Wijaya Asmar (O11114009), Wastuti Aritonang (O111140006), Wulan Sari Sinaga (O11114501).
Asisten: Rizki Pratiwi
2 Bagian Bedah & Radiologi, Departemen Klinik, Reproduksi & Patologi Program Studi Kedokteran Hewan (PSKH), Universitas Hasanuddin (UNHAS)
Korespondensi penulis: Ummimimi14@gmail.com
ABSTRAK Penyakit kulit dan parasit darah adalah penyakit yang paling sering dijumpai pada anjing, khususnya anjing liar di jalanan. Praktikum ini bertujuan agar mahasiswa dapat mengenali, menjelaskan dan menganalisa penyakit kulit dan parasit darah serta penanganannya pada anjing. Adapun penyakit kulit dan parasit darah yang paling sering didapatkan yaitu demodikosis, pyoderma, dan babesiosis. Demodekosis merupakan suatu penyakit yang ditimbulkan oleh parasit demodec sp. yang biasanya menyerang anjing dan dapat menimbulkan gangguan pada kulit. Pyoderma merupakan suatu infeksi bakteri yang dapat terjadi pada berbagai lapisan kulit, infeksi kulit terjadi saat integritas permukaan kulit telah rusak sebagian besar kasus pyoderma disebabkan oleh Staphylococcus intermedius. Babesiosis adalah penyakit parasit yang disebabkan oleh Babesia sp. dan terdistribusi di dalam sirkulasi darah. Metode yang digunakan pada praktikum ini adalah metode deskriptif. Alat yang digunakan dalam praktikum, yaitu stetoskop, penlight, stopwatch, thermometer dan hammer. Pemeriksaan yang dilakukan meliputi sinyalemen, anamnesis, inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi. Hasil praktikum ini diketahui bahwa anjing tersebut mempunyai gejala yang sama dengan penyakit demodekosis, pyoderma, dan babesiosis. Hasil diagnosa ini diambil berdasarkan hasil pemeriksaan dan gejala kinis yang muncul namun untuk meneguhkan diagnosa diperlukan uji laboratorium.
Kata Kunci: Anjing, Demodekosis, Diagnosa, Kulit, Parasit Darah
PENDAHULUAN berkaitan dengan penyebab penyakitnya
Anjing merupakan hewan terutama penyakit yang menular dan dapat kesayangan yang digemari masyarakat. menyebabkan anjing tersebut mengalami Anjing biasa digunakan untuk hewan kematian. peliharaan yang menemani manusia dan Canine demodecosis adalah sebagai hewan penjaga, untuk itu harus inflamasi akibat serangan parasit Demodex mengetahui tata cara pemeliharaannya sp. yang berkaitan dengan status dengan baik dan benar, selain dibutuhkan imunodefisiensi sehingga tungau pengetahuan cara pemeliharaannya, berkembang secara luar biasa dan pengetahuan tentang kesehatan juga perlu menyebabkan furunculosis dan infeksi diketahui, penyakit dan cara sekunder bakterial. Kasus dermatologi pengobatannya. Tata cara pemeliharaan menempati urutan kedua terbesar yaitu anjing dalam menjaga kesehatannya sangat sekitar 17% dari seluruh kasus yang ditangani Rumah Sakit Hewan Pendidikan HASIL DAN PEMBAHASAN (RSHP), setelah kasus gastrointestinal. Hasil Sedangkan demodekosis umumnya Terlampir dalam rekam medik merupakan kasus pada anjing, sekitar 12% dari keseluruhan kasus dermatologi di Pembahasan RSHP [1]. 1. Demodecosis Pyoderma adalah dermatitis yang a. Etiologi disebabkan oleh infeksi bakteri dan Penyakit ini disebabkan oleh sejenis merupakan penyakit kulit yang umum tungau yang disebut Demodex sp., terjadi pada anjing. Berdasarkan berbentuk seperti cerutu atau wortel, kedalaman kulit yang terlibat, pyoderma mempunyai 4 pasang kaki yang pendek bisa diklasifikasikan sebagai surface, dan gemuk serta memiliki 3 ruas. Bagian superficial, dan deep. Kondisi ini hampir perutnya terbungkus kitin dan bergaris selalu merupakan sekunder dari gangguan melintang menyerupai cincin serta lain yang terjadi pada tubuh [2]. memipih ke arah caudal. Ukuran tungau Babesiosis adalah penyakit