Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN

KEBUTUHAN DASAR NUTRISI

Disusun Dalam Rangka Memenuhi Tugas

Stase Keperawatan Dasar

Disusunleh :

SITI FATIMAH

A1C121030

CI INSTITUSI CI LAHAN

(…………………………..) (…………………………..)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS

FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN

UNIVERSITAS MEGAREZKY

2021
KEBUTUHAN DASAR NUTRISI

A. KONSEP NUTRISI
1. Defenisi Nutrisi
Nutrisi berasal dari kata Nutrients artinya bahan gizi. Nutrisi
adalah proses tersedia energi dan bahan kimia dari makanan yang
penting untuk pembentukkan, pemeliharaan dan penggantan sel tubuh.
Nutrient adalah zat oganik dan anorganik dalam makanan yang di
perlukan tubuh agar dapat berfungsi untuk pertumbuhan dan
perkembangan, aktivitas, mencegah defisiensi, memelihara kesehatan
dan mencegah penyakit, memelihara fungsi tubuh, kesehatan jaringan,
dan suhu tubuh, meningkatkan kesembuhan dan membentuk
kekebalan. Energi yang di bentuk dalam makanan diukur dalam
bentuk kalori (cal) atau kilokalori (kcal) (Rahayu, 2016).
Konsep nutrisi adalah untuk mengetahui kebutuhan makan yang
di perlukan oleh tubuh untuk mempertahankan kesehatan yang baik.
pada hakikatnya, semua komponen dalam makanan yang di perlukan
untuk mempertahankan kehidupan dapat di pertahankan dengan
makanan yang di tentukan secara kimiawi (Saragih, 2017). Nutrisi
merupakan proses pemasukkan dan pengolahan zat makanan oleh
tubuh yang bertujuan menghasilkan energi digunakan dalam aktivitas
tubuh (Aziz, 2006 dalam Saragih, 2017).
Nutrisi adalah suatu proses pemasukkan dan pengolahan zat
makanan oleh tubuh yang bertujuan menghasilkan energi dan
digunakan dalam aktifitas tubuh. Zat makanan itu sendiri terdiri atas
zat-zat gizi dan zat lain yang dapat menghasilkan energi dan tenaga.
Nutrisi juga berhubungan dengan kesehatan dan penyakit, termasuk
keseluruhan proses dalam tubuh manusia untuk menerima makanan
dan atau bahan-bahan penting dari lingkungan hidupnya dan
menggunakan bahan-bahan tersebut untuk aktivitas penting dalam
tubuhnya serta mengeluarkan sisanya. Nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh adalah keadaan dimana individu yang mengalami kekurangan
asupan nutrisi untuk memenuhi kebutuhan metabolik (Wilkinson
Judith M, 2007 dalam Bektiani, 2018).

