Diajukan Oleh:
Rizma Alfiani Rachmi, S. Ked ( J510155024 )
Sandhya Putri Arisanti, S.Ked ( J510155022 )
Najib Rofii, S.Ked ( J510155016)
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2015
REFERAT
EFEK CUCI HIDUNG SAAT WUDHU
TERHADAP FUNGSI HIDUNG
Diajukan Oleh :
Rizma Alfiani Rachmi
J510155024
J510155022
Najib Rofii
J510155016
Telah disetujui dan disahkan oleh Bagian Program Pendidikan Profesi Fakultas
Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta
Pada hari
,tanggal
Pembimbing
DR.dr. Iwan Setiawan, Sp.THT-KL
(.................................)
(.................................)
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN............................................................................. ii
DAFTAR ISI....................................................................................................... iii
BAB I.PENDAHULUAN.................................................................................. 1
A.Latar Belakang Masalah.................................................................................. 1
B.Rumusan Masalah........................................................................................... 2
C.Tujuan.............................................................................................................. 2
D.Manfaat............................................................................................................ 2
BAB II.TINJAUAN PUSTAKA....................................................................... 3
A. Cuci Hidung................................................................................................... 1
1. Definisi Cuci Hidung............................................................................. 1
2.Tata Cara cuci hidung............................................................................. 2
3.Manfaat Cuci Hidung ............................................................................ 2
4.Efek Samping Cuci Hidung.................................................................... 2
B. Anatomi, Fisiologi dan Histologi Hidung......................................................
1. Anatomi Hidung.................................................................................... 1
2..Fisologi Hidung..................................................................................... 2
3.. Histologi Hidung ................................................................................. 2
C. Hubungan Cuci Hidung Saat Wudhu Terhadap Fungsi Hidung....................
BAB I
Pendahuluan
A. Latar Belakang Masalah
Jika salah seorang dari kalian berwudhu maka hendaknya dia menghirup air ke
hidung lalu mengeluarkannya. (HR. Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah
radhiyallahu anhu).
Orang yang berwudhu secara kontinyu, maka hidung
mereka bersih dan bebas dari debu, bakteri dan mikroba. Lubang
hidung merupakan tempat yang rentan dihinggapi mikroba dan
virus, tetapi dengan membasuh hidung secara kontinyu dan
melakukan
instinsyaaq
(memasukkan
air
kedalam
hidung
membasuh hidung pada saat wudhu. Pada penelitian ini disebutkan bahwa orang
yang rutin
membran mukus. Hal ini dapat menjaga kesehatan hidung yang baik,
meningkatkan kualitas sinus pada kehidupan, mengurangi gejala dan mengurangi
penggunaan obat-obatan. Cuci hidung efektif sebagai terapi tambahan ( Ihsan H.
Musa ).
Cuci Hidung merupakan bagian yang penting dari wudhu , Luqait ibnu
Saborah bertanya pada Rasulullah SAW. Untuk memberitahukan padanya tentang
wudhu dan Rasulullah SAW. Menjawab '' Lakukan dengan benar dan Wudu
secara menyeluruh, mencuci antara jari-jari, dan membesar-besarkan dalam
menghirup air ke dalam hidung kecuali Anda sedang berpuasa '' (Al-Tirmidzi,
1983). Selain itu Rasulullah SAW. juga menganjurkan untuk melakukannya dua
atau tiga kali lebih (Al Ghamdi M.K).
