Anda di halaman 1dari 58

Penyakit eritroskuamosa

Muhammad Fikri Husein


20090310057
Dr.Lucky Handaryati Sp.KK
PENYAKIT ERITROSKUAMOSA
• Penyakit kulit yang ditandai dengan adanya patch atau plakat
eritem disertai dengan skuama (sisik)
• Meliputi :
– Psoriasis
– Parapsoriasis
– Pitiriasis rosea
– Eritroderma
– Dermatitis seboroik
– Lupus eritematosus
– Dermatofitosis  Infeksi jamur
Psoriasis
• Bersifat Autoimun
• Kronik & residif
Pada orang kulit putih
• Kelainan kulit berupa lebih tinggi dibanding
Bercak eritema berbatas kulit berwarna

tegas; skuama kasar,


berlapis lapis &
transparan
Psoriasis dapat
• Fenomena tetesan lilin, Insidens pada pria
mengenai semua
usia, namun
Auspitz, Koebner. agak lebih banyak
biasanya lebih kerap
daripada wanita
dijumpai pada orang
dewasa
etiologi

Faktor Herediter
• beresiko menderita Psoriasis sekitar 34-39% jika salah satu orang tuanya
menderita Psoriasis

Faktor Infeksi fokal


• psoriasis gutata yang umumnya disebabkan oleh streptococcus.

Faktor Psikis
• Terutama Stress, selain itu gelisah,cemas dan gangguan emosi lainnya

Obat
• glukokortikoid sistemik, antimalaria, interferon, lithium, β adrenergik
blocker
Gejala klinis
Eritema sirkumskrip dan
merata, tetapi pada
stadium penyembuhan
gatal ringan
sering eritema yang di
tengah menghilang dan
hanya terdapat di pinggir.

Tempat predileksi : Scalp,


Skuama berlapis-lapis,
Ekstremitas bagian
kasar dan berwarna putih
ekstensor terutama siku
seperti mika serta
dan lutut. Daerah
trasnparan
lumbosakral

Kelainan Sendi :
• Poli artikular
bercak-bercak eritema yang • Interfalangs distal
meninggi (plak) dengan Kelainan Kuku
skuama di atasnya
• Pitting nail
• Hiperkeratosis subungual distal
Bentuk klinis
PSORIASIS VULGARIS