2. Fungsi Sistem Pencernaan


Pada sistim pencernaan membentuk makanan yang diubah ke
zat dimana sel tubuh dapat mengabsorbsi dan menggunakannya.
a. Mencerna
Proses memecah makanan oleh tubuh untuk pertumbuhan,
perkembangan, penyembuhan, dan pecegahan penyakit. Mencerna
meliputi proses mekanik dan kimiawi untuk mengubah makanan
dalam bentuk yang bisa di cerna.
Proses mekanik yang terjadi seperti mengunyah, menelan,
mencamur dan menggerakkan makanan ke lambung dan
duodenum. Proses kimia, mengubah komposisi makanan yang
masuk. Karbohidrat, lemak dan protein harus di pecah secara
kimiawi untuk diabsorbsi. Pencernaan lemak dilakukan oleh emulsi
lemak yang di fasilitasi oleh empedu. Emulsi memecah lemak
menjadi lemak yang lebih kecil dan di urai menjadi solution.
Pencernaan protein meliputi hidrolisis protein menjadi asam amino
oleh enzim protease (pepsin dari cairan gaster, tripsin, dan protease
lain dari cairan pankreas dan peptidase dari cairan usus halus).
b. Absorbsi
Proses mencerna protein, lemak, karbohidrat, vitamin,
mineral, dan air yang secara aktif dan pasif di bawa melalui
mukosa usus halus ke darah atau sirkulasi limfatik.
c. Metabolisme
Proses kimia kompleks yang terjadi di sel yang di gunakan
untuk energi, untuk pertumbuhan dan perbaikan sel. Katabolisme
adalah proses memecah zat kompleks menjadi zat simpel ( memcah
jatingan), dan anabolisme adalah proses mengubah zat sederhana
menjadi sesuatu yang lebih kompleks (misalnya perbaikan
jaringan).
d. Ekskresi
Organ eksresi (gunjal, kelenjar keringat, kulit, paru dan
usus) mengeluarkan produk pembuangan dari tubuh. Air, toksin,
garam, dan nitrogen dieksresikan melalui ginjal, kulit, dan kelenjar
keringat. Karbondioksida dan air dieksresikan melalui paru.
Pembuangan pencernaan dieksresikan melalui usus dan rektum
(Rahayu, 2016).
3. Proses Pencernaan Makanan
Proses makanan dilakukan oleh sistim pencernaan. Proses ini
meliputi pencernaan secara mekanik yang di lakukan oleh otot
pengunyah, gigi, lidah, gerakan peristaltik saluran cerna yang
membantu memcah makanan yang kita makan menjadi partikel yang
lebih kecil, selain itu juga di bantu dengan pencernaan kimiawi yang di
lakukan oleh enzim-enzim pencernaan yang memecah karbohidrat
dalam makanan menjadi bentuk karbohidrat yang paling sederhana
yaitu monosakarida, memecah protein menjadi asam amino dan
memecah lemak menjadi asam lemak dan gliserol.
Setelah makanan di cerna menjadi bentuk yang paling
sederhana, maka partikel zat gizi yang terbentuk mengalami
penyerapan atau absorpsi. Absorbsi zat gizi dimulai di lambung,
sampai usus. Absorbsi zat gizi dapat melalui cara sebagai berikut:
a. Pasif, yaitu zat gizi berpindah dari saluran cerna kepembuluh
darah karena adanya perbedaan tekanan atau konsentrasi
b. Aktif, yaitu zat gizi di serap dengan menggunakan energi
c. Fasilitatif, seperti menggunakan protein
d. Fagositosis/pinositosis, membran sel epitel memfagosite partikel
zat gizi. Kemudian zat ini di distribusikan keseluruh tubuh dan di
manafaatkan oleh tubuh.
Jadi, masalah gizi dapat di sebabkan oleh faktor primer dan
faktor sekunder yang ada, baik secara tunggal ataupun keduanya yang
menyebankan deplesi jaringan. Adanya deplesi zat gizi yang terus
menerus dapat diketahui melalui indikator terjadinya perubahan
biokimia. Cara mengetahui perubahan biokimia ini, misalnya dengan
pemeriksaan laboratorium (hb, serum, albumin, serum ferratinin). Bila
keadaan deplesi zat gizi terus berlangsung akan menyebabkan
perubahan fungsional, dan terakhir akan terjadi perubahan anotomis
(Mardalena, 2016).
4. Komponen-Komponen Nutrisi atau Zat Gizi
Komponen nutrisi terdiri atas karbohidrat, protein, lemak,
vitamin, mineral, dan air.
a. Karbohidrat
Sumber energi utama dalam tubuh. Karbohirat akan terurai dalam
bentuk glukosa yang kemudian akan di manfaatkan oleh tubuh dan
jika kelebihan glukosa maka akan di simpan di hati dan jaringan
otot dalam bentuk glikogen (Tarwoto dan Wartonah, 2010 dalam
Saragih, 2017). Karbohidrat mempunyai beberapa fungsi seperti
sebagai sumber energi yang murah, sumber energi utama bagi otak
dan saraf, cadangan untuk tenaga tubuh, pengaturan metabolisme
lemak, efisiensi penggunaan protein, dan memberikan rasa
kenyang.
b. Protein
Unsur zat gizi yang sangar berperan dalam penyusunan senyawa-
senyawa penting seperti enzim, hormon, dan antibodi. Protein
memiliki fungsi yaitu, dalam bentuk albumin berperan dalam
keseimbangan cairan yaitu dengan meningkatkan tekanan osmotik
koloid serta keseimbangan asam basa. Protein berfungsi sebagai
