Anda di halaman 1dari 39

TUGAS KELOMPOK 2

LAPORAN PRESEPTORSHIP ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS


“SENAM NIFAS”

Disusun dan diajukan untuk Memenuhi Mata Kuliah Metodik Khusus Kebidanan

DISUSUN OLEH :

YENI KURNIWATI 215401446167


IZA SITI AZIZAH 215401446174
AGUSTRYANA SARI 215401446188
ROSMILAWATI 215401446192
SAENI EEN APRILIANI 215401446203

UNIVERSITAS NASIONAL FAKULTAS ILMU KESEHATAN


PROGRAM STUDI DIV KEBIDANAN
2022

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis masih diberi kesempatan untuk menyelesaikan makalah
“Laporan Preseptorship Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas “Senam Nifas”. Sholawat serta
salam penulis sampaikan kepada junjungan nabi Muhammad SAW, yang telah
memberikan petunjuk ilmu sebagai perantara agar manusia bisa hidup bahagia di dunia
dan di akhirat

Penulis mengucapkan terimakasih kepada dosen pembimbing yang telah


membimbing penulis dalam membuat makalah ini serta kepada teman-teman yang telah
membantu dalam penulisan makalah ini.

Penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi mahasiswa kebidanan


khususnya dan pembaca makalah ini pada umumnya.

Dengan segala kerendahan hati penulis menyadari bahwa makalah ini belum
sempurna dan masih banyak sekali kekurangan, mengingat kurangnya kemampuan
penulis. Oleh karena itu dengan tangan terbuka penulis menerima kritik dan saran yang
bersifat membangun agar penulis lebih baik lagi dalam pembuatan makalah berikutnya.

Jakarta, Juni 2022

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................... 2

DAFTAR ISI .................................................................................................................. 3

BAB I PENDAHULUAN
1.1 latar Belakang. ............................................................................................... 4
1.2 Tujuan ........................................................................................................... 5
BAB II Tinjauan teori
2.1 Preceptorship ................................................................................................. 7
2.2 Coaching ...................................................................................................... 13
2.3 Senam Nifas ................................................................................................ 16

BAB III TINJAUAN KASUS


3.1 Tinjauan Kasus Preseptor............................................................................. 25

BAB IV PEMBAHASAN
4.1 Pembahasan preceptor ................................................................................. 36
4.2 Pembahasan Coaching ................................................................................. 36

BAB V PENUTUP
5.1 KESIMPULAN. .......................................................................................... 38
5.2 SARAN. ...................................................................................................... 38

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................... 40

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Praktik kebidanan bertujuan untuk mengembangkan keterampilan dan etika
pekerjaan, serta untuk mendapatkan kesempatan dalam menerapkan ilmu pengetahuan
dan keterampilan yang ada kaitannya dengan kurikulum pendidikan. Pengembangan
dan pengendalian mutu kebidanan dengan cara mengembangkan lahan praktek
kebidanan disertai dengan adanya pembinaan masyarakat professional kebidanan
untuk melaksanakan pengalaman belajar di lapangan dengan benar bagi peserta didik.
Program preceptorship digunakan sebagai alat sosialisasi dan orientasi, serta
sebagai salah satu metode recruitment staf. Akses ke pengetahuan organisasi dan
praktek klinik dapat diprediksi oleh bidan baru, sehingga diskusi antara preceptors dan
preceptee diperlukan untuk memberikan praktik terkini dalam pemberian asuhan
kebidanan di rumah sakit atau instansi kesehatan yang lain, sehingga penting bagi
manajer kebidanan mengelola tenaga kebidanan dengan baik sejak proses awal.
Coaching banyak digunakan dalam manajemen untuk meningkatkan kemampuan
professional individu-individu dalam tempat pelayanan kesehatan. Orang yang
melakukan coaching terikat dalam satu kerjasama yang baik dengan choachee-nya
sehingga melalui proses ini terjalin sebuah kedekatan dan saling pengertian yang lebih
mendalam. Coaching dapat dikatakan sebagai suatu metode pembelajaran yang dapat
dikembangkan untuk meningkatkan kualitas sumber daya dalam bidang kesehatan
yang pada akhirnya akan meningkatkan kualitas asuhan kesehatan yang diberikan pada
pasien.
Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan Anak (PWS KIA) merupakan
alat untuk manajemen dan memantau program pelayanan Kesehatan ibu dan anak di
suatu wilayah kerja yang dilaksanakan secara berkelanjutan, sehingga dapat
memberikan respons yang tepat dan cepat (Departemen Kesehatan RI, 2009). Salah
satu bentuk kegiatan yang dilakukan oleh Kementrian Kesehatan dalam menyajikan
bentuk pencatatan dan pelaporan Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan
Anak (PWS KIA) dengan penyempurnaan pedoman tersebut maka, langkah-langkah
kegiatan program dapat lebih diarahkan ke wilayah prioritas yang paling perlu untuk
mendapatkan peningkatan pelayanan.
4
Angka Kematian Ibu (AKI), Angka Kematian Neonatus (AKN), Angka Kematian
Bayi (AKB), dan Angka Kematian Balita (AKABA) merupakan beberapa indikator
status kesehatan masyarakat. Dewasa ini AKI dan AKB di Indonesia masih tinggi
dibandingkan dengan negara ASEAN lainnya. Menurut Data Survei Demografi
Indoneisa (SDKI) tahun 2017 menunjukkan, AKI di Indonesia sebesar 177 per
100.000 kelahiran hidup. Angka Kematian Neonatal (AKN) adalah 15 per 1.000
kelahiran hidup. Hasil SDKI 2017 menunjukkan penurunan angka kematian bayi yang
lebih banyak dibanding angka kematian neonatal. Pada 1991, tercatat angka kematian
bayi 68 per 1.000 kelahiran hidup. Sementara pada 2017, tercatat 24 per 1.000
kelahiran hidup. Sementara, angka kematian bayi di bawah lima tahun (AKABA) pada
hasil SDKI 2017 turun menjadi 32 per 1.000 kelahiran hidup. Jumlah ini turun tipis
dari hasil survei 2012 yang sebanyak 40 per 1.000 kelahiran hidup.
Dalam Tujuan Pembangunan Berkelanjutan/Sustainable Development Goals
(SDGs), target AKI adalah 70 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2030. Untuk
mencapai target tersebut diperlukan kerja keras, terlebih jika dibandingkan dengan
beberapa negara ASEAN, AKI di Indonesia relatif masih sangat tinggi. AKI di negara-
negara ASEAN rata-rata sebesar 40-60 per 100.000 kelahiran hidup. Bahkan, AKI di
Singapura sebesar 2-3 per 100.000 kelahiran hidup.
Untuk mendapatkan sumber daya manusia yang berkualitas, maka tempat
pelayanan Kesehatan harus melatih atau membimbing petugas melalui program-
program pelatihan petugas Kesehatan, salah satunya melalui preceptor, coaching dan
PWS-KIA. Agar pelaksanaan program KIA dapat berjalan lancar, aspek peningkatan
mutu pelayanan program KIA tetap diharapkan menjadi kegiatan prioritas ditingkat
Kabupaten atau Kota.

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Mampu melaksanakan praktik pembelajaran klinik.

1.2.2 Tujuan Khusus


a. Sebagai preceptor mampu melaksanakan praktek pembelajaran klinik serta
membentuk peran dan tanggung jawab yang professional dan berpengetahuan
tinggi, dengan menunjukkan sebuah pencapaian berupa memberikan perawatan
yang aman, menunjukkan akuntabilitas kerja, dapat dipercaya.

