Anda di halaman 1dari 11

Hasil percobaan : (kel.

3)
A. Pembakuan NaOH
Data Pembakuan NaOH :
Titrasi Volume asam
oksalat
Volume titrasi
(NaOH)
I 10 ml 10,3 ml
II 10 ml 10,6 ml
III 10 ml 10,6 ml
rata-rata 10,5 ml

N1VI = N2V2
0,101= N210,5
1= N210,5
N2=


= 0,09 N
B. Penentuan kadar asam salisilat didalam larutan sulfaktan
Data Titrasi NaOH terhadap asam salisilat yang sudah dilarutkan :
Tween Asam
salisilat
V1 V2 V3 V rata-
rata
0,5% 200 mg 7,8 ml 6,8 ml 8,4 ml 7,6 ml
1% 200 mg 6,8 ml 6,7 ml 9,3 ml 7,6 ml
1,5% 200 mg 7,9 ml 8,5 ml 8,1 ml 8,16 ml
2% 200 mg 7 ml 9,3 ml 8,4 ml 8,23 ml
2,5% 200 mg 8 ml 10 ml 8,7 ml 8,9 ml
3% 200 mg 14,9 ml 10 lm 5,3 ml 10,06 ml

Perhitungan normalitas asam salisilat
Tween 0,5%
N asam salisilat=


N asam salisilat=

= 0,013 N

Tween 1%
N asam salisilat=


N asam salisilat=

= 0,013 N


Tween 1,5%
N asam salisilat=


N asam salisilat=

= 0,0146 N

Tween 2%
N asam salisilat=


N asam salisilat=

= 0,0148 N

Tween 2,5%
N asam salisilat=


N asam salisilat=

= 0,016 N

Tween 3%
N asam salisilat=


N asam salisilat=

= 0,018 N

Perhitungan kadar asam salisilat
Tween 0,5%
Kadar asam salisilat= V N(NaOH pembakuan) BE
=7,6 0.09138
=94,493
% kelarutan



Tween 1%
Kadar asam salisilat= V N(NaOH pembakuan) BE
=7,6 0.09138
=94,493
% kelarutan




Tween 1,5%
Kadar asam salisilat= V N(NaOH pembakuan) BE
=8,16 0.09138
=101,34
% kelarutan




Tween 2%
Kadar asam salisilat= V N(NaOH pembakuan) BE
=8,23 0.09138
=102,21
% kelarutan





Tween 2,5%
Kadar asam salisilat= V N(NaOH pembakuan) BE
=8,9 0.09138
=110,53
% kelarutan





Tween 3%
Kadar asam salisilat= V N(NaOH pembakuan) BE
=10,06 0.09138
=124,94%
kelarutan



Pembahasan :
Pada percobaan ini diawali dengan melakukan pencampuran larutan yaitu antara air
dan surfaktan dengan perbandingan yang berbeda-beda sesuai dengan yang telah ditentukan.
Kemudian sampel (asam salisilat) dilarutkan dalam pelarut yang telah ditambahakn surfaktan
tersebut dan dilakukan pengocokan selama 15 menit. Setelah itu dilakukan titrasi pembakuan
terhadap larutan baku sekunder (NaOH 0,1N). Titrasi yang dilakukan adalah titrasi asam-
basa, yaitu titrasi terhadap larutan asam salisilat terhadap larutan yang berasal dari basa
dengan menggunakan indikator fenolptalein (pp).
Larutan yang telah disaring kemudian di titrasi dengan larutan NaOH dan indikator pp
hingga diperoleh titik ekuivalen. Volume NaOH yang dibutuhkan untuk menitrasi asam
salisilat dalam berbagai konsentrasi pelarut dan surfaktan, berbeda-beda. Dari data hasil
percobaan didapat bahwa semakin besar konsentrasi surfaktan yang ditambahkan ke dalam
larutan asam salisilat maka semakin besar pula volume NaOH yang dibutuhkan. Hal ini
menunjukkan bahwa semakin besar konsentrasi surfaktan maka akan semakin tinggi pula
kelarutan asam salisilat di dalam air. Hal ini terjadi karena surfaktan merupakan molekul
ampifilik yaitu memiliki gugus hidrofilik (suka air,polar) dan gugus lipofilik (suka minyak,
nonpolar), sehingga surfaktan memiliki aftinitas dengan pelarut polar (air) ataupun nonpolar
(minyak).


