Anda di halaman 1dari 21

Penyakit Kulit dan Parasit Darah

(Demodekosis, Pyoderma, dan Babesiosis)

Kelompok 2

Ummi Fahmi1 (O11114017), Ummu Hani (O11114508), Milawarni (O11114016), Sulhadi


Wijaya Asmar (O11114009), Wastuti Aritonang (O111140006), Wulan Sari Sinaga
(O11114501).

Asisten: Rizki Pratiwi


2
Bagian Bedah & Radiologi, Departemen Klinik, Reproduksi & Patologi
Program Studi Kedokteran Hewan (PSKH), Universitas Hasanuddin (UNHAS)

Korespondensi penulis: Ummimimi14@gmail.com


ABSTRAK
Penyakit kulit dan parasit darah adalah penyakit yang paling sering dijumpai pada
anjing, khususnya anjing liar di jalanan. Praktikum ini bertujuan agar mahasiswa dapat
mengenali, menjelaskan dan menganalisa penyakit kulit dan parasit darah serta
penanganannya pada anjing. Adapun penyakit kulit dan parasit darah yang paling sering
didapatkan yaitu demodikosis, pyoderma, dan babesiosis. Demodekosis merupakan suatu
penyakit yang ditimbulkan oleh parasit demodec sp. yang biasanya menyerang anjing dan
dapat menimbulkan gangguan pada kulit. Pyoderma merupakan suatu infeksi bakteri yang
dapat terjadi pada berbagai lapisan kulit, infeksi kulit terjadi saat integritas permukaan kulit
telah rusak sebagian besar kasus pyoderma disebabkan oleh Staphylococcus intermedius.
Babesiosis adalah penyakit parasit yang disebabkan oleh Babesia sp. dan terdistribusi di
dalam sirkulasi darah. Metode yang digunakan pada praktikum ini adalah metode deskriptif.
Alat yang digunakan dalam praktikum, yaitu stetoskop, penlight, stopwatch, thermometer dan
hammer. Pemeriksaan yang dilakukan meliputi sinyalemen, anamnesis, inspeksi, palpasi,
perkusi dan auskultasi. Hasil praktikum ini diketahui bahwa anjing tersebut mempunyai gejala
yang sama dengan penyakit demodekosis, pyoderma, dan babesiosis. Hasil diagnosa ini
diambil berdasarkan hasil pemeriksaan dan gejala kinis yang muncul namun untuk
meneguhkan diagnosa diperlukan uji laboratorium.

