Anda di halaman 1dari 27

Case Report Session

CORPUS ALIENUM KORNEA DAN KONJUNGTIVA

Oleh :
Mohamad Asyraf Bin Mohd Rosly 1740312406
Tiara Mardalifa 1840312678
Jihan Dinahafira 1510312043

Perseptor :
dr. Weni Helvinda, Sp.M(K)

BAGIAN ILMU KESEHATAN MATA RSUP DR. M. DJAMIL PADANG


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS
2019

0
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil’alamiin, Puji dan syukur penulis ucapkan kepada


Allah subhanahu Wata’ala karena berkat rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat
menyelesaikan Case Report Session (CRS) yang berjudul “Corus Alienum Kornea
dan Konjungtiva”. CRS ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat dalam
mengikuti kepaniteraan klinik di Bagian Ilmu Kesehatan Mata Fakultas Kedokteran
Universitas Andalas.
Terima kasih penulis ucapkan kepada dr. Weni Helvinda, Sp.M(K) sebagai
pembimbing yang telah memberikan arahan dan petujuk, dan semua pihak yag telah
membantu dalam penulisan CRS ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa CRS ini masih memiliki banyak
kekurangan. Untuk itu kritik dan saran sangat penulis harapkan. Akhir kata, semoga
CRS ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Padang, 1 September 2019

Penulis

i
Case Report Session

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
DAFTAR GAMBAR iv
BAB I PENDAHULUAN 5
1.1 Latar Belakang 5
1.2 Batasan Masalah 6
1.3 Tujuan Penulisan 6
1.4 Metode Penulisan 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 7
2.1 Anatomi dan Fungsi Kornea-Konjungtiva 7
2.2 Corpus Alineum pada Kornea 11
2.1 Definisi 11
2.2 Epidemiologi 11
2.3 Faktor Resiko 11
2.4 Patogenesis 12
2.5 Manifestasi Klinis 13
2.6 Diagnosis 14
2.7 Penatalaksanaan 16
2.8 Komplikasi 16
2.3 Corpus Alienum Konjungtiva 17

BAB III LAPORAN KASUS 20


3.1 Identitas Pasien 20
3.2 Anamnesis 20
3.3 Pemeriksaan Fisik 21
3.4 Anjuran Pemeriksaan Penunjang 22
3.5 Diagnosis Kerja 22
3.6 Diagnosis Tambahan 23
3.7 Diagnosis Banding 23
3.8 Anjuran Terapi 24
3.9 Edukasi 24

ii
Case Report Session

3.10 Prognosis 24
BAB IV DISKUSI 25
DAFTAR PUSTAKA 26

iii
Case Report Session

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Lapisan kornea 8


Gambar 2.2 Struktur konjungtiva 10
Gambar 2.3. Eversi kelopak mata, tampak benda asing
di konjungtiva tarsal superior 18
Gambar 2.4. Ablasi linear vertikal pada kornea superior sugestif
benda asing tersangkut di konjungtiva tarsal superior. 18
Gambar 2.5 Forsep 19
Gambar 2.6. Langkah-langkah menggunakan penjepit kertas
sebagai retraktor kelopak mata 19
Gambar 3.1 Corpus alineum “serpihan besi" kornea okuli sinistra (kiri),
post ekstraksi benda asing okuli sinistra 23

iv
Case Report Session

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Korpus alineum pada mata adalah sesuatu yang masuk ke dalam mata yang

berasal dari luar tubuh. Benda asing tersebut dapat berupa logam, kaca atau bahan

organik. Benda asing yang memasuki mata akan mempengaruhi kornea atau

konjungtiva. Kornea merupakan bagian tunika fibrosa yang transparan, tidak

mengandung pembuluh darah, dan kaya akan ujung-ujung serat saraf. Kornea

berbentuk kubah berasal dari penonjolan tunika fibrosa ke sebelah depan bola mata.