Kesimpulan :
Dari data pengamatan dan pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa :
Surfaktan dapat mempengaruhi kelarutan asam salisilat.
Semakin besar konsentrasi surfaktan yang ditambahkan ke dalam larutan asam salisilat maka
semakin besar pula volume NaOH yang dibutuhkan. Hal ini menunjukkan bahwa semakin
besar konsentrasi surfaktan maka akan semakin tinggi pula kelarutan asam salisilat di dalam
air.





























Hasil percobaan : (kel.3)
A. Pembakuan NaOH
Data Pembakuan NaOH :
Titrasi Volume asam
oksalat
Volume titrasi
(NaOH)
I 10 ml 11,2 ml
II 10 ml 11 ml
III 10 ml 12,3ml
rata-rata 11,5 ml

N1VI = N2V2
0,101= N211,5
1= N211,5
N2=


= 0,08 N
B. Penentuan kadar asam salisilat didalam larutan campuran
Data Titrasi NaOH terhadap asam salisilat yang sudah dilarutkan :
Larutan campuran
(air:alkohol:gliserin)
Asam
salisilat
V1 V2 V3 V rata-
rata
1425:75 200 mg 1,5 ml 1,9 ml 1,9 ml 1,76 ml
1350:75:75 200 mg 2,3 ml 2,5 ml 2,5 ml 2,43 ml
1275:75:150 200 mg 2,1 ml 2,3 ml 2,2 ml 2,2 ml
1200:75:225 200 mg 2,3 ml 2,5 ml 2,6 ml 2,46 ml
1125:75:300 200 mg 2,4 ml 2,5 ml 2,4 ml 2,43 ml

Perhitungan normalitas asam salisilat
air:alcohol (1425:75)
N asam salisilat=


N asam salisilat=

= 0,014 N

air:alkohol:gliserin (1350:75:75)
N asam salisilat=


N asam salisilat=

= 0,019 N


air:alkohol:gliserin (1275:75:150)
N asam salisilat=


N asam salisilat=

= 0,017 N

air:alkohol:gliserin (1200:75:225)
N asam salisilat=


N asam salisilat=

= 0,019 N

air:alkohol:gliserin (1125:75:300)
N asam salisilat=


N asam salisilat=

= 0,019 N

Perhitungan kadar asam salisilat
air:alcohol (1425:75)
Kadar asam salisilat= V N(NaOH pembakuan) BE
=1,75 0.08138
=19,43
% kelarutan



air:alkohol:gliserin (1275:75:150)
Kadar asam salisilat= V N(NaOH pembakuan) BE
=2,43 0.08138
=25,392
% kelarutan



air:alkohol:gliserin (1350:75:75)
Kadar asam salisilat= V N(NaOH pembakuan) BE
=2,2 0.08138
=23,76
% kelarutan




air:alkohol:gliserin (1200:75:225)
Kadar asam salisilat= V N(NaOH pembakuan) BE
=2,46 0.08138
=27,15
% kelarutan





air:alkohol:gliserin (1125:75:300)
Kadar asam salisilat= V N(NaOH pembakuan) BE
=2,43 0.08138
=26,82
% kelarutan



Pembahasa :
Pada percobaan ini, kita akan melihat pengaruh pelarut campur terhadap kelarutan zat.
Kelarutan zat yang dimaksud dalam percobaan ini adalah Asam salisilat pada pelarut campur
yakni Air, alkohol dan gliserin. Masing-masing pelarut campur telah ditentukan
konsentrasinya, sebagaimana telah tertera pada hasil pengamatan di atas. Pencampuran
pelarut-pelarut tersebut dilakukan pada gelas kimia yang masing-masing telah diberi label.
Kemudian, dilarutkan asam salisilat sedikit demi sedikit ke dalam masing-masing gelas kimia
tersebut. Lalu, dikocok larutan selama 15 menit. Larutan yang telah jenuh tersebut di saring
dengan corong plastik dan kertas saring. Hasil filtrasi tersebut di titrasi.
Filtrat yang telah didapat kemudian dititrasi, dengan cara larutan basa yang akan
diteteskan (titran) dimasukkan ke dalam buret (pipa panjang berskala) dan jumlah yang
terpakai dapat diketahui dari tinggi sebelum dan sesudah titrasi. Larutan asam yang dititrasi
dimasukkan kedalam erlenmeyer dengan mengukur volumenya terlebih dahulu dengan
memekai pipet gondok. Untuk mengamati titik ekivalen, dipakai indikator (pp) yang
warnanya disekitar titik ekivalen.
Titrasi diberhentikan setelah terjadi perubahan warna yaitu warna merah muda.
Sebagaimana dalam teori disebutkan bahwa Pada proses titrasi ini digunakan suatu indikator
yaitu suatu zat yang ditambahkan sampai seluruh reaksi selesai yang dinyatakan dengan
perubahan warna. Perubahan warna menandakan telah tercapainya titik akhir titrasi.
Kesimpulan :
Teori : masing-masing pelarut mempunyai nilai konsentrat dielektrik, nilai ini
mempunyai kelarutan suatu zat terlarut samakin tinggi kosentrasi dielektrik yang tinggi,
sehngga banyak zat yang dapat larut ke dalam pelarut polar, campuran pelarut juga
mempengaruhi besar kecilnya nilai konsentrasi dieliktrik, pelarut campur sering digunakan
seperti air, alkoholdan gliserin dapat meningkatkan atau menurunkan kelarutannya
Pratikum : kelarutan asam saisilat dalam pelarut campur seharusnya semakin rendah
jika konsentrasi aquades menurun dan konsentrasi gliserin meningkat.ha ini d butikan pada
saat penyaringan semakin banyak endapan asam salisilat di kertas saring.
Terjadi kesalahan ada saat titrasi karena persen (%) yang diperoleh pengalami
peningkatan asam salisiat yang terlarut.







