Anda di halaman 1dari 39

LABORATORIUM ILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN

RSUD BLAMBANGAN BANYUWANGI


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM MALANG
2021

Laporan Kasus

HERPES ZOSTER
Oleh:
Millah Mahfudhoh
21904101004
 
Dosen Pembimbing:
dr. I.G.A. Kencana Wulan, Sp. DV
Herpes zoster (HZ) adalah penyakit infeksi oleh reaktivasi virus
varisela zoster (VVZ) yang laten berdiam terutama dalam sel
neuronal ; menyebar ke dermatom atau jaringan saraf yang sesuai
Pendahuluan dengan segemen yang dipersarafinya.

Faktor-­faktor yang berpotensi reaktivasi adalah: pajanan VVZ


sebelumnya (cacar air, vaksinasi), usia lebih dari 50 tahun, keadaan
imunokompromais, obat-­obatan imunosupresif, HIV/AIDS,
transplantasi sumsum tulang atau organ, keganasan, terapi steroid
jangka panjang, stres psikologis, trauma dan tindakan
pembedahan.

Kira-­kira 30% populasi (1 dari 3 orang) akan mengalami HZ


selama masa hidupnya, bahkan pada usia 85 tahun, 50 % (1
dari 2 orang) akan mengalami HZ.

Insidens ini meningkat menjadi 2,5 per 1000 orang di usia 20­
50 tahun (adult age), 7 per 1000 orang di usia lebih dari 60
tahun (older adult age) dan mencapai 10 per 1000 orang per
tahun di usia 80 tahun

Insidens HZ pada anak­-anak 0.74 per 1000 orang per tahun.


Laporan Kasus
1. Keluhan utama : timbul bercak merah & muncul plentingan berisi air

1. Riwayat penyakit sekarang


 Kulit bagian perut kemerahan dan muncul plentingan berisi air
 Keluhan disertai dengan rasa panas, nyeri dan cenut cenut.
 Riwayat perjalanan penyakit :
Status Dermatologik

Efluoresensi :
Regio thoracalis anterior & posterior sinistra  lesi
multiple vesikel dasar plak eritematous ukuran bervariasi,
diameter 1-2 cm atau lebih, bentuk tidak teratur,
permukaan kesan rata dengan peninggian diatas
permukaan kulit, batas tegas, konsistensi lunak berisi
cairan mudah pecah, penyebaran lokalisata sesuai
dermatome.
Planning Pemeriksaan
Pemeriksaan Umum

• Darah Lengkap
• Urine Lengkap
• GDA

Pemeriksaan Khusus

• Tzank smear
• PCR
• DFA
• Biopsi kkulit
Diagnosis Banding

 Dermatitis Kontak
 Dermatitis venenata
 Varicella
 Herpes simpleks
 Impetigo bullosa

DIAGNOSIS KERJA
Herpes Zoster regio torakalis
Planning Terapi

Antivirus

Sistemik
- Asiklovir PO 5x800mg/hr slm
7-10hr

Simptomatik
- NSAID : paracetamol 3 x
500mg/hr

Neuralgia pasca herpes :


Amitriptilin 10-150mg/hr
Gabapentin 300mg/hr 4-6 mgg
Planning Terapi

Stadium vesicular

Topikal - Bedak salisil 2%

Kompres larutan
antiseptic + krim
antiseptic/antibotik

Tanda sekunder 
salep antibiotik
Tinjauan Pustaka

Herpes zoster merupakan penyakit neurokutan dengan manifestasi erupsi

DEFINISI vesikuler berkelompok dengan dasar eritemtosa disertai nyeri, nyeri

radikular unilateral yang umumnya terbatas di satu dermatom.

Herpes zoster merupakan manifestasi reaktivsi infeksi laten endogen

virus varicella zoster di dalam neuron ganglion sensoris radiks dorsalis,

ganglion saraf kranialis, atau ganglion saraf autonomik yang menyebar ke

jaringan saraf dan kulit dengan segmen yang sama.