2. Tata Cara Cuci Hidung Saat Wudhu
Selama cuci hidung saat berwudu air harus memasuki tidak hanya bagian
depan dari hidung saja tetapi juga sampai dengan sinus ethmoidalis. Selama cuci
hidung ketika berwudu, jari kelingking kiri digunakan untuk membersikan
partikel-partikel yang menempel dilubang hidung ( dr.Sabrina )
Sebagaimana dalam sebuah hadits yang diriwayatkan dari shahabat
Abdullah bin Zaid yang mencontohkan wudhunya Rasulullah shallallahu alaihi
wasallam: (sampai pada)
Berkumur-kumur dan beristinsyaq (memasukkan air kehidung) dari satu telapak
tangan dilakukan sebanyak tiga kali. (HR. Bukhari dan Muslim)
Abu Hurairah ra. berkata: Nabi Saw. Bersabda: Jika seorang
bangun dari tidurnya, lalu wudhu hendaklah ia menghirup air
kedalam
hidung
diulang
tiga
kemudian
kali,
sebab
mengeluarkannya
syaitan
(instinsyaaq)
bermalam
dalam
Iritasi lokal
Gatal
Rasa terbakar
Otalgia ( Brown L.C, 2004)
Cuci hidung dengan air biasa mungkin sedikit tidak aman dan dapat
menjadi tidak nyaman karena mengiritasi dari membran mukus, Maka dari itu,
penganjuran untuk pemakain air garam isotonik atau hipertonik dapat menjadi
pilihan, Karena air yang mengandung garam akan sesuai dengan tonisitas dari sel
tubuh dan darah. Untuk alasan yang sama, air hangat lebih dipilih dibandingkan
air yang dingin, karena selain dapat mengaktifkan reflek muntah, air dingin dapat
mengiritasi membran mukus. Penggunaan air yang telah disterilkan atau air yang
sebelumnya telah didihkan kemudian didinginkan dibandingnya air bisa
dianjurkan.
B.Anatomi, Fisiologi dan Histologi Hidung
1. Anatomi Hidung
Hidung Luar
Hidung luar berbentuk piramid dengan bagian-bagiannya dari atas ke bawah
yaitu:
1
Puncak hidung
Hidung bagian luar dibentuk oleh kerangka tulang dan tulang rawan yang
dilapisi oleh kulit, jaringan ikat dan beberapa otot kecil yang berfungsi untuk
melebarkan dan menyempitkan lubang hidung.
Lubang hidung dan puncak hidung dibentuk oleh kartilago ala mayor, yang
berbentuk tipis dan fleksibel. Sedangkan kolumela yang memisahkan kedua
lubang hidung dibentuk oleh tepi bawah kartilago septum.
Hidung luar menonjol pada garis tengah diantara pipi dengan bibir atas,
struktur hidung luar dibedakan atas tiga bagian yaitu :
1
Yang paling atas, kubah tulang yang tidak dapat digerakkan. Belahan
bawah aperture piriformis kerangka tulang saja, memisahkan hidung
luar dengan hidung dalam. Disebelah superior, struktur tulang hidung
luar berupa prosesus maxilla yang berjalan keatas dan kedua tulang
hidung semuanya disokong oleh prosesus nasalis os frontalis dan
suatu bagian lamina perpendikularis os etmoidalis. Spina nasalis
anterior merupakan prosesus maksilaris medial.
subkutan diatas tulang hidung, pipi anterior dan bibir atas menjamin
mobilitas lobulus.
Jaringan ikat subkutan dan kulit juga ikut menyokong hidung luar.
Jaringan lunak diantara hidung luar dan dalam dibatasi disebelah inferior oleh
kripta piriformis dengan kulit penutupnya, dimedial oleh septum nasi dan tepi
bawah kartilago lateralis superior sebagai batas superior dan lateral
II
: Konka-konka
Vestibulum
-
Septum
-
Os Vomer.
Kolumela.
Konka
-
Meatus - meatus
-
Meatus inferior
Terletak antara konka inferior dengan dasar hidung dan
dinding lateral rongga hidung, tempat bermuara duktus
nasoakrimalis.
Meatus medius
Celah yang terletak konka media dengan dinding lateral
rongga hidung. Terdapat bula etmoid, prosesus unsinatus,
hiatus semilunaris, dan infundibulum etmoid. Hiatus
semilunaris merupakan celah sempit melengkung dimana
terdapat muara sinus frontal, maxilla, dan etmoid anterior.
Meatus superior
Terletak antara konka superior dan konka media. Disini
terdapat muara sinus etmoid posterior dan sinus sphenoid.
Kerangka tulang tampaknya menentukan diameter yang pasti dari rongga udara,
struktur jaringan lunak yang menutupi hidung dalam cenderung bervariasi tebalnya juga
mengubah resistensi. Akibatnya tekanan dan volume aliran udara inspirasi dan ekspirasi.
Diameter yang berbeda-beda disebabkan oleh kongesti dan dekongesti mukosa.,
perubahan badan vascular yang dapat mengembang pada konka dan septum atas.