Secara histologik kornea terdiri atas 5 lapisan yaitu epitel, membran bowman,

stroma, membran descement, dan endotel kornea.1

Korpus alineum adalah salah satu penyebab paling sering dilihat untuk

keadaan darurat mata. Terkadang, benda asing mungkin tidak tampak pada saat

pemeriksaan, kecuali jika meninggalkan jejas abrasi kornea residual dengan rasa

sakit yang dihasilkan. Korpus alineum superfisial kornea jauh lebih umum daripada

copus alineum kornea yang profunda. Kemungkinan sebuah benda asing

intraokular harus selalu dipertimbangkan ketika pasien datang dengan riwayat

trauma.2

Umumnya, korpus alineum dangkal yang ditangani segera setelah cedera

tidak meninggalkan gejala sisa permanen. Namun, jaringan parut kornea atau

infeksi dapat terjadi. Semakin lama interval waktu antara cedera dan pengobatan,

maka semakin besar kemungkinan komplikasi. Jika korpus alineum sepenuhnya

menembus ke anterior atau posterior ruang, maka secararesmisebuah korpus

5
Case Report Session

alineum intraokular. Morbiditas mata jauh lebih umum. Kerusakan pada iris, lensa,

dan retina dapat terjadi dan sangat merusak penglihatan. Setiap benda asing

intraokular dapat menyebabkan infeksi dan endophthalmitis, kondisi serius

mungkin menyebabkan hilangnya penglihatan.3

1.2 Batasan masalah

Case Study Report ini membahas definisi, etiologi, epidemiologi,

patofisiologi, diagnosis dan penatalaksanaan korpus alienum pada kornea dan

konjungtiva.

1.3 Tujuan Penulisan

Penulisan Case Study Report ini bertujuan untuk menambah pengetahuan

mengenai definisi, etiologi, epidemiologi, patofisiologi, diagnosis dan

penatalaksanaan korpus alienum pada kornea dan konjungtiva.

1.4 Metode Penulisan

Metode yang dipakai adalah tinjauan kepustakaan dengan merujuk kepada

beberapa literatur berupa buku teks, jurnal dan makalah ilmiah.

6
Case Report Session

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi dan Fungsi Kornea dan Konjungtiva

Kornea merupakan bagian tunika fibrosa yang transparan, tidak

mengandung pembuluh darah, dan kaya akan ujung-ujung serat saraf. Kornea

berbentuk kubah berasal dari penonjolan tunika fibrosa ke sebelah depan bola mata.

Secara histologik kornea terdiri atas 5 lapisan yaitu2:

1. Epitel kornea

Merupakan lanjutan dari konjungtiva disusun oleh epitel gepeng berlapis

tanpa lapisan tanduk. Lapisan ini merupakan lapisan kornea terluar yang langsung

kontak dengan dunia luar dan terdiri atas 7 lapis sel. Epitel kornea ini mengandung

banyak ujung-ujung serat saraf bebas. Sel-sel yang terletak di permukaan cepat

menjadi aus dan digantikan oleh sel-sel yang terletak di bawahnya yang bermigrasi

dengan cepat.2

2. Membran Bowman

Merupakan lapisan fibrosa yang terletak di bawah epitel tersusun dari serat

kolagen tipe 1.2

3. Stroma kornea

Merupakan lapisan kornea yang paling tebal tersusun dari serat-serat kolagen

tipe 1 yang berjalan secara paralel membentuk lamel kolagen. Sel-sel fibroblas

terletak di antara serat-serat kolagen.2

4. Membran Descement

Merupakan membran dasar yang tebal tersusun dari serat-serat kolagen.2

7
Case Report Session

5. Endotel kornea

Lapisan ini merupakan lapisan kornea yang paling dalam tersusun dari epitel

selapis gepeng atau kuboid rendah. Sel-sel ini mensintesa protein yang mungkin

diperlukan untuk memelihara membran Descement. Sel-sel ini mempunyai banyak

vesikel dan dinding selnya mempunyai pompa natrium yang akan mengeluarkan

kelebihan ion-ion natrium ke dalam kamera okuli anterior. Ion-ion klorida dan air

akan mengikuti secara pasif. Kelebihan cairan di dalam stroma akan diserap oleh

endotel sehingga stroma tetap dipertahankan dalam keadaan sedikit dehidrasi

(kurang cairan), suatu faktor yang diperlukan untuk mempertahankan kualitas

refraksi kornea. Kornea bersifat avaskular (tak berpembuluh darah) sehingga nutrisi

didapatkan dengan cara difusi dari pembuluh darah perifer di dalam limbus dan dari

humor aquos di bagian tengah. Kornea menjadi buram bila endotel kornea gagal

mengeluarkan kelebihan cairan di stroma.2,3

Gambar 2.1. Lapisan Kornea 2

8
Case Report Session

Fungsi kornea diantaranya yaitu3:

• Kornea mempunyai kemempuan membiaskan cahaya yang paling kuat


dibanding dengan sistem optik retraktif lainnya.

