Diajukan Oleh:
Rizma Alfiani Rachmi, S. Ked ( J510155024 )
Sandhya Putri Arisanti, S.Ked ( J510155022 )
Najib Rofii, S.Ked ( J510155016)
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2015
REFERAT
EFEK CUCI HIDUNG SAAT WUDHU
TERHADAP FUNGSI HIDUNG
Diajukan Oleh :
Rizma Alfiani Rachmi
J510155024
J510155022
Najib Rofii
J510155016
Telah disetujui dan disahkan oleh Bagian Program Pendidikan Profesi Fakultas
Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta
Pada hari
,tanggal
Pembimbing
DR.dr. Iwan Setiawan, Sp.THT-KL
(.................................)
(.................................)
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN............................................................................. ii
DAFTAR ISI....................................................................................................... iii
BAB I.PENDAHULUAN.................................................................................. 1
A.Latar Belakang Masalah.................................................................................. 1
B.Rumusan Masalah........................................................................................... 2
C.Tujuan.............................................................................................................. 2
D.Manfaat............................................................................................................ 2
BAB II.TINJAUAN PUSTAKA....................................................................... 3
A. Cuci Hidung................................................................................................... 1
1. Definisi Cuci Hidung............................................................................. 1
2.Tata Cara cuci hidung............................................................................. 2
3.Manfaat Cuci Hidung ............................................................................ 2
4.Efek Samping Cuci Hidung.................................................................... 2
B. Anatomi, Fisiologi dan Histologi Hidung......................................................
1. Anatomi Hidung.................................................................................... 1
2..Fisologi Hidung..................................................................................... 2
3.. Histologi Hidung ................................................................................. 2
C. Hubungan Cuci Hidung Saat Wudhu Terhadap Fungsi Hidung....................
BAB I
Pendahuluan
A. Latar Belakang Masalah
Jika salah seorang dari kalian berwudhu maka hendaknya dia menghirup air ke
hidung lalu mengeluarkannya. (HR. Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah
radhiyallahu anhu).
Orang yang berwudhu secara kontinyu, maka hidung
mereka bersih dan bebas dari debu, bakteri dan mikroba. Lubang
hidung merupakan tempat yang rentan dihinggapi mikroba dan
virus, tetapi dengan membasuh hidung secara kontinyu dan
melakukan
instinsyaaq
(memasukkan
air
kedalam
hidung
membasuh hidung pada saat wudhu. Pada penelitian ini disebutkan bahwa orang
yang rutin
membran mukus. Hal ini dapat menjaga kesehatan hidung yang baik,
meningkatkan kualitas sinus pada kehidupan, mengurangi gejala dan mengurangi
penggunaan obat-obatan. Cuci hidung efektif sebagai terapi tambahan ( Ihsan H.
Musa ).
Cuci Hidung merupakan bagian yang penting dari wudhu , Luqait ibnu
Saborah bertanya pada Rasulullah SAW. Untuk memberitahukan padanya tentang
wudhu dan Rasulullah SAW. Menjawab '' Lakukan dengan benar dan Wudu
secara menyeluruh, mencuci antara jari-jari, dan membesar-besarkan dalam
menghirup air ke dalam hidung kecuali Anda sedang berpuasa '' (Al-Tirmidzi,
1983). Selain itu Rasulullah SAW. juga menganjurkan untuk melakukannya dua
atau tiga kali lebih (Al Ghamdi M.K).
2. Tata Cara Cuci Hidung Saat Wudhu
Selama cuci hidung saat berwudu air harus memasuki tidak hanya bagian
depan dari hidung saja tetapi juga sampai dengan sinus ethmoidalis. Selama cuci
hidung ketika berwudu, jari kelingking kiri digunakan untuk membersikan
partikel-partikel yang menempel dilubang hidung ( dr.Sabrina )
Sebagaimana dalam sebuah hadits yang diriwayatkan dari shahabat
Abdullah bin Zaid yang mencontohkan wudhunya Rasulullah shallallahu alaihi
wasallam: (sampai pada)
Berkumur-kumur dan beristinsyaq (memasukkan air kehidung) dari satu telapak
tangan dilakukan sebanyak tiga kali. (HR. Bukhari dan Muslim)
Abu Hurairah ra. berkata: Nabi Saw. Bersabda: Jika seorang
bangun dari tidurnya, lalu wudhu hendaklah ia menghirup air
kedalam
hidung
diulang
tiga
kemudian
kali,
sebab
mengeluarkannya
syaitan
(instinsyaaq)
bermalam
dalam
Iritasi lokal
Gatal
Rasa terbakar
Otalgia ( Brown L.C, 2004)
Cuci hidung dengan air biasa mungkin sedikit tidak aman dan dapat
menjadi tidak nyaman karena mengiritasi dari membran mukus, Maka dari itu,
penganjuran untuk pemakain air garam isotonik atau hipertonik dapat menjadi
pilihan, Karena air yang mengandung garam akan sesuai dengan tonisitas dari sel
tubuh dan darah. Untuk alasan yang sama, air hangat lebih dipilih dibandingkan
air yang dingin, karena selain dapat mengaktifkan reflek muntah, air dingin dapat
mengiritasi membran mukus. Penggunaan air yang telah disterilkan atau air yang
sebelumnya telah didihkan kemudian didinginkan dibandingnya air bisa
dianjurkan.
