Anda di halaman 1dari 51

LAPORAN KASUS

ABSES PERIANAL

OLEH :
STELLA ARZSA SARAHNAZ
1820211128
 
PEMBIMBING :
dr. Jefferson, Sp.B

 
SMF ILMU BEDAH RUMAH SAKIT BHAYANGKARA Tk. I R.S. SUKANTO
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL
“VETERAN” JAKARTA 
2020
STATUS PASIEN
ANAMNESIS

A. IDENTITAS PASIEN
• Nama : TN. MFY
• Umur : 30 tahun
• No. CM : 1153063
• Jenis Kelamin : Laki-Laki
• Alamat : Jung Pasir, Kecamatan Wedung, Demak
• Status : Menikah
• Tanggal masuk RS : 11 Desember 2020
• Tanggal Anamnesis : 14 Desember 2020
• Ruangan : Anton 2
STATUS PASIEN
ANAMNESIS

A. Keluhan Utama
Nyeri pada bokong.
B. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke IGD RS POLRI dengan nyeri pada anus sejak 2 tahun yang lalu yang
semakin memburuk 2 hari SMRS. Sebelumnya pasien mengalami penurunan kesadaran
sebanyak 1 kali, pada 1 hari SMRS di rumah pasien. Penurunan kesadaran berlangsung
selama 3 menit dan pasien dapat tersadar kembali setelah anggota keluarganya
memanggil manggil nama pasien.
Pasien memiliki keluhan adanya benjolan pada anus sejak 2 tahun yang lalu. Mulanya
benjolan hanya berukuran kecil, yang seiring berjalannya waktu, benjolan semakin
membesar. Benjolan tidak keluar masuk, dan berada di dalam anus.Benjolan
menyebabkan kesulitan untuk BAB, hingga pasien perlu menyolok anusnya tiap kali BAB
untuk memperlancar proses defekasi. Tindakan colok dubur yang dilakukan oleh pasien
menyebabkan perdarahan saat BAB.
Pada 1 minggu yang lalu pasien mengeluhkan bokongnya terasa bengkak,tampak
berwarna kemerahan, dan 3 hari kemudian timbul suatu lubang dari bokongnya yang
mengeluarkan cairan berwarna putih kekuningan yang berbau. Pasien mengalami demam
hilang timbul dan mengeluhkan terasa lemas. Pasien menyangkal adanya muntah,
kejang, maupun sesak. BAK normal.
STATUS PASIEN
ANAMNESIS

C. Riwayat Penyakit Dahulu


• Riwayat Keluhan serupa (-)
• Riwayat Hipertensi (-)
• Riwayat DM (-)
• Riwayat Alergi (-)
• Riwayat trauma (-)
D. Riwayat Penyakit Keluarga
• Riwayat Keluhan serupa (-)
• Riwayat Hipertensi (-)
• Riwayat DM (-)
STATUS PASIEN
ANAMNESIS

C. Riwayat Sosial Ekonomi


• Pasien tinggal bersama istrinya.
• Pasien merupakan seorang pedagang.
• Dalam 2 tahun terakhir semenjak ada gejala sulit BAB, pasien sudah mengubah
pola hidupnya menjadi lebih baik dengan cara rajin mengonsumsi sayur dan
buah setiap hari.
Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat keluhan serupa : pasien belum pernah mengalami
penyakit serupa

Riwayat alergi : disangkal

Riwayat asma : disangkal

Riwayat penyakit paru : disangkal

Riwayat operasi sebelumnya : disangkal

Riwayat DM : disangkal

Riwayat Hipertensi : disangkal


Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat asma : disangkal

Riwayat penyakit paru : disangkal

Riwayat operasi sebelumnya : disangkal

Riwayat DM : disangkal

Riwayat Hipertensi : disangkal


Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : E4M6V5 GCS: 15
Tanda Vital
1.Tekanan darah : 110/60 mmHg
2.Denyut nadi : 70x/menit
3.Pernapasan : 20 x/menit
4.Suhu : 36.8℃
5.Saturasi Oksigen : 99%

Status generalis
• Kepala : Normocephal
• Rambut : distribusi merata, tidak mudah dicabut
• Mata : Konjungtiva anemis (-), sklera ikterik (-)
• Leher : simetris, pembesaran KGB (-), deviasi trachea (-), jejas (-)
 Jantung