Hasil percobaan: (kel.3)
Berat piknometer kosong:15,94 g
Data penimbangan sampel dengan piknometer yang sudah dilarutkan :
Bahan V1 V2 V3 Rata-rata
Gliserin 47,34 g 47,29 g 47,34 g 47,323 g
alkohol 35,62 g 35,62 g 35,65 g 35,613 g
Propleglikol 42,03 g 42,04 g 42,01 g 42,026 g
Air 40,89 g 40,87 g 40,88 g 40,88 g
Gliserin:air (2:8) 42,17 g 42,15 g 42,15 g 42,156 g
Gliserin:air (3:7) 42,86 g 42,84 g 42,86 g 42,853 g
Gliserin:air (5:5) 44,06 g 44,07 g 44,07 g 44,066 g

Perhitungan hitungan massa jenis
Bobot cairan gliserin=piknometerpiknometer kosong
47,32315,94
13,383 g


1,255 g/ml
Bobot cairan alkohol=piknometerpiknometer kosong
35,61315,94
19,673 g


0,786 g/ml

Bobot cairan propileglikol=piknometerpiknometer kosong
42,02615,94
24.036 g


1.043 g/ml
Bobot cairan air=piknometerpiknometer kosong
40,8815,94
24,94 g


0,997g/ml
Bobot cairan gliserin:air (2:8)=piknometerpiknometer kosong
42,5615,94
26,62 g


1,064 g/ml

Bobot cairan gliserin:air (3:7)=piknometerpiknometer kosong
42,85315,94
26,91 g


1,06 g/ml
Bobot cairan gliserin:air (5:5)=piknometerpiknometer kosong
44,06615,94
28,12 g


1,124 g/ml


Pembahasan :
Percobaan pratikum ini yaitu mengukur bobot jenis atau massa jenis suatu zat cair dengan
menggunakan piknometer. Dengan cara melakukan penimbangan bobot piknometer kosong
tersebut , yang sebelumnya telah dibersihkan dan dikeringkan. Hingga tidak tersisa
sedikitpun titik air di dalamnya hal ini bertujuan untuk memperoleh berat piknometer kosong.
Pada pengisian sampel ,harus di perhatikan baik-baik agar didalam alat tidak terdapat
gelembung dara, sabab jika terdapat gelembung udara dapat mengurangi bobot sampel yang
akan di peroleh.
Isi piknometer dengan sampel (gliserol,propilenglikol,air suling,air dan gliserin dengan
perbandngan 2:8, 3:7, 5:5) timbang sebanyak 3 kali, hitung dengan menggunakan rumus
sehingga didapat massa jenis dari sampel tersebut
Kesimpulan :
Hasil massa jenis sampel
Gliserin = 1,255 g/ml
Alcohol = 0,786 g/ml
Propilenglikol = 1,043 g/ml
Air = 0,997 g/ml
Gliserin:air (2:8) = 1,064 g/ml
Gliserin:air (3:7) = 1,074 g/ml
Gliserin:air (5:5) = 1,124 g/ml
Hasil perbandingaan gliserin:air, semakin tinggi volume maka, hasil massa jenis semakin
besar menandakan semakin berat volumenya.
Bobot jenis cairan berbeda dan mempunyai kerapatan yang berbeda, oleh sebab itu jika
masing-masing cairantersebut di timbang, akan menghasilkan berat yang berbeda, walaupun
dalam bentuk milliliter sama jumlahnya.

Anda mungkin juga menyukai