Ujung-ujung saraf olfaktorius menempati daerah kecil pada bagian medial dan
lateral dinding hidung dalam dan ke atas hingga kubah hidung.
Deformitas struktur
demekian pula penebalan atau oedem mukosa berlebihan dapat mencegah aliran udara
untuk mencapai daerah olfaktorius dan dengan demikian dapat sangat mengganggu
penghidu.
Konka umumnya dapat mengkompensasi kelainan septum ( bila tidak terlalu
berat ), dengan memperbesar ukurannya pada sisi yang konkaf dan mengecil pada sisi
lainnya sedemikian rupa agar dapat mempertahankan lebar rongga udara yang optimum.
Jadi meskipun septum nasi bengkok, aliran udara masih akan ada dan masih normal.
Daerah jaringan erektil pada kedua sisi septum berfungsi mengatur ketebalan dalam
berbagai kondisi atmosfer yang berbeda.
Perdarahan Hidung
Bagian hidung mendapat perdarahan dari cabang a. maxillaris interna,
diantaranya ujung a.palatina mayor dan a. sfenopalatina yang keluar dari foramen
sfenopalatina bersama n. sfenopalatina dan memasuki rongga hidung dibelakang ujung
posterior konka media. Bagian depan hidung mendapat perdarahan dari cabang-cabang a.
fasialis.
Pada bagian depan septum terdapat anostomosis dari cabang-cabang a.
sfenopalatina, a. etmoid, a. labialis superior dan a. palatina mayor yang disebut pleksus
kiesselbach (littles area) pleksus ini letaknya superfisial dan mudah cedera oleh trauma
sehingga sering menjadi epitaksis terutama pada anak.
Vena-vena hidung mempunyai nama yang sama dan berjalan berdampingan
dengan arterinya. Vena di vestibulum dan struktur luar hidung bermuara ke vena
oftalmika yang berhubungan dengan sinus kavernosus. Vena-vena di hidung tidak
2. Fisiologi Hidung
Hidung dan sinus dilapisi dengan epitelium pseudostratifikatum kolumnar
diselingi dengan sel goblet. Kelejar mukus ditemukan pada lapisan submukoasa.
Terdapat sebanyak 1000cc sekresi yang muncul dari lapisan sinonasal setiap
harinya. Pada keadaan normal, sekresi ini dibawa dari sinus ke hidung kemudian
melewati bagian posterior nasofaring untuk ditelan. Pemindahan ini tergantung
pada gerakan mukus yang efisien oleh silia. Frekuensi gerakan silia, koordinasi
silia dan reologi mukus merupakan faktor yang penting untuk menentukan waktu
pemindahan mukosiliar melalui hidung. Kegagalan untuk mengalirkna mukus
keluar dari sinus dan hidung menghasilkan sendatan sekresi dengan potensi
adanya infeksi sekunder bakteri dan gejala rhinosinusitis ( Healtley G. D.).
1. Airway Surface Liquid (ASL)
Cairan permukaan saluran nafas atau ASL adalah sekresi yang dihasilkan
oleh sel epitelial, sel goblet dan kelenjar submukosa. Ini terdiri dari lapisan bawah
perisiliar dengan ketebalan 7 mikron dan lapisan atas mukus atay lapisan gel
dengan ketebalan bervariasi. Makrofag dapat ditemukan pada ASL, dimana
mereka mengikat organisme yang tidak cepat dbuang oleh pembersihan
mukosiliar. ASL juga mengandung agen protein antimikrobial ( lisozim, laktoferin
) dan peptida ( defensin ) yang membantu mencegah kolonisasi bakteri. Total
volume ASL pada orang normal mencapai 1 cc pada seluruh lapisan meliputi
trakea dan bronki, dengan tambahan 2.6 cc didalam bronkiolus. ASL bersifat
isotonik pada manusia dan mamalia yang lain ( Healtley G. D.).
Lapisan perisilier harus tetap pada ketinggian ~ 7 mikron untuk
transportasi silia yang efisien. Pada fase aktif effective stroke siliar mukus di
pindahkan ke posterior, sementara pada fase pasif siliar recovery phase terjadi
pada lapisan bawah. Jika cairan perisilier terlalu sedikit maka akan melambatkan
gerakan siliar karena mereka dipaksa bergerak melalui lapisan mukus yang tebal
( Healtley G. D.).