proses pertumbuhan dan pemeliharaan jaringan tubuh, pengaturan
dan metabolisme dalam bentuk enzim dan hormon, sumber energi
disamping karbohidrat dan lemak, serta dalam bentuk kromosom,
protein berperan sebagai tempat menyimpan dan meneruskan sifat-
sifat keturunan.
c. Lemak
Sumber energi yang menghasilkan jumlah kalori lebih besar
daripada karbohidrat dan protein. Fungsi dari lemak adalah, sebagai
sumber energi, memberikan kalori dimana dalam 1 gram lemak
pada peristiwa oksidasi akan menghasilkan kalori sebanyak 9 kkal,
melautkan vitamin sehingga dapat diserap oleh usus, untuk
aktivitas enzim sepert fosfolipid, sera sebagai penyusun hormon
seperti biosinteis hormon steroid.
d. Vitamin
Komponen organik yang di butuhkan tubuh dalam jumlah kecil dan
tidak dapat diproduksi dalam tubuh. Vitamin sangat berperan
dalam proses metabolisme karena fungsinya sebagai katalisator.
Sumber serta fungsi dari vitamin adalah:
1) Vitamin B1, mencegah terjadinya penyakit beri-beri, neuropati
perifer, gangguan kondukai sistem saraf. Terdapt pada biji-
bijian dan tumbuhan.
2) Vitamin B2, memperbaiki kulit, mata, serta mencegah
terjadinya hiperbilirubinemia pada bayi baru lahir yang
mendapatkan fototerapi. Terdapat pada ragi, hai, ginjal, susu,
keju, kacang almond, dan yoghurt.
3) Vitamin B3, menetralizir zat racun, berperan dalam sintesis
lemak, memperbaiki kulit dan saraf. Terdapat pada jenis
makanan hewai dan nabati seperti sereal, beras kacang-
kacangan.
4) Vitamin B5, sebagai katalisator reaksi kimia dalam
pembentukkan koenzm A yang berperan dalam pembentukan
ATP. Terdapat pada jenis makanan tumbuhan dan hewani.
5) Vitamin B6, kekurangan vitamin ini dapat menyebabkan
dermatitis, bibir pecah-pecah, sariawan, anemia, dan kejang.
Terdapat pada ikan, daging, kepiting telur dan tempe..
6) Vitamin C, membantu pembentukkan tulang, otot dan kulit,
membantu penyembuhan luka, meningkatkan daya tahan tubuh,
membantu penyerapan zat besi, serta melindungi tubuh dari
radikal bebas. Terdapat pada buah dan sayuran.
7) Asam folat, membantu dalam metabolisme, pematangan sel
darah merah, mencegah terjadinya penyakit jantung bawaan.
Terdapat pada hati, daging, sayuran hijau, kacang-kacangan.
8) Vitamin D, meningkatkan penyerapan kalsium, posfor, untuk
kegiatan tulang, dan gigi, pengaturan produksi hormon,
pengaturan kadar kalsium darah.
9) Vitamin A, membangun sel-sel kulit, melindungi retina dari
kerusakkan. Terdapat pada ikan, daging, telur, hati, susu,
wortel, labu dan bayam.
10) Vitamin E, sebagai antioksidan dengan cara memutuskan
berbagai reaksi rantai radikal bebas. Terdapat pada minyak
ikan, alpukat, kacang-kacangan, daging, susu, telur, sayuran.
11) Vitamin K, membantu dalam proses pembekuan darah dan jika
terjadi kekurangan dapat menyebabkan penyakit perdarahan.
Terdapat pada sayuran dan hewan.
e. Mineral
Ion anorganik esensial untuk tubuh karena peranannya sebagai
katalis dala reaksi biokimia. Fungsinya adalah, penentuan
konsentrasi osmotik cairan tubuh, serta mempertahankan
transmembran potensial, pembentukkan transmitter, pembentukkan
hormon, pembekuan darah, transfor gas, dan sistem penyangga,
serta sebagai kofaktor esensial berbagai reaksi enzimatik.
f. Air
Media transpor nutrisi dan sangat penting dalam kehidupan sel-sel
tubuh. Absorbsi air terjadi pada usu halus dan usus besar (kolon)
dan terjadi melalui proses difusi (Saragih, 2017).
5. Keseimbangan Energi
Energi yang masuk total pengeluaran energi (kebutuhan energi)
sehingga keseimbangan energi sama dengan energi yang masuk
dikurangi pengeluaran energi (Tarwoto dan Wartona, 2010 dalam
Saragih, 2017). Intake energi merupakan energi yang dihasilkan
selama oksidasi makanan. Output energi adalah energi yang
digunakan oleh tubuh untuk mendukung jaringan dan fungsi-fungsi
organ tubuh. Pada output energi ada dua bagian, yaitu output energi
saat istrajat dan output energi saat aktivitas. Output energi saat istrahat
energi dibutuhkan untuk proses-proses tubuh seperti aktivitas enzim,
peregerakkan jantung, penafasan, dan lain-lain, sedangkan output saat
aktifitas, energi yang dikeluarkan tergantung dari jenis aktivitas yang
di lakukannya misalnya untuk aktifitas duduk 40 kkal/jam, berdiri 60
kkal/jam. Kebutuhan energi seseorang di tentukkan oleh basal
metabolisme rate (BMR) (Saragih, 2017).
Pola diit untuk memelihara keseimbangan antara intake kalori
dan energi. Basal metabolisme adalah sejumlah energi yang di
butuhkan untuk aktivitas saat istirahat (bernapas, sirkulasi darah,
