Diajukan untuk memenuhi tugas praktik Stase Keperawatan Gawat Darurat dan Kritis
Disusun oleh:
MELA YULIANTI
NPM. 220112220047
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2023
1
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI i
BAB I: PENDAHULUAN 1
2.1 Sepsis 3
2.3 Penyebab 4
2.4 Patofisiologi 5
DAFTAR PUSTAKA 49
1
BAB I
PENDAHULUAN
2
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Sepsis
Sepsis merupakan komplikasi berbahaya akibat disregulasi respon tubuh terhadap infeksi
mikroorganisme patogenik atau toksinnya ke dalam darah atau jaringan lainnya, sehingga
terjadi respon sistemik berlebihan terhadap infeksi, yang menyebabkan kumpulan gejala
klinis serta berakhir pada keadaan disfungsi organ yang mengancam jiwa.
2.1.1 Sepsis Berat
Sepsis berat merupakan keadaan sepsis beserta adanya disfungsi organ dan
penyebabnya adalah inflamasi sistemik dan respon prokoagulan terhadap infeksi.
2.1.2 Syok Septik
Syok septik adalah suatu keadaan sepsis disertai hipotensi refrakter (sistolik < 65
mmHg, dan memiliki level serum laktat >2 mmol/L (18 mg/dL)3 atau penurunan
> 40 mmHg dari ambang dasar sistolik yang tidak responsif setelah diberikan
cairan kristaloid sebesar 20 sampai 40 mL/kg).
3
keparahan cedera6 . Dalam jurnal tersebut menyatakan bahwa pria lebih mungkin
untuk terkena sepsis dibandingkan wanita.
Sepsis berkembang pada wanita rata-rata usia 62 tahun dibanding laki-laki
dengan rata-rata usia 56 tahun. Pengamatan ini dapat mengarah pada hipotesis
bahwa hormon seksual mengalami penurunan selama penuaan mempengaruhi
kejadian sepsis, yaitu wanita yang aktif secara hormonal memiliki respons
fisiologis yang lebih baik pada tingkat syok dan trauma yang serupa dengan pria.
Pernyataan tersebut didukung dengan Hormon seks pada wanita dapat
menstimulasi dengan baik respon imun, sehingga beberapa wanita lebih sering
terkena beberapa penyakit autoimun seperti lupus erythematosus, sedangkan
hormon seks pria yaitu testosteron berhubungan dengan respons humoral yang
menekan sistem imun dan oleh karena itu dapat mendukung terjadinya sepsis
berat. Ini sejalan dengan penelitian yang mengidentifikasi jenis kelamin laki-laki
sebagai faktor risiko infeksi parah pada pasien bedah
2.2.3 Luka Bakar
Luka bakar merupakan salah satu faktor resiko terjadinya sepsis. Luka bakar
menyebabkan rusaknya lapisan kulit sehingga bakteri yang ada di sekitar kulit
serta bakteri di lingkungan sekitar pasien dapat masuk ke dalam tubuh,
disebabkan karena kulit adalah salah satu pertahanan tubuh mencegah
mikroorganisme masuk ke dalam tubuh. Luka bakar dapat memicu
ketidakseimbangan sistem imun pada tubuh manusia. Luka nakar dapat menekan
fungsi limfosit normal. Luka bakar juga menghasilkan toksin sehingga terjadi
kondisi immunosupresi, kemudian menyebabkan kemungkinan terjadinya infeksi
semakin meningkat. Trauma luka bakar yang parah menyebabkan sindroma
respon inflamasi pada sistemik yang dapat menyebabkan keadaan sepsis dan
sepsis berat. Semakin luas luka bakar dan semakin dalam kedalaman luka bakar
menyebabkan semakin besar kemungkinan terjadinya sepsis.
2.3 Penyebab
Bakteri Gram negatif (Pseudomonas auriginosa, Klebsiella, Enterobacter, Escherichia
coli, Proteus, Neisseria) merupakan penyebab sepsis yang terbesar dengan angka
kejadian 30-80%, sedangkan bakteri Gram positif (Staphylacoccus aureus,
4
Streptococcus, Pneumococcus) hanya sekitar 20-40%. Penyebab lain seperti jamur, virus
2-3% (Dengue haemorrhagic fever, herpes viruses), dan parasit hanya memiliki angka
kejadian yang sangat sedikt.