parasit bervariasi antara 0,2 0,4 mm. Beberapa yang disebabkan oleh Babesia sp. dan spesies tungau memiliki inang spesifik, terdistribusi di dalam sirkulasi darah. seperti demodecosis pada sapi pada sapi Penyakit ini tersebar luas di seluruh dunia disebabkan oleh D.bovis, pada anjing oleh dan menyerang binatang ternak, terutama D.canis, D.cornei dan D.injai. Pada anjing yang dipelihara di daerah tropis dan kucing disebabkan oleh D.cati dan subtropis. Disamping itu, kasus babesiosis D.gatoi, pada kambing oleh D.caprae, juga dilaporkan menyerang pada manusia D.criceti pada marmot, D.phylloides pada sehingga dimasukkan ke dalam penyakit babi D.equi pada kuda dan D.folliculorum zoonosis [3]. pada manusia.Tungau demodex hidup di dalam kelenjar minyak dan kelenjar MATERI DAN METODE keringat (glandula sebacea) dan Materi memakan epitel serta cairan limfe dari Praktikum ini dilakukan di ruang beberapa hewan, kecuali unggas. Dalam intalasi Karantina Pertanian Makassar pada kondisi tertentu tungau demodex dapat tanggal 26 September 2017. Peralatan yang menginfestasi manusia [4]. digunakan dalam praktikum ini antara lain b. Patogenesis yaitu penlight, stetoskop, hummer, Patogenesis penyakit yang termometer, serta sebuah stopwatch. Serta berkaitan dengan proliferasi Demodex sp. menggunakan probandus yaitu pada hingga saat ini masih belum jelas. seekor anjing yang memiliki gejala Umumnya hewan mempunyai sejumlah gejala klinis mirip seperti penyakit kulit kecil Demodex pada tubuhnya yang tinggal dan parasit darah yaitu probandus di folikel dan kelenjar sebaseus. mengalami alopecia, bintik kemerahan dan Berkembangnya tungau dan menimbulkan selalu menggaruk bagian tubuhnya. penyakit diduga akibat dari sistem kekebalan tubuh host. Penelitian Metode menunjukkan pemberian serum Metode praktikum yang digunakan antilimfosit pada anak anjing akan yaitu demonstrasi, yaitu praktikan menyebabkan anjing tersebut menderita melakukan pemeriksaan langsung yang demodekosis general. Penelitian in vitro terdiri dari sinyalemen, anamnesis terhadap limfosit blastogenesis inspeksi, palpasi, auskultasi dan perkusi. menunjukkan bahwa terjadi respon limfosit Adapun prosedur yang dilakuan yaitu abnormal pada anjing pada kasus Canine pengisian sinyalemen, anamnesa, General Demodecosis (CGD). Namun, pemeriksaan fisik. penelitian terbaru menunjukkan bahwa supresi respon blastogenesis diinduksi oleh suatu substansi yang dihasilkan tungau, semacam humoral immunosuppresive factor. Bahan ini akan menyebabkan kerontokan (alopecia) dan mengalami supresi respon kekebalan host terhadap hiperkeratosis ringan. tungau sehingga tungau berkembang biak Bentuk Pustula tanpa dapat dikendalikan oleh host. Pada bentuk ini biasanya terjadi Penderita CGD memproduksi IL-2 peradangan dan infeksi bakteri subnormal dan mempunyai persentase Staphylococcus albus. Lesi akan disertai reseptor IL-2 pada limfosit subnomal. pustula yang mengeluarkan nanah, darah, Penelitian lain juga menduga bahwa serum yan merembes menjadikannya supresi respon blastogenesis limfosit juga keluarnya eksudat sehingga timbul berdampak pada kejadian secondary keropeng pada kulit. Abses bersatu dan bacterial pyoderma, yang sering menyertai menjadikan jaringan di bawah kulit kejadian CGD. Selain itu, para ahli menjadi bernanah. Jaringan akan menjadi menduga bahwa terjadi CGD adalah sangat peka dan menimbulkan rasa gatal, adanya defek pada sel T anjing tersebut dan sakit [5]. dan bersifat heriditer [1]. Pada praktikum ini hewan yang dibawa Pada anjing dewasa terjadinya adalah hewan yang mempunyai gejala demodekosis dapat mengindikasikan klinis yang sama dengan demodecosis. adanya