Anda di halaman 1dari 16

ILMU KEDOKTERAN FORENSIK

REFLEKSI KASUS

“KASUS KECELAKAAN LALU LINTAS”

OLEH :

BADRUL ISLAMY

H1A014009

PEMBIMBING :

dr. Irawanto Rochadi Bima Sakti, Sp. F, M. MHKes

DALAM RANGKA MENGIKUTI KEPANITERAAN KLINIK MADYA


BAGIAN/SMF FORENSIK DAN MEDIKOLEGAL
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH PROVINSI NTB
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM
2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat,
rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan kasus ini dan juga terimakasih
kepada dr. Irawanto Rochadi Bima Sakti, Sp. F, M. MHKes selaku pembimbing dalam
laporan kasus ini.

Laporan kasus yang berjudul “Kasus Kecelakaan Lalu Lintas” ini disusun dalam
rangka mengikuti Kepaniteraan Klinik Madya di Bagian/SMF Forensik dan Medikolegal
Rumah Sakit Umum Provinsi Nusa Tenggara Barat, Fakultas Kedokteran Universitas
Mataram.

Saya menyadari bahwa laporan ini masih belum sempurna. Oleh karena itu, saya
sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk perbaikan laporan ini. Semoga
laporan ini dapat memberikan manfaat dan tambahan pengetahuan khussunya kepada penulis
dan kepada pembaca dalam menjalankan praktik sehari-hari. Semoga Tuhan selalu
memberikan petunjukNya kepada kita semua di dalam melaksanakan tugas dan menerima
segala amal ibadah kita.

Mataram, Mei 2018

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.................................................................................................................1

KATA PENGANTAR................................................................................................................2

DAFTAR ISI..............................................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................4

1.1 Latar Belakang.......................................................................................................4


1.2 Tujuan ...................................................................................................................4

BAB II LAPORAN KASUS......................................................................................................5

2.1 Identitas Korban.....................................................................................................5


2.2 Uraian Singkat Kejadian........................................................................................5
2.3 Dokumentasi...........................................................................................................6
2.4 Hasil Pemeriksaan..................................................................................................6
2.5 Tatalaksana.............................................................................................................7

BAB III REFLEKSI KASUS....................................................................................................8

BAB IV PEMBAHASAN........................................................................................................13

BAB V PENUTUP..................................................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................16

BAB 1

PENDAHLUAN

1.1 Latar belakang


Kecelakaan lalu lintas merupakan suatu peristiwa pada lalu lintas jalan yang tidak
diduga dan tidak diinginkan yang sulit diprediksi kapan dan dimana terjadinya, sedikitnya
melibatkan satu kendaraan dengan pengguna jalan lain atau akibat kelalaian dalam
mengemudikan kendaraan baik itu mobil ataupun sepeda motor yang dapat menyebabkan
kematian, kecacatan, luka berat, ataupun luka ringan.1
Kecelakaan yang terjadi pada sepeda motor dapat menyebabkan luka-luka dari luka
ringan hingga terjadinya kecacatan pada korban bahkan yang paling fatal dapat menyebabkan
kematian. Luka merupakan suatu kerusakan fisik yang terjadi ketika tubuh manusia
mengalami atau mendapat kontak yang akut (tiba-tiba) dari tingkat energi yang tidak
tertahankan. Setiap luka memiliki pola tertentu yang dapat membantu polisi untuk
menentukan cara kematian pada korban, maka polisi memerlukan bantuan dokter untuk
menyelidiki kondisi korban kecelakaan yang dapat dilihat dari pola luka yang ditimbulkan.
Di sisi lain, kecelakaan tidak selalu ada saksi mata, oleh sebab itu polisi harus menentukan
apakah kejadian tersebut merupakan terdapat unsur kesengajaan atau murni karena
kecelakaan.1
Ketidakseimbangan antara pertambahan jumlah kendaraan dengan pertambahan
prasarana jalan memberikan dampak kecelakaan lalu lintas semakin meningkat. Di Indonesia,
data dari Mabes Polri setiap tahun tercatat 9.856 orang meniggal akibat kecelakaan lalu lintas
jalan. Pasien yang masuk ke ruang IGD sekitar 80% disebabkan oleh kecelkaan lalu lintas. 2,3
1.2 Tujuan Penulisan
1.2.1 Tujuan Umum
Mengetahui aspek medikolegal pada kasus kecelakaan lalu lintas
1.2.2. Tujuan Khusus
1. Mengetahui definisi kecelakaan lalu lintas dilihat dari aspek hukum.
2. Mengetahui dasar hukum yang mengatur tentang kecelakaan lalu lintas.

