Disusun dan diajukan untuk Memenuhi Mata Kuliah Metodik Khusus Kebidanan
DISUSUN OLEH :
1
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis masih diberi kesempatan untuk menyelesaikan makalah
“Laporan Preseptorship Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas “Senam Nifas”. Sholawat serta
salam penulis sampaikan kepada junjungan nabi Muhammad SAW, yang telah
memberikan petunjuk ilmu sebagai perantara agar manusia bisa hidup bahagia di dunia
dan di akhirat
Dengan segala kerendahan hati penulis menyadari bahwa makalah ini belum
sempurna dan masih banyak sekali kekurangan, mengingat kurangnya kemampuan
penulis. Oleh karena itu dengan tangan terbuka penulis menerima kritik dan saran yang
bersifat membangun agar penulis lebih baik lagi dalam pembuatan makalah berikutnya.
Penulis
2
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 latar Belakang. ............................................................................................... 4
1.2 Tujuan ........................................................................................................... 5
BAB II Tinjauan teori
2.1 Preceptorship ................................................................................................. 7
2.2 Coaching ...................................................................................................... 13
2.3 Senam Nifas ................................................................................................ 16
BAB IV PEMBAHASAN
4.1 Pembahasan preceptor ................................................................................. 36
4.2 Pembahasan Coaching ................................................................................. 36
BAB V PENUTUP
5.1 KESIMPULAN. .......................................................................................... 38
5.2 SARAN. ...................................................................................................... 38
3
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Mampu melaksanakan praktik pembelajaran klinik.
5
b. Sebagai coaching mampu melaksanakan praktek klinik dengan membantu
seseorang menemukan apa yang diinginkan dari posisi dimana dia sekarang,
dengan menggali sumber daya apa saja yang dibutuhkan.
6
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Preceptorship
2.1.1 Definisi
7
Definisi lain dari preceptor adalah perawat yang sudah terdaftar yang
memberikan supervisi melalui hubungan perseorangan dengan mahasiswa perawat
selama dalam tatanan klinik (Barker, 2010)
b. Bagi institusi
5) Meningkatkan produktivitas.
9
4) Meningkatkan jumlah perawat yang mempunyai nilai kepemimpinan dan
pengajaran yang baik.
b. Pegawai
c. Preceptor
d. Profesi
Merangkul tanggung jawab profesi yang meliputi :
1) Menyediakan standar yang tinggi dari praktik dan pemberian pelayanan di
semua sektor.
2) Membuat perawatan prioritas, memperlakukan pengguna jasa sebagai individu
dan menghormati martabat mereka.
3) Bekerja dengan praktisi medis lain untuk melindungi dan mempromosikan
kesejahteraan dan kesehatan mereka, keluarga mereka, dan masyarakat yang
lebih luas.
4) Bersikap terbuka dan jujur, bertindak dengan integritas dan menegakan reputasi
dari profesi.
5) Meningkatkan gambaran dari profesi pemberi layanan kesehatan
12
2.2 Coaching
2.2.1 Definisi
Coaching berasal dari kata dasar “coach”. Istilah ini berasal dari nama sebuah
desa kecil di Hungaria, yakni “Kocs” yang berarti gerobak atau kereta kuda. Kocs ini
merupakan metafora dari proses coaching, yaitu membawa seseorang dari satu
kondisi sekarang (present state) ke kondisi yang diinginkan (desired state). Menurut
Erik de Haan, “coaching” berasal dari sebuah sarana transportasi berupa kendaraan
kayu/besi yang ditarik oleh kuda di abad ke 15, maka sejak saat itu diaplikasikan ke
dunia pendidikan dan pelatihan. Sarana transportasi itu adalah simbol yang dipakai
untuk menjelaskan seorang coach yang membawa orang-orang ke “tempat” yang
mereka inginkan. Tempat yang dimaksud bisa berarti berbagai hal, misalnya cita-
cita, visi, target, potensi, kekuatan, solusi. Pada awalnya, istilah “coaching”
diperkenalkan tahun 1830 yang menunjuk kepada seorang pelatih (trainer) atau
instruktur. Penggunaan istilah “coach” juga berkaitan dengan olah-raga yang dipakai
tahun 1831. Kata coach berarti melatih secara intensif dengan pemberian instruksi
dan demonstrasi.
