Standar Mutu Rumput Laut Kering tanpa proses untuk Eucheuma, Gelidium, Gracilaria dan
Hypnea.
Karakteristik Syarat
Eucheu ma Gelidium Gracilaria Hypnea
- Kadar air maksimal (%) 32 15 25 30
- Benda asing maksimal 5*) 5**) 5**) 5**)
(%)
- bau Spesifik rumput spesifik Spesifik rumput Spesifik rumput
laut rumput laut laut laut
*) Benda asing disini adalah garam, pasir, karang, kayu dan jenis lain
**) Benda asing disini adalah garam, pasir, karang dan kayu
Algin
Algin merupakan komponen utama dari getah alga coklat (Phaeophyceae), dan merupakan senyawa
penting dalam dinding sel spesies alga yang tergolong dalam kelas Phaeophyceae. Secara kimia, algin
merupakan polimer murni dari asam uronat yang tersusun dalam bentuk rantai linier yang panjang. Ada
dua jenis monomer penyusun algin, yaitu ß-D-Mannopyrasonil Uronat dan α-L-Asam Gulopyranosyl
Uronat. Dari kedua jenis monomer tersebut, algin dapat berupa homopolimer yang terdiri dari monomer
sejenis, yaitu ß-D-asam-Manopyranosil Uronat saja atau α-L-Asam Guloppyranosil Uronat, atau algin
dapat juga berupa senyawa heteropolimer jika monomer penyusunannya adalah gabungan kedua jenis
monomer tersebut.
PENGOLAHAN HASIL SAMPING PRODUK PERIKANAN DAN RUMPUT
LAUT.
Pengetahuan mengenai pemanfaatan limbah atau hasil samping ikan di Indonesia masih sangat
terbatas dan penerapan teknologi dalam pengelolaan limbah ikan masih tergolong belum optimal. Hal
ini yang menyebabkan limbah atau hasil samping ikan hanya dibuang atau dijual ke pengepul dengan
harga yang sangat murah. Limbah atau hasil samping ikan dapat diolah menjadi beberapa produk
pangan dan non pangan yang cukup potensial, diantaranya adalah produk krupuk kulit ikan, tepung
ikan, minyak ikan, khitosan dan pupuk organik yang dapat meningkatkan nilai ekonomis yang cukup
tinggi. Penanganan limbah atau hasil samping industri perikanan yang masih sangat minim perlu
mendapatkan perhatian yang lebih besar dari masyarakat. Perhatian tersebut sangat diperlukan agar
potensi limbah perikanan yang besar ini dapat dimanfaatkan secara maksimal untuk meningkatkan
perekonomian masyarakat, terutama pelaku industri pengolahan hasil perikanan. Bahan baku yang
awalnya tidak memiliki nilai ekonomi, dapat diolah menjadi produk yang memiliki nilai jual, contohnya
kerupuk kulit ikan. Pembuatan kerupuk kulit ikan merupakan salah satu alternatif pemanfaatan limbah
atau hasil samping pengolahan ikan. Proses pembuatannya sangat mudah dan dapat dilakukan dengan
peralatan yang sederhana. Hasil krupuknya pun sangat disukai masyarakat karena rasanya yang gurih
dan renyah sehingga prospek di masa depan sangat menjanjikan.
Penanganan Limbah
Limbah hasil perikanan dapat berbentuk padatan, cairan atau gas. Limbah berbentuk padat berupa
potongan daging ikan rucah, kulit, kepala, sisik, tulang/duri, insang atau saluran pencernaan dan bagian
dalam lainnya seperti hati. Limbah ikan yang berbentuk cairan antara lain darah, lendir dan air cucian
ikan. Sedangkan limbah ikan yang berbentuk gas adalah bau yang ditimbulkan karena adanya senyawa
amonia, hidrogen sulfida atau keton. Berbagai teknik penanganan dan pengolahan limbah telah
dikembangkan. Masing-masing jenis limbah akan membutuhkan cara penanganan khusus, dimana
perlakuannya berbeda antara jenis limbah yang satu dengan jenis limbah lainnya. Namun secara garis
besarnya, teknik penanganan dan pengolahan limbah dapat dibagi menjadi penanganan dan pengolahan
limbah secara fisik, kimiawi, dan biologis (Annonymousa, 2010).
1) Secara Fisik
Penanganan dan pengolahan limbah secara fisik dilakukan untuk memisahkan antara limbah
berbentuk padatan, cairan dan gas. Penanganan dan pengolahan limbah secara fisik mampu melakukan
pemisahan limbah yang berbentuk padat dari limbah lainnya. Limbah padatan akan ditangani atau
diolah lebih lanjut sehingga tidak menjadi bahan cemaran, sedangkan limbah cair dan gas akan
ditangani atau diolah menggunakan teknik kimiawi dan biologis (Annonymousa, 2010). Secara fisik,
penangan limbah dilakukan menggunakan penyaring (filter). Bentuk saringan disesuaikan dengan
kondisi dimana limbah tersebut ditangani. Penyaring yang digunakan dapat berbentuk jeruji besi atau
saringan (Annonymousa, 2010).
2) Secara Kimiawi
Penanganan dan pengolahan limbah secara kimiawi dilakukan dengan menggunakan senyawa
kimia tertentu untuk mengendapkan limbah sehingga mudah dipisahkan. Pada limbah berbentuk padat,
penggunaan senyawa kimia dimaksudkan untuk menguraikan limbah menjadi bentuk yang tidak
mencemari lingkungan (Annonymousa, 2010).
3) Secara Biologis
Pengolahan limbah secara biologis dapat dilakukan dengan menggunakan tanaman dan mikroba.
Adapun Jenis tanaman yang digunakan antara lain berupa eceng gondok, duckweed, dan kiambang.
Sedangkan jenis mikroba yang digunakan adalah bakteri, jamur, protozoa dan alga. Pemilihan jenis
mikroba yang digunakan tergantung dari jenis limbah. Bakteri merupakan mikroba yang paling sering
digunakan pada pengolahan limbah secara biologis. Bakteri yang digunakan bersifat kemoheterotrof
dan kemoautotrof. Bakteri kemoheterotrof memanfaatkan bahan organisk sebagai sumber energi,
sedangkan bakteri kemoautotrof memanfaatkan bahan anorganik sebagai sumber energi
(Annonymousa, 2010) Jamur yang digunakan dalam penanganan dan pengolahan limbah secara
biologis bersifat nonfotosintesa dan bersifat aerob. Protozoa yang digunakan dalam penanganan dan
pengolahan limbah bersel tunggal dan memiliki kemampuan bergerak (motil). Alga digunakan pada
penanganan dan pengolahan limbah secara biologis karena memiliki sifat autotrof dan mampu
melakukan fotosintesa. Oksigen yang dihasilkan dari fotosintesa dapat dimanfaatkan oleh mikroba
(Annonymousa, 2010). Pemanfaatan limbah perikanan berupa kepala ikan, sirip, tulang, kulit dan
daging merah telah digunakan dalam beberapa hal, yaitu berupa daging lumat (minced fish) untuk bahan
pembuatan produk-produk gel ikan seperti bakso, sosis, nugget dan lain-lain. Selain itu dapat dibuat
tepung, konsentrat, hidrolisat dan isolat protein ikan. Sebagai pakan ternak, ikan dapat diolah menjadi
tepung, bubur dan larutan-larutan komponen ikan.