penyakit dalam yang berdampak Diantara gejalanya yang sama itu alopecia, pada gangguan sistem imun hewan, berkerak, kemerahan, disertai rasa gatal diantaranya kanker, penyakit liver, ginjal dan sakit dan juga menyebabkan maupun ketidakseimbangan hormonal. pembengkakan (radang), rambut mati dan Pada beberapa kasus terjadi imunosupresi, sel apitel kulit terlepas dan menyebabkan hal ini disebabkan karena adanya penekana kulit bersisik dan membuat rambut terhadap produksi limfosit T. Hewan yang mengalami kerontokan (alopecia) dan sedang dalam terapi menggunakan obat mengalami hiperkeratosis ringan. imunosupresif seperti kortikosteroid juga d. Diagnosis dapat berpengaruh pada sistem kekebalan Diagnosa yang dapat dilakukan tubuh hewan yang akhirnya dapat memicu pada kasus demodekosis adalah dengan timbulnya demodekosis[1]. kerokan kulit yang agak dalam dari bagian c. Gejala Klinis tengah lesi, kemudian diberi tetesan KOH Gejala klinis dari demodekosis 10 % untuk diamati di bawah mikroskop. adalah pada kulit terjadi alopecia, Apabila positif maka akan ditemukan berkerak, kemerahan, disertai rasa gatal parasit demodex yang bentuknya seperti dan sakit jika ada infeksi sekunder. wortel atau cerutu. Luka pada kulit anjing Munculnya demodex biasanya pada daerah yang terserang. Demodikosis akan dapat kepala, kaki depan, hidung, ekor dan didiagnosa melalui pemeriksaan beberapa anjing ada juga yang terserang mikroskopis dari kerokan kulit hewan hanya di daerah telapak kaki dan telinga penderita yang diduga terserang penyakit saja. Pada demodekosis general, lesi ini, tampak parasit Demodex canis terdapat hampir di seluruh tubuh dan berbentuk cerutu dengan ukuran 250-300 biasanya disertai dengan infeksi sekunder m x 400 m. Parasit ini tinggal di folikel [5] . rambut dan kelenjar sebaceus dan siklus Bentuk Sequamosa bersisik hidupnya terjadi pada tubuh induk semang Kudis terlihat kemerahan dan 20-35 hari [5]. bersisik. Jika terjadi pustula tercium bau a. Deep skin scraping hingga berdarah busuk. Luka yang mengalami infeksi b. Pegang dan gosok-gosok pada area sekunder oleh bakteri akan mengalami untuk mengeluarkan tungau dari folikel . penanahan. Tungau pada 1/3 saluran c. Lakukan scraping di beberapa tempat. rambut dapat menyebabkan pembengkakan d. Periksa dibawah pembesaran 10X. Lihat (radang), rambut mati dan sel apitel kulit yang hidup dan mati, muda dan dewasa terlepas dan menyebabkan kulit bersisik sehingga dapat memantau respon terapi. dan membuat rambut mengalami e. Interpretasi kerokan kulit (skin scraping) 1. Tidak ada tungau atau SDM : 2. Pyoderma lakukan kerokan kembali a) Etiologi 2. 1-2 tungau dewasa : lakukan kerokan Pyoderma atau dikenal dengan hot spot kembali merupakan infeksi kulit akibat bakteri. 3. Banyak tungau dewasa : diagnostik Infeksi kulit terjadi saat integritas 4. Banyak tungau belum dewasa permukaan kulit telah rusak. Kulit (larva/nimfa) : diagnostik mengalami maserasi akibat pemaparan 5. Tidak ada tungau dewasa : lakukan kronis dari tempat yang lembab, kemudian kerokan kembali atau rediagnose[1]. flora bakteri kulit berubah, sirkulasi di e. Differensial Diagnosis kulit rusak, dan terjadi kerusakan terhadap Differensial diagnosa dari demodekosis kekebalan. Sebagian besar kasus pyoderma merupakan Bacterial folliculitis karena disebabkan oleh Staphylococcus mempunyai gejala kemerahan, disertai rasa intermedius, dapat juga dapat disebabkan gatal. Dermatophytosis mempunyai gejala oleh Pasteurella multocida. Kejadian lesi terdapat hampir di seluruh tubuh, pyoderma yang dalam merupakan Dermatomyositis mempunyai gejala dngan komplikasi dengan bakteri gram negatif rambut mengalami kerontokan (alopecia) seperti Escherichia coli, Proteus sp. dan dan mengalami hiperkeratosis ringan [6]. Pseudomonas sp.