• Kubah kornea akan membiaskan sinar kelubang pupil didepan lensa. Kubah
kornea yang semakin cembung akan memiliki daya bias yang kuat.

• Peran kornea sangat penting dalam menghantarkan cahaya masuk kedalam mata
untuk menghasilkan penglihatan yang tajam, maka kornea memerlukan
kejernihan, kehalusan dan kelengkungan yang tertentu.3

Konjungtiva merupakan membran yang menutupi sklera dan kelopak bagian

belakang. Konjungtiva mengandung kelenjar musin yang dihasilkan oleh sel goblet.

Musin bersifat membasahi bola mata terutama kornea.2,3

Konjungtiva terdiri atas 3 bagian yaitu:

 Konjungtiva tarsal yang menutupi tarsus

 Konjungtiva bulbi yang menutupi sklera

 Konjungtiva fornises atau forniks konjungtiva yang merupakan tempat

peralihan konjungtiva tarsal dengan konjungtiva bulbi.

Konjungtiva selain konjungtiva tarsal, berhubungan longgar dengan jaringan

dibawahnya, oleh karenanya bola mata mudah digerakkan.3

Lapisan epitel konjungtiva tediri dari dua hingga lima lapisan sel epitel

silinder bertingkat,superfisial dan basal. Sel epitel superfisial mengandung sel

goblet bulat atau oval yang mensekresi mukus. Mukus yang mendorong inti sel

goblet ke tepi dan diperlukan untuk dispersi lapisan air mata secara merata

diseluruh prekornea. Stroma konjungtiva dibagi menjadi satu lapisan adenoid

9
Case Report Session

(superfisial) dan satu lapisan fibrosa (profundal). Lapisan adenoid mengandung

jaringan limfoid dan dibeberapa tempat dapat mengandung struktur semacam

folikel tanpa stratum germativum.2,3

Hipertropi papilar merupakan reaksi konjungtiva non-spesifik berupa

eksudat radang yang berkumpul di antara serabut-serabut konjungtiva yang

membentuk tonjolan pada konjungtiva. Kemosis yang hebat sangat mengarah pada

konjungtivitis alergika. Folikel tampak pada sebagian besar kasus konjungtivitis

viral. Folikel sendiri merupakan hiperplasi limfoid lokal di dalam lapisan limfoid

konjungtiva dan biasanya mempunyai pusat germinal. Pseudomembran dan

membran merupakan hasil dari proses eksudatif hanya berbeda derajat. Pada

psedomembran epitel tetap utuh sedangkan pada membran melibatkan koagulasi

epitel juga.3

Gambar 2.2 Struktur konjungtiva 2

10
Case Report Session

2.2. Corpus alienum pada kornea

2.2.1 Definisi

Corpus alineum kornea adalah bahan asing atau di kornea, biasanya logam,

kaca, atau bahan organik.Corpus alineum kornea umumnya merupakan kategori

trauma mata ringan. Partikel kecil dapat menetap di epitel kornea atau stroma,

terutama ketika diproyeksikan ke arah mata dengan kekuatan besar.1

Corpus alienum dapat memicu inflamasi, sehingga pterjadi vasodilatasi

sekitarnya dan diikuti edema kelopak, konjungtiva, dan kornea. Leukosit juga

dapat dibebaskan, berakibat pada segmen anteriorr dan / atau menginfiltrasi kornea.