Gambar 1. Gerakan Mukosiliar pada fase aktif dan pada fase pemulihan
( Healtley G. D.)
Volume dan kedalaman cairan permukaan saluran napas atau ASL
ditentukan oleh transport air isotonik. Penambahan natrium klorida ke lumen jalan
napas menyebabkan air keluar dari sel epitelial untuk menyamakan komposisi
sodium sehingga terjadi peningkatan reologi mukus ( viskositas dan elastisitas )
dan mempercepat transportasi dari mukus ( Healtley G. D.).
2. Transport Ion
dan kemudian
mengikuti jalan yang sama seperti udara inspirasi. Akan tetapi di bagian
depan aliran udara memecah, sebagian akan melalui nares anterior dan
sebagian lain kembali ke belakang membentuk pusaran dan bergabung
dengan aliran dari nasofaring.
Hidung dengan berbagai katup inspirasi dan ekspirasi serta kerja
mirip katup dari jaringan erektil konka dan septum, menghaluskan dan
membentuk aliran udara, mengatur volume dan tekanan udara yang lewat,
dan menjalankan berbagai aktivitas penyesuaian udara (filtrasi, pengaturan
suhu dan kelembaban udara).
Perubahan tekanan udara didalam hidung selama siklus pernafasan
telah diukur memakai rinomanometri. Selama respirasi tenang, perubahan
tekanan udara dalam hidung adalah minimal dan normalnya tidak lebih
dari 10-15 mmH2O, dengan kecepatan aliran udara bervariasi antara 0-140
ml/menit. Pada inspirasi, terjadi penurunan tekanan; udara keluar dari
sinus sementara pada ekspirasi tekanan sedikit meningkat; udara masuk ke
dalam sinus. Secara keseluruhan, pertukaran udara sinus sangat kecil,
kecuali pada saat mendengus, suatu mekanisme dimana hantaran udara ke
membrana olfaktorius yang melapisi sinus meningkat.
Silia
debu dan bakteri akan melekat pada palut lendir dan partikel-partikel
yang besar akan dikeluarkan dengan reflek bersin. Palut lendir ini akan
dialirkan ke nasofaring oleh gerakan silia.
d
Indra penghidung
Hidung juga bekerja sebagai indra penghidu dengan adanya
mukosa olfaktorius pada atap rongga hidung, konka superior dan sepertiga
bagian atas septum. Partikel bau dapat mencapai bagian ini denagn cara
difusi dengan palut lender atau bila menarik nafas dengan kuat.
Bila kita ingin mengenali suatu bau, biasanya kita mengendus yaitu
menambah tekanan negative guna menarik aliran udara yang masuk ke
area olfaktorius. Pada sumbatan hidung yang patologis, pasien sering
mengeluh anosmia sebelum mengemukakan bahwa ia juga bernafas lewat
mulut. Lebih lanjut kita membedakan berbagai makanan lewat rasa dan
bau, keluhan pasien dapat pula berupa makanan tidak pas rasanya.
Resonansi suara
Resonansi oleh hidung penting untuk kualitas suara ketika
berbicara dan menyanyi. Sumbatan hidung akan menyebabkan resonansi
berkurang atau hilang sehingga terdengar suara sengau-sengau (rinolalia).
Proses bicara
Hidung membantu proses kata-kata. Kata dibentuk oleh lidah,
bibir, dan palatum mole. Pada pembentukan konsonan nasal (m,n,ng)
rongga mulut tertutup dan hidung terbuka, palatum mole turun untuk
aliran udara.
Secara umum, bicara yang abnormal akibat perubahan ronggarongga hidung dapat digolongkan sebagai hipernasal atau hiponasal.
Hipernasal terjadi bila insufisiensi velofaringeal menyebabkan terlalu
banyak bunyi beresonansi dalam rongga hidung. Pasien pasien
palatoskisis yang tidak diperbaiki secara khas mewakili gangguan bicara
ini. Hiponasal timbul bila bunyi-bunyi yang normalnya beresonansi dalam
rongga hidung menjadi terhambat. Sumbatan hidung dapat menimbulka
kelainan ini dengan berbagai penyebab seperti infeksi saluran pernafasan
atas, hipertrofi adenoid, atau tumor hidung.