PSORIASIS GUTATA

PSORIASIS INVERSA

PSORIASIS EKSUDATIVA

PSORIASIS SEBOROIK

PSORIASIS PUSTULOSA

PSORIASIS ERITRODERMA
• Gejala klinis
– Subyektif : gatal
– Predileksi :
• kepala : P. capitis
• Badan : P. vulgaris
• Lipatan : P. fleksura/inversa/intertrigenosa
• Sendi : P. arthropatia
• Telapak : P. plantaris/palmaris
• Seluruh badan : eritroderma
– UKK
• Skuama tebal dan terbatas : P. vulgaris
• Skuama tebal dan menyeluruh : eritroderma
• Skuama pustula lokalisata : P. pustulosa lokalisata /
barber disease
• Skuama pustula generalisata : P. Pustulosa
generalisata / Zumbuch disease
– Ukuran
• Kecil seperti tetesan air : P. gutata
• Bulat : P.numularis
• Irreguler / polisiklik : P. vulgaris
• Tanda klinis
– Koebner phenomen / rekasi isomorf
– Auspitz phenomen / pin poin bleeding
– Karsvet phenomen / seperti perak
– Nail pitting/ nail pits
Histopatologi
• Hiperkeratosis/
Parakeratosis
• Papilomatosis/ hiperplasia
Hiperplasia psoriasiform
psoriasiformis
• Akantosis
• Penipisan suprapapilari
dermis
• Abses munro
• Vasodilatasi subepidermal
Diagnosis banding
• Dermatofitosis
• Dermatitis seboroik
• Pitiriasis rosea
• Dermatitis numularis
• Sifilis Stadium II
• Onikomikosis  Psoriasis kuku
Penatalaksanaan (cont’d)
Menekan atau menghilangkan faktor pencetus
(stress, infeksi fokal, menghindari gesekan
mekanik, dll)
– 1. Topikal
• Preparat Ter : psoriasis menahun : ter dari batubara (liantar, likuor
karbonis detergens) ; psoriasis akut : ter dari kayu (oleum kadini ,
oleum ricini), konsentrasi yang digunakan 2-5%, ditambah salisilat
salep 3-5%
• Kortikosteroid krim atau salep
• Ditranol / antralin 0,2-0,8% pasta, salep atau krim 1x1 selama 15-30
meit
• Calcipotriol : Sintetik vitamin D berupa salap/krim 50mg/g sebagai
antiproliferasi
• Tazaroten : molekul retinoid asetilinik topikal gel atau krim 0,05-
0,1%
• Emolien : melembutkan permukaan kulit
– Sistemik
• Kortikosteroid : prednison 30mg/hari, membaik
tappering off
• Sitostatika (psoriasis, psoriasis pustulosa, psoriasis
artritis dengan lesi kulit dan eritroderma karena
psoriasis yang sukar terkontrol dengan obat standar) :
Metroteksat 3 x 2,5mg tiap 12 jam, total
7,5mg/minggu. Jika tidak membaik, dosis dinaikkan
2,5-5mg /minggu . IM 2,5- 7,5mg/minggu dosis
tunggal. Tiap 2 minggu cek darah rutin dan tiap 30
hari cek funsi hepar dan ginjal
• Levodopa 2 x 250mg – 3 x 500mg/hari
• Diaminodifenilsulfon (DDS) untuk psoriasis pustulosa
lokalisata 2 x 100mg/hari
• Etretinat dan asitretin untuk psoriasis yang tak
bereaksi dengan obat atau eritroderma psoriatika,
dosis 1 – 1,5mg/kgBB, bersifat teratogenik
• Siklosporin 6mg/kgBB/hari, bersifat nefrotoksik dan
hepatotoksik
PROGNOSIS

Tidak menyebabkan kematian, namun penyakit


ini bersifat kronik residif.
 Namun, psoriasis dapat dikendalikan agar
tidak mudah kambuh dengan cara menghindari
faktor-faktor pencetusnya
Algoritma psoriasis
PARAPSORIASIS
• Penyakit kulit yang belum diketahui penyebabnya
• umumnya tanpa keluhan
• kelainan kulit ditandai dengan adanya eritema
dan skuama
• berkembang secara perlahan-lahan dan kronik
Dibagi mendjadi 3 Jenis yaitu :
• Parapsoriasis gutata
• Parapsoriasis variegata
• Parapsoriasis en plaque
Gejala klinis
parapsoriasis guttata
Ruam terdiri atas papul miliar
terdapat pada dewasa muda
serta lentikular, ertiema dan
terutama pada pria dan Penyakit ini sembuh spontan
skuama dapat hemoragik,
relative paling sering tanpa meninggalkan sikatriks
kadang-kadang berkonfluensi,
ditemukan.
dan umumnya simetrik

dapat akut dan disebut Jika sembuh meninggalkan


Tempat predileksi pada sikatriks seperti variola dinamakan
parapsoriasis gutata akut (
badan, lengan atas dan paha, para psoriasis varioliformis akuta
penyakit Mucha-Habermann). atau pitiriasis likenoides et
tidak tedapat pada kulit
Gambaran klinisnya mirip varioliformis akuta atau pitiriasis
kepala, muka dan tangan
varisela. likenoides et varioliformis.
Gejala klinis
parapsoriasis variegata
• Kelainan ini terdapat pada badan, bahu dan
tungkai

• bentuknya seperti kulit zebra; terdiri atas


skuama dan eritema yang bergaris-garis
Gejala klinis
parapsoriasis en plaque

Kelainan kulit
berupa bercak
mulai pada eritematosa,
usia permukaan
Insidens
pertengaha Tempat datar, buLat
penyakit ini lebih sering atau lonjong
n, dapat predileksi
pada orang pada pria dengan
terus- pada badan diameter 2,5
kulit daripada
menerus dan cm dengan
berwarna wanita
atau ektremitas. sedikit skuama
rendah. yang berwarna
mengalami
merah jambu,
remisis coklat atau
agak kuning.
Histopatologi
Parapsoriasis Parapsoriasis Parapsoriasis en
gutata variegata plaque

sedikit infiltrat
Epidermis tampak
limfohistiositik di Gambarannya mirip
meinipis disertai
sekitar pembuluh dermatitis kronik
keratosis
darah superficial

