1. Muriani
2. Neng Linda
3. Nunik Linda N.
4. Okta Raendra
5. Oktalina
6. Reni F.
7. Rini Isnaeni M.
8. Rita Dewi A.
9. Rizki Akbar
10.Risnalia
11.Salmi LaAgi
12.Sri Widiawati
13.Susi Armi
14.Tria Bellantisa
PELAYANAN APOTEK
.
pelayanan owa
a. Permenkes 347 tahun 1990
apoteker di apotek dalam melayani pasien yang
memerlukan obat dimaksud diktum ke 2( obat
yang termasuk dalam obat wajib apotek)
b. Permenkes no 919 tahun 1993
yang mengatur tentang kriteria obat yang dapat
diserahkan tanpa resep dokter.
Pelayanan obat bebas terbatas
yang mengatur tentang kriteria obat yang dapat
diserahkan tanpa resep dokter.
Pelayanan psikotropika
a.
Pelayanan narkotika
Pasal 39 no 22 tahun
1997
Ayat 2 penyerahan
psikotropika oleh apotek
hanya dapat di lakukan
kepada: apotek lain,
rumah sakit, puskesmas
balai pengobatan, dokter
dan pasien
Ayat 5
psikotropika yang
diserahkan dokter hanya
dapat diberikan kepada
apotek
Pasal 3
(1) Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek meliputi
standar:
a. pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan
Bahan Medis Habis Pakai; dan
b. pelayanan farmasi klinik.
(3) Pelayanan farmasi klinik sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf b meliputi:
a. pengkajian Resep;
b. dispensing;
c. Pelayanan Informasi Obat (PIO);
d. konseling;
e. Pelayanan Kefarmasian di rumah (home pharmacy care);
f. Pemantauan Terapi Obat (PTO); dan
g. Monitoring Efek Samping Obat (MESO);
Pasal 4
(1)Penyelenggaraan Standar Pelayanan Kefarmasian di
Apotek harus didukung oleh ketersediaan sumber
daya kefarmasian yang berorientasi kepada
keselamatan pasien.
Pasal 5
(1) Untuk menjamin mutu Pelayanan Kefarmasian di
Apotek, harus dilakukan evaluasi mutu Pelayananan
Kefarmasian.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai evaluasi mutu
Pelayananan Kefarmasian sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) tercantum dalam Lampiran yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan
Menteri ini.
Pasal 6
Penyelenggaraan Pelayanan Kefarmasian di Apotek
harus menjamin ketersediaan Sediaan Farmasi, Alat
Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang aman,
bermutu, bermanfaat, dan terjangkau.
Pasal 7
Penyelenggarakan Pelayanan Kefarmasian di Apotek
wajib mengikuti Standar Pelayanan Kefarmasian
sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri ini.
UU NO 44 TAHUN 2009
Pasal 1 ayat 3
Pelayanan Kesehatan Paripurna adalah pelayanan kesehatan yang
meliputi promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif
Pasal 4
Rumah Sakit mempunyai tugas memberikan pelayanan kesehatan
perorangan secara paripurna.
Pasal 5
Untuk menjalankan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4, Rumah Sakit
mempunyai fungsi :
a. penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan sesuai
dengan standar pelayanan rumah sakit;
b. pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui pelayanan
kesehatan yang paripurna tingkat kedua dan ketiga sesuai kebutuhan
medis;
Pasal 19
(1) Berdasarkan jenis pelayanan yang diberikan, Rumah Sakit
dikategorikan dalam Rumah Sakit Umum dan Rumah Sakit
Khusus.
(2) Rumah Sakit Umum sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
memberikan pelayanan kesehatan pada semua bidang dan
jenis penyakit.
(3) Rumah Sakit Khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
memberikan pelayanan utama pada satu bidang atau satu jenis
penyakit tertentu berdasarkan disiplin ilmu, golongan umur,
organ, jenis penyakit, atau kekhususan lainnya.
Pasal 2
Pengaturan Standar Pelayanan
Kefarmasian di Rumah Sakit bertujuan
untuk:
a. meningkatkan mutu Pelayanan
Kefarmasian;
b. menjamin kepastian hukum bagi
tenaga kefarmasian; dan
c. melindungi pasien dan masyarakat
dari penggunaan Obat yang tidak
rasional dalam rangka keselamatan
pasien (patient safety).
Pasal 3
(1) Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit meliputi standar:
a. pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai; dan
b. pelayanan farmasi klinik.
(3)
Pelayanan farmasi klinik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b
meliputi:
a. pengkajian dan pelayanan Resep;
b. penelusuran riwayat penggunaan Obat;
c. Rekonsiliasi Obat;
d. Pelayanan Informasi Obat (PIO);
e. konseling;
f.
Visite;
j.
Lanjutan.
(4) Pelayanan farmasi klinik berupa dispensing sediaan steril sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) huruf j hanya dapat dilakukan oleh Rumah Sakit
yang mempunyai sarana untuk melakukan produksi sediaan steril.
Pasal 4
1) Penyelenggaraan Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit harus
didukung oleh ketersediaan sumber daya kefarmasian, pengorganisasian
yang berorientasi kepada keselamatan pasien, dan standar prosedur
operasional.
Pasal 5
(1) Untuk menjamin mutu Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit, harus
dilakukan Pengendalian Mutu Pelayananan Kefarmasian yang meliputi:
a. monitoring; dan
b. evaluasi
Pasal 6
(1) Penyelenggaraan Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit
harus menjamin ketersediaan Sediaan Farmasi, Alat
Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang aman,
bermutu, bermanfaat, dan terjangkau.
Pasal 8
Rumah Sakit wajib mengirimkan laporan
Pelayanan Kefarmasian secara berjenjang
kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota,
Dinas Kesehatan Provinsi, dan Kementerian
Kesehatan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan
PELAYANAN PABRIK
FARMASI
PP No 51 Tahun 2009
Pasal 10
Pekerjaan Kefarmasian dalam Produksi Sediaan Farmasi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 harus memenuhi
ketentuan Cara Pembuatan yang Baik yang ditetapkan oleh
Menteri.
2.
3.
PELAYANAN DISTRIBUTOR
FARMASI
PP No 51 tahun 2009
tentang Pekerjaan Kefarmasian
Pekerjaan Kefarmasian Dalam Distribusi atau
Penyaluran Sediaan Farmasi
Pasal 14
(1)Setiap Fasilitas Distribusi atau Penyaluran Sediaan Farmasi berupa obat harus memiliki
seorang Apoteker sebagai penanggung jawab.
Pasal 17
Pekerjaan Kefarmasian yang berkaitan dengan proses distribusi atau penyaluran Sediaan
Farmasi pada Fasilitas Distribusi atau Penyaluran Sediaan Farmasi wajib dicatat oleh
Tenaga Kefarmasian sesuai dengan tugas dan fungsinya.