memelihara suhu tubuh). Laki-laki mempunyai basal metabolism rate
(BMR) lebih tinggi daripada wanita. Pertumbuhan, infeksi, demam,
stres dan suhu lingkungan ekstrem dapat meningkatkan BMR.
Penurunan BMR dapat di sebabkan oleh usia, puasa lama, dan tidur.
Jika intake kalori lebih besar dari pada energi, terjadi peningkatan
berat badan, karena energi disimpan menjadi lemak. Jika intake kalori
kurang dari pengeluaran energi, terjadi kehilangan berat badan, karena
simpanan energi tubuh sedikit (Rahayu, 2016).
6. Kebutuhan Nutrisi Sesuai Tingkat Perkembangan Usia
a. Bayi (umur 0-12 Bulan)
Bayi sebelum usia 6 bulan, nutrisi yang pokok adalah air susu ibu
(ASI ekslusif). Kalori yang dibutuhkan sekitar 110-120
kalori/kg/hari. Kebutuhan cairan sekitar 140-160 ml/kg/hari.
Keuntungan pemberian ASI adalah, ASI merupakan nutrisi yang
komplit, mengandung lactobacilus bifidus, berguna untuk
menghambat pertumbuhan mikroorganisme berbahaya dalam
intestinal, protein (laktalbumin) lebih mudah di cerna bayi. Protein
ASI tidak dapat menyebabkan alergi, sebagai laktose dalam ASI
lebih banyak dan dapat meningkatkan absorbsi kalsium dan
mineral lain. Mineral dalam ASI (calciusm: pospor = 2:1) baik
untuk bayi: zat besi ASI lebih mudah diabsorbsi, serta lipose ASI
membantu bayi yang immatur dalam pencernaan lemak.
b. Masa toodler (umur 1-3 tahun) dan pra sekolah (umur 3-5 tahun).
Masa untuk mendidik pola, cara dan jenis makan yang benar.
Kebiasaan yang sebaiknya di ajarkan pada usia ini antara lain
adalah penyediaan makanan dalam berbagai variasi, membatasi
makanan manis, konsumsi diet seimbang, penyajian waktu makan
yang teratur. Kebutuhan kalori pada masing-masing usia 1 tahun
(100 kcal/hari) dan 3 tahun (300-500 kcal/hari).
c. Anak sekolah (umur 6-12 tahun)
- Usia 5-6 tahun, kalori 1400 cal, protein 40 gr, cal. 0,50 gr, Fe 6
mg, vit.A 2500 u, vit.B1 0,6 mg, dan Vit.C 25 mg.
- Usia 7-9 tahun kalori 1600 cal, protein 50 gr, cal. 0,75 gr, Fe 7
mg, vit.A 2500 u, vit.B1 0,6 mg, dan Vit.C 25 mg.
- Usia 10-12 tahun kalori 1900 cal, protein 60 gr, cal. 0,75 gr, Fe
8 mg, vit.A 2500 u, vit.B1 0,7 mg, dan Vit.C 25 mg.
d. Masa adolecents atau remaja (umur 13-21 tahun)
Lemak tubuh meningkat, mengakibatkan obesitas sehingga
menimbulkan stres terhadap body image yang dapat
mengakibatkan masalah kesehatan, seperti anoreksia, nervosa dan
bulimia.
e. Masa dewasa muda (umur 23-30 tahun)
Kebutuhan nutrisi pada dewasa muda digunakan untuk proses
pemeliharaan dan perbaikan tubuh, dan untuk mempertahankan
keadaan gizi lebih baik
f. Masa dewasa (umur 31-45 tahun)
Masa dewasa merupakan masa produktif khususnya terkait dengan
aktifitas fisik. Kebutuhan nutrisi pada dewasa ini di bedakan antara
tigkat pekerjaan ringan, sedang, dan berat.
g. Dewasa tua (umur 46 tahun keatas)
Pada usia lanjut BMR berkurang 10-30%. Umumnya aktifitas
berkurang, maka akan banyak organ tubuh mengalami degeneratif,
organ pencernaan sudah mengalami kemunduran.
h. Wanita masa kehamilan dan menyusui
Untuk menghasilkan satu liter ASI, ibu harus menyediakan kalori
sebanyak 350 kal, sedangkan ASI sendiri mengandung 750 kal, 12
gr protein, 45 gr lemak, laktosa, vitamin, dan lainnya. Kebutuhan
kalori bertambah kira-kira 40 kcal/kgBB (300 kcal/hari)
(Rahayu,2016).
7. Status Nutrisi
Karakteristik status nutrisi menurut (Tarwoto dan Wartonah,
2010 dalam Saragih, 2017) ditentukan melalui adanya indeks massa
tubuh (body mass index-BMI) dan berat tubuh ideal (BMI).
a. Body mass index (BMI)
Merupakan ukuran dari berat badan dengan seseorang dengan
tinggi badan yaitu BB (kg) di bagi TB (m).
b. Ideal Body Weight
Merupakan perhitungan berat badan optimal dalam fungsi tubuh
yang sehat. Berat badan ideal adalah (TB dalam cm-100)+10%.
8. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Status Nutrisi
Fatktor-faktor yang mempengaruhi nutrisi adalah:
a. Pengetahuan, pengetahuan yang kurang tentang manfaat makanan
yanng bergizi dapat mempengaruhi pola konsumsi makan
b. Prasangka, prasangka buruk terhadap jenis makanan bergizi tinggi
dapat mempengaruhi status gizi seseorang
c. Kebiasaan, adanya kebiasaan yang merugikan atau pantangan
terhadap makanan tertentu yang dapat juga mempengaruhi status
gizi
d. Kesukaan, kesukaan yang berlebihan terhadap suatu jenis makanan
dapat mengakibatkan kurang variasi makan, sehingga tubuh tidak
memproleh zat-zat yang dibutuhkan scara cukup
e. Ekonomi, dapat mempengaruhi status gizi karena penyediaan
makanan bergizi membutuhkan perdanaan yang tidak sedikit
(Saragih, 2017).