Reflek nasal
Mukosa hidung merupakan reseptor reflek yang berhubungan
dengan saluran cerna , kardiovaskuler dan pernafasan. Contoh: iritasi
mukosa hidung menyebabkan reflek bersin dan nafas terhenti. Rangsang
bau tertentu menyebabkan sekresi kelenjar liur, lambung dan pankreas.
3.Histologi Hidung
1
Mukosa Hidung
Secara histoligi dan fungsional dibagi atas :
serempak
secara
cepat
kearah
aliran
lapisan,
kemudian
karena
diliputi
oleh
palut
lendir
(mucous
blanket)
pada
permukaannya. Palut lendir ini dihasilkan oleh kelenjar mukosa dari sel-sel
goblet.
Mukosa sinus paranasal berhubungan langsung dengan mukosa
rongga hidung didaerah ostium. Mukosa sinus menyerupai mukosa rongga
hidung, hanya lebih tipis dan pembluh darahnya lebih sedikit. Tidak
ditemukan rongga-rongga vaskuler yang besar. Sel-sel goblet dan kelenjar
lebih sedikit dan terutama ditemukan dekat ostium. Palut lendir didalam
sinus dibersihkan oleh silia dengan gerakan menyerupai spiral kearah
ostium.
Mukosa penghidu terdapat pada atap rongga hidung, konka
superior,dan sepertiga bagian atas septum. Mukosa dilapisi oleh epitel torak
berlapis semu dan tidak bersilia (pseudo stratified columnar non ciliated
ephitelium. Epitelnya dibentuk oleh tiga macam sel, yaitu sel penunjang, sel
basal, dan sel reseptor penghidu. Daerah mukosa penghidu berwarna coklat
kekuningan.
2
Silia
Silia terbentuk dari dua mikrotubulus sentral tungal yang
dikelilingi sembilan pasang mikro tubulus, semuanya terbungkus dalam
membran sel berlapis tiga yang tipis dan rapuh.
Silia mempunyai fungsi yang penting. Dengan gerakan silia yang
teratur, palut lendir didalam cavum nasi akan didorong kearah nasofaring.
Dengan demikian mukosa mempunyai daya untuk membersihkan dirinya
sendiri dan juga untuk mengeluarkan benda asing yang masuk ke dalam
rongga hidung.
Gangguan pada fungsi silia akan menyebabkan banyak sekret
terkumpul dan menimbulkan keluhan hidung tersumbat. Gangguan
gerakan silia dapat disebabkan oleh pengeringan udara yang berlebihan,
radang, sekret kental dan obat-obatan.
Area Olfaktorius
Epitel penghidu bertingkat torak terdiri dari tiga jenis sel:
1
sustentakular
Sel-sel penghidu ini merupakan satu-satunya bagian sistem saraf pusat
yang mencapai permukaan tubuh.
Pembuluh Darah
Pembuluh darah pada mukosa hidung mempunyai susunan yang
khas. Arteriol terletak pada bagian yang lebih dalam dari tunika propia dan
otonom.
5
Suplai Saraf
Yang terlibat langsung saraf kranial pertama untuk penghiduan,
divisi oftalmikus dan maxillaris dari saraf trigeminus untuk impuls afferen
sensorik lainnya, saraf fasialis untuk gerakan otot-otot pernafasan pada
hidung luar, dan system saraf otonom.
Sistem Limfatik
Suplai limfatik hidung amat kaya dimana terdapat jaringan
pembuluh anterior dan posterior. Jaringan limfatik anterior adalah kecil
dan bermuara di sepanjang pembuluh fasialis yang menuju ke leher.
Jaringan ini mengurus hampir seluruh bagian anterior hidung-vestibulum
dan daerah prekonka.