BAB II
LAPORAN KASUS

2.1 Identitas Korban


Nama : Tn. I
Jenis Kelamin : Laki-laki
Usia : 38 tahun
Agama : Islam
Suku : Sasak
Pekerjaan : Kuli Bangunan
Status : Menikah
Alamat : Batu kliang
RM : 604639

2.2 Uraian Singkat Kejadian


Pasien datang dengan keadaan sadar namun nampak kesakitan setelah kecelakaan di
tabrak oleh truk. Pasien merupakan rujukan dari puskesmas dengan diagnosis trauma tumpul
abdomen. Kecelakaan tersebut terjadi sekitar pukul 9.30 wita pada hari jum’at, 11 mei 2018.
Pasien bekerja sebagai kuli bangunan dan saat itu sedang istirahat, pada saat istirahat pasien
sedang duduk minum kopi dekat jalanan namun pada saat itu juga ada temannya yang baru
belajar naik mobil truk kemudian menabrak pasien, pasien tidak sempat lari untuk
menyelamatkan diri. Pasien mengalami luka-luka di bagian perut dan adanya perdarahan aktif
pada perut sebelah kiri. Kemudian pasien dibawa ke puskesmas terdekat, lalu setelah itu di
rujuk ke RSUD Provinsi NTB.

2.3 Dokumentasi
604639

Gambar 1. 1). Luka Lecet pada perut, 2). Luka terbuka pada perut kiri
2.4 Hasil Pemeriksaan
Kesadaran pasien menurut Skala Koma Glasgow (GCS) adalah 15, yaitu pasien
mampu membuka mata dengan spontan, pasien berbicara dengan sangat jelas, dan pasien
dapat mengikuti perintah. Tanda vital pasien : tekanan darah adalah seratus empat belas per
lima puluh sembilan milimeter air raksa, frekuensi nafas pasien adalah dua puluh dua kali per
menit, frekuensi nadipasien adalah tujuh puluh delapan kali per menit, suhu tubuh pasien
adalh tiga puluh enam koma delapan derajat celcius. Dari pakaian, pasien menggunakan baju
berwarna hitam dan memakai celana berwarna biru.
Hasil pemeriksaan perlukaan di temukan beberapa luka pada perut :

2
2.4.1 Regio : Perut
Koordinat :
 Luka 1 : Sembilan sentimeter dari garis tengah tubuh, lima belas
sentimeter dari puting susu
 Luka 2 : Lima belas senti meter dari garis tengah tubuh, dua puluh
lima senti meter dari ketiak
Jenis Luka :
 Luka 1 : Luka lecet
 Luka 2 : Luka terbuka
Karateristik luka :
 Luka 1 : luka berbentuk tidak teratur, kulit intak, tepi luka tidak
rata, sudut luka tumpul, tidak tampak perdarahan, tampak jempatan
jaringan, tidak tampak tulang, warna dasar luka kemerahan, dan
tidak ada kerusakan organ dalam.
 Luka 2 : luka berbentuk tidak teratur, kulit tidak intak, tepi luka
rata, sudut luka tumpul, tampak perdarahan, tidak tampak jembatan
jaringan, tidak tampak tulang, warna dasar luka kemerahan, dan
tidak ada kerusakan organ dalam.

