DISUSUN OLEH:
NADIA REVALINA
2226050061
c. Lambung
Lambung adalah bagian dari saluran pencernaan yang terdiri dari
bagian atas (fundus), bagian utama, dan bagian bawah berbentuk
horizontal (antrum pilorik). Lambung berhubungan langsung dengan
esophagus melalui orifisium atau kardia dengan duodenum melalui
pilorik. Lambung terletak di bagian bawah diafragma dan pankreas,
sedangkan limpa menempel pada sebelah kiri fundus. Lambung
berfungsi sebagai fungsi motoris dan fungsi sekresi serta pencernaan.
Fungsi motoris lambung sebagai reservoir untuk menampung
makanan sampai dicerna sedikit demi sedikit dan sebagai pencampur
adalah mensekresi pepsin dan HCL yang akan mengubah protein
menjadi pepton, amylase memecah amilum menjadi maltose, lipase
memecah lemak menjadi asam lemak, dan gliserol membentuk sekresi
gastrin. Makanan berada di dalam lambung selama 2-6 jam, kemudian
bercampur dengan getah lambung (cairan asam bening tak berwarna)
yang mengandung 0,4% HCL untuk mengasamkan semua makanan
serta bekerja sebagai antiseptik dan desinfektan (Festy W, 2018).
d. Usus Halus
Usus halus merupakan tabung berlipat-lipat dengan panjang kurang
lebih 2,5 meter dalam keadaan hidup dan dalam keadaan mati usus
halus akan bertambah panjang menjadi kurang lebih 6 meter karena
adanya relaksasi otot yang telah kehilangan tonusnya. Usus halus
berfungsi mencerna dan mengabsorbsi chime dari lambung. Usus
halus terdiri dari tiga bagian yaitu duodenum dengan panjang kurang
lebih 25 cm, jejenum dengan panjang kurang lebih 2 meter dan ileum
kurang lebih panjangnya 1 meter. Pada duodenum zat-zat makanan
telah halus dan terjadi absorbsi kalsium, besi dengan bantuan vitamin
D, vitamin A, D, E dan K dengan bantuan empedu dan asam folat
(Festy W, 2018).
e. Usus Besar
Usus besar disebut juga dengan kolon yang merupakan sambungan
dari usus halus dan memiliki panjang kurang lebih 1,5 meter.
Sambungan dari usus halus ini dimulai dari katup ileokolik atau
ileoasekal yang merupakan tempat lewatnya makanan. Kolon terbagi
atas asenden, transversum, sigmoid dan berakhir di rektum yang
panjangnya sekitar 10 cm dari usus besar. Fungsi utama dari usus
besar yaitu untuk mengabsorbsi air (kurang lebih 90%), elektrolit,
vitamin, dan sedikit glukosa. Kapasitas absorbsi air kurang lebih yaiti
5000 cc/hari (Festy W, 2018).
3. Kebutuhan Zat Gizi Pada Lansia
Menurut Almaitser (2011) dalam Marni (2013), tubuh memerlukan
zat gizi untuk melakukan fungsinya, yaitu membangun dan memelihara
jaringan, menghasilkan energi serta mengatur proses-proses kehidupan.
Jika nutrisi tidak mengandung zat gizi sesuai dengan kebutuhan tubuh
maka kebutuhan nutrisi tidak akan optimal. Ada beberapa komponen zat
gizi yang diperlukan oleh lansia,antara lain :
a. Kalori
Kebutuhan kalori pada seseorang ditentukan oleh berbagai faktor
antara lain tinggi dan berat badan, jenis kelamin, status kesehatan dan
penyakit serta tingkat kebiasaan aktivitas fisik. Oleh karena itu
kebutuhan kalori pada lansia berbeda dengan orang dewasa. Mengatur
pola makan sangat mempengaruhi jumlah kalori yang akan
dikonsumsi oleh seseorang sehingga tidak terjadi masalah kekurangan
ataupun kelebihan kalori. Pada lansia kebutuhan kalori menurun
sekitar 5% pada usia 40-49 tahun, dan 10% pada usia 50-59 tahun
serta 15% pada usia 60-69 tahun (Fatmah, 2010).
