejang pada meningitis bakteri dan meningitis viral? Kejadian kejang pada menigitis virus jarang ditemukan karena sifat demamnya yang lebih rendah dari meningitis bakteri. Kejang lebih mungkin terjadi jika parenkim otak terlibat dalam infeksinya dan berkembang menjadi ensefalitis akibat virus. Hidrocephalus non communicans dan communicans? Patofisologi edema otak pada hidrosefalus non komunikans yaitu edema interstisial yang menyebabkan obstruksi aliran keluar cairan serebrospinal dan tekanan intraventrikular yang meningkat. Hal tersebut diduga akibat protein integral pada membran sel otak yang disebut Aquaporin-4 (AQP4) yang mengatur pergerakan cair keluar masuk otak terganggu sehingga memperburuk terjadinya hidrosefalus obstruktif. Ketika terjadi pembengkakan otak, aliran keluar CSS akan terhambat sehingga menyebabkan akumulasi CSS di dalam ventrikel, keadaan ini disebut hidrosefalus. Pada hidrosefalus komunikan terjadi hubungan langsung antara CSS sistem ventrikel dan CSS di ruang subarakhnoid. Hambatan aliran CSS pada tipe ini biasanya terdapat pada bagian distal sistem ventrikel, yaitu pada ruang subarakhnoid atau pada granulatio arachnoidea. Hal ini mengakibatkan akumulasi CSS dan pembesaran ruang ventrikel. Jika produksi CSS berlebihan maka akan mengakibatkan hidrosefalus komunikan. Gambaran brain CT scan akan menunjukkan adanya dilatasi ringan dari semua sistem ventrikel termasuk ruang subarakhnoid di proksimal dari daerah sumbatan. produksi yang berlebihan pada CSS atau absorpsi yang kurang di ruang subaraknoid. Bakteri yang telah mencapai pleksus koroid akan menyebar melalui CSS hingga mencapai meningeal dan sel ependim. Bakteri akan bereplikasi yang selanjutnya menyebabkan destruksi sel dan inflamasi. Respon inflamasi inilah yang menunjukkan simptom demam, kaku kuduk, sakit kepala dan fotofobia. Respon inflamasi ini juga membatasi replikasi bakteri dan lama sindrom meningitis. Inflamasi di dalam ruang CSS menyebabkan hambatan ambilan CSS oleh vili araknoid sehingga terjadi hidrosefalus komunikans.
Indikasi dan kontraindikasi lumbal pungsi?
Kontraindikasi: - Terdapat tanda tekanan intrakranial yang meningkat (pupil yang tidak sama, tubuh kaku atau paralisis salah satu ekstremitas, atau napas yang tidak teratur). - Infeksi pada daerah kulit tempat jarum akan ditusukkan. Indikasi: - Meningitis - Infeksi intrakranial - Observasi febris