Ukuran Luka :

 Luka 1 : Luka lecet dengan panjang empat sentimeter


 Luka 2 : Luka terbuka dengan panjang dua sentimeter

2.5 TATALAKSANA

a. Tindakan Diagnostik
 Pemeriksaan Lab
 Ro. Torakoabdominal
b. Tindakan Terapeutik
 Infus Ringer Laktat
 Ringer Laktat guyur
 Oksigen nasal kanul
 Inj. Ceftriaxone 1 gr/hari
 Inj. Ranitidin 1 ampul/hari
 Pasang lingkar abdomen

BAB III

REFLEKSI KASUS

3.1 Definisi Kecelakaan Lalu Lintas


Menurut Pasal 1 ayat 24 dalam UU No. 22 tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan, Kecelakaan Lalu Lintas adalah suatu peristiwa di jalan yang tidak diduga
dan tidak disengaja melibatkan kendaraan dengan atau tanpa pengguna jalan lain yang
mengakibatkan korban manusia dan/atau kerugian harta benda.4
Menurut pasal 229 ayat 1-5 dalam UU No. 22 tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan, kecelakaan lalu lintas digolongkan menjadi 3 golongan:4
a. Kecelakaan Lalu Lintas ringan;
b. Kecelakaan Lalu Lintas sedang; atau
c. Kecelakaan Lalu Lintas berat.
Kecelakaan lalu lintas ringan merupakan kecelakaan yang mengakibatkan kerusakan
Kendaraan dan/atau barang. Kecelakaan lalu lintas sedang merupakan kecelakaan yang
mengakibatkan luka ringan dan kerusakan Kendaraan dan/atau barang. Kecelakaan lalu lintas
berat merupakan kecelakaan yang mengakibatkan korban meninggal dunia atau luka berat.4
Dalam penjelasan UU No. 22 tahun 2009, dijelaskan bahwa istilah "luka ringan"
adalah luka yang mengakibatkan korban menderita sakit yang tidak memerlukan perawatan
inap di rumah sakit atau selain yang di klasifikasikan dalam luka berat. Istilah “luka berat”
didefinisikan sebagai luka yang mengakibatkan korban:4
a. jatuh sakit dan tidak ada harapan sembuh sama sekali atau menimbulkan
bahaya maut;
b. tidak mampu terus-menerus untuk menjalankan tugas jabatan atau pekerjaan;
c. kehilangan salah satu pancaindra;
d. menderita cacat berat atau lumpuh;
e. terganggu daya pikir selama 4 (empat) minggu lebih;
f. gugur atau matinya kandungan seorang perempuan; atau
g. luka yang membutuhkan perawatan di rumah sakit lebih dari 30 (tiga puluh)
hari.
3.2. Angka kejadian kecelakaan lalu lintas
Menurut Global Status Report on Road Safety (2013), sebanyak 1,24 juta korban
meninggal tiap tahun di seluruh dunia dan 20–50 juta orang mengalami luka akibat
kecelakaan lalu lintas. Data WHO menyebutkan bahwa kecelakaan lalu lintas menjadi
penyebab utama kematian anak di dunia dengan rata-rata angka kematian 1000 anak dan
remaja setiap harinya pada rentang usia 10–24 tahun. Kecelakaan lalu lintas di Indonesia
dalam tiga tahun terakhir ini menjadi pembunuh terbesar ketiga setelah penyakit jantung
koroner dan tuberculosis.5
Menurut Riskesdas 2013 terdapat kecenderungan peningkatan prevalensi cedera dari
7,5% menjadi 8,2%. Penyebab cedera terbanyak kedua adalah kecelakaan sepeda motor
(40,6%). Kota Surabaya memiliki jumlah kecelakaan lalu lintas terbanyak di urutan kelima
pada tahun 2013 dengan jumlah kecelakaan sebesar 837 kejadian (BPS Provinsi Jawa Timur,
2014). Pada tahun 2014, data Polrestabes Surabaya menunjukkan bahwa kecelakaan lalu
lintas di Surabaya tertinggi berada di wilayah Kecamatan Wonokromo yakni sebanyak 147
kejadian (20,5%).5
3.3. Faktor yang berperan dalam kecelakaan lalu lintas
Kecelakaan memiliki tiga faktor penyebab utama berdasarkan Haddon’s Matrix yakni
faktor manusia (lengah, mengantuk, mabuk, lelah, tidak terampil, tidak tertib, kecepatan
tinggi), kendaraan (rem tidak berfungsi, ban pecah, selip, lampu kendaraan tidak nyala), dan
lingkungan (kondisi jalanan yang jelek seperti jalanan yang rusak, licin, dan berlubang, jalan
menikung, lampu jalan, hujan).5,6,7