5
b. Sebagai coaching mampu melaksanakan praktek klinik dengan membantu
seseorang menemukan apa yang diinginkan dari posisi dimana dia sekarang,
dengan menggali sumber daya apa saja yang dibutuhkan.

6
BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Preceptorship

2.1.1 Definisi

Preceptorship adalah suatu metode pengajaran dan pembelajaran kepada


mahasiswa dengan menggunakan perawat sebagai model perannya. Preceptorship
bersifat formal, disampaikan secara perseorangan dan individual dalam waktu yang
sudah ditentukan sebelumnya antara perawat yang berpengalaman (preceptor)
dengan perawat baru (preceptee) yang didesain untuk membantu perawat baru untuk
menyesuaikan diri dengan baik dan menjalankan tugas yang baru sebagai seorang
perawat. (CNA, 1995). Program preceptorship dalam pembelajaran bertujuan untuk
membentuk peran dan tanggung jawab mahasiswa untuk menjadi perawat yang
profesional dan berpengetahuan tinggi, dengan menunjukan sebuah pencapaian
berupa memberikan perawatan yang aman, menunjukan akuntabilitas kerja, dapat
dipercaya, menunjukan kemampuan dalam mengorganisasi perawatan pasien dan
mampu berkomunikasi dengan baik terhadap pasien dan staf lainnya (CNA, 2004).

Menurut NMC (Nurse Midwifery Council di UK 2009) mendefinisikan


preceptorship sebagai suatu periode (preceptorship) untuk membimbing dan
mendorong semua praktisi kesehatan baru yang memenuhi persyaratan untuk
melewati masa transisi bagi mahasiswa untuk mengembangkan kemampuan praktik
mereka lebih lanjut (Keen, 200).

Preceptor merupakan seorang dosen yang ditempatkan ditatanan klinik atau


perawat senior yang bekerja ditatanan layanan dan ditetapkan sebagai preceptor
menurut Asosiasi Institusi Pendidikan Ners Indonesia (AIPNI, 2010). Preceptor
harus seorang ahli atau berpengalaman dalam memberikan pelatihan dan
pengalaman praktik kepada peserta didik, biasanya seorang perawat praktisi yang
bekerja dan berpengalaman di suatu area keperawatan tertentu, yang mampu
mengajarkan, memberikan konseling, menginspirasi, serta bersikap dan bertindak
sebagai “model peran” untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan individu
pemula dalam periode tertentu dengan tujuan tertentu mensosialisasikan pemula
kedalam peran baru sebagai profesional.

7
Definisi lain dari preceptor adalah perawat yang sudah terdaftar yang
memberikan supervisi melalui hubungan perseorangan dengan mahasiswa perawat
selama dalam tatanan klinik (Barker, 2010)

Kebanyakan sekolah perawat mempunyai program untuk mengikutsertakan


preceptorship untuk membantu mahasiswa mendapatkan kompetensi klinik dan
mempersiapkan mereka untuk masa transisi terhadap tempat bekerja, khususnya di
fase akhir dari program. Institusi pendidikan keperawatan yang menerima
mahasiswa dari unit lain tetapi ingin mendapatkan gelar di bidang keperawatan, juga
menggunakan preceptorship untuk membantu menyesuaikan dengan peran yang
baru. Pada akhirnya pengembangan staf di fasilitas layanan kesehatan yang
menggunakan preceptorship untuk mengorientasikan pegawai baru atau perawat
yang pindah dari unit yang berbeda telah menjadi hal biasa saat ini.

2.1.2 Tujuan Preceptorship


Tujuan preceptorship dapat dikategorikan menjadi 2 yaitu :

a. secara Mikro : Preceptorship secara mikro bertujuan untuk membantu proses


transisi dari pembelajaran ke praktisioner, mengurangi dampak sebagai “syok
realita” dan memfasilitasi individu untuk berkembang dari apa yang dihadapi
dari lingkungan barunya.
b. Secara Makro : Preceptorship secara makro bertujuan untuk melibatkan
pengembangan perawat di dalam berorganisasi. Preceptorship digunakan
sebagai sosialisasi dan orientasi, sehingga diskusi antara preceptor dan preceptee
diperlukan untuk memberikan pandangan dan harapan receptee akan memiliki
kemampuan yang sama dengan preceptornya.

2.1.3 Manfaat Preceptorship


Mahasiswa yang telah secara formal diberikan pendidikan oleh preceptor
menunjukan tingkat sosialisasi dan performa yang lebih baik (Udlis, 2006).Program
preceptorship juga telah terbukti bermanfaat dalam mengendalikan biaya melalui
retensi perawat baru, peningkatan kualitas pelayanan, dan mendorong
pengembangan professional. Studi deskriptif yang dilakukan oleh (Kim, 2007)
menemukan bahwa kompetensi keperawatan diantara para mahasiswa perawat senior
secara positif berhubungan dengan partisipasi dalam program preceptorship klinis.
Bagi partisipan, preceptorship sebagai sarana untuk memfasilitasi suksesnya proses
8
masuk dan orientasi di profesi keperawatan, membantu dalam pengembangan
kemampuan serta efektivitas waktu. Bagi preceptor akan mendapatkan kepuasan
ketika seorang pemula yang dibimbingnya menjadi lebih percaya diri (Neumanet.
al.,2004; Wright, 2002). Preceptor mendapatkan keuntungan dari meningkatnya
harga diri dan kesadaran diri sebagai seorang panutan.
Bagi institusi, preceptorship meningkatkan kualitas dari praktik profesi
keperawatan dan lebih menghemat biaya dari pada orientasi secara manual. Program
preceptorship memberikan keuntungan kepada semua komponen yang terdapat
didalamya. Canadian Nurse Association (CNA) menyebutkan ada tiga pihak yang
mendapatkan keuntungan dari program preceptorship ini yaitu preceptee
(partisipan), institutuion (institusi pendidikan), dan profession (profesi). a. Bagi
peceptee (partsipan)

1) Adanya peningkatan kepuasan kerja.

2) Penurunan tingkat stress bagi mahasiswa.

3) Perkembangan diri yang signifikan.

4) Meningkatkan kepercayaan diri.

5) Penciptaan sikap, pengetahuan, dan kemampuan yang lebih baik.

b. Bagi institusi

1) Penghematan biaya perawatan.

2) Meningkatkan perekrutan perawat baru.

3) Peningkatkan upaya penyembuhan terhadap pasien.

4) Meningkatkan loyalitas intsitusi.

5) Meningkatkan produktivitas.

c. Terhadap profesi keperawatan

1) Meningkatkan dukungan terhadap lulusan baru.

2) Meningkatkan kualitas kerja bagi perawat yang sudah bekerja,


3) Mengurangi angka perekrutan perawat.

9
4) Meningkatkan jumlah perawat yang mempunyai nilai kepemimpinan dan
pengajaran yang baik.

Menurut Ann Keen (2004) dalam bukunya yang berjudul “Preceptorship


Framewok” terdapat keuntungan dalam mengimplementasikan preceptorship yang
berdampak pada peningkatan kepuasan pasien. Ann Keen menyebutkan terdapat
empat pihak yang mendapat keuntungan dengan adanya program preceptorship ini.
a. Praktisi yang baru terdaftar

1) Meningkatkan kepercayaan diri.

2) Sosialisasi yang profesional ke dalam lingkungan kerja.

3) Meningkatkan kepuasan bekerja yang mengarah kepada perbaikan kepuasan


pasien atau klien.

4) Merasa dihargai dan dihormati oleh organisasi pekerja.

5) Merasa diinvestasikan dan meningkatkan karir masa depan.