Kata Kunci: Anjing, Demodekosis, Diagnosa, Kulit, Parasit Darah

PENDAHULUAN berkaitan dengan penyebab penyakitnya


Anjing merupakan hewan terutama penyakit yang menular dan dapat
kesayangan yang digemari masyarakat. menyebabkan anjing tersebut mengalami
Anjing biasa digunakan untuk hewan kematian.
peliharaan yang menemani manusia dan Canine demodecosis adalah
sebagai hewan penjaga, untuk itu harus inflamasi akibat serangan parasit Demodex
mengetahui tata cara pemeliharaannya sp. yang berkaitan dengan status
dengan baik dan benar, selain dibutuhkan imunodefisiensi sehingga tungau
pengetahuan cara pemeliharaannya, berkembang secara luar biasa dan
pengetahuan tentang kesehatan juga perlu menyebabkan furunculosis dan infeksi
diketahui, penyakit dan cara sekunder bakterial. Kasus dermatologi
pengobatannya. Tata cara pemeliharaan menempati urutan kedua terbesar yaitu
anjing dalam menjaga kesehatannya sangat sekitar 17% dari seluruh kasus yang
ditangani Rumah Sakit Hewan Pendidikan HASIL DAN PEMBAHASAN
(RSHP), setelah kasus gastrointestinal. Hasil
Sedangkan demodekosis umumnya Terlampir dalam rekam medik
merupakan kasus pada anjing, sekitar 12%
dari keseluruhan kasus dermatologi di Pembahasan
RSHP [1]. 1. Demodecosis
Pyoderma adalah dermatitis yang a. Etiologi
disebabkan oleh infeksi bakteri dan Penyakit ini disebabkan oleh sejenis
merupakan penyakit kulit yang umum tungau yang disebut Demodex sp.,
terjadi pada anjing. Berdasarkan berbentuk seperti cerutu atau wortel,
kedalaman kulit yang terlibat, pyoderma mempunyai 4 pasang kaki yang pendek
bisa diklasifikasikan sebagai surface, dan gemuk serta memiliki 3 ruas. Bagian
superficial, dan deep. Kondisi ini hampir perutnya terbungkus kitin dan bergaris
selalu merupakan sekunder dari gangguan melintang menyerupai cincin serta
lain yang terjadi pada tubuh [2]. memipih ke arah caudal. Ukuran tungau
Babesiosis adalah penyakit parasit bervariasi antara 0,2 0,4 mm. Beberapa
yang disebabkan oleh Babesia sp. dan spesies tungau memiliki inang spesifik,
terdistribusi di dalam sirkulasi darah. seperti demodecosis pada sapi pada sapi
Penyakit ini tersebar luas di seluruh dunia disebabkan oleh D.bovis, pada anjing oleh
dan menyerang binatang ternak, terutama D.canis, D.cornei dan D.injai. Pada
anjing yang dipelihara di daerah tropis dan kucing disebabkan oleh D.cati dan
subtropis. Disamping itu, kasus babesiosis D.gatoi, pada kambing oleh D.caprae,
juga dilaporkan menyerang pada manusia D.criceti pada marmot, D.phylloides pada
sehingga dimasukkan ke dalam penyakit babi D.equi pada kuda dan D.folliculorum
zoonosis [3]. pada manusia.Tungau demodex hidup di
dalam kelenjar minyak dan kelenjar
MATERI DAN METODE keringat (glandula sebacea) dan
Materi memakan epitel serta cairan limfe dari
Praktikum ini dilakukan di ruang beberapa hewan, kecuali unggas. Dalam
intalasi Karantina Pertanian Makassar pada kondisi tertentu tungau demodex dapat
tanggal 26 September 2017. Peralatan yang menginfestasi manusia [4].
digunakan dalam praktikum ini antara lain b. Patogenesis
yaitu penlight, stetoskop, hummer, Patogenesis penyakit yang
termometer, serta sebuah stopwatch. Serta berkaitan dengan proliferasi Demodex sp.
menggunakan probandus yaitu pada hingga saat ini masih belum jelas.
seekor anjing yang memiliki gejala Umumnya hewan mempunyai sejumlah