3.4. Pola Trauma pada Kecelakaan Lalu-Lintas

Pada korban kecelakaan lalu lintas, biasanya ditemukan trauma atau tanda
kekerasan yang dapat dibagi menjadi beberapa kelompok: 8

a. Trauma akibat kekerasan pertama oleh kendaraan (first impact)


Trauma ditimbulkan oleh persentuhan bagian kendaraan dengan tubuh. Perhatikan
bentuk dan gambaran luka serta letaknya. Bagian kendaraan yang sering
menyebabkan trauma pertama ini biasanya bumper, kaca spion, pegangan pintu
dan spakbor. Trauma biasanya berupa luka lecet jenis tekan.
b. Trauma akibat terjatuh
Pada tubuh korban dapat ditemukan trauma lain yang erjadi akibat terjatuhnya
korban setelah persentuhan pertama dengan kendaraan. Trauma biasanya
merupakan luka lecet jenis geser dan atau luka robek.
c. Trauma akibat terlindas (rollover)
Trauma akibat lindasan ban kendaraan memberikan gambaran cermat terhadap
jejas ban, seringkali dapat membantu pihak yang berwajib untuk mengidentifikasi
jenis kendaraan yang menyebabkan kecelakaan. Deskripsi ban baik mengenai
coraknya maupun ukurannya dengan sketsa atau foto.
Sebagian besar kecelakaan lalu lintas menyebabkan trauma karena kekerasan benda
tumpul. Kekerasan benda keras dan tumpul dapat mengakibatkan berbagai macam jenis
trauma, antara lain : 8

a. Luka lecet (abrasi). Luka lecet adalah suatu kerusakan yang mengenai lapisan atas
dari epidermis akibat kekerasan dengan benda yang mempunyai permukaan yang
kasar, sehingga epidermis menjadi tipis, sebagian atau seluruh lapisannya hilang.
Kadang-kadang luka lecet dapat memberi petunjuk tentang jenis benda yang
menyebabkannya, misalnya luka tersebut terbentuk ban mobil. Ciri-ciri luka lecet
adalah :
 Bentuk luka tidak terartur
 Batas luka tidak teratur
 Tepi luka tidak rata
 Warna coklat kemerahaan
 Permukaan ditutupi oleh krusta ( serum yang telah mongering)
b. Luka Memar. Luka memar adalah kerusakan jaringan subkutan sehingga pembuluh-
pembuluh darah kapiler rusak dan pecah sehingga darah meresap ke jaringan
sekitarnya. Disini permukaan kulit tidak selalu mengalami kerusakan. Bagian tubuh
yang mudah mengalami luka memar adalah bagian yang mempunya jaringan lemak
dibawahnya dan berkulit tipis. Luka memar tidak bisa dengan pasti menunjukkan
berat ringannya kekerasan, juga tidak bisa menunjukkan jenis benda penyebabnya.
c. Luka robek. Pada luka robek seluruh tebal kulit mengalami kerusakan dan juga
jarugan bawah kulit. Luka robek adalah luka yang disebabkan karena bersentuhan
dengan benda tumpul dengan kekuatan yang mampu merobek seluruh lapisan kulit
dan jaringan dibawahnya, yang ciri-cirinya sebagai berikut:
 bentuk garis batas luka tidak teratur dan tepi luka tidak rata
 bila ditautkan tidak dapat rapat (karena sebagian jaringan hancur)
 tebing luka tidak rata serta terdapat jembatan jaringan
 disekitar garis batas luka ditemukan memar
 lokasi luka lebih mudah terjadi pada daerah yang dekat dengan tulang (misalnya
dalam daerah kepala)