Inspeksi : iktus kordis tidak terlihat, jejas dan hematom (-)

Palpasi : iktus kordis teraba pulsasi, kuat angkat (+)

Perkusi : Redup, batas jantung normal, tidak ada cardiomegali

Auskultasi : BJ I-II regular, gallop (-), murmur (-), nadi cukup, kuat angkat

Paru

Inspeksi : Normochest, dada kanan dan kiri simetris, gerakan dada teratur,
jejas (-), retraksi interkostalis (-)

Palpasi : Vokal fermitus paru kanan equal dengan paru kiri (+)

Perkusi : Sonor pada seluruh lapang paru

Auskultasi : Suara dasar vesikuler (+/+), wheezing (-/-), rhonki (-/-)


 Abdomen

Inspeksi : Abdomen datar, tampak laserasi (-), jejas (-), jaringan


parut/luka bekas operasi (-)

Palpasi : Abdomen supel, nyeri tekan (-), defence muscular (-)

Perkusi :timpani, nyeri ketuk (-), ascites (-)

Auskultasi : Bising usus (+) normal

Ekstremitas

Akral hangat, CRT <2 detik, edema (-)


STATUS
LOKALIS
 Regio perianal:
Inspeksi : Tampak eritema disertai
pus (+), tampak edema eritem (+),
tampak lubang yang mengeluarkan
cairan putih kecoklatan berbau
Palpasi : Batas tidak tegas, permukaan
rata, konsistensi lunak nyeri tekan
(+), teraba panas.
Pemeriksaan Lab 11/12/2020

Pemeriksaan Hasil
Hemoglobin 6,7*
Leukosit 28,000*
Hematokrit 23*
Trombosit 577,000
Basofil 0
Dilakukan transfusi PRC Eos 0
sebanyak 1000 ml Batang 0
Segmen 88*
Limfosit 7*
Monosit 5
Eritrosit 3,85*
NLR 13,27
Neutrofil 24,550*
Absolut
Limfosit 1,850
Absolut
Pemeriksaan laboratorium
 Setelah transfusi
13/12/2020

Pemeriksaan Hasil
Hemoglobin 9,3*
Leukosit 24,860*
Dilakukan Hematokrit 30*
transfusi PRC
sebanyak 500 ml Trombosit 420,000
Kimia Klinik
SGOT 12,2
SGPT 22,5
Ureum 23
Kreatinin 0,9
Estimasi GFR 114
GDS 132
Hasil Lab
13/12/2020
Elektrolit

Na 138

K 3,9

Cl 107

Serologi

HbAg Non Reaktif

Anti HCV Non reaktif

B20 Non reaktif


RESUME
• Pasien datang ke IGD RS POLRI dengan nyeri pada anus sejak 2 tahun
yang lalu yang semakin memburuk 2 hari SMRS. Sebelumnya pasien
mengalami penurunan kesadaran sebanyak 1 kali, pada 1 hari SMRS di
rumah pasien.
• Pasien memiliki keluhan adanya benjolan pada anus sejak 2 tahun yang lalu.
Mulanya benjolan hanya berukuran kecil, yang seiring berjalannya waktu,
benjolan semakin membesar. Benjolan tidak keluar masuk, dan berada di
dalam anus.
• Perdarahan saat BAB
• Bokongnya terasa bengkak,tampak berwarna kemerahan, dan 3 hari
kemudian timbul suatu lubang dari bokongnya yang mengeluarkan cairan
berwarna putih kekuningan yang berbau. Pasien mengalami demam dan
mengeluhkan terasa lemas.
• Status lokalis Regio perianal
• Hemoglobin 9,3
Inspeksi : Tampak eritema disertai pus (+), tampak edema eritem (+),
tampak lubang yang mengeluarkan cairan kuning berbau
Palpasi : Batas tidak tegas, permukaan rata, konsistensi lunak nyeri tekan
(+), teraba panas
• Hemoglobin 9,3
• Leukosit 28.000
• Hematokrit 2,3
• Segmen 88
• Eritrosit 3,85
• Neutrofil absolut 24,550
DIAGNOSIS
 Abses perianal
 Haemorhoid interna
 Hematochezia ec haemorrhoid interna
 Anemia
PENATALAKSANAAN
 Inj ketorolac 3x30 mg iv
 Inj rantin 2x50 mg iv
 Inj ceftriaxon 1x2 gr iv
 Inj transamin 3x500 mg iv
 PO lactulac 3x2cth
 PO sucralfat 4x2 cth
 Konsul dokter spesialis bedah umum >> perbaikan KU  pre operasi
PROGNOSIS