gejala klinis mirip seperti penyakit kulit kecil Demodex pada tubuhnya yang tinggal
dan parasit darah yaitu probandus di folikel dan kelenjar sebaseus.
mengalami alopecia, bintik kemerahan dan Berkembangnya tungau dan menimbulkan
selalu menggaruk bagian tubuhnya. penyakit diduga akibat dari sistem
kekebalan tubuh host. Penelitian
Metode menunjukkan pemberian serum
Metode praktikum yang digunakan antilimfosit pada anak anjing akan
yaitu demonstrasi, yaitu praktikan menyebabkan anjing tersebut menderita
melakukan pemeriksaan langsung yang demodekosis general. Penelitian in vitro
terdiri dari sinyalemen, anamnesis terhadap limfosit blastogenesis
inspeksi, palpasi, auskultasi dan perkusi. menunjukkan bahwa terjadi respon limfosit
Adapun prosedur yang dilakuan yaitu abnormal pada anjing pada kasus Canine
pengisian sinyalemen, anamnesa, General Demodecosis (CGD). Namun,
pemeriksaan fisik. penelitian terbaru menunjukkan bahwa
supresi respon blastogenesis diinduksi oleh
suatu substansi yang dihasilkan tungau,
semacam humoral immunosuppresive
factor. Bahan ini akan menyebabkan kerontokan (alopecia) dan mengalami
supresi respon kekebalan host terhadap hiperkeratosis ringan.
tungau sehingga tungau berkembang biak Bentuk Pustula
tanpa dapat dikendalikan oleh host. Pada bentuk ini biasanya terjadi
Penderita CGD memproduksi IL-2 peradangan dan infeksi bakteri
subnormal dan mempunyai persentase Staphylococcus albus. Lesi akan disertai
reseptor IL-2 pada limfosit subnomal. pustula yang mengeluarkan nanah, darah,
Penelitian lain juga menduga bahwa serum yan merembes menjadikannya
supresi respon blastogenesis limfosit juga keluarnya eksudat sehingga timbul
berdampak pada kejadian secondary keropeng pada kulit. Abses bersatu dan
bacterial pyoderma, yang sering menyertai menjadikan jaringan di bawah kulit
kejadian CGD. Selain itu, para ahli menjadi bernanah. Jaringan akan menjadi
menduga bahwa terjadi CGD adalah sangat peka dan menimbulkan rasa gatal,
adanya defek pada sel T anjing tersebut dan sakit [5].
dan bersifat heriditer [1]. Pada praktikum ini hewan yang dibawa
Pada anjing dewasa terjadinya adalah hewan yang mempunyai gejala
demodekosis dapat mengindikasikan klinis yang sama dengan demodecosis.
adanya penyakit dalam yang berdampak Diantara gejalanya yang sama itu alopecia,
pada gangguan sistem imun hewan, berkerak, kemerahan, disertai rasa gatal
diantaranya kanker, penyakit liver, ginjal dan sakit dan juga menyebabkan
maupun ketidakseimbangan hormonal. pembengkakan (radang), rambut mati dan
Pada beberapa kasus terjadi imunosupresi, sel apitel kulit terlepas dan menyebabkan
hal ini disebabkan karena adanya penekana kulit bersisik dan membuat rambut
terhadap produksi limfosit T. Hewan yang mengalami kerontokan (alopecia) dan
sedang dalam terapi menggunakan obat mengalami hiperkeratosis ringan.
imunosupresif seperti kortikosteroid juga d. Diagnosis
dapat berpengaruh pada sistem kekebalan Diagnosa yang dapat dilakukan
tubuh hewan yang akhirnya dapat memicu pada kasus demodekosis adalah dengan
timbulnya demodekosis[1]. kerokan kulit yang agak dalam dari bagian
c. Gejala Klinis tengah lesi, kemudian diberi tetesan KOH
Gejala klinis dari demodekosis 10 % untuk diamati di bawah mikroskop.
adalah pada kulit terjadi alopecia, Apabila positif maka akan ditemukan
berkerak, kemerahan, disertai rasa gatal parasit demodex yang bentuknya seperti