Jika tidak dihapus, benda asing dapat menyebabkan infeksi dan / atau nekrosis

jaringan.3

2.2.2 Epidemiologi

Corpus alineum adalah salah satu penyebab paling sering dilihat untuk

keadaan darurat mata. Kadang-kadang, benda asing mungkin tidak tampak pada

saat pemeriksaan, kecuali setelah meninggalkan abrasi kornea residual dengan rasa

sakit yang dihasilkan.1,3

Superficial Corpus alineum kornea jauh lebih umum daripada copus

alineum kornea yang profunda. Kemungkinan sebuah benda asing intraokular harus

selalu dipertimbangkan ketika pasien menyajikan dengan riwayat trauma.2

2.2.3 Faktor Risiko

Pada corpus alienum kornea mirip dengan cedera traumatis lainnya,

kejadian pada laki-laki jauh lebih tinggi dari pada wanita. Insiden puncak
11
Case Report Session

ditemukan dalam dekade kedua dan umumnya terjadi pada orang yang lebih muda

dari 40 tahun.2,4

2.2.4 Patogenesis

Benda asing pada kornea dapat terjadi dimana saja, biasanya tanpa

disengaja. Mekanisme trauma dapat membantu membedakan trauma superfisial

atau dalam (intraokular). Beberapa benda yang dapat mengenai seperti serpihan

kayu, logam, plastik, serpihan daun, atau pasir. Trauma biasanya terjadi pada cuaca

dengan angin kencang atau bekerja dengan benda yang dapat menimbulkan angin.

Benda asing yang berasal dari serangga atau tumbuh-tumbuhan, memerlukan

perhatian khusus karena dapat meningkatkan risiko infeksi serta bersifat antigenik

yang dapat menimbulkan reaksi inflamasi kornea. Oleh sebab itu pada pasien

seperti ini harus dilakukan follow up ketat untuk komplikasi infeksi.5

Benda asing pada kornea biasanya terdapat pada lapisan epiel atau stroma.

Keadaan ini dapat menyebabkan reaksi inflamasi sehingga terjadi dilatasi pembuluh

darah di sekitarnya, serta udem palpebra, konjungtiva, dan kornea. Jika tidak segera

dikeluarkan hal ini akan menyebabkan infeksi dan atau nekrosis jaringan.Defek

pada epitel kornea merupakan tempat masuknya mikroorganisme ke dalam lapisan

stroma kornea yang akan menyebabkan ulserasi. Selama fase inisial, sel epitel dan

stroma pada area defek akan terjadi udem dan nekrosis. Sel-sel neutrofil

mengelilingi ulkus dan menyebabkan nekrosis lamela stroma. Difusi sitokin ke

posterior (camera okuli anterior) menyebabkan terbentuknya hipopion. Toksin dan

enzim yang dihasilkan bakteri dapat merusak substansi kornea. Bakteri yang pada

12
Case Report Session

umumnya dijumpai adalah Streptococcus, Pseudomonas, Enterobactericeae, dan

Staphylococcus Sp.5

2.2.5 Manifestasi Klinis

Korpus alienum kornea merupakan kejadian trauma tumpul yang mengenai

kornea. Adapun gejala klinis yang ditimbulkan bergantung pula dengan mekanisme

trauma yang terjadi. Berikut ini adalah tiga hal yang dapat terjadi apabila terjadi

trauma tumpul pada kornea :

1. Edema kornea

Trauma tumpul yang keras atau cepat dapat mengakibatkan edema pada kornea

bahkan sampai mengakibatkan ruftur pada membran descement. Edema kornea

akan memberikan keluhan penglihatan kabur dan terlihat seperti pelangi

disekitar bola lampu atau sumber cahaya yang dilihat.2,6

2. Erosi kornea

Erosi kornea merupakan keadaan terkelupasnya epitel kornea yang disebabkan

karena gesekan keras pada permukaan kornea. Pada erosi epitel pasien akan

mengeluhkan nyeri sekali karena akibat erosi merusak kornea yang memiliki

banyak serat sensibel, keluhan mata berair, blefarospasme, lakrimasi, fotofobia

dan penglihatan akan terganggu dengan media kornea yang keruh. Pada erosi

kornea hasil uji fluoreseins akan berwarna hijau. Untuk kasus erosi, perlu

diperhatikan tanda-tanda infeksi yang timbul kemudian.2,6

3. Erosi kornea rekuren

Keadaan terjadinya erosi yang berulang akibat epitel tidak dapat bertahan pada

defek epitel kornea. Sukarnya epitel untuk menutup permukaan kornea karena

terjadinya pelepasan membrane basal epitel. Membran basal epitel yang rusak

13
Case Report Session

akan kembali dalam waktu 6 minggu.2,6

2.2.6 Diagnosis

1. Anamnesis

Aktivitas pasien sewaktu trauma penting diketahui untuk menduga jenis

benda asing yang masuk ke dalam kornea. Gejala klinis yang dikeluhkan

pasien seperti adanya sensasi mengganjal di mata, nyeri, fotofobia, mata

merah dengan air mata yang mengalir terus.5,6

2. Pemeriksaan fisik

 Pemeriksaan Visus

Tajam penglihatan yang di dapatkan adalah normal atau menurun

terutama bila benda asing berlokasi di sentral kornea.