Pada dermis terdapat


hyperplasia epidermal infiltrat menyerupai
yang ringan pita terutama terdiri
atas limfosit

sedikit spongiosis
setempat
Diagnosis banding

PSORIASIS
• skuamanya tebal,kasar, berlapis-lapis
• fenomena tetesan lilin dan Auspitz. Selain itu gambaran
histopatologiknya berbeda

PITIRIASIS ROSEA
• terdiri atas eritema dan skuama, tetapi perjalanannya tidak
menahun seperti pada parapsoriasis
• pada pitiriasis rosea susunan ruam sejajar dengan lipatan kulit
dan kosta
• Pitiriasis rosea ditandai dengan suatu lesi yang berukuran 2-10
cm
Penatalaksanaan dan prognosis

• Penyinaran dengan lampu ultraviolet


• Dapat juga diberikan kortikosteroid topikal seperti pada psoriasis.
Meskipun demikian hasilnya bersifat sementara dan sering kambuh
• Obat lain yang digunakan diantaranya : kalsiferol, preparat ter, obat
antimalaria, derivat sulfon, obat sitostatik, dan vitamin E.1
• Adapun pengobatan parapsoriasis gutata akut dengan eritromisin (40
mg/kg berat badan) dengan hasil baik juga dengan tetrasiklin.
Keduanya mempunyai efek menghambat kemotaksis neutrofil.

PROGNOSIS
perjalanan penyakit yang kronik dan lama, kecuali parapsoriasis en
plaque yang berpotensi untuk menjadi mikosis fungoides, yang
berpotensi lebih fatal
Pitiriasis rosea
• Penyakit kulit dengan
tanda bercak bersisik
halus, berbentuk oval
dan berwarna
kemerahan
• Pitiriasis rosea bersifat
self limited atau sembuh
sendiri dalam 3-8 minggu
• Dimulai dengan satu lesi
inisial yang dinamakan
Herald patch
Epidemiologi dan Etiologi

Epidemiologi
• Pitiriasis rosea didapati pada semua umur (15-40tahun)
• wanita ≈ pria
Etiologi
• Penyebab pitiriasis rosea masih belum pasti, demikian
pula cara infeksi.
• Ada yang mengemukakan hipotesis bahwa penyebabnya
virus, karena penyakit ini merupakan penyakit swasima
(self limiting disease)
Gejala klinis
• Tahap awal Pitiriasis rosea ditandai dengan lesi (ruam) tunggal (soliter)
berbentuk oval, berwarna pink dan di bagian tepi bersisik halus. Diameter
Tahap sekitar 1-3 cm. Tanda awal ini disebut herald patch Rasa gatal ringan dialami
awal oleh sekitar 75 % penderita dan 25 % mengeluh gatal berat, Skuama tidak
mudah lepas.

• Setelah lesi awal, ditandai dengan kumpulan lesi (ruam) yang berbentuk
Tahap seperti pohon cemara terbalik (Christmas tree pattern). Tempat tersering
berikutnya (predileksi) adalah badan, lengan atas dan paha atas.
(4-10hari)

• Selain bentuk ruam kemerahan bersisik halus, variasi bentuk yang tidak khas
(atipik) dapat dijumpai pada sebagian penderita Pitiriasis rosea, terutama pada
- anak-anak, berupa urtikaria, vesikel dan papul
DD, penatalaksaan dan prognosis
• DD : Tinea corporis
• PENATALAKSANAAN
Pengobatan yang diberikan bersifat
simptomatis, untuk gatal dapat
diberikansedativa, sedangkan sebagai obat
topical dapat diberikan bedak asam salisilat
yang dibubuhi mentol 1/2 – 1 %.
• PROGNOSIS
Sembuh dalam waktu 3 – 8 minggu
eritroderma
• Eritroderma ~ Dermatitis exfoliativa
• Eritema di hampir semua bagian tubuh (>90% luas permukaan
tubuh)
• Etiologi :
1. Alergi obat
2. Perluasan penyakit kulit
3. Penyakit sistemik termasuk keganasan
4. Tidak diketahui (idiopatik)
Patofisiologi
• Eritema → aliran darah kekulit ↑ → kehilangan panas
me↑ → menggigil
• Kronis → gagal jantung
• Hipotermia
• Penguapan cairan ↑ → dehidrasi
• Skuama ( 9 gr/ m2 ) → kehilangan protein ( albumin
↓, globulin ↑ ) → edema.
GEJALA KLINIS
Alergi Obat Riw minum Akut : eritema
obat + saja