6) Merasa bangga dan berkomitmen terhadap strategi korporasi dan tujuan


organisasi.

7) Mengembangkan pemahaman tentang komitmen dalam bekerja didalam


profesi dan persyaraan badan pengawas.

8) Tanggung jawab pribadi untuk meningkatkan pengetahuan.

b. Pegawai

1) Meningkatkan kualitas pelayanan terhadap pasien.

2) Meningkatkan rekrutment dan retensi.

3) Mengurangi sakit dan ketidakhadiran.

4) Meningkatkan pengalaman pemberian pelayanan yang baik.

5) Meningkatkan kepuasan staf.

6) Kesempatan untuk mengidentifikasi staf keperawatan yang membutuhkan


dukungan tambahan atau pergantian peran.
7) Mengurangi resiko komplain.
10
8) Praktisi yang terdaftar yang mengerti tentang peraturan keperawatan, mereka
memberikan dan mengembangkan suatu hasil dari pendekatan yang berbasis
fakta.

9) Mengidentifikasi staf yang membutuhkan dukungan tambahan yang lebih lanjut.

c. Preceptor

1) Mengembangkan penilaian, supervisi, mentoring dan keterampilan pendukung.

2) Mengenali komitmen terhadap profesi mereka dan peraturanperaturan yang


dibutuhkan.

3) Mendukung pembelajaran sepanjang hayat.

4) Meningkatkan aspirasi karir masa depan.

d. Profesi
Merangkul tanggung jawab profesi yang meliputi :
1) Menyediakan standar yang tinggi dari praktik dan pemberian pelayanan di
semua sektor.
2) Membuat perawatan prioritas, memperlakukan pengguna jasa sebagai individu
dan menghormati martabat mereka.
3) Bekerja dengan praktisi medis lain untuk melindungi dan mempromosikan
kesejahteraan dan kesehatan mereka, keluarga mereka, dan masyarakat yang
lebih luas.
4) Bersikap terbuka dan jujur, bertindak dengan integritas dan menegakan reputasi
dari profesi.
5) Meningkatkan gambaran dari profesi pemberi layanan kesehatan

2.1.4 Kriteria Preceptor


Tidak semua individu atau medio dapat memiliki kriteria yang sama sebagai
preceptor. Preceptor adalah individu yang mempunyai pengalaman bekerja minimal
12 tahun di bidang yang sama atau bidang yang masih berhubungan. Keterampilan
komunikasi dan kepemimpinan, kemampuan membuat keputusan yang tepat, dan
mendukung perkembangan professional merupakan hal terpenting dalam
preceptorship. Secara garis besar, kriteria preceptor adalah :
a. Berpengalaman dan ahli di lingkungan tempat kerjanya.
11
b. Berjiwa kepemimpinan.
c. Mempunyai keterampilan komunikasi yang baik.
d. Mempunyai kemampuan membuat keputusan.
e. Mendukung perkembangan professional.
f. Mempunyai kemamuan untuk mengajar dan mau mengambil peran dalam
penerapan model preceptorship.
g. Tidak mempunyai sikap yang menilai terlalu awal pada rekan kerja asertif.
h. Fleksibilitas untuk berubah.
i. Mampu beradaptasi dengan kebutuhan pembelajaran individu.

2.1.5 Tahapan Preceptorship


Ada tiga tahapan yang diperlukan preceptor dalam pembelajaran klinik yaitu:
a. Persiapan awal pertemuan
1) Mengidentifikasi kebutuhan preceptee
2) Membantu preceptee menentukan tujuan bimbingan
3) Memperhatikan preceptee tentang tugas yang diperoleh
4) Menyampaikan sikap preceptor dalam bimbingan
5) Mengetahui dan memberikan dukungan psikologis preceptee terkait kesiapan
bimbingan dan self–assessment.
b. Tahap pelaksanaan
1) Mendukung preceptee untuk mengetahui kelemahan dan kelebihan diri sendiri
2) Mengklarifikasi setiap ide yang di tentukan oleh preceptee
3) Memberikan saran kepada preceptee untuk perbaikan
4) Mencatat point-point penting yang disampaikan oleh preceptee
5) Mengevaluasi kembali perkembangan pengetahuan preceptee setelah akhir
pembelajaran
6) Mendorong preceptee untuk menjawab pertanyaan perceptors.
c. Tahap evaluasi
1) Menanyakan kepada preceptee tentang kesiapan dalam menerapkan hasil
wawancara
2) Mendiskusikan dengan preceptee tentang hal- hal yang dianggap penting
3) Menilai kemajuan dan kemampuan preceptee dalam proses pembelajaran
tentang topik yang sudah disepakati.

12
2.2 Coaching
2.2.1 Definisi
Coaching berasal dari kata dasar “coach”. Istilah ini berasal dari nama sebuah
desa kecil di Hungaria, yakni “Kocs” yang berarti gerobak atau kereta kuda. Kocs ini
merupakan metafora dari proses coaching, yaitu membawa seseorang dari satu
kondisi sekarang (present state) ke kondisi yang diinginkan (desired state). Menurut
Erik de Haan, “coaching” berasal dari sebuah sarana transportasi berupa kendaraan
kayu/besi yang ditarik oleh kuda di abad ke 15, maka sejak saat itu diaplikasikan ke
dunia pendidikan dan pelatihan. Sarana transportasi itu adalah simbol yang dipakai
untuk menjelaskan seorang coach yang membawa orang-orang ke “tempat” yang
mereka inginkan. Tempat yang dimaksud bisa berarti berbagai hal, misalnya cita-
cita, visi, target, potensi, kekuatan, solusi. Pada awalnya, istilah “coaching”
diperkenalkan tahun 1830 yang menunjuk kepada seorang pelatih (trainer) atau
instruktur. Penggunaan istilah “coach” juga berkaitan dengan olah-raga yang dipakai
tahun 1831. Kata coach berarti melatih secara intensif dengan pemberian instruksi
dan demonstrasi.
Coaching merupakan salah satu teknik untuk menciptakan tim kelas bintang.
Teknik coaching adalah suatu proses pengarahan untuk menghadapi realitas
lingkungan pekerjaan dan membantu menghilangkan kendala-kendala untuk
mencapai kinerja yang optimal. Memimpin tim kecil seringkali membuat kita perlu
untuk bisa menjadi seorang coach bagi orang yang kita pimpin.
Dewasa ini pengertian “coaching” telah berkembang dalam berbagai bidang
profesi. Berikut ini beberapa pengertian coaching (Atmonadi, 2016), antara lain:

• Coaching adalah suatu sarana untuk mencapai tujuan, membantu orang-orang


menjalankan kehidupan yang utuh.
• Coaching dipahami sebagai suatu median yang penuh tenaga untuk meningkatkan
kinerja, mencapai hasil dan mengoptimalkan efektivitas pribadi seseorang.
• Coaching terfokus demi kemajuan akan penemuan.
• Coaching adalah upaya membantu seseorang berubah sejalan dengan yang
diharapkan, menolong berjalan kearah yang diinginkan.
• Coaching adalah percakapan yang disengaja, secara berkesinambungan, untuk
memberdayakan seseorang atau kelompok

13
2.2.2 Prinsip Coaching

O’Connor dan Lages (Atmonadi, 2016) mengemukakan 4 (empat) prinsip dalam


proses coaching, yaitu :