dan sakit jika ada infeksi sekunder. wortel atau cerutu. Luka pada kulit anjing
Munculnya demodex biasanya pada daerah yang terserang. Demodikosis akan dapat
kepala, kaki depan, hidung, ekor dan didiagnosa melalui pemeriksaan
beberapa anjing ada juga yang terserang mikroskopis dari kerokan kulit hewan
hanya di daerah telapak kaki dan telinga penderita yang diduga terserang penyakit
saja. Pada demodekosis general, lesi ini, tampak parasit Demodex canis
terdapat hampir di seluruh tubuh dan berbentuk cerutu dengan ukuran 250-300
biasanya disertai dengan infeksi sekunder m x 400 m. Parasit ini tinggal di folikel
[5]
. rambut dan kelenjar sebaceus dan siklus
Bentuk Sequamosa bersisik hidupnya terjadi pada tubuh induk semang
Kudis terlihat kemerahan dan 20-35 hari [5].
bersisik. Jika terjadi pustula tercium bau a. Deep skin scraping hingga berdarah
busuk. Luka yang mengalami infeksi b. Pegang dan gosok-gosok pada area
sekunder oleh bakteri akan mengalami untuk mengeluarkan tungau dari folikel .
penanahan. Tungau pada 1/3 saluran c. Lakukan scraping di beberapa tempat.
rambut dapat menyebabkan pembengkakan d. Periksa dibawah pembesaran 10X. Lihat
(radang), rambut mati dan sel apitel kulit yang hidup dan mati, muda dan dewasa
terlepas dan menyebabkan kulit bersisik sehingga dapat memantau respon terapi.
dan membuat rambut mengalami e. Interpretasi kerokan kulit (skin scraping)
1. Tidak ada tungau atau SDM : 2. Pyoderma
lakukan kerokan kembali a) Etiologi
2. 1-2 tungau dewasa : lakukan kerokan Pyoderma atau dikenal dengan hot spot
kembali merupakan infeksi kulit akibat bakteri.
3. Banyak tungau dewasa : diagnostik Infeksi kulit terjadi saat integritas
4. Banyak tungau belum dewasa permukaan kulit telah rusak. Kulit
(larva/nimfa) : diagnostik mengalami maserasi akibat pemaparan
5. Tidak ada tungau dewasa : lakukan kronis dari tempat yang lembab, kemudian
kerokan kembali atau rediagnose[1]. flora bakteri kulit berubah, sirkulasi di
e. Differensial Diagnosis kulit rusak, dan terjadi kerusakan terhadap
Differensial diagnosa dari demodekosis kekebalan. Sebagian besar kasus pyoderma
merupakan Bacterial folliculitis karena disebabkan oleh Staphylococcus
mempunyai gejala kemerahan, disertai rasa intermedius, dapat juga dapat disebabkan
gatal. Dermatophytosis mempunyai gejala oleh Pasteurella multocida. Kejadian
lesi terdapat hampir di seluruh tubuh, pyoderma yang dalam merupakan
Dermatomyositis mempunyai gejala dngan komplikasi dengan bakteri gram negatif
rambut mengalami kerontokan (alopecia) seperti Escherichia coli, Proteus sp. dan
dan mengalami hiperkeratosis ringan [6]. Pseudomonas sp.[7].
f. Prognosis b) Patogenesis
Prognosa pada demodekosis adalah Banyak hal yang mempengaruhi anjing
fausta bila ditangani dengan baik dan sampai terjadinya pyoderma antara lain
cepat sesuai dengan gejala yang terlihat faktor host, agent dan lingkungan seperti
dan setelah melakukan tes yang lebih rinci yang telah dipaparkan sebelumnya dimana
[6]
. adanya ketidakseimbangan antara ketiga
g. Terapi faktor tersebut [7].
Pengobatan demodekosis terutama c) Gejala Klinis
ditujukan untuk membunuh parasit Gejala klinis yang muncul pada infeksi
penyebab. Ivermectin diberikan secara sub pyoderma superfisial secara umum adalah
kutan dengan dosis 400 g per kg berat terbentuknya pustula pada kulit, merah,
badan dengan interval pengulangan sekali bengkak (berisi pus berwarna putih pada