Perluasan Riw. Penyakit Eritema +,


penyakit kulit kulit + Skuama kasar
sebelumnya

Peny. Eritema +,
Sistemik/kegana skuama kasar
san
pengobatan
I. Topikal :
• Emolien
• Kortikosteroid
II. Sistemik :
• Sesuai peny yg mendasari
• Kortikosteroid jika karena obat / dermatitis / peny bulosa.
Dosis : 1-2 mg/kgBB (tapering off)
• Antihistamin
• AB  infx sekunder
III. Suportif :
• Tx cairan
• Diet TKTP
• Tx kel jantung, dll
PROGNOSIS
• Eritroderma
– Akibat alergi obat → baik
– Penyebab belum diketahui → pengobatan
kortikosteroid hanya mengurangi gejala dan akan
ketergantungan kortikosteroid
– Akibat sindrom sezary → buruk
DERMATITIS SEBOROIK

• Istilah dermatitis seboroik


dipakai untuk segolongan
kelainan kulit yang didasari
oleh faktor konstitusi dan
bertempat predileksi di
tempat-tempat seboroik atau
yang banyak mengandung
kelenjar sebasea
Faktor predisposisi
Umur  berhubungan erat dengan keaktifan glandula sebasea, yang aktif pada
bayi baru lahir terutama pada bulan-bulan pertama, dan mencapai puncak
pada umur 18-40 tahun.

Jenis kelamin  lebih sering pada pria

Faktor kelelahan

Stress emosional

Infeksi
Teori etiopatogenesis
Gejala klinis
• Tempat Predileksi : muka, kulit kepala,
presternal, daerah lipatan
• Klinis : eritema, skuama berminyak agak
kekuningan, batas tidak tegas.
• Bentuk klinis :
o Pitiriasis sika (ketombe kering )
o Pitiriasis steatoides ( ketombe berminyak )
o Cradle cap : seluruh kepala tertutup skuama kekuningan & kumpulan
debris

• Jika meluas → penyakit Leiner (bayi 4 mgg-20


Dermatitis
seboroik pada
wajah dewasa
Dermatitis
seboroik pada
scalp : bayi
Diagnosis Banding

• Psoriasis
– Berbeda karena ada skuama berlapis-lapis disertai tanda
tetesan lilin dan Auspitz
– Tempat predileksi berbeda
• Kandidosis
– Terdapat eritema berwarna merah cerah berbatas tegas
dengan satelit-satelit di sekitarnya
• Otomikosis
– Terlihat elemen jamur pada sediaan langsung
• Otitis eksterna
– Terlihat tanda-tanda radang, jika akut terdapat pus
penatalaksanaan
SISTEMIK
– Kortikosteroid : Prednison 20-30 mg/hari
– Isotretinoin Dosis 0,1-0,3 mg/kgBB/hari
– Narrow band UVB (TL-01) : 3x seminggu selama 8 minggu
– Ketokonazol: 200 mg/hari

TOPIKAL
Pada pitiriasis sika dan oleosa : Selenium sulfida (selsun) 2-3x per minggu 5-15 menit
Jika ada skuama dan krusta : Emolien (mis: krim urea 10%)
Obat lain yang dapat diberikan:
– Ter, misalnya: likuor karbonas detergens 2-5%
– Resorsin 1-3%
– Sulfur presipitatum 4-20%, dapat digabung dengan asam salisilat 3-6%
– Kortikosteroid, misalnya krim hidrokortison 2,5%
– Krim ketokonasol 2%
Lupus eritematosus
Lupus eritematosus merupakan penyakit yang menyerang system konektif
dan vascular

mempunyai dua varian: lupus eritematosus discoid dan sistemik.