B. KONSEP KEPERAWATAN
1. Anamnesis
a. Pengkajian
- Idntitas klien, nama, usia, jenis kelamin, agama, alamat,
diagnosa medis, tannggal masuk rumah sakit, dan nomor
registrasi
- Keluhan utama, keluhan yang biasa menjadi masalah utama
dalam sebuah kasus
- Riwayat penyakit terdiri dari, riwayat penykit sekarang,
riwayat penyakit keluarga, riwayat kesehatan lalu, riwayat
psikososial.

b. Pemeriksaan Fisik Secara Umum


- Keadaan umum, keadaan klien yang dapat di lihat secara
sekilas
- Pemeriksaan yang spesifik terhadap keluhan yang dirasakan
klien
- Pengukuran antropometri
1) Berat badan ideal (TB-100)+10%
2) Lingkar pergelangan tangan
3) Lingkar lengan atas, nilai normal pada wanita (28,5 cm)
dan pada pria (28,3 cm)
4) Lipatan kulit, nilai normal pada wanita ( 16,5-18 cm) dan
pada pria (12,5-16,5 cm).
c. Pemeriksaan laboratorium
- Albumin (N: 4-5,5 mg/100 ml)
- Transferin (N: 170-25 mg/100 ml)
- Hb (N: 12 mg%)
- BUN (N: 10-20 mg/ml)
- Eksresi kreatinin untuk 24 jam (N: laki laki 0,6-1,3 mg/100 ml,
wanita: 0,5-1,0 mg/100 ml) (Saragih, 2017).
2. Diagnosa keperawatan
Diagnosis keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenai
respons klien terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang
dialaminya baik yang berlangsung aktual atau potensial.
Masalah keperawatan yang muncul berdasarkan kategori kebutuhan
nutrisi adalah:
1. Berat badan lebih
2. Defisit nutrisi
3. Disfungsi motalitas gastrointestinal
4. Kesiapan peningkatan nutrisi
5. Ketidak stabilan kadar glukosa darah
6. Obesitas
7. Risiko berat badan lebih
8. Risiko defisit nutrisi
9. Risiko disfunsi motilitas gastrointestinal
3. Intervensi Keperawatan