b. Karbohidrat dan Serat
Karbohidrat merupakan sumber energi utama bagi manusia. Setiap
1 gram karbohidrat yang dikonsumsi menghasilkan energi sebanyak 4
kkal dan hasil proses oksidasi (pembakaran) akan digunakan oleh
tubuh untuk menjalankan fungsi-fungsinya seperti bernafas, kontraksi
jantung dan otot serta menjalankan berbagai aktivitas fisik (Fatmah,
2010). Serat salah satu komponen penting dalam makanan yang dapat
berperan dalam mencegah berbagai penyakit. Manfaat dari
mengkonsumsi serat yaitu dapat menurunkan kadar kolesterol serum,
sedangkan serat pada biji-bijian atau sayuran dapat menjaga fungsi
usus dan mencegah sembelit. Asupan serat dan karbohidrat yang
dibutuhkan tubuh berkurang seiring bertambahnya usia. Akan tetapi,
akibat penurunan asupan lemak pada lansia maka kebutuhan kalori
meningkat sedikit sedangkan kebutuhan serat pada lansia tidak terlalu
banyak (Fatmah, 2010).
c. Protein
Protein diperlukan oleh tubuh sebagai zat pembangun dan
pemelihara sel. Menurut Fatmah (2010), pemeliharaan protein bagi
lansia sangat penting karena sintesis protein didalam tubuh tidak
seoptimal sewaktu muda dan kerusakan sel yang terjadi harus segera
diganti. Pakar gizi menganjurkan kebutuhan protein pada lansia harus
terpenuhi dari nilai biologis tinggi seperti telur, ikan dan protein
hewani lainnya karena kebutuhan asam amino esensial pada usia
lanjut mengalami peningkatan.
d. Lemak
Lemak dalam tubuh berfungsi sebagai sumber energi cadangan,
memudahkan penyerapan vitamin yang larut, pengaturan suhu tubuh,
mengurangi sekresi asam dan aktivitas otot perut. Lemak dibedakan
menjadi dua yaitu lemak jenuh dan lemak tak jenuh. Lemak jenuh
yaitu lemak yang dalam struktur kimianya mengandung lemak jenuh.
Mengkonsumsi lemak jenuh secara berlebihan dapat meningkatkan
kadar kolesterol dalam darah sehingga dapat mengakibatkan
penyumbatan dan penyempitan pembuluh darah yang berakibat ke
penyakit jantung. Sehingga untuk menurunkan kadar kolesterol dalam
darah maka harus mengkonsumi lemak tak jenuh antara lain bawang
putih, tempe, anggur, apel, alpukat dan ikan (Fatmah, 2010).
e. Vitamin
Vitamin dikelompokkan dalam vitamin larut lemak dan larut air.
Vitamin harus diekskresi dari makanan yang dikonsumsi sehari-hari
karena vitamin tidak diproduksi oleh tubuh.
B. Etiologi
Menurut Alimul (2015) faktor yang mempengaruhi pemenuhan kebutuhan
gizi pada lansia antara lain :
1. Usia
Seiring pertambahan usia maka kebutuhan zat gizi karbohidrat dan
lemak menurun, sedangkan kebutuhan protein, vitamin dan mineral
meningkat. Hal ini karena protein, vitamin dan mineral berfungsi
sebagai antioksidan untuk melindungi sel-sel tubuh dari radikal bebas
(Alimul, 2015).
2. Jenis Kelamin
Pada lansia laki-laki lebih banyak memerlukan kalori, protein dan
lemak. Hal ini disebabkan karena adanya perbedaan tingkat aktivitas
fisik pada laki-laki dan perempuan (Alimul, 2015)
3. Perawatan Mulut yang Tidak Adekuat
Perawatan mulut yang tidak adekuat berpengaruh pada kesehatan
mulut yang dapat mengakibatkan kekurangan nutrisi dan berpengaruh
pada sistem pencernaan. Faktor yang menyebabkan tidak adekuatnya
perawatan gigi adalah tingkat ekonomi rendah, rendahnya tingkat
pendidikan, kurangnya pelayanan perawatan gigi dan mahalnya
pelayanan perawatan gigi (Alimul, 2015).
4. Gangguan fungsional dan proses penyakit
Ganguan fungsional erat hubungannya dengan kekurangan nutrisi
khususnya pada lansia. Masalah gangguan fungsional dan penyakit
mempengaruhi kemampuan lansia dalam memperoleh, mempersiapkan
dan menikmati makanan (Alimul, 2015).