Coaching merupakan salah satu teknik untuk menciptakan tim kelas bintang.
Teknik coaching adalah suatu proses pengarahan untuk menghadapi realitas
lingkungan pekerjaan dan membantu menghilangkan kendala-kendala untuk
mencapai kinerja yang optimal. Memimpin tim kecil seringkali membuat kita perlu
untuk bisa menjadi seorang coach bagi orang yang kita pimpin.
Dewasa ini pengertian “coaching” telah berkembang dalam berbagai bidang
profesi. Berikut ini beberapa pengertian coaching (Atmonadi, 2016), antara lain:
13
2.2.2 Prinsip Coaching
15
2. Executive Coaching
Dalam executive coaching, yang menjadi coachee adalah jajaran executive atau
line manager. Fokusnya pada grooming, yaitu bagaimana agar para manajer bisa
menunjukan prestasi yang excellence.
3. Performance Coaching
Disebut juga dengan Manager Coach, dimana setiap manager adalah coach bagi
subordinatnya. Tujuannya agar setiap karyawan dapat mencapai targetnya dan
bagi karyawan yang sudah perform akan dichallenge untuk mencapai target
yang lebih tinggi.
4. Life Coaching
Dalam life coaching, yang dibahas adalah berbagai area dalam kehidupan (the
wheel of life). Biasanya dilakukan oleh seorang life coach yang profesional.
5. Sport Coaching
Merupakan coach di bidang olah raga yang sudah kita kenal selama ini, dimana
seorang coach akan membimbing olahragawan atau tim olah raga tertentu untuk
memenangkan suatu pertandingan atau kejuaraan.
16
2.3.2 Tujuan Senam Nifas
17
2.3.4 Kerugian Tidak Melakukan Senam Nifas
Senam ini dilakukan pada saat sang ibu benar-benar pulih dan tidak ada
komplikasi obstetrik atau penyulit masa nifas (misalnya hipertensi, pasca kejang,
demam). Senam nifas sebaiknya dilakukan dalam waktu 24 jam setelah
melahirkan, kemudian dilakukan secara teratur setiap hari. Dengan melakukan
senam nifas sesegera mungkin, hasil yang didapat diharapkan dapat optimal dengan
melakukan secara bertahap. Senam nifas sebaiknya dilakukan diantara waktu
makan. Melakukan senam nifas setelah makan membuat ibu merasa tidak nyaman
karena perut masih penuh. Sebaliknya jika dilakukan disaat lapar, ibu tidak akan
mempunyai tenaga dan lemas. Senam nifas bisa dilakukan pagi atau sore hari.
Gerakan senam nifas ini dilakukan dari gerakan yang paling sederhana hingga yang
tersulit. Sebaiknya lakukan secara bertahap dan terus menerus (Suherni,
s.dkk.2008)
1. Latihan pernafasan
Tubuh berbaring rileks dengan kedua tangan diletakkan diatas perut. Tarik
napas dalam lewat hidung dengan perut dikembungkan. Setelah itu keluarkan
18
napas dengan ditiupkan lewat mulut. Lakukan dengan aba-aba : tarik napas,
kembungkan perut, tiup, kempeskan. Ulangi gerakan tersebut 4-8 kali.
19
2. Latihan otot-otot perut
a. Berbaring dengan kedua kaki ditekuk, lalu angkat kepala , kontraksi otot
perut tarik kebawah. Kedua tangan lurus menyentuh lutut kaki.
b. Tubuh tetap berbaring dengan kedua kaki ditekuk. Angkat kepala dan
badan, satu tangan kanan meneyentuh lutut kiri dengan arah diagonal.
Lakukan gerakan 4-8kali. Setelah itu lakukan gerakan dengan tangan kiri.
20
2. Berbaring telentang, lengan dikeataskan diatas kepala, telapak terbuka keatas.
Kendurkan lengan kiri sedikit dan regangkan lengan kanan. Pada waktu yang
bersamaaan rilekskan kaki kiri dan regangkan kaki kanan sehingga ada
regangan penuh pada seluruh bagian kanan tubuh (Maritalia, D. 2014).