B.Anatomi, Fisiologi dan Histologi Hidung
1. Anatomi Hidung
2. Fisiologi Hidung
Gambar 1. Gerakan Mukosiliar pada fase aktif dan pada fase pemulihan
( Healtley G. D.)
Volume dan kedalaman cairan permukaan saluran napas atau ASL
ditentukan oleh transport air isotonik. Penambahan natrium klorida ke lumen jalan
napas menyebabkan air keluar dari sel epitelial untuk menyamakan komposisi
sodium sehingga terjadi peningkatan reologi mukus ( viskositas dan elastisitas )
dan mempercepat transportasi dari mukus ( Healtley G. D.).
2. Transport Ion
Air berpindah melalui epitelium dalam respon terhadap kandungan garam.
Epitel yang normal secara aktif menyerap sodium dan klorida. Membran apikal
memiliki saluran sodium. Perpindahan sodium diikuti dengan perpindahan air
merupakan hal yang penting untuk menyeimbangkan ketebalan yang pantas pada
ASL ( Healtley G. D.).
3.Histologi Hidung
C. Hubungan Cuci Hidung Saat Wudhu Terhadap Fungsi Hidung
Cuci hidung terbukti efektif untuk berbagai macam penyakit pernafasan. Pada
penelitian yang dilakukan di Amerika Serikat di Universitas Baltimore menunjuk
211 pasien dengan berbagai macam penyakit pernafasan termasuk alergi. Mereka
yang memulai untuk melakukan cuci hidung secara teratur merasakan
pengurangan gejala dan peningkatan kondisi tubuh mereka. Berdasarkan hal ini,
dapat disimppulkan bahwa melakukan cuci hidung secara teratur saat berwudhu
membantu untuk mengobati sinusitis, alergi dan semua bentuk penyakit inflamasi
saluran nafas kronik (dr.Sabrina)
Pada penelitian lain yang dilakukan di Amerika pada 24 pasien dengan
penyakit inflamasi yang berbeda pada hidung termasuk alergi melaporkan bahwa
pasien yang melakukan cuci hidung untuk mengobati penyakit sino-nasal
merasakan perubahan yang signifikan dibandingkan sebelumnya (Tomoka et al,
2000) .
Mekanisme pasti tentang bagaimana cuci hidung bekerja masih menjadi
kontroversial. Lapisan mukus pada cavitas nasal merupakan lini pertama tubuh
untuk mencegah masuknya organisme. Ini terdiri dari lapisan dasar dan lapisan
superfisial yang terdiri dari gel. Materi asing ( contoh : bakteri, jamur, alergen )
menjadi terjebak dimukus. Silia akan merangsang epitel pseudostratificatum
kolumnar untuk menghasilkan mukus . Silia pada lapisan superfisial yang terdiri
dari gel akan bergerak menyapu mukus ke belakang ke arah nasofaring dimana
mukus ini akan ditelan (Brown L.C et al, 2004).
Cuci hidung dapat meningkatkan pergerakan mukus ke aras nasofaring. Hal
ini menjadi efek fisik secara langsung. Pasien sering melaporkan bahwa cuci
hidung dengan menghirup air ke dalam hidung kemudian menghembuskannya
lebih efektif dibandingkan hanya dengan mencucinya secara pelan. Fungsi lain
dari cuci hidung antara lain pembentukan krusta dikarenakan banyak kondisi
dapat menjadi lunak dan lepas ketika cuci hidung dilakukan. Sekresi mukus yang
kental mungkin dapat menjadi lebih encer sehingga membantu pembersihan oleh
mukus (Brown L.C, 2004).