 Quo ad vitam : Dubia ad Bonam


 Quo ad fungsionam : Dubia ad Bonam
 Quo ad sanationam : Dubia ad Bonam
TINJAUAN PUSTAKA
Anatomi Rectum dan Anus
 Panjang 12 -15 cm.
 Kanalis analis
 Dimulai dari
anorektal junction
sampai ke ambang
analis.
 Panjang 2 - 4 cm.
 Umumnya pada pria
lebih panjang
daripada wanita.

 Bagian anterior : fascia


Denonvilliers   Bagian posterior : fascia
memisahkan rektum presacral  memisahkan
dari prostat & vesikula rektum dari pleksus vena
seminalis pada pria dan presacral dan saraf
dari vagina pada wanita. panggul.
 Linea dentata atau linea
pectinata menandai titik
transisi antara mukosa
rektal kolumnar dengan
skuamosa anoderma.
 Linea dentata dikelilingi
oleh lipatan mukosa
membujur, yang dikenal
sebagai kolom Morgagni
(column of Morgagni) ,
dimana terdapat kriptus
analis yang kosong.
Kriptus ini merupakan
sumber abses
cryptoglandular
 Pada rektum distal, otot polos bagian dalam mengalami penebalan dan terdiri dari
sfingter anal internal yg dikelilingi oleh subkutan, superfisial & sfingter anal
eksterna bagian dalam.
 Sfingter Anal eksterna bagian dalam merupakan perpanjangan dari muskulus
puborectalis.
 Muskulus puborectalis, m. iliococcygeus, dan m. pubococcygeus membentuk
muskulus levator ani pada dasar panggul
Perianorectal Space

 Ruang perianal
mengelilingi anus & ke
arah lateral berlanjut
dengan lemak pada daerah
gluteal.
 Ruang intersfingterik
memisahkan sfingter analis
interna dan eksterna. Ini
berlanjut dengan ruang
perianal distal & meluas ke
dinding rektum.
 Ruang iskiorektalis terletak
pada lateral & posterior dari
anus dan dibatasi di sebelah
medial oleh sfingter eksternal,
di sebelah lateral oleh
ischium, di sebelah superior
oleh muskulus levator ani &
di sebelah inferior oleh
septum transversal.
 Ruang iskiorektalis berisi
pembuluh darah rektalis
inferior dan limfonodus. Dua
ruang iskiorektalis
menghubungkan di posterior
di atas ligamentum
anococcygeal tetapi di bawah
muskulus levator ani,
membentuk ruang postanal
interna.
 Ruang supralevator
terletak di atas muskulus
levator ani di kedua sisi
rektum dan berhubungan
di bagian posterior. 

 Anatomi ruang-ruang
tersebut mempengaruhi
lokasi dan penyebaran
infeksi cryptoglandular. 
Perdarahan
1. Suplai Arteri
 Arteri rektalis superior
muncul dari cabang
terminal dari arteri
mesenterika inferior dan
suplai dari rektum bagian
atas.
 Arteri rektalis medial
muncul dari iliaka
interna.
 Arteri rektalis inferior
muncul dari arteri
pudenda interna, yang
merupakan cabang dari
arteri iliaka interna.
2. Suplai Vena
 Drainase vena dari rektum,
paralel terhadap suplai arteri.
 Vena rektalis superior
mengalir ke sistem portal
melalui Vena mesenterika
inferior.
 Vena rektalis medialis
mengalir ke Vena iliaka
interna.
 Vena rektalis inferior
mengalir ke vena pudenda
interna, dan kemudian menuju
Vena iliaka interna.
 Pleksus submukosa yg menuju
kolom Morgagni (Column of
Morgagni) membentuk
pleksus hemoroid & mengalir
ke tiga vena tersebut.
Sistem Limfatik