seminggu, dan diberikan injeksi duradryl bagian tengahnya, gatal, dan kerontokan
secara sub kutan terlebih dulu sebagai rambut. Bagian tubuh yang paling sering
antihistamin. Penggunaan Amitraz sangat mengalami pyoderma superfisial biasanya
dianjurkan karena Amitraz adalah pada bagian leher, kepala, dan proksimal
formamidine dan monoaminoxidase dalam ekstremitas. Sedangkan gejala klinis yang
larutan xylene, sebagai bentuk ixodicide muncul pada deep pyoderma adalah rasa
yang penggunaannya berbentuk larutan sakit, bau, terdapat eksudat darah dan pus,
5%, Dosis pemberian 1 ml Amitraz erythema, kebengkakan, dan ulserasi pada
dilarutkan dalam 100 ml air yang kulit. Infeksi deep pyoderma sering terjadi
digunakan untuk mandi pada hewan pada bagian interdigital, hock, dan tungkai
penderita. Pada anjing jenis berbulu bagian lateral [8].
panjang dianjurkan sebaiknya dicukur Pada probandus yang dipraktikumkan
untuk memudahkan pemberian Amitraz mempunyai gejala yang sama dengan
dengan cara hewan penderita dimandikan pyoderma yaitu terbentuknya pustula pada
dengan interval sekali seminggu. kulit, merah, bengkak (berisi pus berwarna
Pengobatan yang dilakukan pada penderita putih pada bagian tengahnya, gatal, dan
demodikosis dengan pemberian obat anti kerontokan rambut).
bakterial seperti Erythromycin atau obat d) Diagnosa
golongan Trimethoprim-sulfonamide yang Diagnosa pada pyoderma biasanya
sering digunakan seperti Bactrim, karena didasarkan pada anamnesis dan sejarah
pemberian obat golongan ini ditujukan medis dari hewan tersebut. Selain itu dapat
untuk pengobatan infeksi bakteri [5]. juga dilakukan uji tambahan seperti uji
darah, kultur kulit, dan uji sensitivitas b. Gejala Klinis
terhadap antibiotik serta uji kultur fungi Infeksi babesiosis dapat terjadi
pada kulit [7]. dengan tanpa gejala, atau menimbulkan
e) Differensial Diagnosa gejala ringan sampai berat, tergantung
Differensial diagnosa yaitu pyoderma derajat infeksi, patogenitas agen serta
superfisial akibat staphylococcus, kerentanan dari inang. Anak anjing
dermatofitosis, demodecosis dengan cenderung lebih sensitif terkena babesiosis
terbentuknya pustula pada kulit, merah, dibandingkan anjing dewasa. Gejala akut
bengkak (berisi pus berwarna putih pada yang sering diperlihat pada infeksi babesia
bagian tengahnya), gatal, dan kerontokan ialah adanya demam, ataksia, anoreksia,
rambut [7]. kelemahan, kelesuan, kadang-kadang juga
f) Prognosa terdapat tanda-tanda saraf sebagai akibat
Sebagian besar kasus pyoderma dari penyerapan eritrosit yang terinfeksi di
menggunakan antibiotik oral dan terapi kapiler otak. Pada kasus kronis kadang
topikal. Kasus kronis atau berulang terjadi kondisi Anemia dan
mungkin memerlukan tes tambahan untuk haemoglobinuria. Dilaporkan bahwa
menentukan apakah ada kondisi yang kejadian babesia umumnya berlangsung
mendasarinya yang berkontribusi terhadap subklinis. Penyakit ini dapat menyebabkan
infeksi bakteri kulit, mandi rutin dengan terjadinya anemia hemolitik,
shampoo obat dapat meminimalkan trombositopenia, dan splenomegali. Tanda
kekambuhan. Secara keseluruhan, lainya yang dapat menunjukkan adanya
prognosis untuk pyoderma rumit dalam infeksi babesia adalah pucat gusi dan
sebagian besar kasus dan juga dapat lidah, urin berwarna merah atau oranye,
berprognosis baik [9]. penyakit kuning (semburat kuning pada