2.4 Patofisiologi
Penderita sepsis umumnya mengalami bakterimia sekunder dimana sumber
bakterinya berasal dari fokal infeksi di jaringan. Bakteri yang bersifat gram negatif
merupakan bakteri komensal normal dalam tubuh yang menyebar ke organ terdekat
seperti peritonitis yang terjadi akibat adanya perforasi apendik, atau kejadian lain seperti
bakteri perineum yang berpindah ke urethra atau kandung kemih. Sepsis gram negatif
bisa berpusat pada saluran genitourinarium, saluran empedu, dan saluran
gastrointestinum. Sedangkan sepsis gram positif biasanya bersumber dari infeksi kulit,
saluran respirasi, dan luka terbuka seperti luka bakar.
Stimulasi imunogen dari luar dapat menyebabkan inflamasi sebagai bentuk respon
tubuh terhadap benda asing. Sitokin adalah suatu mediator inflamasi dan juga mrupakan
sistem imun tubuh yang berperan untuk proses inflamasi. TNF, IL- 1, Interferon (IFN-ɣ)
merupakan sitokin pro inflamasi untuk menghancurkan mikroorganisme yang dapat
menginfeksi tubuh. Disisi lain, Interleukin 1 reseptor antagonis (IL-1ra), IL-4, IL-10
merupakan sitokin antiinfamasi yang memodulasi atau represi terhadap respon inflamasi
berlebihan . Saat infeksi terjadi maka tubuh akan merespon dengan cara terjadi inflamasi
yang terkait dengan prokoagulan. Adanya agen penginfeksi membuat sitokin inflamasi
berupa tumor nekrosis faktor α (TNF- α) dan interleukin-1 akan mengaktifkan rantai
koagulasi dengan cara merangsang pengeluaran tissue factor dari endotelium serta
monosit, hal tersebut mengakibatkan terbentuknya trombin dan fibrin clot. Sitokin
inflamasi dan thrombin dapat mengeksitasi pengeluaran plasminogen-activator inhibitor
1 (PAI-1) dari endotelium dan platelet, lalu hal tersebut dapat menghalangi proses
fibrinolisis.
PAI-1 merupakan suatu penghambat dari tissue plasminogen activator yang
berperan untuk melisiskan fibrin clot. Selain itu, thrombin-activatable fibrinolysis
teraktivasi dengan adanya prokoagulan thrombin yang merangsang bermacam-macam
rute inflamasi dan menghambat mekanisme fibrinolitik endogen. Disisi lain, protein C
teraktifasi memiliki peran pada bermacam jalur sebagai respon sistemik kepada suatu
5
infeksi dengan cara mengakibatkan efek antitrombotik dengan membatasi faktor Va dan
VIIIa yang akan menghambat produksi dari thrombin. Akibatnya, mekanisme berupa
inflamasi, prokoagulan, dan respon antifibrinolitik yang dipengaruhi oleh trombin
menjadi berkurang. Protein C aktif akan memiliki efek antiinflamasi dengan menahan
produksi dari sitokin proinflamasi (TNF-α, interleukin-1, interleukin-6) melalui monosit
dan pengikatan antara monosit dengan neutrofil akan terhambat oleh slectins. Hasil dari
kedua sisi respon tubuh terhadap infeksi dapat menyebabkan terjadinya kerusakan pada
endotelial secara menyeluruh, iskemia organ, trombosis mikrovaskular, disfungsi
multiorgan, serta kematian4 . Pemicu kejadian sepsis dan syok sepsis yang terbanyak
adalah stimulasi toksin (endotoksin atau eksotoksin). LPS dan antibodi serum darah
secara langsung dapat membentuk LPSab (Lipo Poli Sakarida Antibodi). LPSab dalam
serum akan bereaksi bersama makrofag melalui (Toll Like Receptors 4) TLRs4 sebagai
reseptor transmembran bersama reseptor CD 14+ yang membuat makrofag mengaktifasi
imuno modulator.