• Perubahan (change). Dalam percakapan coaching harus mengacu pada sebuah


aksi yang dapat mengubah kondisi awal ke kondisi yang lebih baik, sesuai dengan
tujuan yang diinginkan pihak yang coachee. Biasanya ukuran keberhasilan sebuah
percakapan coaching adalah pada dampak yang dihasilkan setelah coachee
melakukan tindakan nyata, untuk memecahkan masalahnya.
• Kepedulian (concern). Seorang coach akan menanyakan apa yang menjadi
kepedulian coachee. Kepedulian coachee biasanya menyangkut isu-isu yang mau
dibicarakan, harapan atau sasaran apa yang mau dicapai. Coach terlebih dahulu
harus yakin bahwa coachee membutuhkan pemecahan masalah. Coachee adalah
orang yang membutuhkan coach, bukan coach membutuhkan coachee, walaupun
dalam proses coaching kedua-duanya harus saling berinteraksi.
• Pembelajaran (learning). Selain tujuan akhir tercapai, coachee perlu memiliki
pengalaman belajar ketika sedang menghadapi masalah. Pengalaman belajar yang
paling penting di antaranya ialah: belajar merefleksikan pemikiran-pemikiran
sendiri, belajar menemukan sendiri jawaban-jawaban yang muncul dari hasil
analisa dan refleksi pribadinya, dan belajar merayakan penemuan-penemuan kecil
yang dihasilkan untuk pengembangan diri di masa yang akan datang.
• Hubungan (relationship). Selalu melibatkan dua orang yakni coach dan coachee.
Coaching tidak akan pernah terjadi bila salah satu dari dua orang ini tidak hadir.
Oleh sebab itu, kedua orang ini harus menjalin sebuah hubungan yang baik,
menyenangkan, saling mempercayai, saling menjaga rahasia percakapan, dan
tetap saling menghormati. Semakin baik relasi kedua orang ini, semakin baik pula
suasana dan hasil sebuah percakapan coaching.
Ada 6 (enam) P yang dikenal dalam melakukan coaching,sebagai berikut
1. Purpose (Tujuan)
Yaitu setiap coaching yang dilakukan seorang coach perlu menegaskan pentingnya
isu atau hal yang diangkat dalam coaching ini. Sehingga akan tercipta kesamaan
pemahaman bahwa coaching yang dilakukan memang penting dan bermanfaat.
2. Process (Proses)
Yaitu seorang coach memberikan bagaimana proses melakukannya secara step by
step. Misalnya sewaktu saya melatih tim sales, saya memberikan penjelasan
14
tentang garis besar tentang proses membuat slide efektif, jika ada pertanyaan maka
jawablah pada saat itu juga sehingga menjadi clear.
3. Picture (Gambaran)
Yaitu memeragakan bagaimana cara melakukannya. Jika kita seorang pemimpin
atau coach, maka ini termasuk hal penting di mana kita memeragakan proses yang
kita ajarkan agar lebih dipahami. Seperti mengajarkan memasak, maka kita perlu
untuk memeragakan teknik memasak tingkat tinggi sehingga lebih mudah untuk
dilakukan.
4. Practice (Praktek)
Saat kita sudah memberikan contoh saatnya kita melakukan pengawasan pada
coachee kita apakah yang diperagakan sudah sesuai dan memenuhi ekspektasi atau
tidak. Evaluasilah performa dan kinerja coachee dan pandu bagaimana mereka bisa
melakukannya dengan lebih baik lagi.
5. Point of Feedback (Umpan balik)
Ini setelah kita melakukan pengawasan dan evaluasi, maka selanjutnya adalah
memberikan feedback. Contoh saat melatih sebuah tim sales tentang merumuskan
target penjualan pekanan masih ada yang membuatnya tidak spesifik, maka
diberikan feedback agar lebih spesifik dan terukur.
6. Proceed on Next Path (Proses lanjut)
Langkah ini adalah langkah terakhir di mana kita membuat kesepakatan dengan
coachee, apa langkah selanjutnya yang ingin dicapai? Seringkali di sesi ini, saya
mendapatkan inisiatif untuk melebarkan coaching yang tidak saya pikirkan
sebelumnya. Misal yang tadinya hanya melakukan coaching tentang teknik
presentasi, coachee ternyata meminta lebih lanjut untuk coaching teknik pembuatan
slide, menjaga penampilan dan authority, dan banyak lagi. Ini bukan hanya
bermanfaat untuk coachee, namun juga jika coach belum menguasai the next path,
otomatis akan dipaksa belajar ilmu yang lebih baru.
2.2.3 Jenis Coaching
Terdapat beberapa jenis coaching yang kita kenal, diantaranya:
1. Business Coaching
Dalam business coaching, yang menjadi coachee adalah organisasi. Dalam hal
ini Board of Director atau owner (pemilik perusahaan). Materi yang dibahas
adalah hal-hal yang berkaitan dengan strategi, pengembangan market share atau
omzet perusahaan.

15
2. Executive Coaching
Dalam executive coaching, yang menjadi coachee adalah jajaran executive atau
line manager. Fokusnya pada grooming, yaitu bagaimana agar para manajer bisa
menunjukan prestasi yang excellence.
3. Performance Coaching
Disebut juga dengan Manager Coach, dimana setiap manager adalah coach bagi
subordinatnya. Tujuannya agar setiap karyawan dapat mencapai targetnya dan
bagi karyawan yang sudah perform akan dichallenge untuk mencapai target
yang lebih tinggi.
4. Life Coaching
Dalam life coaching, yang dibahas adalah berbagai area dalam kehidupan (the
wheel of life). Biasanya dilakukan oleh seorang life coach yang profesional.
5. Sport Coaching
Merupakan coach di bidang olah raga yang sudah kita kenal selama ini, dimana
seorang coach akan membimbing olahragawan atau tim olah raga tertentu untuk
memenangkan suatu pertandingan atau kejuaraan.

2.3 Senam Nifas


2.3.1 Pengertian Senam Nifas
Senam nifas merupakan latihan atau gerak jasmani yang dilakukan sedini
mungkin sehabis melahirkan berfungsi untuk mengembalikan kondisi kesehatan,
mempercepat penyembuhan, mencegah komplikasi, memulihkan dan memperbaiki
regangan pada otot- otot setelah kehamilan, terutama pada otot-otot bagian
punggung, dasar panggul, dan perut.
Senam nifas dilakukan oleh ibu-ibu setelah melahirkan dan setelah kondisi
tubuhnya pulih, serta manfaat senam nifas yaitu membantu penyembuhan rahim,
perut dan otot pinggul yang mengalami trauma serta mempercepat kembalinya
bagian-bagian tersebut kebentuk normal. Involusio atau pengerutan uterus
merupakan suatu proses dimana uterus kembali kekondisi sebelum hamil dengan
bobot sekitar 60 gram.
Senam nifas dilakukan ibu setelah melahirkan dengan tujuan untuk
mempertahankan dan meningkatkan sirkulasi ibu pada masa nifas, serta membantu
proses involusi uteri yang dilakukan 24 jam setelah melahirkan dengan frekuensi 1
kali sehari selama 6 minggu ( Fadlina,Amalia 2015) .

16
2.3.2 Tujuan Senam Nifas

Tujuan Dilakukan Senam Nifas Menurut ( Hasrani.2015) antara lain :


1. Memperlancar terjadinya proses involusi uteri (kembalinya Rahim ke bentuk
semula)
2. Mempercepat pemulihan kondisi tubuh ibu setelah melahirkan pada kondisi
semula
3. Memelihara dan memperkuat otot perut, otot dasar panggul, serta otot
pergerakan
4. Memperbaiki sirkulasi darah 5) Menghindari pembengkakan pada kaki dan
mencegah timbulnya varises

2.3.3 Manfaat Senam Nifas

Menurut (Tesisjogja, 2006) manfaat senam nifas sebagai berikut :


1. Mengencangkan otot perut, liang senggama, otot - otot sekitar vagina, otot-
otot dasar panggul.
2. Memperbaiki tonus otot pelvis, memperbaiki regangan otot abdomen/ perut
setelah hamil, memperbaiki regangan otot tungkai bawah, dan meningkatkan
kesadaran untuk melakukan relaksasi otot-otot dasar panggul.
3. Memperbaiki sirkulasi darah, memperbaiki sikap tubuh setelah hamil dan
melahirkan.
4. Memperbaiki kondisi umum ibu. Mempercepat rehabilitasi atau pemulihan dan
memperkecil kemungkinan terkena infeksi karena sirkulasi darahnya bagus.