 Drainase limfatik pada rektum paralel terhadap


pasokan vaskularisasi.
 Saluranlimfatik pada rektum bagian atas dan tengah
mengalir ke arah superior menuju limfonodus
mesenterika inferior.
 Saluran limfatik pada rektum bagian bawah mengalir
ke arah superior menuju limfonodus mesenterika
inferior dan ke arah lateral menuju limfonodus iliaka
interna.
Persarafan

 Saraf simpatis dan parasimpatis


mempersarafi daerah anorektal. Serabut
saraf simpatis yang berasal dari L1-L3
bergabung dengan pleksus preaortik.
 Serabut saraf preaortik memanjang ke
bawah aorta untuk membentuk pleksus
hipogastrikus, yang kemudian bergabung
dengan serabut saraf parasimpatis untuk
membentuk pleksus pelvik.
 Sfingter analis interna dipersarafi oleh
serabut saraf simpatis dan parasimpatis,
kedua jenis serabut saraf tersebut
menghambat kontraksi sfingter.
 Sfingter analis eksterna dan muskulus
puborectalis dipersarafi oleh cabang
rektalis inferior dari nervus pudenda
interna.
Fisiologi

 Rektum dan anus ikut berperan dalam proses


defekasi.
 Defekasi adalah mekanisme yang kompleks,
terkoordinasi, yg melibatkan gerakan massa kolon,
tekanan intra-abdomen dan rektum yg meningkat,
dan relaksasi dasar pelvis.
 Distensi rektum menyebabkan refleks relaksasi
sfingter ani interna (refleks penghambatan rektoanal)
yang memungkinkan terjadinya kontak dengan
kanalis analis.
 Jika buang air besar tidak terjadi, rektum
berelaksasi dan refleks defekasi terlewati
(respon akomodasi).
 Hasil defekasi merupakan koordinasi dari
tekanan intra-abdomen yang meningkat,
peningkatan kontraksi rektal, relaksasi otot
puborectalis, lalu terjadi pembukaan pada
kanalis analis.
Abses Perianal
Definisi

 Abses perianal merupakan infeksi


jaringan lunak di sekitar kanalis analis,
dengan pembentukan rongga abses.
Keparahan dan kedalaman abses cukup
variabel, dan rongga abses sering dikaitkan
dengan pembentukan saluran fistula
(fistulous tract).
Epidemiologi

 Kejadian puncak dari abses anorektal pada


usia dekade ketiga dan keempat dalam
kehidupan.
 Prialebih sering terkena daripada wanita,
dengan dominasi laki-laki berbanding
perempuan yaitu 2 : 1 s.d. 3 : 1.
 Sekitar30% pasien dengan abses anorektal
memiliki riwayat abses serupa.
Etiologi
 Obstruksi pada kriptus analis merupakan
hasil dari stasis sekresi kelenjar lalu ketika
terjadi infeksi, terbentuk supurasi dan
pembentukan abses pada glandula analis.
 Organisme umum terlibat dalam
pembentukan abses termasuk Escherichia
coli, spesies Enterococcus, dan spesies
Bacteroides, namun, tidak ada bakteri
tertentu telah diidentifikasi sebagai
penyebab khas dari abses.
Patofisiologi
 Abses perirektal merupakan gangguan
anorektal yang muncul dan didominasi akibat
dari obstruksi kriptus analis.
 Anatomi normal menunjukkan terdapat 4-10
glandula analis pada linea dentata. Glandula
analis berfungsi untuk melumasi kanalis analis.
 Obstruksi pada kriptus analis merupakan hasil
dari stasis sekresi kelenjar lalu ketika terjadi
infeksi, terbentuk supurasi dan pembentukan
abses pada glandula analis.
 Abses biasanya terbentuk di ruang
intersphincteric & dapat menyebar di sepanjang
ruang. Setelah infeksi mendapat akses ke ruang
intersphincteric, memiliki akses yang mudah ke
ruang perirectal yg berdekatan.
 Perpanjangan infeksi dapat melibatkan ruang
intersfingterik, ruang iskiorektalis, ruang
supralevator. Dalam beberapa kasus, abses tetap
terkandung dalam ruang intersphincterik.
 Setelah abses terdrainase, secara spontan maupun
secara bedah, komunikasi abnormal antara
lubang anus dan kulit perianal disebut fistula
ani.
A = Infeksi dari usus menyerang kriptus analis atau kelenjar analis lain. Proses primer ini
terjadi pada linea dentata ; B dan C = Infeksi menyebar ke jaringan perianal dan
perirektal secara tidak langsung melalui system limfatik atau secara langsung melalui
struktur kelenjar ; D = Terbentuk abses ; E = Abses pecah spontan, menorehkan lubang
pada permukaan kulit perianal dan terbentuk fistula komplit ; F = Abses kolaps,
meninggalkan traktus fistula. Sumber : Skandalakis Surgical Anatomy 2004.
 Seiring membesarnya abses, abses dapat menyebar ke beberapa
arah.
 Abses perianal adalah manifestasi paling umum dan muncul
sebagai pembengkakan yg terasa nyeri di ambang analis.
 Abses perianal dapat menyebar melalui sphincter eksternal di
bawah tingkat puborectalis menghasilkan abses iskiorektalis.
Abses ini dapat menjadi sangat besar dan mungkin tidak terlihat di
daerah perianal.
Daerah Penyebaran Infeksi Pada
Perianal Space