Eksotoksin yang terdapat pada bakteri dengan gram positif dapat menstimulasi
secara langsung makrofag memakai TLRs2 namun beberapa eksotoksin bersifat super
antigen. Pada kondisi sepsis tubuh bereaksi dengan cara berusaha mengeluarkan imuno
modulator dengan menstimulasi limfosit T. Hal tersebut membuat IL-1β dan TNF-α pada
serum penderita meningkat. IL-1β akan menstimulasi ICAM-1 (inter cellular adhesion
molecule-1) sehingga neutrofil yang tersensitasi oleh GM-CSF (granulocyte-macrophage
colony stimulating factor) akan mudah melakukan adhesi. Neutrofil kemudian beradhesi
dengan endotel sehingga menghasilkan lisosim yang membuat dinding endotel lisis dan
terbuka. Kerusakan pada endotel akan menyebabkan gangguan vaskuler sehingga
kerusakan pada banyak organ (multiorgan) dapat terjadi. Disisi lain, trombosis ataupun
koagulasi dari vaskuler kecil dapat berakibat syok septik hingga berakhir pada kematian.
6
BAB III
LAPORAN KASUS
A. Identitas
1. Identitas Klien
a. Nama : Ny.E
b. Umur : 47 tahun
c. Tanggal lahir : Cianjur, 03/05/1975
d. Alamat : Griya Maleber Indah Blok A, Kab. Cianjur
e. Agama : Islam
f. Suku : Sunda
g. Pekerjaan : PNS
h. Pendidikan terakhir : Sarjana
i. No.medrek : 0002113731
j. Diagnose medis : Post Op kolesistektomi + Sepsis
k. Tanggal masuk RS : 08/03/2023
l. Tanggal masuk Ruangan : 12/03/2023
m. Tanggal pengkajian : 20/03/2023
2. Identitas penanggung jawab
a. Nama : Ny.F
b. Umur : 32 tahun
n. Alamat : Griya Maleber Indah Blok A, Kab. Cianjur
c. Agama : Islam
d. Hubungan dengan klien : Adik kandung
B. Riwayat Kesehatan
1. Keluhan Utama
Klien mengeluh sesak
2. Riwayat Kesehatan sekarang (PQRST)
Saat ini klien sedang di rawat di ruang GICU dengan diagnosa medis Post Op
kolesistektomi + sepsis. Saat dikaji klien mengeluh sesak. Sesak dirasakan saat
pasien ekspirasi dan inspirasi serta saat berbicara dengan skala 5 dari (1-10), namun
sesak berkurang saat beristirahat
7
3. Riwayat Kesehatan dahulu
- Post kolesistektomi pada tanggal 07 February 2023 Di RSUD Sukabumi pasca
tindakan pasien dicurigai mengalami sepsis sehingga dirujuk ke RSHS
4. Genogram
Keterangan:
8
Klien mengatakan saat ini kondisnya sudah lebih baik dari sebelumnya, hanya
saja klien sering merasa cemas dan khawatir takut alat-alat yang terpasang
pada klien tidak bisa di cabut seperti sediakala
b. Data Sosial
Klien mengatakan bekerja PNS, yang biasanya klien bekerja dan bertemu
rekan-rekannya. Saat ini klien hanya terbaring di ruang GICU dan terkadang
dijenguk keluarga saat waktu penjengukan. Klien juga sering meminta tolong
ke perawat dan sering bertanya kepada perawat mengenai diangka berapa
ventilator klien
c. Data Spritual
Klien mengatakan, klien rutin menjalankan Ibadah dan sholat wajib ketika
dirumah, selama di Rumah sakit klien menenangkan diri dengan berdoa
dengan sholat ditempat tidur serta bertayamum.
d. Harapan Klien dan Keluarga
Harapan klien ingin cepat kembali sembuh dan pulang ke rumah, klien ingin
aktivitasnya kembali lagi bertemu keluarga dan bekerja serta menghabiskan
waktu untuk keluarga. Keluarga berharap klien cepat pulih dan dalam waktu
dekat semoga ventilator dan intubasinya sudah bisa dilepas.