5. Menumbuhkan/memperbaiki nafsu makan sehingga kebutuhan asupan gizi


bisa mencukupi
6. Pada mereka yang melahirkan secara caesar, beberapa jam setelah keluar dari
kamar operasi dapat dilatih pernapasan yang sehingga dapat mempercepat
penyembuhan luka. Latihan untuk mengencangkan otot perut dan melancarkan
sirkulasi darah ditungkai baru dilakukan 2-3 hari setelah ibu dapat bangun dari
tempat tidur.

17
2.3.4 Kerugian Tidak Melakukan Senam Nifas

1. Kekuatan otot ibu menjadi kurang dan kurang optimal


2. Ibu post partum menjadi layu dan tidak segar
3. Produksi ASI kurang lancer
4. Sering menyebabkan sembelit dan gangguan pada saat kencing
5. Sikap tubuh ibu kurang baik (Bobak LJ,2008)

2.3.5 Kontra Indikasi Senam Nifas

Ibu yang mengalami komplikasi selama persalinan tidak diperbolehkan


untuk melakukan senam nifas. Demikian juga ibu yang mempunyai kelainan
seperti jantung, ginjal atau diabetes, mereka diharuskan untuk beristirahat total
sekitar 2 minggu (Rahayu, 2017).

2.3.6 Waktu Dilakukan Senam Nifas

Senam ini dilakukan pada saat sang ibu benar-benar pulih dan tidak ada
komplikasi obstetrik atau penyulit masa nifas (misalnya hipertensi, pasca kejang,
demam). Senam nifas sebaiknya dilakukan dalam waktu 24 jam setelah
melahirkan, kemudian dilakukan secara teratur setiap hari. Dengan melakukan
senam nifas sesegera mungkin, hasil yang didapat diharapkan dapat optimal dengan
melakukan secara bertahap. Senam nifas sebaiknya dilakukan diantara waktu
makan. Melakukan senam nifas setelah makan membuat ibu merasa tidak nyaman
karena perut masih penuh. Sebaliknya jika dilakukan disaat lapar, ibu tidak akan
mempunyai tenaga dan lemas. Senam nifas bisa dilakukan pagi atau sore hari.
Gerakan senam nifas ini dilakukan dari gerakan yang paling sederhana hingga yang
tersulit. Sebaiknya lakukan secara bertahap dan terus menerus (Suherni,
s.dkk.2008)

2.3.7 Tatacara Melakukan Senam Nifas

1. Latihan pernafasan
Tubuh berbaring rileks dengan kedua tangan diletakkan diatas perut. Tarik
napas dalam lewat hidung dengan perut dikembungkan. Setelah itu keluarkan

18
napas dengan ditiupkan lewat mulut. Lakukan dengan aba-aba : tarik napas,
kembungkan perut, tiup, kempeskan. Ulangi gerakan tersebut 4-8 kali.

2. Latihan tungkai kaki


Gerakan pertama telapak kaki direntangkan lurus, lalu digerakkan ke atas.
Lakukan gerakan tersebut 4-8 kali. Gerakan kedua telapak kaki memutar
keluar dan ke dalam.

2. Latihan otot-otot dasaar panggul dan vagina


Tubuh berbaring dengan kedua kaki ditekuk, tangan diletakkan di bawah
pantat,dan kepala sedikit diangkat. Kemudian, kerutkan pantat kedalam seperti
buang air besar. Lakukan gerakan ini 4-8 kali.
3. Berlatih postur yang benar
Tubuh berbaring lurus dengan kedua telapak kaki mengarah ke atas dan
kedua tangan lurus disamping badan
Senam Nifas Hari Kedua Hingga Keempat Puluh
1. Melonggarkan sendi – sendi panggul
a. Berbaring dengan kedua tangan disamping tubuh, lalu tekuk kaki kanan dan
jatuhkan ke arah kaki kiri yang lurus. Setelah itu kembali ke posisi semula,
lakukan gerakan 4-8 kali gerakan. Lalu gerakan dengan kaki kiri.
b. Berbaring dan tekuk kedua kaki. Kedua tangan tetap disamping tubuh,
badan agak diangkat tinggi, tahan sebentar lalu turunkan.

19
2. Latihan otot-otot perut
a. Berbaring dengan kedua kaki ditekuk, lalu angkat kepala , kontraksi otot
perut tarik kebawah. Kedua tangan lurus menyentuh lutut kaki.
b. Tubuh tetap berbaring dengan kedua kaki ditekuk. Angkat kepala dan
badan, satu tangan kanan meneyentuh lutut kiri dengan arah diagonal.
Lakukan gerakan 4-8kali. Setelah itu lakukan gerakan dengan tangan kiri.

3. Latihan fleksibilitas otot-otot tulang belakang


a. Tubuh dalam posisi merangkak. Masukkan tangan kiri kearah kakan dengan
diikuti gerakan kepala ke arah yang sama, sementara satu tangan menahan.
b. Setelah itu, keluarkan tangan yang digerakkan ke arah luar dengan posisi
agak ke atas dan lurus, diikuti gerakan kepala. Lakukan gerakan tersebut
dengan tangan bergantian. (Sarminem, 2008).
2.3.8 Gerakan Senam Nifas

Gerakan senam nifas dapat dijelaskan sebagai berikut :


1. Berbaring dengan lutut ditekuk. Letakan tangan diatas perut dibawah area iga-
iga. Tarik nafas dalam dan lambat melalui hidung kemudian dihembuskan
melalui mulut secara perlahan, kencangkan dinding abdomen untuk membantu
mengosongkan paru-paru (Marmi, 2012).

20
2. Berbaring telentang, lengan dikeataskan diatas kepala, telapak terbuka keatas.
Kendurkan lengan kiri sedikit dan regangkan lengan kanan. Pada waktu yang
bersamaaan rilekskan kaki kiri dan regangkan kaki kanan sehingga ada
regangan penuh pada seluruh bagian kanan tubuh (Maritalia, D. 2014).

3. Kontraksi vagina. Berbaring telentang. Kedua kaki sedikit diregangkan. Tarik


dasar panggul, tahan selama tiga detik dan kemudian rileks (Ambarwati.2009).

21
4. Memirigkan panggul. Berbaring, lutut ditekuk. Kontraksikan/kencangkan otot-
otot perut sampai tulang punggung mendatar dan kencangkan otot-otot bokong
tahan 3 detik kemudian rileks (Marmi, 2012).

5. Berbaring telentang, lutut ditekuk, lengan dijulurkan ke lutut. Angkat kepala


dan bahu kira-kira 45 derajat, tahan 3 detik dan rilekskan dengan perlahan
( Ambarwati.2009 ).

6. Posisi yang sama seperti diatas. Tempatkan lengan lurus di bagian luar lutut kiri
(Maritalia, D. 2014).

7. Tidur telentang, kedua lengan di bawah kepala dan kedua kaki diluruskan.
angkat kedua kaki sehingga pinggul dan lutut mendekati badan semaksimal
mungkin. Lalu luruskan dan angkat kaki kiri dan kanan vertical dan perlahan-
lahan turunkan kembali ke lantaI.