21
4. Memirigkan panggul. Berbaring, lutut ditekuk. Kontraksikan/kencangkan otot-
otot perut sampai tulang punggung mendatar dan kencangkan otot-otot bokong
tahan 3 detik kemudian rileks (Marmi, 2012).
6. Posisi yang sama seperti diatas. Tempatkan lengan lurus di bagian luar lutut kiri
(Maritalia, D. 2014).
7. Tidur telentang, kedua lengan di bawah kepala dan kedua kaki diluruskan.
angkat kedua kaki sehingga pinggul dan lutut mendekati badan semaksimal
mungkin. Lalu luruskan dan angkat kaki kiri dan kanan vertical dan perlahan-
lahan turunkan kembali ke lantaI.
22
8. Tidur telentang dengan kaki terangkat ke atas, dengan jalan meletakkan kursi di
ujung kasur, badan agak melengkung dengan letak pada dan kaki bawah lebih
atas. Lakukan gerakan pada jarijari kaki seperti mencakar dan meregangkan.
Lakukan ini selama setengah menit (Marmi, 2012).
9. Gerakan ujung kaki secara teratur seperti lingkaran dari luar ke dalam dan dari
dalam keluar. Lakukan gerakan ini selama setengah menit (Maritalia, D. 2014).
10. Lakukan gerakan telapak kaki kiri dan kanan ke atas dan ke bawah seperti
gerakan menggergaji. Lakukan selama setengah menit.
23
11. Tidur telentang kedua tangan bebas bergerak. Lakukan gerakan dimana lutut
mendekati badan, bergantian kaki kiri dan kaki kanan, sedangkan tangan
memegang ujung kaki, dan urutlah mulai dari ujung kaki sampai batas betis,
lutut dan paha. Lakukan gerakan ini 8 sampai 10 setiap hari.
12. Berbaring telentang, kaki terangkan ke atas, kedua tangan dibawah kepala.
Jepitlah bantal diantara kedua kakidan tekanlah sekuatkkuatnya. Pada waktu
bersamaan angkatlah pantat dari kasur Gambar 2.9 Gambar 2.10 Gambar 2.11
http://repository.unimus.ac.id dengan melengkungkan badan. Lakukan
sebanyak 4 sampai 6 kali selama setengah menit (Maritalia, D. 2014)
13. Tidur telentang, kaki terangkat ke atas, kedua lengan di samping badan. kaki
kanan disilangkan di atas kaki kiri dan tekan yang kuat. Pada saat yang sama
tegangkan kaki dan kendorkan lagi perlahanlahan dalam gerakan selama 4
detik.
Lakukanlah ini 4 sampai 6 kali selama setengah menit (Marmi, 2012).
24
Membahas kesenjangan yang ditemukan dalam kasus. Kasus dibandingkan dengan
daftar tilik apakah sudah sesuai. Kemudian dikritisi atau diberikan komentar sesuai
dengan landasan teori yang seharusnya.
Sebagai bidan pelaksana di ruang perawatan nifas, Sdr mengelola pasien dengan
tingkat ketergantungan yang bervariasi dari yang mandiri sampai tingkat ketergantungan
total. Sekelompok mahasiswa (4 orang) akan melakukan praktik magang (internship) di
poli kandungan dimana Sdr menjadi preseptornya. Lama magang di ruangan Sdr adalah
2 minggu (6 hari kerja sesuai shift). Kegiatan telah Sdr rancang mulai dari minggu
pertama sampai minggu terakhir meliputi: program orientasi 2 hr, pendelegasian
tindakan procedural 2 hari, pendelegasian kasus sederhana bersama-sama 2 hari,
pendelegasian kasus sederhana mandiri 2 hari, pendelegasian kasus agak komplek
secara bersama-sama 2 hari, pendelegasian kasus agak komplek mandiri 2 hari. Masa
perkenalan dengan ruangan dilakukan ketika orientasi dan masa pamitan dilakukan pada
hari terakhir jadwal dinas. Kegiatan harian dan mingguan telah Sdr rancang pula
termasuk ronde pasien yang dikelola, supervisi tindakan keperawatan yang dilakukan
preseptee, diskusi kasus, pembinaan rutin, presentasi kasus, penilaian kompetensi,
operan dinas, dan refleksi kegiatan harian.