[7]. f. Prognosis b) Patogenesis Prognosa pada demodekosis adalah Banyak hal yang mempengaruhi anjing fausta bila ditangani dengan baik dan sampai terjadinya pyoderma antara lain cepat sesuai dengan gejala yang terlihat faktor host, agent dan lingkungan seperti dan setelah melakukan tes yang lebih rinci yang telah dipaparkan sebelumnya dimana [6] . adanya ketidakseimbangan antara ketiga g. Terapi faktor tersebut [7]. Pengobatan demodekosis terutama c) Gejala Klinis ditujukan untuk membunuh parasit Gejala klinis yang muncul pada infeksi penyebab. Ivermectin diberikan secara sub pyoderma superfisial secara umum adalah kutan dengan dosis 400 g per kg berat terbentuknya pustula pada kulit, merah, badan dengan interval pengulangan sekali bengkak (berisi pus berwarna putih pada seminggu, dan diberikan injeksi duradryl bagian tengahnya, gatal, dan kerontokan secara sub kutan terlebih dulu sebagai rambut. Bagian tubuh yang paling sering antihistamin. Penggunaan Amitraz sangat mengalami pyoderma superfisial biasanya dianjurkan karena Amitraz adalah pada bagian leher, kepala, dan proksimal formamidine dan monoaminoxidase dalam ekstremitas. Sedangkan gejala klinis yang larutan xylene, sebagai bentuk ixodicide muncul pada deep pyoderma adalah rasa yang penggunaannya berbentuk larutan sakit, bau, terdapat eksudat darah dan pus, 5%, Dosis pemberian 1 ml Amitraz erythema, kebengkakan, dan ulserasi pada dilarutkan dalam 100 ml air yang kulit. Infeksi deep pyoderma sering terjadi digunakan untuk mandi pada hewan pada bagian interdigital, hock, dan tungkai penderita. Pada anjing jenis berbulu bagian lateral [8]. panjang dianjurkan sebaiknya dicukur Pada probandus yang dipraktikumkan untuk memudahkan pemberian Amitraz mempunyai gejala yang sama dengan dengan cara hewan penderita dimandikan pyoderma yaitu terbentuknya pustula pada dengan interval sekali seminggu. kulit, merah, bengkak (berisi pus berwarna Pengobatan yang dilakukan pada penderita putih pada bagian tengahnya, gatal, dan demodikosis dengan pemberian obat anti kerontokan rambut). bakterial seperti Erythromycin atau obat d) Diagnosa golongan Trimethoprim-sulfonamide yang Diagnosa pada pyoderma biasanya sering digunakan seperti Bactrim, karena didasarkan pada anamnesis dan sejarah pemberian obat golongan ini ditujukan medis dari hewan tersebut. Selain itu dapat untuk pengobatan infeksi bakteri [5]. juga dilakukan uji tambahan seperti uji darah, kultur kulit, dan uji sensitivitas b. Gejala Klinis terhadap antibiotik serta uji kultur fungi Infeksi babesiosis dapat terjadi pada kulit [7]. dengan tanpa gejala, atau menimbulkan e) Differensial Diagnosa gejala ringan sampai berat, tergantung Differensial diagnosa yaitu pyoderma derajat infeksi, patogenitas agen serta superfisial akibat staphylococcus, kerentanan dari inang. Anak anjing dermatofitosis, demodecosis dengan cenderung lebih sensitif terkena babesiosis terbentuknya pustula pada kulit, merah, dibandingkan anjing dewasa. Gejala akut bengkak (berisi pus berwarna putih pada yang sering diperlihat pada infeksi babesia bagian tengahnya), gatal, dan kerontokan ialah adanya demam, ataksia, anoreksia, rambut [7]. kelemahan, kelesuan, kadang-kadang juga f) Prognosa terdapat tanda-tanda saraf sebagai akibat Sebagian besar kasus pyoderma dari penyerapan eritrosit yang terinfeksi di menggunakan antibiotik oral dan terapi kapiler otak. Pada kasus kronis kadang topikal. Kasus kronis atau berulang terjadi kondisi Anemia dan mungkin memerlukan tes tambahan untuk