22
8. Tidur telentang dengan kaki terangkat ke atas, dengan jalan meletakkan kursi di
ujung kasur, badan agak melengkung dengan letak pada dan kaki bawah lebih
atas. Lakukan gerakan pada jarijari kaki seperti mencakar dan meregangkan.
Lakukan ini selama setengah menit (Marmi, 2012).

9. Gerakan ujung kaki secara teratur seperti lingkaran dari luar ke dalam dan dari
dalam keluar. Lakukan gerakan ini selama setengah menit (Maritalia, D. 2014).

10. Lakukan gerakan telapak kaki kiri dan kanan ke atas dan ke bawah seperti
gerakan menggergaji. Lakukan selama setengah menit.

23
11. Tidur telentang kedua tangan bebas bergerak. Lakukan gerakan dimana lutut
mendekati badan, bergantian kaki kiri dan kaki kanan, sedangkan tangan
memegang ujung kaki, dan urutlah mulai dari ujung kaki sampai batas betis,
lutut dan paha. Lakukan gerakan ini 8 sampai 10 setiap hari.

12. Berbaring telentang, kaki terangkan ke atas, kedua tangan dibawah kepala.
Jepitlah bantal diantara kedua kakidan tekanlah sekuatkkuatnya. Pada waktu
bersamaan angkatlah pantat dari kasur Gambar 2.9 Gambar 2.10 Gambar 2.11
http://repository.unimus.ac.id dengan melengkungkan badan. Lakukan
sebanyak 4 sampai 6 kali selama setengah menit (Maritalia, D. 2014)

13. Tidur telentang, kaki terangkat ke atas, kedua lengan di samping badan. kaki
kanan disilangkan di atas kaki kiri dan tekan yang kuat. Pada saat yang sama
tegangkan kaki dan kendorkan lagi perlahanlahan dalam gerakan selama 4
detik.
Lakukanlah ini 4 sampai 6 kali selama setengah menit (Marmi, 2012).

BAB III TINJAUAN KASUS

24
Membahas kesenjangan yang ditemukan dalam kasus. Kasus dibandingkan dengan
daftar tilik apakah sudah sesuai. Kemudian dikritisi atau diberikan komentar sesuai
dengan landasan teori yang seharusnya.

3.1 SITUASI KMB

Sebagai bidan pelaksana di ruang perawatan nifas, Sdr mengelola pasien dengan
tingkat ketergantungan yang bervariasi dari yang mandiri sampai tingkat ketergantungan
total. Sekelompok mahasiswa (4 orang) akan melakukan praktik magang (internship) di
poli kandungan dimana Sdr menjadi preseptornya. Lama magang di ruangan Sdr adalah
2 minggu (6 hari kerja sesuai shift). Kegiatan telah Sdr rancang mulai dari minggu
pertama sampai minggu terakhir meliputi: program orientasi 2 hr, pendelegasian
tindakan procedural 2 hari, pendelegasian kasus sederhana bersama-sama 2 hari,
pendelegasian kasus sederhana mandiri 2 hari, pendelegasian kasus agak komplek
secara bersama-sama 2 hari, pendelegasian kasus agak komplek mandiri 2 hari. Masa
perkenalan dengan ruangan dilakukan ketika orientasi dan masa pamitan dilakukan pada
hari terakhir jadwal dinas. Kegiatan harian dan mingguan telah Sdr rancang pula
termasuk ronde pasien yang dikelola, supervisi tindakan keperawatan yang dilakukan
preseptee, diskusi kasus, pembinaan rutin, presentasi kasus, penilaian kompetensi,
operan dinas, dan refleksi kegiatan harian.

PEMERAN

Preseptor akademik:…………………………………….
Preseptor klinik : ……………………………………
Preseptee : ……………………………………
……………………………………
……………………………………
……………………………………
3.2 ASPEK YANG PERLU DIPERTIMBANGKAN
1. Kontrak belajar yang telah disepakati oleh preseptor mendasari kegiatan yang
dirancang oleh preseptor.
2. Tingkat kemampuan preseptee berbeda dan sangat individualistik.

25
3. Pendelegasian harus diberikan ketika pembelajar (preseptee) sudah merasa siap
untuk menerima dan pindah dari satu pendelegasian ke pendelegasian lainnya.
4. Penilaian kompetensi dilakukan preceptor klinik bersama dengan preceptor
akademik

3.3 PROSES PERSIAPAN BIMBINGAN


(Saat diskusi kelompok preceptor)
1. Tetapkan jadwal dinas Sdr sebagai bidan pelaksana di ruangan.
2. Jelaskan jadwal dinas Sdr dan kaitannya dengan posisi preseptee.
3. Bahas kompetensi kritikal yang harus dicapai preseptee di ruangan Sdr.
4. Susun program orientasi untuk 3 hari.
5. Susun pendelegasian tindakan prosedural yang telah diidentifikasi dari kasus yang
Sdr kelola untuk masing-masing preseptee. Kasus mempertimbangkan kondisi
pasien yang ada di RS.
6. Rancang pendelegasian kasus sederhana bersama-sama untuk ke 4 preseptee.
7. Rancang pendelegasian kasus sederhana mandiri untuk ke 4 preseptee.
8. Rancang pendelegasian kasus agak komplek secara bersama-sama untuk ke 4
preseptee.
9. Rancang pendelegasian kasus agak komplek mandiri untuk ke 4 preseptee.
10. Tetapkan jadwal penilaian kompetensi dari preseptee.
11. Buat daftar jadwal kegiatan harian untuk orientasi sd pendelegasian kasus agak
komplek mandiri yang diakhiri dengan evaluasi kompetensi.
3.4 IMPLEMENTASI BIMBINGAN (SIMULASI/ROLE PLAY)

1. Setiap pemeran melaksanakan perannya yang sebaik-baiknya.

2. Laksanakan seluruh kegiatan yang dirancang sesuai dengan jadwal harian.

3. Karena praktik pada pelatihan ini hanya satu hari, maka pilih jadwal hari yang akan
dilaksanakan dari daftar jadwal kegiatan harian yang telah disusun.

3.5 JADWAL BIMBINGAN PRECEPTOR

UNIT/ STASE : NAMA

PRECEPTOR :

26
PERIODE WAKTU :

NO SASARAN RENCANA TGL TGL TGL TGL TGL TGL


KEGIATAN
BELAJAR/
KOMPETENSI

3.6 KONTRAK BELAJAR


UNIT/ STASE :
NAMA PRECEPTEE :
NAMA PRECEPTOR : PERIODE
WAKTU :

NO SASARAN RENCANA METODE/ TARGET PERSETUJUAN


BELAJAR/ KEGIATAN MEDIA WAKTU PRESEPTOR
KOMPETENSI

27
FORMAT
RENCANA KEGIATAN MINGGUAN

Nama Preseptee : …………………………..


Nama Preseptor : …………………………..
Ruang/ Unit : ………………………….. Periode :
…………………………..

No Minggu Hari Waktu Kegiatan

FORMAT

LOG BOOK ATAU DAILY LOG

Nama preseptee : ……………………………….