Tinjauan Pustaka
Varicella zoster virus adalah peyebab cacar air (Chicken pox) dan Herpes zoster
(Shingles / cacar ular / cacar api / dompo). Varicella merupakan infeksi primer yang
terjadi pada individu yang terpapar dengan varicella zoster virus. Pada 3-5 hari 1000
ETIOLOGI individu, varicella zoster virus mengalami reaktivasi, menyebabkan infeksi
reaktivasi yang dikenal dengan nama Herpes zoster atau Shingles.

VZV memiliki klasifikasi taksonomi sebagai berikut :

Kelas: Kelas I (dsDNA)


Famili: Herpesviridae
Upafamili: Alphaherpesvirinae
Genus: Varicellovirus
Spesies : Human herpes zoster

Virus mengkode kurang lebih 70-­80 protein, salah satunya ensim thymidine kinase yang rentan terhadap
obat antivirus karena memfosforilasi acyclovir, sehingga acyclovir dapat menghambat replikasi DNA virus.
Tinjauan Pustaka
Tingginya infeksi varicella di Indonesia terbukti pada studi yang dilakukan Jufri, et al tahun
1995-1996, dimana 2/3 dari populasi berusia 15 tahun seropositive terhadap antibodi
EPIDEMIOLOGI varicella.

Dari total 2232 pasien herpes zoster pada 13 rumah sakit pendidikan di Indonesia (2011-
2013). Puncak kasus HZ terjadi pada usia 45-64 tahun (37.95% dari total ksus HZ).
Trend HZ cenderung terjadi pada usia yang lebih muda, gender wanita mempunyai angka
insiden lebih tinggi.

Total kasus NPH (neuralgia paska HZ/Neuralgia Post Herpes) adalah 593 kasus (26.5%
dari total kasus HZ). Puncak kasus NPH pada usia 45-64 yaitu 250 kasus NPH (42%
dari total kasus NPH).
Gejala Klinis

• Sensasi abnormal atau nyeri otot abnormal, atau nyeri otot lokal, nyeri

Gejala Prodormal tulang, pegal, parestesia sepanjang dermatom.


• Gatal, rasa terbakar ringan hingga berat.
• Gejala berlangsung beberapa hari (1-10 hari, rata-rata 2 hari)

Gejala Konstitusi • Nyeri kepala, malaise, demam


• Other Flu like symptom
Gejala Klinis
LESI
• Erupsi kulit hampir selalu unilateral dan biasanya terbatas pada daerah yang
dipersarafi oleh satu ganglion sensorik, yang tersering di daerah ganglion
torakalis.
• Lesi dimulai dengan (1) makula eritroskuamosa, kemudian terbentuk (2) papul­
papul dan dalam waktu 12­-24 jam lesi berkembang menjadi (3) vesikel. Pada
hari ketiga berubah menjadi (4) pustul yang akan mengering menjadi (5) krusta
dalam 7-10 hari. Krusta dapat bertahan sampai 2­-3 minggu kemudian
mengelupas. Pada saat ini biasanya nyeri segmental juga menghilang.
• Erupsi kulit yang berat dapat meninggalkan makula hiperpigmentasi dan
jaringan parut (pitted scar)
• Erupsi umumnya disertai nyeri (60­90% kasus)

Herpes zoster Close up of classical lesions. Grouped


vesicles at different stages of development on an
erythematous base In a dermatomal distribution on
the abdomen.
Gejala Klinis
DERMATOM

Dermatome peta kulit saraf sensorik perifer


Gejala Klinis
LESI

Herpes zoster (A) A 67-year old male witt. dermatomal


zoster in the frontal and maxillary branch of the
trigeminal nerve. Bullae, vesicle, and hemorrhagic
crusts are seen. Note tremendous swelling of eye lids.
(B) Mucosal lesions in another patient with involvement
of the left maxillary branch of the trigeminal nerve.
Unilateral erosions on the palate.
Gejala Klinis
LESI

Herpes zoster cervikal distribution (C 2 to C 5) A 65-


year-old female being treated with prednisone for
polymyalglarheumatic has pain• fullesions for 5 days.
Dermatomal groupe and confluent vesicles on the
left neck, upper chest and shoulder.
Gejala Klinis
LESI