5. Efek Pengobatan
Pengobatan mempengaruhi nutrisi yang berhubungan dengan
absorbsi dan ekskresi nutrisi yang masuk ke dalam tubuh. Pengobatan
menjadi faktor resiko terjadinya gangguan sistem pencernaan dan tidak
adekuatnya nutrisi yang masuk ke dalam sistem pencernaan. Selain itu,
obat yang dikonsumsi dapat mengubah nafsu makan, rasa atau bau
yang mempengaruhi nutrisi ataupun memiliki efek samping seperti
mual, muntah atau diare (Alimul, 2015).
6. Gaya hidup
Mengkonsumsi alkohol dan rokok dapat mengubah status nutrisi
pada lansia. Alkohol memepengaruhi absorbsi vitamin B dan vitamin
C. Sedangkan merokok dapat mengurangi kemampuan mencium dan
merasakan makanan serta turut campur dalam absorbsi vitamin C dan
asam folat (Alimul, 2015).
7. Faktor Psikososial
Faktor psikososial dapat mempengaruhi selera dan pola makan pada
lansia. Cemas dan juga stress dapat mempengaruhi proses sistem
pencernaan melalui sistem saraf autonomi. Depresi, masalah memori
dan penurunan kognitif lainnya dapat mempengaruhi pola makan dan
kemampuan dalam menyiapkan makanan (Alimul, 2015).
8. Faktor Sosial Ekonomi dan Budaya
Latar belakang suku, kepercayaan dan faktor budaya dapat
mempengaruhi seseorang dalam mendefinisikan, memilih, menyiapkan
dan memakan makanan serta minuman. Faktor budaya dapat
mempengaruhi pola makan seseorang sehingga hal ini memiliki
hubungan dengan status kesehatan seseorang. Status ekonomi masa
lalu dan sekarang juga mempengaruhi pola makan, menurut Fatmah
(2010) bahwa terdapat hubungan erat antara kekurangan nutrisi dan
pendapatan yang rendah. Lansia dengan pendapatan yang rendah akan
memikirkan dan memilih dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari
terutama untuk makan. Bahkan, lansia yang kurang pendapatan bisa
saja makan hanya sekali dalam sehari karena kebutuhan yang kurang
mencukupi. Pendidikan juga mempengaruhi status nutrisi lansia.
Biasanya lansia dengan pendidikan yang rendah akan diasosiasikan
dengan kekurangan nutrisi dan kurang pelayanan kesehatan (Alimul,
2015).
9. Faktor Lingkungan
Menurut Fatmah (2010), banyak hambatan dalam identifikasi
dalam lingkungan perawatan lansia seperti panti werdha, pelayanan
sosial dan rumah sakit. Lansia yang berada di ekonomi rendah
cenderung dibawah rumah yang dibawah standar dan mungkin tidak
memiliki peralatan untuk menyimpan dan memasak makanan sehingga
mempengaruhi asupan makanan (Alimul, 2015).
C. KARAKTERISTIK
Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi dibagi menjadi beberapa kategori
yaitu :
1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
2. Perubahan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh
Karakteristik status nutrisi ditentukan dengan :
1. Body Mass Index
Merupakan ukuran dari gambaran berat badan seseorang dengan tinggi
badan, BMI dihubungkan dengan total lemak dalam tubuh dan sebagai
panduan untuk mengkaji kelebihan berat badan (over weight) dan
obesitas.
2. Ideal Body Weight
Merupakan perhitungan berat badan optimal dalam fungsi tubuh yang
sehat. Berat badan ideal adalah jumlah tinggi dalam sentimeter
dikurangi 10% dari jumlah itu.
D. PATOFISIOLOGIS
Abnormalitas saluran gastrointestinal bermacam-macam dan menunjukkan
banyak patologi yang dapat mempengaruhi system organ lain : perdarahan,
perforasi, obstruksi, inflamasi dan kanker. Lesi congenital, inflamasi,
infeksi, traumatic dan neoplastik telah ditemukan pada setiap bagian dan
pada setiap sisi sepanjang saluran gastrointestinal.