PEMERAN
Preseptor akademik:…………………………………….
Preseptor klinik : ……………………………………
Preseptee : ……………………………………
……………………………………
……………………………………
……………………………………
3.2 ASPEK YANG PERLU DIPERTIMBANGKAN
1. Kontrak belajar yang telah disepakati oleh preseptor mendasari kegiatan yang
dirancang oleh preseptor.
2. Tingkat kemampuan preseptee berbeda dan sangat individualistik.
25
3. Pendelegasian harus diberikan ketika pembelajar (preseptee) sudah merasa siap
untuk menerima dan pindah dari satu pendelegasian ke pendelegasian lainnya.
4. Penilaian kompetensi dilakukan preceptor klinik bersama dengan preceptor
akademik
3. Karena praktik pada pelatihan ini hanya satu hari, maka pilih jadwal hari yang akan
dilaksanakan dari daftar jadwal kegiatan harian yang telah disusun.
PRECEPTOR :
26
PERIODE WAKTU :
27
FORMAT
RENCANA KEGIATAN MINGGUAN
FORMAT
29
Prosedur yang akan dilakukan:
30
UNIVERSITAS NASIONAL
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
SARJANA TERAPAN KEBIDANAN
Jl. Sawo Manila No.61, RT.14/RW.7, Pejaten Bar., Kec. Ps. Minggu, Kota Jakarta Selatan, Daerah
Khusus Ibukota Jakarta 12520
DAFTAR TILIK
SENAM NIFAS
31
Mempersiapkan alat yang akan digunakan (matras, alat,
4
tape recorder untuk mengiringi music)
GERAKAN SENAM NIFAS
GERAKAN SENAM UNTUK NIFAS 6 JAM s.d 6
HARI
5 HARI PERTAMA SETELAH MELAHIRKAN
32
HARI KELIMA SETELAH MELAHIRKAN
9 Tubuh tidur terlentang, kaki lurus, bersama-sama dengan
mengangkat kepala sampai dagu menyentuh dada, tangan
kanan menjangkau lutut kiri yang ditekuk, diulang
sebaliknya. Kerutkan otot sekitar anus dan kontraksikan
perut ketika mengangkat kepala. Lakukan perlahan dan atur
pernafasan saat melakukan gerakan.
Ulangi gerakan sebanyak 8 kali.
33
12 HARI KEDELAPAN SETELAH MELAHIRKAN
Posisi menungging, nafas melalui pernafasan perut.
Kerutkan anus dan tahan 5-10 detik. Saat anus dikerutkan,
ambil nafas kemudian keluarkan nafas pelan-pelan sambil
mengendurkan anus.
Ulangi gerakan sebanyak 8 kali.
PASCA SENAM
Menganjurkan pada ibu untuk melakukan gerakan senam
nifas di rumah, dengan mencoba dari gerakan dasar
34
15 dilanjutkan gerakan lanjut (gerakan yang tersulit) secara
bertahap.
16 Menjelaskan pada ibu untuk segera periksakan ke petugas
kesehatan apabila mengalami keluhan atau penyulit
CATATAN
32
Tangerang ,…………………………
Penguji,
( )
BAB IV PEMBAHASAN
35
untuk jangka waktu tertentu dengan tujuan khusus mensosialisasikan trainer pada peran
barunya.
Preseptorship dilakukan di Ruang Poli Kebidanan RSUD X pada hari Kamis tanggal 28
Juni 2022. Mahasiswa D4 sebagai preceptor dan mahasiswa D3 tingkat akhir sebagai
preceptee. Dengan bimbingan CI dilapangan. Kasus yang diambil mengenai asuhan
kebidanan pada nifas yaitu Senam Nifas. Dari hasil preceptorship, preceptor menilai tingkat
pengetahuan preceptee mengenai asuhan kebidanan pada ibu nifas yaitu Senam Nifas.