L.E.D ( lupus eritematosus discoid ) bersifat kronik dan tidak berbahaya


dimana menyebabkan bercak di kulit, yang eritematosa dan atrofik tanpa
ulserasi.

L.E.S ( lupus eritematosus sistemik ) merupakan penyakit yang biasanya akut


dan berbahaya, bahkan dapat fatal.
ETIOLOGI
• Lupus eritematosus merupakan penyakit autoimun
• Ada banyak anggapan bahwa penyakit disebabkan oleh
interaksi antara faktor-faktor genetic dan imunologik.
• Selain faktor genetik, ada faktor infeksi (virus) dan faktor
hormonal.
Lupus eritematosus diskoid
gejala klinis
• Kelainan biasanya berlokalisasi simetrik di muka
(terutama hidung, pipi), telinga atau leher.
• Lesi terdiri atas bercak-bercak (makula merah atau
bercak meninggi), berbatas jelas dengan sumbatan
keratin pada folikel-folikel rambut.
• Bila lesi-lesi diatas hidung dan pipi berkonfluensi, dapat
berbentuk seperti kupu-kupu ( butterfly erythema ).
• Penyakit dapat meninggalkan sikatriks atrofik, kadang-
kadang hipertrofik, bahkan distorsi telinga atau hidung.
Hidung dapat berbentuk seperti paruh kaktus.
Varian klinis LED
Lupus eritematosus tumidus
• Bercak-bercak eritematosa coklat yang meninggi terlibat di muka, lutut dan
tumit. Gambaran klinik dapat menyerupai erysipelas atau selulitis.
Lupus eritematosus profunda
• Nodus-nodus terletak dalam, tampak pada dahi, leher, bokong dan lengan atas.
Kulit di atas nodus eritematosa, atrofik atau ulserasi.
Lupus eritematosus hipotrofikus
• Penyakit sering terlihat di bibir bawah dari mulut, terdiri atas plak yang
berindurasi dengan sentrum yang atrofik.
Lupus eritematosus pernio
• Penyakiti ni terdiri atas bercak-bercak eritematosa yang berinfiltrasi di daerah-
daerah yang tidak tertutup pakaian , memburuk pada hawa dingin.
DIAGNOSIS
• Diagnosisnya harus dibedakan dengan
dermatitis seboroik, psoriasis dan tinea fasialis.
Lesi di kepala yang berbentuk alopesia
sikatrisial harus dibedakan dengan liken
planopilaris dan tinea kapitis.

• Pada pemeriksaan penunjang, kelainan


laboratorik dan imunologik jarang terdapat,
PENATALAKSANAAN

Penderita harus menghindarkan trauma fisik, sinar matahari dan lingkungan


sangan dingin dan stress emosional.

Sistemik :

-diberikan obat antimalaria, misalnya klorokuin. Dosis inisial ialah 1-2 tablet (@ 100mg)
sehari selama 3-6 minggu, kemudian 0,5 – 1 tablet selama waktu yang sama. Obat hanya
diberikan maksimal selama 3 bulan.

-Kortikosteroid sistemik hanya diberikan pada L.E.D dengan lesi-lesi yang diseminata. Dosis
kecil diberikan secara intermiten, yakni tiap 2 hari sekali, misalnya prednisone 30 mg.
Lupus eritematosus sistemik
Kriteria diagnosis ialah yang diuraikan oleh A.R.A ( the American Rheumatism Association )
yang telah direvisi pada tahun 1982. Diagnosis L.E.S dibuat, jika paling sedikit terdapat 4
diantara 11

eritema fasial (butterfly


lesi diskoid sikatrik hipotrofik fotosensitivitas
rash)

arthritis (non erosif, kelainan ginjal


ulserasi di mulut dan serositis ( pleuritis,
mengenai 2 atau lebih (proteinuria >0,5
rinofaring perikarditis)
sendi perifer) gr/sehari,cellular casts)

kelainan darah yakni


kelainan neurologik anemia hemolitik,
gangguan imunologik
(kelelahan, psikosis), leukopenia, limfopenia
atau trombositopenian
Manifestasi klinis

Gejala • Perasaan lelah, penurunan berat badan dan kadang-


kadang demam tanpa menggigil
konstitusional

• Kulit : lesi yang tersering ialah (i) lesi seperti kupu-


kupu di area malar dan nasal dengan sedikit edema,
Kelainan di eritema,sisik, telangiektasis dan atrofi, (ii) erupsi
makulo=popular, polimorf, dan eritematosa bulosa di
kulit dan pipi, (iii) foto sensitivitas di daerah yang tidak
tertutup pakaian
mukosa • Mukosa: pada mukosa mulut, mata, dan vagian
timbul stomatitis dan keratokonjungtivitis, dan
kolpitis dengan petekie, erosi bahkan ulserasi
GEJALA KLINIS

• Yang tersering ialah lupus nefritis. Selain itu timbul


Kelainan di peluritis, perikariditis, dan terdapat efusi
peritoneum. Kolpitis ulserativa serta
alat dalam hepatosplenomegali juga ditemukan

Kelainan di • Arthritis biasanya tanpa deformitas, bersifat


episodic dan migratorik, nekrosis kepala femur
sendi, tulang, dan artofi muskulo-skeletal dengan mialgia.
Limfadenitis dapat bersifat regional atau
otot, KGB, dan generalisata. Neuritis perifer, ensefalitis, konvulsi
system saraf dan psikosi dapat terjadi.
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan laboratorium
• Kelainan laboratorium ialah anemia hemolitik dan anemia normositter,
leukopenia, trombositopenia, peninggian laju endap darah,
hiperglobulinemia, dan bila terdapat sindrom nefrotik, albumin akan
rendah.
Antibodi Antinuklear (ANA)
• Terdapat 4 pola ANA ialah membranosa (anular, perifer), homogeny dan
berbintik-bintik serta nuklear. yang dianggap spesifik untuk L.E.S ialah
pola membranosanya.terutama jika titernya tinggi.

Lupus band test


• Pada pemeriksaam imunofloresens langsung dapat dilihat pita terdiri
atas deposit granular immunoglobulin G, M, dan A dan komplemen C3
pada epidermal-dermal yang disebut lupus band
Pemeriksaan penunjang
Anti-ds RNA
• Anti – autoantibodi yang lain selain ANA ialah anti-ds-RNA
yang spesifik untuk SLE, tetapi hanya ditemukan pada 40 –
50 % penderita. Antibody ini mempunyai hubungan
dengan glomerulonefritis.

Anti-Sm
• Selain anti-ds-RNA masih ada antibody yang lain yang
spesifik ialah anti sm. tetapi hanya terjadi pada sekitar 20-
30% penderita
Diagnosis dan diagnosis
banding
• Diagnosis
Diagnosis dapat dibuat bila kriteria dari ARA Dipenuhi. Harus diingat
bahwa pengumpulan perbagai gejala di semua alat dan kelainan
laboratorik serta imunologik harus diadakn untuk memastikan LES.

• Diagnosis banding
Dengan adanya gejala diberbagai organ, makan harus diinget , diagnosis
banding banyak sekali. Beberapa penyakit yang berasosiasi dengan L.E.S
mempunyai gejala-gejala yang dapat menyerupai LES yaitu arthritis
reumatika,sklerosis sistemik, dermatofitosis dan purpura
trombositopenik.
PENATALAKSANAAN
• Kortikosteroid sistemik merupakan indikasi, bila penderita
sakit kritis misalnya terdapat lupus nefritis, pleuritis,
perikarditis, atau mengalami banyak hemoragik. dapat
diberikan prednisone 1mg/kgBB atau 60-80mg sehari.
Kemudian diturunkan 5mg/kgBB dan dicari dosis
pemeliharaan yang diberikan selang sehari.
• Obat-obat antibiotic, antiviral dan antifungi harus diberikan,
bila terdapat komplikasi misalnya infeksi sekunder, pneumonia
bacterial, atau infeksi viral dan mikosis sistemik
• Pada penderita LES dengan anemia hemolitik atau lupus
nefropati seringkali dosis tinggi kortikosteroid efektif, maka
harus diberikan terapi sitostatik, misalnya azatioprin 50-
150mg perhari, dengan dosis maksimal 200mg perhari.
Dapat juga diberikan siklofosfamid dengan dosis yang sama .

Anda mungkin juga menyukai