haemoglobinuria. Dilaporkan bahwa menentukan apakah ada kondisi yang kejadian babesia umumnya berlangsung mendasarinya yang berkontribusi terhadap subklinis. Penyakit ini dapat menyebabkan infeksi bakteri kulit, mandi rutin dengan terjadinya anemia hemolitik, shampoo obat dapat meminimalkan trombositopenia, dan splenomegali. Tanda kekambuhan. Secara keseluruhan, lainya yang dapat menunjukkan adanya prognosis untuk pyoderma rumit dalam infeksi babesia adalah pucat gusi dan sebagian besar kasus dan juga dapat lidah, urin berwarna merah atau oranye, berprognosis baik [9]. penyakit kuning (semburat kuning pada g) Terapi kulit, gusi, putih mata, dll), pembesaran Pengobatan yang diberikan pada kelenjar getah bening, dan pembesaran kondisi ini adalah dengan antibiotik topikal limpa [11]. selama kurang lebih 3 minggu hingga Pada probandus yang dipraktikumkan beberapa bulan. Pada deep pyoderma mempunyai gejala yang sama dengan pengobatan yang dilakukan lebih sulit dan babesiosis yaitu pembesaran kelenjar getah diperlukan kontrol terhadap penyakit yang bening, akan tetapi hanya sedikit gejala lebih. Resistensi bakteri terhadap antibiotik yang sama. sangat mungkin terjadi, oleh sebab itu c. Patogenesa diperlukan pemberian dosis yang tepat dan Umumnya masa inkubasi pada infeksi monitoring terhadap pasien penting untuk yang disebabkan oleh B.bovis lebih lama dilakukan [7]. dibandingkan dengan B.bigemina. Vektor yang menggigit inang akan menularkan 3. Babesiosis parasit ini kedalam sirkluasi darah inang. a. Etiologi Saat memasuki fase eksoeritrositik, inang Babesiosis, yang menginfeksi anjing tidak menunjukan gejala klinis. di Asia, Afrika, Eropa, Timur Tengah dan Selanjutnya parasit akan terus berkembang Amerika Utara jenis : Babesia canis dan biak secara aseksual didalam butir darah Babesia gibsoni. Babesia berkembang merah hingga menjadi 2-4 tunas. Jika secara aseksual yaitu dengan pembelahan perkembangannya telah sempurna, maka biner, maupun secara schizogonis, dengan parasit ini akan memecahkan butir darah pembentukan tropozoit, didalam sel darah merah dan menginfeksi butir darah merah merah anjing. Vektor dari babesiosis yang baru, kemudian memulai siklus hidup adalah caplak Rhipicepalus sanguineus, yang baru. Kerusakan eritrosit ini akan vektor ini akan menghisap darah inang menyebabkan gejala seperti yang mengandung parasit babesia canis hemoglobinemia, hemoglobinuria dan dan kemudian akan memasukkan parasit kuning (jaundice). Pada kasus babesiosis tersebut kedalam darah inang [9]. yang berlangsung menahun, parasit mampu mengubah spesifi sitas antigen di d. Enzim Linked Immunosorbent Assay permukaan sel hingga berubah (ELISA) untuk mendiagnosa B.bovis kepekaannya terhadap antibody [4]. menggunakan antigen seluruh d. Prognosa merozoite sedangkan ELISA untuk Prognosis umumnya cukup baik, B. bigemina belum memberikan hasil kurang lebih 85-90% dari kasus yang yang baik karena antibodi terhadap terjadi menunjukkan anjing masih hidup B. bigemina dilaporkan kurang ketika dilakukan pengobatan. Hal ini sensitif. Adapun metode ELISA bergantung pula pada tingkat perawatan untuk B.divergens belum divalidasi. dan banyaknya Babesia sp. di dalam e. PCR ELISA dilaporkan setidaknya tubuh. Penggunaan transfusi darah 1000 kali lebih sentisitif dari pada memiliki dampak besar pada kelangsungan preparat ulas darah. hidup hewan yang mengalami anemia f. Tidak disarankan untuk melakukan berat. Kasus babesiosis dengan komplikasi inokulasi parasit ini pada hewan pada organ lain seperti kasus gagal ginjal percobaan. akut, sindrom gangguan pernapasan akut f. Diagnosa Banding atau Babesiosis serebral memiliki Diagnosa banding dari babesiosis prognosis paling buruk dan kematian dapat adalah Trypanosomiasis, Anaplasmosis, mecapai 50%. Di dalam beberapa kasus Theileriasis karena mempunyai gejala mendekati 100%, meskipun pengobatan ataksia, anoreksia, kelemahan, kelesuan, yang dilakukan telah sangat intensif [4]. anemia hemolitik, trombositopenia, dan e. Diagnosa splenomegali [4]. Diagnosa penegakan Penyakit g. Pengobatan babesiosis dapat dilakukan dengan Pemberian obat Imidocarb berbagai cara antara lain : dipropionate (Imizol, Burroughs a. Pemeriksaan mikroskopis melalui Wellcome, Schering - Plough) 2.5 preparat ulas darah tipis dari ujung mg/pound BB IM tiap 2 minggu untuk 2x telinga sapi. Ulas darah dapat treatment. Anak anjing yang sembuh difiksasi menggunakan methyl bersifat kebal dan meskipun tampak sehat alcohol dan diwarnai dengan anjing tersebut masih dapat menulari pewarnaan Giemsa selama 45 menit. anjing lain sampai 16 bulan. Setelah 1,5 Setelah dicuci dengan air, preparat 2 tahun darah anjing yang sembuh tidak dikeringkan dalam suhu ruang. berbahaya lagi bagi anjing lainnya, dan Pemeriksaan parasit ini anjing tersebut dapat tertular oleh B. Canis menggunakan mikrsoskop cahaya lagi [10]. dengan pembesaran 1000. Gambaran parasit di dalam sel darah merah KESIMPULAN berbentuk ring mirip dengan Adapun yang dapat disimpulkan morfologi tropozoit pada dari praktikum ini yaitu dari ketiga Plasmodium malaria, hanya saja memiliki kesamaan gejala dengan pada Babesia tidak menunjukkan probandus yang digunakan memiliki adanya pigmen. kesamaan gejala dengan demodikosis, b. Metode lain adalah dengan cara pyoderma, dan babesiosis. Gejala yang Indirect Immunofl ourescent ditemukan berupa alopecia, berkerak, Antibody Assay. Metode ini lebih kemerahan, disertai rasa gatal dan sakit. banyak digunakan untuk manusia. Sehingga diketahui bahwa anjing tersebut c. Diagnosa juga dapat dilakukan suspect demodekosis karena dari ketiga dengan tehnik Polymerase Chains penyakit ini, yang paling mendekati Reaction (PCR), tetapi tehnik tidak gejalanya adalah demodekosis.Namun mampu membedakan infestasi yang tidak dapat ditegakkan diagnosis pada terjadi secara akut atau kronis. ketiga penyakit tersebut. DAFTAR PUSTAKA Airlangga. VetMedika J Klin Vet.Vol.1 No. 1 1. Nusdianto, Triakoso. 2016. Seminar 6. Anne,Halim. 2015.Demodikosis. Jakarta Regional Penyakit Dermatologi. Bagian Utara : Vitapet Aimal Klinik. Klinik Veteriner Fakultas Kedokteran 7. Ward, Ernest. 2008.Pyoderma in Hewan Universitas Airlangga. Dog.VCA Medical Condition. 2. Tri, Ayu., Zella, Nofitri E., Fathia, 8. Moriello, Karen A., 2016. Overview of Ramadhani. 2016. Prevalensi Kejadian Pyoderma. Madison: University of Penyakit Kulit pada Anjing di My Vets Wisconsin Animal Clinic Bumi Serpong Damai. 9. Mansjoer, A. 2001. Kapita Seekta Tangerang Selatan. My Vets Animal Kedokteran, Edisi 3, Jilid 1. Jakarta : Clinic BSD Media Aesculapius 3. Soeharsono. 2007. Penyakit Zoonotik 10. Atmojo, SD. 2010. Identifikasi pada Anjing dan Kucing. Kanisius. Protozoa Parasit Darah pada Anjing Yogyakarta. (Canis sp.) Ras Impor di Balai Besar 4. Pujiatmoko.2014. Manual Penyakit Karantina Pertanian Soekarno Hewan dan Mamalia. Subdit Hatta.[Skripsi]. Program Sarjana Pengamatan Penyakit Hewan Direktorat Kedokteran Hewan Institut Pertanian Kesehatan Hewan. Direktorat Jenderal Bogor. Peternakan dan Kesehatan Hewan 11. Boozer L, Macintire D. 2005. Babesia Kementerian Pertanian. gibsoni: An Emerging Pathogen in 5. Komang, I. 2012. Pengobatan Dogs. Compend Contin Educ Pract Vet Demodekosis pada Anjing Di Rumah 27(1):33-41. Sakit Hewan Pendidikan Fakultas Kedokteran Hewan Universitas