7. Riwayat ADL
Nutrisi
Frekuensi 3 Kali Sehari 4x sehari
9
Keluhan Tidak ada Tidak ada
Jumlah
4500 ml Infus 1800 cc RL dan air
mineral dan susu 600 cc
Keluhan
Tidak ada Tidak ada
Eliminasi
BAB
1x BAB 1x /hari BAB
● Frekuensi
BAK
● Frekuensi
5-7x sehari Terpasang Kateter urin
urin 500 cc
10
Keluhan
Sulit tidur karena sesak Tidak ada
nafas
Personal Hygiene
Mandi dan gosok gigi
Mandi
2x/hari 1x/hari diseka
Sikat Gigi
2x/hari 1x/hari
Berpakaian
2x/hari 1x/hari
Keluhan
Tidak ada Dibantu perawat
C. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum : Klien tampak lemah, terpasang infus (cvc) dan intubasi
dengan ventilator
b. Kesadaran : Composmentis (E4M6V5TT)
c. Tanda-tanda vital
a) TD : 137/70 mmHg
b) Nadi : 101x/menit
c) RR : 17x/menit
d) SpO2 : 99%
e) Suhu : 37,20C
f) BB dan TB : 60 Kg dan 160 cm
d. IMT/BMI : 23 kg/m2
e. Lingkar Perut : 99 cm
f. Nutrisi
Keb. Nutrisi : 30 kcal/KgBB/24 jam
: 1800 kcal
Protein : 2gr/KgBB/hari
11
: 120 gr
Kalori non protein : 1500 kcal
Rasio KH : Lemak
60% : 40%
923 kcal : 627 kcal
g. Cairan :
Keb. Dasar : 30cc/KgBB/24 jam
: 1800 cc/24 jam
IWL : 10cc/KgBB/24 jam
: 600cc/24 jam
Keb. Dasar + IWL : 2400 cc/ 24 jam
Cairan total : (Hasil Keb. Dasar + IWL) – obat 500cc/24 jam
: 2400-500
: 1900 cc/24 jam
Balance : 500cc/24 jam
h. MAP : 107
Pemeriksaan Persistem
a) Sistem kardiovaskular
Inspeks :
● Dada simetris, warna kulit merata, tidak ada distensi, Nadi 101x/menit,
TD:137/70 mmHg
Palpasi :
● Kekuatan pulsasi normal, ritme nadi normal, CRT < 2 detik, tidak teraba
benjolan
Perkusi :
● Terdengar resonan pada lapang parum dan terdengar dullness pada ICS 2
12
● Bunyi S1 dan S2, tidak ada suara jantung tambahan.
b) System respirasi
Inspeksi :
● Retraksi dada simetris kanan dan kiri, tidak ada distress pernafasan dan
tidak ada penggunaan otot bantu nafas, keadaan dada bersih warna kulit
merata terdapat luka post operasi, klien terpasang ETT dan ventilator
dengan mode CPAP PS.
Palpasi :
Auskultasi :
tiroid, tidak ada hiperpigmentasi pada jari, siku dan lutut. Tidak ada
tumpukan masa otot pada leher bagian belakang
Palpasi :
13
● Tidak teraba adanya pembesaran kelenjar tiroid
f) System pencernaan
Inspeksi :
elastisitas kulit baik, mukosa mulut lembab dan terdapat banyak saliva,
tidak ada lesi, tidak ada edema, gigi berwarna putih, lidah berwarna
merah, lidah dapat digerakan ke semua arah, klien tidak dapat menelan,
klien terpasang NGT.
Palpasi :
● Tidak teraba adanya masa abdomen, tidak terdapat deviasi trakea dan
Perkusi :
g) System musculoskeletal
Inspeksi :
● Bentuk kepala bulat dan simetris, tangan kanan dan kiri simetris jumlah
jari ekstremitas atas lengkap, kaki kanan dan kiri simetris jumlah jari
lengkap. tangan bagian kanan terpasang manset monitoring.
Palpasi :
● Nadi perifer teraba kuat, kekuatan otot tangan 4/4, kekutan otot kaki 4/4,
14
● Warna kulit dan membrane mukosa normal, klien terpasang kateter, ketuk
● Warna urin kuning keruh, konsistensi cair, jumlah urin 500 cc/hari
● Tekstur kulit agak elastis, kelembaban kulit teraba lembab, suhu kulit
● Mata
● Hidung
Hidung simetris, tidak ada deviasi, warna sama seperti bagian tubuh
lainnya, lubang hidung simetris kiri dan kanan, tidak terdapat kotoran,
tidak ada hambatan keluarnya udara, tidak terdapat secret, tidak terdapat
nyeri sinus, terpasang NGT pada hidung sebelah kanan.