Herpes zoster:atrophic scar. A 80-year-old male with a


history of herpes zoster 1 year previously. Deep
dermatomal (V1) scars are seen on the left forehead at
the site of prior zoster.
Patofisiologi
Virus Varicella Zoster :
• Masa inkubasi 7-12 hari Setelah infeksi primer oleh virus varicella zoster (varicella),
• Masa aktif ± 1 minggu Setelah episode cacar air telah sembuh.
• Masa resolusi 1-2 minggu

Pada saat respon imunitas seluler


dan titer antibodi spesifik terhadap
varicella zoster akan bersifat laten di dalam badan
virus varicella zoster menurun sel saraf kemudia varicella menyebar secara
(misalnya karena umur dan penyakit sentripetal ke sensori fiber dan sensori ganglia.
Virus tesebut dorman dan tanpa menimbulkan
imunosupresi) tidak lagi efektif untuk gejala.
untuk mencegah infeksi virus.
Maka partikel VZV yang laten
alami reaktivasi dan timbulkan
ruam kulit yang terlokalisata
dalam 1 dermatom
Patofisiologi

(A). Selama infeksi primer dari varicella, virus menginfeksi ganglion sensoris. (B) virus Varicella
Zostermenetap pada fase laten dalam ganglia. (C). Ketika sistem imun menurun, virus mengalami
reaktivasi dalam ganglia sensoris, menyebar melalui saraf sensoris dan bereplikasi di kulit.
Diagnosis Banding
Stadium Praerupsi
Nyeri akut segmental sulit dibedakan dengan nyeri yang timbul karena
penyakit sistemik sesuai dengan lokasi anatomik.

Stadium Erupsi
Herpes simpleks, dermatitis venenata, dermatitis kontak, bila terjadi nyeri di
daerah setinggi jantung, dapat salah diagnosis dengan angina pektoris pada
herpes zoster fase prodormal.

(A) Herpes Simpleks (B) Allergic contact dermatitis (C) Allergic venenata
Pemeriksaan Penunjang

Tzank Test

Preparat diambil dari discraping dasar vesikel


yang masih baru, kemudian diwarnai dengan
pewarnaan yaitu hemtoxylin-eosin, giemsa’s,
wright’s, toluidine blue ataupun papanicolaou’s
dengan menggunakan mikroskop cahaya akan
dijumpai multinucleated giant cells.

Pemeriksaa ini sensitifitasnya sekitar 84%.


Test ini tidak dapat membedakan antara virus varicella zoster dengan
herpes simpleks virus.
= 96% (Gizi Baik)
Kesan : Gizi Baik
Pemeriksaan Penunjang

• Preparat diambil dari scraping dasar vesikel tetapi apabila sudah


berbentuk krusta pemeriksaan dengan DFA kurang sensitif.
• Hasil pemeriksaan cepat
Direct fluorescent • Membutuhkan mikroskop fluorescence
assay (DFA) • Test ini dapat menemukan antigen virus varicella zoster.
• Pemeriksaan ini dapat membedakan antara VZV dengan herpes
simpleks virus.
Pemeriksaan Penunjang

• Pemeriksaan dengan metode ini sangat cepat dan sangat


sensitif.
Polymerase chan
• Dengan metode ini dapat digunakan dengan berbagai jenis preparat
reaction (PCR)
seperti scraping dasar vesikel dan apabila sudah terbentuk krusta
dapat juga digunakan sebagai preparat, dan CSF.
• Sensitifitasnya berkisar 97-100%
• Test ini dapat menemukan nucleic acid dari virus varicella
zoster.
Pemeriksaan Penunjang

• Hasil pemeriksaan histopatologis : tampak vesikel intraepidermal


Biopsi Kulit dengan degenerasi sel epidermal dan acantholysis. Pada
dermis bagian atas dijumpai adanya lymphocytic infiltrate.
PENATALAKSANAAN

Attract patient early


Lakukan 6 (A) !!!
Asses patient fully

Antiviral therapy

Analgetik

Antidepressant/antikonvulsant

Allay anxietas-counselling
= 96% (Gizi Baik)
Kesan : Gizi Baik
PENATALAKSANAAN

Attract patient early


Pasien :
untuk mendapatkan hasil pengobatan yang optimal, pengonbatan sedini
mungkin dalam 72 jam setelah erupsi kulit.

Dokter :
diagnosis dini dari anamnesis dan pemeriksaan fisik secara seksama dan
lengkap
PENATALAKSANAAN

Asses patient fully


Memeperhatikan kondisi khusus psien misalya usia lanjut, resiko NPH, risiko
komplikasi mata, sindrom Rasay Hunt, kemungkinan imunokomprimais,
kemungkinan defisit motorik dan kemungkinan terkenanya organ dalam.
PENATALAKSANAAN
Antiviral diberikan tanpa melihat waktu timbulnya lesi pada :
Antiviral therapy • Usia < 50 tahun
• Dengan risiko terjadinya NPH
• HZO/ syndrom Ramsay Hunt/ HZ servikal/ HZ sakral
• Imunokompremais, diseminata/ generalisata, dengan komplikasi.
• Anak-anak, usia <50 tahun dan perempuan hamil diberikan terapi antiviral
bila disertai: risiko terjadinya NPH, HZO/ syndrome Ramsay Hunt,
imunokompromais, diseminata/generalisata, dengan komplikasi.

Asiklovir dewasa :5 x 800 mg/hari selama 7-10 hari atau


Asiklovir iv 3x 10 mg/kgBB/hari
Valasiklovir untuk dewasa 3x1 gram/hari selama 7 hari atau
Famsiklovir untuk dewasa: 3x250 mg/hari selama 7 hari
PENATALAKSANAAN
• Asiklovir dewasa : 4-5 x 800 mg/hari atau

Antiviral therapy • Asiklovir iv 3 x 10 mg/kgBB/hari pada highly, imunokompomais, multisemental/diseminata.


• Valasiklovir untuk dewasa : 3 x 1 gram/hari atau
• Famsiklovir untuk dewasa : 3 x 500 mg/hari
• Pada kasus yang hebat selain pemberian IV acyclovir ditambah interferon Alpha 2a
• Asiklovir resisten diberi Foscarnet
• Pengobatan dapat dilanjutkan dengan terapi supresi terutama bila gejala klinik belum
menghilang : berikan asiklovir 2 x 400mg/hari atau Vaasiklovir 500 mg/hari

Peningkatan sistem imun :


Pemberian imunomodulator sperti interferon
Pemberian isoprinosine
Supportif sel jaringan mencegah stress jaringan dan apoptosis :
Antioksidan
Memperbaiki protein dan karbohidrat.
PENATALAKSANAAN

Analgesic • Nyeri Ringan : Paracetamol/NSID


• Nyeri sedang sampai berat : kombinasi opioid ringan (tramadol, kodein)

Allay anxietas- • Edukasi mengenai penyakit herpes zoster untuk mengurangi kecemasan

counselling serta ketidak-pahaman pasien tentang penyakit dan komplikasinya.


• Mempertahankan kondisi mental dan aktivitas fisik agar tetap optimal
• Memberikan perhatian dapat membantu pasien mengatasi penyakitnya.

= 96% (Gizi Baik)


Kesan : Gizi Baik
KOMPLIKASI
Infeksi Sekunder : dapat menghambat
penyembuhan dan pembentukan jaringan
parut (selulitis, impetigo dll)
Komplikasi kutaneus Gangren superfisialis : menunjukkan HZ
yang berta, mengakibatka hambatan
penyembuhan dan pembentukan jaringan
Komplikasi lainnya: parut.

1. Komplikasi Neurologi Neuralgia Post Herpes Zoster


dan Enchephalitis, meningitis dll

2. Komplikasi mata

3. Komplikasi THT Sindrome Ramsay Hunt

4. Viseral = 96% (Gizi Baik)


Kesan : Gizi Baik
KOMPLIKASI
1. Neuralgia pasca herpes (NPH)

Pasien dengan NPH akan mengalami nyeri konstan (terbakar, nyeri, berdenyut), nyeri intermiten
(tertusuk-tusuk), dan nyeri yang dipicu stimulus seperti allodinia (nyeri yang dipicu stimulus normal
seperti sentuhan dll).