 Slit lamp

Dengan menggunakan slit lamp dapat melihat benda dengan ukuran

lebih besar daripada ukuran aslinya. Untuk hasil yang sempurna,

saat pemeriksaan slitlamp dianjurkan di dalam ruangan yang

digelapkan. Pada slit lamp akan tampak benda asing pada kornea,

injeksi konjungtiva, injekasi silier dan rush ting (terutama jika

logam yang sudah tertanam beberapa hari).5,6

 Uji Fluoresens

Uji fluoresens bertujuan untuk melihat adanya defek pada kornea.

Caranya dengan kertas fluoresens yang sebelumnya dibasahi

terlebih dahulu dengan garam fisiologis kemudian diletakan pada

sakus konjungtiva inferior. Pasien diminta untuk menurup matanya

14
Case Report Session

selama 20 detik, beberapa saat kemudian kertas tersebut diangkat.

Dilakukan irigasi konjungtiva dengan garam fisiologis. Kemudian

dilihat pada permukaan kornea, apabila terdapat warna hijau dengan

sinar biru menandakan adanya kerusakan epitel kornea. Defek

kornea akan selalu terlihat berwarna hijau karena pada setiap defek

kornea bagian tersebut akan bersifat basa dan memberikan warna

hijau. Pada keadaan seperti ini disebut uji fluoresens positif.5,6

3. Pemeriksaan laboratorium

Diperlukan jika ada infeksi/ulkus kornea atau curiga adaya benda asing

intraokular. Kultur dan sensitivitas tes digunakan pada kasus infeksi

atau ulkus.5

4. Pemeriksaan Pencitraan

Untuk mengeluarkan benda asing yang terdapat pada intraokular atau

intra orbital dapat dipertimbangkan pemeriksaan USG B-Scan, CT-

Scan orbital dan atau USG biomikroskop (UBM). Apabila benda

asing berupa logam, untuk pemeriksaan awal dapat dilakukan foto

x-ray orbital, apabila hasil foto negatif maka kecurigaan masih

tinggi untuk benda asing intra orbita. Dan hindari pemeriksaan MRI

apabila benda asing yang dicurigai berupa logam. UBM dengan

frekuensi gelombang suara yang tinggi dapat berguna untuk

menyingkirkan benda asing yang terdapat pada sklera anterior.

Benda asing ini mungkin tidak terlihat karena sifatnya (misalnya:

kaca) atau opasitas benda diatasnya (misalnya : perdarahan

konjungtiva).5

15
Case Report Session

2.2.7 Penatalaksanaan

Tujuan dari penatalaksanaan adalah mengurangi nyeri, mencegah infeksi,

dan mencegah kerusakan fungsi yang permanen. Benda asing yang terletak di

permukaan kornea dapat dihilangkan dengan berbagai cara seperti usapan cotton

bud secara halus, menggunakan jarum spuit 1 cc atau menggunakan magnet. Setiap

pasien dengan benda asing di kornea dilakukan dengan langkah-langkah

penatalaksanaan awal sebagai berikut:3,7,8,9

a. Periksa tajam penglihatan sebelum dan sesudah pengangkatan.

b. Berikan anestesi topikal pada mata yang terkena.

c. Cobalah mengeluarkan benda asing dengan irigasi NaCl 0,9% steril.

d. Cobalah menggunakan cotton bud secara halus.

e. Cobalah menggunakan jarum halus.

f. Pengangkatan benda asing harus dilakukan dengan bantuan slit lamp.

g. Jika tidak berhasil segera rujuk ke dokter mata.

h. Berikan antibiotik topikal untuk profilaksis 4x1 hari sampai regenerasi epitel.

i. Berikan analgetik topikal.

j. Reevaluasi dalam 24 jam untuk melihat tanda-tanda infeksi dan ulkus kornea.