3.5. Aspek Hukum Kecelakaan Lalu Lintas


Kewajiban dan tanggung jawab pengemudi, pemilik kendaraan bermotor, perusahaan
angkutan, dan pemerintah serta hak korban sebagaimana tercantum dalam UU. No. 22 tahun
2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan di pasal-pasal berikut ini:4

Kewajiban dan Tanggung Jawab Pengemudi, Pemilik Kendaraan Bermotor, dan/atau
Perusahaan Angkutan.5
Pasal 234
 Ayat (1) Pengemudi, pemilik Kendaraan Bermotor, dan/atau Perusahaan
Angkutan Umum bertanggung jawab atas kerugian yang diderita oleh
Penumpang dan/atau pemilik barang dan/atau pihak ketiga karena kelalaian
Pengemudi.
 Ayat (2) Setiap Pengemudi, pemilik Kendaraan Bermotor, dan/atau Perusahaan
Angkutan Umum bertanggung jawab atas kerusakan jalan dan/atau
perlengkapan jalan karena kelalaian atau kesalahan Pengemudi.
 Ayat (3) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) tidak
berlaku jika: a. adanya keadaan memaksa yang tidak dapat dielakkan atau di
luar kemampuan Pengemudi; b. disebabkan oleh perilaku korban sendiri atau
pihak ketiga; dan/atau c. disebabkan gerakan orang dan/atau hewan walaupun
telah diambil tindakan pencegahan.
Pasal 235
 Ayat (1) Jika korban meninggal dunia akibat Kecelakaan Lalu Lintas
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 229 ayat (1) huruf c, Pengemudi, pemilik,
dan/atau Perusahaan Angkutan Umum wajib memberikan bantuan kepada ahli
waris korban berupa biaya pengobatan dan/atau biaya pemakaman dengan tidak
menggugurkan tuntutan perkara pidana.
 Ayat (2) Jika terjadi cedera terhadap badan atau kesehatan korban akibat
Kecelakaan Lalu Lintas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 229 ayat (1) huruf
b dan huruf c, pengemudi, pemilik, dan/atau Perusahaan Angkutan Umum wajib
memberikan bantuan kepada korban berupa biaya pengobatan dengan tidak
menggugurkan tuntutan perkara pidana.
Pasal 236
 Ayat (1) Pihak yang menyebabkan terjadinya Kecelakaan Lalu Lintas
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 229 wajib mengganti kerugian yang
besarannya ditentukan berdasarkan putusan pengadilan.
 Ayat (2) Kewajiban mengganti kerugian sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
pada Kecelakaan Lalu Lintas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 229 ayat (2)
dapat dilakukan di luar pengadilan jika terjadi kesepakatan damai di antara para
pihak yang terlibat.
Pasal 237
 Ayat (1) Perusahaan Angkutan Umum wajib mengikuti program asuransi
kecelakaan sebagai wujud tanggung jawabnya atas jaminan asuransi bagi
korban kecelakaan.
 Ayat (2) Perusahaan Angkutan Umum wajib mengasuransikan orang yang
dipekerjakan sebagai awak kendaraan.