Risiko NPH meningkat pada usia >50 tahun (27x lipat) ; nyeri prodormal lebih lama atau lebih hebat,
erupsi kulit lebih hebat (luas dan berlangsung lama) atau intensitas nyerinya lebih berat.

Risiko lain : distribusi di daerah oftalmik, ansietas, depresi, kurangnya kepuasan hidup, wanita,
diabetes.

Walaupun mendapat terapi antivirus, NPH tetap terjadi pada 10-20% pasien HZ, dan sering kali refrakter
terhadap pengobatan, walau pengobatan sudah optimal, 40% tetap merasa nyeri.

= 96% (Gizi Baik)


Kesan : Gizi Baik
KOMPLIKASI
2. Komplikasi mata

• Keterlibatan saraf trigeminal cabang pertama menyebabkan HZ


oftalmikus, terjadi pada 10-25% dari kasus HZ, yang dapat
menyebabkan hilangnya penglihatan, nyeri menetap lam,
dan/atau luka parut.

• Keratitis (2/3 dari pasien HZO), konjungtivitis, uveitis, episkleritis,


skleritis, koroiditis, neuritis optika, renitis, retraksi kelopak, ptosis,
dan glaukoma.

Herpes Zoster Ophtalmicus


= 96% (Gizi Baik)
Kesan : Gizi Baik
KOMPLIKASI
2. Komplikasi THT

Sindrome Ramsay Hunt sering disebut HZ otikus merupakan


komplikasi pada THT yang jarang terjadi namun dapat serius. Sindrom
ini terjadi akibat reaktivasi VZV di ganglion genikulata saraf fasialis.

Tanda dan gejala sindrom Ramsay Hunt meliputi HZ di liang telinga luar
atau membarn timpani. Diseratai paresis fasialis yang nyeri, gangguan
lakrimalis, gangguan pengecapan 2/3 bagian depan lidah, tinnitus,
vertigo, dan tuli. Banyak pasien yang tidak pulih sempurna.

Herpes Zoster Oticus


= 96% (Gizi Baik)
Kesan : Gizi Baik
KOMPLIKASI
2. Komplikasi Viseral

• Dipertimbangkan bila ditemukan nyeri abdomen dan distensi abdomen.

• Komplikasi visceral pada HZ jarang terjadi, komplikasi yang dapat terjadi


misalnya hepatitis, miokarditis, pericarditis, artitis.
PENCEGAHAN

• Dengan cara pemakaian asiklovir jangka panjang dengan dosis supresi. Misalnya,
asiklovir sering diberikan sebagai obat pencegahan pada penderita leukimia yang akan
melakukan transplantasi sumsum tulang dengan dosis 5 x 200 mg/hari, dimulai 7 hari
sebelum tranplantasi sampai 15 hari sesudah transplantasi.

• Pemberian vaksinasi dengan vaksin VZV hidup yang dilemahkan (Zostavax®) ,


sering diberikan pada orang lanjut usia untuk mencegah terjadnya penyakit,
meringankan beban penyakit serta menurunkan terjadinya komplikasi NPH.
Kesimpulan

Infeksi VZV dapat menyebabkan dua jenis penyakit yaitu varicella dan
herpes zoster. Varicella sering dijumpai pada anak-anak sedangkan herpes
zoster lebih sering dijumpai pada usia yang lebih tua. Penanganan yang
tepat dari ke dua penyakit diatas dapat mencegah timbulnya komplikasi yang
berat pada anak-anak dan pada orang dewasa. Pemberian imunisasi pasif
maupun aktif pada anak-anak, dapat mencegah dan mengurangi gejala
penyakit yang timbul. Dan pencegahan pada herpes zoster juga dapat
dilakukan dengan peberian aksiklovir jangka panjang dan pemberian vaksin.
TERIMA KASIH 
ATAS PERHATIANNYA

Anda mungkin juga menyukai