Schwartz’s: Principles of Surgery 9th Edition. 2010


Manifestasi Klinis
 Pasien dengan abses perianal biasanya
mengeluhkan ketidaknyamanan di daerah
perianal dan pruritus.
 Nyeri perianal sering diperburuk oleh
gerakan dan tekanan perineum yang
meningkat dari duduk atau saat buang air
besar.
 Pasien dengan abses iskiorektalis sering
mengeluhkan dengan demam, menggigil, dan
nyeri parah dan rasa penuh di daerah
perirektal
 Nyeri di daerah anal adalah keluhan
yang paling umum terjadi. Berjalan,
batuk, atau mengedan dapat
memperberat rasa nyeri.
 Sebuah massa sering terdeteksi dengan
inspeksi daerah perianal atau dengan
pemeriksaan rektal digital.
 Kadang-kadang, pasien dapat disertai
dengan demam, retensi urin, atau
sepsis yg mengancam jiwa.
Diagnosis
 Colok dubur
 Endoskopi (transrektal dan trannasal)
 Laboratorium
 Radiologi
Tatalaksana
 Kebanyakan abses
perianal dapat
didrainase di bawah
anestesi.
 Insisi kulit dan insisi
subkutan dibuat di
bagian atas yg paling
menonjol dari abses dan
eksisi ‘dog ear’ untuk
mencegah penutupan
prematur
 Abses
intersfingterik didrainase dengan
membagi sfingter intera pada tingkat abses.
 Abses intermuskular dan abses supralevator,
selama bukan perluasan dari abses iskiorektal,
dapat didrainase ke dalam rektum bagian bawah
& kanalis analis bagian atas.
 Abses ischiorektal dapat dilakukan drainase
lokal luas melalui insisi cruriform (bentuk
salib) melalui kulit dan jaringan subkutan yg
melapisi ruang yg terinfeksi.
Komplikasi
 Fistula anorektal terjadi pada 30-60% pasien dengan
abses anorektal. Fistula Anorectal muncul sebagai
akibat obstruksi dari kripta anal, yg teridentifikasi
dengan adanya drainase dari kanal anal atau dari kulit
disekitar perianal.
 Penyebab lainnya dari fistula perianal merupakan
multi faktor, termasuk penyakit divertikular, IBD,
keganasan dan infeksi, seperti tuberkulosis dan
actinomikosis.
Daftar Pustaka

 Bernard M. Jaffe and David H.Berger. Colon, Rectum and Anus.


Brunicardi F. Charles et all. Schwartz’s: Principles of Surgery 9th
Edition. 2010.
 http://www.scribd.com/doc/79580953/PERIANAL-ABSES
 http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/001519.
htm
 http://emedicine.medscape.com/article/191975-overview
 Andre Hebra and Joh Geibel. Perianal Abscess.
http://emedicine.medscape.com. November 2010.
Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai