Anda di halaman 1dari 7

Etiologi

Penyakit avian leucosis virus disebabkan oleh virus yang menyerupai microvirus yang
terdiri dari berbagai macam strain. Virus ini cenderung menyerang ayam dewasa khususnya
ayam betina (Bambang, 1992). Kelompok leukosis disebabkan oleh virus RNA yang tergolong
family retroviridae, subfamily oncovirinae, genus retrovirus sub genus oncovirus tipe C. Virus
avian leucosis pada ayam dibagi menjadi 6 subgrup, yaitu A, B, C, D, E dan J (Tabbu, 2000).
Atas dasar sub kelompok tersebut (A, B, C, D, E dan J) yang dibedakan menurut envelopenya
yang mempengaruhi antigenisitas untuk menginfeksi hospes. Sub kelompok A dan B
menyebabkan leukosis limfoid sedangkan sub kelompok J menyebabkan leukosis myeloid.
Beberapa strain dari ALV tergolong virus yang detektif karena tidak mempunyai envelope dan
gen env. Replikasi virus tesebut tergantung pada pembantu ALV(ALV non-detektif). Virus
Avian Leucosis yang tidak detektif meliputi virus eksogenus dan endogenus. ALV endogenus
biasanya terintegrasi pada genom ayam (Tabbu, 2000).

Penyebab yang sering ditemui di lapangan adalah adalah ALV sub grup A, kemudian
subgrup B, C dan D. Kelompok ALV tersifat adanya enzim reverse trancriptase yang digunakan
untuk membentuk DNA provirus selama proses replikasi virus (Tabbu, 2000). Provirus DNA
terintegrasi ke dalam genom hospes hingga timbul infeksi. Secara Struktural ALV virus sangat
sederhana hanya memiliki tiga gen struktural yaitu gag/pro-pol-env dan masing-masing encode.
Gen struktural diapit oleh urutan genom berkaitan dengan regulasi virus, replikasi yan berada di
dalam provirus. Beberapa strain di laboratorium dan di lapangan isolat ALV juga mempunyai
satu oncogen virus yang dimasukkan pada beberapa situs genom virus memiliki onkogen atas
dasar transduksi onkegen seluler selama tahapan onkogenesis (Venogupal, 2000). Virus tersebut
saling berhubungan sehingga mampu mengakibatkan timbulnya berbagai macam tumor laten
yang pendek sampai panjang (Tabbu, 2000).

Epidemiologi

Penyakit Leukosis banyak menyerang ayam di Indonesia. Penyakit ini dilaporkan juga
dapat terjadi di beberapa Negara seperti Australia, Korea, Malaysia, Nepal, Papua New Guinea,
Srilanka, India dan Indonesia (Fadilah, 2011). Telah lama diakui bahwa infeksi ALV sudah
tersebar luas pada sebagian peternakan ayam karena sudah ditemukan antibodi terhadap
ALV(Crittenden, 2006). Di Indonesia tersebar luas di beberapa daerah dan bersifat sporadis.
Ayam menjadi hospes yang paling peka terhadap semua subgroup virus LL dan terjadi pada
ayam dewasa yaitu pada umur diatas 14 minggu dan kematian paling banyak terjadi pada umur
20 dan 24 minggu.Ayam terserang ditandai dengan tingkat morbiditas dan mortalitas rendah.
Tingkat mortalitas pada ayam broiler dan petelur masing-masing 0,57 % dan 2,18 %. Leukosis
unggas menurut Tabbu (2000) paling banyak ditemukan pada ayam petelur di usia 16 minggu
atau lebih. Penyakit ini tersebar luas di berbagai negara di dunia. Di Indonesia, leukosis unggas
masih banyak ditemui diberbagai daerah walaupun akhir-akhir ini kasusnya cenderung menurun.
Penurunan jumlah kasus disebabkan adanya usaha eradikasi dan seleksi genetik yang dilakukan
secara ketat oleh perusahaan breeder.

Peternakan ayam komersial di dunia sudah banyak yang terserang Avian Leucosis Virus
(ALV), meskipun banyak tindakan pencegahan primer sudah dilakukan. Kejadian dalam sebuah
flock peternakan biasanya rendah hanya sekitar 1% sampai 2% tetapi dapat menimbulkan
kerugian hingga 20%. Selain kerugian yang ditimulkan berupa kanker, infkesi eksogen ALV
dapat menurunkan jumlah produksi telur, ukuran, fertilitas, daya tetas dan mortalitas (Payne,
2000). Survei persebaran atau distribusi penyakit banyak didominasi oleh sub grup A. Sub grup
B jarang terjadi biasanya terjadi setelah adanya infeksi dari sub grup A. Morbiditas dan
mortalitas pada ayam dewasa terjadi ari sub grup A. Virus biasa menginfeksi setelah ayam
mengalami dewasa kelamin. Pada survei hanya menyerang 10 % pada ayam yang berumur 1-2
tahun (Crittenden, 2006).

Gejala Klinis

Virus yang terlibat memiliki masa inkubasi yang panjang(4 bulan atau lebih).
Akibatnya, tanda-tanda klinis tidak terlihat sampai burung-burung berumur 16 minggu atau
lebih.Unggas yang terkena menjadi semakin lemah dan kurus, terjadi regresia, perut membesar,
dan terjadi diare kehijauan.
Diagnosa

Mirip dengan Marek Disease, prosedur diagnostik untuk avian leukosis termasuk pada
metode patologis dan virologi (Payne dan Venogupal, 2000).

Diagnosis Patologis

Diagnosis histopatologi sangat penting untuk diagnosis yang akurat dari leukosis. Untuk
itu, materi tumor harus dikumpulkan dari burung yang telah mati dan dari beberapa kasus dari
kawanan tertular, bahan ini harus ditempatkan dalam fiksatif. Jaringan yang paling efektif untuk
dikumpulkan dan diperiksa adalah hati, limpa, bursa fabricius, sumsum tulang, dan saraf perifer.
Gambaran diagnostik yang signifikan dari berbagai leukosis akan dijelaskan di bawah ini.

Leukosis Limfoid

Hal ini terjadi pada unggasberumur sekitar empat bulan. Menujukan nodular pada bursa
fabricius. Leukosis limfoid biasanya disebabkan oleh ALV, tapi kadang-kadang oleh
REV.Mikroskopis, fitur diagnostik limfoblastik besar yang terdiri dari tumor,adanya tumor
intrafollicular di bursa, dan kecenderungan untuk tumor pada jaringan lain, seperti hati dan
limpa. Sel-sel tumor yang muncul adalah sel B,dan dengan teknik immunocytochemical khusus
dapat terdeteksi marker sel Bdan Ig M pada sel-sel tumor. Tumor ini bersifat ekstravaskuler.

Leukosis Erythroid

Hal ini dapat terjadi pada unggas muda, dari sekitar lima minggu, dan pada orang
dewasa.Muncul pembesaran hati dan limpa, berwarna merah, terjadi perdarahan, dandestruksi
hati. Mikroskopis, tumor menunjukan gambaran seragam, bulat, erythroblasts. Tumor ini
intravaskular, dengan akumulasi erythroblasts di sinusoid hati dan dalam limpa. Dalam sumsum,
sinus erythropoietic diisi dengan erythroblasts.

Leukosis Myeloid

Hal ini terjadi terutama pada unggas dewasa tapi kadang-kadang pada unggas umur lima
minggu. Dalam bentuk myeloblastosis, pembesaran hati, limpa dan organ lainnya dapat muncul
danmirip dengan perubahan leukosis limfoid. Dalam bentuk myelocytomatosis,organ-organ
membesar, tetapi yang paling sering terjadi adalah myelocytomas pada tulang, terutama pada
sternum, dan kadang-kadang pada tengkorak muncul patognomonik. Myelocytomas juga dapat
dilihat dalam rongga mulut, trakea dan mata. Bentuk myeloblastic terdiri dari mielosit dewasa
dengan sedikit butiran sitoplasma. Dalam hati, sel-sel tumor yang muncul baik extravascular di
sekitar pembuluh darah dan arteri ataupun intravascular pada sinusoid. Kedua bentuk
myeloblastic dan myelocytic sering ditandai dengan leukemia, dan sumsum tulang digantikan
oleh sel-sel menjadi myeloid neoplastik.

Diagnosis Virologi

Deteksi antibodi terhadap ALV digunakan dalam pengawasan kelompok untuk


mendeteksi ada tidaknya infeksi oleh eksogen ALV, dan untuk mengidentifikasi unggas kelas
tertentu dalam studi epidemiologi dan program pemberantasan ALV.

Netralisasi virus dan antibodi tes ELISA yang digunakan, sebagai berikut (Zavala, 2006).:

a) Tes Netralisasi Virus


Antibodi terdeteksi oleh kemampuan untuk menetralisir infektivitas ALVs subkelompok
yang dikenal, atau dari pseudotypes RSV. Meskipun begitu, virus dan antibodi dalam
subkelompok tertentu biasanya dapat menimbulkan terjadinya reaksi silang sehingga
antibodi terhadap varian virus gagal untuk menetralisir perwakilan virus subkelompok.
Hal ini telah diamati terutama pada subkelompok J, yaitu virus bermutasi. Tes ini lambat
(membutuhkan tujuh sampai sepuluh hari).
b) ELISA
Antigen virus dapat digunakan dalam tes ELISA untuk mendeteksi antibodi ALV -
subkelompok tertentu. Tes antibodi terhadap subkelompok A, B dan J tersedia secara
komersial. Sub kelompok ELISA antibodi J menggunakan envelope antigen yang
diproduksi dalam sistem abaculovirus dan muncul untuk mendeteksi antibodi terhadap
semua varian virus untuk dipelajari. Tes ELISA antibodi adalah tes yang yang cepat
(membutuhkan satu hari), spesifik, dan cocok untuk pengujian skala besar.

PATOGENESIS

Avian leukosisvirus (AVL) merupakan keluarga virus dari retrovirus . Retrovirus ini
relatif lemah dan tidak dapat bertahan hidup dengan baik di luar tubuh burung atau unggas. Oleh
karena itu hanya ditularkan melalui perkawinan,melalui telur dan melalui gigitan hama (seperti
Tungau merah dan lalat penggigit).Seperti Penyakit Mareks, Avian leukosis menginfeksi sel-sel
darah putih ,Sel darah putih ini berfungsi untuk membantu tubuh melawan berbagai penyakit
infeksi sebagai bagian dari sistem kekebalan tubuh (Murtidjo, 1992).

a. Gut dengan tumor

Pertama,virus merusak dan menginfeksi sel-sel darah putih sehingga burung atau unggas
tidak bisa melawan penyakit ini. Hal ini dapat menyebabkan unggas mengalami infeksi lain
seperti penyakit pernapasan dan Coccidiosis (Zavala, 2006).

b. Limpa dengan tumor

Kedua, virus selanjutnya akan membuat tumor pada organ internal unggas seperti hati,
limpa, ginjal, organ reproduksi dan tulang. Awalnya, unggas tampak mengalami infeksi
pernapasan ringan atau diare, namun bahkan dengan perawatan burung sering gagal untuk
sembuh dan burung yang terkena infeksi terlihat kusam dan banyak kehilangan berat badan.
Akhirnya dapat dilakukan eutanasi sehingga burung akan mati .Dalam beberapa kasus Avian
leukosis menyebabkan tumor tulang yang membuat kaki menjadi bengkok dan menebal.Namun
tidak seperti penyakit Mareks, Avian leukosis tidak menyebabkan tanda-tanda gelisah karena
virus tidak akan menyebabkan tumor pada sistem saraf (Murtidjo, 1992).

Transmisi infeksi

Ada dua cara penularan dari Avian leukosis virus, yaitu secara vertikal dan horisontal .

1. Transmisi Vertikal ( bawaan atau telur )

Dalam transmisi vertikal, ALV ditularkan dari ayam yang terinfeksi ke anak-anak (telur)
mereka.Meskipun hanya sebagian kecil dari anak ayam yang biasanya terinfeksi dengan cara
ini.Avian leukosis virus hadir dalam magnum dari saluran telur(oviduk) induk ayam menuju ke
dalam albumen telur dan embrio anak ayam selama inkubasi.Pejantan yang terinfeksi tidak
menularkan kepada keturunan mereka ,meskipun air mani mungkin berisi virus (Murtidjo, 1992).

2. Transmisi horisontal

Dalam transmisi horisontal, ALV menyebar dari burung ke burung melalui kontak
langsung, atau tidak langsung dari paparan virus dalam lingkungan. Sumber virus dari unggas
yang terinfeksi termasuk tinja, air liur dan kulit. Periode kelangsungan hidup ALV diluar tubuh
burung relative pendek (beberapa jam), dan akibatnya ALV tidak sangat menular. Infeksi
congenital pada ayam merupakan sumber penting dari infeksi kontak pada tempat penetasan dan
selama periode pengeraman, kotoran dari infeksi congenital pada ayam yang mengandung
banyak ALV.Rute dari infeksi ini yaitu oculonasal, oral, pernapasan, dan kulit (Murtidjo, 1992).

Pengobatan

Penyakit pada unggas seperti Avian leucosis virus dapat ditangani dengan mengunakan
ragam tumbuhan herbal seperti daun keladi tikus, daun sirsat, daun dewa dan kulit buah
manggis. Tumbuhan herbal ini sudah terbukti khasiat dan kegunaanya dalam meminimalisirkan
lymphomatosis pada unggas (Payne dan Venogupal, 2000).
Sejauh ini untuk pengobatan Avian leucosis virus dalam taraf komersial belum ada yang
efektif hal ini terlihat Jika pada suatu peternakan unggas terserang Avian leucosis virus maka
unggas unggas tersebut harus disingkirkan atau dimusnahkan yaitu dengan cara dibakar atau di
kubur (Critenden, 2006).

Walaupun pengobatan yang tepat untuk Avian leucosis virus belum ditetapkan, namun
tak ada salahnya melakukan pencegahan secara dini semisal menjaga ketat biosecurity di sekitar
areal peternakan, mengontrol unit pekerja yang masuk ke areal kandang unggas, selalu menjaga
sanitasi di sekitar lingkungan peternakan dan desinfeksi kandang (Zavala, 2006).

Daftar Pustaka
Zavala G, Cheng S. 2006. Detection And Characterization Of Avian Leukosis Virus In
Marek'sDisease Vaccines.Department of Population Health, University of Georgia,
Athens 30602, USA.Avian Dis. Jun;50(2):209-15.

Critenden, L.B. 2006. The Epidemiology of Avian Lymphoid Leucosis. Departemen of


Agriculture ARS Animal Physiology and Genetis Institute, Beltsville. Maryland.

Fadilah, Roni dan Polana Agustin. 2011. Mengatasi 71 Penyakit pada Ayam. Jakarta :
Agromedia Pustaka.

Murtidjo, Bambang Agus. 1992. Pengendalian Hama dan Penyakit Ayam. Kanisius. Yogyakarta

Tabbu, Charles Rangga. 2000. Penyakit Ayam dan Penanggulangannya-Vol 1. Yogyakarta :


Kanisius.

Payne, L.N dan Venogupal. K. 2000. Neoplastic diseas: Mareks disease, Avian Leucosis and
Reticuloendotheliosis. Rev. Science.Intitute for Animal Health, Compton. United
Kingdom

Anda mungkin juga menyukai