OBAT ANTIPROTOZOA
Obat antiprotozoa adalah senyawa yang digunakan untuk pencegahan atau pengobatan
penyakit parasit yang disebabkan oleh protozoa.
Berdasarkan penggunaanya obat antiprotozoa dibagi menjadi enam kelompok yaitu obat
antiamuba, antileismania, antirikomonas, antiripanosoma, dan obat antimalaria.
1. Obat Antiamuba
Obat antiamuba, atau amubisida adalah senyawa yang digunakan untuk pengobatan
amubiasis, suatu infeksi pada tuan rumah (host) yang disebabkan oleh amuba
parasitik. Habitat amuba biasanya pada usus besar, seperti entamoebahistolytica, E.
Coli, E.harimanni, Endolimas nana dan Iodamoeba butschilii, atau pada mulut,
seperti E.ginggivilis.
D. Alkaloida Ipeka
Contoh : emetin HCl, dan dehidroemetin di HCl(DH Emetine).
Mekanisme kerja
Alkaloida ipeka adalah amubisid sistemik, digunakan untuk pengobatan amuba
disentri yang berat dan abses hepatik. Pada tingkat molekul, senyawa dapat
menghambat perpanjangan rantai polipeptida, kemudian memblok sintesis protein
dari organisme eukariotik. Efek ini tidak terjadi pada organisme prokariotik.
Efek samping serius terjadi antara lain pada kardiovaskular, saraf otot dan reaksi
pada saluran cerna.
E. Turunan Nitroimidazol
Turunan nitroimidazol dibagi menjadi dua kelompok, yaitu :
1. Turunan 2-nitroimidazol, contoh : benznidazol dan misonidazol.
2. Turunan 5-nitroimidazol, contoh : metronidazol, nimorazol, ornidazol,
tinidazol dan seknidazol.
Gugus nitro pada posisi 5 sangat berperan untuk aktivitas amubiasis karena
mampu mereduksi dan berfungsi sebagai elektron aseptor terhadap gugus elektron
donor protein amuba. Akibatnya, terjadi gangguan proses biokimia, seperti
hilangnya struktur heliks ADN, pemecahan ikatan dan kegagalan fungsi ADN
sehingga amuba mengalami kematian.
F. Arsen Organik
Contoh : karbarson, difetarson dan glikobiarsol
Turunan arsen orgamik mengandung atom arsenik pentavalen. Mula-mula
direduksi menjadi arsen trivalen kemudian membentuk kompleks dengan gugus
tiol dari parasit dan menunjukkan efek amubisid. Turunan arsen organik sekarang
jarang digunakan karena ekskresinya pelan dan akan ditimbulkan pada jaringan
sehingga menimbulkan toksisitas yang besar.
G. Turunan lain-lain
Contoh : diloksanid furoat, bialamikol dan kuinakrin HCl
Diloksanid furoat, adalah turunan haloasetamid, mengandung gugus dikloroamid
(-N(R)-COCHCl₂) yang terikat pada cincin fenil, seperti pada antibiotika gejala-
gejala amubiasis usus dan sistemik, termasuk abses amubik, sesudah pengobatan
dengan turunan 5-nitroimidazol. Diklosanid furoat cepat terhidrolisis dalam usus
melepas diklosanid dan cepat diserap oleh saluran cerna. Kadar plasma tertinggi
obat dicapai dalam 1 jam, dengan masa kerja ± 6 jam.
Dosis oral ; 500 mg 3 dd, selama 10 hari
2. Obat Antileismania
Obat antileismania atau leismanisida, adalah senyawa kemoterapetik yang digunakan
untuk pengobatan leismaniasis, suatu parasit yang disebabkan oleh Leishmania
donovani (leismaniasis viseral), L. Tropica (leismaniasis kutan), L. Brazilliense
(leismaniasis mukokutan), L. Aethiopica, L. Major dan L. Mexicana. Merupakan
parasit pada manusia dan hewan yang disebarluaskan melalui gigitan serangga lalat
pasir (Phleobotamus atau Lutzomyla).
Leishmania sp, mempunyai dua bentuk siklus kehidupan, yaitu :
a. Luar sel, bentuk promastigot bebas, dikembangkan dalam usus vektor
(serangga), yang masuk dalam tubuh mamalia melalui gigitan serangga.
b. Dalam sel, bentuk amastigot dalam tubuh mamalia.
d. Turunan 5-nitroimidazol
Contoh : metronidazol dan benznidazol
e. Turunan Lain-lain
Contoh : sodium stilboglukonat, alopurinol, sikloguanil pamoat, kuinakrin HCl
dan suramin Na.
3. Obat Antitrikomonas
Obat antitrikomonas, atau trikomonasida, adalah senyawa yang digunakan untuk
pengobatan trikomoniasis, suatu infeksi parasit pada usus atau saluran genital, yang
disebabkan oleh flagelata, seperti Trichomonas vaginallis, T. Tenax, Dientamoeba
fragillis dan pentatrichomonas hominis. Infeksi pada manusia terutama adalah
trikomonas yang disebabkan oleh T.vaginallis, yang biasanya hidup pada mukosa
vagina dan bagian saluran genital wanita (40%) atau pria (10%).