g) Terapi kulit, gusi, putih mata, dll), pembesaran
Pengobatan yang diberikan pada kelenjar getah bening, dan pembesaran
kondisi ini adalah dengan antibiotik topikal limpa [11].
selama kurang lebih 3 minggu hingga Pada probandus yang dipraktikumkan
beberapa bulan. Pada deep pyoderma mempunyai gejala yang sama dengan
pengobatan yang dilakukan lebih sulit dan babesiosis yaitu pembesaran kelenjar getah
diperlukan kontrol terhadap penyakit yang bening, akan tetapi hanya sedikit gejala
lebih. Resistensi bakteri terhadap antibiotik yang sama.
sangat mungkin terjadi, oleh sebab itu c. Patogenesa
diperlukan pemberian dosis yang tepat dan Umumnya masa inkubasi pada infeksi
monitoring terhadap pasien penting untuk yang disebabkan oleh B.bovis lebih lama
dilakukan [7]. dibandingkan dengan B.bigemina. Vektor
yang menggigit inang akan menularkan
3. Babesiosis parasit ini kedalam sirkluasi darah inang.
a. Etiologi Saat memasuki fase eksoeritrositik, inang
Babesiosis, yang menginfeksi anjing tidak menunjukan gejala klinis.
di Asia, Afrika, Eropa, Timur Tengah dan Selanjutnya parasit akan terus berkembang
Amerika Utara jenis : Babesia canis dan biak secara aseksual didalam butir darah
Babesia gibsoni. Babesia berkembang merah hingga menjadi 2-4 tunas. Jika
secara aseksual yaitu dengan pembelahan perkembangannya telah sempurna, maka
biner, maupun secara schizogonis, dengan parasit ini akan memecahkan butir darah
pembentukan tropozoit, didalam sel darah merah dan menginfeksi butir darah merah
merah anjing. Vektor dari babesiosis yang baru, kemudian memulai siklus hidup
adalah caplak Rhipicepalus sanguineus, yang baru. Kerusakan eritrosit ini akan
vektor ini akan menghisap darah inang menyebabkan gejala seperti
yang mengandung parasit babesia canis hemoglobinemia, hemoglobinuria dan
dan kemudian akan memasukkan parasit kuning (jaundice). Pada kasus babesiosis
tersebut kedalam darah inang [9]. yang berlangsung menahun, parasit
mampu mengubah spesifi sitas antigen di d. Enzim Linked Immunosorbent Assay
permukaan sel hingga berubah (ELISA) untuk mendiagnosa B.bovis
kepekaannya terhadap antibody [4]. menggunakan antigen seluruh
d. Prognosa merozoite sedangkan ELISA untuk
Prognosis umumnya cukup baik, B. bigemina belum memberikan hasil
kurang lebih 85-90% dari kasus yang yang baik karena antibodi terhadap
terjadi menunjukkan anjing masih hidup B. bigemina dilaporkan kurang
ketika dilakukan pengobatan. Hal ini sensitif. Adapun metode ELISA
bergantung pula pada tingkat perawatan untuk B.divergens belum divalidasi.
dan banyaknya Babesia sp. di dalam e. PCR ELISA dilaporkan setidaknya
tubuh. Penggunaan transfusi darah 1000 kali lebih sentisitif dari pada
memiliki dampak besar pada kelangsungan preparat ulas darah.
hidup hewan yang mengalami anemia f. Tidak disarankan untuk melakukan
berat. Kasus babesiosis dengan komplikasi inokulasi parasit ini pada hewan
pada organ lain seperti kasus gagal ginjal percobaan.
akut, sindrom gangguan pernapasan akut f. Diagnosa Banding
atau Babesiosis serebral memiliki Diagnosa banding dari babesiosis
prognosis paling buruk dan kematian dapat adalah Trypanosomiasis, Anaplasmosis,
mecapai 50%. Di dalam beberapa kasus Theileriasis karena mempunyai gejala
mendekati 100%, meskipun pengobatan ataksia, anoreksia, kelemahan, kelesuan,
yang dilakukan telah sangat intensif [4]. anemia hemolitik, trombositopenia, dan
e. Diagnosa splenomegali [4].
Diagnosa penegakan Penyakit g. Pengobatan
babesiosis dapat dilakukan dengan Pemberian obat Imidocarb
berbagai cara antara lain : dipropionate (Imizol, Burroughs
a. Pemeriksaan mikroskopis melalui Wellcome, Schering - Plough) 2.5
preparat ulas darah tipis dari ujung mg/pound BB IM tiap 2 minggu untuk 2x
telinga sapi. Ulas darah dapat treatment. Anak anjing yang sembuh
difiksasi menggunakan methyl bersifat kebal dan meskipun tampak sehat
alcohol dan diwarnai dengan anjing tersebut masih dapat menulari
pewarnaan Giemsa selama 45 menit. anjing lain sampai 16 bulan. Setelah 1,5
Setelah dicuci dengan air, preparat 2 tahun darah anjing yang sembuh tidak
dikeringkan dalam suhu ruang. berbahaya lagi bagi anjing lainnya, dan
Pemeriksaan parasit ini anjing tersebut dapat tertular oleh B. Canis
menggunakan mikrsoskop cahaya lagi [10].
dengan pembesaran 1000. Gambaran
parasit di dalam sel darah merah KESIMPULAN
berbentuk ring mirip dengan Adapun yang dapat disimpulkan
morfologi tropozoit pada dari praktikum ini yaitu dari ketiga
Plasmodium malaria, hanya saja memiliki kesamaan gejala dengan
pada Babesia tidak menunjukkan probandus yang digunakan memiliki
adanya pigmen. kesamaan gejala dengan demodikosis,
b. Metode lain adalah dengan cara pyoderma, dan babesiosis. Gejala yang
Indirect Immunofl ourescent ditemukan berupa alopecia, berkerak,
Antibody Assay. Metode ini lebih kemerahan, disertai rasa gatal dan sakit.
banyak digunakan untuk manusia. Sehingga diketahui bahwa anjing tersebut
c. Diagnosa juga dapat dilakukan suspect demodekosis karena dari ketiga
dengan tehnik Polymerase Chains penyakit ini, yang paling mendekati
Reaction (PCR), tetapi tehnik tidak gejalanya adalah demodekosis.Namun
mampu membedakan infestasi yang tidak dapat ditegakkan diagnosis pada
terjadi secara akut atau kronis. ketiga penyakit tersebut.
DAFTAR PUSTAKA Airlangga. VetMedika J Klin Vet.Vol.1
No. 1
1. Nusdianto, Triakoso. 2016. Seminar
6. Anne,Halim. 2015.Demodikosis. Jakarta
Regional Penyakit Dermatologi. Bagian Utara : Vitapet Aimal Klinik.
Klinik Veteriner Fakultas Kedokteran 7. Ward, Ernest. 2008.Pyoderma in
Hewan Universitas Airlangga. Dog.VCA Medical Condition.
2. Tri, Ayu., Zella, Nofitri E., Fathia, 8. Moriello, Karen A., 2016. Overview of
Ramadhani. 2016. Prevalensi Kejadian Pyoderma. Madison: University of
Penyakit Kulit pada Anjing di My Vets Wisconsin
Animal Clinic Bumi Serpong Damai. 9. Mansjoer, A. 2001. Kapita Seekta
Tangerang Selatan. My Vets Animal Kedokteran, Edisi 3, Jilid 1. Jakarta :
Clinic BSD Media Aesculapius
3. Soeharsono. 2007. Penyakit Zoonotik
10. Atmojo, SD. 2010. Identifikasi
pada Anjing dan Kucing. Kanisius. Protozoa Parasit Darah pada Anjing
Yogyakarta. (Canis sp.) Ras Impor di Balai Besar
4. Pujiatmoko.2014. Manual Penyakit
Karantina Pertanian Soekarno
Hewan dan Mamalia. Subdit Hatta.[Skripsi]. Program Sarjana
Pengamatan Penyakit Hewan Direktorat Kedokteran Hewan Institut Pertanian
Kesehatan Hewan. Direktorat Jenderal Bogor.
Peternakan dan Kesehatan Hewan 11. Boozer L, Macintire D. 2005. Babesia
Kementerian Pertanian. gibsoni: An Emerging Pathogen in
5. Komang, I. 2012. Pengobatan Dogs. Compend Contin Educ Pract Vet
Demodekosis pada Anjing Di Rumah 27(1):33-41.
Sakit Hewan Pendidikan Fakultas
Kedokteran Hewan Universitas

Anda mungkin juga menyukai