Bagian dari penyakit organic di mana saluran gastrointestinal dicurigai,
terdapat banyak factor ekstrinsik yang menimbulkan gejala. Stress dan
ansietas sering menjadi keluhan utama berupa indigesti, anoreksia/
gangguan motorik usus, kadang-kadang menimbulkan konstipasi/ diare.
Selain itu status kesehatan mental, factor fisik: seperti kelelahan dan
ketidakseimbangan/ perubahan masukan diet yang tiba-tiba dapat
mempengaruhi saluran gastrointestinal sehingga menyebabkan perubahan
nutrisi ( Smeltzer, 2002).
E. Pathway/ WOC
Sering makan
Muntah
Peningkatan berat
badan
Defisit nutrisi
G. PENATALAKSANAAN
1. Menstimulasi nafsu makan
a. Berikan makanan yang sudah dikenal yang memang disukai
klien yang disesuaikan dengan kondisi klien
b. Pilih porsi sedikit sehingga tidak menurunkan nafsu makan
klien yang anoreksik
c. Hindari terapi yang tidak menyenangkan atau tidak nyaman
sesaat sebelum atau setelah makan
d. Berikan lingkungan rapi dan bersih yang bebas dari
penglihatan dan bau yang tidak enak. Balutan kotor, pispot
yang telah dipakai, set irigasi yang tidak tertutup atau bahkan
piring yang sudah dipakai dapat memberikan pengaruh
negative pada nafsu makan
e. Redakan gejala penyakit yang menekan nafsu makan sebelum
waktu makan; istirahat bila mengalami keletihan
f. Kurangi stress psikologi
g. Berikan oral hygiene sebelum makan
2. Membantu klien makan
3. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk memberikan diet sesuai dengan
kondisi.
H. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan Medis
a. Nutrisi enteral
Metode pemberian makanan alternatif untuk memastikan kecukupan
nutrisi meliputi metode enteral (melalui sitem pencernaan). Nutrisi
enteral juga disebut nutrisi enteral total (TEN) diberikan apabila klien
tidak mampun menelan makanan atau mengalami gangguan pada
saluran pencernaan atas dan transport makanan ke usus halus
terganggu. Pemberian makanan lewat enteral diberikan melalui slang
nasogastrik dan slang pemberian makan berukuran kecil atau melaui
slang gastrotomi yeyunostomi.
b. Nutrisi parenteral nutrisi parenteral (PN) juga disebut sebagai nutrisi
total (TPN) atau hiperalimentasi intravena (IVH), diberikan jika
saluran gastrointestinal tidak berfungsi karena terdapat ggangguan
dalam kontinuitas fungsinya atau karena kemampuan penyerapannya
terganggu. Nutrisi parenteral diberikan secara intravena seperti melalui
kateter vena sentral ke vena kava superior.
Makanan parenteral adalah larutan dekstrosa, air, lemak, protein,
elektrolit, vitamin dan unsur renik, semuanya ini memberikan semua
kalori yang dibutuhkan karena larutan TPN bersifat hipertonik larutan
hanya dimasukkan ke vena sentral yang beraliran tinggi, tempat larutan
dilarutkan oleh darah klien (Kozier, 2011, hlm. 784-801).
2. Penatalaksanaan keperawatan
a. Menstimulasi nafsu makan
1) Berikan makanan yang sudah dikenal yang memang disukai klien
yang disesuaikan dengan kondisi klien
2) Pilih porsi sedikit sehingga tidak menurunkan nafsu makan klien
yang anoreksi
3) Hindari terapi yang tidak menyenangkan atau tidak nyaman sesaat
sebelum atau setelah makan
4) Berikan lingkunan rapi dan bersih yang bebas dari penglihatan dan
bau yang tidak enak. Balutan kotor, pispot yang telah dipakai, set
irigasi yang tidak tertutup atau bahkan piring yang sudah dipakai
dapat memberikan pengaruh negatif pada nafsu makan
5) Redakan gejala penyakit yang menekan nafsu makan sebelum
waktu makan, istirahat bila mengalami keletihan.