● Telinga
Bersih, tidak ada nyeri tekan, tidak ada lesi maupun edema, fungsi
pendengaran normal.
● Lidah
15
Posisi lidah ditengah-tengah, warna kemerahan, lembab, tidak ada lesi,
dapat bergerak bebas, tidak terdapat kekakuan lidah, tidak ada
pembengkakan uvula dan tonsil kemerahan, terpasang ETT pada mulut.
l) Sistem Neurologi
menggerakan bola mata ke segala arah, pupil isokor, refleks cahaya (+/+)
sempurna, klien dapat mengenali rasa sensori pada kaki kanan dan kirinya,
tersenyum tanpa kaku.
menggerakan lidah.
16
K
1 Usia di atas 70 tahun √
2 Klien tinggal sendiri √
3 Tempat tinggal klien memiliki tangga √
4 Memerlukan perawatan lanjutan di rumah √
5 Mempunyai keterbatasan kemampuan merawat diri √
6 Klien pulang dengan jumlah obat lebih dari 6 jenis / √
macam obat
7 Kesulitan mobilitas gerak √
8 Memerluakn alat bantu √
9 Memerlukan pelayanan medis √
10 Memerlukan pelayanan keperawatan √
11 Memerlukan bantuan dalam kehidupan sehari-hari √
12 Riwayat sering menggunakan fasilitas gawat darurat √
Kesimpulan : 6 6 Ya
17
ketidaknyamanann
ya
18
sheet, klien sering membutuhkan bantuan
merosot dan harus bantuan minimal
dibantu saat
memperbaiki posisi.
Klien spastis dan
kontraktur
TOTAL SKOR 18
19
infus? Ya 20
6. Status mental: 0 0
- Klien menyadari kondisi dirinya
Total Nilai 40
Petunjuk Skoring:
G. Pemeriksaan Diagnostik
a. Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan tanggal 17-02-2023 (04:52)
Hematologi
20
Eritrosit 3.88 juta/uL 4.5-5.9
Hematologi
21
H. Terapi
Dosis &
Terapi Gol. Indikasi Kontraindika Efek Samping
Rute
si
22
Dexam kortik 1x 17g Untuk Infeksi jamur Muskuloskeletal
o
Ethason IV antiinflamas sistemik, : iopati steroid,
steroid i infeksi
kehilangan masa
Dan sistemik
otot, kopresi
kecuali
imunosupre
fraktur vertebral
san. diobati
dengan anti Pencernaan:
infeksi Kemungkinan
Perforasi pendarahan,
membran
pankreatis,
gendang
Distensi
(otic).
abdominal dan
Pemberian
vaksin Esofagus
Hipokaleia,
hipertensi, gagal
jantung bawaan
dengan osteoporisis,
AINS,
24
agulan IV mencegah efektivitas / mudah memar
penggumpal peningkatan dan gusi
an darah resiko perdarah/berhenti
yang hiperkalemia lama
beresiko
penyumbata
n pembuluh
darah
I. Analisa data
25
DS: Infeksi dari jamur Bersihan jalan nafas tidak
yang masuk kedalam efektif
- Klien mengatakan sesak
tubuh: luka operasi
↓
DO:
Invasi kedalam tubuh
- RR: 17 x/menit
- SpO2: 99% ↓
- Nadi: 101x/menit
Proses infeksi bakteri
- TD: 137/70 mmHg
- Klien tampak ↓
hypersaliva/air liur
Kelemahan pada otot
berlebih
pernapasan dan
- Sputum berlebih
anggota badan
- Terdengar suara nafas
tambahan ronki ↓
- Klien terpasang ventilator
Krisis mistenia
dan terintubasi
↓
Kelumpuhan otot
pernapasan
Gangguan nervus
hipoglosus
26
liur yang sulit
dikeluarkan
(hipersaliva)
Peningkatan sekresi
mucus saluran
pernapasan
Sesak
27
mengeja. anggota badan
Krisis mistenia
Kelumpuhan otot
pernapasan
Gangguan nervus
hipoglosus
Gangguan bicara
Gangguan komunikasi
verbal
28
baik dari sebelumnya, ↓
hanya saja klien sering
Tampak sulit tidur
merasa cemas dan
dimalam hari/terganggu
khawatir takut alat-alat
akibat overthinking
yang terpasang pada klien
tidak bisa di cabut seperti ↓
sediakala
Ansietas
- Klien mengatakan waktu
tidur terganggu akibat
overthinking
J. Diagnosa
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan akumulasi secret ditandai