Obat antitrikomonas dikelompokkan menjadi dua yaitu obat yang bekerja secara
sistemik dan yang bekerja secara setempat.
a. Obat yang bekerja secara sistemik
Obat pilihan untuk pengobatan trikomoniasis sistemik adalah metronidazol atau
turrunan nitroimidazol lain. Untuk infeksi D.fragilis sebagai obat pilihan adalah
iodokuinol atau tetrasiklin.
Obat yang menghambat efek sistemik trikomoniasis dibagi menjadi tida kelompok
yaitu golongan antibiotika, turunan 8-hidroksikuinolin dan turunan nitroimidazol.
1. Golongan antibiotika
Contoh : tetrasiklin, natamisin dan pentamisin
2. Turunan 8-hidroksikuinolin
Contoh : kliokuinol (Vioform) dan iodokuinol
3. Turunan nitroimidazol
Contoh : benznidazol, flunidazol, metronidazol, misonidazol, nimorazol,
ornidazol, sekmidazol dan tinidazol.
b. Obat yang bekerja secara setempat
c. Contoh : aminakrin HCl, klotrimazol dan povidon-iodin.
4. Obat antitripanosoma
obat antitriponosoma, atau tripanosida, adalah senyawa yang digunakan untuk
pencegahan dan pengobatan tripanosomiasis, suatupenyakit parasit yang disebabkan
oleh flagelata, seperti Trypanosoma gambiesnse, T. Cruzi dan T. Rhodesiense.
5. Obat Antimalaria
Obat antimalaria adalah senyawa yang digunakan untuk pencegahan dan pengobatan
malaria, suatu penyakit yang disebabkan oleh protozoa, yaitu Plasmodium sp., yang
masuk ke dalam tubuh tuan rumah (host) melalui gigitan nyamuk Anopheles betina.
Ada empat spesies malaria pada manusia, yaitu P. Falciparum (malaria tertiana yang
berbahaya), P. Vivax (malaria tertiana yang kurang berbahaya), P. Malaria (malaria
kuartana yang kurang berbahaya) dan P. Ovale (malaria tertiana yang kurang
berbahaya). Tertiana dan kuartana menunjukkan siklus reproduksi parasit, yang
ditandai oleh waktu selang antara puncak tertinggi demam pasien. Untuk tertiana
waktu selang demam tertinggi 48 jam sedang kuartana 72 jam.
Siklus perkembangan parasit malaria dalam nyamuk anopheles dan tubuh manusia
serta tempat kerja obat antimalaria dapat dilihat pada gambar ini.
Obat antimalaria adalah senyawa yang digunakan utnuk pencegahan dan pengobatan
malaria, suatu penyakit parasit yang disebabkan oleh protozoa yaitu Palsmodium sp
yang masuk ke dalam tubuh tuan rumah (host) melalui gigitan nyamuk Anopheles
betina.
Obat antimalaria dapat dibagi menjadi beberapa kelompok berdasarkan cara kerja
dan struktur kimianya.
Berdasarkan perkembangan dan siklus kehidupan parasit dimana obat bekerja atau
berdasarkan cara kerjanya, antimalaria dikelompokan sebagai berikut:
a. Schizontisida jaringan (eksoeritrisitik schizontisida), yang digunakan
pencegahan kausal. Obat kelompok ini menghancurkan bentuk jaringan primer
plasmidia dari merozoit di hati, dimulai dari tahap infeksi eritrisitik, kemudian
mencegah invasi eritrosit dan lain-lain penyebaran infeksi ke nyamuk
Anopheles.
Contoh : klorguanid, pirimetamin, dan primakuin.
b. Schizontisida jaringan, yang digunakan mencegah kekambuhan. Obat kelompok
ini bekerja pada bentuk schizont di jaringan laten, jaringan sekunder,atau
hipnozoit dari P.vivax dan P.ovale di sel hati. Contoh : primakuin dan
pirimetamin.
c. Schizontisida darah (Schizontisida erisrositik), yang digunakan yang digunakan
untuk pengobatan klinikdan supresif. Obat kelompok ini bekerja terhadap
merozoit pada fasa eritrositik aseksual dari parasit malaria dan mengganggu
schizogoni eritrositik ke bawah. Berdasarkan masa kerjanya kelompok ini dibagi
menjadi dua, yaitu:
1. Schizontisida yang bekerja secara cepat.
Contoh : amodiakuin, artemisin, klorokuin, kuinin, tetrasiklin
2. Schizontisida yang bekerja lambat
Contoh : pirimetamin, klorguanid, sikloguanil pamoat, sulfoniamid, dan
sulfon
d. Gametositosida. Obat kelompok ini menhancurkan bentuk eristrositik seksual
dari parasit mamalia, sehingga mencegah penyebaran plasmodia ke nyamuk
Anopheles. Contoh : klorokuin, primakuin, dan kuinin.