No. Diagnosis Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi


Keperawatan
1. Defisit Nutrisi Luaran Utama: Manajemen Nutrisi (I.03119)
(D.0019) Status nutrisi Observasi
Luaran Tambahan - Identifikasi status nutrisi
- Berat badan - Monitor berat badan
- Eliminasi fekal Terapeutik
- Fungsi gastrointestinal - Fasilitasi menentukan
- Nafsu makan pedoman diet (mis. Piramida
- Perilaku meningkatkan makanan)
berat badan Edukasi
- Status menelan - Anjurkan posisi duduk jika
- Status menelan mampu
- Tingkat depresi - Ajarkan diet yang di
- Tingkat nyeri programkan
Kolaborasi
Kriteria Hasil: - Kolaborasi dengan ahli gizi
Setelah dilakukan tindakan untuk menentukan jumlah
keperawatan selama 2x24 kalori dan jenis nutrien yang
jam diharapkan : di butuhkan
- Porsi makanan yang di - Kolaborasi pemberian
habiskan meningkat medikasi sebelum makan
- Berat badan indeks
massa tubuh (IMT)
membaik
- Frrekuensi makan
membaik
- Nafsu makan membaik
4. Implementasi
Implementasi keperawatan merupakan serangkaian kegiatan yang
dilakukan perawat untuk membantu klien dari masalah kesehatan yang
dihadapi ke status kesehatan yang lebih baik yang menggambarkan
kriteria hasil yang diharapkan. Ukuran intervensi keperawatan yang
diberikan yaitu berupa dukungan, pengobatan, tindakan untuk
memperbaiki kondisi, pendidikan kesehatan atau tindakan yang
mencegah munculnya masalah kesehatan dikemudian hari.

5. Evaluasi
Evaluasi dalam keperawatan merupakan kegiatan dalam menilai
tindakan keperawatan yang ditentukan, untuk mengetahui pemenuhan
kebutuhan klien secara optimal dan mengukur hasil proses
keperawatan
S (Subjektif) : Data subjektif, keluhan yang masih dirasakan klien
setelah dilakukan tindakan keperawatan
O (Objektif) : Data objektif, hasil pengukuran atau observasi perawat
secara langsung pada klien setelah dilakukan tindakan
keperawatan
A (Analisis) : suatu masalah atau diagnosis keperawatan yang masih
terjadi atau juga dpat dituliskan masalah diagnostic
baru yang terjadi akibat perubahan status kesehatan
klien
P (Planning) : Perencanaan keperawatan yang akan dilanjutkan,
dihentikan, dimodifikasi atau perencanaan yang
ditambahkan dari rencana tindakan keperawatan yang
telah ditentukan sebelumnya
DAFTAR PUSTAKA

Bektiani, S. E. (2018). Manajemen pemenuhan kebutuhan nutrisi bagi keluarga


dengan klien hipertensi melalui penerapan pendidikan kesehatan diit dash di
puskesmas sewon II. Jur.Keperawatan, Politeknik Kemenkes Yogyakarta, 1–
179.

Mardalena, I., & Suyani, E. (2016). Keperawatan Ilmu Gizi. Kementerian


Kesehatan Republik Indonesia, 182.

PPNI, T. P. S. D. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Definisi dan


Indikator Diagnostik. Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat Persatuan
Perawat Nasional Indonesia.
PPNI, T. P. S. D. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Definisi dan
Tindakan Keperawatan. Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat Persatuan
Perawat Nasional Indonesia.
PPNI, T. P. S. D. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia Definisi dan
Keperawatan Indonesia. Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat Persatuan
Perawat Nasional Indonesia.

Rahayu, Sunarsih & Addi Mardi Harnanto. (2016). Kebutuhan Dasar Manusia II.
Kementrian Kesehatan Republik Undonesia.

Saragih, Hotma L.,O. (2017). Asuhan Keperawatan pada Ny.M dengan Prioritas
Masalah Kebutuhan Dasar Nutrisi di Kelurahan Sari Rejo Kecamatan Medan
Polonia. Fakultas Keperawatan, Universitas Sumatera Utara. Medan.

Anda mungkin juga menyukai