Ruang/Unit : ………………………………. Stase :
……………………………….
28
No Tanggal Jam Kegiatan yang dilakukan Tanda Tangan
preseptor

29
Prosedur yang akan dilakukan:

1. Membahas mengenai pengertian senam nifas

2. Membahas mengenai tujuan senam nifas

3. Membahas mengenai manfaat senam nifas

4. Membahas mengenai kerugian jika tidak melakukan senam nifas

5. Membahas mengenai kontraindikasi senam nifas

6. Membahas mengenai waktu dilakukan senam nifas

7. Membahas mengenai tatacara melakukan senam nifas

8. Membahas mengenai gerakan senam nifas

30
UNIVERSITAS NASIONAL
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
SARJANA TERAPAN KEBIDANAN
Jl. Sawo Manila No.61, RT.14/RW.7, Pejaten Bar., Kec. Ps. Minggu, Kota Jakarta Selatan, Daerah
Khusus Ibukota Jakarta 12520

DAFTAR TILIK
SENAM NIFAS

Nilailah setiap kinerja yang diamati menggunakan skala sebagai berikut:


0 Tidak kompeten : Langkah atau tugas tidak dilakukan
1 Perlu perbaikan : Langkah atau tugas tidak dikerjakan dengan benar atau tidak sesuai urutan
2 Baik : Langkah atau tugas dilakukan namun tidak sesuai dengan urutan dan efisien
3 Kompeten : Langkah atau tugas dilakukan dengan benar sesuai dengan urutan dan efisien

Nama Mahasiswa : Kelas


:
NO LANGKAH KERJA SKALA PENILAIAN
0 1 2 3 Keterangan
PERSIAPAN
1 Menjelaskan prosedur tindakan yang akan dilakukan
Menjelaskan keuntungan dan kerugian jika tidak
2 melakukan senam nifas dan meminta persetujuan ibu
untuk diajarkan senam nifas (informed consent)
Mempersiapkan klien yaitu :
a. Anjurkan memakai pakaian yang nyaman untuk
bergerak
b. Anjurkan minum sebelum memulai senam (sebaiknya
air putih)
c. Memposisikan klien senyaman mungkin
d. Menanyakan apakah ibu mengalami keluhan-keluhan
3
sebelum senam (seperti pusing, lemas/letih, demam,
dsb)
e. Memeriksa KU dan TTV
f. Menyampaikan kepada ibu untuk tidak memaksakan
diri selama melakukan gerakan jika tampak berat dan
kelelahan
g. Menganjurkan ibu untuk meminum air putih jika
diperlukan

31
Mempersiapkan alat yang akan digunakan (matras, alat,
4
tape recorder untuk mengiringi music)
GERAKAN SENAM NIFAS
GERAKAN SENAM UNTUK NIFAS 6 JAM s.d 6
HARI
5 HARI PERTAMA SETELAH MELAHIRKAN

Posisi tubuh terlentang dan rileks, kemudian lakukan


pernafasan perut diawali dengan mengambil nafas melalui
hidung, kembungkan perut dan tahan hingga hitungan ke-5,
lalu keluarkan nafas pelan-pelan melalui mulut sambil
mengkontraksikan otot perut.
Ulangi gerakan sebanyak 8 kali.

HARI KEDUA SETELAH MELAHIRKAN


Sikap tubuh terlentang dengan kedua kaki lurus ke depan.
Angkat kedua tangan lurus ke atas sampai kedua telapak
tangan bertemu, kemudian turunkan perlahan sampai kedua
6 tangan terbuka lebar hingga sejajar dengan bahu. Lakukan
gerakan dengan mantap hingga terasa otot sekitar tangan
dan bahu terasa kencang.
Ulangi gerakan sebanyak 8 (delapan) kali.

HARI KETIGA SETELAH MELAHIRKAN


7 Berbaring relaks dengan posisi tangan di samping badan
dan lutut ditekuk. Angkat pantat perlahan kemudian
turunkan kembali. Ingat jangan menghentak ketika
menurunkan pantat. Ulangi gerakan sebanyak 8 (delapan)
kali.
HARI KEEMPAT SETELAH MELAHIRKAN
Posisi tubuh berbaring dengan posisi tangan kiri di samping
badan, tangan kanan di atas perut, dan lutut ditekuk.
Angkat kepala sampai dagu menyentuh dada sambil
8 mengerutkan otot sekitar anus dan mengkontraksikan otot
perut. Kepala turun pelan-pelan ke posisi semula sambil
mengendurkan otot sekitar anus dan merelaksasikan otot
perut.
Jangan lupa untuk mengatur pernafasan.
Ulangi gerakan sebanyak 8 kali.

32
HARI KELIMA SETELAH MELAHIRKAN
9 Tubuh tidur terlentang, kaki lurus, bersama-sama dengan
mengangkat kepala sampai dagu menyentuh dada, tangan
kanan menjangkau lutut kiri yang ditekuk, diulang
sebaliknya. Kerutkan otot sekitar anus dan kontraksikan
perut ketika mengangkat kepala. Lakukan perlahan dan atur
pernafasan saat melakukan gerakan.
Ulangi gerakan sebanyak 8 kali.

GERAKAN SENAM UNTUK NIFAS 2 MINGGU s.d 6


MINGGU
HARI KEENAM SETELAH MELAHIRKAN

Posisi tidur terlentang, kaki lurus, dan kedua tangan di


samping badan, kemudian lutut ditekuk ke arah perut 90
10 derajat secara bergantian antara kaki kiri dan kaki kanan.
Jangan menghentak ketika menurunkan kaki, lakukan
perlahan namun bertenaga. Ulangi gerakan sebanyak 8 kali

11 HARI KETUJUH SETELAH MELAHIRKAN


Tidur terlentang, kaki lurus, dan kedua tangan di samping
badan. Angkat kedua kaki secara bersamaan dalam
keadaan lurus sambil mengkontraksikan perut, kemudian
turunkan perlahan. Atur pernafasan. Lakukan sesuai
kemampuan, tidak usah memaksakan diri.
Ulangi gerakan sebanyak 8 kali.

33
12 HARI KEDELAPAN SETELAH MELAHIRKAN
Posisi menungging, nafas melalui pernafasan perut.
Kerutkan anus dan tahan 5-10 detik. Saat anus dikerutkan,
ambil nafas kemudian keluarkan nafas pelan-pelan sambil
mengendurkan anus.
Ulangi gerakan sebanyak 8 kali.

GERAKAN KE-9 dan 10 DILAKUKAN DIBAWAH


PENGAWASAN PETUGAS KESEHATAN.
HARI KESEMBILAN SETELAH MELAHIRKAN
Posisi berbaring, kaki lurus, dan kedua tangan di samping
13 badan. Angkat kedua kaki dalam keadaan lurus sampai 90
derajat, kemudian turunkan kembali pelan-pelan. Jangan
menghentak ketika menurunkan kaki. Atur nafas saat
mengangkat dan menurunkan kaki. Ulangi gerakan
sebanyak 8 (delapan) kali.

HARI KESEPULUH SETELAH MELAHIRKAN


Tidur terlentang dengan kaki lurus, kedua telapak tangan
diletakkan di belakang kepala, kemudian bangun sampai

posisi duduk, lalu perlahan-lahan posisi tidur kembali (sit


14 up).
Ulangi gerakan sebanyak 8 kali.
Ingat kekuatan bertumpu pada perut, jangan menggunakan
kedua tangan yang ditekuk di belakang kepala untuk
mendorong tubuh untuk duduk karena akan berpotensi
menimbulkan nyeri leher. Lakukan perlahan, tidak
menghentak dan memaksakan

PASCA SENAM
Menganjurkan pada ibu untuk melakukan gerakan senam
nifas di rumah, dengan mencoba dari gerakan dasar

34
15 dilanjutkan gerakan lanjut (gerakan yang tersulit) secara
bertahap.
16 Menjelaskan pada ibu untuk segera periksakan ke petugas
kesehatan apabila mengalami keluhan atau penyulit
CATATAN

Penilaian : Ʃ Nilai x 100 = ……………….