Kewajiban dan Tanggung Jawab Pemerintah
Pasal 238
 Ayat (1) Pemerintah menyediakan dan/atau memperbaiki pengaturan, sarana,
dan Prasarana Lalu Lintas yang menjadi penyebab kecelakaan.
 Ayat (2) Pemerintah menyediakan alokasi dana untuk pencegahan dan
penanganan Kecelakaan Lalu Lintas.
Pasal 239
 Ayat (1) Pemerintah mengembangkan program asuransi Kecelakaan Lalu Lintas
dan Angkutan Jalan.
 Ayat (2) Pemerintah membentuk perusahaan asuransi Kecelakaan Lalu Lintas
dan Angkutan Jalan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
 Hak Korban
Pasal 240 Korban Kecelakaan Lalu Lintas berhak mendapatkan:
 Pertolongan dan perawatan dari pihak yang bertanggung jawab atas terjadinya
Kecelakaan Lalu Lintas dan/atau Pemerintah;
 Ganti kerugian dari pihak yang bertanggung jawab atas terjadinya Kecelakaan
Lalu Lintas; dan
 Santunan Kecelakaan Lalu Lintas dari perusahaan asuransi.
Pasal 241 “Setiap korban Kecelakaan Lalu Lintas berhak memperoleh pengutamaan
pertolongan pertama dan perawatan pada rumah sakit terdekat sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan”.

BAB IV

PEMBAHASAN KASUS

Pada peristiwa in merupakan, kecelakaan lalu lintas yang terjadi akibat pengendara
yang baru belajar menggunakan mobil sehingga pasien menjadi korban dan mengalami
perlukaan, seperti yang tercantum menurut Pasal 229 ayat (4) UU No. 22 Tahun 2009
kecelakaan lalu lintas adalah suatu peristiwa di jalan yang tidak diduga dan tidak disengaja
melibatkan kendaraan dengan atau tanpa pengguna jalan lain yang mengakibatkan korban
manusia dan/atau kerugian harta benda. Perlukaan yang dialami pasien terjadi di bagian perut
bagian kiri.

Berdasarkan Undang-Undang No. 22 Tahun 2009 Pasal 229 No.1-5 maka dapat
digolongkan ke dalam kecelakaan sedang, Kecelakaan lalu lintas sedang merupakan
kecelakaan yang mengakibatkan luka ringan dan kerusakan Kendaraan dan/atau barang, hal
ini didukung dengan kondisi korban saat tiba di rumah sakit dengan kesadaran komposmentis
namun merasakan kesakitan di bagian perut tetapi tidak didapatkan tanda bahaya yang dapat
mengancam kehidupan.
Apabila pasien merupakan korban maka ia berhak mendapatkan ganti rugi maupun
santunan dari pelaku sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam :
a. Pasal 234 ayat (1) dan (2).
 Ayat (1) Pengemudi, pemilik Kendaraan Bermotor, dan/atau Perusahaan
Angkutan Umum bertanggung jawab atas kerugian yang diderita oleh
Penumpang dan/atau pemilik barang dan/atau pihak ketiga karena
kelalaian Pengemudi.
 Ayat (2) Setiap Pengemudi, pemilik Kendaraan Bermotor, dan/atau
Perusahaan Angkutan Umum bertanggung jawab atas kerusakan jalan
dan/atau perlengkapan jalan karena kelalaian atau kesalahan Pengemudi.
b. Pasal 235 ayat (2).
 Ayat (2) Jika terjadi cedera terhadap badan atau kesehatan korban akibat
Kecelakaan Lalu Lintas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 229 ayat (1)
huruf b dan huruf c, pengemudi, pemilik, dan/atau Perusahaan Angkutan
Umum wajib memberikan bantuan kepada korban berupa biaya
pengobatan dengan tidak menggugurkan tuntutan perkara pidana.

c. Pasal 236.
 Ayat (1) Pihak yang menyebabkan terjadinya Kecelakaan Lalu Lintas
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 229 wajib mengganti kerugian yang
besarannya ditentukan berdasarkan putusan pengadilan.
 Ayat (2) Kewajiban mengganti kerugian sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) pada Kecelakaan Lalu Lintas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 229
ayat (2) dapat dilakukan di luar pengadilan jika terjadi kesepakatan damai
di antara para pihak yang terlibat.
d. Pasal 237
 Ayat (1) Perusahaan Angkutan Umum wajib mengikuti program asuransi
kecelakaan sebagai wujud tanggung jawabnya atas jaminan asuransi bagi
korban kecelakaan.
 Ayat (2) Perusahaan Angkutan Umum wajib mengasuransikan orang yang
dipekerjakan sebagai awak kendaraan.
Setiap pengemudi yang karena kelalaiannya mengakibatkan kecelakaan lalu lintas
wajib bertanggung jawab atas kerugian yang diderita korban, akan tetapi tanggung jawab ini
tidak berlaku apabila Pasal 234 ayat [3] UU LLAJ : (a) Adanya keadaan memaksa yang tidak
dapat dielakkan atau di luar kemampuan pengemudi; (b) Disebabkan oleh perilaku korban
sendiri atau pihak ketiga; dan/ atau; (c) Disebabkan gerakan orang dan/ atau hewan walaupun
telah diambil tindakan pencegahan.