2.2.8 Komplikasi

1. Rust ring :

Biasanya terjadi jika benda asing tersebut adalah besi, onsetnya 2-4 jam pertama

dan komplit dalam 8 jam. Dapat dibuang dengan bantuan slit lamp

menggunakan jarum halus ataupun burr.3,10

2. Infeksi kornea

16
Case Report Session

Terjadi jika dibiarkan lebih 2-4 hari, menyebabkan terbentuk ulkus dan jaringan

parut. Hal ini memerlukan terapi antibiotik topikal yang agresif dan

penanganan dokter mata lebih lanjut.3,10

3. Perforasi bola mata pada trauma yang disebabkan logam atau kecepatan tinggi

bisa juga telah terjadi ulkus yang tidak ditangani, hal ini memerlukan terapi

pembedahan.2,3

2.3 Corpus Alienum Konjungtiva

Benda asing pada permukaan konjungtiva dilakukan penilaian yang terbaik dengan

menggunakan slit-lamp. Benda asing dapat tersangkut di cul-de-sac, atau dapat

berada di permukaan konjungtiva palpebra tarsal superior (gambar 2.3). Ketika

pasien mengeluhkan sensasi benda asing pada mata, topikal fuoresen dapat

diaplikasikan untuk memastikan karakteristik abrasi kornea yang halus, vertikal,

dan linear dari benda asing yang tersangkut pada margin kelopak mata atau tarsal

superior (gambar 2.4). Benda asing yang tertanam dalam jaringan dapat

dihilangkan dengan jarum hipodermik steril sekali pakai. Partikel kaca, duri kaktus,

dan rambut serangga sering kali sulit dilihat, tetapi pencarian cul-de-sac yang

cermat dengan bantuan perbesaran tinggi dalam identifikasi dan ekstraksi. Benda-

benda asing ini dapat dihilangkan dengan forsep (gambar 2.5) atau spatula tumpul.

Jika benda asing dicurigai tetapi tidak terlihat, cul-de-sac harus diirigasi dan

dibersihkan dengan cotton aplicator yang dibasahi dengan anestesi topikal. Eversi

ganda pada kelopak mata dengan retractor Desmarres atau klip kertas bengkok

mungkin diperlukan untuk memungkinkan pemeriksa mencari secara efektif

seluruh sudut dari cul-de-sac superior (gambar 2.6).

17
Case Report Session

Gambar 2.3. Eversi kelopak mata, tampak benda asing di konjungtiva tarsal
superior. 11

Gambar 2.4. Ablasi linear vertikal pada kornea superior sugestif benda asing
tersangkut di konjungtiva tarsal superior. 11

18
Case Report Session

Gambar 2.5. Forsep. 11

Gambar 2.6. Langkah-langkah menggunakan penjepit kertas sebagai retraktor


kelopak mata. 11

19
Case Report Session

BAB III
LAPORAN KASUS
3.1 Identitas Pasien
Nama : Tn.RP
Jenis Kelamin : Laki-laki
No RM : 01.05.96.19
Usia : 17 tahun
Alamat : Tapanuli Selatan, Sumatera Utara
Pekerjaan : Mahasiswa
Tanggal Pemeriksaan : 28 Agustus 2019

3.2 Anamnesis
1. Keluhan Utama
Mata kiri merah sejak 1 minggu yaang lalu
2. Riwayat Penyakit Sekarang
- Mata kiri merah sejak ±1 minggu yang lalu
- Awalnya, mata kiri terkena serpihan besi dan terasa mengganjal. Mata kiri
telah dicuci beberapa kali namun gagal dan mata semakin merah.
- Mata kiri berair (+), mata merah (+), nyeri pada mata (-), sekret (-)
- Pandangan kedua mata tidak kabur dan tidak terganggu
- Pemakaian obat – obatan pada kedua mata (-)
3. Riwayat Penyakit dahulu
- Riwayat trauma pada mata tidak ada
- Riwayat alergi sebelumnya tidak ada
- Riwayat DM dan hipertensi tidak ada
- Riwayat operasi pada mata tidak ada
4. Riwayat Penyakit keluarga
- Tidak ada keluarga pasien yang menderita penyakit yang sama
dengan pasien
- Riwayat DM , hipertensi, dan keganasan tidak ada