Preceptee juga mampu melaporkan kasus yang diambil, mengeksplorasi data subjektif dan
objektif pasien. Preceptee mampu membuat rencana asuhan pada pasien serta memberikan
konseling pada pasien. Tetapi masih ada point-point atau rumusan umum yang harus
diketahui preceptee. Preceptee harus banyak membaca kembali mengenai teori-teori pada
asuhan pada ibu nifas agar pengetahuannya semakin luas dan konseling yang diberikan
kepada pasien pun semakin bervariasi dan tepat.
36
BAB V PENUTUP
5.1 KESIMPULAN
Salah satu cara untuk pengembangan dan pengendalian mutu Kesehatan adalah
dengan cara mengembangkan lahan praktek disertai dengan adanya pembinaan masyarakat
yang professional Kesehatan untuk melaksanakan pengalaman belajar dilapangan dengan
benar bagi peserta didik. Preceptor adalah seseorang yang memberikan pengajaran,
bimbingan, konseling, memberikan inspirasi bekerja sebagai seorang panutan, mendukung
pertumbuhan dan perkembangan dari mahasiswa baru yang dibimbingnya dengan waktu
yang terbatas dan dengann tujuan yang spesifik dari sosialisasi semula menjadi peran yang
baru (Morrow, 1984). Sedangkan coach membantu mengarahkan, mengajukan pertanyaan,
memaparkan sudut pandang lain pada proses coaching. Coach harus berprinsip bahwa
coachee secara alamiah kreatif, penuh sumber daya dan merupakan manusia utuh. Coach dan
coachee digambarkan layaknya persahabatan dimana keduanya menjalin sebuah hubungan
yang baik.
5.2 SARAN
5.2.1 Institusi Pendidikan
Metode preseptorship dan coaching adalah metode yang sering digunakan dalam
bimbingan klinik dilahan praktek. Sarana yang mutlak harus ada antara professional sebagai
pembimbing klinik atau “preceptor, coach” yang akan melakukan preceptorship. Pada proses
bimbingan dalam pelaksanaannya tidak efektif, karena rasio antara pembimbing dan
mahasiswa yang dibimbing sangatlah tidak seimbang. Selain itu waktu yang digunakan
terlalu singkat diharapkan kedepan waktu praktek dilapangan diperpanjang agar dapat
menemukan kasus-kasus kebidanan yang lebih banyak lagi.
5.2.2 Lahan Praktek
Lahan praktek merupakan komponen Pendidikan yang perlu mendapat perhatian bagi
para pengelola lahan praktek. Lingkungan yang kondusif akan sangat membantu tumbuhnya
sikap dan keterampilan professional khususnya bagi tenaga Kesehatan agar terlaksananya
sikap dan keterampilan professional bagi tenaga Kesehatan.
37
5.2.3 MAHASISWA
Praktek klinik kebidanan V merupakan Pendidikan praktek kebidanan yang sangat
penting untuk menunjangnya professional seorang bidan. Dalam hal ini mahasiswa
diharapkan mampu melakukan praktek klinik kebidanan secara mandiri maupun kelompok.
Mahasiswa harus lebih mahir dari pada mahsiswa yang menajdi bimbingannya. Maka dari
itu ketekunan, disiplin waktu dan kreatifitas darus ditingkatkan.
38
DAFTAR PUSTAKA
Mindarsih, Theresia & Pattypeilohy, Aning. (2020). Pengaruh Senam Nifas Pada Ibu Post
Partum terhadap Involusi Uterus Di Wilayah Kerja Puskesmas Alak, 235. Diakses 22
Oktober 2020, dari Universitas Citra Bangsa.
Elis, Andi & Mustari, Rohani. (2019). Pengaruh Senam Nifas terhadap Involusio Uteri di Puskesmas
Tobadak Kabupaten Mamuju Tengah,23. Diakses 1 Februari 2019, dari Universitas Indonesia Timur.
Depkes RI. Dirijen Binkesmas, 2009. Pedoman Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan
Anak (PWS-KIA) UNICEF, Jakarta.
Yusuf, Adie E, 2016, Management of Training : Coaching Skills, Wordpress, dilihat tanggal 07
Juli 2021 https://teknologikinerja.wordpress.com/2016/07/22/coaching-skills/. (Disarikan
dari berbagai sumber).
39