BAB V
PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Dari fakta-fakta yang ditemukan, telah diperiksa seorang pasien laki-laki, perkiraan
usia tiga puluh delapan tahun berat badan sekitar delapan puluh kilogram, dan status gizi
cukup. Dari pemeriksaan pasien, maka saya simpulkan bahwa:

1. Terdapat luka lecet dan luka terbuka pada bagian perut. Luka lecet dan luka terbuka
bisa diakibatkan oleh persentuhan dengan benda tumpul. Hal ini dapat terjadi pada
kecelakaan lalu lintas

2. Luka tersebut telah dirawat sesuai dengan standar pelayanan di Rumah Sakit

3. Luka tersebut bisa menimbulkan hambatan dalam melakukan aktifitas sehari-hari.


DAFTAR PUSTAKA

1. Oktavianti p. H., Prevalensi dan Gambaran Pola Luka Korban Kecelakaan Sepeda Motor
di Instalasi Forensik RSUP Sanglah Denpasar Tahun 2016. DOAJ. 2013. 7(1) Pp: 33-41
available at : https://isainsmedis.id/index.php/ism/article/viewFile/8/43
2. Akbar M. Tinjauan Yuridis Terhadap Tindak Pidana Lalu Lintas Akibat Kelalaian
Hilangnya Nyawa Orang Lain. Jurnal Universitas Hasanudin Makasar. 2016. Available at
: http://repository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/18156/SKRIPSI
%20LENGKAP-PIDANA-MUHAMMAD%20AKBAR.pdf?sequence=1.
3. Putri CE. Analisis Karakteristik Kecelakaan dan Faktor Penyebab Kecelakaan dan Faktor
Kecelakaan pada Lokasi Blackspot di Kota Kayu Agung. Jurnal Teknik Sipil dan
Lingkungan. 2014;2(1):154-161.
4. Republik Indonesia. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2009 Tentang
Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. 2009
5. Hidayati A., Yovita L., Analisis Risiko Kecelakaan Lalu Lintas Berdasar Pengetahuan,
Penggunaan Jalur, Dan Kecepatan Berkendara. Jurnal Berkala Epidemiologi, 2016 4
(2),Pp: 275–287 available at: file:///C:/Users/User/Downloads/2152-9461-2-PB.pdf
6. Marsaid, Dkk., Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Kecelakaan Lalu Lintas
Pada Pengendara Sepeda Motor Di Wilayah Polres Kabupaten Malang. JIK. 2013.1(2)
available at: https://media.neliti.com/media/publications/99488-ID-faktor-yang-
berhubungan-dengan-kejadian.pdf
7. Azizirrahman, M., Faktor Penyebab Terjadinya Kecelakaan Lalu Lintas pada Daerah
Rawan Kecelakaan di Kecamatan Banjarmasin Tengah Kota Banjarmasin.JPG.2015.2(3)
Pp:20-37. Available at:
http://ppjp.unlam.ac.id/journal/index.php/jpg/article/viewFile/1421/1224
8. Erfan Kusuma S., Solichin S., Mutahal, dkk, 2007. Buku Ajar Ilmu
Kedokteran Forensik dan Medikolegal. Surabaya : Bagian Ilmu Kedokteran Forensik
Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga

Anda mungkin juga menyukai