20
Case Report Session

3.3 Pemeriksaan Fisik


1. Pemeriksaan umum
- Kesadaran : Komposmentis kooperatif
- Keadaan umum : Baik
- Tekanan darah : 120/70mmHg
- Nadi : 84x/menit
2. Status Generalis : dalam batas normal
3. Status Opthalmikus
STATUS OD OS
OPHTALMIKUS
Visus tanpa koreksi 20/20 20/20
Visus dengan koreksi - -
Refleks fundus + +
Silia/supersilia Trikiasis (-), distrikiasis Trikiasis (-), distrikiasis
(-), madarosis (-) (-), madarosis (-)
Palpebra superior Edema (+), ptosis (-), Edema (-), ptosis (-),
nyeri tekan (-) nyeri tekan (-)
Palpebra inferior Dalam batas normal Dalam batas normal
Margo palpebra Hiperemis (-), skuama Hiperemis (-), skuama
(-), sekret (-), hordelum (-), sekret (-), hordelum
(-), kalazion (-), (-), kalazion (-),
ektropion (-), entropion ektropion (-), entropion
(-), sikatrik (-) (-), sikatrik (-)
Aparat lakrimal Dalam batas normal Dalam batas normal
Konjungtiva tarsalis Hiperemis (-), papil (-), Hiperemis (+), papil (-),
folikel (-) folikel (-)
Konjungtiva fornik Hiperemis (-), papil (-), Hiperemis (+), papil (-),
folikel (-) folikel (-)
Konjungtiva bulbi Hiperemis (-), papil (-), Hiperemis (+), papil (-),
folikel (-) folikel (-), injeksi

21
Case Report Session

konjungtiva (+), injeksi


siliar (+)
Sklera Putih (+), ikterik (-) Putih (+), ikterik (-)
Kornea bening Corpus alienum di
sentral kornea
berbentuk lonjong
berukuran 0.5mm
berwarna coklat
Kamera okuli anterior Jernih, Cukup dalam Jernih, Cukup dalam
Iris Coklat, rugae (+) Coklat, rugae (+)
Pupil Bulat, sentral, reguler, Bulat, sentral, reguler,
diameter 3mm, refleks diameter 3mm, refleks
cahaya (+/+) cahaya (+/+)
Lensa Bening Bening
Bentuk bikonveks Bentuk bikonveks
Fundus:
- Media Bening Bening
- Papil optik Bulat, batas tegas, c/d Bulat, batas tegas, c/d
- Pembuluh darah 0,3-0,4 0,3-0,4
- Retina Aa:vv = 2:3 Aa:vv = 2:3
- Makula Perdarahan (-), eksudat Perdarahan (-), eksudat
(-) (-)
Refleks fovea (+) Refleks fovea (+)
Tekanan bulbus okuli Normal (palpasi) Normal (palpasi)
Posisi bulbus okuli Orthoforia Orthoforia
Gerak bulbus okuli Bebas ke segala arah Bebas ke segala arah

22
Case Report Session

Gambar 3.1. Corpus alienum “serpihan besi" kornea okuli sinistra (kiri), post
ekstraksi benda asing okuli sinistra

3.4 Anjuran Pemeriksaan Penunjang


- Fluoresens test / Seidel test

3.5 Diagnosis Kerja


Post ekstraksi corpus alienum “serpihan besi" kornea OS

3.6 Diagnosis Tambahan


-

3.7 Diagnosis Banding


-

3.8 Anjuran Terapi


- Cendo lyteers eye drops 6x OS
- Antibiotik : Levofloksasin eye drops 6x OS
- Eye Patching