dengan klien mengatakan sesak, RR: 17x/menit, SpO2: 99%, Nadi: 101x/menit,
TD: 137/70 mmHg, Klien tampak hypersaliva, Terdengar suara nafas tambahan
ronki, Klien terpasang ventilator dan terintubasi
2. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan gangguan muskoloskeletal
ditandai dengan klien mengatakan bahwa tidak dapat bersuara dan hanya
komunikasi dengan melihat gerakan tangan dan menulis
3. Ansietas berhubungan dengan krisis situasional ditandai dengan TD klien selalu
naik turun, TD: 137/70 mmHg, Nadi klien 101x/menit, tampak cemas, tampak
wajah sedih. Klien mengatakan saat ini kondisnya sudah lebih baik dari
sebelumnya, hanya saja klien sering merasa cemas dan khawatir takut alat-alat
yang terpasang pada klien tidak bisa di cabut seperti sediakala dan klien
mengatakan waktu tidur terganggu akibat overthinking
29
K. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
30
jalan nafas (Care et al.,
2021)
31
pengungkapan melalui fisik
perilaku sebagai bentuk
komunikasi.
32
kesembuhan klien
33
L. CATATAN TINDAKAN KEPERAWATAN (NO DX, TGL/JAM, IMPLEMENTASI, RESPON dan PARAF)
34
- RR klien 18x/menit
- SpO2 99%
35
nyaman - Suction dilakukan
berkala untuk
meluarkan dahak
- Memberikan posisi
setengah duduk
untuk mengurangi
batuk dan sesek
36
klien hingga klien melambaikan tangan
mengangguk atau
mengacungkan
jempol
Rabu 22/03/23 - Gunakan S: -
metode
Setiap tindakan/
komunikasi
menemani
alternatif O:
pasien
(Menulis pada - Klien mampu
papan kecil menerima orang-
yang telah orang disekitarnya
disediakan dan mengangkat
keluarganya) jempol bahwa klien
- Berdiri dalam keadaan baik
didepan klien, - Klien berkomunikasi
dengarkan dengan mau untuk
secara seksama berbicara namun
dengan melihat kecil suaranya
gerakan mulut - Klien sering
klien meminta bantuan
- Memberikan dan terkadang
cerita menarik mengucapkan suara
37
pada klien agar terimakasih
melihat
respons dan
melatih bicara
38
yang mengerti apa yang
disampaikan dikatakan klien,
klien hingga kami mengira-ngira
klien apa yang klien
mengangguk ucapkan hingga
atau klien menjawab
mengacungkan dengan tangan
jempol mengacungkan
jempol (jika benar)
dan menggerakkan
tangan kekanan dan
kekiri jika salah.
39
mengatakan saat ini 5. Menganjurkan mengajak
kondisnya sudah klien untuk tidak komunikasi klien
lebih baik dari terlalu supaya tidak terlalu
sebelumnya, hanya overthinking dan mencemaskan
saja klien sering memikirkan yang kondisinya dan
merasa cemas dan memang tidak memberikan
khawatir takut alat- harus dipikirkan semangat pada klien
alat yang terpasang - Perawat membantu
pada klien tidak bisa klien melakukan
di cabut seperti dukungan untuk
sediakala dan klien meminimalisir atau
mengatakan waktu mengurangi rasa
tidur terganggu cemas, seperti
akibat overthinking menawarkan sholat
dan sarung bantal
sebagai kerudung
saat klien akan
melakukan ibadah di
tempat tidur
- Klien dapat
menerima masukan
dan dukungan untuk
40
kesehatan klien
sendiri
41
Kamis 23/03/23 1. Memotivasi dan S:
menyemangati
06.30 WIB - Klien mengatakan
klien mengenai
akan semangat
perjuangan selama
ini dengan O:
memberikan hal - Klien tampak sedikit
positif sedih, namun selalu
2. Melakukan di motivasi untuk
terminasi semangat
mengenai - Menyentuh tangan
berpamitan pindah dengan senyum