32

Batas Lulus : 72 (B)

Tangerang ,…………………………
Penguji,

( )

BAB IV PEMBAHASAN

4.1 Pembahasan preceptor


Preseptor digunakan sebagai alat sosialisasi dan orientasi, serta sebagai salah satu
metode recruitment staff. Akses kepengetahuan organisasi dan praktek klinik dapat
diprediksi oleh bidan baru, sehingga diskusi antara preceptor dan preceptee diperlukan untuk
memberikan praktek terkini dalam meberikan asuhan kebidanan di rumah sakit atau instansi
Kesehatan lain, sehingga penting bagi manajer kebidanan mengelola tenaga kebidanan
dengan baik sejak proses awal. Pelatihan ini sesuai dengan teori bahwa preceptor merupakan
seseorang yang mengajar, memberikan bimbingan, dapat memberikan inspirasi, menadi
panutan (role model) serta mendukung pertumbuhan dan perkembangan individu (traince)

35
untuk jangka waktu tertentu dengan tujuan khusus mensosialisasikan trainer pada peran
barunya.
Preseptorship dilakukan di Ruang Poli Kebidanan RSUD X pada hari Kamis tanggal 28
Juni 2022. Mahasiswa D4 sebagai preceptor dan mahasiswa D3 tingkat akhir sebagai
preceptee. Dengan bimbingan CI dilapangan. Kasus yang diambil mengenai asuhan
kebidanan pada nifas yaitu Senam Nifas. Dari hasil preceptorship, preceptor menilai tingkat
pengetahuan preceptee mengenai asuhan kebidanan pada ibu nifas yaitu Senam Nifas.
Preceptee juga mampu melaporkan kasus yang diambil, mengeksplorasi data subjektif dan
objektif pasien. Preceptee mampu membuat rencana asuhan pada pasien serta memberikan
konseling pada pasien. Tetapi masih ada point-point atau rumusan umum yang harus
diketahui preceptee. Preceptee harus banyak membaca kembali mengenai teori-teori pada
asuhan pada ibu nifas agar pengetahuannya semakin luas dan konseling yang diberikan
kepada pasien pun semakin bervariasi dan tepat.

4.2 Pembahasan Coaching


Dalam aplikasi coaching yang telah diaplikasikan pada mahasiswa, Langkah pertama
yang dilakukan yaitu pre conference yaitu mengucapkan salam dalam memperkenalkan diri,
menanyakan pencapaian target, kontrak dan tujuan belajar kepada mahasiswa, menganjurkan
mahasiswa untuk mempersiapkan kompetensinya sebelum melakukan tindakan,
mengkomunikasikan tindakan kommpetensi yang akan dilakukan mahasiswa kepada pasien.
Langkah kedua yaitu coaching, melakukan penilaian pada mahasiswa saat melakukan
tindakan kepada pasien menggunakan penuntun belajar (daftar tilik), menilai kinerja
mahasiswa pada daftar tilik selama mengobservasi kompetensi. Langkah ketiga menilai
pencapaian target yang telah dilakukan mahasiswa untuk menetapkan tujuan praktek
berikutnya, maka teori dan praktik sesuai.
Coaching dilakukan di Ruang Poli Kebidanan RS X pada tanggal 25-28 Juni 2022.
Mahasiswa D4 sebagai coach dan mahasiswa D3 sebagai coachee. Dengan bimbingan CI
lapangan. Kasus yang diambil tentang perawatan tali pusat. Dari hasil coaching, coach
menilai tindakan yang dilakukan coachee telah baik dan sesuai dengan daftar tilik dan
mempunyai percaya diri. Coach menilai masih ada beberapa prosedur pemeriksaan yang
terbalik untuk dilakukan, tetapi secara keseluruhan tindakan yang dilakukan sudah baik.

36
BAB V PENUTUP

5.1 KESIMPULAN
Salah satu cara untuk pengembangan dan pengendalian mutu Kesehatan adalah
dengan cara mengembangkan lahan praktek disertai dengan adanya pembinaan masyarakat
yang professional Kesehatan untuk melaksanakan pengalaman belajar dilapangan dengan
benar bagi peserta didik. Preceptor adalah seseorang yang memberikan pengajaran,
bimbingan, konseling, memberikan inspirasi bekerja sebagai seorang panutan, mendukung
pertumbuhan dan perkembangan dari mahasiswa baru yang dibimbingnya dengan waktu
yang terbatas dan dengann tujuan yang spesifik dari sosialisasi semula menjadi peran yang
baru (Morrow, 1984). Sedangkan coach membantu mengarahkan, mengajukan pertanyaan,
memaparkan sudut pandang lain pada proses coaching. Coach harus berprinsip bahwa
coachee secara alamiah kreatif, penuh sumber daya dan merupakan manusia utuh. Coach dan
coachee digambarkan layaknya persahabatan dimana keduanya menjalin sebuah hubungan
yang baik.

5.2 SARAN
5.2.1 Institusi Pendidikan
Metode preseptorship dan coaching adalah metode yang sering digunakan dalam
bimbingan klinik dilahan praktek. Sarana yang mutlak harus ada antara professional sebagai
pembimbing klinik atau “preceptor, coach” yang akan melakukan preceptorship. Pada proses
bimbingan dalam pelaksanaannya tidak efektif, karena rasio antara pembimbing dan
mahasiswa yang dibimbing sangatlah tidak seimbang. Selain itu waktu yang digunakan
terlalu singkat diharapkan kedepan waktu praktek dilapangan diperpanjang agar dapat
menemukan kasus-kasus kebidanan yang lebih banyak lagi.
5.2.2 Lahan Praktek
Lahan praktek merupakan komponen Pendidikan yang perlu mendapat perhatian bagi
para pengelola lahan praktek. Lingkungan yang kondusif akan sangat membantu tumbuhnya
sikap dan keterampilan professional khususnya bagi tenaga Kesehatan agar terlaksananya
sikap dan keterampilan professional bagi tenaga Kesehatan.

37
5.2.3 MAHASISWA
Praktek klinik kebidanan V merupakan Pendidikan praktek kebidanan yang sangat
penting untuk menunjangnya professional seorang bidan. Dalam hal ini mahasiswa
diharapkan mampu melakukan praktek klinik kebidanan secara mandiri maupun kelompok.
Mahasiswa harus lebih mahir dari pada mahsiswa yang menajdi bimbingannya. Maka dari
itu ketekunan, disiplin waktu dan kreatifitas darus ditingkatkan.

38
DAFTAR PUSTAKA

Mindarsih, Theresia & Pattypeilohy, Aning. (2020). Pengaruh Senam Nifas Pada Ibu Post
Partum terhadap Involusi Uterus Di Wilayah Kerja Puskesmas Alak, 235. Diakses 22
Oktober 2020, dari Universitas Citra Bangsa.

Elis, Andi & Mustari, Rohani. (2019). Pengaruh Senam Nifas terhadap Involusio Uteri di Puskesmas
Tobadak Kabupaten Mamuju Tengah,23. Diakses 1 Februari 2019, dari Universitas Indonesia Timur.

Depkes RI. Dirijen Binkesmas, 2009. Pedoman Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan
Anak (PWS-KIA) UNICEF, Jakarta.

Yusuf, Adie E, 2016, Management of Training : Coaching Skills, Wordpress, dilihat tanggal 07
Juli 2021 https://teknologikinerja.wordpress.com/2016/07/22/coaching-skills/. (Disarikan
dari berbagai sumber).

39

Anda mungkin juga menyukai