3.9 Edukasi
Gunakan kacamata pelindung mata saat beraktivitas di luar ruangan

23
Case Report Session

3.10 Prognosis
- Quo ad vitam : Bonam
- Quo ad sanationam : Bonam
- Quo ad functionam : Bonam

24
Case Report Session

BAB IV
DISKUSI

Seorang pasien laki-laki umur 17 tahun datang ke Poliklinik RSUP Dr. M


Djamil Padang pada tanggal 28 Agustus 2019 dengan keluhan utama mata kiri
merah sejak 1 hari yang lalu.
Diagnosa ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik yang
dilakukan terhadap pasien. Dari anamnesis didapatkan mata kiri merah sejaak 1
minggu yang lalu. Awalnya, mata kiri terkena serpihan besi dan terasa mengganjal. Mata
kiri telah dicuci beberapa kali namun gagal dan mata semakin merah. Mata kiri berair dan
merah tetapi tidak nyeri. Pandangan kedua mata tidak kabur dan tidak terganggu.
Pasien tidak pernah mengalami trauma maupun operasi mata sebelumya.
Dari pemerikasaan umum, pasien sakit ringan dengan tanda vital dalam
batas normal. Dari status oftalmikus didapatkan visus 20/20 pada kedua mata,
refleks fundus normal. Tidak ditemukan udem maupun hematom pada palpebra
superior maupun inferior pada kedua mata. Pada konjungtiva oftalkmikus sinistra
ditemukan hiperemis dengan injeksi konjungtiva dan injeksi silier. Kedua sklera
berwarna putih, kamera okuli anterior cukup dalam, iris berwarna coklat, dan pupil
berbentuk bulat reguler, refleks cahaya (+) berposisi ditengah. Lensa bening, korpus
vitreum jernih, dan pemeriksaan funduskopi tidak dilakukan.
Pada pasien ini dilakukan pemeriksaan penunjang dengan slit lamp dan
ditemukan adanya sebuah korpus alienum yang berada di kornea mata kiri dengan
injeksi konjungtiva dan injeksi silier. Selanjutnya dilakukan ekstraksi korpus
alienum dengan kapas lidi atau jarum suntik tumpul atau tajam setelah pemberiaan
anestesi lokal. Arah pengambilan, dari tengah ke tepi. Bila benda bersifat magnetik, maka
dapat dikeluarkan dengan magnet portable. Kemudian diberi Cendolyteers ed OS,
Levofloksasin ed 6x1 OS, dilakukan eye patching pada mata kiri, serta pemberian
edukasi mengenai penggunaakan kacamata atau pelindung mata saat berada di luar
ruangan. Prognosis penyakit pada pasien ini baik.

25
Case Report Session

DAFTAR PUSTAKA

1. PERDAMI, Panduan Menejemen Klinis PERDAMI, Jakarta : PP


PERDAMI, 2006.
2. Ilyas S. Ilmu Penyakit Mata. Edisi ke 3. Jakarta: Balai penerbit FK UI; 2009.
3. Vaughan DG, Taylor A, Paul R. Vaughan & Asbury: Oftalmologi Umum
edisi 17. Jakarta : EGC, 2009.
4. Reddy PS, Nirmala K, Radhika S, Ravi S, Pau CM. Incidence of Ocular
Surface Foreign Body and its Correlation with Specific Occupation and
Preventive Measures. GJRA. 2016;(12):57-8.
5. Bushhour, mounir. 2018. Corneal Foreign Body Work Up. McGill
University Faculty of Medicine Canada : Medscape.
(https://emedicine.medscape.com/article/1195581-workup)
6. Wijana, Nana S.D, Ilmu Penyakit Mata, Cetakan ke-6, Penerbit Abadi
Tegal, Jakarta, 1993 pp : 190-196.
7. Galloway NR, Amoaku WMK, Galloway PH, Browning AC. Common Eye
Diseases and their Management. Switzeland: Springer, Cham. 2016.
8. Aslam, S.A., Sheth, H.G., Vaughan, A.J. Emergency management of
corneal injuries. Injury. 2007;38:594–597.
9. Fraenke A, Lee LR, Lee GA. Managing corneal foreign bodies in office-
based general practice. Aus Fam Physician. 2017;46(3):89-93.
10. Ahmed F, House RJ, Feldman BH. Corneal Abrasions and Corneal Foreign
Bodies. Elsevier Inc. 2015;42(30):363-75.
11. American Academy of Ophthalmology. Chapter 14: Clinical Aspects of
Toxic and Traumatic Injuries of the Anterior Segment. In: AAO ed, Basic
and Clinical Science Course Section 8: External Disease and Cornea. San
Francisco: American Academy of Ophtalmology; 2018-2019: 292-294.

26

Anda mungkin juga menyukai