e. Sporozoitosid. Obat kelompok ini mampu membunuh sporpzoit segera setelah
masuk dalam darah sesudah gigitan nyamuk. Waktu untuk bekerja obat sangat
singkat karena sporozoit secara cepat masuk ke sel hati sehingga banyak obat
antimalaria yang kurang efektif terhadap bentuk sporozoit tersebut. Contoh :
klorguanid, pirimetamin, dan primakuin.
f. Sporontosida. Obat kelompok ini bekerja pada tubuh nyamuk malaria yang
menginfeksi tuan rumah yaitu dengan mencegah pembentukan oosist dan
sporozoit. Contoh : pirimetamin, klorguanid, primakuin.
Pembentukan kompleks akan menurunkan keefektifan ADN parasit untuk bekerja sebagai
template enzim ADN dan ARN polymerase sehingga terjadi pemblokan sintesis ADN
dan ARN.
Turunan aminokuinolin , membentuk kompleks dengan ADN melalui dua jalur, yaitu :
1. Gugus amin alifatik tersier rantai samping yang terprotonasi, membentuk ikatan ion
dengan gugus fosfat dobel heliks ADN yang bermuatan negatif, melalui celah minor.
2. Alih muatan yang lebih khas atau interaksi hidrofoh yang melihatkan cincinaromatik
dan pasangan basa guanine-sitosin ADN
Klorokuin dan amodiakuin, membentuk kompleks dengan ADN melalui dua jalur, yaitu
:
1. Gugus amin alifatik tersier rantai samping yang terprotonasi membentuk ikatan ion
dengan gugus fosfat dobel heliks AND yang bermuatan negatif,
2. Gugus 7-CI dapat membentuk ikatan elektrostatik dengan gugus 2-amino guanine
yang bersifat khas.
Berdasarkan lokasi pada saluran usus cacing dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu:
a. Cacing yang melekat pada dinding usus, contoh: Taenia solium, Taenia saginata,
Tichuris trichiura dan Trichinella spiralis.
b. Cacing yang melekat pada mukosa, contoh : Strangyloides Stercoralis
c. Cacing yang tidak melekat pada saluran cerna, contoh : Ascaris lumbricoides dan
Enterobius vermicularis.
Mekanisme kerja
a. Kerja langsung yang menyebabkan narkosis, paralisis atau kematian cacing.
Befenium hidroksinaftoat, levamisol dan pirantel pamoat bekerja sebagai agonis
asetilkolin tipe ganglionik nikotinik. Reseptor kolinergik pada penghubung saraf otot
nematoda adalah tipe ganglionik nikotinik. Obat agonis diatas merupakan senyawa
pemblok saraf otot secara depolarisasi, dapat merangsang ganglia secara kuat, diikuti
pengaktifan nikotinik, menghasilkan kontraksi otot sehingga menyebabkan paralisis
spastik pada cacing diikuti pengeluaran cacing dari tubuh tuan rumah (host).
Dietilkarbamazin, menunjukan dua tipe kerja pada mikrofilaria, yaitu:
1. Karena efek hiperpolarisasi dari gugus piperazin, senyawa bekerja sebagai agonis
ᵧ-aminobutirat (GABA) pada penghubung saraf otot, menghasilkan paralisis
lemah, kemudian cacing dikeluarkan dari normal habitat tuan rumah.
2. Dengan mediator platelet darah, menimbulkan rangsangan pengeluaran antigen
filaris. Mekanisme kematian cacing melibatkan peran serta radikal bebas.
Turunan piperazin, seperti piperazin sitrat, bekerja sebagai agonis GABA pada
penghubung saraf otot dari a.lumbricoides, seperti pada dietilkarbamazin
c. Efek mekanis yang menyebabkan kekacauan pada cacing, terjadi perpindahan dan
kehancuran cacing oleh fagositosis.
Dietilkarbamazin dapat menyebabkan perubahan membran permukaan mikrofilaria
sehingga dianggap sebagai benda asing oleh tuan rumah dan kemudian dihancurkan
melalui mekanisme pertahanan diri.
Turunan benzimidazol, seperti mebendazol, bekerja tertama dengan memblok
pengangkutan sekret dan menyebabkan hilangnya mikrotubuli sitoplasmik sel usus
dan sel tegumental parasit. Akibatnya, sekret terkumpul pada daerah golgi, terjadi
pengeluaran asetilkolinesterase dan gangguan pemasukan glukosa, timbul
kekosongan glikogen sehingga imobilisasi menjadi lambat dan cacing mengalami
kematian. Selanjutnya cacing secara spontan dikeluarkan dari tuan rumah. Efek ini
tidak terjadi pada sel tuan rumah karena sistem mikrotubulinya berbeda dengan
cacing.
Tiabendazol, mempunyai mekanisme kerja yang berbeda, tetapi terhadap S.stecoralis
efeknya seperti turunan benzimidazol diatas.