6) Kurangi stress psikologi
7) Berikan oral hygiene sebelum makan
b. Membantu klien makanKolaborasi dengan ahli gizi untuk memberikan
diet sesuai dengan kondisi (kozier, 2011, hlm. 782-783
I. KOMPLIKASI
1. Malnutrisi
Kekurangan zat makanan (nutrisi) ataupun kelebihan (nutrisi)
2. Obesitas
Obesitas merupakan masalah peningkatan berat badan yang mencapai
lebih dari 20% berat badan normal. Status nutrisinya adalah melebihi
kebutuhan metabolism karena kelebihan asupan kalori dan penurunan
dalam pengguanaan kalori.
3. Hipertensi
Hipertensi merupakan gangguan nutrisi yang juga disebabkan oleh
berbagai masalah pemenuhan kebutuhan nutrisi seperti penyebab dari
adanya obesitas, serta asupan kalsium, natrium, dan gaya hidup yang
berlebihan.
4. Penyakit jantung koroner
Merupakan gangguan nutrisi yangs sering disebabkan oleh adanya
peningkatan kolesterol darah dan merokok. Saat ini, gangguan ini
sering dialami karena adanya perilaku atau gaya hidup yang tidak
sehat, obesitas, dan lain-lain.
5. Kanker
Kanker merupakan gangguan kebutuhan nutrisi yang disebabkan oleh
pengonsumsian lemak secara berlebihan.
6. Anoreksia nervosa
Merupakan penurunan berat badan secara mendadak dan
berkepanjangan, ditandai dengan adanya konstipasi, pembengkakan
badan, nyeri abdomen, kedinginan, letargi, dan kelebihan energi.
B. Asuhan Keperawatan Teoritis
1.Pengkajian Teoritis
a. Identitas klien
a. Riwayat Kesehatan
- Sekarang
b. Aktivitas / istirahat
- Gejala : kelemahan, letih, nafas pendek, gaya hidup monoton.
- Tanda : frekuensi jantung meningkat, perubahan irama jantung,
takipnea
c. Sirkulasi
1) Gejala :
b) Episode palpitasi
2) Tanda :
e. Integritas ego
f. Eliminasi
Pada pola ini yang perlu ditanyakan adalah jumlah kebiasaan defekasi
perhari, ada tidaknya disuria, nocturia, urgensi, hematuria, retensi,
inkontinensia, apakah kateter indwelling atau kateter eksternal, dan lain-
lain. Pada pasien dengan gastritis didapatkan mengalami susah BAB,
distensi abdomen, diare, dan melena. Konstipasi juga dapat terjadi
(perubahan diet, dan penggunaan antasida).
g. Makanan / cairan
1) Gejala :
2) Tanda :
c) Glikosuria
d) Neurosensori
3) Gejala :
4) Tanda :
h. Nyeri / ketidaknyamanan
i. Pernapasan
1) Gejala :
2) Tanda :
c) Sianosis
j. Keamanan
k. Pembelajaran / penyuluhan
Gejala :
1) Factor risiko keluarga: hipertensi, penyakit jantung, diabetes
mellitus.
l. Rencana pemulangan
5) 1. Identifikasi usia
3. Kemampuan makan dan budaya dalam
membantu
(5)
kebersihan diri
4. Kemampuan ke toilet 2. Identifikasi jenis
(BAB/BAK) ( 5 ) bantuan yang
dibutuhkan
5. Verbalisasi keinginan
3. Monitor
melakukan perawatan kebersihan tubuh
diri( 5 ) (mis: rambut,
mulut, kulit, kuku)
6. Minat melakukan
4. Monitor integritas
perawatan diri( 5 ) kulit
7. Mempertahankan Terapeutik
1. Sediakan peralatan
kebersihan diri ( 5 )
mandi (mis: sabun,
8. Mempertahankan sikat gigi,
kebersihan mulut ( 5 ) shampoo,
pelembab kulit)
2. Sediakan
lingkungan yang
aman dan nyaman
3. Fasilitasi
menggosok gigi,
sesuai kebutuhan
4. Fasilitasi mandi,
sesuai kebutuhan
5. Pertahankan
kebiasaan
kebersihan diri
6. Berikan bantuan
sesuai tingkat
kemandirian
Edukasi
1. Jelaskan manfaat
mandi dan dampak
tidak mandi
terhadap
Kesehatan
2. Ajarkan kepada
keluarga cara
memandikan
pasien, jika perlu