ruangan kepada “terimakasih”
klien
42
Bersihan jalan nafas tidak Selasa S: Sesak berkurang
efektif berhubungan dengan 21/03/23
O: Composmentis (E4M6V5TT)
akumulasi secret ditandai
15.00 WIB
dengan klien mengatakan - TD: 138/75 mmHg
43
Rabu S:
22/03/23
- Klien mengatakan mau diberikan
22.00 WIB nebulisasi
- Klien mengatakan ingin disuction
O:
- RR 18x/menit
- SpO2 97%
- NRM 12 LPM
- Suction dilakukan berkala untuk
meluarkan dahak
- Memberikan posisi setengah duduk untuk
mengurangi batuk dan sesek
44
komunikasi dengan melihat - Klien dapat berkomunikasi dan merespon
gerakan tangan dan menulis setiap komunikasi orang-orang
disekitarnya
- Klien merasa senang selalu ada yang
menemaninya
- Klien selalu mendapatkan support dari
para keluarganya selama saat jam besuk
- Klien berkomunikasi dengan gerakan
tangan dan menulis
P: Intervensi dilanjutkan
Rabu S: -
22/03/23
O:
Setiap
- Klien mampu menerima orang-orang
tindakan/
disekitarnya dan mengangkat jempol
menemani
bahwa klien dalam keadaan baik
pasien
- Klien berkomunikasi dengan mau untuk
berbicara namun kecil suaranya
- Klien sering meminta bantuan dan
45
terkadang mengucapkan suara terimakasih
P: Intervensi dilanjutkan
Kamis S:
23/03/23
- Klien mengatakan terimakasih dengan
Setiap nada kecil dan pelan
tindakan/
O:
menemani
pasien - Tampak lebih tenang
- Klien melakukan komunikasi dengan
menggerakan mulut dengan suara kecil
- Ketika memerlukan bantuan, melampaikan
tangan
- Dinas saya dan perawat belum mengerti
apa yang dikatakan klien, kami mengira-
ngira apa yang klien ucapkan hingga klien
menjawab dengan tangan mengacungkan
jempol (jika benar) dan menggerakkan
tangan kekanan dan kekiri jika salah.
46
A: masalah teratasi sebagian
P: Intervensi dilanjutkan
47
P: intervensi dilanjutkan
Rabu S:
22/03/23
- Klien mengatakan akan mencoba untuk
22.00 WIB tidak memikirkannya
O:
P: intervensi dilanjutkan
Kamis S:
23/03/23
- Klien mengatakan akan semangat
06.30 WIB
O:
48
“terimakasih”
P: intervensi dilanjutkan
49
DAFTAR PUSTAKA
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (Definisi dan
Indikator Diagnostik). Dewan Pengurus PPNI.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standart Intervensi Keperawatan Indonesia (Definisi dan
Tindakan Keperawatan). Dewan Pengurus PPNI.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia (Definisi dan
Kriteria Hasil Keperawatan). Dewan Pengurus PPNI.
Care, I., Surabaya, S., Hospital, G., Hatman, F. A., & Semedi, B. P. (2021). Analisis Faktor
Risiko terhadap Lama Perawatan Pasien Sepsis yang Meninggal di Ruang Perawatan
Intensif RSUD Dr . Soetomo Surabaya Risk Factor Analysis of Length of Stay in Sepsis
Patients who Died at The. 13, 78–87.
Afrilia, Inayah et al. 2017. Identifikasi Mikroorganisme Penyebab Infeksi Saluran Kemih pada
Pasien Pengguna Kateter Urine di ICU RSUP Dr. M. Djamil Padang Periode 01 Agustus-30
November 2014. Jurnal Kesehatan Andalas. Padang.
Siddharth, Dugar et al. 2020. Sepsis and septic shock: Guideline-based management. Cleveland
Clinic Journal of Medicine. Cleveland.
Yessica, P. H. 2014. Faktor Risiko Sepsis pada Pasien Dewasa di RSUP Dr Kariadi. Jurnal
Media Medika Muda. Semarang.
Dyah, K. W et al. 2019. Profil Sepsis Anak di Pediatric Intensive Care Unit Rumah Sakit Umum
Pusat Sanglah Denpasar – Bali. Sari Pediatri. Denpasar.
50
51