Jaringan limfatik posterior mengurus mayoritas anatomi hidung,
menggabungkan ketiga saluran utama di daerah hidung belakang-saluran
superior, media, dan inferior. Kelompok superior berasal dari konka media
dan superior dan bagian dinding hidung yang berkaitan, berjalan di atas
eustachius dan bermuara pada kelenjar limfe retrofaringea. Kelompok
media, berjalan dibawah tuba eustachius, mengurus konka inferior, meatus
inferior, dan sebagian dasar hidung, dan menuju rantai kelenjar limfe
Vestibulum nasi
o Secara anatomi Vestibulum nasi merupakan bagian dari cavum
nasi yang terletak tepat di belakang nares anterior.
o Secara histologi, vestibulum nasi terdiri atas :
Konka nasalis
o Secara anatomi Pada dinding lateral cavum nasi terdapat tiga
tonjolan tulang disebut konka, dimana ada empat buah konka yaitu
Konka nasalis superior yang tersusun atas epitel khusus, Konka
nasalis media, Konka nasalis inferior dan konka nasalis suprema
yang kemudian akan rudimenter.
o Konka nasalis superior tersusun atas epitel khusus yaitu epitel
olfaktorius untuk penciuman
o Konka nasalis media dan Konka nasalis inferior dilapisi epitel
bertingkat torak bersilia bersel goblet.
o Epitel yang melapisi konka nasalis inferior banyak terdapat plexus
venosus yang disebut swell bodies yang berperan untuk
menghangatkan udara yang melalui hidung. Bila alergi akan terjadi
pembengkakan swell bodies yang abnormal pada kedua konka
nasalis ,sehingga aliran udara yang masuk sangat terganggu.
o Dibawah konka inferior terdapat Plexus venosus berdinding tipis
,sehingga mudah perdarahan
Mukosa Hidung
o Rongga hidung dilapisi oleh mukosa yang secara histologis dan
fungsional dibagi atas mukosa pernafasan (mukosa respiratori) dan
mukosa penghidu (mukosa olfaktorius).
Regio Respiratorius
Tersusun atas Epitel bertingkat torak bersilia bersel goblet.
Regio Olfaktorius
Sel olfaktorius
Inti lonjong
Bentuk segitiga
Inti lonjong
Sel basal
Lamina propria:
Mempunyai banyak vena
regio olfactorius
untuk mencegah masuknya organisme. Ini terdiri dari lapisan dasar dan lapisan
superfisial yang terdiri dari gel. Materi asing ( contoh : bakteri, jamur, alergen )
menjadi terjebak dimukus. Silia akan merangsang epitel pseudostratificatum
kolumnar untuk menghasilkan mukus . Silia pada lapisan superfisial yang terdiri
dari gel akan bergerak menyapu mukus ke belakang ke arah nasofaring dimana
mukus ini akan ditelan (Brown L.C et al, 2004).
Cuci hidung dapat meningkatkan pergerakan mukus ke aras nasofaring. Hal
ini menjadi efek fisik secara langsung. Pasien sering melaporkan bahwa cuci
hidung dengan menghirup air ke dalam hidung kemudian menghembuskannya
lebih efektif dibandingkan hanya dengan mencucinya secara pelan. Fungsi lain
dari cuci hidung antara lain pembentukan krusta dikarenakan banyak kondisi
dapat menjadi lunak dan lepas ketika cuci hidung dilakukan. Sekresi mukus yang
kental mungkin dapat menjadi lebih encer sehingga membantu pembersihan oleh
mukus (Brown L.C, 2004).
Dalam penelitian yang dilakukan Muhammad Salim (2011), tentang manfaat
kesehatan wudhu, dijelaskan, bahwa berwudhu dengan cara yang baik dan benar,
maka tubuh seseorang akan terhindar dari segala penyakit. Sesungguhnya cara
berwudhu yang baik adalah dimulai dengan membasuh tangan lalu berkumurkumur, kemudian mengambil air dan menghirupnya ke dalam hidung lalu
mengeluarkannya. Langkah ini dilakukan sebanyak tiga kali dan seterusnya.
Dan berdasarkan analisisnya, orang-orang yang tidak berwudhu, maka warna
hidung mereka memudar dan berminyak, terdapat banyak kotoran dan debu.
Ditambahkanya, rongga hidung mereka itu memiliki permukaan yang lengket dan
berwarna gelap. Adapun orang-orang yang teratur dalam berwudhu, jelas Salim,
permukaan rongga hidungnya tampak cemerlang, bersih, dan tidak berdebu.
Selain itu, kata dia, jumlah kuman tampak lebih banyak terdapat pada rongga
hidung orang yang tidak berwudhu, dan itu menjadi tempat pertumbuhan kuman
penyakit. Kondisi tersebut, akan mempercepat pertumbuhan dan penularan kuman
penyakit lainnya. Sementara itu, orang-orang yang senantiasa mengerjakan
wudhu, maka hidung mereka tampak bersih dari kuman. Bahkan, lanjut Salim,
tempat pertumbuhan kuman relatif tidak ada.
Penelitian Muhammad Salim ini juga menjelaskan, bahwa orang yang
berwudhu dengan memasukkan air ke dalam rongga hidungnya, kendati hanya
sekali, maka hal itu dapat membersihkan hidung dari separoh penyakit.
Selanjutnya, bila memasukkan air ke dalam rongga hidung sebanyak dua kali,
maka dapat menambah sepertiga kebersihan. Kemudian, jika memasukkan air
sebanyak tiga kali, maka hidung benar-benar bersih dari kuman. Dari hal yang
tampaknya kecil dan bahkan disepelekan, ternyata wudhu mengandung hikmah
yang sangat besar manfaatnya bagi kesehatan seseorang. Rasul SAW bersabda:
Sempurnakan wudhu, lakukan istinsyaq, yaitu memasukkan air ke dalam lubang
hidung, kecuali jika kamu berpuasa.
Secara ilmiah telah dibuktikan, besarnya manfaat yang bisa dipetik dari wudhu,
terutama dalam hal membersihkan lubang hidung. Logikanya, apabila sekali
berwudhu dan melakukan istinsyaq, maka hal itu dapat menjaga kebersihan
hidung hingga 3-5 jam. Dan bila kotor lagi, maka dapat dibersihkan dengan
wudhu berikutnya. Lebih tegas lagi, Muhammad Salim menjelaskan, orang yang
rajin berwudhu dengan melakukan istinsyaq dan istintsar (mengeluarkan air dari
hidung),kemudian melanjutkannya dengan mendirikan shalat, maka hal itu dapat
menghilangkan 11 kuman penyakit membahayakan yang ada di dalam lubang
hidung, terutama dalam hal gangguan pernafasan, radang paru-paru, panas
rumatik, penyakit rongga hidung, dan lain-lain. Sebaliknya, orang yang tidak
berwudhu, akan lebih mudah terkena penyakit gangguan pernafasan.
Prof Hembing menambahkan, hidung merupakan reseptor penciuman (sel-sel
olfaktoris) yang lebih peka daripada reseptor pengecap (lidah) . Disebutkan,
hidung mampu membedakan lebih dari 10 ribu macam bau-bauan. Saluran nafas
atau indera penciuman terdapat di hidung pada lapisan selaput lendir. Indera ini
dapat menerima rangsangan berupa bau atau oflaksi oleh sel pembau. Sel pembau
mempunyai ujung-ujung berupa rambut halus, yang dihubungkan dengan urat
syaraf melalui tulang saringan dan bersatu menjadi urat syaraf elfektori menuju
pusat pencium bau di otak. Indera ini dapat membantu indera pengecap (lidah)
menaikkan selera makan. Dan bila seseorang terkena influenza (pilek dan flu),
maka indera penciuman akan mengalami gangguan dan akan kurang mampu
dalam menerima rangsangan bau. Selain itu, akan berkurang pula selera
makannya.
Hembing menambahkan, hidung bisa menjadi alat penyaringan. Di dalam rongga
hidung terdapat rambut-rambut yang berfungsi menyaring debu-debu yang akan
masuk ke dalam hidung bersama dengan udara. Adanya indera pembau dalam
rongga hidung dapat menyebabkan gas yang tidak enak baunya dan tidak berguna
bagi tubuh akan dapat dihindari. Selain itu, tambahnya, hidung juga berfungsi
sebagai alat penghangatan. Adanya konka yang permukaannya banyak
mempunyai kapiler darah yang menyebabkan udara masuk lewat rongga hidung
akan dihangatkan.
Ia
menambahkan,
banyak
manfaat
yang
dapat
dipetik
dari
ber-
istinsyaq danistintsar ini. Setiap kali orang membersihkan dan membasuh hidung,
maka kuman penyakit seperti sinusitis, influenza (pilek dan flu), bronchitis, dan
lainnya akan hilang. Dan faedah yang bisa diambil dari membasuh hidung ini
memiliki makna ganda, yakni untuk kesehatan fisik dan kesehatan jiwa.
(Dz/syafik-kerenunik).